Buku Panduan - anestesiologi unpad

advertisement
BUKU PANDUAN PENDIDIKAN
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1
(PPDS-1)
Anestesiologi
dan
T e r a p i I n t e n s i f
2016/2017
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Jl.Pasteur No.38 Bandung
(022) 2038285
Buku PanduanPendidikan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif
DepartemenAnestesiologi dan Terapi Intensif
FakultasKedokteranUniversitasPadjadjaran
RSUP Dr. Hasan SadikinBandung
2016/2017
BUKU PANDUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGIDAN TERAPI INTENSIF
2016/2017
Tim Penyusun
Staf Pengajar Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
LEMBAR PENGESAHAN
Buku Panduan Pendidikan Dokter Spesialis ini
telah disahkan pada tanggal yang tertera dibawah ini
Bandung, 1 Mei 2016
Ketua Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif
Dr. Iwan Fuadi, dr.,SpAn, KNA, Mkes
Dekan Fakultas Kedokteran
Kepala Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif
Ruli H Sitanggang, dr.,SpAnKIC,KAP,MKes
Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin,
Universitas Padjadjaran,
Dr.Yoni Fuadah Syukriyani, dr.,SpF.,DFM
Ayi jembarsari, dr., MARS
Kata Pengantar
Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn,KNA, M.Kes.
Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Unpad/RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya bagi Allah Subhanahuwata’ala karena
dapat diterbitkannya Buku Panduan PendidikanProgram studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
edisi 2016. Penerbitan Buku Panduan edisi terbaru ini menjadi penting karena edisi terakhir yang
dikeluarkan Prodi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
adalah tahun 2015. Pada tahun 2015 Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI) telah
menerbitkan Standar Kompentensi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia. Sehingga
dengan demikian Buku panduan edisi tahun 2016 perlu diperbaiki untuk mengikuti kemajuan.
Adapun rujukan yang digunakan terdiri dari Undang-Undang Guru dan Dosen, Peraturan
Pemerintah tentang Pendidikan, Standar Kompentensi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi
dan Terapi Intensif (KATI), buku panduan dan pedoman yang dikeluarkan oleh Universitas
Padjadjaran, dan lain-lain seperti yang tercantum di halaman belakang.
Diharapkan buku panduan ini dapat menjadi pedoman bagi peserta didik atau calon peserta
didikprodi Anestesiologi dan Terapi Intensif, para pembimbing, pendidik, dan penilai, sehingga
dapat mengenal dan memahami lebih jelas mengenai Program Pendidikan Dokter Spesialis-1
(PPDS-1) Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran yang pelaksanaannya dilakukanan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS
Jejaringnya.
Kami mencoba menyusun buku panduan ini seefisien dan sepraktis mungkin agar menjadi lebih
mudah dalam penerapannya, walaupun sudah dapat dipastikan masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu kami senantiasaterbuka menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
menjadikan buku panduan ini lebih baik lagi.
Akhir kata, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ketua Program Studisebelumnya, Kepala
Departemen, staf pengajar dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang
telah banyak berjasa dalam penyusunan buku panduan ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bandung, Mei 2016
Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn, KNA, M.Kes.
NIP. 19711209 199903 1002
Kata Pengantar
Ruli Herman S., dr., SpAn, KIC, KAP, M.Kes.
Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Unpad/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Periode 2014-2017
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya bagi Allah Subhanahuwata’ala karena
dapat diterbitkannya Buku Panduan Pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif edisi 2016.
Akreditasi yang akan dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan
Indonesia (LAM-Ptkes) akan dilaksanan tahun 2017 dan buku panduan ini adalah sebagai salah
satu syarat untuk akreditasi pendidikan spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
Buku Panduan Pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif berisi sejarah, proses penyelenggaraan
pendidikan, evaluasi dan penilaian, tata tertib dan sanksi yang berlangsung di Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin/Fakultas Kedokteran Unpad.
Akhir kata, saya sebagai Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan
Sadikin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua staf pengajar yang telah berhasil
membuat buku panduan ini yang cikal bakalnya adalah buku panduan PPDS-1 Anestesiologi
tahun 2004, 2006, 2011, dan 2014.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bandung, Mei 2016
Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Ruli Herman S., dr., SpAn, KIC, KAP, M.Kes.
NIP. 19551207 198312 1001
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
iii
Daftar Singkatan
iv
BAB 1
Sejarah Program Studi, Visi, Misi dan Tujuan
1
BAB 2
Organisasi penyelenggara
8
BAB 3
Tata Cara Penerimaan Peserta Didik
20
BAB 4
Tenaga Pengajar
27
BAB 5
Kurikulum
37
BAB 6
Evaluasi dan Penilaian
90
BAB 7
Etika Pendidikan
107
BAB 8
Tata Tertib
117
BAB 9
Sanksi
129
BAB 10
Pemutusan Studi, Pemutusan Studi Sementara dan
Pengunduran Diri
BAB 11
Adaptasi Dokter Spesialis Anestesiologi Lulusan Luar
Negeri
BAB 12
139
143
Panduan Karya Tulis Laporan Kasus, Tinjauan Pustaka,
Tesis, Ringkasan Penelitian, Penulisan Di Jurnal Ilmiah
Nasional,
146
BAB 13
Bimbingan Akademik dan Konseling
198
BAB 14
Stase Peserta Didik dari Program Studi Lain
201
BAB 15
Sarana dan Prasarana
203
BAB 16
Penelitian dan Kerjasama
205
BAB 17
Organisasi Peserta Didik
208
Daftar Pustaka
226
DAFTAR SINGKATAN
AHA
ALS
ASA
ATLS
ACLS
American Heart Association
Advanced Life Support
American’s Society of Anesthesiologist
Advanced Trauma Life Support
Advanced Cardiac Life Support
BLS
BUMN
BM
Basic Life Support
BT
Bedside Teaching
CR
Chief Residen
CCM
CVC
Critical Care Medicine
Central Vein Catether
DPJP
Dokter Penanggung Jawab Pasien
Dr
dr
Depkes
DO
Doktor
dokter
Departemen Kesehatan
EKG
Elektro Kardio Grafi
FK
Fakultas Kedokteran
FKUP
FKN
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Fakultas Kedokteran Negeri
GICU
Hc
HCU
General Intensive Care Unit
Honoris causa
High Care Unit
IPK
IPDS
ICU
INA-SNACC
IDI
Indeks Prestasi Kumulatif
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
JR
Journal Reading
KATI
KUN
Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
Komisi Ujian Nasional
Badan Usaha Milik Negara
Bedah Mulut
Drop out
Intensive Care Unit
Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care
Ikatan Dokter Indonesia
KPS
KNA
KIC
KAKV
KAP
KAO
Ketua Program Studi
Konsultan Neuroanestesi
Konsultan Intensive Care
Konsultan Anestesi Kardio Vaskuler
Konsultan Anestesi Pediatrik
Konsultan Anestesi Obstetrik
KMN
KAA
KAR
KODEKI
Kemkes
Konsultan Managemen Nyeri
Konsultan Anestesi Ambulatori
Konsultan Anestesi Regional
Kode Etik Kedokteran Indonesia
Kementrian Kesehatan
Kemdiknas
Kementrian Pendidikan Nasional
Kemhan
Kementrian Pertahanan
Kemdagri
Kementrian Dalam Negri
LAM
LK
LMA
Lembaga Akreditasi Mandiri
Laporan Kasus
MM
MKes
MKDK
MKDU
MKK
MKKI
MKEK
Magister Managemen
Magister Kesehatan
Mata Kuliah Dasar Khusus
Mata Kuliah Dasar Umum
Mata Kuliah Keahlian
Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran
NC
Neurochirurgi (Bedah Saraf)
ODS
One Day Surgery
OK
Operatie Kamer (Kamar Operasi/Ruang Operasi/Kamar
Laryngeal Mask Airway
Bedah)
OPA
OHP
oropharyngeal airway
Overhead projector
PACU
Perdici
PAP
Perdatin
Post Anesthesia Care Unit
PPDS
PPCD
PONV
PNS
Perhimpunan Dokter Intensif Care Indonesia
Penilaian Acuan Patokan
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi
Intensif Indonesia
Program Pendidikan Dokter Spesialis
Program Pascasarjana Combined Degree
Post operative Nausea and Vomiting
Pegawai Negri Sipil
Polri
PPISLN
PTC
PLS
Polisi Republik Indonesia
Panitia Penilai Ijazah Sarjana Lulusan Luar Negeri
RJP
Resusitasi Jantung Paru
RJPO
RR
RS
RSHS
RSU
RSUD
RSJP
RUSPAU
Resusitasi Jantung Paru Otak
SpAn
SPS
Spesialis Anestesiologi
Sekretaris Program Studi
SIP
STR
SKS
Surat Ijin Praktek
Surat Tanda Registrasi
Satuan Kredit Semester
TIU
TIK
TBR
THT
TNI
Tujuan Instruksional Umum
Tujuan Instruksional Khusus
Unpad
UP
Universitas Padjadjaran
Usulan Penelitian
UGD
Unit Gawat Darurat
Urologi
Uro
Primary Trauma Care
Prolonged Life Support
Recovery Room
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Sakit
Sakit
Sakit
Sakit
Sakit
Sakit
Hasan Sadikin
Umum
Umum Daerah
Jantung Pusat
Pusat Angkatan Udara
Textbook Reading
Telinga Hidung Tenggorok
Tentara Nasional Indonesia
BAB 1
SEJARAH PROGRAM STUDI, VISI, MISI, DAN TUJUAN
1.1 Sejarah
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung atau lebih dikenal
dengan RSHS diresmikan pertama kali pada tanggal 23 Oktober 1923 dengan nama
Her Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis atas prakarsa dari perkumpulan orangorang terkemuka di Bandung yang bernama Vereneeging Bandoengsche Ziekenhuis.
Saat itu RSHS hanya memiliki kapasitas 102 tempat tidur.
Pada tanggal 30 April 1927, nama RSHS diubah menjadi Gmeente
Ziekenhuis Juliana dengan kapasitas 300 tempat tidur. Pada tahun 1928, bekerja dua
orang dokter pribumi pertama, yaitu dr. Tjokrohadidoyo dan dr. Djoendjoenan
Setiakusumah. Selanjutnya nama rumah sakit diganti menjadi Rumah Sakit
Rancabadak, latar belakang pergantian nama ini tidak diketahui dengan pasti tetapi
konon disesuaikan dengan nama kampung tempat rumah sakit ini berada. Selama
masa pendudukan Jepang, 1942-1945, Rumah Sakit Rancabadak digunakan sebagai
rumah sakit tentara Ryukugun Byoin. Setelah Jepang menyerah, rumah sakit dikuasai
lagi
oleh
Belanda
dan
digunakan
sebagai
rumah
sakit
umum.
Dalam
perkembangannya, Rumah Sakit Rancabadak berada di bawah Kota Pradja Bandung,
kemudian pada tahun 1954 ditetapkan oleh Menteri Kesehatan menjadi Rumah
Sakit Propinsi dan berada dibawah Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pada tanggal 24 Juli 1956, Rumah Sakit Rancabadak ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas 600 tempat tidur. Pada pertengahan
tahun
1956,
terbentuk
Yayasan
Fakultas
Kedokteran
Bandung,
kemudian
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1957 berdirilah Universitas
Padjadjaran dengan Fakultas Kedokteran sebagai salah satu program pendidikan.
Tanggal 8 Oktober 1967, Rumah Sakit Umum Pusat Bandung berganti nama menjadi Rumah
Sakit
Umum
Pusat (RSUP)
Dr.
Hasan
Sadikin
sebagai
tanda
penghormatan atas jasa-jasa Dr. Hasan Sadikin (Direktur pribumi ke­3).
Pada awalnya, Bagian Anestesiologi berada di bawah Bagian Ilmu Bedah,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
1
2
dan tindakan anestesi umum dilakukan oleh para dokter asisten bedah. Perhatian
utama masih pada pembedahan, bukan pada anestesinya. Dalam perkembangan
selanjutnya, bagian Anestesiologi memisahkan diri dari Bagian Ilmu Bedah untuk
membentuk
bagian
tersendiri.
Pemisahan
ini
dianggap
perlu
mengingat
perkembangan Ilmu Anestesi pada khususnya dan Ilmu Kedokteran pada umumnya
yang demikian pesat.
Saat didirikan, bagian Anestesiologi hanya memiliki satu orang dokter
spesialis Anestesi, yaitu
dr. Tb. Zuchradi (alm), namun secara berangsur-angsur
Bagian Anestesiologi mulai mengembangkan diri baik dalam jumlah staf, peralatan,
maupun teknik anestesi.
Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin pada tahun 1969 diakui sebagai Pusat
Pendidikan Ilmu Anestesi di Indonesia bersama-sama dengan Jakarta, Surabaya, dan
Semarang. Sebagai Kepala Bagian saat itu adalah dr. Tb. Zuchradi, Wakil Kepala
Bagian dr. Marsudi Rasman, serta staf yang terdiri dari dr. Budi Sayuto, dr. A.
Himendra Wargahadibrata dan dr. Afifi Ruchili.
Masih pada tahun yang sama, timbul gagasan dari dr. Tb. Zuchradi sebagai
Kepala Bagian Anestesiologi RSHS untuk membangun Intensive Care Unit (ICU).
Pada bulan Desember 1969 ICU selesai dibangun dan baru diresmikan pada tanggal
1 September 1971 dengan dr. Tb. Zuchradi sebagai Kepala ICU dan dr. Demin Shen
sebagai Wakil Kepala Bagian ICU. Saat itu ICU RSHS merupakan satu-satunya ICU di
kota Bandung.
Per tanggal 1 Januari 1975, kedudukan ICU berada di bawah Bagian
Anestesiologi dan dr. Tb. Zuchradi diangkat sebagai Kepala Bagian Anestesiologi/
ICU, dr. Marsudi Rasman sebagai Pelaksaan Harian dan dr. A. Himendra sebagai
pejabat kepala sub-bagian.
Seiring dengan berjalannya waktu, Bagian Anestesiologi dan Perawatan
Intensif
Fakultas Kedokteran UNPAD/RSHS semakin berkembang dan jumlah staf
pengajarnya pun semakin bertambah. Tahun 1980, jumlah staf pengajar bertambah
dengan masuknya dr. U. Kaswiyan Adipradja, SpAn. Tahun 1984 masuk pula dr.
Zubair Dangkua, SpAn, dr. Deddy Koesmayadi, SpAn dan dr. Errasmus Soerasdi,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
3
SpAn untuk memperkuat barisan staf pengajar. Tahun 1985, dr. Eri Surahman, SpAn
masuk menjadi staf pengajar
disusul kemudian oleh dr. Atik Sutisna, SpAn pada
tahun 1986, tetapi kemudian beliau pindah tugas ke RSUD Gunung Jati Cirebon.
Pada tahun 1987, dr. Tatang Bisri, SpAn masuk menjadi staf pengajar, dan dr. A.
Himendra Wargahadibrata, SpAn diangkat menjadi Pembantu Rektor III Universitas
Padjadjaran sampai tahun 1998.
Berturut-turut bergabung menjadi staf pengajar, dr. Ike Sri Redjeki, SpAn
dan dr. Muthalib Nawawi, SpAn (1990), dr. Husi Husaeni, SpAn. (1991), dr. Ruli
Herman Sitanggang, SpAn (1995), dr. Tinni Trihartini Maskoen, SpAn dan dr. Doddy
Tavianto, SpAn (1999) dr. Rudi K. Kadarsah (2001), dr. Ezra Oktaliansyah, SpAn,
MKes. dr. Erwin Pradian, SpAn, MKes. dan dr. Iwan Fuadi, SpAn, MKes. (2004), dr.
Dedi Fitri Yadi, SpAn dan dr. Suwarman, SpAn., MKes. (2006), dr. Indriasari, SpAn,
M.Kes, dr. Dewi Yulianti Bisri, SpAn, M.Kes, dr. Reza Widianto Sudjud, SpAn, M.Kes
(2010), dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn, M.Kes, dr. Iwan Abdul Rahman, SpAn, M.Kes, dr.
M. Andy Prihartono, SpAn, M.Kes, (2011), dr. Ricky Aditya, SpAn, M.Kes, dr. Dhany
Budipratama, SpAn (2012), dr. Nurita Dian KSS, SpAn (2013), dr. M. Erias Erlangga,
SpAn, dr. Radian Ahmad Halimi, SpAn, dr. Osmond Muftilov Pison Sirait, SpAn
(2015). Total jumlah staf pengajar di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
FK UNPAD/RSHS saat ini adalah 24 orang.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien, pada tahun 1998 didirikan
Instalasi Anestesi yang dipimpin oleh dr. Deddy Koesmayadi, SpAn, KIC. Pada tahun
yang
sama
Bagian
Anestesiologi
dan
Perawatan
Intensif
FK
UNPAD/RSHS
menghasilkan satu orang Guru Besar dalam Bidang Anestesiologi yang juga
merupakan Guru Besar Pertama untuk bidang tersebut di Jawa Barat, sekaligus juga
merupakan alumni pertama lulusan Anestesiologi dan Perawatan Instensif FK
UNPAD yang meraih gelar Guru Besar. Beliau adalah Prof. dr. A. Himendra
Wargahadibrata, SpAn, KNA, KIC.
Tahun 2002 seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, Bagian
Anestesiologi
dan
Perawatan
Intensif
berubah
nama
menjadi
Departemen
Anestesiologi dan Reanimasi atas dasar pemikiran bahwa lingkup pelayanan dan
perawatan anestesiologi tidak hanya terbatas pada masalah pembiusan dan
perawatan intensif saja, tetapi juga meliputi resusitasi, kedokteran gawat darurat,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
4
kedokteran bencana alam, pengelolaan nyeri dan detoksifikasi narkotik.
Tahun 2004, keluarga besar Anestesi Bandung berduka atas kepergian putra
terbaiknya yaitu dr. Tb. Zuchradi, SpAn
Tanggal 9 Oktober 2004, Prof. Dr. Tatang Bisri, dr., SpAn-KNA dikukuhkan
sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UNPAD dalam Bidang Ilmu Anestesiologi,
dan pada tahun 2007, Prof. U. Kaswiyan Adipradja, dr, SpAnK dikukuhkan sebagai
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Anestesiologi.
Pusat
pendidikan
Anestesiologi
dan
Reanimasi
Fakulltas
Kedokteran
UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung berkembang dengan pesat dan mulai
tahun
2004
dibuka
pendidikan
Spesialisasi
2
(Sp2)
untuk
bidang
kajian
Neuroanestesi (KNA) dan untuk saat ini merupakan satu-satunya pusat pendidikan
di Indonesia. Tahun 2005 diresmikan pendidikan Spesialisasi 2 (Sp2) bidang kaijan
Intensive Care (KIC), selain di Jakarta dan Surabaya. Tahun 2010, pada Kongres
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi di Medan, Kolegium Anestesiologi dan
Reanimasi Indonesia berubah menjadi Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif
Indonesia, yang diikuti dengan perubahan nama Departemen dan Program Studi
menjadi Departemen/Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Dalam segi pengembangan staf, hampir seluruh staf pengajar pernah
mengikuti pendidikan lanjutan di berbagai negara seperti Amerika, Jepang, Belanda,
Belgia, Australia, Phillipina, Thailand dan lain-lain. Untuk meningkatkan kemampuan
psikomotor dan kemandirian para peserta didik dalam pengelolaan pasien, proses
belajar mengajar tidak terbatas hanya di RSUP Dr Hasan Sadikin dan RS Mata
Cicendo saja tetapi juga dilakukan di beberapa rumah sakit jejaring baik di Jawa
Barat maupun di luar Jawa Barat.
Para peserta didik PPDS Anestesiologi mendapat kepercayaan dalam tugastugas penting sebagai anggota Tim Kesehatan Kepresidenan (RI 1) dan Wakil
Presiden (RI 2), pejabat khusus atau undangan tamu negara bila mengadakan
kunjungan ke kota Bandung dan sekitarnya, Bakti Sosial operasi bibir sumbing
bersama tim Bedah Mulut dan Bedah Plastik keseluruh wilayah di Indonesia dan Tim
Siaga Bencana RSUP Hasan Sadikin yang sewaktu-waktu harus bersedia dikirim ke
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
5
seluruh wilayah di Indonesia yang sedang mengalami bencana atau konflik.
Ruang lingkup kegiatan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNPAD/RSUP
Dr.
Hasan
Sadikin
Bandung
memiliki
8
divisi,
yaitu:
Divisi
Kardiotoraksik dan Vaskular, Divisi Neuroanestesia, Divisi Anestesi Pediatrik, Divisi
Manajemen Nyeri, Divisi Terapi Intensif, Divisi Anestesi Regional, Divisi Anestesi
Obstetri, dan Divisi Anestesi Emergensi dan Traumatologi.
Beberapa staf senior yang telah memasuki masa purna bakti sebagai staf
pengajar di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung, tetapi tetap meluangkan waktunya untuk mengajar,
mendidik dan menguji peserta PPDS Anestesiologi, mereka adalah dr. Marsudi
Rasman, SpAn-KIC, KNA, Prof. dr. A. Himendra Wargahadibrata, SpAn, KNA, KIC, dr.
Afifi Ruchili, SpAn, KAR, Prof. U. Kaswiyan, dr, SpAn, KAP, KAO, Dr. dr. Ike Sri Redjeki,
SpAn, KIC, KMN, M.Kes.
Sejak didirikannya hingga sekarang, Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK UNPAD/RSHS telah meluluskan 310 orang spesialis anestesi yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Berikut adalah nama-nama Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
sejak mulai berdiri:
1.
Tb. Zuchradi, dr, SpAn
Tahun 1964–1985
2.
Prof. A. Himendra Wargahadibrata, dr, SpAn, KIC, KNA
Tahun 1985–1987
3.
Marsudi Rasman, dr, SpAn, KIC, KNA
Tahun 1987–1990
4.
Afifi Ruchili, dr, SpAn, KAR
Tahun 1990–2002
5.
Prof. U. Kaswiyan, dr, SpAn, KAP, KAO
Tahun 2002–2008
6.
Deddy Koesmayadi, dr, SpAnKIC
Tahun 2008–2010
7.
Dr. Ike Sri Rejeki, dr.SpAn-KIC, KMN, M.Kes
Tahun 2010–2014
8.
Ruli Herman S, dr. SpAn-KIC, KAP, M. Kes.
Tahun 2014–sekarang
Ketua Program Studi Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif sejak mulai
berdiri:
1.
Marsudi Rasman, dr, SpAn, KIC, KNA
Tahun 1985–1987
2.
Afifi Ruchili, dr, SpAn, KAR
Tahun 1987–1990
3.
Prof. A. Himendra Wargahadibrata, dr, SpAn, KIC, KNA
Tahun 1990–2002
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
6
4.
Prof. Dr. Tatang Bisri, SpAn. KNA, KAO
Tahun 2002–2012
5.
Dr. Erwin Pradian, dr., SpAn, KIC, KAR, M.Kes
Tahun 2012–2014
6.
Dr. Ike Sri Rejeki, dr.SpAn-KIC, KMN, M.Kes
Tahun 2015–2015
7.
Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn, KNA. M.Kes
Tahun 2016–sekarang
1.2 VISI dan MISI
1.2.1 Visi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unpad
Menjadi institusi pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang
unggul dan mampu mendorong daya saing bangsa pada tahun 2020
1.
Institusi pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang
unggul adalah institusi pendidikan yang terbaik dan melebihi standar dalam
kualitas pendidikan, penelitian, dan pelayanan masyarakat.Institusi pendidikan
dokter
spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas Padjadjaran memiliki dua program pendidikan unggulan
yaitu
intensive care dan neuroanestesi.
2.
Institusi pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang
berdaya saing adalah institusi pendidikan yang mempunyai kesanggupan,
kemampuan dan kekuatan untuk bersaing dengan program studi Anestesiologi
dan Terapi Intensif di Nasional dan Internasional.
1.2.2 Misi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unpad
1.
Menyelenggarakan pendidikan di bidang Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif yang
terintegrasi dengan pelayanan dan
penelitian sesuai Standar Nasional
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif dan mengikuti
perkembangan Nasional dan Internasional yang mutahir.
2.
Meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian serta publikasi baik Nasional
maupun Internasional.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
7
3.
Melakukan pengabdian kepada masyarakat di bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif yang berkualitas sesuai dengan standar profesi.
1.3 Tujuan Pendidikan
A. Tujuan Umum
Menghasilkan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang unggul
dan mampu mendorong daya saing bangsa.
B. Tujuan Khusus
1.
Mempunyai pengetahuan dan memiliki ketrampilan di bidang Anestesiologi
dan Terapi Intensif sesuai standar Nasional dengan keunggulan di bidang
intensive care dan neuroanestesi sehingga mampu memberikan pelayanan dan
memecahkan permasalahan di masyarakat.
2.
Mempunyai
tanggung
jawab
profesi,
moral
dan
dapat
mengamalkan
pengetahuan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
3.
Mampu
merencanakan dan melaksanakan pendidikan dan penelitian yang
berkualitas
secara
mandiri
dalam
rangka
pengembangan
di
bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif serta berperan dalam kegiatan ilmiah
Internasional.
4.
Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat secara profesional di bidang
Anestesiologi
5.
Mampu
dan Terapi Intensif.
bekerjasama dengan sejawat lain serta menjunjung tinggi etika dan
norma-norma yang berlaku.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
8
BAB 2
ORGANISASI PENYELENGGARA
2.1 Penyelenggara
Dirjen Dikti bersama-sama dengan Kolegium Pendidikan telah menetapkan
melalui
ketetapannya
bahwa
program
pendidikan
dokter
spesialis
harus
dilaksanakan di Fakultas Kedokteran (FK) Negeri dan Rumah Sakit (RS) pendidikan
yang memenuhi persyaratan jumlah dan macam kasus, sehingga pengalaman belajar
dapat terpenuhi. Dalam hal ini, penyelenggaraan pendidikan dilakukan di Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
sebagai rumah sakit pendidikannya.
2.2 Pengelola
Pengelola Program Studi terdiri dari seorang Ketua program studi (KPS) dan
seorang
Sekretaris
Program
Studi
(SPS),
yang
bertanggung
jawab
untuk
menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kurikulum. Secara administratif KPS
mempertanggungjawabkan tugas tersebut kepada Kepala Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi diusulkan
oleh Kepala Departemen kepada Dekan, dan diangkat dengan surat Keputusan
Dekan atas nama Rektor dengan masa berlaku selama periode 5 tahun.
Struktur Organisasi Program Studi (Prodi) Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran terdiri dari:
1.
Unsur pimpinan: Ketua Program Studi.
2.
Unsur pelaksana: Penanggung Jawab Stase,Evaluator
semester, Penanggung
jawab Divisi, Penanggung Jawab Semester 1–8, Penanggung jawab stase.
3.
Unsur pelaksana administrasi akademik: staf kependidikan.
4.
Unsur kelompok staf pendidik.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
9
Adapun ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap program studi dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) di
FK/RS Pendidikan dikelola oleh seorang KPS dan tidak boleh dirangkap oleh
jabatan Kepala Departemen.
2. a. Ketua Program Studi adalah seorang Penilai yang merupakan hasil pemilihan
di antara kelompok pengajar dalam bidang ilmu yang bersangkutan dan
diusulkan oleh Kepala Departemen.
b. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi bertanggung jawab untuk
terselenggaranya
pendidikan
sesuai
dengan
kurikulum
dan
secara
administratif melaporkan kegiatannya kepada Kepala Departemen.
3. Ketua Program Studi diangkat dengan Surat Keputusan Dekan atas nama Rektor
sehingga dengan demikian bertanggung jawab pada Rektor melalui Dekan selain
juga bertanggung jawab terhadap Kepala Departemen.
4. Ketua Program Studi harus seorang Doktor atau minimal Kandidat Doktor,
Spesialis Anestesiologi Konsultan yang diakui Kolegium Anestesiologi dan Terapi
Intensif Indonesia serta berstatus Penilai.
5. Ketua Program Studi bertanggung jawab atas pengelolaan semua kegiatan
penyelenggaraan program studi bidang ilmu kedokteran tertentu dan membantu
pimpinan Fakultas Kedokteran.
2.3 Hubungan Ketua Program Studi dengan Kepala Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif
Dengan memperhatikan batasan organisasi yang berlaku serta perkembangan
tatalaksana hubungan administratif dalam penerapan ketentuan organisasi tersebut
di kalangan Fakultas Kedokteran/Rumah Sakit Pendidikan, dibuat batasan tentang
hubungan KPS dengan para Kepala Departemen sebagai berikut:
1. Tanggung jawab ketenagaan dan sarana akademik dalam lingkungan FK/RS
Pendidikan untuk setiap bidang ilmu dilimpahkan kepada Kepala Departemen.
Dengan demikian akan tercakup pula segi-segi pemanfaatan para pengajar
dalam kegiatan pendidikan/penelitian/pengabdian masyarakat yang tercantum
dalam Program Pascasarjana atau Program Pendidikan Dokter Spesialis.
2. Ketua Program Studi bertanggung jawab kepada Kepala Departemen dan harus
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
10
selalu melibatkan Kepala Departemen untuk mendapatkan dukungan ataupun
persetujuan
pemanfaatan
tenaga
pengajar
secara
keseluruhan
ataupun
pemanfaatan sarana akademik.
3. Dalam hal program studi PPDS-1 memerlukan modul-modul pendidikan bidang
ilmu lain, KPS harus melibatkan KPS lain yang bersangkutan. Selanjutnya
perencanaan pendidikan modul tersebut dibahas bersama Kepala Departemen
tersebut.
4. Setiap semester, KPS membuat laporan perencanaan pemanfaatan tenaga, sarana
akademik
yang
tercakup
dalam
penyelenggaraan
program studi
setelah
memperoleh kesepakatan dari KPS lain ataupun Kepala Departemen bidang ilmu
yang akan dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibatkan.
5. Bila terjadi kesulitan komunikasi pada persiapan penyelenggaraan program studi,
KPS akan mencari penyelesaian bersama Pimpinan FK/RS.
6. Kelancaran penyelenggaraan program pendidikan prasarjana akan selalu menjadi
perhatian dalam perencanaan program studi PPDS-1, karena pada hakikatnya hal
tersebut menjadi kepentingan bersama semua unsur FK/RS.
2.4. Uraian Tugas
Uraian Tugas Kepala Departemen, yaitu:
1.
Merumuskan dan mengusulkan program kerja tahunan beserta kebutuhan
sumber daya kepada Dekan FK.
2.
Menyusun rencana kegiatan bulanan berdasarkan program kerja tahunan
yang telah disahkan oleh Dekan FK.
3.
Merintis dan menggalang kerja sama internal maupun external bersama
Ketua Program Studi dalam rangka mendukung tridharma perguruan tinggi.
4.
Mendorong staf pendidik untuk meningkatkan kapasitasnya dalam bentuk
pemberian
ijin
untuk
mengikuti
kursus/seminar
dan
lain-lain
atau
pendidikan formal.
5.
Menyelenggarakan pertemuan ilmiah berkala.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
11
6.
Menyusun dan mengusulkan prosedur operasional standar (POS) sesuai
kebutuhan untuk disahkan oleh Dekan FK.
7.
Mengusulkan
pemberian
tugas
dosen
yang
dibutuhkan
untuk
penyelenggaran program studi terkait kepada Dekan FK.
8.
Mengusulkan
pemberian
tugas
dosen
yang
dibutuhkan
untuk
penyelenggaraan penelitian di pusat studi.
9.
Mendukung kebutuhan sumber daya lain yang dibutuhkan oleh program
studi dan pusat studi.
10. Melakukan koordinasi dengan program studi dan pusat studi dalam rangka
pemenuhan sumber daya.
11. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan secara periodik.
12. Mengevaluasi kinerja staf pendidik dalam rangka pengembangan dan
pembinaan karir.
13. Mengusulkan jabatan akademik, pangkat/golongan dosen kepada Dekan FK
Unpad.
14. Memberi masukan hasil kinerja staf kependidikan kepada Kepala Bagian
Tata Usaha.
15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dekan FK Unpad dalam
rangka mendukung kelancaran organisasi Fakultas Kedokteran.
Uraian Tugas Ketua Program Studi (KPS), yaitu:
1. Merumuskan dan mengusulkan program kerja akademik beserta kebutuhan
sumber daya kepada Dekan FK.
2. Mengembangkan kurikulum pendidikan beserta metodenya berdasarkan
penelitian-penelitian terkini.
3. Menyusun rencana kegiatan akademik tiap semester berdasarkan program
kerja tahunan yang telah disahkan oleh Dekan FK.
4. Bersama kepala departemen merintis dan menggalang kerja sama internal
maupun eksternal dalam rangka mendukung tridharma perguruan tinggi.
5. Melakukan kegiatan sosialisasi program studi dengan berbagai metode dalam
rangka menarik minat calon mahasiswa.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
12
6. Menyusun dan mengusulkan prosedur operasional standar (POS) sesuai
kebutuhan untuk disahkan oleh dekan FK.
7. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan serta menggerakkan proses
akreditasi program studi.
8. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan serta menggerakkan pengajuan ijin
baru atau perpanjangan ijin program studi sebelum masa habis ijin.
9. Mengusulkan kebutuhan dosen kepada departemen terkait dalam rangka
kelancaran proses akademik.
10. Melaksanakan proses akademik sesuai dengan standar/ kurikulum.
11. Menjaga dan melaksanakan program peningkatan mutu.
12. Bertanggung jawab atas entry data dan validasi data akademik secara berkala
13. Menetapkan dan mengawasi tata tertib akademik.
14. Membina dan memelihara disiplin dan kekompakan unit kerja.
15. Mengawasi pelaksanaan kode etik sivitas akademika dan memberikan
masukan kepada Dekan FK bila terjadi pelanggaran.
16. Memantau dan mengevaluasi proses akademik secara berkala.
17. Melakukan koordinasi dengan departemen dalam rangka pemenuhan sumber
daya.
18. Melakukan koordinasi dengan pusat studi dalam rangka memfasiltiasi
penelitian yang dilakukan oleh peserta didik.
19. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dekan FK Unpad dalam rangka
mendukung kelancaran organisasi Fakultas Kedokteran.
Uraian Tugas SekretarisProgram Studi (SPS),yaitu:
1. Mengatur stase peserta didik sesuai dengan tahapannya selama 1 (satu)
semester.
2. Mengatur jadwal jaga harian peserta didik setiap bulan.
3. Memberikan persetujuan kepada peserta didik untuk tidak mengikuti kegiatan
pendidikan peserta didik (kehadiran: sakit, ijin, cuti) setelah berkoordinasi
dengan KPS.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
13
4. Memantau absensi harian peserta didik.
5. Mengevaluasi dan memberikan persetujuan judul penelitian yang diajukan
oleh peserta didik.
6. Berkoordinasi dengan RS Satelit dan RS Afiliasi dalam pengiriman peserta
didik ke Rumah Sakit Terkait.
7. Memberi masukan kepada KPS apabila diperlukan yang berkaitan dengan
pendidikan.
8. Bertanggung jawab terhadap seluruh surat masuk dan keluar.
9. Membantu KPS dalam melaksanakan tugas.
10. Ikut bertanggung jawab pada permasalahan seluruh peserta didik.
11. Bertanggung jawab terhadap materi dan kegiatan penerimaan peserta didik
baru.
12. Melaporkan hasil evaluasi pengayaan, hasil yudisium, hasil evaluasi lainnya
kepada KPS.
13. Menyusun pembimbing I dan pembimbing II penelitian (tesis) peserta didik.
Uraian Tugas Evaluator Semester,yaitu:
1. Memantau pelaksanaan jadwal ilmiah dan ujian yang telah disusun oleh
penanggung jawab masing masing semester.
2. Mengkoordinir pengumpulan hasil penilaian peserta didik dari masing masing
semester dan RS Jejaring.
3. Membuat
jadwal
ilmiah
peserta
didik
dan
memantau
kelancaran
pelaksanaannya.
4. Memantau absensi acara ilmiah peserta didik, daftar hadir, pembimbing dan
moderator ilmiah.
5. Memeriksa hasil kehadiran ilmiah peserta didik setiap semester dan staf
pembimbing.
6. Menerima laporan hasil nilai setiap semester dari setiap penanggung jawab
tahapan.
7. Melaporkan hasil evaluasi peserta didik kepada KPS.
8. Melakukan koordinasi dengan penanggungjawab stase untuk menentukan
stase peserta didik.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
14
9. Membuat laporan kemajuan semester setiap peserta didik
10. Memberikan pertimbangan kepada KPS dalam menjatuhkan sanksi akademik
kepada peserta didik.
Uraian Tugas Sekretariat prodi,yaitu:
1. Menyelenggarakan
kegiatan
administrasi menyangkut dokumentasi dan
perekaman catatan setiap kegiatan Prodi baik dalam bidang pendidikan,
pelayanan medik dan pengabdian masyarakat.
2. Mengatur dan menata alur keluar–masuk setiap dokumen yang dikirimkan
atau diterima oleh Prodi.
3. Mengarahkan dan membantu peserta didik atau dalam hal ini menyangkut
pencatatan dan pemberkasan persyaratan administrasi selama menempuh
pendidikan.
4. Menyiapkan segala keperluan dan perlengkapan yang diperlukan dalam
kegiatan rapat pada Prodi.
5. Membantu dalam pengurusan kepegawaian.
Uraian Tugas Penanggung Jawab Divisi,yaitu:
1. Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan pelayanan anestesi dan
terapi intensif sesuai dengan divisi yang ditugaskan.
2. Berkoordinasi dengan penanggung jawab stase untuk menjamin kegiatan
pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi intensif dapat berlangsung
dengan optimal.
3. Menyusun rencana kegiatan pelayanan dan pendidikan anestesi dan terapi
intensif.
4. Merencanakan pengembangan divisi melalui kerjasama internal dan eksternal.
5. Berkoordinasi dengan penanggung jawab stase dalam menyusun laporan
evaluasi hasil pelayanan dan pendidikan anestesi dan terapi intensif.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
15
Uraian Tugas Penanggung Jawab Stase, yaitu:
1. Berkoordinasi dengan penanggung jawab divisi untuk menjamin kegiatan
pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi intensif dapat berlangsung
dengan optimal
2. Berkoordinasi dengan penanggung jawab semester atas nilai evaluasi dan
kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam menjalani stase pendidikan
anestesi dan terapi intensif
3. Mengatur jadwal pemberian materi dan jadwal evaluasi pengayaan peserta
didik di setiap stase pendidikan anestesi dan terapi intensif
4. Membuat rencana dan jadwal pembelajaran mengenai Anestesi sesuai stase
pendidikan anestesi dan terapi intensif dengan berpedoman kepada Modul
Kolegium Anestesi.
5. Membuat rencana dan jadwal evaluasi hasil pembelajaran
6. Berkoordinasi dengan penanggung jawab divisi dalam menyusun laporan
evaluasi hasil pendidikan anestesi dan terapi intensif
7. Melaporkan hasil pembelajaran dan evaluasi kepada penanggung jawab
semester.
Uraian Tugas Penanggung Jawab Semester, yaitu:
1. Mengelola hasil evaluasi pelaksanaan pendidikan peserta didik
2. Mengkoordinir pengumpulan buku log pasien dan buku kemajuan peserta
didik.
3. Bertanggung jawab atas segala permasalahan pendidikan dari peserta didik
semester.
4. Mengajukan jadwal kepada komisi ujian kolegium dalam pelaksanaan ujian
tulis nasional.
5. Melaporkan hasil nilai peserta didik setiap akhir semester kepada KPS/SPS
dan evaluator.
6. Berkoordinasi dengan KPS apabila ada kendala dari peserta didik yang
menyelesaikan penelitiannya.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
16
Uraian Tugas Koordinator Audit Medik, yaitu:
1.
Mengadakan pertemuan audit medik membahas kejadian morbiditas dan
mortalitas yang terjadi selama proses pendidikan dan pelayanan.
2.
Berkoordinasi dengan koordinator pendidikan dan koordinator pelayanan
berkaitan dengan kejadian morbiditas dan mortalitas selama pendidikan dan
pelayanan.
3.
Melaporkan kejadian morbiditas dan mortalitas yang terjadi selama
pendidikan dan pelayanan kepada Kepala Departemen.
Uraian Tugas Koordinator Penelitian dan Publikasi Ilmiah, yaitu:
1. Memberikan
dorongan,
membantu
serta
mengkoordinasikan
kegiatan
penelitian dan publikasi karya ilmiah dari staf atau peserta didik.
2. Membimbing penelitian peserta didik.
3. Mempublikasikan hasil kegiatan ilmiah atau penelitian yang dilakukan oleh
staf atau peserta didik.
4. Membuat laporan publikasi dan penelitian tahunan Prodi Pendidikan
Anestesiologi dan Terapi Intensif Universitas Padjadjaran
Uraian Tugas Koordinator Pelayanan Medik, yaitu:
1.
Memantau serta memonitor setiap kegiatan pelayanan medik yang
dilakukan dalam rangka pendidikan dan pembelajaran serta pengajaran
sehingga sesuai dengan standar pelayanan medik di RS dan sesuai
dengan panduan praktek klinis yang ada di RS agar keselamatan
pasien/patient safety tetap terjaga.
2.
Meninjau
dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan
pendidikan
dan
pembelajaran peserta didik dan staf pengajar di RS pendidikan melalui
laporan hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para peserta didik
dan kinerja staf secara rutin.
3.
Bekerja sama dengan bidang pelayanan medik RS Hasan Sadikin dalam
melakukan sosialisasi terhadap tata tertib pegawai tenaga medik peserta
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
17
didik Program Pendidikan Dokter Spesialis I Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Uraian Tugas Koordinator Skill Lab, yaitu:
1.
Menjamin keberlangsungan pendidikan terutama yang menyangkut aspek
keterampilan klinis setiap peserta didik.
2.
Berkoordinasi dengan koordinator pelayanan dan koordinator pendidikan
dalam pengembangan peserta didik.
Uraian Tugas Gugus Kendali Mutu, yaitu:
1.
Membantu KPS dalam kelancaran kegiatan akademik semester.
2.
Memonitor
dan
membahas
proses
belajar
mengajar
yang
sedang
berlangsung serta mengevaluasi pembelajaran pada akhir semester.
3.
Memonitor dan mengevaluasi kinerja staf pendidik
4.
Membuat rekomendasi rekrutmen staf berdasarkan kebutuhan sesuai Renstra
Prodi.
5.
Melakukan evaluasi diri internal Program Studi secara berkala
PENANGGUNG JAWAB SEMESTER
Semester
1
2
3
4
5
Penanggung Jawab
Dedi Fitri Yadi, dr.,SpAn-KAR.,M.Kes.
Ricky Aditya, dr., Sp.An-KIC, M.Kes.
Dedi Fitri Yadi, dr.,SpAn-KAR.,M.Kes.
Osmond Muftilov Pison S., dr. SpAn
Dhany Budipratama, dr., SpAn-KIC
Nurita Dian KSS, dr. SpAn, KIC
Reza W. Sudjud, dr.,SpAn-KIC, KAKV,M.Kes.
Radian Ahmad Halimi, dr. SpAn
Indriasari, dr.,SpAn-KIC,M.Kes.
M. Erias Erlangga, dr. SpAn. M.Kes.
6
Iwan Abdul Rachman, dr. SpAn, KNA, M.Kes.
7
M Andy Prihartono, dr. SpAn, KMN, KAR M.Kes.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
18
8
Budiana Rismawan, dr.,SpAn-KAKV., M.Kes
9, dst
Dr. Dewi Yulianti Bisri, dr., SpAn, KNA, KAO
PENANGGUNG JAWAB DIVISI
No
Divisi
Penanggung Jawab
1
Terapi Intensif
Dhany Budipratama, dr., SpAn-KIC
2
Manajemen Nyeri
Dr. Tinni Trihartini Maskoen, dr.,SpAn-KIC,KMN
3
Neuroanestesi
Dr. Iwan Fuadi, dr, SpAn, KNA, M.Kes.
4
Anestesi Regional
Dr. Erwin Pradian, dr.,SpAn-KIC,KAR,M.Kes.
5
Anestesi Pediatrik
Ezra Oktaliansah, dr.,SpAn-KIC,KAP,M.Kes.
6
Anestesi Kardiotorasik
Reza W. Sudjud dr., SpAn-KAKV,KIC, M.Kes.
7
Anestesi Obstetri
Dr. Dewi Yulianti Bisri., dr, SpAn-KNA,KAO,M.Kes.
8
EMG
Doddy Tavianto, dr., SpAn-KAKV
PENANGGUNG JAWAB STASE
No
Stase
Penanggung Jawab
1
ICU
Dhany Budipratama, dr., SpAn-KIC
2
EMG
Osmond Muftilov Pison S., dr. SpAn
3
Orthopedi/Regional
Dedi Fitri Yadi, dr.,SpAn-KAR.,M.Kes.
4
PACU/Pain/Luar OK/Luar RSHS
M Andy Prihartono, dr. SpAn, KMN, KAR M.Kes.
5
Pediatrik
Ezra Oktaliansah, dr., SpAn-KIC, KAP, M.Kes.
6
Onkologi/Plastik
Indriasari, dr.,SpAn-KIC,M.Kes.
7
Digestive
M. Erias Erlangga, dr. SpAn. M.Kes.
8
Obgyn
Nurita Dian KSS, dr. SpAn, KIC
9
Neuroanestesi
Iwan Abdul Rachman, dr. SpAn-KNA, M.Kes.
10
BM/ THT
Ardi Zulfariansyah,dr. SpAn-KIC, M.Kes.
11
Urologi
Dr. Suwarman, dr, SpAnKIC, KMN, M.Kes.
12
ODS/Endoskopi/IT
Radian A. Halimi, dr. SpAn
13
Kardiotorasik/vaskular
Reza W. Sudjud, dr.,SpAn-KIC, KAKV,M.Kes.
14
Mata
M. Adli B dr. SpAn
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KELOLA
DEPARTEMEN/SMF ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK. UNPAD / RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Tahun 2016-2020
Direktur Medik dan Keperawatan
Rumah Sakit Hasan Sadikin
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
Unit Penjaminan Mutu
FK UNPAD
Kepala
Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Ruli Herman S, dr.,SpAn-KIC,KAP,M.Kes
Ketua
Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn-KNA, MKes
Gugus kendali mutu
Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif
Dr. Suwarman, dr., SpAn-KIC,
KMN, M.Kes
Sekretariat dan Tata Usaha
Koordinator Audit Medik dan
Pengembangan Mutu
Departemen/SMF
Anestesiologi dan Terapi Intensif
Nurita Dian KSS,dr.,Sp.An.,KIC
Koordinator Penelitian dan
Koordinator Pelayanan Medik
Publikasi
Departemen/SMF
Departemen/SMF
Anestesiologi dan Terapi Intensif
Anestesiologi dan Terapi Intensif
M. Andy Prihartono, dr.,SpAnEzra Oktaliansah, dr.,SpAnKMN., M.Kes
KIC., KAP., M.Kes
Divisi Ma najeme n Nyeri
Dr. Tinni Trihartini Maskoen,
dr.,SpAn-KIC,KMN
Divisi Anestesi Regional
Dr. Erwin Pra dian,
dr.,SpAn-KIC,KAR,M.Kes
Divisi Anestesi Ka rdiotorasik
Rez a W. Sudjud dr., SpAnKAKV,KIC, M.Kes
Divisi EMG
Doddy Ta vianto, dr., SpAnKAKV
Koordinator Skill Lab
Departe men/SMF
Ane stesiologi dan Tera pi
Inte nsif
Dedi F itri Yadi,
dr.,SpAn.,M.Kes
Divisi Terapi Intensif
Dha ny Budipratama, dr.,
SpAn-KIC
Divisi Neuroa nestesi
Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn-
Sekretaris Program Studi
Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Dr. Suwarman, dr., SpAn-KIC,
M.Kes
Evaluator Semester
Program Studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif
Ardi Zulfariansyah, dr., Sp.AnKIC, M.Kes
Penanggung Jawab Semester 1
Dedi Fitri Yadi, dr., SpAn
Ricky Aditya, dr, Sp.An
Penanggung Jawab Semester 5
Indriasari, dr, Sp.An KIC
M. Erias, dr, Sp.An
Penanggung Jawab Semester 2
Dedi Fitri Yadi, dr, Sp.An
Osmond Muftilov, dr, Sp.An
Penanggung Jawab Semester 6
Iwan A. Rahman, dr, Sp.AnKNA
Penanggung Jawab Semester 3
Dhany B, dr, Sp.An, KIC
Nuri ta Dian, dr, Sp.An, KIC
Penanggung Jawab Semester 7
M. Andy Prihartono,dr,
Sp.AnKMN
Penanggung Jawab Semester 4
Reza.WS, dr, Sp.An, KAKVKIC
Radian A. Halimi, dr, Sp.An
Penanggung Jawab Semester 8
Budiana Rismawan, dr,
Sp.AnKAKV
KNA, M.Kes
Divisi Anestesi Pediatrik
Ezra Okta liansah, dr.,SpAnKIC,KAP,M.Kes
PENANGGUNG JAWAB
STASE PENDIDIKAN
ANESTESI DAN TERAPI
INTENSIF
Divisi Anestesi Obstetrik
Dr. Dewi Yulianti B isri, dr.,
SpAn-KNA,KAO,M.Kes
nduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
19
20
BAB3
TATA CARA PENERIMAAN PESERTA DIDIK
Sistem rekrutmen dan seleksi calon Peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis-1 (PPDS-1) Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran mengacu pada pedoman penerimaan mahasiswa
baru melalui jalur Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran (SMUP).
3.1 Persyaratan Umum
1.
Warga Negara Indonesia lulusan Fakultas Kedokteran yang telah terakreditasi.
2.
Warga Negara Asing yang mendapat persetujuan Dirjen Dikti dan memenuhi
ketentuan Konsil Kedokteran Indonesia.
3.
Mengisi formulir pendaftaran Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan diketik atau ditulis tangan sendiri
(dengan huruf balok) yang terdiri atas 3 (tiga) set masing-masing 6 (enam)
halaman,
dapat
di
unduh
di
http://smup.ac.id
atau
http://pendaftaran.unpad.ac.id.
4.
Surat Permohonan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis
Fakultas Kedokteran yang diketik atau ditulis tangan sendiri (dengan huruf
balok) ditujukan kepada Yth. Rektor UNPAD melalui Dekan Fakultas Kedokteran
UNPAD, tembusan kepada Koordinator PPDS Fakultas Kedokteran UNPAD, dan
kepada Ketua Program Studi terkait di Lingkungan FK UNPAD.
5.
Fotokopi bukti pembelian PIN (personal identification number) dari Bank Negara
Indonesia (BNI)/bank yang ditunjuk.
6.
Fotokopi kartu ujian SMUP yang sudah ditanda tangan dan cap jempol tangan
kiri.
7.
Hasil pencetakan biodata online yang sudah ditempel pas foto berwarna ukuran
3x4, tanda tangan diatas materai dan cap jempol tangan kiri.
8.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
nduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
20
21
9.
Fotokopi ijazah Sarjana Kedokteran (S.Ked) yang telah dilegalisasi oleh pimpinan
fakultas.
10. Fotokopi ijazah profesi yang telah dilegalisasi oleh pimpinan fakultas.
11. Fotokopi transkrip akademik S.Ked. yang telah dilegalisasi oleh pimpinan
fakultas.
12. Fotokopi transkrip akademik profesi yang telah dilegalisasi oleh pimpinan
fakultas.
13. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
yang masih berlaku
14. Fotokopi Surat Ijin Praktek (SIP) dokter yang masih berlaku.
15. Setelah lulus dokter minimal 1 tahun terhitung sejak dinyatakan lulus ujian
kompetensi dokter Indonesia (UKDI) dan telah bekerja di Institusi Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit Pemerintah atau Swasta, maupun klinik) selama 1 tahun
sejak diterbitkannya SIP dan dinyatakan dalam surat keterangan telah bekerja
oleh pimpinan institusi.
16. Bagi dokter yang melaksanakan internship, telah bekerja di institusi pelayanan
kesehatan (Rumah Sakit Pemerintah atau Swasta, maupun klinik) selama 1 tahun
sejak diterbitkannya SIP dan dinyatakan dalam surat keterangan telah bekerja
oleh pimpinan institusi.
17. Surat rekomendasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat yang menyatakan
tidak pernah melakukan malpraktik atau pelangaran kode etik kedokteran.
18. Surat keterangan berbadan sehat dari rumah sakit pemerintah termasuk
pemeriksaan buta warna (tidak buta warna).
19. Surat keterangan bebas penggunaan Narkotik, Psikotropik, dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) dari rumah sakit pemerintah .
20. Surat Kelakuan Baik dari kepolisian setingkat Kepolisian Resort Kota (POLRESTA).
21. Khusus bagi calon pelamar yang berasal dari instansi TNI dan POLRI, Surat
Kelakuan Baik dikeluarkan oleh kesatuan masing-masing yang telah dilegalisasi.
22. Bagi yang telah melaksanakan tugas sebagai pegawai tidak tetap (PTT) wajib
melampirkan fotokopi SK pengangkatan dan penempatan PTT, serta surat
keterangan selesai masa bakti dari Kementrian Kesehatan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
22
23. Bagi Pegawai Negeri wajib melampirkan fotokopi SK CPNS (80%) dan PNS
(100%).
24. Bagi pelamar yang berasal dari TNI dan POLRI wajib melampirkan SPRIN
pertama dan SPRIN terakhir.
25. Bagi pelamar yang dikirim oleh instansi pemerintah atau swasta, harus
melampirkan surat pernyataan jaminan pembiayaan dari instansi yang mengirim.
26. Bagi yang pernah mengikuti seleksi PPDS Fakultas Kedokteran dimana pun
tetapi tidak diterima, wajib melampirkan surat penolakan dari Fakultas
Kedokteran penyelengara PPDS yang pernah diikuti.
27. Tidak sedang menempuh seleksi PPDS 1 di Universitas lain di periode yang
sama.
28. Seluruh persyaratan diatas masing-masing dibuat 3 rangkap.
3.2 Persyaratan Khusus
1.
Indeks prestasi kumulatif (IPK) untuk tingkat sarjana kedokteran dan profesi
dokter masing-masing tidak kurang dari 2.75.
2.
Wajib memiliki sertifikat telah mengikuti dan lulus kursus ACLS.
3.
Usia maksimal 35 tahun saat memulai pendidikan.
4.
Pas foto 4 x 6 berwarna (2 buah).
5.
Fotokopi sertifikat pendukung (ATLS, FCCS,dll).
6.
Surat rekomendasi atasan (kalau ada).
7.
Surat tugas belajar (kalau ada).
8.
Surat penempatan dimana saudara akan bekerja nanti setelah pendidikan (surat
resmi yang dikeluarkan direktur rumah sakit/kepala dinas).
9.
Fotokopi sertifikas UKDI.
3.3 Seleksi Calon Peserta PPDS-1 :
1.
Tes kemampuan bahasa inggris (dikoordinasikan oleh SMUP TKP PPDS-1).
2.
Tes kemampuan belajar advance (dikoordinasikan oleh SMUP TKP PPDS-1).
3.
Tes Psikometrik dan kognitif (dikoordinasikan oleh SMUP melalui TKP PPDS-1).
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
23
4.
Wawancara (dilakukan oleh Program Studi masing-masing).
5.
Tes akademik (dilakukan oleh Program Studi masing-masing).
Pedoman penilaian yang digunakan oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif sesuai dengan pedoman penilaian seleksi calon peserta didik baru program
pendidikan Dokter Spesialis-Idari Fakultas Kedokteran UNPAD, yaitu:
No
1
Komponen
Skor
Bobot
Jumlah
Seleksi Administrasi
Asal Universitas
FK UNPAD
Akreditasi A
10
FK negeri selain Unpad
Akreditasi A
9
FK Swasta
Akreditasi A
7
FK Negeri
Akreditasi B
7
FK Swasta
Akreditasi B
5
FK Negeri
Akreditasi C
4
FK Swasta
Akreditasi C
1
Status Kepegawaian
PNS Pemda JABAR
7
PNS Pemda PAPUA dan MALUKU/TNI/POLRI
6
PNS Pemda luar JABAR, PAPUA dan MALUKU
4
Swasta/Pasca PTT (daerah terpencil)
3
Swasta/Pasca PTT (daerah non terpencil)
2
Swasta/Non PTT
1
20%
Status Beasiswa
Beasiswa dari Pemda JABAR
6
Beasiswa dari Pemda Luar Jabar/TNI/POLRI
4
Beasiswa dari Swasta
2
Non-beasiswa
1
IPK
Rentang 3,5 – 4,00
8
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
24
Rentang 3,00 – 3,49
5
Rentang 2,50/2,75 – 2,99
3
Penempatan setelah lulus
Pemda Jabar
7
Pemda Papua dan Maluku/TNI/POLRI
6
Pemda luar Jabar, Papua dan Maluku
3
Daerah lain
2
2
MMPI
10%
3
TKBI
10%
4
Tes akademik di prodi masing-masing
20%
5
Wawancara
20%
Hasil penilaian 100%
Hasil penilaian akan dirapatkan oleh Tim rekruitmen sebagai pertimbangan
terakhir untuk menentukan jumlah dan kandidat yang diterima, terutama untuk nilai
yang berimbang. Calon peserta didik baik yang diterima maupun tidak, dilaporkan
ke TKP PPDS, Dekan, dan Rektor untuk diteruskan ke pelamar dengan tembusan ke
Kolegium.
Jumlah PPDS yang diterima harus memperhatikan kemampuan IPDS untuk
mendidik dari segi jumlah staf pendidik aktif (pendidik aktif: PPDS=1:3), sarana dan
prasarana IPDS/Rumah Sakit Pendidikan termasuk RS Jejaring, jumlah dan macam
kasus, sehingga dapat melaksanakan kurikulum nasional yang telah ditentukan.
Secara ringkas jumlah penerimaan per semester adalah jumlah staf pengajar aktif
kali 3 dibagi lama pendidikan dalam semester.
Cara rekruitmen diatas dimaksudkan untuk memudahkan IPDS mendidik PPDS
sehingga dapat menghasilkan dokter Spesialis Anestesi yang sesuai dengan visi/misi
FK. UNPAD dan RSHS dan kebutuhan masyarakat. Secara berangsur penilaian akan
ditingkatkan agar mutu internasional dapat tercapai.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
25
3.4 Biaya pendidikan
Besarnya biaya pendidikan untuk setiap peserta didik tergantung pada status
kepegawaian atau tempat kerja peserta didik yang ditentukan oleh pihak universitas
sesuai dengan SK Rektor No: 1358/UN.6.RKT/KU/2012 tanggal 1 Maret 2012. Untuk
penerimaan periode September 2016, sesuai Peraturan Rektor Unpad No. 8 Tahun
2016.
3.5 Pengumuman Penerimaan Peserta PPDS-1
Daftar kelulusan calon peserta akan ditandatangani oleh Rektor Universitas
Padjadjaran dan akan diumumkan melalui website :www.smup.unpad.ac.id dan juga
diberitahukan melalui surat yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas
Padjadjaran.
Peserta
yang
diterima
harus
segera
menghubungi
sekretariat TKP-PPDS untuk mengurus persyaratan administrasi selaku mahasiswa
Universitas Padjadjaran, penerimaan mahasiswa PPDS oleh Dekan FK UNPAD dan
Direktur RS Pendidikan, dan pengumuman lain yang dipandang perlu.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
26
3.6 Alur Penerimaan Calon PPDS-1
Calon Peserta PPDS
Log in ke website pendaftaran SMUP dan melengkapi persyaratan formulir yang diunduh online di
smup.unpad.ac.id
Verifikasi di TKP FK UNPAD
Proses seleksi:
I.
II.
Tingkat Fakultas:

Tes TOEFL

Tes psikometrik & Kognitif
Tingkat Departemen

Tes Akademik Ujian Tulis

Wawancara
III.
-
Wawancara
Penilaian & pengambilan keputusan oleh Tim Seleksi Departemen Anestesiologi
Membuat Laporan ke Dekan FK UNPAD
Penetapan oleh Rektor UNPAD
Pengumuman hasil seleksi di website
smup.unpad.ac.id
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
27
BAB 4
TENAGA PENGAJAR
4.1 Persyaratan Staf Pengajar
Staf Pengajar adalah seseorang dengan kompetensi sebagai dokter Spesialis
Anestesiologi yang diberi wewenang untuk membimbing, mendidik, dan menilai
peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif di
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung.
4.2 Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah
Berdasarkan UU Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah, MKKI, dan Kolegium
Anestesiologi & Terapi Intensif, maka di Buku Pedoman Pendidikan Spesialis
Anestesiologi ini dibuat aturan sebagai berikut:
1) Kualifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai
dengan bidang keahlian dan atau spesialis konsultan yang terakreditasi sesuai
dengan bidang keahlian.
2) Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum:
a.
lulusan program magister (S2) untuk program diploma atau program
sarjana; dan
b. lulusan program doktor (S3) untuk program pascasarjana (S2,S3).
c.
lulusan program Konsultan untuk program pendidikan spesialis anestesiologi
d. Dosen harus mempunyai kualifikasi minimal setingkat lebih tinggi dari
peserta didik.
4.3. Penggolongan Staf Pengajar
4.3.1 Definisi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
27
28
Staf pengajar adalah mereka yang karena keahliannya diberi wewenang untuk
menilai, mendidik, dan membimbing pada Program Pendidikan Dokter Spesialis
Anestesiologi.
4.3.2 Penggolongan Staf Pengajar
4.3.2.1 Pembimbing
Pembimbing yaitu mereka yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
dan bimbingan dalam meningkatkan keterampilan peserta didik, tetapi tidak
diberi tanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah (kognitif).
Kualifikasi:
1.
Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya di Fakultas Kedokteran Negeri
(FKN) yang ditunjuk oleh Kepala Departemen FKN.
2.
Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya (SpAn) diluar FKN dengan masa
kerja minimun 3 tahun yang ditunjuk oleh Kepala Departemen FKN.
3.
Dalam hal ini berarti SpAn yang sedang mengikuti pendidikan menjadi Spesialis
Anestesiologi Konsultan.
4.3.2.2. Pendidik
Pendidik yaitu mereka yang selain mempunyai tugas sebagai pembimbing,
jugabertanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah.
Kualifikasi:
1.
Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya dengan pengalaman kerja minimun
3 tahun terus menerus di Fakultas Kedokteran Negeri (FKN)
2.
Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya diluar FKN dengan pengalaman
kerja minimun 5 tahun.
3.
Staf tamu dengan rekomendasi dari TKP-PPDS.
4.
Status dosen Kementrian Kesehatan di FK Unpad/RS Hasan Sadikin harus
berstatus dokter pendidik klinik yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
29
4.3.2.3 Penilai
1.
Mereka yang di lingkungan FKN selain mempunyai tugas sebagai pembimbing
dan pendidik, diberi wewenang
untuk menilai hasil belajar peserta peserta
didik.
2.
Mereka yang diluar lingkungan FKN atau staf tamu yang diberi wewenang oleh
Dekan FK Unpad atas usulan Kepala Departemen untuk menilai hasil belajar
peserta didik.
Kualifikasi:
a) Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya dari lingkungan FKN dengan
pengalaman sebagai pendidik sekurang-kurangnya 3 tahun.
b) Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya diluar FKN atau staf tamu yang
mempunyai pengalaman sebagai penilai, dengan rekomendasi TKP-PPDS.
c)
Dalam hal ini berarti seorang yang telah menjadi Spesialis Anestesiologi
Konsultan sekurang-kurangnya 3 tahun.
Keterangan:
Dosen yang berhak melakukan bimbingan, pendidikan, dan penilaian yang
berhubungan dengan pasien di RSHS harus mempunyai SIP RSHS.
Dosen yang tidak mempunyai SIP RSHS hanya mempunyai wewenang untuk
melakukan
bimbingan,
pendidikan,
dan
penilaian
ilmiah
yang
tidak
berhubungan dengan pasien secara langsung (contohnya: menguji Tesis pada
ujian menjadi SpAn)
4.4 Tata cara pengangkatan dan pemberhentian dosen dan tenaga pendidik
Tata cara pengangkatan dan pemberhentian dosen dan tenaga pendidik
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif sepenuhnya mengacu pada tata cara
penerimaan staf yang diterbitkan oleh pimpinan Fakultas Kedokteran Unpad.
Adapun mekanisme Sistem Rekrutmen, Seleksi, Penempatan dan Pengembangan
dosen dilakukan sebagai berikut :
1.
Rekrutmen tenaga dosen didasarkan pada:
1) Kebutuhan tenaga dosen berdasarkan pada kebutuhan departemen .
2) Seleksi dosen mengacu pada ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
Unpad/RSUP Dr. Hasan Sadikin.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
30
2.
Persyaratan penerimaan tenaga dosen sebagi berikut:
1) Mengajukan
surat
permohonan
untuk
menjadi
staf
kepada
Kepala
Departemen Anestesiologi FKUP/RSHS.
2) Bersedia untuk melanjutkan pendidikan konsultan dan atau S3.
3) Menyelesaikan pendidikan selama menjadi residen maksimal n+1 (9
semester), dengan IPK minimal “sangat memuaskan”.
4) Tidak pernah terkena sanksi akademis yang berat selama pendidikan
(skorsing, penambahan masa pendidikan)
5) Tidak pernah terkena sanksi disiplin yang berkaitan dengan tingkah laku
baik terhadap konsulen, sesama PPDS, pegawai dan terhadap penderita
selama pendidikan
6) Mendapat persetujuan minimal 75% dari jumlah staf yang masih aktif
7) Bagi yang belum menjadi pegawai negeri umur kurang dari 35 tahun
8) Bersedia mengikuti peraturan dan kewajiban yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh bagian maupun RSHS/FK Kedokteran UNPAD
9) Persyaratan menjadi staf pendidik meliputi daftar riwayat hidup, ijasah
beserta transkrip nilai akademis yang telah dilegalisir, foto berwarna 4x6,
fotokopi KTP, surat keterangan kesehatan dan surat keterangan catatan
kepolisian (SKCK).
3.
Proses seleksi dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Setiap pelamar yang memenuhi persyaratan penerimaan staf mengajukan
permohonan untuk menjadi staf ke Kepala Departemen/SMF Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
2) Setiap
pelamar
yang
memenuhi
persyaratan
penerimaan
staf
akan
dibicarakan dan ditelaah dalam rapat staf Departemen/SMF Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
3) Pada rapat staf akan dilakukan pengambilan keputusan penerimaan staf
secara aklamasi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
31
4) Pelamar yang diterima sebagai staf secara aklamasi maka akan diusulkan ke
direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran.
5) Pelamar yang diterima akan menjalani kredensiaol oleh komite medik.
6) Apabila dalam rapat staf tidak tercapai suatu aklamasi maka akan dilakukan
voting penerimaan staf.
7) Apabila dalam voting pelamar diterima maka akan diusulkan ke direktur
RSUP Dr. Hasan Sadikin dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran kemudian menjalani kredensial oleh komite medik.
8) Apabila voting tidak diterima maka pelamar tidak dapat menjadi staf
Departemen/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Pelamar yang memenuhi persyaratan
dapat mengajukan permohonan ke kepala
departemen
Dibicarakan dan ditelaah dalam rapat staf
Pengambilan keputusan secara AKLAMASI
TIDAK AKLAMASI
AKLAMASI
VOTING
DISETUJUI
TIDAK
DISETUJUI
Diusulkan ke Direktur/Dekan
Pelamar tidak
diterima
Kredensial oleh Komite Medik
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
32
4.
Penempatan.
Calon staf pendidik yang telah diterima akan ditempatkan di Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif di bidang peminatan sesuai dengan kebutuhan
departemen
yang
tertuang
pada
rencana
strategi
program
studi
dan
mengerjakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh departemen melalui surat
tugas.
5.
Pengembangan.
Pengembangan staf pendidik dilaksanakan sesuai dengan kebijakan kepala
departemen dan kepala program studi yang tertuang dalam program kerja pada
rencana strategi prodi antara lain:
1) Staf pendidik mengikuti program pendidikan strata yang lebih tinggi dan
pendidikan profesi yang diminati, serta mengikuti sertifikasi dosen dan
diajukan sebagai dokter pendidik klinis, pendidikan dalam kegiatan belajar
mengajar seperti workshop, Training of Trainer, pekerti, AA, dan Akta V. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas staf pendidik.
2) Staf pendidik diberikan kesempatan untuk mengikuti seminar, workshop,
kursus/pendidikan pengembangan profesi di dalam atau di luar negeri.
3) Staf pendidik diberikan kesempatan untuk menjadi pembicara pertemuan
pakar ilmiah di dalam atau di luar negeri.
4) Staf pendidik mengikuti rapat-rapat antar institusi dan organisasi profesi.
5) Staf pendidik menjadi nara sumber pada diskusi kasus bersama yang
bersifat multidisiplin.
6) Staf pendidik dilibatkan dalam proses belajar mengajar untuk program studi
S1, S2, pendidikan dokter, pendidikan Sp1, Sp2, dan S3.
6.
Retensi
Dalam upaya mempertahankan dan menjaga kualitas staf pendidik agar tetap
baik maka departemen mengupayakan beberapa hal seperti:
1) Memberikan dukungan bagi staf pendidik yang ingin melanjutkan studi
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
33
2) Memberikan penghargaan sebagai salah satu bentuk apresiasi program
studi Anestesiologi dan Terapi Intensif untuk setiap staf pendidik yang
memperoleh prestasi tertentu dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi seperti dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
7.
Pemberhentian
Pemberhentian staf pendidik memiliki status sebagai pegawai negeri sipil diatur
sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi pegawai negeri sipil secara umum.
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif mengeluarkan surat keputusan
yang
mengacu
pada
ketentuan
yang
berlaku
di
Fakultas
Kedokteran
Unpad/RSUP Dr. Hasan Sadikin bila terjadi pelanggaran pada afektif (attitude),
pengetahuan (knowledge) serta psikomotor dan memiliki ketidakmampuan
secara akademik maupun professional dengan penyebab apapun.
1)
Staf pendidik diketahui mengalami ketidakmampuan dalam menjalankan
tugas secara profesional, yang diputuskan melalui rapat pleno departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
2)
Kepala
departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
melakukan
pemanggilan dan pemberian surat teguran serta sanksi terhadap staf
pendidik yang bersangkutan.
3)
Kepala departemen melakukan pengawasan ketat terhadap staf pendidik
yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
4)
Apabila staf pendidik melakukan pelanggaran yang berulang maka dalam
rapat pleno seluruh staf diputuskan mengajukan usulan pemberhentian
terhadap staf pendidik yang bersangkutan dengan melakukan tindak lanjut
berupa
surat rekomendasi pemberhentian
staf
pendidik departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif kepada Dekan FK Unpad dan Direktur
RSUP Dr Hasan Sadikin.
4.5 Kedudukan Staf Pengajar
Status administratif Pengajar:
1.
Pegawai Aktif Kementrian Pendidikan Nasional.
2.
Pegawai Aktif Kementrian Kesehatan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
34
3.
Pegawai lain yang diangkat oleh Dekan atas usulan Kepala Departemen
4.
Kebijakan Departemen dimusyawarahan oleh seluruh staf aktif Kementrian
Pendidikan Nasional dan Kementrian Kesehatan yang bertugas di FK
Unpad/RSHS.
Tabel A. Dosen Aktif di Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung
No
1.
Nama Dosen di RS
Pendidikan Utama
NIDN(1)
Prof. Dr. Tatang Bisri,
0007024903***
dr., SpAn-KNA,
194902071977
KAO***
031002
Ruli Herman
2.
Sitanggang, dr.,
SpAn-KIC, KAP, M.Kes
Dr. Tinni Trihartini
3.
Maskoen, dr., SpAnKIC, KMN
4.
7.
Akademik
Keahlian
Dokter Pendidik
121001
Klinis Muda
022001
Obstetri Anestesi
Intensive Care;
Pediatrik Anestesi
RH
Anestesi Umum
Perfusionis
Intensive
Care
Lektor
Manajemen Nyeri
TN
Anestesi Umum
Anestesi Umum
Dokter Pendidik
SpAn-KAKV
031004
Klinis Muda
195901251989
Dokter Pendidik
Regional Anestesi
021001
Klinis Muda
Anestesi Umum
Ezra Oktaliansah, dr.,
196810121999
Dokter Pendidik
SpAn-KIC, KAP, M.Kes
071001
Klinis Muda
Dr. Erwin Pradian, dr.,
196902202005
Dokter Pendidik
SpAn-KIC, KAR, M.Kes
011001
Klinis Muda
SpAn- KAR, MM,
TB
Anestesi Umum
195512071983
195402111983
Inisial
Neuroanestesi;
Guru Besar
196505031991
M.Kes
6.
Bidang
Doddy Tavianto, dr.,
Rudi Kurniadi, dr.,
5.
Jabatan
Kardiologi
DT
Anestesi
RK
Intensive Care;
Pediatrik Anestesi
EZ
Anestesi Umum
Intensive Care;
Regional Anestesi
EP
Anestesi Umum
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
35
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Dr. Iwan Fuadi, dr.,
SpAn-KNA, M.Kes
Dr. Suwarman, dr.,
SpAn-KIC,KMN M.Kes
Dedi Fitri Yadi, dr.,
SpAn-KAR.,M.Kes
16.
19.
20.
0024027209***
197202242006
Anestesi Umum
Anestesi Umum
041002
Manajemen Nyeri
0018107406***
Regional Anestesi
197410182006
Asisten Ahli
041002
Anestesi Umum
DF
Kardiologi
121004
Indriasari, dr., SpAn-
197802212010
Dokter Pendidik
Intensive Care
KIC, M.Kes
122001
Klinis Muda
Anestesi Umum
Dr. Dewi Yulianti Bisri,
0003077909***
dr., SpAn-KNA, KAO,
197907032010
M.Kes
122001
Asisten Ahli
Anestesi
Anestesi Umum
RS
Intensive Care
SA
Neuroanestesi;
Asisten Ahli
Obstetri Anestesi
YB
Anestesi Umum
Kardiologi
197110252009
Dokter Pendidik
121001
Klinis Muda
Ardi Zulfariansyah, dr.,
197501092002
Dokter Pendidik
Intensive Care
SpAn-KIC, M.Kes
121003
Klinis Muda
Anestesi Umum
Iwan Abdul Rachman,
197812102012
Dokter Pendidik
Neuroanestesi
dr., SpAn-KNA, M.Kes
121002
Klinis Muda
Anestesi Umum
198003072014
Staf pendidik
121002
klinis
Ricky Aditya, dr.,
198104152014
Staf pendidik
SpAn, M.Kes
121001
klinis
Dhany Budipratama,
197806152014
Staf pendidik
Anestesi Umum
dr., SpAn-KIC
121002
klinis
Intensive care
Nurita Dian Kesriani,
198001052014
Staf pendidik
Anestesi Umum
dr., SpAn-KIC
1220002
klinis
Intensive care
Prihartono, dr., SpAn-
SW
Manajemen Nyeri
KAKV, M.Kes
dr., SpAn-KAKV,
IF
Intensive Care
Asisten Ahli
197901102009
KMN, M.Kes
18.
031002
Neuroanestesi
Sudjud, dr., SpAn-
Muhammad Andy
17.
Lektor
0010017906***
M.Kes
15.
197112091999
Reza Widianto
Budiana Rismawan,
14.
0009127110***
Anestesi;
BR
Anestesi Umum
AZ
IA
Anestesi Umum
Manajemen Nyeri
AP
Regional Anestesi
Anestesi Umum
Kardiologi
RI
anestesi (perfusi)
DB
ND
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
36
21.
22.
23.
Muchammad Erias
198307152016
Staf pendidik
Erlangga, dr., SpAn
045001
klinis
Radian Ahmad Halimi,
198509012016
Staf pendidik
dr., SpAn
043001
klinis
Osmond Muftilov
198601032016
Staf pendidik
Pison Sirait, dr., SpAn
043001
klinis
Anestesi Umum
ME
Anestesi Umum
RX
Anestesi Umum
OS
Tabel B. Dosen di RS Pendidikan Afiliasi dan Satelit yang bidang keahliannya:
No
1
2
Nama dosen di RS Pendidikan
NIDN
Afiliasi dan Satelit(1)
M. Rafiq Boesoirie, dr., SpAnKAP,KMN
Toufik Hidayat, dr., SpAn,M.Kes
Bidang Keahlian
140121990
Anestesi Umum
196802141998031003
Anestesi Umum
Keterangan :
NIDN = Nomor Induk Dosen Nasional
Tabel C. Tenaga Purnabaktidi Program Studi Anestesiologi dan TerapiIntensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
No
Nama
Inisial
1.
Prof. Dr (Hc). A. Himendra W, dr., SpAnKIC,KNA
AH
2.
Marsudi Rasman, dr., SpAnKIC,KNA
MR
3.
Afifi Ruchili, dr., SpAnKAR
AF
4.
Prof. U. Kaswiyan, dr., SpAnKAP, KAO
UK
5
Eri Surahman, dr., Sp.An-KNA
ES
6.
Dr. Ike Sri Redjeki, dr., Sp.An-KIC, KMN, M.Kes.
IK
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
37
BAB 5
KURIKULUM
5. 1 Pengertian
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, bahan kajian, bahan pelajaran serta cara penyampaiannya, dan
penilaian hasil belajar yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran di perguruan tinggi.
Kurikulum memuat standar kompetensi lulusan yang terstruktur dalam
kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang mendukung tercapainya tujuan,
terlaksananya misi, dan terwujudnya visi program pendidikan. Kurikulum memuat
mata
kuliah/modul
yang
mendukung
pencapaian
kompetensi
lulusan
dan
memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk memperluas wawasan dan
memperdalam keahlian sesuai dengan minatnya, serta dilengkapi dengan deskripsi
mata kuliah/modul, silabus, rencana pembelajaran dan evaluasi.
Kurikulum dirancang berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan
kedalaman materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills dan
keterampilan kepribadian dan perilaku (soft skills) yang dapat diterapkan dalam
berbagai situasi dan kondisi.
5.2 Kompetensi
Standar
kompetensi
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis-1
(PPDS-1)
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK
UNPAD) mengacu pada Perkonsil no. 37 tahun 2015 tentang standar Pendidikan
Dokter Spesialis-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif yang dikeluarkan oleh Kolegium
Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI). Berdasarkan standar tersebut, kompetensi
Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif dibagi menjadi tiga ranah
pendidikan,
yaitu
sikap
(afektif),
pengetahuan
(kognitif),
dan
keterampilan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
37
38
(psikomotor). Standar kompetensi tersebut disusun berdasarkan lima ranah/domain
utama, yaitu:
1. Ranah Ilmu Kedokteran Perioperatif,
2. Ranah Ilmu Anestesia,
3. Ranah Penatalaksanaan Nyeri,
4. Ranah Kedokteran Gawat Darurat (Emergensi) dan Critical Care, dan
5. Ranah Ilmiah dan Penelitian
Kelima ranah pendidikan tersebut dijabarkan menjadi tujuh area yang disusun
dengan urutan sebagai berikut:
1. Area Etika Profesionalisme dan Patient Safety;kompetensi untuk selalu berperilaku
profesional dalam praktik kedokteran mendukung kebijakan kesehatan, bermoral
dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam
praktik kedokteran dan menerapkan program patient safety.
2. Area Mawas diri, Pengembangan diri dan Penelitian; kompetensi dalam
melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasan terutama dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif mengatasi
masalah
emosional,
mempengaruhi
personal,
kemampuan
kesehatan,
profesinya,
dan
kesejahteraan
yang
dapat
belajar
sepanjang
hayat,
serta
merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara
berkesinambungan.
3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Anestesiologi dan Terapi Intensif;
kompetensi untuk mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian
masalah
kesehatan
secara
ilmiah
dan
profesional
menurut
ilmu
kedokteran/kesehatan mutakhir untuk memberikan hasil yang optimal.
4. Area Keterampilan Klinis; kompetensi dalam melakukan prosedur dengan tepat
dan efektif sesuai dengan fasilitas dan kondisi pasien, untuk mengatasi masalah
kesehatan dan promosi kesehatan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
5. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan; kompetensi untuk mengelola masalah
kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
39
holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif serta menggunakan bukti
ilmiah dalam konteks pelayanan kesehatan terutama di bidang Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
6. Area Komunikasi Efektif dan Kemampuan Kerja Sama; kompetensi dalam
melakukan komunikasi dan hubungan antar manusia yang menghasilkan
pertukaran informasi secara efektif dan kerja sama yang baik dengan pasien dan
keluarganya, sejawat dan masyarakat serta profesi lain.
7. Area Pengelolaan Informasi; kompetensi dalam mengakses, mengelola, menilai
secara
kritis
kesahihan
dan
kemampuan
menerapkan
informasi
untuk
menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan terhadap pasien khususnya dalam bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Sesuai
dengan
Kepmendikbud
No.
49
Tahun
2014
tentang
Standar
NasionalPendidikan Tinggi, KATI merumuskan capaian pembelajaran pendidikan
spesialis-1sesuai dengan ketiga ranah kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan
TerapiIntensif, yang dirinci sebagai berikut:
i. Rumusan Sikap
1.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan
sikapreligius.
2.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama, moral, dan etika.
3.
Berkontribusi
dalam
peningkatan
mutu
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila.
4.
Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
5.
Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
serta pendapat atau temuan orisinal orang lain.
6.
Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan.
7.
Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
8.
Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
40
9.
Menunjukkan
sikap
bertanggung
jawab
atas
pekerjaan
di
bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif secara mandiri.
10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
11. Etika profesionalisme Dokter Spesialis Anestestiologi dan Terapi Intensif yang
baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang mempunyai kemampuan yang
baik dalam sikap terhadap penderita, sikap terhadap staf pendidik dan
kolega, sikap terhadap paramedis dan non-paramedis, disiplin dan tanggung
jawab, ketaatan pengisian dokumen medik, ketaatan menjalankan tugas
yang diberikan, dan ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan
alat.
12. Komunikasi terhadap kolega, pasien dan keluarganya, paramedis dan staf
pengajar yang dilakukan dengan jujur, terbuka dan bersikap baik.
13. Kerjasama yang baik antara kolega, dokter, perawat, karyawan kesehatan,
pasien dan keluarga pasien dan bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara
harmonis untuk pelayanan secara optimal.
14. Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safetyantara lain: International Patient
Safety Goal (IPSG) 1-6 (Identifikasi, cuci tangan, time out, komunikasi efektif,
pencegahan infeksi, dan pemberian obat)
ii. Rumusan Pengetahuan Umum
a. Ilmu Kedokteran Dasar
1. Memahami fisiologi fungsi tubuh dalam keadaan normal, hubungan antara
fungsi tersebut dengan perubahan fungsi yang dapat timbul dalam praktek
anestesi, utamanya fisiologi nyeri, respirasi, sirkulasi, susunan saraf pusat dan
perifer, hemostasis, neuromuscular junction, ginjal, metabolik, dan endokrin.
2. Memahami farmakologi, yang meliputi prinsip-prinsip farmakologi umum,
farmakokinetika dan farmakodinamika obat-obat anestesia, analgesia, sedatif
(depresan dan stimulan susunan saraf pusat), pelumpuh otot, obat-obat
emergensi, dan obat pendukung yang lain.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
41
3. Memahami prinsip sifat-sifat fisika dan kimia dalam aplikasi Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
4. Memahami teori dasar-dasar keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
tubuh.
5. Mampu menjelaskan aplikasi ilmu kedokteran dasar di bidang Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
b.
Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Dasar Bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif.
A. Pengetahuan
1. Mampu memahami prinsip kerja alat atau mesin anestesia, demikian pula
alat-alat monitor invasif dan non-invasif, Elektrokardiografi (EKG), pulse
oxymetri, kapnograf, stimulator saraf, BIS, USG, x-ray imaging, C-arm.
2. Mampu memahami/menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium, foto toraks,
scan kepala, EKG, ekokardiografi, dan lain-lain yang diperlukan.
3. Mampu memahami cara mengatur posisi pasien yang aman selama operasi
dan mengetahui akibat buruknya
4. Memahami
kelaikan
mesin
anestesia
dan
ventilator
serta
peralatan
pendukung lainnya.
5. Mengetahui pengetahuan tentang patofisiologi penyakit/komorbid yang
menyertai kondisi pasien dan dihubungkan dengan tindakan anestesia.
6. Memahami fisiologi dan patofisiologi penyakit dan komorbid pasien
pediatrik dan neonatus.
7. Memahami teori anestesia pada bedah, baik pasien dewasa maupun anak.
8. Memahami
teori
anestesia
regional
yang
meliputi
saraf-saraf
tepi,
anestesia
dan
subarakhnoid dan epidural.
9. Memahami
teori
premedikasi,
induksi,
pemeliharaan
pengelolaan pasca anestesia/bedah.
10. Memahami problema kekhususan anestesia pada bedah umum, bedah THT,
bedah mata, serta bedah obstetri dan ginekologi.
11. Memahami tanda-tanda penyulit anestesia serta mampu dengan cepat
mengatasi problem tersebut.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
42
12. Memahami secara dini keadaan darurat yang mengancam nyawa, baik pada
waktu induksi, selama, maupun pasca anestesia, dan dalam keadaan kritis
serta mengetahui cara-cara mengatasinya.
13. Memahami teori tindakan resusitasi jantung paru otak (RJPO).
14. Memahami pengelolaan pasien trauma dalam kegawatan yang mengancam
nyawa dan/atau cacat.
15. Memahami teori nyeri akut dan nyeri kronis.
B. Keterampilan
1.
Mampu melakukan penilaian kondisi pasien pre-operatif.
2.
Mampu mengoptimalkan kondisi pasien sebelum operasi.
3.
Mampu melakukan teknik dan interpretasi pemantauan fungsi-fungsi vital,
EKG, oksimetri pulsa, kapnografi, monitor neuromuscular.
4.
Mampu mengoperasikan meja anestesi.
5.
Mampu mengoperasikan berbagai mesin anestesi.
6.
Mampu melakukan beberapa teknik induksi anestesia inhalasi, intravena,
per rectal.
7.
Mampu menggunakan sungkup muka, sungkup laring, intubasi trakeal,
serta melakukan pemeliharaan anestesi dengan aman.
8.
Mampu mengelola jalan nafas dengan cara-cara seperti di atas.
9.
Mampu memberikan ventilasi bantu dan ventilasi kendali manual.
10. Mampu melakukan ekstubasi dan pengawasan masalah-masalah dan
komplikasi pasca ekstubasi dan pasca anestesia.
11. Mampu melakukan teknik anestesia/analgesia spinal, epidural dan blok
saraf tepi serta mampu mengatasi komplikasi akut yang mungkin terjadi.
12. Mampu melakukan resusitasi jantung paru otak (RJPO), bantuan hidup
dasar, dan bantuan hidup lanjut.
13. Mampu mengelola pasien dalam keadaan kedaruratan yang mengancam
nyawa dan/atau cacat.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
43
14. Mampu
mengelola
pasien
pasca-anestesia,
baik
di
ruang
pulih
(PostAnesthesia Care Unit/PACU) maupun di ICU.
15. Mampu memberikan anestesi pada bedah digestif.
16. Mampu memberikan anestesi pada bedah ortopedi.
17. Mampu memberikan anestesi pada trauma.
18. Mampu memberikan anestesi pada bedah plastik.
19. Mampu memberikan anestesi pada bedah onkologi.
20. Mampu memberikan anestesi pada bedah mata.
21. Mampu memberikan anestesi pada bedah THT dan bedah mulut.
22. Mampu memberikan anestesi pada bedah urologi.
23. Mampu memberikan anestesi pada bedah pediatri.
24. Mampu memberikan anestesi pada bedah geriatri.
25. Mampu melakukan anestesia rawat jalan.
26. Mampu melakukan anestesia di luar kamar bedah.
c. Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Lanjut Bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif
A. Pengetahuan
1. Memahami problema dan teknik anestesia bedah otak, bedah jantung,
bedah paru, dan bedah transplant.
2. Memahami teori critical carepada kasus-kasus di Intensive Care Unit (ICU).
3. Memahami cara melakukan prosedur klinik serta penggunaannya, tindakan
invasif seperti pemasangan kateter vena sentral, kateter intra arterial,
kateter Swan Ganz, krikotirotomi, pungsi pleura pada pneumotoraks, dan
lain-lain.
4. Menguasai prinsip-prinsip penting pengelolaan pasien kritis.
5. Memahami cara mengelola unit ICU.
6. Memahami sistem penanganan bencana.
B. Keterampilan
1. Mampu menilai pasien ICU, baik pasca bedah dan bukan pasca bedah,
serta melakukan tindakan awal terhadap keadaan yang mengancam nyawa
pasien.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
44
2. Mampu memberikan anestesia pada bedah saraf.
3. Mampu melakukan asistensi pada anestesia bedah jantung terbuka.
4. Mampu memberikan anestesia bedah paru, vaskular, jantung tertutup.
5. Mampu memberikan anestesia pada penyakit khusus.
6. Mampu melakukan intubasi sulit.
7. Mampu mengelola pasien PACU/Recovery room, High Care Unit(HCU), dan
ICU.
8. Mampu melakukan tindakan invasif: pemasangan vena sentral, intraarterial,
krikotirotomi, punksi intrapleura.
9. Mampu menjawab konsultasi dalam bidang anestesia, kasus ICU, dan
manajemen nyeri.
10. Mampu melakukan dan mengkoordinasi penanganan bencana.
d. Pengelolaan ICU/Terapi Intensif
A. Pengetahuan
1.
Memahami prinsip-prinsip umum kedokteran gawat darurat dan terapi
intensif (emergency and critical care medicine), RJPO yang meliputi
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support), Bantuan Hidup Lanjut (Advanced
Life Support), dan Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support).
2.
Mampu menjelaskan indikasi masuk dan keluar ICU.
3.
Mampu menjelaskan indikasi dan pengelolaan prosedur invasif, seperti
pemasangan kateter vena sentral, kateter Swan-Ganz, kateter intraarterial,
Continuous
Renal
Replacement
Therapy(CRRT),
perikardiosentesis,
trakeostomi.
4.
Mampu memahami dan menjelaskan tentang monitoring hemodinamik
pasien di icu
5.
Mampu
menjelaskan
pengelolaan
jalan
nafas
dan
bantuan
nafas
dengan/tanpa ventilasi mekanik.
6.
Mengenal tanda dan gejala yang mengancam nyawa pasien akibat
gangguan pernafasan, kardiovaskular, susunan saraf pusat, gangguan
keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit, infeksi berat, gangguan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
45
hemostasis, krisis metabolik dan endokrin, gangguan fungsi ginjal dan
hepar.
7.
Mampu
menjelaskan
pengelolaan
nutrisi,
sedasi,
analgesia,
dan
termoregulasi pasien kritis.
8.
Mampu menentukan mati klasik dan mati batang otak.
9.
Mampu
menjelaskan
penanganan
akhir
kehidupan:
mengakhiri dan
menunda bantuan hidup (withdrawing dan with-holding life support).
B. Keterampilan
Menguasai
keterampilan
dalam
prosedur
klinik,
baik
untuk
pemantauan,diagnosis maupun terapi:
1. Pemasangan kateter vena sentral, intra arterial.
2. Pemasangan pungsi pleura untuk pneumotoraks ventil, dan krikotirotomi.
3. Menanggulangi keadaan yang mengancam nyawa pasien akibat gangguan
pernafasan, kardiovaskular, susunan saraf pusat, gangguan keseimbangan cairan,
asam basa dan elektrolit, infeksi berat, gangguan hemostasis, krisis metabolik dan
endokrin, gangguan fungsi ginjal dan hepar.
4. Mampu mengelola nutrisi, sedasi, analgesia dan termoregulasi pasien kritis.
5. Melakukan konsultasi pada disiplin ilmu kedokteran lain pada saat yang tepat.
6. Melakukan jawaban atas konsultasi pasien-pasien dari ruang perawatan atau
rumah sakit lain yang akan dirawat di ICU.
7. Melakukan komunikasi dengan sejawat dari beberapa disiplin terkait sebagai
anggota tim.
8. Melakukan bimbingan kepada peserta program atau residen lain, mahasiswa
kedokteran maupun perawat.
9. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien bayi di ICU/NICU.
10. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien anak di ICU/PICU.
11. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien dewasa di ICU.
12. Mampu melakukanUSG airway, breathing dan circulation
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
46
iii Rumusan Keterampilan
a. Rumusan Keterampilan Umum
Lulusan PPDS-1 wajib memiliki keterampilan umum sebagai berikut:
1. Mampu bekerja di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif serta memiliki
kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi profesi yang
berlaku secara nasional/internasional.
2. Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan
profesinya
berdasarkan
pemikiran
logis,
kritis,
sistematis,
kreatif,
dan
komprehensif.
3. Mampu menyusun laporan hasil studi setara tesis yang hasilnya disusun dalam
bentuk
publikasi
pada
jurnal
ilmiah
profesi
yang
terakreditasi
nasional/internasional, atau menghasilkan karya desain yang spesifik beserta
deskripsinya berdasarkan metoda atau kaidah desain dan kode etik profesi yang
diakui oleh masyarakat profesi pada tingkat nasional dan internasional.
4. Mampu mengomunikasikan hasil kajian, kritik, apresiasi, argumen, atau karya
inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan profesi, kewirausahaan, dan
kemashalatan manusia yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan
etika profesi, kepada masyarakat umum melalui berbagai bentuk media.
5. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang
dibuat dalam melaksanakan pekerjaan profesinya, baik oleh dirinya sendiri,
sejawat, atau sistem institusinya.
6. Mampu meningkatkan keahlian keprofesian pada bidang Anestesiologi dan
Terapi Intensif yang khusus melalui pelatihan dan pengalaman kerja dengan
mempertimbangkan kemutakhiran bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif di
tingkat nasional, regional, dan internasional.
7. Mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan program
strategis organisasi.
8. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah, baik dalam
bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif, maupun masalah yang lebih luas dari
bidangnya.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
47
9. Mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang maupun yang tidak
sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang kompleks yang terkait
dengan bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
10. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat
profesi kedokteran dan kliennya.
11. Mampu bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang profesi Anestesiologi dan
Terapi Intensif sesuai kode etik kedokteran Indonesia.
12. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri dan tim yang
berada di bawah tanggung jawabnya.
13. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan nasional
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif
atau pengembangan kebijakan nasional pada bidang kesehatan.
14. Mampu
mendokumentasikan,
menyimpan,
mengaudit,
mengamankan,
dan
menemukan kembali data serta informasi untuk keperluan pengembangan hasil
kerja profesinya.
b. Rumusan Keterampilan Anestesiologi dan Terapi Intensif
1.
Memberikan pelayanan anestesi paripurna sesuai Standar Operasional Prosedur,
etik, dan hukum kedokteran.
2.
Mampu memberikan pelayanan bantuan hidup paripurna atau lanjutan dalam
kegawatdaruratan sesuai Standar Operasional Prosedur, etik, dan hukum
kedokteran.
3.
Memberikan pelayanan terapi intensif paripurna sesuai Standar Prosedur
Operasional, etik, dan hukum kedokteran.
4.
Memberikan pelayanan manajemen nyeri paripurna sesuai Standar Prosedur
Operasional, etik, dan hukum kedokteran.
5.
Menghasilkan karya ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmiah nasional dan
internasional.
Penilaian atas capaian rumusan pembelajaran dilakukan melalui capaian kompetensi,
yaitu capaian jumlah kasus minimal yang pernah ditangani atau dikerjakan selama
masa pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif, baik yang
dikerjakan secara mandiri atau di bawah supervisi/bimbingan sesuai dengan level
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
48
kompetensi yang ditentukan dalam Standar Kompetensi KATI. Level kompetensi
adalah tingkat kemampuan yang harus dicapai, yang terbagi menjadi 4 tingkat
kemampuan yaitu:
 Tingkat Kemampuan 1 (Knows): mengetahui dan mampu menjelaskan suatu
keterampilan klinis atau gambaran klinik penyakit, dan mampu menguasai
pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial keterampilan
tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan keluargnya,
sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang
mungkin timbul;
 Tingkat
Kemampuan
2
(Knows
how):
pernah
melihat
atau
pernah
didemonstrasikan suatu keterampilan klinis, menguasai pengetahuan teoritis dari
keterampilan ini dengan penekanan pada clinical reasoningdan problem
solvingserta berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut
dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien
 Tingkat Kemampuan 3 (Shows and Does): pernah melakukan atau pernah
menerapkan di bawah supervisi pada alat peraga dan/atau pasien suatu
keterampilan klinis, menguasai pengetahuan teori dasar dan ilmiah dari
keterampilan tersebut termasuk latar belakang dan dampak klinis dan psikososial.
 Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri, yaitu dapat
mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas serta
memperlihatkan keterampilannya dengan cara menguasai seluruh teori, prinsip,
indikasi,
langkah-langkah
cara
melakukan,
komplikasi,
dan
pengendalian
komplikasi.
Adapun penjabaran target capaian kompetensi PPDS Anestesiologi dan Terapi
Intensif adalah sebagai berikut:
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
49
KOMPETENSI UMUM
Etika Profesionalisme
Etika profesionalisme peserta didik Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah untuk
menjadi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang baik dan bermanfaat
bagi masyarakat
yang mempunyai kemampuan yang baik:
1. Sikap terhadap penderita
2. Sikap terhadap staf pendidik dan kolega
3. Sikap terhadap paramedis dan nonparamedis
4. Disiplin dan tanggung jawab
5. Ketaatan pengisian dokumen medik
6. Ketaatan tugas yang diberikan
7. Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat
Komunikasi Efektif
Komunikasi terhadap kolega, pasien/keluarga, paramedis, dan staf pengajar yang
dilakukan dengan jujur, terbuka, dan bersikap baik
Kemampuan Kerja Sama
1. Kerja sama yang baik antara kolega, dokter, perawat, karyawan kesehatan, pasien
dan keluarga pasien
2. Bisa bekerja sama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara
optimal
Patient Safety
Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safety IPSG 1-6: Identifikasi, cuci tangan, Time
Out, komunikasi efektif, pencegahaninfeksi, pemberian obat
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
50
KOMPETENSI DASAR
Kompetensi
Jumlah semua tindakan anestesi bedah elektif dan
Pencapaian Kompetensi
(Jumlah Kasus)
-
1000
Anestesi bedah elektif
-
850
Anestesi bedah darurat
-
150
Anestesi umum
-
835
Anestesi/analgesia regional
-
165
Teknik anestesi/analgesia Subaraknoid
90
-
Teknik anestesi/analgesia epidural
50
-
Teknik anestesi/analgesia blok Brakialis
5
-
Teknik anestesi/analgesia kaudal
5
-
Teknik anestesi/analgesia blok saraf tepi lainnya
15
-
-
670
Digestif
150
-
THT dan Bedah Mulut
50
-
Mata
20
-
Urologi
25
-
Ortopedi
100
-
Plastik
15
-
Onkologi
25
-
Minimal Invasif
5
-
Manajemen Nyeri
50
-
Anestesi/analgesi rawat jalan
30
-
Anestesi/analgesi diluar kamar operasi
50
-
Lain-lain
150
-
-
100
Pre-eklamsi & eklamsi
10
-
Operasi selain pre-eklamsi & eklamsi
90
-
darurat
Anestesi Bedah Umum
Anestesi dan analgesia obstetri dan ginekologi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
51
Anestesi Bedah Pediatri
-
75
Neonatus
10
-
Bayi
15
-
Anak-anak
50
-
KOMPETENSI LANJUT
Kompetensi
Anestesi bedah saraf
Pencapaian Kompetensi
(Jumlah Kasus)
-
35
Trauma kepala
15
-
Perdarahan intrakranial non-trauma
5
-
Tumor intracranial
5
-
Ventricular drainage (VP shunt, EVD)
5
-
Medulla spinalis
5
-
Kraniofasial
1
-
Diagnostik dan Intervensional Neuroradiologi
5
-
-
10
-
35
Kelainan jantung pada operasi nonJantung
15
-
COPD / asma
5
-
DM
5
-
Tiroid
5
-
Geriatri
3
-
Obesitas
2
-
Mengelola pasien ICU (10 variasi kasus)
50
-
melakukan USG airway, breathing dan circulation
5
-
Melakukan resusitasi di luar kamar bedah dan ICU
30
-
Memasang kateter intraarterial dan pungsi intraarterial
20
-
Memasang kateter vena sentral
10
-
Melakukan intubasi sulit
5
-
Anestesi Bedah Toraks Non-Jantung dan Jantung
Terbuka
Anestesi pada kondisi khusus
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
52
Kurikulum pendidikan PPDS–1 Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UNPAD
berisi
kompetensi yang wajib dimiliki oleh peserta didik yang mengacu pada kebutuhan
nasional (standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)), standar profesi
dari KATI, dan kebutuhan lokal yang sesuai dengan standar internasional. Hal ini
sesuai dengan visi dan misi Program Studi Dokter Spesialis–1 Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK-UNPAD.
Strukur Program Pendidikan
Masa pendidikan :
Masa pendidikan Program Studi Anestesiologi adalah 8 semester (yang dimaksud 8
semester adalah dihitung dari mulai masuk sampai Ujian Lisan Nasional) yang
terbagi dalam 3 tahap :
Tahap I (Pemahaman/adaptasi)
: 4 semester
Tahap II (Pendalaman)
: 2 semester
Tahap III (Pemantapan)
: 2 semester
Beban studi :
Jumlah beban studi seluruhnya adalah 124 SKS dengan penyebaran masing-masing
tahap pendidikan sebagai berikut :
Tahap I
: 69 SKS
Tahap II
: 25 SKS
Tahap III
: 30 SKS
Struktur Kurikulum
Pada tiap tahapan terdapat beban studi yang terbagi menjadi paket akademik dan
profesi yang mencakup kompetensi utama dan pendukung. Mata ajar yang
diperoleh selama 8 (delapan) semester sebanyak 60 mata ajar, dengan 41
kompetensi utama dan 19 kompetensi pendukung yang telah ditetapkan oleh
Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif. Mata ajar yang termasuk kompetensi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
53
utama memiliki prosentase beban studi (SKS) sebesar 79% dan kompetensi
pendukung memiliki prosentase sebesar 21% daritotal 124 SKS yang diberikan.
Terdapat 39 stase yang sesuai dengan 40 modul pengajaran yang diberikan selama
8 (delapan) semester untuk mendukung kegiatan perkuliahan, tutorial dan praktek
peserta didik.
Tabel. Pembagian Semester/ Tahapan dan Beban Studi
Beban Studi (SKS)
Semester & Tahapan
Jumlah SKS
Akademik
Profesi
16
-
16
8
11
19
Semester 3
7
10
17
Semester 4
6
11
17
37
32
69
6
9
15
5
5
10
11
14
25
-
15
15
6
9
15
Subtotal Tahap 3
6
24
30
Jumlah Keseluruhan
54
70
124
Semester 1
Semester 2
Tahap 1
Subtotal Tahap 1
Semester 5
Tahap 2
Semester 6
Subtotal Tahap 2
Semester 7
Tahap 3
Semester 8
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
54
Perhitungan Jumlah SKS Semester I
No
Kegiatan pendidikan
Modul
Kode
Perhitungan
SKS
Jenis
kompetensi
Elemen
kompetensi
-
C21A.1001
1
Umum
MPK
2
Filsafat ilmu dan Etika
Penelitian
Metodologi penelitian
-
C21A.1002
1
Umum
MKK
3
Epidemiologi
-
C21A.1003
1
Umum
MKK
4
Biologi molekular
-
C21A.1004
1
Umum
MKK
5
Biostatistika
-
C21A.1005
2
Umum
MKK
6
Konsep umum penyakit
-
C21A.1006
1
Umum
MKK
7
Etika Kedokteran
-
C21A.1007
1
Umum
MPK
8
Penulisan artikel ilmiah
-
C21A.1008
1
Umum
MKK
9
Metode belajar-mengajar
-
C21A.1009
1
Umum
MKK
10
Manajemen Klinik
-
C21A.1010
1
Umum
MKK
11
Farmakologi klinik
6
C21A.1011
1
Dasar
MKK
12
Anatomi dan Fisiologi
-
C21A.1012
1
Dasar
MKB
1,2,3
C21A.1013
1
Dasar
MKK
1,2,3
C21A.1014
1
Dasar
MKK
1
Umum
MKK, MKB
1
13
14
15
Kemampuan dasar
Anestesi
Bantuan Hidup Dasar dan
Bantuan Hidup Lanjut
Seminar Ilmiah 1
38
C21A.5036
TOTAL
16
Perhitungan Jumlah SKS Semester II
No
Kegiatan pendidikan
Modul
Kode
Perhitung
an SKS
Jenis
kompetensi
Elemen
kompetensi
1
Intensive Care Unit (ICU) 1
13, 40
C21A.2015
6
Lanjut
MKB
2
Anestesi Emergensi dan
Traumatologi 1
5, 11
C21A.2016
3
Dasar
MPB
3
Anestesi Orthopedi 1
17, 40
C21A.2017
1
Dasar
MKB
4
Anestesi Regional 1
9
C21A.2017
2
Dasar
MKB
5
Anestesi umum
Pengelolaan Nyeri dan Post
7
C21A.2018
2
Dasar
MKB
8,28
C21A.2019
2
Dasar
MKK
4,5
C21A.4030
2
Lanjut
MKB
38
C21A.5036
1
Umum
MKK, MKB
6
7
8
Anesthesi care Unit
Anestesi dan Coexisting
disease
Seminar Ilmiah 2
TOTAL
19
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
55
Perhitungan Jumlah SKS Semester III
No
Kegiatan pendidikan
Modul
Kode
Perhitungan
SKS
1
Anestesi Emergensi dan
Traumatologi 2
6, 12
C21A.3020
3
Lanjut
MPB
2
Anestesi Obstetri 1
29
C21A.3021
2
Dasar
MKB
3
Anestesi Bedah Onkologi 1
27
C21A.3022
1
Dasar
MKB
4
Anestesi Bedah Plastik 1
27
C21A.3022
1
Dasar
MKB
5
Anestesi Pediatrik 1
31
C21A.3023
3
Dasar
MKB
6
Anestesi Bedah Saraf 1
33
C21A.3024
3
Dasar
MKB
7
Anestesi Orthopedi 2
18, 40
C21A.3025
1
Lanjut
MKB
8
Anestesi Regional 2
10
C21A.3025
2
Lanjut
MKB
9
Seminar Ilmiah 3
38
C21A.5036
1
Umum
MKK, MKB
Perhitungan
Jenis
Elemen
SKS
kompetensi
kompetensi
TOTAL
Jenis
kompetensi
Elemen
kompetensi
17
Perhitungan Jumlah SKS Semester IV
No
1
2
Kegiatan pendidikan
Intensive Care Unit2
Anestesi Emergensi dan
Traumatologi 3
Modul
Kode
14, 40
C21A.4026
6
Lanjut
MKB
21
C21A.4027
3
Lanjut
MKB
3
Anestesi Bedah Mata
19
C21A.4028
3
Dasar
MKB
4
Anestesi Bedah Onkologi 2
27
C21A.4029
1
Lanjut
MKB
5
Anestesi Bedah Plastik 2
27
C21A.4029
1
Lanjut
MKB
6
Anestesi Obstetri 2
30
C21A.4030
2
Lanjut
MKB
7
Seminar Ilmiah 4
38
C21A.5036
1
Umum
MKK, MKB
TOTAL
17
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
56
Perhitungan Jumlah SKS Semester V
No
Kegiatan pendidikan
Perhitungan
Jenis
Elemen
SKS
kompetensi
kompetensi
Modul
Kode
35,36
C21A.5031
3
Lanjut
MKB
1
Anestesi Kardiotorasik
2
Anestesi Bedah Rawat Jalan
23
C21A.5032
2
Lanjut
MKB
3
Anestesi Bedah Urologi
20
C21A.5033
2
Lanjut
MKB
4
Anestesi Geriatri
39
C21A.5033
1
Lanjut
MKB
5
Anestesi Pediatrik 2
32
C21A.5034
3
Lanjut
MKB
6
Anestesi Bedah Saraf 2
34
C21A.5035
3
Lanjut
MKB
7
Seminar Ilmiah 5
38
C21A.5036
1
Umum
MKK, MKB
TOTAL
15
Perhitungan Jumlah SKS Semester VI
No
Kegiatan pendidikan
Modul
1
Anestesi Bedah minimal Invasif
22
2
Anestesi Bedah THT
3
Intensive Care Unit 3
4
5
6
Sidang Usulan Penelitian
Kode
C21A.6037
Perhitungan
Jenis
Elemen
SKS
kompetensi
kompetensi
1
Lanjut
MKB
15, 16
C21A.6038
2
Lanjut
MKB
13, 14, 40
C21A.6039
3
Lanjut
MKB
Anestesi di Luar Kamar Bedah
24
C21A.6040
2
Lanjut
MKB
Publikasi ilmiah
38
C21A.6041
1
Umum
MPB
38
C21A.7047
1
Umum
MKK, MKB
TOTAL
10
Perhitungan Jumlah SKS Semester VII
No
Kegiatan pendidikan
Modul
Kode
Perhitungan
SKS
Jenis
kompetensi
Elemen
kompetensi
1
Komprehensif ICU
13, 14,
40
C21A.7042
3
Lanjut
MPB
2
Komprehensif Anestesi
Bedah Saraf/Anestesi
Regional
9,10,
33,34
C21A.7043
3
Lanjut
MPB
3
Komprehensif Anestesi
Pediatrik/Anestesibedah
digestif-Obstetri
29,30,
31,32
C21A.7044
3
Lanjut
MPB
35,36
C21A.7045
3
Lanjut
MPB
20,39,15,
16,23
C21A.7046
3
Lanjut
MPB
4
5
Komprehensif Anestesi
Kardiotorasik
Komprehensif Anestesi
Urologi dan Geriatri/Anestesi
Bedah THT/Anestesi Bedah
Rawat Jalan
TOTAL
15
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
57
Perhitungan Jumlah SKS Semester VIII
No
Kegiatan pendidikan
Komprehensif Anestesi
1
Uncommon Disease
Komprehensif Anestesi
2
Penyakit Khusus
Pengabdian Kepada
3
Masyarakat
4
Penelitian Akhir
Perhitung
Jenis
Elemen
an SKS
kompetensi
kompetensi
C21A.8048
3
Lanjut
MPB
28
C21A.8049
3
Lanjut
MPB
31
C21A.8050
3
Umum
MPB
38
C21A.8051
6
Umum
MKK, MKB
Modul
Kode
29
TOTAL
15
Keterangan:
MPK
: MK Pengembangan Kepribadian
MKB
: MK Keahlian BerkaryaMKK
MPB
: MK Perilaku Berkarya
MBB
: MK Berkehidupan Bermasyarakat
: MK Keilmuan dan Keterampilan
Modul:
Nomor Modul
Judul Modul
Modul 1
Keterampilan Dasar Anestesiologi I
Modul 2
Keterampilan Dasar Anestesiologi II
Modul 3
Keterampilan Dasar Anestesiologi III
Modul 4
Kedokteran Perioperatif I
Modul 5
Kedokteran Perioperatif II
Modul 6
Persiapan Obat dan Alat
Modul 7
Anestesi Umum
Modul 8
Pengelolaan Nyeri
Modul 9
Anestesi Regional I
Modul 10
Anestesi Regional II
Modul 11
Traumatologi I
Modul 12
Traumatologi II
Modul 13
Intensive Care I
Modul 14
Intensive Care II
Modul 15
Anestesi Bedah THT I
Modul 16
Anestesi Bedah THT II
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
58
Modul 17
Anestesi Bedah Orthopedi I
Modul 18
Anestesi Bedah Orthopedi II
Modul 19
Anestesi Bedah Mata
Modul 20
Anestesi Bedah Urologi
Modul 21
Anestesi Bedah Darurat
Modul 22
Anestesi Bedah Minimal Invasif
Modul 23
Anestesi Bedah Rawat Jalan
Modul 24
Anestesi Di luar Kamar Bedah
Modul 25
Anestesi dan Penyakit Khusus
Modul 26
Anestesi And Uncommon Diseases
Modul 27
Anestesi Bedah Onkologi dan Bedah Plastik
Modul 28
Post Anesthesia Care Unit (PACU)
Modul 29
Anestesi Bedah Obstetri I
Modul 30
Anestesi Bedah Obstetri II
Modul 31
Anestesi Pediatri I
Modul 32
Anestesi Pediatri II
Modul 33
Anestesi Bedah Saraf I
Modul 34
Anestesi Bedah Saraf II
Modul 35
Anestesi Bedah Kardiotorasik I
Modul 36
Anestesi Bedah Kardiotorasik II
Modul 37
Kemampuan Komunikasi dan Profesionalisme
Modul 38
Penelitian
Modul 39
Anestesia Geriatri
Modul 40
Basic USG
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
59
PROGRAM STASE PERSEMESTER
Terdapat 39 stase yang sesuai dengan 40 modul pengajaran yang diberikan
selama 8 (delapan) semester untuk mendukung kegiatan perkuliahan, tutorial dan
praktek peserta didik. Stase dilaksanakan oleh peserta didik dimulai dari semester 2
dan diatur oleh penanggung jawab stase yang berkoordinasi dengan penanggung
jawab divisi dengan mengikuti siklus/rotasi yang telah ditetapkan.
ALUR PELAKSANAAN DIVISI/STASE
Peserta didik
Peserta Didik
Kegiatan selama
Logbook diserahkan
Melapor
berada di
kepada Penanggung
masuk
kepada
stase/divisi
divisi/stase
jawab Stase sebagai
Penanggung
dicatat dalam
syarat untuk mengikuti
Jawab
Logbook
ujian divisi
Divisi/Stase dan
mengambil
logbook
Logbook yang sudah terisi
Penguji divisi/stase
dan lengkap diserahkan ke
memberikan nilai ujian
Sekretariat
Semester I (Pembekalan)
a. Perkuliahan
-
Mengikuti kuliah Mata kuliah Dasar Umum (MKDU) selama 6 bulan, hari
senin-selasa, pkl. 08.00–13.00 WIB.
-
Pengenalan ilmu anestesi (pembekalan, perkuliahan, Orientasi kamar
bedah).
-
Materi pembekalan: Etika, Kemampuan Komunikasi, Ilmu Dasar Anestesi
(Anatomi, fisiologi, Patologi, farmakologi-anestesi), Dasar keterampilan
Anestesi (RJPO-advance, pasang jalur IV), Kedokteran Perioperatif, Dasar
Penelitian, Evaluasi (UJIAN PERTENGAHAN/ AKHIR SEMESTER).
b. Masa Percobaan; bisa melanjutkan atau tidak, BILA TIDAK LULUS DIBERI
KESEMPATAN MENGULANG 1 SEMESTER.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
60
ROTASI STASE SEMESTER 2
ICU 1A
ICU 1B
EMG 1
Orthopedi 1
PACU
Obsgyn/
Digestive 2
ROTASI STASE SEMESTER 3
EMG 2
Orthopedi 2
Obgyn/
Onkologi/
Digestive 2
Plastik 1
Bedah saraf 1
Pediatrik 1
ROTASI STASE SEMESTER 4
ICU 2A
ICU 2B
EMG 3
Bedah mata
Obgyn/
Onkologi/
Digestive 3
Plastik 2
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
61
ROTASI STASE SEMESTER 5
Kardiotorasik-
Ambulatory/
Vaskular
ODS-Endos-IT
Bedah Saraf 2
Pediatrik 2
Luar RSHS 1
Obgyn/
THT/ BM
Urologi-Geriatrik
ROTASI STASE SEMESTER 6
Luar RSHS 2
Digestive 4
Pendampingan/
RSAfiliasi/
ICU
Poliklinik
Satelit 1
3/HCU/Resusitas
i
ROTASI STASE SEMESTER 7
Poliklinik/
Bedah saraf/
Obgyn-Digestive/
Pendampingan/
Orthopedi/
Pediatrik
ICU/ Resusitasi
Onkologi-Plastik
RSAfiliasi/
Urologi/
Emg/ PACU/
Satelit 2
Bm-Tht/ Ods-
Kardiotorasik-
Endos-It
Vaskular
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
62
ROTASI STASE SEMESTER 8
Anestesi
Anestesi pada
Pengabdian
uncommon
penyakit
Kepada
disease
khusus
masyarakat
Pengabdian
Anestesi pada
Anestesi
Kepada
penyakit
uncommon
masyarakat
khusus
disease
Proses Pembelajaran
Metode dan bentuk pembelajaran
1. Kuliah/tutorial
2. Case Report
3. Journal Reading
4. Textbook Reading
5. Referat
6. Penelitian
7. Bedside Teaching
8. Skill Lab
9. Pengalaman Klinik
Kamar Bedah, Luar Kamar Bedah, ICU, HCU, Ruang Resusitasi, Cathlab,
Kedokteran nuklir, Radiologi Diagnostik, Poliklinik
1. Proses pembelajaran di kamar bedah elektif dan emergensi
 Setiap hari kerja (Senin–Jumat) peserta didik yang bertugas di kamar
bedahsentral Lantai 3 dan Lantai 4 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
63
sebagai RSPendidikan Utama atau RS Jejaring memberikan pelayanan
medisberupa pemeriksaan preoperatif, tindakan anestesi di kamar bedah,
danpengawasan
pascaoperatif
di
ruang
pemulihan
di
bawah
supervisi/bimbingan konsulen anestesi yang bertanggung jawab.
 Pemeriksaan preoperatif (yang mencakup anamnesis,pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang (laboratorium dandiagnostik), akan didiskusikan
dalam tim anestesi yang dipimpin oleh PPDS tingkat chief, kemudian
dilaporkan dan didiskusikan kepada staf pendidik yang bertindak sebagai
dokter penanggung jawab pasienuntuk memperoleh persetujuan dan/
atau perbaikan.
 Setiap tindakan anestesi yang dikerjakan oleh peserta didik wajib
dituliskan didalam logbook PPDS, disupervisi dan ditandatangani oleh
staf pendidik.
2. Proses pembelajaran di ruang resusitasi dan OK emergensi/kamar operasi
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
 Setiap hari (Senin-Minggu) peserta didik yang
bertugas
di ruang
resusitasi/OKIGD bertugas menangani pasien dengan kegawatdaruratan
operatif dannonoperatif. Jadwal tugas dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I
(pkl. 07.00–16.00 WIB) dan shift II (pkl. 16.00–07.00 WIB), kecuali hari libur
hanya terdapat 1 shift 24 jam (pkl. 07.00–07.00 WIB).
 Melakukan
visite
preoperatif
anamnesa,pemeriksaan
dandiagnostik)
untuk
pasien
fisik,
emergensi
(yang
pemeriksaanpenunjang
menilai
kelayakan
pasien
untuk
mencakup
(laboratorium
operasi
dan
melakukan perbaikan terhadap pasien yang dinilai belum layak untuk
operasi.Peserta didik wajib membuat laporankondisi pasien dan rencana
tatalaksana perioperatif. Laporan tersebutakan diperiksa oleh PPDS tingkat
chief kemudian dikonsulkan/didiskusikan kepada staf pendidik.
 Setiap tindakan yang dikerjakan oleh peserta didik wajib dituliskan didalam
logbook
PPDS,
disupervisi
dan
ditandatangani
oleh
staf
pendidik
penanggung jawabruang resusitasi/OK IGD.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
64
 Laporan jaga ruang resusitasi/OK IGD setiap hari dilaporkan dalam tutorial
pagi/morning report.
3. Proses pembelajaran di ruang perawatan intensif (Intensive Care Unit/ICU)
dan Ruang perawatan semi intensif (High Care Unit /HCU)
 Setiap hari (Senin–Minggu) peserta didik yang bertugas di ruang
perawatanICU/HCU bertugas memberikanpelayanan terapi intensif/critical
care. Jadwal tugas dibagi menjadi dua shift, yaitushift I (pkl. 07.00–16.00
WIB) dan shift II (pkl. 16.00–07.00 WIB), kecuali hari libur hanya terdapat 1
shift24 jam (pkl. 07.00–07.00 WIB).
 Melakukan visite pasienyang mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang (laboratorium dan diagnostik). Peserta didik wajib
membuat laporan kondisi pasien dan rencana tatalaksana pasien. Laporan
tersebut akan dikonsulkan dan didiskusikan kepada staf pendidik.
 Setiap tindakan anestesi yang dikerjakan oleh peserta didik wajib dituliskan
didalam logbook PPDS, disupervisi dan ditandatangani oleh staf pendidik
penanggung jawabICU/HCU.
 Laporan jaga ICU dilaporkan setiap hari di Tutorial pagi/morning report
dan pada laporan mingguan yang dilaksanakan setiap hari senin. Laporan
jaga berisi pembahasan kasus di ICU/HCU.
4. Proses pembelajaran di poliklinik anestesi
Poliklinik anestesi berlokasi di Intalasi rawat jalan. Setiap hari kerja (SeninJumat) pukul 08.00–16.00 pesertadidik yang bertugas:
 Menerimakonsultasi rencana operasi one day careambulatoryanesthesia,
mempersiapkan
pendampingan
untuk
anestesi
pasien
diInstalasi
Radiologi Diagnostik (CT scan atau MRI yang terjadwal).
 Menerima konsultasi dari Departemen lain terkait rencana operasi
elektifuntuk pasien dengan kondisi/komorbiditas khusus.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
65
 Menilai kelayakan pasien untuk operasi melalui pemeriksaanpreoperatif
yang mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
(laboratorium dan diagnostik) dan melakukan perbaikan terhadap
pasien yang dinilai belum layak untuk operasi. Peserta didik wajib
membuat laporan kondisi pasien dan rencana tatalaksana pasien.
Laporan tersebut akan dikonsulkan dan didiskusikan kepada staf
pendidik.
 Peserta
didik
membuat
laporan
rekapitulasi
pasien
yang
dikonsultasikan,beserta menuliskan di dalam logbook dan ditanda
tangani oleh staf pendidik.
5. Proses pembelajaran di luar kamar operasi
 Setiap hari kerja (Senin–Jumat) pukul 08.00–16.00 peserta didik yang
sedang di stasePendampingan/Luar OK melakukan pelayanan di instalasi
Radiologi Diagnostik (CT scan), Brakhiterapi, Cathlab, kedokteran nuklir,
ruang kebidanan (kuretase).
 Menilai kelayakan pasien untuk tindakan anestesi di luar kamar operasi
melalui pemeriksaan preoperatif yang mencakup anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium dan diagnostik) dan melakukan
perbaikan terhadap pasien yang dinilai belum layak untuk tindakan
anestesi. Peserta didik wajib membuat laporan kondisi pasien dan rencana
tatalaksana pasien. Laporan tersebut akan dikonsulkan dan didiskusikan
kepada staf pendidik.
 Setiap tindakan anestesi yang dikerjakan oleh peserta didik wajib dituliskan
didalam
logbook
PPDS
dan
ditanda
tangani
oleh
staf
pendidik
penanggung jawab Pendampingan/Luar OK.
6. Tutorial pagi/Laporan jaga/Morning Report
Mendiskusikan kasus-kasus anestesi dan terapi intensif yang telah dan akan
ditangani oleh peserta didik.
 Dilaksanakan setiap hari pada pukul 07.00–09.00 WIB, dipimpin oleh Chief
on Duty (COD) hari tersebut.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
66
 Dihadiri oleh: Staf pendidik dan seluruh peserta didik kecuali yang
mendapat giliran piket di OK.
 Tutorial pagi dalam bahasa Inggris (Morning Report) diselenggarakan setiap
hari Jumat.
 Mendiskusikan kasus-kasus yang memerlukan perhatian, jarang dijumpai,
atau dengan permasalahan yang khusus.
 Mempresentasikan kasus atau tugas tambahan yang dipilih sebagai proses
pembelajaran.
 Perencanaan tindakan anestesi yang dipresentasikan pada tutorial pagi
merupakan hasil diskusi peserta didik dengan Dokter Penanggungjawab
Pelayanan (DPJP). Diskusi perioperatif meliputi segala aspek, antara lain: ilmu
dasar, teori klinik umum atau khusus, teknik anestesi yang akan dilakukan,
dan lain-lain.
 Setiap peserta didik diwajibkan proaktif berpartisipasi dalam diskusi.
Kemampuan mengemukakan pendapat yang sistematis dan logis merupakan
salah satu kompetensi yang akan dinilai.
 Pada akhir acara, Chief on duty yang memimpin laporan membuat resume
mengenai hal-hal yang dibahas dalam laporan pagi dan laporan jaga.
7. Laporan kasus
Ditujukan untuk memberikan dan meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam
menggunakan
sumber
informasi
atauketerangan
ilmiah
sebanyak
mungkin untuk menganalisis kasus yang menarik atau jarang, yang telah selesai
ditangani
selama
stase;
untuk
meningkatkan
kemampuan
analisis
dan
memecahkan masalah yang dihadapi pada kasus tersebut secara kritis dan
sistematis dan selanjutnya mampu membuat publikasi ilmiah terkait dengan
kasus yang dilaporkannya.
Ketentuan sebagai berikut:
 Laporan kasus dilakukan 3 kali selama masa pendidikandan dilaksanakan
sesuai jadwal yang telah ditetapkan di awal semester.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
67
 Kasus yang dipilih merupakan kasus yang unik, menarik, dan jarang dijumpai,
dan telah mendapatkan persetujuan pembimbing.
 Peserta didik wajib menyerahkan 3 buah naskah dan presentasi, yang telah
dikoreksi dan ditandatangani oleh pembimbing, dan softcopy naskah serta
presentasi kepada Sekretariat prodi setelah maju presentasi.
8. Journal Reading (JR)
Ditujukan
untuk
melatih
peserta
didik
menelaah
jurnal
penelitian
dan
memperoleh pengetahuan dari literatur yang baru.
 Journal reading dilakukan 3 kali selama masa pendidikan dan dilaksanakan
sesuai jadwal yang telah ditetapkan di awal semester.
 Journaldi dapat dari sekretariat prodi, dapat berupa laporan penelitian atau
laporan kasus terbaru (paling lama lima tahun terakhir), diambil dari
majalah/jurnal Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif terakreditasi, dan telah
mendapatkan persetujuan pembimbing.
 Peserta didik wajib menyerahkan 3 buah naskah dan presentasi, yang telah
dikoreksi dan ditandatangani oleh pembimbing, dan softcopy naskah serta
presentasi kepada Sekretariat prodi setelah maju presentasi.
9. Diskusi Multidisiplin
Diskusi multidisiplin yang dilakukan berupa diskusi kasus dengan departemen
terkait
untuk
membahas
kasus-kasus
pasien
dengan
kondisi
atau
komorbiditaskhusus yang direncanakan untuk operasi. Dihadiri oleh staf
pendidik dan peserta didik dari masing-masing prodi. Diskusi multidisiplin
berupa presentasi ilmiah yang wajib dihadiri oleh staf pendidik dan peserta
didik.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
68
DESKRIPSI MATA KULIAH
1.
Filsafat ilmu dan Etika Penelitian
Pembelajaran, Tujuan dan aplikasi pembelajaran filsafat ilmu; Perkembangan
ilmu; metode ilmiah; Pengaruh Filsafat Ilmu terhadap Kehidupan Manusia
2.
Epidemiologi Kedokteran/Kesehatan
Kepentingan dan manfaat ilmu epidemiologi; menghitung ukuran-ukuran
penyakit; jenis penelitian epidemiologi; konsep dasar kausalitas dan asosiasi;
ukuran asosiasi; faktor yang mempengaruhi validitas suatu penelitian.
3.
Metodologi penelitian
Overview metodologi penelitian dan paradigma; paradigma penelitian
kuantitatif dan kualitatif; desain, teknik dan pelaporan penelitian kualitatif;
desain
penelitian
kuantitatif;
variabel
penelitian,
besar
sampel
dan
pengukuran dalam penelitian; eksperimental dan animal study serta uji
diagnostik; survival analysis dan mixed method design; metaanalisis: premis
dan hipotesis; penulisan tesis dan disertasi serta etika penulisan; kuantitatif:
desain cross-sectional, case-control dan kohort; kualitatif: jenis penelitian
kualitatif; kuantatif: uji klinis, uji diagnostik dan metaanalisis; kualitatif: teknik
analisis dan pelaporan.
4.
Biologi molekular
Biomolekul dan konsepsi biologi molekuler; membran biologi; enzim; kanker;
analisis molekuler sistem sirkadian clock dan aspek; ekspresi gen; struktur
sel, DNA dan RNA; informasi genetika; post translational modification;
epidemiologi molekular; farmakogenetik.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
69
5. Bio statistika
Konsep dasar biostatistika; penyajian data; sampling; teori estimasi; hipotesis;
ukuran
sampel;
tabel
kontingensi
(uji
chi-kuadrat);
berbagai
teknik
analisis/korelasi; analisis varians (satu arah, dua arah atau lebih); analisis
statistik non parametrik; analisis regresi logistik; standarisasi; analisis survival;
menyajikan hasil penelitian dan hasil uji statistika; topik khusus.
6. Konsep umum penyakit
Definisi dan tujuan konsep umum penyakit; konsep umum spektrum
pelayanan kesehatan; biologi sebagai ilmu informasi dan pendekatan sistem;
gangguan network biologis sebagai dasar penyakit; dari basic science ke P4
medicine; omic technology dalam bidang kedokteran; konsep umum
berbagai tipe penyakit (degeneratif, infeksi).
7.
Penulisan Artikel Ilmiah
Tujuan penulisan karya ilmiah kedokteran; bahasan naskah, mencakup
artikel, prinsip dasar penulisan karya ilmiah kedokteran; penulisan dan
publikasi laporan kasus dan artikel original; kiat-kiat pemilihan jurnal
kedokteran; pengenalan tata bahasa penulisan; bahasa indonesia; bahasa
inggris; implementasi penulisan.
8.
Etika Kedokteran
Dasar-dasar filsafat etika, disiplin, hukum kesehatan.
9.
Manajemen Klinik
Dasar-dasar manajemen klinik. Komunikasi dokter dan pasien. Manajemen
kamar operasi. bagaimana menjadi koordinator pada sistem pelayanan
kesehatan
10. Metode belajar mengajar
Kuliah
pengantar,
karangan
ilmiah,
cara
penyajian
kasus,
Analisis
Instruksional, metode pembelajaran, media pembelajaran, metode role play,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
70
metode diskusi kelompok dan bed side teaching, sistem evaluasi, responsi
sebagai latihan uji, essay dan pilihan berganda, praktik microteaching, kapita
Selekta
11. Farmakologi Klinik
Aspek dalam pengobatan; interaksi obat; farmakologi obat anestesi dan
terapi intensif; farmakologi obat-obat yang digunakan untuk mengatasi
patologi jalan napas, paru dan organ napas; farmakologi obat-obat yang
berdampak pada susunan syaraf otak dan syaraf perifer, dan syaraf otonom;
farmakologi obat-obat pelumpuh otot dan antagonisnya, opioid dan
antagonisnya.
12. Anatomi Fisiologi
Anatomi, fisiologi dan beberapa patofisiologi jalan napas, paru dan organ
napas; anatomi, fisiologi dan beberapa
patofisiologi
jantung, pembuluh
darah dan darah; anatomi, fisiologi dan beberapa patofisiologi otak, syaraf
pusat dan syaraf perifer; mekanisme kesadaran, persepsi nyeri.
13. Kemampuan dasar anestesi
Kedokteran perioperatif; fisiologi terhadap pembedahan dan anestesi;
indikasi dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, fungsi
ginjal, fungsi hati dan endokrin; indikasi dan menilai hasil pemeriksaan foto
toraks dan EKG;
indikasi dan hasil pemeriksaan CT scan kepala, toraks dan
abdomen, serta Echocardiografi; pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang
diperlukan berdasarkan kondisi pasien; identifikasi
riwayat penyakit atau
kelainan pasien preoperative yang mempengaruhi jalannya anestesi; status
fisik pasien berdasarkan klasifikasi ASA; rencana anestesi untuk prosedur
bedah yang akan dilakukan; persiapan alat dan obat untuk rencana operasi
dengan anestesi umum; breathing circuit mesin anestesi pada anestesi
umum; interpretasikan hasil monitor; pengelolaan pencegahan terhadap
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
71
komplikasi pasca bedah; tanda-tanda kegawatan pasien; penanggulangan
nyeri pasca bedah.
14. Basic & Advance Life Support
Pengelolaan jalan napas dewasa,
Pengelolaan jalan napas neonatus, RJP
dewasa, anak-anak, dan neonatusbaik di kamar operasi maupun di luar
kamar operasi. Melakukan defibrilasi, memberikan obat obat resusitasi,
melakukan penilaian hasil resusitasi, menghentikan resusitasi dan/atau
merujuk pasien ke ICU pascaresusitasi.
15. Anestesi Umum
Alat monitoring, mesin anestesi dan obat-obatan apa yang perlu di tersedia
di kamar operasi; mekanisme terjadinya anestesi umum; pemberian dan obat
yang dipakai untuk induksi anestesi umum; komplikasi yang sering terjadi
selama anestesi: obstruksi jalan napas, hipoksemia, hiperkarbia, hipotensi,
hipertensi.Farmakokinetik dan farmakodinamik obat anestesi intra vena dan
anestetik inhalasi; balans anestesi umum intravena, balans anestesi umum
inhalasi; indikasi dan cara melakukan anestesi dengan sungkup, LMA, pipa
endotrakeal;
indikasi dan komplikasi intubasi untuk keperluan anestesi
umum; ekstubasi serta komplikasi ekstubasi. Kelainan atau penyakit pasien
preoperatif yang akan memengaruhi persiapan alat dan obat anestesi;
rencana anestesi untuk prosedur bedah yang akan dilakukan serta alat dan
obat yang diperlukan; persiapan alat dan obat untuk rencana operasi
dengan anestesi umum atau anestesi regional; cara kerja mesin anestesi,
flowmeter, vaporizer, alat monitor, kateter intravena, set infus cairan, set
transfusi darah, set infus tetes mikro, set infus tetes makro,
alat syringe
pump, infusion pump, mesin pengisap (suction) dan kelengkapannya; setup
mesin anestesi secara benar, breathing circuit mesin anestesi, termasuk filter,
susunan vaporizer secara benar, trouble shooting sederhana, pemeliharaan
mesin dan asesorisnya; pemasangan dan menginterpretasikan hasil monitor;
tanda-tanda
yang
mengarah
kegawatan
pasien.Penanggulangan
nyeri
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
72
pascabedah, alat dan obat yang dibutuhkan; alat-alat dan obat yang
dibutuhkan untuk transport pasien dan bila pasien indikasi rawat ICU.
16. Anestesi Bedah Minimal Invasif
Operasi invasif minimal (selanjutnya disingkat dengan OIM) atau operasi
laparoskopi (selanjutnya disingkat OL). Penyakit sistemik lain yang diderita
pasien yang dapat mempengaruhi jalannya anestesi untuk OIM atau OL;
Deskripsi prosedur OIM atau OL, elemen esensial, bahaya dan pertimbangan
keamanan pasien yang akan dilakukan OIM atau OL; Persiapan preoperatif
yang harus dilaksanakan baik persiapan rutin maupun persiapan khusus; di
rumah (pada pasien rawat jalan), di bangsal/ruang perawatan, di kamar
persiapan IBS dan di kamar operasi; Rencana anestesi yang akan dilakukan
untuk prosedur OIM atau OL; Monitoring dan penyulit yang dapat terjadi
selama OIM atau OL; Perubahan fisiologi akibat insuflasi gas CO2 dan
perubahan
posisi
Trendelenburg,
anti-Trendelenburg,
lateral,
litotomi,
terhadap kondisi pasien selama anestesi untuk OIM atau OL; Cara mengenali
dan menangani komplikasi pemakaian gas CO2 dan pemakaian alat bedah
elektrik pada OIM atau OL; Pemantauan, beberapa penyulit yang dapat
terjadi dan penatalaksanaannya pasca OIM atau OL; Rekam medik
perioperatif pasien OIM atau OL.
17. ICU 1
Indikasi pasien masuk ICU; Tanda-tanda pasien yang memerlukan resusitasi
dan stabilisasi awal
di ICU; Penilaian klinis pasien ICU; Investigasi/
pemeriksaan penunjang, interpretasi data
dan diagnosis; Support
organ
dan prosedur prosedur praktis terkait; Pemantauan dan pengukuran klinik;
Pemakaian alat alat di ICU dengan aman; Kondisi khusus (tidak termasuk
trauma,
luka
bakar
dan
pasien
pediatri)
Sistem
respirasi,
sistem
kardiovaskular, sistem renal, sistem syaraf, trauma dan luka bakar, pasien
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
73
pediatrik, pasien obstetri, sepsis dan pengendalian infeksi; transportasi
pasien kritis; End-of- Life- Care.
18. ICU 2
Resusitasi dan stabilisasi awal; penilaian klinis; investigasi, interpretasi data
dan diagnosis; support sistem organ dan prosedur-prosedur praktis terkait;
pemantauan
dan
pengukuran
klinis;
penggunaan
alat
secara
aman;
penanganan pasien dengan kondisi khusus; penanganan pasien obstetri di
unit perawatan intensif; penanganan pasien pascabedah kardiovaskuler;
penanganan pasien pascabedah neuro.Hemodinamic monitoring. Mampu
melakukan USG airway,breathing dan circulation.
19. ICU 3
Pengelolaan pasien dengan gagal nafas, ARDS, obstruksi jalan napas;
pneumonia, PPOK, asma, edema paru, efusi pleura, pneumotorak, syok,
hipotensi/hipertensi, gagal jantung, aritmia, gagal ginjal, koma, traumatic
brain
injury,
neuromuskular,
kejang,
perdarahan
sereberal,
meningitis,
penyakit
spinal injury, mati batang otak, koagulopati, pasien
immunocompromised, DIC, ganangguan elektrolit, kegawatan pada DM,
disfungsi thyroid, keracunan akut, kegawatan obstetrik, sepsis, hiperpireksia,
hipotermia; transportasi pasien kritis.
20. Anestesi Pengelolaan Nyeridan Post Anesthesia Care Unit (PACU)
Pendekatan farmakologis dan non farmakologis yang dipergunakan dalam
pengelolaan nyeri kronik; titik tangkap kerja pendekatan farmakalogis
maupun non farmakologis pada nyeri kronik; pengelolaan nyeri pada nyeri
khusus antara lain nyeri pada luka bakar,nyeri herpes,nyeri neuropatik
diabetikum; aspek psikologis,efek plasebo pada pengelolaan nyeri kronik.
Alat monitoring dan obat-obatan apa yang perlu di ada di PACU; komplikasi
yang sering terjadi di PACU: obstruksi jalan nafas, hipoksemia, hiperkarbia,
hipotensi, hipertensi, aritmia, menggigil, PONV, delirium; komplikasi akibat
pemasangan jarum untuk anestesi lokal atau akibat kateternya; kriteria
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
74
pasien boleh keluar dari PACU fase 1 (pindah ke ruangan atau ke PACU fase
2), PACU fase 2 (boleh pulang kerumah); indikasi pasien harus masuk ke ICU
atau HCU.
21. Anestesi Regional 1
Jenis-jenis obat anestesi lokal, mekanisme kerja dan sifat obat anestesi
lokal; jenis-jenis serabut saraf yang dihambat serta jenis hambatan motorik
dan sensorik yang dihasilkan dan cara pemeriksaannya; faktor-faktor
patofisiologi yang mempengaruhi kerja obat anestesi lokal; dosis, dosis
maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat
anestesi lokal; penggunaan klinik masing-masing obat anestesi lokal
termasuk bentuk preparasinya, penambahan dengan adjuvan lain; efek
samping dan toksisitas yang dapat ditimbulkan obat anestesi lokal beserta
tanda-tanda klinisnya; anatomi tulang belakang dan medula spinalis, variasi
anatomi yang mungkin dijumpai; fisiologi cairan serebrospinal; perubahan
fisiologi yang terjadi pada anestesisubarachnoid dan penatalaksanaan
perubahan fisiologis yang terjadi; indikasi dan kontraindikasi tindakan
anestesi subarachnoid; persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi
dan
mengidentifikasi
kelainan
atau
penyakit
pasien
yang
akan
mempengaruhianestesisubarachnoid; persiapan alat, jenis-jenis jarum dan
obat anestesi lokal yang akan dipakai untuk anestesisubarachnoid; prosedur
tindakan anestesi subarachnoid; posisi pasien
anestesi subarachnoid serta
keuntungan dan kerugiannya untuk efek penyebaran obat; ketinggian
minimal dan
dipengaruhinya,
jenis
blok
yang diinginkan
termasuk dermatom
untuk masing-masing tindakan
yang
operasi yang akan
dilakukan; jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama kerja
obat anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesisubarachnoid, serta
jenis ajuvan yang dapat mempengaruhi atau membantu kerja obat anestesi
lokal; faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran obat, ketinggian blok
anestesisubarachnoid, mula dan masa kerja anestesisubarachnoid; komplikasi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
75
yang dapat terjadi pada anestesi, cara mencegah dan mengatasi komplikasi
tersebut.
22. Anestesi Regional 2
Anatomi tulang belakang, medula spinalis
dan rongga epidural, lapisan-
lapisannya mulai dari kulit, ligamen-ligamen, sampai ke rongga epidural,
regio sakralis, hiatus sakralis, fungsional anatomi pleksus brakhialis dan
pleksus lumbosakral; perubahan fisiologi yang terjadi pada anestesi epidural,
kaudal,
pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral; teori timbulnya tekanan
negatif pada rongga epidural; mekanisme kerja obat anestesi lokal pada
anestesi epidural, kaudal ,blok pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral;
persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi dan mengidentifikasi
kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi jalannya anestesi
epidural, kaudal, blok perifer pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral;
penatalaksanaan anestesi epidural, kaudal, blok perifer pleksus brakhialis dan
pleksus lumbosakral untuk prosedur bedah yang akan dilakukan; persiapan
alat dan obat yang akan dipakai untuk anestesi epidural, kaudal, blok
pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral; cara kerja nerve- stimulator
dan metode lainnya untuk identifikasi syaraf, keuntungan dan kerugiannya;
tindakan anestesi epidural, kaudal, berbagai pendekatan blok pleksus
brakhialis dan pleksus lumbosakral; cara menemukan ruang epidural; level
ketinggian minimal dan jenis blok yang diinginkan termasuk dermatom yang
dipengaruhinya,
untuk
masing-masing
tindakan
operasi
yang
akan
dilakukan; indikasi dan kontraindikasi tindakan anestesi epidural, kaudal,
blok
pleksus
brakhialis
dan
pleksus
lumbosakral;
jenis
obat,
dosis,
konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama kerja obat anestesi lokal yang
dapat dipakai untuk anestesi epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis dan
pleksus lumbosakral serta jenis ajuvan yang dapat mempengaruhi atau
membantu kerja obat anestesi lokal; faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebaran obat, ketinggian blok anestesi epidural,dan kaudal; faktor-faktor
yang mempengaruhi mula dan masa kerja obat pada anestesi epidural,
kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral; komplikasi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
76
yang dapat terjadi pada anestesi epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis
dan blok pleksus lumbosakral, tanda- tanda dan gejala, cara mencegah dan
mengatasi komplikasi tersebut; penatalaksanaan pencabutan kateter epidural
pada pasien yang mendapat terapi antikoagulan. Melakukan blok pleksus
brakhialis dan blok pleksus lumbosakral dengan panduan USG.
23. Anestesi Bedah Orthopedi 1
Anestesi umum dengan sungkup dan regional SAB, TIVA untuk operasi
fraktur anggota gerak bawah,
hip fracture,
preoperatif yang umum ditemukan pada pasien
arthroscopy; Masalah
ortopedi
dan membuat
rencana anestesi yang tepat untuk prosedur bedah ortopedi yang paling
sering; masalah umum pada pasien trauma serta menjelaskan persiapan
preoperatip untuk pembedahan emergensi dan trauma, termasuk puasa dan
penggunaan antacid, antagonis H2 dan antiemetik; obat anestesi inhalasi
untuk prosedur anstesi umum dengan sungkup; farmakologi obat anestesi
inhalasi; obat anestesi intravena; farmakologi obat anestesi intravena; alat
dan obat anestetika lokal untuk semua prosedur anesthesia regional, sesuai
dengan lama, lokasi prosedur bedah,
dan berat penyakit; farmakologi
anestetika lokal, termasuk hal khusus yang menentukan
onset, durasi,
potensi dan toksisitas.
24. Anestesi Bedah Orthopedi 2
Masalah yang dapat terjadi selama pembedahan, misalnya syok perdarahan;
topik spesifik dalam anestesi ortopedi, termasuk pneumatic tourniquet, fat
embolism, penyebab deep vein thrombosis, thromboembolism, pulmonary
embolism; penyakit yang menyertai pasien ortopedi, seperti hipertensi,
penyakit arteri koroner, rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, ankylosing
spondylitis; penanggulangan nyeri dengan patient controlled analgesia
(PCA), subarachnoid,
anestesika lokal intra-artikular, non-steroidal anti-
inflammatory drugs (NSAIDs); posisi pasien, terutama pada pembedahan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
77
tulang belakang (spine surgery); pengaturan posisi pasien pada operasi
tulang belakang servikal (servical spine surgery) untuk kemudahan operator
dan keselamatan pasien (trauma wajah).
25. Anestesi Emergensi dan Traumatologi1
Persiapan anestesi untuk operasi bedah darurat; teknik anestesi untuk
operasi bedah darurat baik anestesi umum
komplikasi anestesi untuk
atau
anestesi regional;
operasi bedah darurat; kasus-kasus yang
dilakukan operasi bedah darurat; kegawatan pada pasien trauma.
26. Anestesi Emergensi dan Traumatologi2
penatalaksanaan kegawatan jalan napas, syok, penurunan kesadaran,
keracunan
dan
dan
penyalahgunaan
obat,
kejang,
resusitasi
cairan;
perencanaan tindakan yang perlu untuk menanggulangi kegawatan pasien
trauma (airway, breathing, syock, defibrilasi); pemakaian obat obatan
emergency dan alat alat bantu emergency, stabilsasi, tansportasi, rujukan
pasien trauma, dan peranan anetesi sebagai bagian dari emergency team;
Monitoring fungsi vital pada pasien trauma yang tidak memerlukan
pembedahan segera; kebutuhan life support pada pasien trauma yang tidak
memerlukan pembedahan segera; anestesi yang khusus untuk berbagai
pembedahan penyelamatan (damage control surgery); anestesi yang khusus
untuk pembedahan definitif.
27. Anestesi Emergensi dan Traumatologi3
bantuan nafas, sirkulasi, kendali tekanan intra-kranial, nutrisi artifisial, renal
support, langkah penanganan sepsis dan analgesia pada pasien trauma yang
tidak memerlukan pembedahan segera; bantuan nafas, sirkulasi, kendali
tekanan intra-kranial, nutrisi artifisial, renal support, langkah penanganan
sepsis dan analgesia pada pasien trauma yang menjalani pembedahan dan
pada masa pasca bedah; teknik hemodilusi dan transfusi masif; hipotermia
insidental maupun hipotermia yang disengaja untuk konservasi organ.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
78
28. Anestesi Obstetri 1
Fisiologi kehamilan, farmakologi perinatal, sirkulasi janin, pola persalinan
normal, pengawasan ibu-janin, variabilitas denyut jantung janin, persalinan
kurang
bulan
(prematur),
asfiksia
neonatus;
sirkulasi
uteroplasenta;
kehamilan multipara; farmakologi dan interaksi obat antara sintosinon,
metergin, magnesium sulfat, indocin, prostaglandin, steroid yang biasa
dipakai pada pasien obstetrik
dengan obat anestesi.; penatalaksanaan
preoperatif termasuk premedikasi dan puasa untuk pasien obstetrik elektif;
persiapan alat dan obat untuk anestesi umum dan
subarachnoid (lihat
prosedur anestesi umum dan subarachnoid).indikasi anestesi umum atau
subarachnoid untuk pasien obstetrik tanpa penyulit; anestesi subarachnoid
untuk
prosedur
bedah
sesar
(lihat
modul
dan
prosedur
anestesisubarachnoid); anestesi umum (intubasi, LMA) untuk prosedur bedah
sesar termasuk tehnik rapid sequence induction dan penatalaksanaan jalan
napas pada ibu hamil (lihat modul dan prosedur anestesi umum); anestesi
umum intravena untuk tindakan kuretase; aortocaval compression dan
penanganannya; evaluasi bayi baru lahir; penatalaksanaan post partum,
penanganan nyeri dan mual muntah pascabedah.
29. Anestesi Obstetri 2
Perdarahan ante, intra dan postpartum; preeklampsia, eklampsia, sindrom
HELLP; tanda-tanda emboli air ketuban dan penatalaksanaannya; pneumonia
asam (aspirasi) dan sindrom Mendellson; sindrom Meigs pada kasus tumor;
kelainan atau penyakit pasien obstetrik
dengan resiko tinggi yang akan
mempengaruhi jalannya anestesi; persiapan alat dan obat untuk anestesi
umum dan regional meliputi subarachnoid, epidural, kaudal (lihat prosedur
anestesi umum dan regional); indikasi anestesi umum atau regional untuk
kasus obstetrik dan
dengan penyulit dan penyakit penyerta; anestesi
regional untuk prosedur bedah obstetrik dan (lihat modul dan prosedur
anestesi regional); anestesi umum untuk prosedur bedah obstetrik dan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
79
termasuk tehnik rapid sequence induction dan penatalaksanaan jalan nafas
sulit
pada
ibu
hamil
(lihat
modul
dan
prosedur
anestesi
umum);
penatalaksanaan cairan dan tranfusi darah pada kasus obstetrik; evaluasi dan
resusitasi bayi baru lahir; penatalaksanaan anestesi operasi non obstetrik
pada pasien obstetrik; penatalaksanaan anestesi operasi
laparoskopi;ILA
(Intrathecal labor analgesia) dan PCEA (Patient controlled epidural analgesia)
untuk persalinan pervaginam; resusitasi ibu hamil; penatalaksanaan post
partum dan pasca bedah termasuk penanganan nyeri dan mual muntah;
indikasi rawat ICU pasca bedah.
30. Anestesi Bedah Saraf 1
- Neurofisologi (Fisiologi dan Metabolisme Otak dan Medula spinalis): Aliran
darah
otak;
Tekanan
intrakranial;
Dinamika
cairan
serebrospinalis;
Metabolisme otak; Edema serebral; Sadar, delirium, dan coma; Pengaruh
suhu pada aliran darah otak dan metabolisme otak; Pengaruh anestetika
pada aliran darah otak, tekanan intrakranial, metabolisme otak; Mengukur
aliran darah dan metabolisme otak
- Neurofarmakologi (efek anestetika pada fisiologi otak dan medula
spinalis):Anestetika
intravena;
Anestetika
inhalasi;
Opioid
dan
obat
adjuvant; Antikonvulsan; Cairan, elektrolit, dan koloid (prinsip umum
pemberian
cairan
perioperatif,
pemberian
cairan
untuk
kraniotomi,
pemberian cairan untuk sindroma patologik khusus)
- Dasar-dasar neuroanestesi: Evaluasi prabedah, premedikasi, monitoring,
induksi anestesi, rumatan anestesi, pilihan anestetika, saat ekstubasi,
pertimbangan khusus dan pengelolaan nyeri pascabedah.
- Patofisiologi kelainan intraserebral baik trauma atau non trauma.
- Identifikasi peningkatan tekanan intracranial.
- Pemantauan
untuk
prosedur
intracranial:
Tekanan
darah
invasif,
CVP,Tekanan intrakranial, CT-Scan, MRI, Capnograph.
- persiapan pengelolaan jalan nafas pada operasi servikal .
- pemilihan anestesia untuk bedah saraf.
- kegawatan pada kraniotomi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
80
- anestesia yang memungkinkan dilakukan pemantauan neurofisiologi.
- pilihan-pilihan untuk mengatasi peningkatan tekanan intracranial.
- proteksi otak perioperatif.
31. Anestesi Bedah Saraf 2
- Pengelolaan perioperatif Cedera Otak Traumatik: Pengelolaan cairan
perioperatif; Patofisiologi cedera otak traumatik; Pengelolaan cedera otak
akut: Resusitasi awal; Pengaruh anestetika dan teknik anestesi terhadap
dinamika intrakranial dan metabolisme otak; Pengelolaan anestesi pada
pasien dengan cedera otak traumatik; Anestesia untuk cedera otak pada
pediatrik; Pengelolaan di ICU; Terapi baru yang menjanjikan; Mati Otak.
- Anestesi untuk tumor supratentorial: Diagnosis peningkatan tekanan
intrakranial; Brain shifts dan sindroma herniasi; Gambaran umum lesi massa
di otak; Neoplasma; Infeksi; Hidrocephalus; Posisi pasien (supine, lateral,
prone, duduk); Komplikasi pascaoperasi tumor supratentorial.
- Anestesi untuk tumor Infratentorial (fossa posterior):Pendekatan bedah;
Teknik Anestesi; Masalah umum; Pencegahan emboli udara dan komplikasi
lain; Monitoring; Posisi pasien (duduk, prone, lateral, supine, ParkBench/Semiprone).
- Pediatrik Neuroanestesi: Neuroembriologi; Neuro fisiologi; Neuro anatomi;
Neuro
farmakologi;
Patofisiologi
tekanan
intrakranial;
Pertimbangan
anestesi secara umum; Pertimbangan anestesi secara khusus.
- Anestesi untuk tumor Neuroendokrin: Transpenoidal hypophysectomy dan
prosedur
Neuroendokrin lainnya. Anatomi dan fisiologi pengaturan
neuroendokrin, aksis hypothalamic-pituitary-thyroid, aksis hypothalamicpituitary-adrenal,
respons
neuroendokrin yang berhubungan
dengan
anestesi dan pembedahan.
- Cedera medula spinalis: Operasi Thoraco-lumbal termasuk operasi cervical
spine; Managemen cedera medula spinalis
cervical akut; Managemen
Tumor Medula Spinalis/cedera columna vertebralis; Organisasi fungsi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
81
medula spinalis; Refleks medula spinalis, aliran darah medula spinalis dan
bagaimana
mengaturnya,
darah/hipoksia/perubahan
respons
PaCO2,
respons
terhadap
terhadap
trauma
tekanan
medula
spinalis; Efek anestetika.
- Anestesi untuk Diagnostik dan Intervensional Neuroradiologi (INR)
- Craniofacial surgery.
32. Anestesi Pediatrik 1
Anatomi, fisiologi, farmakologi dan psikologispada bayi anak dan orang
dewasa; praanestesi, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, premedikasi, puasa pada bayi dan anak; penatalaksanaan
perioperatif pasien bayi dan anak dengan infeksi saluran nafas atas; jenis
dan ukuran ETT, LMA, laringoskop , sistem sirkuit napas beserta peralatan
pelengkap lain (Magill forceps, stylet,jalan nafas oro/nasofarings, dll)yang
dipakai untuk anestesi bayi, anak; cairan perioperatif bayi dan anak, seperti
jumlah dan jenis cairan yang diberikan; volume darah total dan banyaknya
perdarahan yang boleh hilang selama operasi dan kapan membutuhkan
tranfusi darah; obat premedikasi apa saja , cara pemberiannya
serta
penyulit yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat premedikasi untuk bayi
dan anak; induksi kasus bedah sederhana untuk bayi dan anak; yang mulus
dan mengatasi nyeri pasca operasi pada kasus sederhana bayi dan anak;
mekanisme terjadinya spasme laring, spasme bronkus, edema glottis pada
bayi dan anak; mencegah dan mengatasi spasme laring, spasme bronkus,
edema
glotis
yang terjadi pada bayi dan anak;
penatalaksanaan
anestesiregional caudal epidural , dosis dan jenis obat anestetik lokal apa
saja yang dapat dipakai untuk bayi dan anak serta penyulit yang bisa
ditimbulkan.
33. Anestesi Pediatrik 2
Penatalaksanaan anestesi untuk kasus bayi dan anak dengan
sepsis,
kelainan
jalan
nafas,
masalah
kesulitan intubasi dan ventilasi seperti
labiopalatognatoskisis bilateral komplit, Pierre Robin, tumor gigi mulut dan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
82
jalan nafas.; hal penting apa saja yang harus diperhatikan pada kasus bayi
dengan kelainan kongenital dan anomali seperti hernia diafragmatika,
omfalokel, gastroskisis, fistel trakeoesofagus; penatalaksanaan anestesi untuk
kasus bayi
dengan kelainan kongenital dan anomali seperti hernia
diafragmatika, omfalokel, gastroskisis, fistel trakeoesofagus; mekanisme
terjadinya spasme laring, spasme bronkus, edema glotis dan trakea pada
bayi dan anak; mekanisme terjadinya hipotermia pada kasus pediatrik, cara
mencegah,
cara
mengatasi
dan
komplikasi
apa
saja
yang
dapat
ditimbulkannya; mencegah dan mengatasi spasme laring, spasme bronkus,
edema glotis dan trakea yang terjadi pada bayi dan anak; penatalaksanaan
anestesi regional, dosis dan jenis obat anestetik lokal apa saja yang dapat
dipakai untuk bayi dan anak.
34. Anestesi Bedah THT
Anatomi jalan nafas atas, laring hingga trakea dan telinga; efek pemakaian
N2O pada bedah telinga tengah; insiden PONV pascabedah telinga; teknik
hipotensi; interaksi katekolamin dengan zat volatil; pengaruh vasokonstriktor
lokal terhadap kardiovaskular dan penatalaksanaan masuknya secara tak
sengaja infiltrasi epinefrin ke dalam intravaskular; tehnik pembiusan
tonsilektomi beserta risiko dan komplikasi serta penanganannya; mekanisme
terjadinya spasme laring dan penanganannya; patofisiologi “sleep apnea”;
mengeliminasi N2O dari campuran gas anestetik selama periode apnea;
”apneic oxygenation” dan kecepatan peningkatan PaCO 2 yang terjadi.
Tingkat
kesulitan
jalan
nafas;
langkah-langkah
tindakan
panendoskopik (laringoskopi, esofagoskopi, bronkoskopi dll); teknik, obatobat dan peralatan anestesi yang akan digunakan, termasuk pemantauan
pasien untuk bronkoskopi fiberoptik dan bronkoskopi kaku; komplikasi
tindakan panendoskopi; teknik yang digunakan untuk mengendalikan
hemodinamik pada saat laringoskopi dan bronkoskopi kaku; risiko dan
komplikasi tonsilektomi serta penanganannya; mekanisme terjadinya spasme
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
83
laring dan penanganannya; algoritma penanganan kesulitan jalan nafas;
teknik tonsilektomi emergensi pada abses peritonsilar dengan trismus;
prosedur trakeostomi perkutan dan krikotirotomi emergensi; prinsip ventilasi
jet venturi pada bedah laser, laring dan trakea; patofisiologi “ sleep apnea” .
35. Anestesi Bedah Onkologi 1
Preoperatif yang umum ditemukan pada pasien onkologi membuat rencana
anesthesia yang tepat untuk prosedur bedah
yang paling sering; umum
pada pasien onkologi serta menjelaskan persiapan preoperative untuk
pembedahan onkologi termasuk puasa dan penggunaan antacid, antagonis
H2 dan antiemetik; alat dan obat anestetika local untuk semua prosedur
anesthesia regional, sesuai dengan lama, lokasi prosedur bedah,
dan
beratnya penyakit; dasar farmakologi anestetika local, termasuk hal khusus
yang menentukan onset, durasi, potensi dan toksisitas.
36. Anestesi Bedah Onkologi 2
Anestesi yang khusus untuk bedah onkologi; penyakit penyerta, seperti
penyakit respirasi, hipertensi, penyakit arteri coroner, diabetes mellitus dan
penyakit endokrin/metabolik yang lain; penanggulangan nyeri dengan
patient controlled analgesia (PCA) menggunakan beberapa jenis opiat,
subarachnoid, epidural, kateter saraf perifer kontinyu, non-steroidal anti-
inflammatory drugs; tehnik hemodilusi dan konservasi darah perioperatif.
37. Anestesi Bedah Plastik 1
Bedah rekonstruksi atau bedah plastik, prosedur flap, abdominoplasty,
breast reduction, skin grafting; preoperatif yang umum ditemukan pada
pasien bedah plastik membuat rencana anesthesia yang tepat untuk
prosedur bedah yang paling sering; umum pada pasien bedah plastik serta
menjelaskan persiapan preoperative untuk pembedahan bedah plastik
termasuk puasa dan penggunaan antacid, antagonis H2 dan antiemetik; alat
dan obat anestetika local untuk semua prosedur anesthesia regional, sesuai
dengan lama, lokasi prosedur bedah,
dan beratnya penyakit; dasar
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
84
farmakologi anestetika local, termasuk hal khusus yang menentukan onset,
durasi, potensi dan toksisitas; anestesi yang khusus untuk bedah plastik.
38. Anestesi Bedah Plastik 2
Penyakit penyerta, seperti penyakit respirasi, hipertensi, penyakit arteri
coroner, diabetes mellitus dan penyakit endokrin/metabolik yang lain;
penanggulangan
nyeri
dengan
patient
controlled
analgesia
(PCA)
menggunakan beberapa jenis opiat, subarachnoid, epidural, kateter saraf
perifer kontinyu, non-steroidal anti-inflammatory drugs; tehnik hemodilusi
dan konservasi darah perioperatif.
39. Anestesi Bedah Mata
Anatomi mata dan inervasi yang dapat berhubungan dengan anestesi;
fisiologi
tekanan
intraokular
dan
hal-hal
yang
mempengaruhinya;
farmakologi dan dampak fisiologik obat-obat topikal yang biasa digunakan
dalam prosedur bedah mata serta interaksinya dengan obat-obat anestetik;
seleksi pasien untuk bedah mata rawat jalan; persiapan prabedah, antara
lain: puasa pada pasien dewasa dan pediatrik, premedikasi, informed
consent; Pemantauan standar yang harus ada pada setiap prosedur bedah
mata; teknik anestesi yang benar untuk berbagai prosedur bedah mata;
risiko dan komplikasi berbagai prosedur bedah mata.
40. Anestesi Bedah Urologi
Indikasi
untuk
pembedahan
urologi;
persiapan
preanestesi
untuk
pembedahan urologi; termasuk pasien gagal ginjal dengan hemodialisa
regular; implikasi perioperatif gagal ginjal akut/kronik; konsekuensi fisiologik
operasi endoskopik prostat; posisi untuk nefrektomi; implikasi perdarahan
vena cava inferior karena keganasan ginjal; implikasi penyakit primer yang
menyertai bedah urologi termasuk distress pernafasan, hipertensi, penyakit
jantung koroner, dan diabetes; penanggulangan nyeri pasca bedah dengan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
85
Obat-obat Anti Inflamasi Non-Steroid (NSAID)dan opioid epidural/sistemik;
anestesi regional untuk bedah urologi mayor; implikasi Extracorporeal Shock
Wave
Lithothrypsi
(ESWL);
gejala-gejala
dan
tanda-tanda
sindroma
Transurethral Resection of the Prostate (TURP syndrome).
41. Anestesi Geriatrik
perubahan
anatomik
&
fisiologis
terkait-usia
(sistem
kardiovaskular,
pernapasan, renal, gastrointestinal, saraf, muskuloskeletal, metabolik dan
endokrin); perubahan farmakologis terkait-usia (anestetik inhalasi, obat
anestetik nonvolatil, relaksan otot).
42. Anestesi di Luar Kamar Bedah
Alat monitoring dan obat-obatan apa yang perlu ada di tempat radiologi;
teknik anestesi untuk CT-scan, MRI, Neuroradiologi, Terapi Radiasi, Monitor
Anesthesia Care (MAC); interaksi obat anestesi dan obat psikiatri
43. Anestesi Bedah Rawat Jalan
Kriteria pemilihan pasien untuk operasi ambulatori; pemeriksaan preoperatif
pasien untuk operasi ambulatori, meliputi pemeriksaan fisik dan penunjang
yang tepatstatus fisik pasien ambulatori berdasarkan klasifikasi ASA; kondisi
pasien yang tidak sesuai untuk operasi ambulatori dan resikonya, seperti
bayi prematur dan ex-prematur, pasien dengan riwayat gangguan respirasi
seperti ISPA, apneu, spasme bronkus, pasien dengan penyakit jantung
seperti CHF, kelainan jantung kongenital, pasien dengan riwayat hipertermia
maligna, pasien obesitas morbid, pasien dengan keganasan, gangguan jalan
nafas sulit, operasi besar yang memungkinkan kehilangan banyak darah,
yang membutuhkan monitoring dan penanganan nyeri khusus pasca
operasi; persiapan preoperatif operasi ambulatori seperti puasa dan
premedikasi; anestesi umum seperti anestesi intravena, sungkup, LMA atau
intubasi ETT, dan regional seperti spinal, epidural, kaudal maupun blok
perifer untuk operasi pasien ambulatori yang akan dilakukan; persiapan alat
anestesi umum maupun regional, dan obat-obatan dengan masa kerja
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
86
singkat yang sesuai untuk anestesi ambulatori; monitoring yang baik dan
sesuai untuk anestesi ambulatori; cara pemulihan pembiusan yang cepat
(Fast track anesthesia) untuk pasien ambulatori; penatalaksanan nyeri, mual
muntah pasca bedah untuk pasien ambulatori; komplikasi yang dapat timbul
pasca operasi ambulatori; kriteria pasien keluar dari PACU/ruang pulih fase 1
ke ruang pulih fase 2 (dengan Modifikasi Aldrete‟s score) pulang kerumah
(PADSS score) atau harus dirawat pasca operasi ambulatori.
44. Anestesi Kardiotorasik
Anatomi dan fisiologi paru normal; patofisiologi berbagai kelainan paru dan
hubungannya dengan anestesi; penatalaksanaan perioperatif pasien dengan
kelainan paru, termasuk persiapan prabedah yang baik; fisiologi pada
ventilasi satu paru; indikasi, indikasi kontra dan komplikasi ventilasi satu
paru; teknik anestesi, peralatan dan pemantauan yang diperlukan pada
ventilasi satu paru; lokasi massa mediastinum dan konsekuensi fisiologiknya;
penatalaksanaan perioperatif pasien dengan massa mediastinum; teknik
anestesi pada massa mediastinum; patofisiologi sindrom vena cava superior;
penatalaksanaan perioperatif pasien dengan sindrom vena cava superior;
patofisiologi myasthenia gravis dan implikasinya pada teknik anestesi;
penatalaksanaan perioperatif pasien myasthenia gravis; kegawatan torasik
yang mengancam nyawa, termasuk trauma toraks; teknik anestesi pada
bedah emergensi trauma toraks; pengelolaan pascabedah dan tatalaksana
nyeri pasien bedah toraks.
Anatomi dan fisiologi jantung normal; pembagian penyakit-penyakit
jantung;
penyakit
jantung
koroner
beserta
patofisiologi,
risiko
dan
komplikasi dihubungkan dengan anestesi; kelainan katup jantung beserta
patofisiologinya; penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai; jenis
operasi jantung, terbuka maupun tertutup; persiapan prabedah jantung
dewasa; persiapan prabedah jantung anak; anesthesia pada penderita
kelainan
jantung
pada
pembedahan
non
jantung;
anestesi
pada
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
87
pembedahan koroner; pembedahan katup jantung; pembedahan penyakit
jantung bawaan; prinsip kerja dan komplikasi teknik Pintas Jantung-Paru
(Cardiopulmonary Bypass); pemantauan hemodinamik yang diperlukan
sebelum, selama dan sesudah bedah jantung; prinsip perawatan pascabedah
jantung
45. Anestesi pasien dengan penyakit langka
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
diagnosis
pasien
yang diperlukan untuk
penyakit langka yang akan mengalami pembedahan
untuk penyakit primer atau penyakit lain yang menyertai; patofisiologi
penyakit-penyakit langka; anestesi dan perawatan pasca anestesi untuk
pasien penderita penyakit langka; komplikasi yang terjadi selama anestesi
dan masa perioperatif pasien dengan penyakit langka
46. Anestesi Penyakit Khusus
Patofisiologi
gangguan
hormon
tiroid,dan
gangguan
metabolisme
karbohidrat; patofisiologi malnutrition-obesitas; perubahan
tubuh pada
adiksi narkotik; patofisiologi COPD dan Asthma Bronchiale; perubahan
fungsi sistim tubuh akibat perubahan degeneratif pada usia lanjut; anestesi
dan postoperative care untuk pasien dengan hipertiroid dan Diabetes
mellitus; anestesi dan post operative care untuk pasien dengan obesitas;
anestesi dan post operative care untuk pasien dengan adiksi narkotik;
anestesi dan perioperative care untuk pasien dengan PPOM dan Asma
Bronkiale; anestesi dan postoperative care untuk pasien geriatri; komplikasi
yang terjadi selama anestesi dan masa perioperatif pasien dengan penyakit
khusus.
52. Seminar Ilmiah 1
Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang
gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal
IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
88
diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi
intensif. Text book reading 1 dan Text book reading2
53. Seminar Ilmiah 2
Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang
gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal
IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat
diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi
intensif.Case Report 1dan Case Report 2
54. Seminar Ilmiah 3
Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang
gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal
IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat
diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi
intensif.Journal Reading 1 dan Journal Reading 2
54. Seminar ilmiah 4
Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang
gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal
IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat
diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi
intensif.Case Report 3 dan Journal Reading 3
54. Seminar Ilmiah 5
Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang
gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal
IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat
diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi
intensif. Referat 1 dan referat 2
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
89
55. Publikasi ilmiah
Presentasi ilmiah Nasional atau Internasional. Poster 1 dan Poster 2
56. Penelitian
Filsafat ilmu; identifikasi dan rumusan masalah yang mempunyai kontribusi
profesional (anestesiologi, perioperative care, critical care dan pengelolaan
nyeri) Penerapan alur pikir ilmiah dengan pendekatan ilmu dasar dan klinik
untuk meneliti permasalahan klinik; kerangka konsep dari penelitian; metode
penelitian; sumber ilmiah terkait; analisis stastistik; hasil penelitian dan
laporan penelitian; kesimpulan penelitian; data
penelitian; komunikasi
interpersonal, pemeriksaan fisik maupun laboratorium atau
penunjang
lainnya
terkait
penelitian;
melatih
tim
pemeriksaan
pendukung
yang
membantu proses penelitian; subjek penelitian; komunikasi efektif dengan
pembimbing penelitian.
57. Anestesia dan Coexisting disease
Riwayat
penyakit
atau
kelainan
pasien
preoperative
yang
akan
mempengaruhi jalannya anesthesia; Penilaian dan optimalisasi kondisi
penyakit atau kelainan pasien perioperatif; Konsiderasi dan penatalaksanaan
anestesi perioperatif pada pembedahan pasien dengan coexisting dissease.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
90
BAB 6
EVALUASI DAN PENILAIAN
Kurikulum terdiri atas perangkat materi pelajaran (teori, keterampilan,
psikomotor, sikap dan tanggung jawab), karya ilmiah, dan tesis. Penilaian perangkat
materi pelajaran dan karya ilmiah dievaluasi pada setiap tahapan pendidikan (setiap
akhir pelaksanaan divisi) dan akhir semester, sedangkan tesis dievaluasi pada akhir
program pendidikan.
6.1 Instrumen monitoring, evaluasi dan penilaian peserta didik.
1) Logbook stase
a.
Logbook staseadalah buku rekaman kegiatan pendidikan peserta didik dalam
stase yang dijalani. Kegiatan pendidikan yang dicatat dalam Logbook stase
berupa: daftar pasien, diagnosis, tindakan operasi, kegiatan preoperatif, kegiatan
intraoperatif, pascaoperatif, kegiatan ilmiah, dan kegiatan lainnya yang harus
divalidasi oleh tenaga pendidik yang bertanggung jawab.
b. Logbook stase diberikan pada setiap awal stase (awal bulan) dan harus
dikumpulkan setiap akhir rotasi untuk dilakukan validasi sebelum mengikuti
ujian stase.
c.
Daftar logbook stase adalah sebagai berikut:
NamaLogbook
No
1
Pediatrik
2
Emergensi
3
Ortopedi
4
PACU
5
Thorax Cardiovascular
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
91
6
Bedah Mulut dan THT
7
Bedah Onkologi dan Bedah Plastik
8
Intensive Care Unit
9
Neuroanestesi
10
Poliklinik
11
ODS-Endoskopi-Intratekal
12
Luar OK/ Pendampingan
13
Urologi
14
Bedah digestif dan Obgyn
15
Mata
16
Luar RSHS
17
RS Jejaring
18
Resusitasi
2) Logbook penelitian (Usulan Penelitian dan Tesis)
a.
Logbook penelitian adalah buku rekaman kegiatan proses pembimbingan
usulan penelitian/tesis antara peserta didik dan pembimbing.
b. Logbook penelitian diberikanpada saat peserta didik telah mendapatkan
pembimbing (pada semester I) dan diisi saat selama proses bimbingan.
c.
Kegiatanbimbingan yang terekam adalah:
-
Waktu bimbingan,
-
Materi bimbingan,
-
Pelaksanaan sidang UP/Tesis,
-
Matriks perbaikan usulan penelitian/tesis,
-
Kegiatan pengambilan sampel penelitian,
-
Bimbingan ringkasan tesis.
d. Logbook yang telah ditandatangani oleh pembimbing dikumpulkan sebagai
persyaratan maju sidang Usulan Penelitian,sidang Tesis dan ujian lisan
nasional.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
92
3) Buku kemajuan
a.
Buku kemajuan adalah buku rekaman kegiatan pendidikan peserta didik
sejak awal hingga akhir proses pendidikan.
b. Buku kemajuan diberikan pada saat pertama kali masuk pendidikan dan
harus diisi setiap kegiatan pendidikan dijalani.
c.
Kegiatan pendidikan yang terekam selama menjalani pendidikanterdiri dari:
daftar stase yang dijalani, jumlah tindakan selama pendidikan, kegiatan
ilmiah dan non ilmiah, kegiatan bimbingan/tutorial/kuliah, absensi setiap
semester, evaluasi/Ujian dan tugas lain (pengabdian kepada masyarakat,
pendidikan, kepanitiaan, dll).
d. Buku kemajuan harus ditandatangani oleh penanggung jawab semester,
Dosen wali dan KPS dan harus dikumpulkan di setiap akhir semester sebagai
syarat yudisium.
6.2 Bentuk Evaluasi
Penilaian dilakukan dengan cara:
1. Ujian tulis
2. Ujian praktek
3. Ujian Lisan
4. Ujian lisan komprehensif/ujian CR
5. Evaluasi harian (jumlah pengerjaan dan atau asistensi kasus termasuk bedah
khusus, tanggung jawab jaga/tanggung jawab terhadap pasien, pengabdian
masyarakat, mendidik, absensi, sikap/perilaku, dll). Evaluasi harian ini dilakukan
juga selama PPDS bertugas di RS Jejaring (form sesuai dengan yang digunakan
di IPDS).
6. Ujian Usulan Penelitian dan Ujian Tesis
7. Ujian yang diselenggarakan olehKomisi Ujian Nasional KATI (ujian tulis nasional,
ujian OSCE nasional, ujian lisan nasional).
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
93
Ujian Tulis
a.
Dalam bentuk soal pilihan ganda terbatas atau esai termasuk Ujian Nasional
Basic Anesthesia (Fisiologi, Farmakologi, Anatomi) oleh Badan Penguji Nasional
dapa semester 4. Ujian tulis di IPDS diadakan pada akhir Semester 1, sedangkan
untuk semester selanjutnya dilakukan sesuai jadwal setiap akhir stase.
b. Jenis soal pilihan ganda (multiple choice question/MCQ), MDE (Multidisciplinary
examination) atau esai.
c.
Bila nilainya termasuk kategori tidak lulus, peserta didik yang bersangkutan
harus mengulang dalam waktu 1 minggu kemudian berupa ujian lisan atau tulis
multiple choice atau essay terbatas. Bila masih tidak lulus juga, yang
bersangkutan harus mengulang divisi tersebut.
d. Dianggap lulus bila mencapai nilai >68.
e.
Ujian tulis oleh Komisi Ujian
Nasional KATI
tentang Dasar Penunjang
Anestesiologi yang diselenggarakan pada semester 4.
Ujian Praktek/DOPS (Direct Observational Prosedural Skill)
a.
Ujian praktek anestesi meliputi ujian praktek kemampuan dasar anestesi,
Anestesi regional I, Anestesi pediatrik II, Neuroanestesi II.
b.
Beberapa penilaian lebih diutamakan kepada tatalaksana melakukan tindakan
anestesi dan strategi yang akan dilakukan, meliputi persiapan pasien, induksi,
teknik anestesi, dan obat-obatan yang dipilih, serta penanganan pascabedah.
Sebelum dan sesudah Ujian Praktek dilakukan diskusi antara penguji dan yang
diuji.
c.
Pada saat ujian praktek pada pasien harus dihadiri penguji
d.
Beberapa pasien untuk calon ujian diajukan oleh peserta ujian kepada penguji
pertama satu hari sebelum ujian untuk dipilih/ditentukan sebagai pasien ujian.
e.
Ujian tersebut meliputi persiapan penderita sampai dengan pengelolaan
pascabedah.
f.
Ujian praktek dibatalkan dan ditentukan kemudian apabila:
-
tidak ada pasien yang cocok.
-
peserta ujian melakukan tindakan yang membahayakan pasien atau
menyalahi prosedur yang telah ditentukan penguji.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
94
g.
Jika hasil ujian dinilai kurang, peserta didik diberi kesempatan ujian ulangan
paling lama 2 minggu setelah ujian pertama. Bila 2 kali ujian praktek tidak
lulus oleh penguji yang sama, residen akan diuji oleh penguji yang lain.
h.
Pasien yang diujikan harus ASA 1-2, kecuali atas pilihan penguji (untuk
pediatrik usia < 1 tahun).
i.
Penguji harus seorang pengajar dengan status Penilai atau oleh Penanggung
Jawab Stase, menguji teori setelah selesai ujian praktek. Ujian dilakukan pada
hari yang sama, atau sesuai perjanjian dengan penguji utama.
Ujian Lisan
a.
Meliputi
ujian
Kemampuan
dasar
Anestesi,
Regional
2,
Pediatrik
2,
Neuroanestesi 1 dan ICU III.
b.
Ujian kasus
c.
Kualifikasi penguji adalah Penilai.
d.
Jadwal ujian ditentukan oleh penanggungjawab stase dengan persetujuan KPS.
Ujian Lisan Komprehensif
a. Ujian lisan komprehensif dilaksanakan pada masa chief resident setelah
menyelesaikan satu divisi, dan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan peserta didik dalam knowledge/kognitif, dan alur berpikir (logika)
terhadap kasus yang dihadapi.
b. Ujian lisan dengan kualifikasi penguji Penilai.
c. Lama ujian minimal 2 jam. Topik yang diujikan adalah ICU, Pediatrik,
Neuroanestesi,
Urologi,
Geriatri,
Ambulatory,
THT-BM,
Obgyn-digestive,
Kardiotorasik, Anestesi uncommon Disease, Anestesi penyakit Khusus.
d. Jadwal ujian ditentukan oleh KPS
e. Setiap konsulen penguji mendapat bahasan topik ujian yang ditentukan oleh
KPS.
f. Materi Ujian Komprehensif meliputi penatalaksanaan anestesi sesuai Modul
g. Skoring/pemberian nilai ujian lisan:
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
95
Jawaban lengkap tanpa pengarahan
90
Jawaban lengkap dengan sedikit pengarahan
80
Jawaban lengkap dengan cukup pengarahan
70
Jawaban kurang lengkap (lebih dari 50%) dengan cukup
pengarahan
60
Jawaban kurang lengkap (kurang dari 50%) dengan
cukup pengarahan
Jawaban salah meskipun dengan cukup pengarahan
50
0
Soal berantai:
1.
Jawaban pertama salah
2.
Jawaban berikutnya maksimum mendapat nilai
0
70
Catatan:
Bila ada ekstra jawaban yang baik, nilai dapat diperhitungkan dan jawaban dapat
diberi nilai sampai 100. Minimum Passing Level: 70.
Ujian OSCE (Objective Structured Clinical Examination) Nasional
a.
Ujian OSCE nasional dilaksanakan oleh Komisi Ujian Nasional KATI.
b.
Persyaratan untuk mengikuti ujian OSCE Nasional adalah:
-
Peserta didik telah selesai menjalani semua stase (chief resident).
-
Sudah melaksanakan sidang Usulan Penelitian.
SidangUsulan penelitian/Tesis
a. Syarat pengajuan sidang Usulan penelitan/Tesis:
-
peserta didik telah menghadiri minimal 5x sidang Usulan Penelitian
(untuk pengajuan Usulan penelitian) dan minimal 5x sidang Tesis (untuk
pengajuan sidang Tesis).
-
Menyerahkan verifikasi daftar pustaka (untuk pengajuan sidang Tesis).
-
Menyerahkan naskah asli usulan penelitian/Tesis.
-
Menyerahkan logbook penelitian
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
96
b. Tim penguji tesis dibentuk oleh KPS yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota penguji yang bertugas untuk menguji tesis. SK penguji Tesis akan
dibuat oleh Kepala Departemen.
c. Persyaratan Penguji adalah seperti persyaratan menjadi Pemimbing 1 dan
Pembimbing 2 baik untuk yang mengikuti pendidikan S2 atau hanya
menjadi SpAn saja.
d. Penguji untuk yang mengikuti pendidikan menjadi SpAn saja adalah SpAn
Konsultan atau dokter pendidik klinis.
e. Jumlah penguji adalah 3 orang dengan status penilai, akan tetapi sidang
tesis dapat berlangsung apabila dihadiri oleh minimal 4 orang (3 orang
penguji dan 1 orang pembimbing).
f. Salah satu dari Tim Pembimbing tesis harus hadir saat penyelenggaraan
ujian tesis, tidak menguji kecuali apabila ditunjuk sebagai penguji. Apabila
kedua pembimbing tidak bisa hadir, maka pembimbing bisa diambil alih
oleh KPS atau SPS setelah berkonsultasi dengan Kepala Departemen dan
staf yang lain.
g. Berkas tesis sudah harus diserahterimakan kepada tim penguji/semua staf
untuk ditelaah dan dipelajari paling lambat satu minggu sebelum ujian tesis
dilaksanakan.
h. Alokasi waktu ujian tesis:
- Penyajian lisan dibantu dengan transparansi atau slide selama 20 menit.
- Tanya
jawab
dari
tim
penguji
berlangsung
60
menit
dan
dapat
diperpanjang atas keputusan Ketua Tim Penguji.
i. Setelah ujian selesai dilanjutkan dengan rapat tertutup untuk menyimpulkan
hasil akhir/nilai. Peserta ujian dipersilahkan keluar ruang sidang.
j. Penilaian:
- Penilaian para anggota tim penguji mempunyai bobot yang sama
diberikan dalam bentuk angka mutu yang berkisar antara 2,00–4,00.
- Skor akhir tim penguji adalah rata-rata angka mutu para penguji.
- Skor akhir evaluasi tesis berupa angka mutu yang didapat dari:
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
97
• Tim Pembimbing = 60%
• Tim Penguji = 40%
Skor akhir ini dialihkan menjadi huruf mutu sebagai berikut :
Nilai A = lulus tanpa perbaikan dengan nilai rata-rata 3,80 – 4.00.
Nilai B = lulus dengan perbaikan ringan dan nilai rata-rata 3,4-3,79.
Waktu perbaikan paling lambat 2 minggu.
Nilai C = lulus dengan perbaikan berat, dan nilai rata-rata 3,00-3,39.
Waktu perbaikan paling lambat 4 minggu.
Apabila ada perbedaan penilaian lebih dari 5 point (misal satu penguji
memberikan nilai 3,8 tapi yang lainnya hanya memberi nilai 3,2), maka ketua
sidang harus menanyakan kepada penguji tersebut, alasan apa sampai
penilaiannya jauh berbeda.
Ujian Akhir Nasional
a.
Ujian Akhir nasional dilaksanakan oleh Komisi Ujian Nasional KATI
b. Persyaratan untuk mengikuti ujian akhir nasional (verifikasi):
1.
Kumpulan tugas ilmiah
2.
Buku Kemajuan.
3.
Logbook kasus.
4.
Logbook stase(selama bulan yang dijalani).
5.
Logbook Usulan Penelitian dan Tesis.
6.
Absensi jaga CR (30x).
7.
Surat bebas perpustakaan yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
8.
Tesis Hitam yang sudah ditanda tangani (6 Eksemplar).
9.
Ringkasan Tesis Bahasa Inggris (2 Eksemplar).
10. Ringkasan Tesis Bahasa Indonesia (2 Eksemplar).
11. Foto berwarna ukuran 6R dan softcopy foto dalam compact disk (CD).
12. Compact disk (CD)Full Tesis dan Bahan Presentasi Tesis (2 Eksemplar).
13. Compact disk (CD) Ringkasan Tesis B. Indonesia dan B.Inggris (2 Eksemplar).
14. Compact disk (CD) Kumpulan Daftar Pustaka (2 Eksemplar).
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
98
15. Berkas-berkas
perbaikan
ringkasan
Tesis
BahasaIndonesia
(dari
awal
perbaikan sampai dengan final).
16. Berkas-berkas perbaikan ringkasan Tesis BahasaInggris (dari awal perbaikan
sampai dengan final).
17. Matriks perbaikan Tesis.
18. Pedamping Ijazah (Fotocopy sertifikat ilmiah nasional/internasional).
19. Bebas sanksi akademik.
20. Kehadiran 100% di setiap semesternya.
Ujian Remedial
Pesert didik yang dinyatakan tidak lulus dalam satu ujian diberikan kesempatan
untuk melakukan ujian ulang (remedial). Ujian remedial dilakukan paling lambat 2
minggu sebelum pelaksanaan yudisium, dengan ketentuan:
a.
Ujian lokal
Remedial dilakukan hanya satu kalidengan penguji yang berbeda dari penguji
sebelumnya dan ditentukan oleh konsulen penanggung jawab stase. Bila peserta
didik tetap dinyatakan tidak lulus pada ujian remedial maka peserta didik yang
bersangkutan harus
mengulang stase
tersebut pada waktu yang telah
ditetapkan.
b. Ujian tulis nasional
Remedial ujian tulis nasional dilakukan pada penyelenggaraan ujian tulis
nasional berikutnya, dan harus diulang sampai dengan dinyatakan lulus.
c.
Ujian OSCE nasional
Remedial ujian OSCE nasional dilakukan pada penyelenggaraan ujianOSCE
nasional berikutnya, dan harus diulang sampai dengan dinyatakan lulus.
d. Ujian akhir nasional
Remedial ujian lisan nasional dilakukan pada penyelenggaraan ujian akhir
nasional berikutnya, dan harus diulang sampai dengan dinyatakan lulus.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
99
Alur Pelaksanaan
Sidang Usulan Penelitian dan Sidang Tesis
Penyusunan/
Pembimbing
Perbaikan
I dan II ACC
Usulan
untuk maju
Penelitian/
sidang
Tesis
Y
a
Verifikasi
Usulan tanggal
Usulan
kelengkapan
sidang UP/Tesis
diteruskan ke
dari Pembimbing
KPS/SPS
syarat sidang
UP/Tesis
[min. 5x
Leng
kap
melalui
(tanggal
Sekretariat
maju sidang)
(usulan tanggal
mengikuti
sidang
pelaksanaan
masing-
sidang min.2
masing (UP&
minggu setelah
Tesis);
surat
menyerahkan
permohonan tgl
draft
ditandatangani)
UP/Tesis]
Belum
Lengkap
Penentuan
Tidak
penguji
oleh SPS
Belum ACC
Lengkapi
syarat yang
Konfirmasi
kurang
Kesediaan penguji
(mengisi lembar
kesediaan sebagai
penguji)
ACC
Penyebaran
PELAKSANAAN
Undangan dan Draft
UP/Tesis
SIDANG
(min. 1 minggu
UP/TESIS
sebelum jadwal
pelaksanaan)
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
100
ALUR PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL
Menyelesaikan
Mengajukan
seluruh kewajiban
persyaratan ujian
pendidikan
akhir nasional
Verifikasi
Usulan Ke KPS
Kelengkapan ujian
untuk
akhir nasional
Penjadwalan
ke Kolegium
TIDAK LULUS
REMEDIAL
Yudisium hasil
Pelaksanaan
Penetapan
Ujian Akhir
Ujian Akhir
penguji internal
Nasional
Nasional
oleh KPS/SPS
Jadwal dan
penetapan
penguji
nasional oleh
Kolegium
LULUS
Standar Nilai
Penilaian dilakukan terhadap penguasaan materi oleh peserta program, baik
yang sifatnya kognitif, psikomotor, maupun afektif. Karena nilai akhir mata kuliah
(sebelum dijadikan huruf mutu) sekurang-kurangnya merupakan gabungan dari tiga
jenis evaluasi dengan bobot yang berbeda, maka dikonversikan terlebih dahulu
menjadi huruf mutu, artinya masing-masing jenis penilaian harus tetap berupa skor
mentah tiap jenis evaluasi mata kuliah bersangkutan digabungkan menjadi skor
akhir.
Cara penilaian yang digunakan adalah PAP (Penilaian Acuan Patokan) dengan
kriteria sebagai berikut:
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
101
Huruf Mutu
Rentang Angka
Angka Mutu
A (Baik Sekali)
80 - 100
4,00
B (Baik)
68 - 79
3,00
C (Cukup)
56 - 67
2,00
D (Kurang)
45 - 55
1,00
< 45
0,00
E
(Kurang Sekali)
Nilai Huruf Mutu T dan K
Peserta didik dinyatakan memperoleh huruf T jika memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a.
Peserta didik belum memenuhi salah satu evaluasi hasil belajar yang telah
ditentukan
b. Setelah evaluasi pada butir (a) dipenuhi peserta didik dalam waktu 2 minggu
terhitung sejak jadwal ujian yang telah ditentukan maka huruf T harus diganti
menjadi nilai sesuai perolehannya.Bila evaluasi pada butir (a) tidak dipenuhi
dalam batas waktu 2 minggu, maka huruf mutu menjadi E (dengan angka mutu
0); atau staf penguji dapat mengolah sesuai dengan bobot masing-masing
bagian evaluasi yang ditetapkan sehingga menghasilkan angka mutu lain.
Nilai mata kuliah dapat dinyatakan dengan huruf K jika memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a.
Peserta didik mengundurkan diri dari stase dengan alasan yang dapat
dibenarkan dan dibuktikan dengan Surat Keterangan KPS.
b. Peserta didik tidak mengikuti ujian atas dasar yang dapat dibenarkan.
c.
Diberikan pada mata kuliah Usulan Penelitian atau Tesis yang belum selesai
dalam satu semester.
d. Sakit atau kecelakaan yang memerlukan perawatan atau proses penyembuhan
lama, yang dinyatakan dengan surat keterangan dari dokter spesialis atau rumah
sakit yang merawatnya.
e.
Musibah keluarga yang mengharuskan peserta didik meninggalkan kegiatan
stase divisi dalam wktu lama, dengan dikuatkan surat keterangan yang
diperlukan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
102
f.
Mata kuliah yang memiliki huruf K, tidak digunakan untuk penghitungan indeks
prestasi semester (IPS) atau indeks prestasi kumulatif (IPK).
g. Bagi mahasiswa yang memperoleh huruf K pada seluruh beban studi pada suatu
semester, diperhitungkan dalam batas waktu studi dan tidak dianggfap sebagai
penghentian studi untuk sementara.
Jika mata kuliah yang memperoleh huruf K itu telah ditempuh kembali pada
semester lain, maka huruf mutunya dapat berubah sesuai perolehannya.
Kartu Laporan Kegiatan Akademik
Kartu Laporan Kegiatan Akademik adalah kartu yang berisi seluruh daftar
mata kuliah beserta nilai mata kuliah yang pernah diambil selama pendidikan, dapat
disebut juga transkrip akademik sementara.
Indeks Prestasi (IP) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
a.
Indeks Prestasi (IP) adalah angka yang menunjukkkan prestasi atau kemajuan
belajar peserta didik dalam satu semester.
b. IP dihitung pada tiap akhir semester.
c.
Rumus perhitungannya adalah jumlah angka mutu dikalikan SKS kemudian
dibagi jumlah SKS pada semester tersebut.
IP = Jumlah (angka mutu x SKS)
Jumlah SKS
d. Indek Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi
atau kemajuan belajar peserta didik secara kumulatif mulai dari semester
pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh.
e.
IPK dihitung pada tiap akhir semester.
f.
Rumus perhitungan IPK adalah jumlah angka mutu dikalikan SKS pada seluruh
semester yang ditempuh dibagi dengan jumlah seluruh SKS seluruh semester
yang ditempuh
IPK = Jumlah (angka mutu x SKS) seluruh semester yang ditempuh
Jumlah SKS seluruh semester yang ditempuh
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
103
g. IP dan IOK digunakan sebagi kriteria untuk memberikan sanksi akademik dan
evaluasi studi pada akhir program.
h.
Huruf T dan K tidak digunakan dalam perhitungan IPK; huruf T harus diubah
menjadi A, B, C, D, atau E dalam waktu 2 minggu setelah huruf T diumumkan.
Yudisium
a.
Yudisium dilaksanakan secara rutin di minggu terakhir pada setiap akhir
semester
b. Yudisium untuk calon chief resident dilaksanakan setelah semua kewajiban stase
di jalankan.
c.
Yudisium untuk Chief Resident dilaksanakan setelah menyelesaikan seluruh
stasechief resident.
d. Sebelum dilakukan yudisium diadakan rapat evaluasi oleh tim pendidikan.
e.
Yudisium dihadiri oleh KPS, SPS, tim evaluator serta penanggung jawab
semester.
Jenis Ujian tiap Semester
No
Mata Kuliah
Jenis Ujian
Semester 1
1
Filsafat ilmu dan Etika Penelitian
MDE
2
Metodologi penelitian
MDE
3
Epidemiologi
MDE
4
Biologi molekular
MDE
5
Bio statistika
MDE
6
Konsep umum penyakit
MDE
7
Etika Kedokteran
MDE
8
Tata Cara Penulisan artikel
MDE
9
Metode belajar-mengajar
MDE
10
Manajemen Klinik
MDE
11
Farmakologi klinik
MDE
12
Anatomi dan Fisiologi
MDE
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
104
13
Kemampuan dasar Anestesi
MDE
14
Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut
OSCE
15
Seminar Ilmiah 1
Presentasi
Semester 2
1
Intensive Care Unit (ICU) 1
MCQ
2
Anestesi Emergency dan Traumatologi 1
MDE
3
Anestesi Bedah Orthopedi 1
MCQ
4
Anestesi Regional 1
DOPS
5
Anestesi Umum
DOPS
6
Pengelolaan Nyeri dan Post Anestesia Care Unit (PACU)
MDE
7
Seminar Ilmiah 2
Presentasi
Semester 3
1
Anestesi Emergency dan Traumatologi 2
MCQ
2
Anestesi Obstetri 1
MCQ
3
Anestesi Bedah Onkologi 1
MDE
4
Anestesi Bedah Plastik 1
MDE
5
Anestesi Pediatrik 1
MDE
6
Anestesi Bedah Saraf 1
MDE
7
Anestesi Bedah Orthopedi 2
MDE
8
Anestesi Regional 2
DOPS
9
Seminar Ilmiah 3
Presentasi
Semester 4
1
Intensive Care Unit (ICU) 2
2
Anestesi Emergency dan Traumatologi 3
MCQ
3
Anestesi Bedah Mata
MCQ
4
Anestesi Bedah Onkologi 2
MCQ
5
Anestesi Bedah Plastik 2
MCQ
6
Anestesi Obstetri 2
MCQ
7
Anestesi dan Coexisting disease
MCQ
8
Seminar Ilmiah 4
Ujian lisan
Presentasi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
105
9
Ujian Tulis Nasional
MCQ
Semester 5
1
Anestesi Kardiotorasik
MCQ
2
Anestesi Bedah Rawat Jalan
MCQ
3
Anestesi Bedah Urologi
MCQ
4
Anestesi Geriatri
MCQ
5
Anestesi Pediatrik 2
DOPS
6
Anestesi Bedah Saraf 2
DOPS
7
Seminar Ilmiah 5
Presentasi
Semester 6
1
Anestesi Bedah Minimal Invasif
MCQ
2
Anestesi Bedah THT
MCQ
3
Intensive Care Unit 3
4
Anestesi di Luar Kamar Bedah
5
Publikasi Ilmiah Nasional/Internasional
6
Usulan Penelitian
Ujian lisan
MCQ
Presentasi
Sidang
Semester 7
1
Komprehensif ICU
Ujian lisan
2
Komprehensif Anestesi Bedah Saraf/Anestesi regional
Ujian lisan
3
Komprehensif Anestesi Pediatrik/ Anestesi Obstetri
Ujian lisan
4
Komprehensif Anestesi Kardiotorasik
Ujian lisan
5
6
Komprehensif Anestesi Urologi dan Geriatri/Anestesi
THT/Anestesi Bedah Rawat Jalan
Ujian OSCE Nasional
Ujian lisan
OSCE
Semester 8
1
Komprehensif Anestesi Uncommon Disease
Ujian lisan
2
Komprehensif Anestesi Penyakit Khusus
Ujian lisan
3
Pengabdian Kepada Masyarakat
4
Penelitian Akhir (Tesis)
5
Ujian Akhir Nasional
Sidang
Ujian lisan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
106
6.3 Predikat Kelulusan
Mengacu pada Peraturan Rektor Universitas Padjadjaran Nomor I Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Pendidikan di Universitas Padjadjaran Pasal 14, bahwa:
1.
Predikat kelulusan bagi mahasiswa program magister atau program spesialis
yang Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,00 sampai 3,50 adalah memuaskan;
2.
Predikat kelulusan bagi mahasiswa program magister atau program spesialis
yang Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,51 sampai 3,75 adalah sangat memuaskan;
3.
Mahasiswa program magister atau program spesialis akan memperoleh predikat
kelulusan apabila memperoleh Indeks Prestadi Komulatif (IPK) lebih dari 3,75
dengan masa studi tidak melebihi masa studi terjadwal ditambah setengah (0,5)
tahun dan tidak mengulang mata kuliah dan tidak memiliki nilai C dan memiliki
karya yang dipublikasikan dijurnal terakreditasi atau minimum memiliki ISSN
atau memiliki prosiding seminar nasional/internasional atau memiliki pustaka
ilmiah UNPAD.
6.4 Masa Studi
Batas waktu studi adalah batas waktu maksimal yang diperkenankan untuk
peserta didik menyelesaikan studi. Batas waktu studi pada Program Pendidikan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif paling lama 12 semester terhitung
sejak terdaftar sebagai peserta didik semester 1.
6.5 Kelulusan
Syarat lulus untuk mendapat gelar Dokter Spesialis Anestesi adalah sebagai berikut:
1.
IPK minimal 2,75.
2.
Lulus semua mata ajar/cabang ilmu/program/sistem yang ditempuh dengan
tidak melewati lama studi maksimal selama 12 semester.
3.
Sudah
menyelesaikan
seluruh
kewajiban
administratif
kepada
pihak
Fakultas/Universitas. Bagi peserta didik yang lulus dapat mengikuti wisuda di
Universitas.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
107
BAB 7
ETIKA PENDIDIKAN
Etika merupakan hal paling mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan.
Etika pendidikan merupakan pondasi bagi ilmu pengetahuan, penelitian, dan
pelayanan. Dalam etika pendidikan terdapat nilai-nilai moral yang menjadi dasar
prilaku dalam praktik pendidikan, di dalam dan di luar lingkungan pendidikan. Nilainilai tersebut harus dijadikan sebagai panduan baik bagi tenaga pendidik maupun
peserta didik yang mengarahkan sikap/perilaku semua pihak yang terlibat
dalam
praktik pendidikan.
Integritas
akademik
merupakan
nilai
fundamental
dalam
pengajaran,
pembelajaran, dan ilmu pengetahuan. Adanya integritas akademik menunjukkan
sebuah komitmen untuk melaksanakan nilai-nilai fundamental tersebut meskipun
ketika berhadapan dengan situasi yang buruk. Nilai-nilai fundamental yang harus
dimiliki oleh tenaga pendidik dan peserta didik tersebut meliputi: kejujuran
(honesty), kepercayaan (trust), keadilan (fairness), rasa hormat (respesct), dan
tanggung jawab (responsibility)
7.1 Kejujuran
Kejujuran merupakan prasyarat bagi nilai fundamental lainnya. Kejujuran
adalah landasan dalam, pengajaran, pembelajaran, penelitian, dan pelayanan.
Kejujuran ini dimulai dari diri sendiri dan berkembang ke orang lain.
7.2 Kepercayaan
Kepercayaan merupakan respons terhadap kejujuran. Seseorang yang selalu
berbuat jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan. Kepercayaan ini dapat
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
108
ditingkatkan dengan adanya peraturan akademik.. Hanya dengan memberikan
kepercayaan kita dapat memercayai orang lain, bekerja sama, berbagi informasi dan
ide, serta memercayai nilai sosial dan arti pentingnya pengetahuan.
7.3 Keadilan
Keadilan adalah tanggungjawab seluruh sivitas akademika dan semuanya
harus berperan dalam menjamin keadilan..
7.4 Rasa hormat
Komunitas akademis harus menghormati dan menghargai berbagai macam
opini dan ide yang dikemukakan tenaga pendidik dan peserta didik dalam
partisipasi proses pembelajaran maupun dalam berinteraksi.
7.5 Tanggung jawab
Seluruh
melaksanakan
komponen
tugas
di
institusi
masing-masing,
pendidikan
nilai-nilai
memiliki
fundamental,
tanggung
dan
jawab
tridharma
perguruan tinggi.
Dalam melaksanakan proses pendidikan akan terjadi interaksi antara peserta
didik dengan seluruh pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Peserta PPDS
anestesiologi dan Terapi intensif adalah anggota muda dalam perhimpunan, oleh
karena itu dalam proses pelaksanaan pendidikan maka peserta didik harus harus
berpedoman pada Pedoman Etik Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang
terkait dan tidak terpisahkan dari Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran
Indonesia, yang dituangkan dalam Pedoman Etik Peserta PPDS Anestesiologi dan
Terapi Intensif Indonesia.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
109
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
110
PEDOMAN ETIK
PESERTA PPDS ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
DEPARTEMEN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD
MUKADIMAH
Keanggotaan dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi
Intensif Indonesia adalah hak istimewa para dokter spesialis anestesiologi dan Terapi
Intensif yang memiliki dedikasi terhadap ketentuan etis dalam perawatan kesehatan.
Peserta PPDS Anestesiologi adalah anggota muda dalam perhimpunan.
Pedoman Etik Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia yang
terkait dan tidak terpisahkan dari Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran
Indonesia yang diuraikan dalam pasal-pasal sebagai berikut:
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap Peserta PPDS Anestesiologi harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan Sumpah Dokter dan KODEKI.
Pasal 2
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa tindakan anestesiologi
dan Terapi Intensif berisiko tinggi dan dapat mengancam nyawa, oleh karena itu
harus dilakukan dengan upaya sungguh-sungguh, tepat, dan cermat.
Pasal 3
Setiap
peserta
PPDS
Anestesiologi
tidak
akan
mengupayakan
pengakhiran
kehidupan manusia ataupun memperpanjang proses kematian pada pasien-pasien
yang akan meninggal secara alamiah.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
111
Pasal 4
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa dalam melaksanakan
profesinya perlu bekerjasama dengan profesi medis, paramedis, dan non medis
lainnya.
Pasal 5
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa untuk mewujudkan
profesinya yang optimal diperlukan keadaan sehat jasmani dan rohani.
Pasal 6
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa untuk mewujudkan
profesinya diperlukan kompetensi tinggi dengan kebebasan teknis, disertai dengan
moral luhur, rasa kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus mengawasi dan mencegah obat-obat yang
digunakan selama melakukan pelayanan anestesiologi dan Terapi Intensif untuk
tidak disalahgunakan.
KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN
Pasal 8
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak
mampu dan atau menghadapi kesulitan dan komplikasi berat, ia wajib minta
bantuan atau merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai kompetensi dalam
hal tersebut dan memberitahukan melalui CR.
Pasal 9
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus memberikan informasi yang benar kepada
pasien dan atau keluarganya berkaitan dengan tindakan anestesiologi danTerapi
Intensif yang akan dilakukan pada pasien tersebut.
Pasal 10
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus memberikan kesempatan kepada pasien
dan atau keluarga terdekat untuk memberikan persetujuan atau penolakan terhadap
tindakan pelayanan anestesiologi dan Terapi Intensif yang akan dilakukan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
112
Pasal 11
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berupaya secara optimal dalam melakukan
pelayanan anestesiologi dan Terapi Intensif sesuai standar profesi dan atau menurut
kaidah kedokteran yang telah teruji secara ilmiah kebenarannya.
Pasal 12
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus melakukan penilaian dan pertimbangan
profesi yang matang berdasarkan keadaan pasien, persetujuan pasien dan atau
keluarganya dalam menentukan pasien tidak perlu diresusitasi dan setelah konsultasi
dengan CR atau Konsulen.
Pasal 13
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib merahasiakan segala sesuatu vang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia.
Pasal 14
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib melindungi pasien yang memperoleh
tindakan anestesiologi dan Terapi Intensif dari perbuatan yang tidak bersusila atau
menyinggung martabat manusia.
Pasal 15a
Setiap peserta PPDS Anestesiologi tidak dibenarkan meminta atau menerima
imbalan dalam bentuk apapun dari pasien.
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 15
Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang bekerja dalam satu tim dengan profesi
medis
lainnya
harus
menghormati
kebebasan,
kewajiban
dan
hak
profesi
masing-masing yang mandiri.
Pasal 16
Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang lebih senior harus memberikan nasehat dan
bimbingan kepada sejawat lainnya yang kompetensinya kurang memadai.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
113
Pasal 17
Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang mengetahui adanya penyimpangan
pelayanan, atau melakukan penipuan dalam profesi harus melaporkan kepada
organisasi profesi melalui Kepala Departemen/SMF Anestesiologi.
Pasal 18
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menghormati dan tenggang rasa dalam
menjalin hubungan profesi dengan peserta PPDS lainnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib saling tolong-menolong dan tidak boleh
saling mendiskreditkan.
Pasal 20
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib menghormati seniornya dalam batas
kewajaran.
Pasal 21
Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang bekerja dalam satu kelompok harus
mentaati kewajiban dan haknya yang telah disepakati bersama-sama secara adil.
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI DAN KELUARGA
Pasal 22
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus memelihara kesehatan jasmani dan
rohaninya, supaya dapat bekerja dan belajar dengan baik.
Pasal 23
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran /kesehatan.
Pasal 24
Setiap peserta PDDS Anestesiologi harus bertanggung jawab terhadap keluarganya.
KEWAJIBAN TERHADAP KOMUNITAS DAN PERHIMPUNAN PROFESI
Pasal 25
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berpartisipasi dalam komunitas profesinya.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
114
Pasal 26
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berpartisipasi dalam kemajuan komunitas
dan perbaikan kesehatan masyarakat.
Pasal 27
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berupaya memajukan ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan teknologi kedokteran.
Pasal 28
Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berupaya berpartisipasi memelihara dan
mengembangkan
perhimpunan
profesi
kedokteran,
khususnya
di
bidang
anestesiologi dan Terapi Intensif.
KEWAJIBAN TERHADAP INSTITUSI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
Pasal 29
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib melaksanakan semua peraturan dan
ketentuan Rumah Sakit.
Pasal 30
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib melaksanakan semua ketentuan pendidikan
yang dikeluarkan oleh Fakultas Kedokteran melalui Bag/SMF Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
Pasal 31
Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib memelihara dan mempergunakan fasilitas
yang disediakan oleh Fakultas dan Rumah Sakit dengan baik.
Pasal 32
Setiap peserta PPDS Anestesioiogi wajib menjaga dan meningkatkan nama baik
Institusi/Rumah Sakit/Bagian.
PENJELASAN
Pasal 1
Sumpah Dokter di Indonesia telah diakui dalam PP No. 26 tahun 1960. Lafal ini terus
disempurnakan sesuai dengan dinamika perkembangan internal dan eksternal
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
115
profesi
kedokteran
baik
dalam
lingkungan
nasional
maupun
internasional.
Penyempurnaan Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia dilakukan
pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran II tahun 1981, pada Rapat Kerja
Nasional Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) dan Majelis Pembinaan dan
Pembelaan Anggota (MP2A) tahun 1993, dan pada Musyawarah Kerja Nasional Etik
Kedokteran III tahun 2001.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
a.
Dilarang turut serta dan atau melakukan euthanasia.
b. Dilarang turut serta dan atau melakukan penyiksaan dan eksekusi mati.
c.
Dilarang turut serta atau melakukan abortus provokatus kriminalis.
d. Dilarang memperpanjang kehidupan pada kasus-kasus yang telah mati
batang otak.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Setiap peserta PPDS harus mengendalikan diri, mencegah dan mengawasi penyalahgunaan obat-obatan terutama narkotik, obat penenang dan zat adiktif oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Pasal 8
Dokter yang mempunyai kompetensi dalam hal tersebut adalah dokter yang
mempunyai kompetensi keahlian di bidang tertentu menurut dokter yang waktu itu
sedang menangani pasien.
Pasal 9
Yang dimaksud dengan informasi adalah keterangan yang benar yang berkaitan
dengan tindakan yang akan dilakukan, tujuannya, keuntungan dan kerugiannya serta
kemungkinan risiko dan komplikasinya
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
116
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Standar profesi adalah standar profesi yang disusun oleh organisasi profesi dan
disahkan oleh Departemen Kesehatan. Yang dimaksud dengan teruji secara ilmiah
adalah yang telah dilakukan penelitian dengan metodologi penelitian kedokteran
yang benar dan telah diterima oleh masyarakat kedokteran.
Pasal 12
Pasien yang tidak perlu diresusitasi adalah (tetapi tidak terbatas pada) pasien yang
telah mati batang otak, hidup vegetatif dan stadium terminal penyakit, berdasarkan
pertimbangan medis dan persetujuan keluarga terdekat.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Setiap anggota tim mempunyai tugas dan kewajiban profesi masing-masingdan
sadar akan batas-batas kewenangan dan tanggungjawabnya.
Pasal 16
Demi kepentingan keselamatan pasien dan martabat profesi, maka sejawat yang
kom-petensinya kurang memadai perlu diberi nasehat dan pembinaan, baik secara
langsung maupun melalui perhimpunan profesi. Sedangkan terhadap sejawat yang
menyimpang atau melakukan penipuan dalam profesi perlu diberi nasehat baik
secara langsung maupun melalui perhimpunan profesi.
Pasal 17-25
Cukup jelas.
Pasal 26
Setiap peserta PPDS harus berpartisipasi dalam program Departemen Kesehatan, IDI,
Perdatin, dan organisasi profesi lainnya.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
117
Pasal 27-32
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
118
BAB 8
TATA TERTIB
8.1 Umum
8.1.1 Waktu Kegiatan
1.
Acara rutin/kegiatan harian mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00.
2.
Tugas jaga mulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 07.00 esok harinya, kecuali
hari libur dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.00 keesokan harinya.
3.
Laporan pagi setiap hari pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.00.
4.
Acara ilmiah dilakukan setip hari sesuai jadwal dan dimulai pukul 13.00 atau
disesuaikan dengan konsulen pembimbing.
5.
Laporan pagi dan kegiatan ilmiah di RS Jejaring mengikuti jadwal di kegiatan
rumah sakit jejaring
6.
Kuliah rohani pada hari Jum‟at pukul 06.30-7.00, dilaksanakan setiap 2 minggu
sekali.
8.1.2 Pelayanan Medik (Tugas Harian)
1. Melayani pemberian anestesia/analgesia pasien bedah elektif, bedah emergensi,
dan bedah rawat jalan di kamar bedah yang sudah ditentukan sesuai dengan
pembagian kamar atau sepengetahuan konsulen.
2. Melayani atau membantu pemberian anestesia/analgesia di RS yang ditunjuk atas
sepengetahuan atau seijin Kepala Departemen atau KPS atau dalam keadaan
darurat atas seijin Konsulen Harian.
3. Melayani konsultasi untuk pasien di ruangan dan melayani tindakan pada pasien
darurat medik, baik di ruangan ataupun di Ruang Resusitasi.
4. Melakukan persiapan preoperatif oleh peserta pendidikan yang bertugas atau
yang ditunjuk pada setiap pasien yang akan dilakukan pembedahan elektif atau
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
119
darurat. Instruksi atau anjuran harus ditulis pada status pasien di ruangan dan
ditandatangani disertai nama jelas DPJP, tanggal, dan waktu menjawab konsul.
5. Setiap kasus bedah elektif yang bermasalah, ada penyulit atau perlu ditunda
dahulu dan lain-lain, harus dilaporkan dan dikonsultasikan kepada konsulen
harian.
6. Setiap kasus bedah akut yang ada permasalahan (dengan penyulit atau kasus
sulit
di
luar
kemampuan
peserta
pendidikan/residen
jaga)
harus
senior)
yang
dikonsultasikan kepada chief resident dan konsulen harian/jaga.
7. Konsultasi
pasien
harus
dilakukan
oleh
residen
(paling
bertanggung jawab pada kasus tersebut kepada konsulen jaga hari itu atau
supervisor yang ditunjuk.
8. Penilaian pasien untuk indikasi masuk General Intensive Care Unit (GICU)
sesuai
dengan
indikasi
yang
telah
ditetapkan
oleh
GICU
dengan
sepengetahuan konsulen harian atau konsulen GICU.
9. Semua permintaan yang bersifat konsultasi khusus (penundaan pembedahan,
tidak ada indikasi masuk GICU, dan lain-lain), jawaban konsultasi harus atas
sepengetahuan dan atas nama konsulen harian.
10. Mampu menilai pasien Terapi Intensif, baik pascabedah maupun bukan
pascabedah,
dan
melakukan
tindakan
awal
terhadap
keadaan
yang
mengancam jiwa.
11. Premedikasi diberikan atas sepengetahuan chief jaga dan konsulen serta
menjadi tanggung jawab peserta pendidikan yang akan mengerjakan pasien
tersebut.
12. Setiap tindakan anestesia/analgesia dan tindakan khusus yang dilakukan
untuk pertama kalinya harus didampingi oleh konsulen dan atau chief
resident,
dan
pada
kasus-kasus
emergensi/cito
hendaknya
atas
sepengetahuan konsulen.
13. Setiap tindakan anestesia/analgesia harus dibuatkan status anestesia (catatan
medik anestesia) yang dimasukkan kedalam status dan status online.
14. Pasien pasca-anestesia menjadi tanggung jawab peserta pendidikan selama
minimal 24 jam pascabedah dan penanggung jawabnya dapat dialihkan ke
residen jaga yang menggantikannya. Semua pasien pascabedah, terutama pasien
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
120
yang tergolong berisiko tinggi atau dengan penyakit yang memerlukan
perawatan/pengawasan intensif harus diserahterimakan kepada dokter jaga
dengan pesan-pesan khusus secara tertulis dan lisan yang dibacakan pada saat
serah terima.
8.1.3 Acara Ilmiah
Tujuan acara ilmiah adalah untuk menambah dan menyegarkan pengetahuan,
serta meningkatkan kemampuan pengenalan dan analisis masalah-masalah di
bidang Anestesiologi & Terapi Intensif, juga untuk menambah pengetahuan dari
pengalaman sejawat yang lain. Acara ilmiah dapat berupa textbook reading,
pembacaan jurnal, laporan kasus, presentasi referat, presentasi usulan penelitian
dan laporan penelitian, dan diskusi atau kuliah bersama konsulen.
Panduannya adalah sebagai berikut:
1.
Setiap peserta didik selama dalam pendidikan diwajibkan memenuhi tugas
ilmiah (presentasi) resume baca buku teks (textbook reading) sebanyak 2 ilmiah,
tugas baca jurnal (journal reading) sebanyak 3 ilmiah, laporan kasus (case
report) sebanyak 3 ilmiah, dan referat (tinjauan pustaka) sebanyak 2 ilmiah.
2.
Selama belum
menyelesaikan
tugas
ilmiah
pada semester
yang sudah
ditentukan, peserta tidak diperkenankan mengikuti ujian akhir semester atau
ujian CR atau ujian akhir pendidikan.
3.
KPS/SPS akan menunjuk pembimbing untuk setiap tugas.
4.
Judul topik tugas ilmiah dapat diminta kepada pembimbing atau dapat dipilih
sendiri untuk diusulkan kepada pembimbing atau atas usulan staf pengajar
(berdasarkan materi kurikulum pada semester tersebut).
5.
Setiap tugas ilmiah berupa textbook reading dan journal reading cukup fotokopi
teks aslinya, sedangkan untuk laporan kasus, Bahan ilmiah (Text Book Reading,
Case Report, Journal Reading) harap diserahkan kepada Pembimbing paling
lambat 1 minggu sebelum hari "H", sedangkan referat (tinjauan pustaka) harap
melakukan bimbingan sebelum maju (minimal 1 bulan sebelum hari “H”), dan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
121
bahan yang akan dipresentasikan diserahkan kepada pembimbing satu minggu
sebelum hari "H" dalam bentuk naskah (makalah) yang diketik rapi.
6.
Jadwal pelaksanaan ilmiah diumumkan di papan pengumuman setiap awal
semester baru.
7.
Penulisan ilmiah didasarkan pada PEDOMAN PENULISAN ILMIAH (Ringkasan
Penelitian, Laporan Kasus, dan Referat). (lihat lampiran).
8.
Acara ilmiah dipimpin oleh seorang pembimbing (staf pengajar) dan dan
dihadiri oleh peserta didik.
9.
Pada saat diskusi, minimal 3 orang peserta, terutama peserta didik harus
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik tersebut.
10. Waktu yang disediakan presentasi adalah 20 menit dan diskusi sekitar 100
menit. Sebelum sidang ilmiah ditutup, pembimbing diharapkan memberikan
komentar/ulasan mengenai topik yang dipresentasikan.
11. Pembimbing bertugas mengantar dan mengarahkan jalannya acara ilmiah, dan
membuat kesimpulan terhadap hasil presentasi yang disampaikan, serta
memberikan penilaian terhadap isi makalah, persiapan, cara penulisan, cara
presentasi, dan kemampuan presenter.
12. Bagi peserta didik yang berhalangan hadir harus sepengetahuan dan seijin staf
pengajar yang bertugas pada hari itu.
13. Bagi
peserta
didik
yang
telah
melaksanakan
ilmiah,
diwajibkan
untuk
menyerahkan arsip ke sekretariat pendidikan berupa hardcopy ilmiah yang
sudah ditanda tangani pembimbing, softcopy ilmiah, absensi ilmiah, dalam satu
map (sesuai aturan dari Pedoman penulisan ilmiah).
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
122
ALUR PELAKSANAAN ILMIAH
(TEXTBOOK READING, CASE REPORT, JOURNAL READING, REFERAT)
Pengumuman jadwal
pelaksanaan ilmiah
(setiap awal semester)
Peserta didik
menghubungi
Pembimbing setelah
jadwal ilmiah diumumkan
Pelaksanaan Ilmiah
Peserta didik menyerahkan
bahan ilmiah minimal satu
minggu sebelum jadwal maju
untuk Textbook reading, Case
Report, Journal Reading,
sedangkan minimal satu bulan
sebelum jadwal maju untuk
referat dan melakukan
bimbingan terlebih dahulu
Peserta didik
mengingatkan
pembimbing tentang
jadwal maju tiga hari
sebelumnya
8.1.4 Tutorial Pagi
Tujuan tugas tutorial pagi adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
peserta didik tentang masalah yang timbul atau yang akan timbul pada
penatalaksanaan perioperatif pasien bedah elektif dan emergensi, penatalaksanaan
pasien di GICU dan Ruang Resusitasi. Kehadiran konsulen pada acara tutorial pagi
akan sangat bermanfaat dalam alih pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
anestesiologi dan terapi intensif kepada peserta didik.
Panduannya adalah sebagai berikut:

Acara tutorial pagi dimulai setiap hari mulai pukul 7.00 pagi dan dipimpin oleh
CR jaga pada hari tersebut yang dihadiri oleh semua peserta didik, dan
konsulen. Acara dimulai jam 7.00 s.d. 8.00, dimulai dan diakhiri dengan berdoa
untuk keselamatan pasien-pasien yang menjalani operasi, jika acara belum
selesai yang bertugas piket di OK dapat meninggalkan acara setelah meminta
ijin kepada pimpinan acara. Maksimal jam 09.00 acara tutorial pagi harus sudah
selesai.

Laporan jaga disampaikan oleh peserta didik jaga middle, untuk laporan
penatalaksanaan pasien di GICU disampaikan oleh peserta didik jaga ICU
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
123
dengan didampingi oleh peserta didik yang sedang stase di ICU, dan untuk
laporan permasalahan pasien yang dilakukan tindakan pada hari sebelumnya
disampaikan oleh peserta didik yang menangani pasien tersebut didampingi
oleh CR.

Diwajibkan proaktif berpartisipasi dalam diskusi. Kemampuan mengemukakan
pendapat yang sistematis dan logis merupakan salah satu kompentensi yang
akan dinilai.

Pada akhir acara tutorial pagi, pimpinan acara membuat resume dan kesimpulan
mengenai hal-hal penting dalam perioperatif secara ilmiah yang bermanfaat
bagi peserta didik.

Doa
bersama
demi
keberhasilan
kerja
dan
keselamatan
pasien
dapat
dilaksanakan sebelum acara dimulai atau sebagai penutup acara.
8.1.5 Kehadiran
1.
Setiap peserta didik harus melakukan absensi kehadiran sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam tata tertib kehadiran.
2.
Bukti kehadiran adalah daftar kehadiran yang ditandatangani oleh peserta didik
dan sidik jari pada mesin absensi (finger print).
3.
Absensi dilakukan di Departemen Anestesiologi dan di tempat stase yang
sedang dijalani.
4.
Peserta didik yang bertugas di Rumah Sakit Jejaring, absensi dilakukan di rumah
sakit yang bersangkutan.
5.
Peserta didik yang tidak dapat melakukan absensi karena tugas yang diberikan
oleh Departemen/tenaga pendidik maka peserta didik harus memberikan surat
keterangan kepada KPS/SPS melalui sekretariat.
6.
Kehadiran peserta didik dalam tiap semester minimal 80%.
7.
Kehadiran peserta didik dalam kegiatan tutorial pagi dan kegiatan presentasi
ilmiah minimal 80%.
8.
Kehadiran tutorial pagidan kegiatan presentasi ilmiah dalam tiap semester yang
tidak memenuhi syarat akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
124
9.
Bila ketidakhadiran peserta didik dalam tiap rotasi lebih dari 2 hari dengan
alasan apapun maka peserta didik harus mengulang rotasi pada waktu yang
telah ditetapkan atau diputuskan oleh tim pendidikan.
10. Kekurangan kehadiran dibawah 80% akan dikumulatifkan dan diganti pada akhir
masa studi.
8.1.6 Cuti
Ketentuan pengambilan cuti sesuai dengan ketentuan dalam buku pedoman
penyelenggaraan pendidikan Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, yaitu:
1.
Permohonan cuti diajukan secara tertulis kepada Ketua Program Studidengan
tembusan kepada Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif dan
penanggung jawab stase, paling lambat 1 minggu sebelum tanggal cuti yang
diajukan.
2.
Lama cuti dalam satu tahun adalah 12 hari kerja dengan catatan: lama cuti
maksimal yang boleh diambil dalam satu divisi/stase adalah 2 hari kerja.
3.
Cuti sakit:
Cuti sakit harus melampirkan surat keterangan dari dokter spesialis yang
menerangkan bahwa peserta didik tidak memungkinkan untuk mengikuti
kegiatan pendidikan dengan alasan sakitnya. Bila periode sakit diperkirakan
akan berlangsung lama, yang bersangkutan dianjurkan untuk mengambil cuti
akademik.
4.
Cuti hamil:
Cuti hamil diberikan selama 3 bulan untuk peserta didik dengan persetujuan
dari Ketua Program Studi dan diketahui oleh Kepala Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
5.
Cuti akademik/penghentian studi sementara (lihat bab 10)
6.
Cuti khusus:
Cuti khusus merupakan jenis cuti yang diberikan atas pertimbangan Kepala
Departemen dengan masukan dari KPS, termasuk dalam cuti khusus adalah cuti
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
125
untuk melaksanakan ibadah haji/umroh, menikah dll. Lama cuti disesuaikan
dengan keperluan dan dengan memperhitungkan aspek pendidikan.
7.
Cuti yang dilakukan sebelum menjadi chief resident (CR) diganti sebelum
peserta didik tersebut menjalani rotasi CR. Cuti yang dilakukan setelah menjadi
CR diganti setelah menyelesaikan seluruh kewajiban sebagai chief resident
(sebelum melakukan ujian akhir nasional).
8.1.7 Izin
1.
Peserta didik dapat memohon izin untuk tidak hadir mengikuti kegiatan
pendidikan dengan alasan yang dapat diterima.
2.
Peserta didik diperkenankan izin apabila permohonan disetujui oleh KPS dengan
pertimbangan pendidikan.
3.
Permohonan izin dilakukan selama maksimal 2 hari kerja.
4.
Permohonan izin dilakukan secara tertulis dan verbal kepada Ketua Program
Studi dan diketahui oleh chief resident, penanggung jawab stase, dan sekretaris
program studi dengan tembusan kepada Kepala Departemen Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
8.2 Khusus
8.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab
Peserta didik mempunyai tugas dan tanggung jawab khusus sesuai jabatannya
yang ditentukan oleh semester yang sedang dilalui. Jabatan Residen tersebut adalah:
Chief Resident-CR
: Semester-7 ke atas
Leader
: Semester 4 sampai 6 (sebelum menjadi CR)
Middle
: Semester 3
Junior
: Semester 1 dan 2
8.2.2Asisten Kepala (Chief Resident – CR)
Asisten Kepala (Chief Resident-CR) harus mempunyai pengetahuan dan wawasan
agar dapat:
1. Menguasai masalah medis, baik dari segi anestesi & terapi intensif maupun
pembedahan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
126
2. Bertanggung jawab atas kelancaran acara kamar bedah dan pelayanan medik
lainnya di GICU/NCCU, ruang resusitasi, poliklinik dan lain-lain.
3. Mengatur daftar jaga residen dengan sepengetahuan konsulen Tim Program
Studi.
4. Bertanggung jawab atas kelancaran persiapan prabedah (kunjungan dan
persiapan pra-anestesi) termasuk konsultasi antar Departemen.
5. Menjadi penengah bila terjadi kesalahpahaman antara sesama asisten dengan
asisten Departemen lain.
6. Bila tidak ada senior/konsulen, menjadi wakil senior/konsulen untuk menuntaskan
sesuatu dalam hal pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif.
7. Tidak menciptakan “policy”.
8. Berkemampuan sebagai tenaga ahli pada sistem rujukan.
9. Berperan banyak pada penyelenggaraan pendidikan dan pengabdian masyarakat.
Asisten Kepala (Chief Resident-CR) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Telah selesai melewati jenjang pendidikan semester 6 dengan baik berdasarkan
hasil evaluasi harian dan evaluasi resmi.
2. Telah memenuhi tugas-tugas dan evaluasi yang dibebankan/sesuai dengan buku
Panduan Kurikulum PPDS-1 Anestesiologi pada semester 1 sampai 6 (lihat BAB
Kurikulum).
3. Lama menjadi CR minimal 6 (enam) bulan.
Perincian Tugas dan Tanggung Jawab:
1. Mengatur pembagian tugas di kamar bedah dan pelayanan medik lainnya sesuai
dengan kurikulum atau tingkatan kewenangan residen.
2. Membuat jadwal stase bulanan bagi residen dan dilaporkan kepada SPS.
3. Mengatur cuti residen agar tidak mengganggu kelancaran pelayanan medik.
4. Mengevaluasi morbiditas dan mortalitas.
5. Membantu pelayanan medik (Anestesiologi dan Terapi Intensif) di Rumah Sakit
diluar RSHS atas sepengetahuan dan seizin Kepala Departemen dan Kepala
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
127
Program Studi. Untuk tugas ini harap dibuatkan jadwal yang baik agar tugastugas di RSHS tidak terbengkalai (perlu koordinasi antar para CR dan konsulen).
6. Ikut aktif dalam kegiatan pendidikan.
7. Sebagai anggota tim RI I/II dan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya.
8. Bersama dengan konsulen hari itu ikut menghadiri acara joint conference yang
diselenggarakan oleh Departemen Bedah, Obstetri-ginekologi, Bedah Saraf atau
Departemen lainnya.
8.2.3Peserta didik Junior
1.
Mengetahui semua kasus bedah emergensi
2.
Membuat laporan jaga yang diketahui oleh leader
3.
Mengetahui tatacara pelaksanaan anestesi
4.
Membantu pelaksanaan anestesi
5.
Memantau pasien selama pembedahan (bersama ko-ass)
6.
Memantau pasien pascabedah di Ruang Pemulihan (bersama ko-ass)
7.
Melaksanakan pengelolaan nyeri pasien-pasien pascabedah elektif sesuai
dengan instruksi
8.
Menuntaskan persiapan operasi bedah elektif untuk esok hari (pasien, sarana
khusus, tempat di ruang intensif yang diperlukan)
9.
Melakukan persiapan dan pelaksanaan anestesi sesuai dengan kompetensinya
10. Melaporkan semua pasien bedah emergensi kepada jaga middle.
11. Membantu pelaksanaan anestesi ASA 3 dan 4 bersama-sama dengan leader dan
CR jaga.
8.2.4Peserta didik middle:
1. Mengevaluasi persiapan yang telah dilakukan oleh residen jaga junior
2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan anestesi ASA 1 dan 2
3. Bertanggung jawab atas perawatan pasien di Ruang Pemulihan
4. Melaporkan kepada leader jaga mengenai permasalahan yang ditemui pra,
durante, dan pascabedah
5. Membantu residen jaga junior dalam mengisi buku laporan jaga.
6. Menyampaikan laporan jaga pada acara laporan pagi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
128
7. Melakukan pengelolaan anestesi pada SC, pediatri dan geriatri ASA 2 bersama
leader jaga.
8.2.5Peserta didik leader
1. Melaksanakan persiapan prabedah pada pasien-pasien ASA 1 - 4 (critically ill
patients).
2. Melaksanakan pemberian anestesi pada pasien-pasien ASA 1 - 4 bersama CR.
3. Membantu/mengawasi tugas residen jaga junior dan middle.
4. Bertanggung jawab atas tindakan blok regional.
5. Bersama CR memutuskan apakah perlu dilakukan konsultasi (ke konsulen
anestesi atau ke Departemen lain).
6. Melakukan pengelolaan anestesi pada bedah saraf, neonatus dan pasien-pasien
ASA 1 - 4 bersama CR.
7. Merumuskan problema yang akan disampaikan pada laporan pagi.
8. Menerima dan menjawab konsultasi pasien-pasien yang akan masuk GICU/NCCU
dari Departemen lain.
9. Melakukan tindakan-tindakan medis yang dianggap perlu terhadap pasien-pasien
yang dirawat di GICU/NCCU dengan sepengetahuan konsulen jaga GICU/NCCU
(trainee KIC):
-
Intubasi endotrakhea
-
Setting ventilator
-
Pemasangan CVC baik sentral atau perifer
-
Pemasangan jalur intravena
-
Pemasangan jalur arteri
-
Terapi oksigen
-
Terapi keseimbangan asam basa
-
Terapi cairan dan elektrolit
-
Terapi inotropik dan vasopressor
-
Resusitasi Jantung-Paru-Otak
-
Nutrisi Enteral (termasuk pemasangan postpyloric akses) dan Parenteral
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
129
-
Terapi supportif lainnya
10. Melaporkan semua pasien GICU/NCCU yang dianggap bermasalah kepada
konsulen jaga GICU/NCCU (trainee KIC).
11. Membuat laporan mengenai keadaan pasien GICU/NCCU di buku laporan jaga.
12. Mengikuti tindakan
operatif
pasien-pasien
GICU/NCCU yang memerlukan
tindakan pembedahan.
13. Berkonsultasi dengan CR jaga apabila dijumpai permasalahan di GICU/NCCU,
baik dengan pasien, keluarga pasien atau Departemen lain.
14. Berkonsultasi dengan konsulen GICU/NCCU apabila CR jaga tidak dapat
menyelesaikan permasalahan.
15. Menerima dan menjawab konsultasi pasien-pasien yang akan masuk Ruang
Resusitasi dari Departemen lain
16. Melakukan tindakan-tindakan medis yang dianggap perlu terhadap pasien-pasien
yang dirawat di Ruang Resusitasi:
-
Intubasi endotrakhea
-
Setting ventilator
-
Pemasangan CVC baik sentral atau perifer
-
Pemasangan jalur intravena
-
Pemasangan jalur arteri
-
Terapi oksigen
-
Terapi keseimbangan asam basa
-
Terapi cairan dan elektrolit
-
Terapi inotropik dan vasopressor
-
Resusitasi Jantung-Paru-Otak
17. Melaporkan semua pasien yang dianggap bermasalah kepada CR jaga.
18. Membuat laporan mengenai keadaan pasien di Ruang Resusitasi di buku laporan
jaga.
19. Berkonsultasi dengan CR jaga apabila dijumpai permasalahan di Ruang
Resusitasi, baik dengan pasien, keluarga pasien atau Departemen lain.
20. Berkonsultasi dengan konsulen jaga apabila CR jaga tidak dapat menyelesaikan
permasalahan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
130
BAB 9
SANKSI
Sanksi akademik adalah seperangkat tindakan yang dapat berupa teguran
lisan atau tertulis, mengulang di suatu bagian stase, skorsing sampai den0gan
pemutusan studi, berdasarkan kesalahan/kekeliruan/kelalaian yang dilakukan oleh
peserta didik ditinjau dari aspek afektif, psikomotor, dan kognitif. Sanksi pendidikan
ditujukan untuk memerbaiki kinerja peserta didik dan atau untuk melindungi
pasien/masyarakat, institusi, dan peserta didik sendiri terhadap kerugian akibat
pelanggaran dan kelalaian yang dilakukan oleh peserta didik. Sanksi pemutusan
studi diusulkan/diajukan oleh program studi dan diputuskan oleh Dekan atau
Rektor.
Pengertian Peringatan Akademik
Peringatan akademik berbentuk surat dari Pembantu Dekan I yang ditujukan
kepada lembaga pengirim/penanggung atau peserta didik untuk memberitahukan
adanya kekurangan prestasi akademik peserta didik atau pelanggaran ketentuan
lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperingatkan peserta didik agar tidak mengalami
pemutusan studi.
Pengertian Pemutusan Studi
Pemutusan studi berarti peserta didik dikeluarkan dari Universitas Padjadjaran
karena prestasinya tidak sesuai peraturan yang berlaku, kelalaian administratif,
dan/atau kelalaian mengikuti kegiatan pembelajaran.
Laporan kondisi mahasiswa yang harus diberikan peringatan akademik sebagai
akibat melakukan kelalaian, dilampiri bukti prestasi akademik dan/atau bukti
kelalaian.
1.
Surat peringatan kepada peserta didik yang bersangkutan dari pimpinan
fakultas.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
131
2.
Surat
permohonan
pertimbangan
atas
peserta
didik
yang
melakukan
pelanggaran hukum dari pimpinan fakultas.
3.
Surat keputusan melanggar/ tidak melanggar hukum atas nama peserta didik
yang bersangkutan dari Senat Fakultas.
4.
Surat Permohonan Pemutusan Studi atas nama peserta didik yang bersangkutan
dari Pimpinan Fakultas (Dekan/PD I) kepada Rektor/Warek I.
5.
Surat Persetujuan/Penolakan Pemutusan Studi peserta didik yang bersangkutan
dari Rektor/Warek I.
6.
Transkrip Akademik yang telah ditempuh oleh peserta didik selama di
Universitas Padjadjaran, ditandatangani oleh Pimpinan Fakultas.
Derajat Bentuk Pelanggaran
1.
Derajat pelanggaran dikategotikan atas pelanggaran ringan (R), sedang (S), dan
berat (B).
2.
Batasan tentang pelanggaran ringan (R), sedang (S) dan berat (B) diserahkan
kepada Ketua Program Studi (KPS) melalui penelaahan bersama Kepala
Departemen, termasuk dengan jajaran staf pendidik terutama dalam hal yang
menyangkut aspek prilaku yang melanggar etika dan profesionalisme.
3.
Sistem penilaian dilakukan berdasarkan derajat kesalahan dan atau kelalaian
yang dilakukan oleh peserta didik. Laporan pelanggaran yang dilakukan oleh
peserta didik didapat melalui:
-
Penilaian langsung oleh KPS dan timnya.
-
Laporan lisan atau tertulis dari staf pendidik atau pegawai rumah sakit
yang dibuat dalam surat laporan tertulis dan ditandatangani pelapor.
-
Laporan lisan atau tertulis dari peserta didik yang dibuat dalam surat
laporan tertulis dan ditandatangani pelapor.
-
Laporan lisan atau tertulis dari pasien atau keluarga pasien yang ditangani
berupa keberatan atau keluhan.
4.
Setiap
melakukan
kesalahan
akan
diberikan
surat
peringatan
yang
ditandatangani oleh KPS sesuai derajat kesalahan yang dilakukan.
5.
Penilaian atas kesalahan bersifat kumulatif selama peserta didik menjalankan
program pendidikannya di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensifologi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
132
Jenis Pelanggaran
A. Akademik
Kekurangan dalam Pencapaian Kompetensi
Peserta didik memperoleh nilai di bawah batas kelulusan (setelah diberikan
-
kesempatan ujian ulang 1 (satu) kali), yang bersangkutan harus mengulang di
subbagian/divisi tersebut. (S)
Peserta didik tidak lulus di dua subbagian/divisi dalam suatu jenjang
-
pendidikan (setelah diberikan kesempatan ujian ulang 1 (satu) kali), maka KPS
akan menerbitkan teguran tertulis dengan tembusan kepada wali/instansi
pengirim dan TKP PPDS. (B)
Bila tiga kali tidak lulus, selain menerbitkan teguran tertulis, KPS akan
-
mengirimkan peserta didik ke tim konseling. Bila masih tidak menunjukkan
perbaikan, yang bersangkutan ditawarkan untuk alih program studi. (B)
-
Mendapat nilai D atau E dari 2 subbagian/divisi, baik secara berturut-turut atau
tidak. Peringatan pertama diberikan pada saat peserta didik mendapat nilai D
atau E yang pertama. (B)
-
Evaluasi berkala dilakukan di setiap akhir subbagian/divisi. Bila dari hasil
evaluasi tersebut, selama masa pendidikan yang telah lalu peserta PPDS
mendapat:

2 nilai C: peserta didik diberi peringatan tertulis pertama

3 nilai C: peserta didik diberi peringatan tertulis kedua dan dikonsulkan ke
tim konseling

4 nilai C: peserta didik diberi peringatan ketiga dan dianjurkan alih jurusan.
Bila ybs masih ingin melanjutkan pendidikannya dan tidak ingin pindah
jurusan, ybs masih diberi kesempatan dua kali.

Bila dalam evaluasi selanjutnya, PPDS yang bersangkutan mendapat 6 nilai
C, maka peserta didik tersebut dilaporkan kepada Pimpinan Fakultas untuk
dilakukan pemutusan studi dengan surat keputusan Rektor.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
133
Ketidakmampuan Mempertahankan Kompetensi yang telah dicapai selama masa
pendidikan
Ketidakmampuan mempertahankan kompetensi yang telah dicapai merupakan
bentuk kelalaian peserta didik, yang terjadi bila peserta didik telah dinyatakan lulus
dari subbagian/divisi, namun yang bersangkutan melakukan kesalahan mendasar
dalam mengelola pasien, maka yang bersangkutan diharuskan untuk mengulang di
subbagian tersebut. Sebelum menjatuhkan sanksi, KPS akan meneliti secara seksama
dengan melibatkan staf pendidik dari subbagian/divisi tersebut melalui audit medik.
(R-S-B).
B.
Non Akademik
Pelanggaran Etika Moral, Etika Profesi, dan Etika Akademik
Pelanggaran etika moral dan profesionalisme antara lain dapat berupasikap
perilaku terhadap:
1) Pasien
-
Tidak menunjukkan sikap belas kasih, misalnya bersikap kasar. (S)
-
Menelantarkan pasien dan keluarganya. (S)
-
Tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan pasien, tidak memberikan rasa
nyaman. (R)
-
Tidak dapat dipercaya. (S)
-
Tidak menjaga kerahasiaan pasien. (S)
-
Tidak peka terhadap nilai-nilai ras, gender, dan nilai lain yang dianut pasien
seperti agama dan kepercayaan. (R)
-
Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan
santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi
staf pengajar). (R-S-B)
2) Pendidik
-
Tidak bersikap santun terhadap pendidik, baik yang berasal dari Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensifologi maupun dari departemen lainnya. (S)
-
Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan
santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi
staf pengajar). (S-B)
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
134
3) Sejawat Peserta didik
-
Tidak bersikap santun kepada sesama peserta didik, baik yang berasal dari
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensifologi maupun dari departemen
lainnya. Baik terhadap senior, sederajat, maupun terhadap junior. (S, B)
-
Pelanggaran tersebut dapat berupa kekerasan verbal, fisik, maupun tekanan
secara finansial. (S, B)
-
Derajat kesalahan ditentukan oleh KPS sesuai bentuk pelanggaran. (R-B)
4) Paramedis dan karyawan rumah sakit
-
Tidak menghargai tugas dan kewajiban paramedis dan karyawan rumah
sakit. (R)
-
Tidak bersikap Santun. (R)
-
Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan
santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi
staf pengajar). (R-S-B)
5) Keilmuan
-
Meninggalkan/terlambat hadir pada acara ilmiah tanpa alasan yang dapat
diterima. (R)
-
Tidak mengikuti acara ilmiah sore tanpa alasan yang dapat diterima. (R)
-
Melalaikan tugas yang bersifat keilmuan tanpa alasan yang dapat diterima.
(R)
-
Tidak mengikuti kegiatan harian mulai pukul 07.00 s.d. 16.00 atau sampai
dengan ada serah terima dengan pengganti tanpa alasan yang dapat
diterima. (R)
-
Meninggalkan/terlambat datang pada laporan pagi/kegiatan rutin harian
(sesuai stase)/dinas jaga tanpa alasan yang dapat diterima. (R)
-
Tidak hadir pada kegiatan laporan pagi/kegiatan rutin harian (sesuai
stase)/dinas jaga tanpa alasan yang dapat diterima. (R)
-
Tidak hadir dinas jaga tanpa alasan yang dapat diterima. (S-B)
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
135
-
Melakukan tindakan anestesi yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
anestesi di RSHS (baik dari segi obat ataupun teknik) tanpa konsultasi
kepada tingkatan yang lebih senior (tidakterjadi morbiditas/mortalitas). (S)
-
Melakukan tindakan anestesi yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
anestesi di RSHS (baik dari segi obat ataupun teknik) tanpa konsultasi
kepada tingkatan yang lebih senior (terjadi morbiditas/mortalitas). (B)
-
Melakukan
tindakan
di
luar
kompetensi
tanpa
izin
peserta
didik
peserta
didik
senior/konsulen (mengakibatkan morbiditas/mortalitas). (B)
-
Melakukan
tindakan
di
luar
kompetensi
tanpa
izin
senior/konsulen (tidak mengakibatkan morbiditas/mortalitas). (S)
-
Mengikuti acara simposium/kongres/sejenisnya pada hari kerja tanpa
sepengetahuan/izin KPS. (S)
-
Keterlambatan melapor dan atau mengajukan ilmiah (sebagai pembicara)
kepada pembimbing ilmiah dalam waktu yang telah ditetapkan pada tata
tertib pelaksanaan ilmiah. (S)
-
Tidak melakukan kewajiban ilmiah sesuai semesternya (sesuai jadwal),
dengan
pengecualian
hambatan
yang
disebabkan
oleh
konsulen
pembimbing. (S)
-
Melakukan penggelapan data penelitian, data pasien pada status, laporan
fiktif. (B)
-
Tidak mengikuti ujian tanpa alasan yang jelas. (S)
-
Memberi keterangan palsu. (B)
-
Membocorkan rahasia jabatan. (B)
-
Bekerja di luar RSHS/RS jejaring tanpa izin/tanggung jawab konsulen. (B)
-
Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan
santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi
staf pengajar). (R-S-B)
6) Institusi
-
Mencuri peralatan Rumah Sakit. (B)
-
Manipulasi/tidak menjaga peralatan Rumah Sakit dengan baik. (S)
-
Tidak mengindahkan peraturan rumah sakit dan Fakultas Kedokteran. (R-B)
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
136
-
Tidak mengisi status anestesi dan formulir-formulir kelengkapan anestesi
dengan lengkap, baik,rapi, dan sebenarnya. (S)
-
Memalsukan data pada rekam medik/status anestesi. (S)
-
Merusak nama baik Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNPAD/RSHS. (B)
-
Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan
santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi
staf pengajar). (R-S-B)
7) Norma/nilai kebenaran dan kepatutan
-
Memalsukan tanda tangan dan sejenisnya. (B)
-
Mabuk, berjudi, penganiayaan fisik/psikis. (B)
-
Bekerja sama dengan pihak farmasi dan mendapatkan imbalan. (B)
-
Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan
santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi
staf pengajar). (R-S-B)
8) Pelanggaran Hukum
Peserta didik yang melakukan pelanggaran hukum, baik berupa tindak pidana
maupun penyalahgunaan obat, narkotika, dan sejenisnya, serta penggunaan
minuman keras dan sejenisnya, dan telah ditetapkan bersalah secara hukum
oleh pengadilan, digolongkan ke dalam jenis pelanggaran berat (B).akan
dikenakan sanksi berupa skorsing sampai dengan pemutusan studi oleh Rektor
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Bila peserta didik diduga melanggar hukum dan sedang dalam proses
penegakan hukum, peserta didik dibebastugaskan dari tugas mengikuti
pembelajaran.
Bila
dikemudian
hari
dinyatakan
tidak
bersalah,
yang
bersangkutan diperkenankan untuk mengikuti kembali proses pembelajaran.
Masa yang hilang akibat proses penegakan hukum diusahakan oleh KPS dan
Kadep dengan meminta bantuan Pimpinan Fakultas untuk tidak dimasukkan ke
dalam studi terjadwal.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
137
Pelanggaran Etika Akademik:
-
Menyontek, menjiplak (makalah, laporan, tugas akhir, skripsi, tesis, dan
sebagainya). (B)
-
Membocorkan soal dan sejenisnya. (B)
-
Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan
santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf
pengajar). (R-S-B)
Pelanggaran Administratif
Tidak melakukan registrasi
-
Bila tidak melakukan registrasi tanpa alasan yang jelas, maka peserta didik tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan pendidikan pada semester tersebut namun
harus tetap hadir di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif dengan
penempatan yang diatur oleh KPS, dan semester tersebut diperhitungkan dalam
masa studi.
-
Bila tidak melakukan registrasi selama 2 semester berturut-turut maka peserta
didik
dianggap
mengundurkan
diri.
Surat
Keputusan
pemutusan
studi
diterbitkan oleh Rektor.
Meninggalkan proses pembelajaran tanpa alasan yang dapat diterima
-
Bila peserta didik meninggalkan proses pembelajaran kurang dari 1 minggu
tanpa alasan yang dapat diterima, maka yang bersangkutan akan mendapatkan
teguran tertulis.
-
Bila peserta didik meninggalkan proses pembelajaran selama 2 minggu
berturut-turut
atau
tidak
berturut-turut,
yang
bersangkutan
diharuskan
mengulang di subbagian/divisi tempat ybs bekerja. KPS akan mengirimkan
surat teguran dengan tembusan kepada PD I dan TKP PPDS-I.
-
Bila dalam waktu 2 minggu yang bersangkutan tidak membalas surat tersebut
atau tidak menghubungi KPS, maka KPS akan mengirimkan surat teguran kedua
dan ketiga dengan selang antara 2 minggu.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
138
-
Bila dalam 2 minggu setelah surat teguran ketiga, yang bersangkutan tidak
kunjung membalas surat tersebut atau tidak menghubungi KPS, maka ybs
dianggap mengundurkan diri sebagai peserta PPDS-I. KPS akan menyampaikan
laporan mengenai hal tersebut kepada Pimpinan Fakultas untuk proses
pemutusan studi.
Kondisi Khusus
Maksud Kondisi Khusus adalah peserta didik diketahui memiliki penyakit
gangguan kejiwaan, penyakit lainnya, atau kondisi peserta didik yang menunjukkan
atau berpotensi untuk menimbulkan ketidakamanan/kerugian bagi dirinya dan
pasien/masyarakat, tidak diperkenankan melanjutkan proses pembelajaran. Pimpinan
Fakultas atas laporan KPS mengusulkan penghentian studi kepada Rektor.
SANKSI PELANGGARAN/KELALAIAN
Bila ada pelanggaran akan dikenakan sanksi dari mulai yang paling ringan
berupa teguran lisan, lalu teguran tertulis, dan paling berat skorsing 1,2,3,6 bulan
sampai
dikeluarkan.
Skorsing
dilakukan
oleh
pimpinan
Fakultas,
sedangkan
pemutusan studi dilakukan oleh Rektor dengan terlebih dahulu dilakukan sidang
oleh KPS dan staf pendidikan.
1.
Pelanggaran ringan diberikan teguran lisan dan atau tertulis
2.
Pelanggaran sedang, diberikan teguran tertulis disertai dengan mengulang di
subbagian/divisi/stase.
3.
Pelanggaran Berat, yang diperkuat oleh komite medik RS. Dr. Hasan Sadikin
Bandung, diberikan sanksi skorsing atau pemutusan studi. Program Studi
memberikan laporan kepada Dekan FK disertai bukti-bukti yang diperlukan.
4.
Pimpinan Fakultas menyelenggarakan Rapat Senat Fakultas untuk membahas
pemberian skorsing dan pemutusan studi berdasarkan laporan KPS
5.
Tiga kali kesalahan ringan sama nilainya dengan melakuan 1 kesalahan sedang,
tiga kali kesalahan sedang sama nilainya dengan melakukan 1 kesalahan berat,
dan apabila melakukan 3 kali kesalahan berat maka yang bersangkutan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
139
dianggap gagal menjalankan pendidikannya di Departemen Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
6.
Pemutusan studi (setelah diputuskan dalam rapat staf di Departemen) akan
diusulkan kepada Dekan dan Rektor (lihat Bab 10).
7.
Apabila
terdapat
kesalahan
dan
atau
kerancuan/ketidaksesuaian
dengan
peraturan Fakultas/Universitas, akan dilakukan revisi terhadap peraturan ini.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
140
BAB 10
PEMUTUSAN STUDI, PEMUTUSAN STUDI SEMENTARA
DAN PENGUNDURAN DIRI
10. 1 Pemutusan Studi
1. Pemutusan studi peserta program bertujuan untuk:
a. Menjaga dan mempertahankan mutu hasil pendidikan.
b. Mempertahankan efisiensi pendayagunaan sumber pendidikan.
c. Sebagai manifestasi tanggung jawab profesional.
2. Pemutusan studi peserta program merupakan keputusan akhir setelah dilakukan
serangkaian penilaian terhadap kemajuan pendidikan yang menunjukan tandatanda semakin jauh dari pencapaian yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang
harus
diselesaikan.
Penilaian
meliputi
unsur-unsur
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor.
3. Keputusan pemutusan studi hanya dapat dilakukan oleh Rektor Universitas
Padjadjaran.
4. Pemutusan studi peserta program dapat terjadi sebagai berikut:
a.
Indeks Prestasi (IP) selama 2 semester berturut-turut kurang dari 2,75.
b. Pada akhir semester 1 dan/atau semester II memeroleh huruf mutu di
bawah C.
c.
Lama studi melebihi 1,5 kali lama pendidikan (>11 semester untuk angkatan
sebelum Maret 2015, >12 semester untuk angkatan setelah Maret 2015).
d. Pemutusan studi karena kelalaian-administratif, yang menghentikan studi
dua semester berturut-turut atau dalam waktu berlainan tanpa izin rektor.
e.
Pemutusan studi karena kelalaian mengikuti kegiatan belajar-mengajar
(ditentukan oleh peraturan Progam Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif).
f. Peserta program mengundurkan diri.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
141
g. Peserta program memperlihatkan sikap tidak terpuji:
- Kurangnya rasa tanggung jawab profesional yang dapat membahayakan
pasien ataupun lembaga pendidikan.
- Pelanggaran Kode Etik Kedokteran yang berat.
- Pelanggaran Kode Etik PPDS yang berat.
- Menolak menyelesaikan tugas yang tercakup dalam kurikulum.
i. Peserta program membuat kesalahan-kesalahan yang berulang setelah
diperingatkan secara lisan dan/atau tertulis tanpa menunjukan upaya
perbaikan yang memadai, seperti yang tertuang dalam sanksi pelanggaran
afektif, psikomotor, kognitif.
j. Peserta program tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan, dan program pembinaan/bimbingan khusus yang diberikan
baginya juga tidak memberikan hasil yang baik.
5. Pemutusan
studi atau
alih
program dilakukan
selama masa pendidikan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang obyektif dan setelah melewati
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap diagnostik:
- Penilaian umum dan khusus peserta program.
- Kajian akhir tahap pendidikan: tidak lulus ujian tulis dan praktek setelah
dilakukan ujian ulangan dan bimbingan.
- Penetapan unsur pemberat kemajuan pendidikan.
- Pengenalan unsur penyebab keadaan.
b. Tahap pembinaan/bimbingan khusus:
- Dilakukan untuk unsur pemberat yang dikenali.
- Diperlukan sebagai kegagalan pendidikan pada tahap tersebut.
- Dinilai untuk masa yang ditetapkan, dan menurut ketentuan butir-butir di
atas.
- Tidak mengenal perpanjangan/pengulangan.
c. Tahap penghentian:
Diputuskan atas dasar hasil penilaian setelah pembahasan tuntas dalam rapat
staf pengajar. Pada pelanggaran kasus berat penghentian program studi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
142
dapat dilaksanakan kapan saja, tidak melihat posisi peserta PPDS ada di
semester berapa.
Bahan-bahan yang dibahas antara lain:
- Laporan
penilaian
sikap/tingkah
laku
peserta
program
oleh
pembimbing/instruktur klinik.
- Hasil test akademik.
- Test MMPI.
10.2 Penghentian Studi Sementara
Sesuai peraturan Rektor Universitas Padjadjaran no. 1 tahun 2014, penghentian
studi sementara untuk program spesialis hanya diperkenankan 1 (satu) semester.
Mekanisme pengajuan izin penghentian studi sementara adalah sebagai berikut:
-
Peserta didik mengajukan surat permohonan kepada Koordinator Program
Studi, yang diketahui oleh dosen wali dengan membubuhkan tanda tangan.
-
Surat permohonan diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum
kegiatan pendidikan di tahap semester dimulai.
-
Setelah mempertimbangkan segi akademik, KPS meneruskan permohonan
kepada Dekan.
-
Apabila mendapatkan izin Dekan, maka selama periode penghentian
sementara, peserta didik dibebaskan dari biaya pengembangan pendidikan
(BPP).
-
Penghentian studi sementara tidak diperhitungkan dalam batas waktu
maksimal masa studi peserta didik
-
Peserta didik yang mendapat izin penghentian studi sementara tidak berhak
mendapatkan pelayanan akademik
Penghentian studi sementara tanpa izin Dekan dikenakan sanksi sebagai berikut:
-
Untuk mendaftar kembali harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Rektor melalui Dekan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
143
-
Periode penghentian studi sementara tanpa izin Dekan diperhitungkan
dalam batas waktu maksimal pendidikan
-
Membayar BPP yang terhutang, dan untuk semester berikutnya dikenakan
sesuai dengan SK tarif yang berlaku.
Penghentian studi sementara tidak boleh dilakukan pada
-
Semester 1
-
Semester 2
-
Semester 11
-
Semester 12
Peserta didik yang menghentikan studi untuk sementara tanpa izin dalam semester
di atas dianggap mengundurkan diri.
10.3 Pengunduran Diri
Bagi peserta didik yang mengundurkan diri dari PPDS-1 berlaku ketentuan sebagai
berikut:
1.
Surat Permohonan Pengunduran Diri dari peserta didik yang diketahui oleh
Dosen Wali dan KPS
2.
Surat Permohonan Pengunduran Diri atas nama peserta didik dari Dekan
kepada Rektor/ Wakil Rektor 1
3.
Surat keputusan Pengunduran Diri peserta didik dari Rektor/Wakil Rektor 1
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
144
BAB 11
ADAPTASI DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI
LULUSAN LUAR NEGERI
11.1 Tujuan
Tujuan penyelenggaraan adaptasi spesialis lulusan luar negeri ialah untuk
memberikan kesempatan penyesuaian bagi mereka yang sah ijazahnya serta dinilai
layak untuk memperoleh kesempatan adaptasi, sehingga pada akhirnya peserta
program adaptasi:
1.
dapat menerangkan kemampuannya dalam bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif yang sudah dipelajarinya, menurut kaidah yang lazim dianut dokter
spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif di Indonesia, sesuai dengan problema
kesehatan di Indonesia dan sumber daya yang tersedia.
2.
menguasai pola penatalaksanaan bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif dalam
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia.
3.
memahami dan menghayati tata nilai yang dianut di Indonesia, Etika Profesi
Anestesiologi dan Terapi Intensif serta Kode Etika Kedokteran Indonesia,
sehingga dapat diterima di kalangan profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif
serta kalangan profesi dokter pada umumnya.
11.2 Syarat
Calon adaptasi harus mempunyai persyaratan admininistrasi (urut nomor):
1.
ijazah dinilai sah oleh Panitia Penilai Ijazah Sarjana Lulusan Luar Negeri (PPISLN,
Depdikbud).
2.
bersama dengan ijazah, peserta wajib melampirkan :

logbook

transkrip akademik
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
145

3.
karya tulis akhir.
kurikulum pendidikannya telah dikaji oleh KATI, minimal mencapai 75%
kurikulum/modul PPDS-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia.
4.
surat permintaan dari Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI).
11.3 Penatalaksanaan
1.
Lama adaptasi ditentukan minimal 2 (dua) semester dan kompetensi ditentukan
oleh Kolegium setelah mendapat masukan dari KPS tempat yang bersangkutan
menjalani adaptasi.
2.
Harus
memahami
kebijaksanaan
rumah
sakit,
etika
medis,
dan
aspek
medikolegal di mana dia beradaptasi.
11.4 Penilaian di IPDS
1.
Penilaian dilakukan secara terus menerus dengan pengujian secara bertahap
sesuai dengan tempat stase.
2.
Peserta adaptasi diharuskan membuat makalah ilmiah berupa referat (satu buah
tentang Anestesi dan satu lagi tentang Critical Care) dan dipresentasikan di
Departemen dengan dihadiri Staf Pengajar.
3.
Pelaporan kemajuan hasil program adaptasi yang mencakup bidang perilaku
dilakukan
setelah
peserta
menjalani
program
yang
ditetapkan
dengan
kemungkinan sebagai berikut:
a.
perkembangan pencapaian adaptasinya menunjukkan penyelesaian sesuai
jadwal semula.
b. perkembangannya menunjukkan kekurangan yang akan mengubah jadwal
semula dengan penambahan waktu adaptasinya.
4.
Penilaian akhir dengan ujian lisan nasional yang akan diatur oleh Kolegium
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI) melalui Komisi Ujian Nasional
(KUN) KATI.
11.5 Panduan Penghentian Adaptasi
1. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi bertujuan untuk:
a. menjaga dan mempertahankan mutu hasil pendidikan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
146
b. mempertahankan efisiensi pendayagunaan sumber pendidikan.
c. sebagai manifestasi tanggung jawab profesional.
2.
Penghentian pendidikan peserta program adaptasi merupakan keputusan akhir
setelah dilakukan serangkaian penilaian terhadap kemajuan pendidikan yang
menunjukkan tanda-tanda semakin jauh dari pencapaian yang telah ditetapkan
dalam kurikulum yang harus diselesaikan. Penilaian meliputi unsur-unsur
kognitif, afektif, dan psikomotor.
3.
Keputusan penghentian pendidikan hanya dapat dilakukan oleh KPS yang
selanjutnya dilaporkan ke Komisi Kompetensi KATI dan Ketua KATI.
4.
Penghentian pendidikan peserta program adaptasi dapat terjadi sebagai berikut:
a.
peserta program adaptasi mengundurkan diri.
b. peserta program adaptasi memperlihatkan sikap tidak terpuji:
-
kurangnya rasa tanggung jawab profesional yang dapat membahayakan
pasien ataupun lembaga pendidikan.
c.
-
pelanggaran berat Kode Etika Kedokteran Indonesia
-
menolak menyelesaikan tugas yang diberikan.
peserta program adaptasi membuat kesalahan-kesalahan yang berulang
setelah diperingatkan secara lisan dan/atau tertulis tanpa menunjukkan
upaya perbaikan yang memadai.
d. peserta program adaptasi tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan, dan program pembinaan/bimbingan khusus yang
diberikan baginya juga tidak memberikan hasil yang baik.
e.
tahap
penghentian:
diputuskan
atas
dasar
hasil
penilaian
setelah
pembahasan tuntas dalam rapat staf pengajar. Pada pelanggaran kasus
berat penghentian program adaptasi dapat dilaksanakan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
147
BAB 12
PANDUAN KARYA TULIS
LAPORAN KASUS, TINJAUAN PUSTAKA,
TESIS, RINGKASAN PENELITIAN,
DAN PENULISAN DI JURNAL ILMIAH NASIONAL
12.1 Petunjuk Umum
Ringkasan Penelitian
Ringkasan penelitian merupakan ringkasan tesis penelitian yang telah disidangkan
dan disetujui oleh pembimbing.
Laporan Kasus
Laporan kasus berisi tulisan mengenai pengelolaan kasus klinik menarik di bidang
anestesiologi dan terapi intensif (anesthesiology and intensive care), yang dapat
memberikan pengalaman belajar bagi penulis dan pembaca.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi kajian dari suatu topik di bidang ilmu anestesiologi dan
terapi intensif (anesthesiology and intensive care), dengan mengetengahkan analisis
secara detail dan menyeluruh terhadap perkembangan terkini dari topik tersebut.
Pengaturan tampilan (page layout)
a) Kertas:
-
Naskah diketik pada kertas putih ukuran A4 70 gram
-
Sampul luar dicetak di atas bahan kertas karton buffalo, warna: kuning tua
(ringkasan penelitian), biru muda (tinjauan pustaka), dan hijau muda
(Laporan kasus).
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
148
b) Marjin:
Jarak kertas dari tepi
kiri dan atas 4 cm serta di tepi kanan dan bawah 3
cm
c)
Jenis huruf: Times New Roman
d) Ukuran font:
Halaman Sampul (Sesuai urutan; lihat LAMPIRAN 1):
-
Judul Bahasa Indonesia
: font 14, bold, huruf kapital semua huruf
-
Judul Bahasa Inggris
: font 14, bold, huruf kapital semua huruf,
cetak miring
-
Nama penulis dan NPM
: font 12, huruf kapital pada huruf awal di
depan nama, bold
-
Jenis ilmiah (RINGKASAN TESIS/LAPORAN KASUS/TINJAUAN PUSTAKA)
: font 12, huruf kapital semua huruf, bold
-
Tujuan karya ilmiah
: font 10, bold, huruf kapital di awal kalimat
Tujuan Laporan kasus dan Tinjauan pustaka:
Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian semester pada
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran
Tujuan ringkasan penelitian:
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian komprehensif nasional guna
memperoleh sertifikat kompetensi Program Pendidikan Dokter
Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
-
Lembaga
: font 14, bold, huruf kapital semua huruf
Halaman judul bagian dalam: sama dengan ketentuan halaman sampul, namun logo
UNPAD diletakkan sebelum nama lembaga (lihat LAMPIRAN 2)
Halaman pengesahan (lihat LAMPIRAN 3).
Isi Naskah (lihat LAMPIRAN 4):
-
font 14 bold spasi 1 untuk judul Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
149
-
font 11 bold untuk nama penulis di bawah judul
-
font 11, spasi 1 untuk nama lembaga di bawah nama penulis
-
font 12 bold untuk subjudul
-
font 11 untuk isi abstrak
-
font 12 untuk isi naskah
-
font 11 bold untuk judul tabel/gambar/grafik
-
font 10 untuk isi tabel
-
font 9 untuk keterangan tabel/gambar/grafik
e) Spasi:
-
Isi abstrak ditulis dengan spasi 1
-
Isi naskah ditulis dengan spasi 2 atau 1,5 (bila jumlah halamannya banyak)
-
Jarak antara Sub judul dan teks pertama isi naskah adalah 2 spasi
-
Tiap alinea teks isi naskah diketik menjorok ke dalam sejauh lima ketukan
(kecuali pada paragraf pertama yang diketik sejajar sub judul)
f)
-
Jarak antara baris akhir teks dan sub judul berikutnya adalah 4 spasi
-
Jarak antara teks dan tabel/gambar/grafik adalah 3 spasi
Jumlah halaman minimal 15 halaman, maksimal 25 lembar.
g) Penomoran halaman:
-
Halaman judul dan halaman pengesahan tidak diberikan nomor halaman
-
Halaman abstrak dan halaman bagian inti (Pendahuluan sampai dengan
daftar pustaka) menggunakan angka arab (1, 2, dst)
-
Halaman abstrak diletakan pada bagian bawah dan tengah halaman.
-
Halaman berikutnya diletakkan pada pojok kanan atas
-
Penulisan sub judul tidak memakai penomoran
h) Artikel dikumpulkan dalam bentuk Hardcopy (3 berkas artikel asli) dan Softcopy
(CD).
Judul
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
150
a) Judul artikel bersifat ringkas, informatif,
sepintas
langsung dimengerti isinya,
dan deskriftif. Sekali dibaca secara
segera dipahami maksudnya,
dan
ditangkap keseluruhan maknanya
b) Judul merupakan „jiwa‟, „semangat‟, dan „citra‟ keseluruhan isi artikel ilmiah
c)
Apabila merupakan hasil penelitian, semua variabel harus tercantum dalam
judul
d) Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 14 (kecuali Judul bahasa Inggris)
e) Tidak Memakai subjudul
f)
Judul tidak mengandung singkatan atau formula kimia
g) Judul ditulis dengan huruf besar (kapital), istilah bahasa asing ditulis dengan
huruf miring (italic)
Abstrak dan Kata Kunci
a) Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
b) Abstrak dalam bahasa Indonesia ditulis pertama diikuti abstrak Bahasa Inggris
c)
Abstrak bersifat konsisten dengan isi artikel.
d) Abstrak secara bertaat asas selalu disusun dalam satu paragraf
e) Abstrak ditulis dalam jarak 1 spasi dengan jumlah kata tidak lebih dari 200 kata
untuk abstrak bahasa indonesia dan 250 kata untuk abstrak bahasa inggris.
f)
Simpulan: sesuai judul dan tujuan
g) Akronim atau singkatan harus didefinisikan pada saat pertama kali disebutkan
h) Pada bagian akhir abstrak dilengkapi kata kunci: 3–6kata yang disusun
berdasarkan abjad
Teks artikel
a) Harus mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
b) Paragraf tidak boleh terlampau panjang
c)
Besar huruf: Sub judul 12 Bold, isi 12
d) Disusun menurut urutan sub judul: Pendahuluan, metode, hasil, pembahasan,
dan daftar pustaka
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
151
e) Semua isi artikel harus relevan dengan judul
f)
Isi artikel harus menjawab semua pertanyaan dalam judul
g) Semua informasi: harus benar, penting, berdasarkan fakta/pendapat para ahli/
organisasi yang memiliki reputasi yang baik, dan logis.
Tabel
a) Tabel disusun berurutan sesuai keterangan di dalam teks.
b) Setiap tabel diberi judul singkat dan jelas, sehingga setiap tabel dapat
dipandang berdiri sendiri.
c)
Judul tabel diletakkan di atas tabel
d) Judul grafik dan ganbar diletakkan di bawahnya
e) Tempatkan penjelasan dan singkatan pada keterangan tabel
f)
Gambar atau ilustrasi dari suatu sumber harus mencantumkan sumbernya pada
bagian bawah gambar/ilustrasi
g) Tidak menggunakan garis horizontal dalam tabel, tidak menggunakan garis
vertikal.
Gambar/foto
a) Judul gambar atau foto diletakkan di bawahnya
b) Bila gambar/ foto yang mungkin dapat dikenali harus disertai izin tertulis.
c)
Gambar yang pernah dipublikasikan harus diberi acuan.
d) Gambar/foto harus diberi nomor urut sesuai pemunculan dalam teks.
Daftar Pustaka
a) Rujukan ditulis sesuai aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai
dengan pemunculan dalam artikel, bukan menurut abjad.
b) Cantumkan nama penulis maksimal 6 orang, apabila lebih, tulis nama 6 orang
pertama, selanjutnya dkk.
c)
Jumlah rujukan adalah minimal 10 buku dari terbitan 5 tahun terakhir.
Contoh penulisan daftar pustaka:
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
152
Jurnal
Artikel Standar
Ramsey BW, Banks-Schlegel S, Accurso FJ, Boucher RC, Cutting GR, Engelhardt JF,
dkk. Future directions in early cystic fibrosis lung disease research: an NHLBI
workshop report. Am J Respir Crit Care Med. 2012 Apr 15;185(8):887–92.
Volume dengan Supplemen
Hogan DR, Salomon JA. Spline-based modelling of trends in the force of HIV
infection, with application to the UNAIDS Estimation and Projection Package. Sex
Transm Infect. 2012 Dec;88 Suppl 2:i52–7.
Edisi dengan Suplemen
Offley SC, Coyne E, Horodyski M, Rubery PT, Zeidman SM, Rechtine GR. Randomized
trial demonstrates that extended-release epidural morphine may provide safe pain
control for lumbar surgery patients. Surg Neurol Int. 2013 Mar 22;4(Suppl 2):S51–7.
Buku dan Monograf Lain
Hensley FA, Jr., Martin DE, Gravlee GP. A practical approach to cardiac anesthesia.
Edisi ke-5. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer; 2013.
Bab dalam Buku
Woods, K. Abdominal trauma. Dalam: Kiwon Lee, K, penyunting. The neuro ICU
book. China: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2012. hlm. 468–81.
Makalah dalam Konferensi
Ruli H. Sitanggang. SvO2 monitoring (mixed venous oxygen saturation). Dalam:
Indonesian Society of Anesthesiologists and Reanimation (IDSAI) West Java,
penyunting. Indonesian Society of Anesthesiologists and Reanimation (IDSAI) West
Java. The 5th Indonesia Symposium of Pediatric Anesthesia and Critical Care; 2010
Mei 14–15; Bandung, Indonesia. Bandung; 2010. hlm. 7–12.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
153
Prosiding Konferensi
Indonesian Society of Anesthesiologists and Reanimation (IDSAI) West Java.
Proceedings of the 5th Indonesia Symposium of Pediatric Anesthesia and Critical
Care; 2010 Mei 14–5; Bandung. Indonesia. Indonesia: IDSAI; 2010.
Disertasi
TT Maskoen. Peran polimorfisme G972A gen IRS-1 terhadap peningkatan kadar
IGFBP-1 dan risiko kematian pada penderita sepsis berat dengan hiperglikemia
[disertasi]. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2009.
Materi Elektronik
Artikel Jurnal dalam Format Elektronik
Reddy VS, Chiruvella S. Clonidine versus tramadol for post spinal shivering during
caesarean section: a randomized double blind clinical study. Journal of Obstetric
Anaesthesia and Critical Care [Online Journal] 2013 [diunduh 17 Januari 2013].
Tersedia dari: http://www.joacc.com.
12.2 Petunjuk Khusus
Naskah laporan kasus ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
1.
Judul bahasa Indonesia
2.
Nama dan lembaga penulis
3.
Abstrak dan kata kunci (bahasa Indonesia)
4.
Judul bahasa Inggris
5.
Abstrak dan kata kunci (bahasa Inggris)
6.
Pendahuluan
7.
Deskripsi kasus
8.
Pembahasan
9.
Kesimpulan
10. Daftar pustaka
Judul
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
154
a) Judul tulisan dibuat singkat dan jelas, deskriptif, dan menarik.
b) Judul sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 12 kata (selain kata sambung dan
penghubung).
c)
Hindari singkatan pada judul.
Nama dan Lembaga Penulis
a) Nama penulis ditulis di bawah judul.
b) Nama ditulis lengkap dengan urutan nama depan, nama tengah, nama
keluarga.
c)
Nama penulis tidak perlu disertai gelar akademik.
d) Lembaga penulis ditulis di bawah nama penulis.
Abstrak
a) Abstrak dibuat dalam bentuk satu paragraf (tidak terstruktur) berupa narasi.
b) Ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimal 200 kata) dan bahasa Inggris
(maksimal 250 kata).
c)
Abstrak bahasa Indonesia mengikuti abstrak bahasa Inggris.
d) Abstrak bahasa Inggris dimulai dengan mengulang judul dalam bahas Inggris
tanpa diikuti nama penulis dan lembaga.
e) Abstrak bahasa Inggris tidak dicetak miring.
f)
Abstrak terdiri atas pendahuluan (latar belakang dan tujuan), deskripsi kasus
(termasuk tempat dan waktu), diskusi, dan kesimpulan.
g) Kata kunci terletak di bawah abstrak terpisah oleh spasi berisikan 3-5 kata kunci
atau frasa singkat dan ditulis berdasarkan abjad.
Pendahuluan
a) Pendahuluan ditulis ringkas serta dapat menarik perhatian dan minat pembaca.
b) Sampaikan latar belakang melaporkan kasus tersebut.
c)
Ungkapkan pentingnya kasus tersebut dan alasan/tujuan dilaporkan.
d) Kemukakan literatur yang berkaitan dengan kasus yang dilaporkan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
155
e) Tinjauan literatur akan membantu memahami konteks dari kasus yang
dilaporkan dalam kaitan dengan data yang dipublikasikan sebelumnya (misalkan
insiden penyakit dan jumlah kasus).
f)
Tinjauan literatur tidak perlu terlalu banyak.
g) Informasi dari literatur dibatasi hanya untuk mengenalkan pembaca pada topik
kasus yang dilaporkan.
h) Pendahuluan sebaiknya tidak lebih dari tiga paragraf.
Deskripsi Kasus
a) Disampaikan dalam bentuk naratif dan harus menarik untuk dibaca.
b) Disampaikan secara kronologis sejak pertamakali kasus diperiksa mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang, konsultasi dengan disiplin
ilmu bagian lain, perkembangan harian dan seterusnya sampai dengan
penatalaksanaan dan hasil akhir.
c)
Setiap bagian tersebut di atas disampaikan dalam paragraf terpisah.
d) Sampaikan hanya data-data yang relevan dengan kasus yang disampaikan.
e) Identitas dan gambar pasien harus disamarkan.
f)
Nama obat yang digunakan dalam deskripsi kasus disampaikan dalam nama
generik, bila merek obat perlu dicantumkan maka nama merek dan produsennya
dicantumkan dalam tanda kurung mengikuti penulisan nama generik.
Pembahasan
a) Pembahasan/diskusi bukan kumpulan materi TINJAUAN PUSTAKA!
b) Diskusi difokuskan membahas permasalahan yang diangkat pada kasus yang
telah dideskripsikan dengan didukung literatur.
c)
Berisi penjelasan tentang segala sesuatu yang belum jelas dalam deskripsi kasus.
d) Memberikan interpretasi dari penemuan-penemuan yang didapatkan.
e) Mengintegrasikan deskripsi kasus ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah
mapan.
f)
Harus mencantumkan rujukan (hati-hati plagiarisme).
g) Perjelas setiap poin penting yang tidak dapat dijelaskan pada deskripsi kasus.
h) Perkuat pesan yang ingin disampaikan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
156
i)
Sampaikan informasi dari literatur mengenai kondisi atau gambaran klinis mulai
dari anamnesis dan seterusnya yang berhubungan dengan kasus.
j)
Dapat dibandingkan antara kasus yang dilaporkan dengan kasus lain yang
relevan.
k) Kemukakan
penyebab
kondisi
yang
dilaporkan
dan
bagaimana
hal ini
memengaruhi outcome pada pasien.
l)
Sampaikan rekomendasi untuk tatalaksana pasien di masa yang akan datang.
m) Kemukakan pelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman kasus tersebut.
Simpulan
a) Simpulan bukan merupakan ringkasan kasus yang dilaporkan.
b) Simpulan menekankan pada poin pembelajaran dari kasus yang dilaporkan dan
implikasi praktisnya.
c)
Harus sesuai dengan tujuan melaporkan kasus.
d) Dibuat dalam satu atau dua paragraf.
12.3 Sistematika dan Format PenulisanTinjauan Pustaka
Naskah tinjauan pustaka ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
1.
Judul bahasa Indonesia
2.
Nama dan lembaga penulis
3.
Abstrak dan kata kunci (bahasa Indonesia)
4.
Judul bahasa Inggris
5.
Abstrak dan kata kunci (bahasa Inggris)
6.
Pendahuluan
7.
Pembahasan
8.
Simpulan
9.
Daftar pustaka
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
157
Judul
a) Judul tulisan dibuat singkat dan jelas, deskriptif, dan menarik.
b) Judul sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 12 kata (selain kata sambung dan
penghubung).
c)
Hindari singkatan pada judul.
Nama dan Lembaga Penulis
a) Nama penulis ditulis di bawah judul.
b) Nama ditulis lengkap dengan urutan nama depan, nama tengah, nama keluarga.
c)
Nama penulis tidak perlu disertai gelar akademik.
d) Lembaga penulis ditulis di bawah nama penulis.
Abstrak
a) Dibuat dalam bentuk satu paragraf (tidak terstruktur) berbentuk narasi.
b) Ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimal 200 kata) dan bahasa Inggris
(maksimal 250 kata).
c)
Abstrak bahasa Indonesia mengikuti abstrak bahasa Inggris.
d) Abstrak bahasa Inggris dimulai dengan mengulang judul dalam bahas Inggris
tanpa diikuti nama penulis dan lembaga.
e) Abstrak bahasa Inggris tidak dicetak miring.
f)
Abstrak berisikan pendahuluan, pembahasan dan simpulan.
g) Kata kunci terletak di bawah abstrak terpisah oleh spasi berisikan 3-5 kata kunci
atau frasa singkat dan ditulis berdasarkan abjad.
Pendahuluan
a) Merupakan pengantar untuk mengenalkan topik yang akan dibahas pada
pembaca.
b) Meliputi gambaran umum tentang topik yang ditulis.
c)
Sampaikan latar belakang dan alasan menulis topik tersebut.
d) Ungkapkan makna penting dan menariknya topik tersebut untuk dibahas dalam
konteks ilmu pengetahuan ataupun praktek klinis.
e) Kemukakan tujuan atau pertanyaan yang akan dijawab melalui penulisan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
158
f)
Pendahuluan hendaknya dikemukakan tidak lebih dari satu halaman.
Pembahasan
a) Berisikan
rangkuman
berbagai daftar
pustaka yang umumnya langsung
didiskusikan.
b) Harus mencantumkan rujukan (hati-hati plagiarisme).
c)
Kerangka tulisan dalam pembahasan disesuaikan dengan pokok bahasan.
d) Uraikan konsep-konsep yang relevan dengan topik yang dibahas.
e) Penulis harus mampu mengkaji masalah yang dibahas dan menilai dengan kritis
menggunakan pustaka terkini.
f)
Kemukakan sudut pandang alternatif pada topik yang dibahas.
Simpulan
a) Berisi jawaban atas tujuan yang telah dikemukakan dalam pendahuluan.
b) Harus konsisten dengan analisis permasalahan dalam pembahasan.
12.4 Sistematika dan Format PenulisanRingkasan Penelitian
Naskah laporan kasus ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
1.
Judul bahasa Indonesia
2.
Nama dan lembaga penulis
3.
Abstrak dan kata kunci (bahasa Indonesia)
4.
Judul bahasa Inggris
5.
Abstrak dan kata kunci (bahasa Inggris)
6.
Pendahuluan
7.
Deskripsi kasus
8.
Diskusi
9.
Kesimpulan
10. Daftar pustaka
Judul
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
159
a) Judul tulisan dibuat singkat dan jelas, deskriptif, dan menarik.
b) Judul sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 14 kata (selain kata sambung dan
penghubung).
c)
Huruf kapital hanya di awal kata (kata penghubung tidak menggunakan huruf
kapital).
d) Hindari singkatan formula kimia.
e) Tempat dan waktu penelitian hanya disertakan bila penelitian khas untuk tempat
dan waktu tersebut (biasanya pada penelitian deskriptif).
Nama dan Lembaga Penulis
a) Nama penulis ditulis di bawah judul.
b) Nama ditulis lengkap dengan urutan nama depan, nama tengah, nama keluarga.
c)
Nama penulis tidak perlu disertai gelar akademik.
d) Lembaga penulis ditulis di bawah nama penulis.
Abstrak
a) Dibuat dalam bentuk satu paragraf (tidak terstruktur) berbentuk narasi.
b) Ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimal 200 kata) dan bahasa Inggris
(maksimal 250 kata).
c)
Abstrak bahasa Indonesia diikuti abstrak bahasa Inggris.
d) Abstrak bahasa Inggris dimulai dengan judul dalam bahas Inggris tanpa diikuti
nama penulis dan lembaga.
e) Abstrak bahasa Inggris tidak dicetak miring.
f)
Dianjurkan untuk memakai kalimat aktif.
g) Abstrak
berisikan
ringkasan
komponen
naskah
utama
yang
meliputi
pendahuluan, metode, hasil dan diskusi.
h) Pendahuluan berisikan latar belakang dan tujuan penelitian.
i)
Metode berisikan desain penelitian, waktu dan tempat penelitian.
j)
Hasil menguraikan hasil analisis ringkas.
k) Simpulan harus sesuai judul dan tujuan penelitian.
l)
Kata kunci terletak di bawah abstrak terpisah oleh spasi berisikan 3-5 kata kunci
atau frasa singkat dan ditulis berdasarkan abjad.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
160
Pendahuluan
a) Menguraikan latar belakang dan tujuan penelitian (tidak disusun dalam sub
judul lagi, cukup dituangkan dalam paragraf).
b) Jumlah maksimal 20% dari seluruh artikel.
c)
Pendahuluan harus bisa mengantarkan pembaca untuk memahami dan sejalan
dengan ide penulis bahwa penelitian yang dilakukan adalah perlu dan beralasan.
d) Bagian pertama berisi latar belakang penelitian:
e) latar belakang situasi dan latar belakang kondisi termasuk fakta-fakta yang
relevan untuk menyatakan signifikansi dari masalah.
f)
Sedapat mungkin disertai data-data epidemiologi kondisi, prevalensi, insiden,
atau seberapa sering masalah tersebut ditemukan
g) Bagian kedua menyatakan pentingnya masalah sehingga harus diteliti yang
didukung literatur terkini dan relevan.
h) Kemukakan apa yang telah diketahui dan belum diketahui dari penelitian
sebelumnya, tetapi tidak secara rinci.
i)
Bila rincian dari literatur dianggap penting, dapat dikemukakan dalam
pembahasan
j)
Bagian terakhir menyatakan tujuan penelitian.
Metode
a) Sebutkan
desain/rancangan/jenis
penelitian
beserta
tempat
dan
waktu
penelitian.
b) Jelaskan seleksi subjek penelitian, termasuk kriteria inklusi, eksklusi, dan
pengeluaran
c)
Sebutkan tempat dan waktu penelitian.
d) Jelaskan besar sampel, jumlah kelompok perlakuan, dan teknik pengumpulan
data/ sampling method yang dipakai.
e) Jelaskan protokol/tata cara penelitian secara singkat dan jelas.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
161
f)
Jelaskan metode statistik yang digunakan untuk analisis data dan program
komputer yang digunakan.
Hasil
a) Menyampaikan hasil utama penelitian tanpa menafsirkan artinya (tidak perlu
diberi ulasan, komentar, dan lain-lain), namun demikian perlu diberi kalimat
pengantar agar terdapat alur yang mudah diikuti.
b) Harus sesuai dengan tujuan penelitian (pertanyaan-pertanyan penelitian).
c)
Kemukakan hasil dengan urutan yang logis. Penyajian dimulai dengan
karakteristik sampel penelitian diikuti dengan data utama penelitian.
d) Dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar atau naratif tekstual.
e) Narasi hasil dan analisis statistik ditulis mendahului tabel/grafik dan hanya
menyatakan intisari tabel/grafik (tidak mengulang setiap informasi yang telah
disajikan dalam tabel/grafik/gambar).
f)
Hindari pengulangan hal-hal yang telah disajikan dalam tabel atau gambar,
melainkan menyebutkan sebagian di antaranya untuk memberi penekanan.
g) Narasi berisikan klarifikasi terhadap informasi hasil di dalam tabel/grafik.
h) Maksimal tabel, gambar, dan atau grafik adalah 6 buah dan harus relevan
dengan hasil.
i)
Untuk setiap hasil penelitian
harus
dicantumkan
analisis
statistik yang
digunakan.
Pembahasan
a) Proporsi lebih banyak dari pendahuluan.
b) Mengungkapkan, menjelaskan, dan membahas apa yang telah dikemukakan
dalam hasil.
c)
Memberikan
penjelasan/interpretasi/analisis
secara
teoritis
menggunakan
literatur terkini terhadap hasil penelitian yang diperoleh.
d) Harus mencantumkan rujukan (hati-hati plagiarisme).
e) Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang
telah mapan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
162
f)
Tidak mengulang setiap data yang telah disajikan dalam hasil secara rinci,
kecuali untuk menekankan hal-hal penting atau sebagai pengantar diskusi.
g) Tidak mencantumkan lagi tabel dan gambar.
h) Tidak mengulang metode penelitian yang dilakukan.
i)
Bahas arti kemaknaan statistik, tidak hanya menyatakan ada atau tidak ada
perbedaan bermakna.
j)
Bandingkan hasil penelitian dengan penelitian terkini yang relevan, tunjukkan
persamaan dan perbedaannya.
k) Bila ada ketidaksesuaian dengan penelitian lainnya, jelaskan mengapa hasil
penelitian berbeda dengan penelitian sejenis.
l)
Tunjukkan aspek baru dari penelitian.
m) Sampaikan implikasi teoritis dan praktis hasil penelitian.
n) Sampaikan
generalisasi
hasil
penelitian
pada
populasi
nyata
beserta
keterbatasannya.
o) Bahas kekuatan dan kelemahan/keterbatasan penelitian.
Simpulan
a) Simpulan berisi rangkuman keseluruhan artikel.
b) Harus ada kesesuaian dengan judul, tujuan, hasil dan simpulan penelitian.
c)
Tidak lagi mencantumkan hasil statistik penelitian.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
163
LAMPIRAN I: Halaman Sampul
PERBANDINGAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT 8,4% PADA LIDOKAIN 2% DENGAN
LIDOKAIN 2%UNTUK MENGURANGI NYERI SAAT INFILTRASIANESTESI LOKAL
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
COMPARISON ADDITION OF SODIUM BICARBONATE 8.4% TO LIDOCAINE 2% WITH LIDOCAINE 2%
TO REDUCE PAIN WHEN LOCAL ANAESTHESIA INFILTRATION
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
Oleh:
Doni Arief Rahmansyah
130121090013
(Huruf Times New Roman, bold, font 12)
RINGKASAN TESIS
(Huruf Times New Roman, bold, font 12)
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi
Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
(Huruf Times New Roman, bold, font 10)
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
164
LAMPIRAN II: Halaman judul bagian dalam
PERBANDINGAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT 8,4% PADA LIDOKAIN 2% DENGAN
LIDOKAIN 2%UNTUK MENGURANGI NYERI SAAT INFILTRASIANESTESI LOKAL
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
COMPARISON ADDITION OF SODIUM BICARBONATE 8.4% TO LIDOCAINE 2% WITH LIDOCAINE 2%
TO REDUCE PAIN WHEN LOCAL ANAESTHESIA INFILTRATION
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
Oleh:
Doni Arief Rahmansyah
130121090013
(Huruf Times New Roman, bold, font 12)
RINGKASAN TESIS
(Huruf Times New Roman, bold, font 12)
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi
Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
(Huruf Times New Roman, bold, font 10)
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
165
LAMPIRAN 3: Halaman Pengesahan
PERBANDINGAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT 8,4% PADA LIDOKAIN 2% DENGAN
LIDOKAIN 2%UNTUK MENGURANGI NYERI SAAT INFILTRASIANESTESI LOKAL
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
COMPARISON ADDITION OF SODIUM BICARBONATE 8.4% TO LIDOCAINE 2% WITH LIDOCAINE 2%
TO REDUCE PAIN WHEN LOCAL ANAESTHESIA INFILTRATION
(Huruf Times New Roman, bold, font 14)
Oleh:
Doni Arief Rahmansyah
130121090013
(Huruf Times New Roman, bold, font 12)
RINGKASAN TESIS
(Huruf Times New Roman, bold, font 12)
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi
Program Pendidikan Dokter Spesialis I studi ini
Telah disetujui oleh tim pembimbing pada tanggal
Seperti tertera di bawah ini
(Huruf Times New Roman, bold, font 10)
Bandung, Oktober 2013
(Huruf Times New Roman, bold, font 10)
..............................................
............................................
Ketua Tim Pembimbing
Anggota Tim Pembimbing
(Huruf Times New Roman, bold, font 10)
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
166
LAMPIRAN 4: Isi Naskah
Perbandingan Efektivitas Anestesi Spinal Menggunakan
Bupivakain Isobarik dengan Bupivakain Hiperbarik pada
Pasien yang Menjalani Operasi Abdomen Bagian Bawah
2 spasi
1
2
2
Jeffry F. Longdong, Ike Sri Redjeki, A. Himendra Wargahadibrata
1
Rumah Sakit Tentara Tingkat IV Singkawang Kalimantan Barat,
2
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
Abstrak
2 spasi
12
Jarak
baris 1
spasi
besar
huruf 14
bold
Jarak baris
1 spasi
besar
huruf 11
2 spasi
Penyebaran obat anestesi lokal pada anestesi spinal sangat ditentukan oleh barisitas obat
anestesi lokal dan posisi pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbandingan anestesi spinal menggunakan bupivakain 0,5% isobarik hiperbarik
terhadap lama kerja blokade sensoris dan tinggi blokade sensoris pada operasi abdomen
bagian bawah. Penelitian eksperimental secara randomized control trial (RCT) pada 40
pasien dengan status fisik ASA I–II, usia 17–60 tahun yang menjalani operasi abdomen
Jarak baris
1
bagian
bawah di ruang operasi bedah sentral Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
spasi besar
pada bulan Januari sampai April 2011. Pasien dibagi dalam kelompok isobarik dan
huruf 11
kelompok hiperbarik. Tinggi blokade sensoris, lama kerja blokade sensoris dicatat dan
dilakukan uji statistik dengan student t-test, chi-kuadrat. Dari hasil penelitian
didapatkan lama kerja blokade sensoris pada kelompok isobarik lebih panjang
dibandingkan dengan kelompok hiperbarik (242,4 menit SB 28,04 vs 132,95 menit SB
11,33) dengan perbedaan yang bermakna (p<0,001). Tinggi blokade sensoris pada
kelompok isobarik lebih rendah dibandingkan dengan bupivakain kelompok hiperbarik.
Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bupivakain isobarik mempunyai penyebaran
lebih rendah dan lama kerja lebih panjang.
2 spasi
Kata kunci: Abdomen bagian bawah, analgesia spinal, barisitas ,bupivakain, obat
anestesi lokal, teknik anestesi
2 spasi
Effectivity of Spinal Anaesthesia Using Isobaric Bupivacaine and
Hyperbaric Bupivacaine on Patients Undergoing Lower
Abdominal Surgery
Abstract
Halaman
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
167
Distribution of local anesthetics in spinal anesthesia is most determined by baricity and
position. The study was conducted to explore the comparison of effect between spinal
anesthesia technique using 0.5% isobaric bupivacaine
with 0.5% hyperbaric
bupivacaine on duration and level of sensory blocking action in lower abdominal
surgery. This experimental study was conducted using randomized control trial (RCT)
in 40 patients with physical ASA I–II status, aged 17–60 years, who underwent lower
abdominal surgery in central operating theatre Dr. Hasan Sadikin Hospital-Bandung
within January to April 2011. The patients were divided into two groups, the
hyperbaric group and the isobaric group. The recording included sensory blocking
level, sensory blocking duration, and statistical analysis using Student t-test and chisquare test. Based on the study results, sensory blocking duration in isobaric group was
longer very significantly than that in hyperbaric group (242.4 [28.04] vs 132.95 [11.33]
minutes, p<0.001). Sensory blocking levels in isobaric group were lower than those in
hyperbaric group. The conlusion of the study indicates that isobaric bupivacaine has
lesser distribution and longer duration of action.
Key words: Anesthesia technique, baricity, bupivacaine, local anesthetics,
lowerabdomen, spinal analgesia
4 spasi
Pendahuluan
12 bold
Berbagai teknik anestesi telah dikembangkan ................. anestesi regional dan lokal
yang ideal sangat penting untuk mendapatkan hasil memuaskan dan aman. 1
Anestesi spinal adalah analgesia regional dengan menghambat sel saraf di dalam ruang
subaraknoidoleh
........................................................................................................................
durasi
operasi yang akan dilakukan.2
Jarak
spasi 2
besar
huruf 12
4 spasi
Subjek dan Metode
12 bold
2 spasi
Subjek penelitian adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Halaman
Bandung pada ............................. dari 120 menit sehingga pasien mulai
merasakan nyeri, dan terjadi efek samping yang tidak dapat diatasi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
168
Besar sampel ditentukan memakai rumus beda dua proporsi efektivitas dua
tindakan,dengan.......................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
...............................................................................................................
untuk
setiap kelompok sebanyak 20 subjek.
4 spasi
Hasil
12 bold
2 spasi
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan independent T-testpada derajat
kepercayaan95%,.....................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Halama
.................................................................................................................................
Halaman
.................................................................................................................................
........................... diperbandingkan (Tabel 1).
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
3 spasi
169
11
Tabel 1 Perbandingan Karakteristik Umum Subjek Penelitian
Anestesi Lokal
Karakteristik
Jarak
spasi
1
besar
huruf
10
Bupivakain 0,5% Hiperbarik
15 mg (n=20)
3 spasi
n
SB
37,20
11,89
Usia (tahun)
Keterangan:*) Uji-t
n
Rata-rata
31,00
SB
11,1
4
bold
0,097*)
0,337**)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Berat badan
Tinggi badan
BMI
9
Rata-rata
Nilai p
Bupivakain 0,5% Isobarik
(n=20)
10
10
13
7
55,90
158,90
21,87
* *)
5,88
5,37
1,61
56,80
159,40
22,35
5,95
6,52
1,84
0,633*)
0,793*)
0,386*)
uji chi-kuadrat
3 spasi
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
...................................................................................................................(Gambar
1)
3 spasi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
170
Gambar 1 Perbandingan Nilai BIS antara Profopol TCI dan MCI yang Diukur
pada Berbagai Waktu Pengamatan
Jarak spasi
1 besar
huruf 11
Bold
12.5 Sistematika dan Format PenulisanTesis dan Disertasi
Disarikan dari Pedoman Penulisan Tesis/Disertasi Unpad
Tahun Akademik 2012/2013
Hal
Keterangan
Tajuk
Tiap tajuk diketik pada halamam baru dengan hurup
kapital dan tebal (bold) serta ditempatkan ditengah.
Yang dimaksud tajuk adalah:
PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMBANG
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
171
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
BAB III METODE
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Bahan yang digunakan
Kertas HVS putih 80 gr, A4. Antara bab diberi pembatas
warna kuning muda atau hijau muda.
Pengetikan
Marjin atas dan kiri 4 cm dari tepi kertas.
Marjin kanan dan bawah 3 cm dari tepi kertas.
Pengetikan hanya pada 1 muka kertas, tidak bolak-balik
Font 12 untuk isi naskah.
Spasi
Jarak antara baris adalah 2 spasi (kecuali abstrak 1 spasi).
Jarak antara penunjuk bab (misalnya BAB I) dengan tajuk
bab. (misalnya PENDAHULUAN) adalah 2 spasi.
Jarak antara judul bab (misalnya BAB I PENDAHULUAN)
dengan tajuk sub bab (misalnya I.1 Latar Belakang
Penelitian) adalah 4 spasi.
Jarak antara Latar Belakang Penelitian dengan baris
pertama teks adalah 2 spasi.
Tiap alinea teks isi naskah masuk 5 ketukan.
Jarak antara baris akhir teks dengan tajuk sub bab
berikutnya adalah 4 spasi.
Jarak antara teks dengan tabel, gambar, grafik, atau
diagram adalah 3 spasi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
172
Petunjuk bab dan tajuk bab selalu diketik pada halaman
baru (jadi BAB I, BAB II, BAB III dst diketik di halaman
baru).
Cover
Soft cover, untuk Disertasi warna kuning, untuk Tesis
warna hitam.
Judul bahasa Indonesia: maksimal 24 kata, 14 font, tebal
Judul bahasa Inggris: hanya untuk Disertasi, dicetak
miring, tebal, 14 font
Disertasi: kanan atas ditulis J06
Font 12 dan tebal untuk nama penulis
Font 14 dan tebal untuk nama lembaga
Font 10 dan tebal untuk tulisan lain
Lambang Unpad diatas tulisan Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran Bandung..tahun (yang ditulis
dengan huruf kapital). Kata tahunnya tidak usah diketik,
misalnya cukup ditulis 2014
Lembar Pengesahan
Harus sudah ditandatangan semua Pembimbing/Promotor
sebelum dibagikan ke penguji.
Lembar Pernyataan
Ditandatangan diatas materai Rp 6000,-
Abstrak
Dalam bahasa Indonesia
Disusun berdasarkan Introduction, Method, Result, and
Discussion (IMRAD), 12 font, maksimal 500 kata
Diketik 1 spasi jarak antara ABSTRAK dengan teks pertama
abstrak adalah 4 spasi.
Jarak antara alinea satu dengan alinea lain adalah 1 spasi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
173
Abstract
Dalam bahasa Inggris
IMRAD, 12 font, maksimal 500 kata
Diketik 1 spasi jarak antara ABSTRAK dengan teks pertama
abstrak adalah 4 spasi.
Jarak antara alinea satu dengan alinea lain adalah 1 spasi
Dicetak miring
Penomoran BAB, anak
Penomoran Bab menggunakan angka Romawi kapital
Bab, dan Paragraf
ditengah halaman (misalnya BAB I).
Penomoran sub bab menggunakan angka Arab diketik
pada pinggir sebelah kiri (misalnya 2.1 dst)
Penomoran anak sub bab disesuaikan dengan nomor bab
(misalnya 2.1.1)
Penomoran bukan sub bab dilakukan dengan angka Arab
dan tanda kurung, misalnya 1), 2) dst. Untuk anak sub bab
bukan sub bab adalah (1), (2), dst.
Penomoran Halaman
Halaman Bagian Awal:
Penomoran mulai halaman judul dalam sampai Lampiran
menggunakan angka Romawi kecil (misalnya I, iii, iv dst)
Halaman judul dan halaman persetujuan
pembimbing/Promotor tidak diberi nomor
Halaman abstrak sampai Lampiran diberi nomor urut
halaman dengan angka Romawi kecil yang merupakan
kelanjutan dari halaman judul dan Persetujuan (iii, iv, dst)
Nomor halaman diketik sebelah kanan atas, dengan jarak
3 spasi dari kalimat baris pertama, dan lurus dengan
marjin kanan teks.
Halaman Bagian Inti:
Penomoran mulai BAB I sampai BAB V menggunakan
angka Arab (1,2, 3 dst).
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
174
Pada halaman tajuk (misalnya BAB I, BAB II dst)
penomoran diketik dibawah tengah dengan jarak 3 spasi
dari teks terakhir, halaman selanjutnya di kanan atas
dengan jarak 3 spasi dari teks baris pertama.
Halaman Bagian Akhir:
Mulai dari halaman Daftar Pustaka sampai dengan riwayat
hidup menggunakan angka Arab (1, 2 dst) diketik pada
marjin kanan atas, 3 spasi dari teks baris pertama.
Penomoran dari halaman bertajuk, mulai dari DAFTAR
PUSTAKA sampai dengan RIWAYAT HIDUP diketik
dibawah, ditengah-tengah.
Penomoran tsb merupakan kelanjutan dari Bagian Inti
Tesis/Disertasi.
Kode Disertasi
Diketik JO6 pada cover dan halaman judul dalam.
Kata Pengantar
Ucapan terimakasih pertama ke Rektor, lalu Direktur
Pasca Universitas, Dekan, Direktur Pasca Fakultas,
Pembimbing/promotor, penguji, dstnya. Tidak pakai
nomor urutan ucapan terimakasih.
Daftar Isi
Yang masuk Daftar Isi adalah tajuk-tajuk sesudah daftar
isi, disebelah kanannya ditulis halaman.
Daftar Tabel
disebelah kanannya ditulis halaman.
Daftar Gambar
disebelah kanannya ditulis halaman.
Daftar Singkatan
Ditulis alphabet, dari A ke Z.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
175
Daftar Lampiran
Ijin Komite Etik Penelitian
Informed concent
Perhitungan Statistik yang penting saja
Riwayat hidup (masukkan riwayat pendidikan dan
pekerjaan, karya ilmiah ditulis di majalah apa, presentasi
dimana, mengikuti seminar dimana. Publikasi di majalah
Nasional Terakreditasi dan atau Majalah Internasional
Terindeks).
Bab I Pendahuluan
Tajuk (BAB I PENDAHULUAN, ditulis pakai huruf kapital, 12
font, ditengah, bold).
Jarak dari tajuk ke Latar Belakang 4 spasi
Tulisan 12 font, time new Roman, 2 spasi, alinea baru 5
ketukan, nomor halaman dibawah taju ditulis ditengah
bawah. Halaman selanjutnya ditulis di kanan atas.
Latar Belakang Penelitian: huruf kapital hanya pada awal
kata, dibold.
Rumusan Masalah: kalimat tanya
Tujuan Penelitian: kalimat positif
Kegunaan Penelitian: Aspek Teoritis, Aspek Praktis
Jumlah Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian sama,
misalnya ada 3 rumusan masalah, maka ada 3 tujuan
penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka,
Tajuk diketik ditengah, huruf kapital, bold.
Kerangka Pemikiran,
Nomor halaman dibawah BAB dibawah, tengah.
Premis, Hipotesis
Selanjutnya di kanan atas.
Gambar atau tabel, ditulis Dikutip dari…atau Sumber:
nama penulisnya dan nomor kepustakaan.
Jumlah halaman kerangka pemikiran sesuai jumlah premis
Sebelum premis, dibuat gambar/konsep kerangka berfikir,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
176
yang dimulai dengan premis mayor, dan diakhiri dengan
hipotesis.
Premis: minimal 2, ditulis sumbernya darimana.
Hipotesis: jelaskan di deduksi atau induksi.
Bab III
Diakhiri dengan skema alur penelitian
Objek,Bahan/Subjek
dan Metode
Bab IV Hasil dan
Penulisan tabel dan gambar
Pembahasan
Judul tabel: 11 font*)
Badan Tabel: 10 font*)
Keterangan tabel 9 font*).
*) dari Panduan Penulisan Tesis/Disertasi FK Unpad 20092010
Jarak antara kata terakhir dengan judul tabel: 3 spasi
Jarak dari keterangan tabel ke awal kalimat: 3 spasi
Dibawah
setiap
tabel
harus
ada
kata-kata/kalimat
keterangan singkat tentang tabel/gambar tsb.
Setelah hasil ada uji hipotesis: ditulis ulang hipotesisnya,
lalu dibawahnya ada Argumentasi Penunjang (sebutkan
tabel berapa), lalu diakhiri Simpulan: hipotesis diterima
atau ditolak.
Pembahasan adalah membahas apa-apa yang ditemukan
dalam penelitian.
Setelah Pembahasan ada: Keterbatasan Penelitian.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
177
Bab V Simpulan dan
Simpulan Umum dan Simpulan Khusus
Saran
Simpulan Umum: sesuai dengan jumlah rumusan masalah
dan hipotesis. Kalau rumusan masalah ada 3, maka Tujuan
penelitian ada 3, Hipotesis ada 3, Simpulan umum ada 3.
Simpulan khusus: masukkan temuan lain
Saran: ambil dari Kegunaan Penelitian
Daftar Pustaka
Sistem Vancouver. Orang ke-7 baru ditulis et al
Barisan ke-2 masuk 5 ketukan
Lampiran
Dimulai dengan DALIL
Diteruskan dengan data dasar, perhitungan statistik,
persetujian komite etik, riwayat hidup penulis.
Meneruskan
nomor
halamannya
dari
nomor
daftar
Pustaka.
Halaman pada tajuk, dibawah tengah, selanjutnya di
kanan atas.
DALIL
Hanya untuk Disertasi
Dibuat 7 buah: 2 buah (biasanya No 1 dan 2) berkaitan
dengan disertasinya.
2 buah (biasanya No 3 dan 4) berkaitan dengan disiplin
ilmu yang digelutinya.
2 buah (biasanya No 6 dan 7) berkaitan dengan disiplin
ilmu diluar yang digelutinya.
1 buah (biasanya No 5) berkaitan dengan pendidikan.
Lain-lain
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
178
1.
Sidang UP dihadiri Tim promotor, penguji Unpad, penguji dari luar Unpad, lama
presentasi 20
menit,
promovendus
pakai baju
lengan
panjang berdasi
(perempuan menyesuaikan).
2.
Lama presentasi Seminar Hasil dan Ujian Naskah Disertasi (UND) 20 menit
3.
Lama presentasi Sidang Terbuka (Ujian Disertasi/UD) 10 menit. Slidenya hanya 3
buah (judul, diagram konsep kerangka berpikir, Simpulan).
4.
Saat Seminar Hasil: hanya dihadiri oleh tim promotor, baju bebas, sopan. Ada
surat dari KPS S3 untuk mengadakan Seminar Hasil.
5.
Saat UND: dihadiri Dekan dan penguji, Promovendus pakai baju lengan panjang
berdasi (perempuan menyesuaikan), Penguji pakai baju batik/lengan panjang
berdasi/jas dokter. Mutlak harus ada penguji dari luar Unpad dan representatif
Guru Besar. Ada surat undangan UND dari KPS S3.
6.
Saat
UD:
dihadiri
Rektor
(diwakili
Direktur
Pascasarjana
Universitas),
promovendus pakai jas hitam/gelap berdasi (perempuan menyesuaikan), Para
penguji pakai Toga dan baret. Mutlak harus ada penguji dari luar Unpad dan
representatif Guru Besar. Promovendus harus menyiapkan Ringkasan Disertasi
yang akan dibagikan kepada para tamu undangan. Ada surat undangan UD dari
Direktur Pascasarjana Unpad.
7.
Persyaratan UND: Naskah Disertasi yang sudah disetujui tim promotor, bukti 2
hibah, bukti 2 kali presentasi di forum Nasional, bukti 2 tulisan di majalah
Nasional terakreditasi.
Lampiran
Judul:
•
Judul merupakan identitas atau cermin dari keseluruhan isi dan proses kegiatan
penelitian yang akan dilakukan.
•
Judul perlu dinyatakan dengan menggunakan kata-kata yang jelas, singkat, dan
ekspresif, kalimat yang sederhana, kalau perlu dapat dibuat sub-judul.
•
Terdiri dari 2 variabel yang berkaitan: variabel bebas berkaitan dengan variabel
terikat.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
179
•
Judul akan merupakan alur yang berkesinambungan dengan Tema sentral,
Rumusan Masalah, Tujuan, dan Hipotesa.
•
Tidak menggunakan singkatan, kecuali yang baku (Hb, tapi SJO2?).
Contoh:
Penentuan Jugular Bulb Oxygen Saturation (SJO 2) sebagai indikator
utama proteksi otak pada teknik anestesi untuk cedera Otak.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian
•
Pertama kali tentukan masalahnya.
•
Tidak semua masalah kesehatan dapat dikembangkan menjadi penelitian.
•
Syarat masalah dapat diangkat jadi penelitian: kemampulaksanaan, menarik,
memberikan sesuatu yang baru, etis, serta relevan FINER (Feasible,
Interesting, Novel, Ethical, Relevant)
Feasible
•
Tersedia subjek penelitian
•
Tersedia dana
•
Tersedia waktu
•
Tersedia alat
•
Tersedia keahlian
Interesting, Novel, Ethical, Relevant
•
Interesting: Masalah hendaknya menarik bagi peneliti.
•
Novel: membantah atau mengkonfirmasi penelitian terdahulu, melengkapimengembangkan hasil penelitian terdahulu, menemukan sesuatu yang
baruorisinalitas.
•
Ethical: tidak bertentangan dengan etikaharus ada persetujuan Komisi
Etika Medis
•
Relevant: dg kemajuan ilmu, untuk tata- laksana pasien, dasar penelitian
selanjutnya
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
180
Sumber masalah penelitian
•
Studi kepustakaan
•
Hasil konferensi, seminar, simposium, lokakarya.
•
Pengalaman dalam praktek sehari-hari.
•
Pendapat pakar yang masih spekulatif.
•
Sumber non-ilmiah.
•
Apapun sumbernya masalah akan ada kalau banyak membaca.
Apakah masalah layak dan sesuai untuk diteliti ?
•
FINER
•
Pertimbangan dari arah masalahnya:
apakah
akan
memberi
sumbangan
pada
pengembangan
teori
dan
pemecahan masalah praktis.
•
Pertimbangan dari arah Peneliti:
biaya, waktu, alat dan perlengkapan, kemampuan teoritis, penguasaan
metode yang diperlukan.
Komponen yang harus nampak dalam Latar Belakang
•
Ada fenomena masalah
•
Implikasi masalah tersebut terhadap berbagai aspek
•
Pendekatan umum yang akan digunakan dalam meneliti masalah.
•
Kegunaan umum dari masalah yang akan diteliti.
•
Masalahalasan alternatif pemecahan masalah.
•
Latar belakang situasional
•
Latar belakang kondisional
•
Apa tantangannya
 jadi apa kepentingannya, untuk apa, apa dampak positifnya, dan ditekan dampak
negatifnya.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
181
Di akhir latar belakang buat Tema Sentral Masalah yang terdiri dari latar belakang
situasi, latar belakang kondisi, dan tantangannya. Sebelumnya dapat dibuat kalimat
pembukanya:
Contoh kalimat pembuka:
1) Dari uraian diatas dapat diperoleh latar belakang situasional, kondisional, dan
tantangannya mengenai masalah anestesi pada cedera kepala sehingga dapat
dirumuskan tema sentral penelitian ini sebagai berikut:……
2) Dari latar belakang situasi, kondisi, dan tantangannya dapat dibuat tema sentral
masalah sebagai berikut :……..
Contoh Tema Sentral Masalah:
Pada seksio sesarea yang dilakukan dengan anestesi umum atau anestesi regional,
setelah bayi lahir umumnya diberikan oksitosin infus 10-20 U yang dilarutkan dalam
500 ml kristaloid. Ada teknik lain pemberian oksitosin yaitu diberikan secara bolus
intravena dengan dosis 5 U. Karena efek oksitosin adalah menyebabkan hipotensi,
takikardi atau bradikardi, dan kontraksi uterus maka hal ini mendorong dilakukannya
penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh oksitosin bolus intravena
dibandingkan dengan oksitosin infus terhadap tekanan darah, laju nadi, dan
kontraksi uterus.
1.2 Rumusan Masalah
Ambil dari tantangan Tema Sentral Masalah.
Syaratnya: dikemukakan
dalam kalimat tanya, substansi harus khas, bila terdapat
beberapa pertanyaan maka harus dipisah.
Dimulai dengan kalimat pembuka.
1) berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tersebut diatas dapat
dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
2) Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan dan
diidentifikasikan masalah yang timbul yang patut diteliti, yaitu:
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
182
Contoh Rumusan Masalah
•
Apakah pentotal dapat menurunkan metabolisme otak?
•
Apakah obat A menurunkan curah jantung?
Tidak disebutkan sbb:
1) Apakah pentotal mempunyai efek perlindungan otak?
2) Apakah obat A mempengaruhi fungsi ventrikel kiri?
1.3 Tujuan Penelitian
•
Kalimat positif, merupakan kebalikan dari kalimat tanya pada Rumusan
Masalah.
•
Didahului kata pembuka, misalnya: Mengacu pada Rumusan Masalah, tujuan
penelitian ini adalah:…….
•
Tujuan Penelitian merupakan kalimat positif dari Rumusan Masalah, jadi
kalau Rumusan Masalah ada 2, maka Tujuan Penelitian pun ada 2, dan
hipotesis pun ada 2.
1.4 Kegunaan Penelitian
•
Diuraikan manfaat apa yang diharapkan diperoleh dari penelitian yang
dilakukan nanti.
•
Biasanya disebutkan manfaat dalam bidang akademik atau ilmiah, pelayanan
masyarakat serta pengembangan penelitian itu sendiri
•
Jadi ada kegunaan Ilmiah dan Kegunaan Praktis.
BAB II
Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, Premis dan Hipotesis
Tinjauan Pustaka
Hanya memuat teori yang relevan terhadap topik penelitian ini, memuat hal-hal
yang baru dengan kepustakaan 10 tahun terakhir. BAB II boleh mencantumkan
gambar, tabel, dan grafik hasil tulisan orang lain.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
183
Kerangka Pemikiran
•
Mencari teori, konsep yang dijadikan landasan teoritis penelitia, sehingga
diperlukan penelaahan kepustakaan.
•
Sumber kepustakaan: sumber acuan umum (buku), sumber acuan khusus
(jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, laporan penelitian lain)
•
Prinsipnya harus mutakhir dan relevan.
•
Dari Premis diuraikan lebih luas menjadi bagian dari Kerangka Pemikiran.
•
Tidak semua penelitian perlu hipotesis (penelitian deskriftif).
•
Penelitian analitik: perlu hipotesis, karena mencari hubungan antar variabel.
Premis
Syarat Premis yang baik:
•
Diakhir Kerangka Pemikiran dibuat premis.
•
Premis-premis dideduksi menjadi hipotesis
•
Diambil dari ilmu yang telah diuji kebenarannya.
•
Satu kalimat positif, harus efisien, jangan bertele-tele.
•
Jumlahnya paling banyak 3 baris
•
Dicantumkan sumbernya
Hipotesis
•
Adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya
masih harus diuji secara empiris.
•
Dibuat secara induksi atau deduksi dari premis.
•
Premis merupakan pernyataan yang benar yang diambil dari buku, jurnal.
•
Pada deduksi ada premis mayor, premis minor dan simpulan (hipotesis)
Syarat hipotesis yang baik
•
Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana.
•
Mempunyai landasan teori yang kuat (ingat Hipotesis dibuat berdasarkan
premis)
•
Menyatakan hubungan antara variabel tergantung dengan satu atau lebih
variabel bebas
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
184
•
Memungkinkan diuji secara empirik
•
Rumusan harus khas dan menggambarkan variabel yang diukur
•
Dikemukakan apriori: dikemukakan sebelum penelitian dimulai
Contoh hipotesis
•
Dipakai kalimat pembuka: dari premis-premis tadi dapat dideduksi hipotesis
sebagai berikut:
•
Hipotesis: Obat A menurunkan tekanan sistolik lebih besar daripada Obat B.
Contoh deduksi
Contoh 1: dari buku Filsafat Ilmu Jujun Suriasumantri
•
Premis mayor: Semua mahluk mempunyai mata
•
Premis minor:
•
Kesimpulan (Hipotesis): Si Polan mempunyai mata
Si Polan adalah seorang mahluk
Contoh 2: dari Kuliah Filsafat Ilmu Pascasarjana FK Unpad Prof. Taufik B
Premis 1 : Eighty seven % of the etiologi of meningoencephalitis due to
severe mastoiditis p.aeruginosa.
5,7,9
Premis 2 : Sensitivity test : p.aeruginosa is sensitive to kedacillin. 6
Premis 3 : To cure a meningoencephalitis, an antibiotic must has
an ability to penetrate blood brain barrier.10,11
Premis 4 : Penicillin and its derivates can penetrate the bloodbrain barrier.6
Premis 5 : Kedacillin is a derivate of penicillin.5,6
Hipotesis
Kedacillin can be used as a prophylactic antibiotic for meningoencephalitis due to
severe mastoiditis (Premis no 1-5)
Contoh 3: dari Tesis Dewi Yulianti B. Pembimbing: A. Himendra, Ike Sri Redjeki.
Premis
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
185
Dari pernyataan beberapa penelitian tersebut di atas dapat diambil beberapa premis
sebagai berikut:
Premis 1 : Efek samping pemberian oksitosin bolus adalah hipotensi, takikardi atau
bradikardi,
aritmia.1,4,5,29,30
Premis 2 : Efek oksitosin terhadap besarnya penurunan tekanan darah dan naiknya
denyut
jantung
bergantung pada kecepatan pemberian dan besarnya
dosis.1,4,7
Premis 3 : Oksitosin mempunyai efek kronotropik dan inotropik negatif.
5
Premis 4 : Pada manusia pemberian oksitosin dalam menimbulkan efek bifasik yang
bergantung pada besarnya dosis, yang menimbulkan hipotensi dan
bradikardi.
5
Hipotesis
Dari premis-premis tersebut di atas dapat dideduksi hipotesis-hipotesis sebagai
berikut :
Hipotesis 1: Oksitosin bolus intravena lebih besar menurunkan tekanan darah
dibandingkan
dengan oksitosin infus (Premis no 1-4)
Hipotesis
2:
Oksitosin
bolus
intravena
lebih
besar
menurunkan
laju
nadi
dibandingkan dengan
oksitosin infus (Premis no 1-4)
Untuk membuat 1 hipotesis:
1)
harus diambil minimal 2 premis (premis mayor dan premis minor).
2) Kata-kata dalam hipotesis harus ada dalam premis. Lihat contoh no1
Premis mayor: Semua mahluk mempunyai mata
Premis minor:
Si Polan adalah seorang mahluk
Kesimpulan (Hipotesis): Si Polan mempunyai mata
Hipotesisnya adalah si Polan mempunyai mata. Kata ”si Polan” ada di premis
minor, sedangkan kata “mata” ada di premis mayor.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
186
BAB III
Subjek dan Metode Penelitian
3.1 Subjek Penelitian
Pemilihan Subjek : kriteria inklusi, kriteria eksklusi, kriteria pengeluaran
Penentuan Besar Sampel
3.2 Metode Penelitian
Tipe dan Rancangan Penelitian
Definisi Konsepsional dan Operasional variabel
Definisi Konsepsional: Variabel bebas, terikat, perancu
Definisi Operasional:
Analisis Data
Tata Cara Kerja Penelitian
Pemilihan Obat dan Alat
Tata cara Kerja
Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian dimulai setelah ada izin dari Komite Etik Penelitian, maka jangan sampai
ditulis mulainya penelitian lebih awal dari tanggal terbit surat izin Komite Etik
Penelitian. Tempat penelitian dicantumkan dengan alamat lengkap, contoh: Kamar
bedah RS. Dr. Hasan Sadikin, Jln. Pasteur 38 Bandung.
Aspek Etik
Kriteria Inklusi
•
Merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian.
•
Umumnya mencakup karakteristik klinis (misal ASA-I), demografis, geografis dan
periode waktu.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
187
•
Yang sering dipakai diagnosis, jenis kelamin, kelompok umur, pasien yang
datang dalam periode waktu tertentu.
Kriteria Eksklusi
•
Keadaan yang menyebabkan subjek yang sudah memenuhi kriteria inklusi tidak
dapat diikutsertakan dalam penelitian.
•
Kontraindikasi, terdapatnya penyakit lain yang mempengaruhi variabel yang
diteliti, kepatuhan pasien, pasien menolak diteliti, masalah etik.
Kriteria Pengeluaran
•
Sample sudah masuk inklusi kriteria, sudah dirandom, tapi karena sesuatu hal
tidak diikutkan dalam penelitian.
•
Dalam perhitungan statistik harus diikutkan.
Besar sampel
Bila ada 3 perlakuan:
t ( r-1 ) > 6
3 ( r-1) > 6
3r–3 >6
3r >9
r >3
Gomes & Gomes : Principles and Procedure of Statistik.
Bila 5 perlakuan (4 perlakuan + 1 kontrol)
t ( r-1 ) > 6
5(r-1) >6
5r-5 >6
5r=5+6
5r=11
r=11/5=2,2 dibulatkan jadi 3 pasien per kelompok.
Gomes & Gomes : Principles and Procedure of Statistik.
Rumus Ferderer : (n-1)(t-1)  15
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
188
Misalnya ada 2 perlakuan, maka (n-1)(2-1) 15
(n-1)(1) 15
n-1  15
n  16, jadi masing-masing kelompok perlu 16 pasien.

Gomes & Gomes da Ferderer jarang digunakan di penelitian klinis.
Rule of thumb: setiap variabel 10 sampel
Menggunakan rumus berdasarkan penelitian sebelumnya (cara ini yang paling sering
dipakai untuk ilmu kedokteran/kesehatan)
dll
Desain:
Hal penting sebelum menentukan jenis desain
•
Sejak pertama peneliti harus menentukan apakah akan melakukan penelitian
intervensi/eksperimental atau hanya observasional.
•
Bila memilih observasi tentukan apakah hanya pengamatan sewaktu (cross
sectional) atau melakukan follow up (studi longitudinal).
•
Apakah retrospektif atau prospektif.
•
Harus diingat jenis penelitian yang satu tidak lebih unggul dari yang lain. Jenis
penelitian dipilih berdasarkan tujuan penelitian.
•
Penelitian Observasional: Laporan Kasus, Serial Kasus, Studi Cross sectional, Studi
Kasus kontrol, Studi Kohort
•
Penelitian
Intervensional/eksperimental:
Uji
Klinis,
Intervensi:
Pendidikan,
perilaku, kesehatan masyarakat.
•
Desain penelitian harus dikemukakan dalam satu kalimat.
Contoh cara membuat kalimat desain penelitian:
1)
Penelitian
eksperimental
dengan
RCT
untuk
mengetahui
manfaat
penambahan obat X pada anestesi cedera ekstremitas.
2) Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menentukan prevalens
miokarditis pada pasien demam tipoid
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
189
Definisi konsepsional variabel
•
Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi.
•
Variabel bebas (prediktor, kausa)
•
Variabel tergantung (outcome, efek)
•
Variabel perancu (confounding variable)
Contoh:
Penelitian yang membandingkan pengaruh obat anestesi A dan B terhadap tekanan
darah.
Variabel bebas: obat Anestesi A dan B
Variabel tergantung: tekanan darah
Variabel perancu: faktor lain yang akan menurunkan tekanan darah bila
diberi obat A atau B, misalnya hipovolemia, payah jantung. Jadi pasien harus
normovolemia, tidak payah jantung.
Definisi operasional
•
Supaya tidak ada makna ganda dari semua istilah yang digunakan.
•
Disusun dalam 1 kalimat.
•
Dimulai dengan yang ada di variabel terikat, lalu variabel efek, dan diakhiri
dengan variable perancu.
Contoh definisi operasional:
•
Cedera kepala berat adalah
cedera kepala yang pada pemeriksaan klinis
menunjukkan nilai GCS < 8.
•
Hipotensi adalah tekanan darah sistolik < 90 mmHg
•
Cerebral iskemia adalah bila SJO2< 50%
Daftar Pustaka
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
190
•
Perhatikan cara penulisan kepustakaan yang diminta. Penulisan titik, titik
koma, titik dua harus diperhatikan.
•
Chesnut R, Temkin N, Carney N, Dikmen S, Rondina C, Videtta W, et al. A
trial of intracranial pressure monitoring in traumatic brain injury. N Engl J
Med 2012,367:2471-81.
•
Stocchetti N, Maas AIR. Traumatic intracranial hypertension. N Eng J Med
2014;370:2121-30
•
Bisri T. Penanganan Neuroanestesi dan Critical Care: Cedera Otak Traumatik.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2012,19-36
•
Prinsip: mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi internasional,
contoh dari Br. J Anaesth atau Anest Analg.
12.6Sistematika dan Format Penulisan Laporan Penelitian Di Jurnal Ilmiah
Penulisan laporan penelitian atau laporan kasus atau studi kepustakaan pada
jurnah ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang biasanya terdapat pada
semua jurnal ilmiah. Disini akan disampaikan salah satu contoh penulisan laporan
penelitian apabila akan dipublikasikan di Jurnal Neuroanestesi Indonesia, satu jurnal
yang diterbitkan oleh Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care (INASNACC).
Tulisan
terdiri
dari
Judul,
nama
penulis,
Institusi,
Abstrak,
Abstract,
Pendahuluan, Subjek dan Metode, Hasil, Pembahasan, Simpulan dan Daftar Pustaka.
Struktur penulisanna adalah IMRAD, Vancouver style.
Judul: ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 12 kata
Nama penulis dana istitusi tempat penulis bekerja
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 200–250 kata
dengan kata kunci.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
191
Contoh Judul, nama penulis, institusi, dan abstrak:
Perbandingan Osmolaritas Plasma Setelah Pemberian NaCl–RL (3:1) dengan
Ringerfundin pada Pasien Kraniotomi Tumor Otak
Fardian Martinus, Iwan Fuadi, Tatang Bisri
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran,
Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin–Bandung
Abstrak
Latar Belakang dan Tujuan: Penatalaksanaan cairan intraoperatif pada pasien
kraniotomi
tumor
otak
ditujukan
untuk
optimalisasi
volume
intravaskuler,
memperbaiki aliran darah serebral, dan meminimalisasi edema serebral. Kristaloid
merupakan cairan dasar yang digunakan pada periode perioperatif bedah saraf.
Salah satu cairan kristaloid yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, namun
apabila
diberikan
dalam
jumlah
banyak
berpotensi
menyebabkan
asidosis
hiperkloremi sehingga untuk mengatasinya dikombinasikan dengan cairan Ringer
Laktat.
Ringerfundin
merupakan
cairan
kristaloid
balans
yang mengandung
komposisi elektrolit yang hampir “ideal”, akan tetapi penggunaannya dalam kasus
bedah saraf masih belum banyak. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah
membandingkan pemberian 1 liter cairan kombinasi NaCl 0,9%: RL perbandingan 3:1
dengan 1 liter cairan Ringerfundin pada dua kelompok pasien kraniotomi tumor
otak untuk melihat perubahan pada perhitungan osmolaritas plasma, kadar natrium
dan kadar klorida.
Subjek dan Metode: Penelitian ini dilakukan pada 36 pasien yang menjalani
kraniotomi tumor otak, dibagi menjadi kelompok NaCl 0,9%: RL (3:1) dan kelompok
Ringerfundin. Dilakukan pemeriksaan natrium, klorida, blood urea nitrogen (BUN),
dan glukosa darah pada awal sebelum pemberian cairan dan setelah pemberian
cairan sebanyak 1 liter. Data penelitian dianalisis dengan uji t, tingkat kepercayaan
95% dengan nilai p <0,05 dianggap bermakna.
Hasil: Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada
perhitungan osmolaritas plasma kedua kelompok 291,42 vs 290,21 dan peningkatan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
192
kadar natrium kedua kelompok 141,27 vs 141,05 setelah pemberian cairan, kedua
parameter itu diuji menghasilkan p>0,05. Sedangkan pada peningkatan klorida
setelah pemberian cairan terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok NaCl
0,9%: RL daripada kelompok Ringerfundin 106,33 vs 104,39, dari hasil uji statistik
perbedaan ini dinilai bermakna p<0,05.
Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah Ringerfundin sebagai cairan alternatif
dari NaCl 0,9%: RL tidak menyebabkan perubahan osmolaritas, peningkatan kadar
natrium dan kadar klorida plasma.
Kata Kunci: Ringerfundin, osmolaritas, natrium, klorida, kraniotomi, tumor otak
The Comparison of Plasma Osmolarity after Administration of NaCl–RL (3:1)
with Ringerfundin in Craniotomy Brain Tumor Patient
Abstract
Background and Objective:Intraoperative fluid management in brain tumor
craniotomy is to optimize intravascular volume, improve cerebral blood flow, and
minimize cerebral edema. Crystalloid as a basic fluid used in perioperative
neurosurgery period. One of most used crystalloid is NaCl 0,9%, although if given in
large doses is potential to cause hyperchloremia acidosis, in order to prevent it is
combined with Ringer Lactat. Ringerfundin is a balanced crystalloid solution which
containing electrolyte composition almost “ideal”, but it is not commonly used in
neurosurgery. Therefore, the goal of this study is to compare administration of 1
liter of combination of NaCl 0,9%: RL in 3:1 ratio with 1 liter Ringerfundin
in
patients undergo brain tumor craniotomy to observe differences in calculated
plasma osmolarity, sodium and chloride in those groups.
Subject and Method:This study involving 36 patients who undergo brain tumor
craniotomy, divided into NaCl 0,9%:RL (3:1) group and Ringerfundin group. Sodium,
chloride, blood urea nitrogen (BUN) and blood glucose examination was conducted
in the beginning before fluid administration and after 1 liter fluid adminsitration.
Experiment data is analyzed with t test, 95% confidential rate, with score p<0,05 is
considered significant.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
193
Result:Statistical analysis showed there were no significant differences after fluid
administration in calculated plasma osmolarity between those groups 291,42
vs
290,21 and no inreased in plasma sodium between those groups 141,27 vs 141,05,
p>0,05. While increased in plasma chloride after fluid administration showed a
significant difference in NaCl 0,9%:RL group compared to Ringerfundin group 106,33
vs 104,39, p<0,05.
Conclusion: The conclusion of this study is Ringerfundin as alternative fluid from
NaCl 0,9%:RL does not causing change in plasma osmolarity or increase in plasma
sodium and chloride.
Keywords: Ringerfundin, NaCl 0,9%, RL, osmolarity, brain tumor, craniotomy
12.7Sistematika dan Format Penulisan Laporan Kasus Di Jurnal Ilmiah
Penulisan laporan penelitian atau laporan kasus atau studi kepustakaan pada
jurnah ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang biasanya terdapat pada
semua jurnal ilmiah. Disini akan disampaikan salah satu contoh penulisan laporan
kasus apabila akan dipublikasikan di Jurnal Neuroanestesi Indonesia, satu jurnal
yang diterbitkan oleh Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care (INASNACC).
Tulisan terdiri dari Judul, nama penulis, Institusi, Abstrak, Abstract, Pendahuluan,
Kasus, Pembahasan, Simpulan dan Daftar Pustaka. Cara penulisannya adalah
Vancouver style.
Judul: ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 12 kata
Nama penulis dana istitusi tempat penulis bekerja
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 200-250 kata
dengan kata kunci.
.
Contoh Judul, nama penulis, institusi, dan abstrak:
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
194
Manajemen Anestesi untuk Evakuasi Hematoma yang disebabkan oleh
Perdarahan Intraserebral dalam Kehamilan 22-24 Minggu
Ahmado Okatria, Yulianti Bisri
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RS Dr. Hasan Sadikin-Bandung
Abstrak
Sekitar 50% dari semua kematian karena trauma berhubungan dengan
cedera kepala. Dalam sebuah tinjauan terbaru, kematian yang disebabkan trauma
pada ibu hamil karena cedera langsung pada kepala dengan angka kejadian sekitar
10%. Pertimbangan Anestesi untuk pembedahan selama kehamilan mencakup
kepedulian terhadap keselamatan dua orang pasien yaitu ibu dan janin. Perubahan
anatomi dan fisiologi ibu yang disebabkan kehamilan memiliki dampak klinis dan
resiko tinggi bagi ibu dan janin yang menjalani tindakan anestesi.
Wanita berusia 22 tahun yang tengah hamil 22 minggu (G1P0A0) tertabrak
mobil saat mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm 4 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien menderita cedera kepala disertai penurunan kesadaran.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 9 (E2M5V2), tekanan darah 120/80 mmHg,
denyut jantung 92x/menit, respirasi 22–24x/menit dan saturasi oksigen 99% dengan
sungkup muka non-rebreathing (SMNR) 8 Lpm. Kraniotomi evakuasi segera
dilakukan dalam anestesi umum, induksi anestesi dengan menggunakan isofluran 2
vol%, lidokain 75 mg, fentanil 100 mcg, propofol 80 mg, vecuronium 5 mg dan O 2:
udara 50:50. Denyut jantung janin diperiksa setiap jam dengan hasil sekitar 120130x/menit
Pada prinsipnya manajemen pasien pada kondisi hamil dan tidak hamil tidak
berbeda. Pada kehamilan, janin dapat mengalami cedera langsung atau cedera tidak
langsung yang disebabkan karena pengaruh obat-obatan (inotropik, manitol,
furosemid), hipoksemia atau tindakan yang dilakukan terhadap ibu (hiperventilasi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
195
untuk mengontrol tekanan intrakranial). Seksio sesarea tidak dilakukan kecuali untuk
alasan obstetri.
Kata kunci: anestesi, perdarahan intraserebral, kehamilan
Anesthesia Management for Evacuation Hematoma caused by
Intracranial Hemorrhagic with Gestational at 22-24 Weeks
Abstract
Approximately 50% of all trauma deaths are associated with head injury. In
a recent review of pregnant trauma deaths approximately 10% of maternal trauma
deaths were directly due to head injury. Anesthetic considerations for surgery during
pregnancy include concern for the safety of two patients, the mother and fetus.
Alterations in maternal anatomy and physiology induced by pregnancy have clinical
anesthetic implications and present potential hazards for the mother and fetus
undergoing anesthesia.
A 22 years old female with 22 weeks of pregnancy (G1P0A0) hit by a car
while riding a motorcycle without using helmet 4 hours before admission. She got a
traumatic head injury and lost her consciousness. The physical examination with GCS
9 (E2M5V2), blood pressure 120/80 mmHg, heart rate 92 bpm, respiration rate 2224x/minute and SpO2 99% with SMNR 8 lpm. Emergency craniotomy surgery was
held with general anesthesia by using isoflurane 2 vol%, lidocaine 75 mg, fentanyl
100 mcg, propofol 80 mg, vecuronium 5 mg with O 2: air 50:50. The fetal heart
sound was checked every hour and the result was about 120-130 bpm
The management of most surgical conditions should be the same in
pregnant and non-pregnant patients. In addition, the fetus may have suffered direct
injury itself or be stressed by any concomitant hypotension, hypoxemia or maternal
therapeutic
drugs
or
maneuvers
(e.g.
inotropes,
mannitol,
furosemide,
hyperventilation for control of intracranial pressure). Caesarean delivery is not
performed except only for obstetric reasons.
Key words: anesthesia, intracerebral hemorrhagic, pregnancy
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
196
12.8Sistematika dan Format PenulisanTinjauan Pustaka/Studi Literatur Di Jurnal
Ilmiah
Penulisan laporan penelitian atau laporan kasus atau studi kepustakaan pada jurnah
ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang biasanya terdapat pada semua
jurnal ilmiah. Disini akan disampaikan salah satu contoh penulisan laporan kasus
apabila akan dipublikasikan di Jurnal Neuroanestesi Indonesia, satu jurnal yang
diterbitkan oleh Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care (INASNACC).
Tulisan terdiri dari Judul, nama penulis, Institusi, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Isi,
Simpulan dan Daftar Pustaka. Cara penulisannya adalah Vancouver style.
Judul: ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 12 kata
Nama penulis dana istitusi tempat penulis bekerja
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 200-250 kata
dengan kata kunci.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
197
Contoh Judul, nama penulis, institusi, dan abstrak:
Pencegahan dan Pengobatan Disfungsi Kognitif setelah Cedera Otak Traumatik
Dewi Yulianti Bisri, Tatang Bisri
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RS. Hasan Sadikin–Bandung
Abstrak
Kognisi adalah proses untuk mengetahui atau berpikir, termasuk memilih, mengerti,
mengingat, dan menggunakan informasi. Gangguan kognitif adalah gangguan dalam hal
melakukan perhatian dan konsentrasi, proses dan mengerti informasi, ingatan, komunikasi,
perencanaan, organisasi,
pemikiran, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
mengendalikan rangsangan dan hasrat.
Lebih dari 50.000 orang meninggal setiap tahun akibat cedera otak traumatik (COT) dan
70.000–90.000 mengalami kecatatan permanen di USA. Walaupun pasien dengan COT
sedang, secara fisik mengalami pemulihan penuh, tapi sering mengalami perubahan tingkah
laku jangka lama yang akan mempengaruhi pekerjaan, cara hidup, dan keluarganya.
Manisfestasi kognitif yang paling banyak terlihat adalah hilangnya ingatan, menurunnya
kecepatan menerima informasi, dan kekakuan kognitif. Manifestasi tingkah laku yang sering
terlihat adalah agitasi, tidak bisa mengendalikan emosi, dan emosi yang labil.
Setelah COT yang lebih berat, gangguan kognitif merupakan masalah yang paling umum dan
memberikan kontribusi khas lebih daripada gangguan fisik. Luasnya defisit kognitif
ditunjukkan oleh 1) beratnya diffuse axonal injury (DAI) yang ditunjukkan dengan lamanya
posttraumatic amnesia (PTA), luasnya atropi umum, dan 2) lokasi, dalamnya, dan volume lesi
serebral fokal. Faktor lain adalah umur pasien, penyakit sertaan, kejadian cedera sistemik atau
cedera ekstrakranial yang nyata (misalnya hipoksia dan hipotensi).
Terapi difokuskan pada rehabilitasi neurokognisi. Tindakan ini termasuk strategi farmakologik
untuk memperbesar rehabilitasi dan pemulihan fungsional.Sampai saat ini tidak ada terapi
untuk cedera otak primer dan terapi yang dilakukan adalah mengurangi cedera sekunder
yang
dipicu
oleh
cedera
primer.
Jadi
secara
umum
tetap
menggunakan
ABCDE
neuroanestesi/neuroresusitasi dan secara khusus dengan pemberian infus lidokain, natrium
laktat hipertonik, obat kholinergic, catecholaminergic, tricyclic antidepressants.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
198
Kata kunci: Cedera otak traumatik, disfungsi kognitif
Prevention and Management of Cognitive Dysfunction after Traumatic Brain
Injury
Abstract
Cognition is the act of knowing or thinking. It includes the ability to choose, understand,
remember and use information. Cognition includes attention and concentration, processing
and
understanding
information,
memory,
communication,
planning,
organizing,
and
assembling, reasoning, problem-solving, decision-making, and judgment, controlling impulses
and desires and being patient.
More than 50,000 people die from traumatic brain injury (TBI) each year and another 70,000–
90,000 are permanently disabled in USA. Even individuals with moderate head injuries who
appear to physically recover fully, often have long lasting behavioural sequelae, which in turn
affect the individual‟s occupation, lifestyle and family members. The most frequently observed
cognitive manifestations include memory loss, decreased rates of information processing, and
cognitive rigidity. The most common behavioral manifestations are lack of impulse control,
increased agitation, and mood lability.
After more severe injuries, disturbed cognition is more to persisting disability than physical
impairment. The extent of cognitive deficit after TBI reflects a number of factors 1) the
severity of diffuse axonal injury, as indicated by the length of posttraumatic amnesia (PTA),
the extent of generalized atrophy; and 2) the location, depth, and volume of focal cerebral
lesions. Other critical factors include the patient‟s age, preexisting morbidities, and the
occurrence of significant extracranial or systemic injury (e.g., hypoxia or hypotension).
Focus of therapy is to neurocognition rehabilitation.
This measure include pharmacologic
strategies to augment rehabilitation and functional recovery. Until now there are not therapy
for primary brain injury but therapy is to reduce secondary brain injury. And so commonly
with ABCDE neuroanesthesia/neuroresuscitation, and specifically with lidocaine infusion,
sodium lactate hyperosmoler, cholinergic, catecholaminergic, and tricyclic antidepressants.
Key word: cognitive dysfunction, traumatic brain injury
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
199
BAB 13
BIMBINGAN AKADEMIK DAN KONSELING
Untuk membantu kelancaran belajar peserta didik, program studi menetapkan
Dosen wali yang akan membimbing pesserta didik dalam kegiatan akademik
maupun non akademik agar mampu mengatasi masalah yang dihadapi selama
menempuh pendidikan, serta dapat mengembangkan kemampuan dan pemahaman
diri dalam upaya menyelesaikan pendidikannya. Jumlah peserta didik yang
dibimbing oleh dosen wali disesuaikan dengan kemampuan program studi.
Ketentuan dan tugas dosen wali adalah sebagai berikut:
1.
Setiap tenaga pendidik dapat menjadi dosen wali yang membimbing peserta
didik.
2.
Dosen wali wajib tetap berhubungan dengan peserta didik secara periodik untuk
memantau perkembangan pendidikannya, sekurang-kurangnya pada awal,
pertengahan, dan akhir semester.
3.
Mengawasi perkembangan pendidikan peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya.
4.
Mengawasi lama pendidikan, rotasi,m serta tugas ilmiah yang dilakukan oleh
peserta didiknya.
5.
Mengawasi jumlah kasus serta variasi kasus yang ditangani peserta didiknya.
6.
Mengawasi kemajuan usulan penelitian dan Tesis peserta didiknya.
7.
Dosen wali berhak melaporkan kepada Tim Pendidikan/KPS apabila peserta didik
yang menjadi tanggung jawabnya mengalami hambatan dalam pendidikan.
8.
Dosen wali berhak untuk mengusulkan pergantian pembimbing UP/Tesis apabila
dirasakan hambatan dari pembimbing dalam proses pembuatan UP/Tesis
peserta didiknya.
9.
Memperingatkan
peserta
didik
bila
terdapat
masalah
pendidikan
dan
melaporkannya kepada KPS untuk segera ditindaklanjuti.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
200
10. Melakukan pemantauan dan bimbingan kepada peserta didik yang bermasalah.
11. Peserta didik dapat mendatangi dosen wali atas keinginan sendiri atau
berdasarkan jadwal yang telah ditentukan dosen wali.
12. Secara ringkas tugas dosen wali adalah melakukan pemantauan terhadap
kemajuan peserta didik yang dibimbingnya dan memberikan bantuan serta
arahan yang diperlukan untuk kelancaran pendidikan peserta didik yang
dibimbingnya.
13. Sampai batas-batas tertentu kesulitan pribadi dapat ditampung Dosen wali,
tetapi bila tidak dapat diselesaikan, disarankan untuk dirujuk ke dosen konselor
atau kepada tenaga profesional (psikolog, psikiater, ulama, dan sebagainya).
14. Dalam hal dosen wali tidak dapat menjalankan tugasnya dalam jangka waktu
lama, KPS wajib menunjuk penggantinya.
15. Dosen wali wajib memiliki, mengisi, dan menyimpan Buku Bimbingan dan
Konseling, baik untuk kepentingan bimbingan akademik maupun bimbingan
pribadi bila diperlukan.
Tugas Peserta didik dalam perwalian adalah sebagai berikut:
1.
Melaporkan kemajuan pendidikannya kepada Dosen wali dengan membawa
buku kemajuan dan logbook pasien yang sudah diisi lengkap sesuai dengan
semesternya sekurang-kurangnya pada awal, pertengahan, dan akhir semester.
2.
Melaksanakan arahan dosen wali berkaitan dengan kelancaran pendidikannya.
3.
Bersifat terbuka kepada dosen wali terhadap kemajuan dan masalah atau
hambatan yang ditemukan selama pendidikan.
4.
Bersedia untuk dirujuk kepada dosen konselor khusus atau kepada tenaga
profesional (psikolog, psikiater, ulama, dan sebagainya) bila dosen wali tidak
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta didik.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
201
ALUR PELAKSANAAN BIMBINGAN AKADEMIS
Peserta Didik
Dosen Wali
KPS
ALUR PELAKSANAAN KONSELING
Peserta Didik
Dosen Wali
KPS
Tim Konseling*
Keterangan :
* Tim yang sudah ditunjuk sesuai dengan Surat Tugas yang ada
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
202
BAB 14
STASE PESERTA DIDIK DARI PROGRAM STUDI LAIN
1. Lama stase: 4-8 minggu
2. Objektif:
Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Mampu menangani gawat nafas dan sirkulasi serta memahami problem anestesi
sehubungan dengan penderita yang akan dilakukan pembedahan/tindakan lain.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
1.
Mampu mengenal keadaan gawat napas dan sirkulasi.
2.
Mampu melakukan resusitasi jantung-paru-otak.
3.
Memahami problem anestesi pada pembedahan/tindakan di bagian yang
bersangkutan.
3. Pokok Bahasan:
a. Resusitasi jantung-paru-otak.
b. Hubungan ahli bedah dan anestesi.
c. Persiapan pasien yang mengalami pembedahan dan perawatan pascabedah.
d. Intubasi endotracheal.
e. Problem anestesi pada pembedahan di bagian yang bersangkutan.
4. Metode:
a. Tutorial
b. Praktek di Skill Lab
-
Mengenal gangguan nafas dan pengelolaannya
-
Intubasi endotrakheal
-
Suntikan/infus intravena
-
Melakukan anestesi lengkap
c. Journal reading atau laporan kasus
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
203
d. Mengikuti semua kegiatan/acara ilmiah yang diselenggarakan di Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
5. Bahan:
Emergency Medicine/Resusitasi kardiopulmonal (AHA 2015)
6. Tempat Pendidikan:
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif.
7. Buku Pegangan:
Cardiopulmonary Cerebral Rescucitation (AHA 2015).
8. Peserta didik yang melakukan stase di Departemen Anestesiologi & Terapi
Intensif:
a. Bedah Mulut,
b. THT.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
204
BAB 15
SARANA DAN PRASARANA
Untuk mewujudkan pendidikan yang unggul dan berdaya saing, Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif menyediakan dukungan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam proses pendidikan. Dukungan sarana dan prasarana pendidikan
juga diberikan oleh pihak Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. Fasilitas pendidikan
yang tersedia saat ini meliputi:
1. Prasarana di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
- Ruang Kuliah
- Ruang Sekretariat
- Ruang Pertemuan 1
- Ruang Pertemuan 2
- Ruang Pertemuan 3
- Ruang Skill LabPediatrik
- Ruang Skill LabDewasa
- Ruang Jaga Konsulen
- Ruang Jaga Residen
- Ruang Dokter Muda
Semua ruangan diatas dilengkapi dengan sarana yang lengkap.
2. Ruang Operasi
Ruang Operasi terletak di gedung Instalasi Bedah Sentral lantai 3 terdiri atas 3
ruang operasi emergency dan 9 ruang operasi elektif. Lantai 4 terdiri atas 5
ruang operasi elektif, 2 ruang operasi One Day Surgery, 3 ruang tindakan
Endoscopy dan 2 ruang tindakan sedasi yang digunakan untuk tindakan
intratekal dan ovum pick up.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
205
3. Ruang Post Anesthesia Care Unit terletak di gedung Instalasi Bedah Sentral lantai
3 dan 4.
4. Ruang Resusitasi, terletak di lantai 1 ruang Intalasi Gawat Darurat.
5. Ruang Intensive Care Unit terletak di gedung Instalasi Bedah Sentral lantai 2.
6. Ruang High Care Unit terletak di gedung kemuning lantai 1
7. Ruang Poliklinik Anestesi terletak di gedung instalasi rawat jalan lantai 1 dan 1
poliklinik spesialis di gedung Anggrek
8. Ruang Cath Lab terletak di gedung parahyangan lantai 2 dan gedung Cardiac
Centre lantai 6
9. Ruang Brakhiterapi terletak di gedung radiologi intervensi atau radioterapi
10. Ruang CT Scan terletak di departemen Radiologi lantai 1
11. Ruang bersalin Obgyn terletak di gedung instalasi gawat darurat lantai 2
12. Ruang Spect/CT terletak di gedung Departemen Ilmu Kedokteran Nuklir dan
Pencitraan Molekuler lantai 1 dan gedung Cardiac Centre lantai basement.
13.Ruang Perpustakaan.
Ruang perpustakaan terdapatdi Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif,
Rumah Sakit, dan di Fakultas Kedokteran Unpad (Gedung Eijkman lantai 6), yang
didukung oleh:
a.
Perangkat komputer
b. Video pendidikan
c.
Konektifitas Wi-Fi
d. Layanan E-Jurnal atau digital library Fakultas Kedokteran dapat diakses 24
jammelalui situs elib.fk.unpad.ac.id., http://aijmejournal.fk.unpad.ac.id, EBSCO
Host dapat diakses di http://www.elib.fk.unpad.ac.id, KARGER dapat diakses di
http://www.karger.com, CISRAL (Pustaka Ilmiah) http://pustaka.unpad.ac.id.
e. Ruang Sampoerna Corner yang menyediakan buku bacaan, fasilitas internet,
TV, DVD dan CD-Room.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
206
BAB 16
PENELITIAN DAN KERJASAMA
16.1 Penelitian
Program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif memberi perhatian yang cukup
besar terhadap pengembangan penelitian, hal ini tercermin darivisi Program studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif untuk menjadi
institusi pendidikan yang terbaik
dan melebihi standar dalam kualitas pendidikan, penelitian, dan pelayanan
masyarakat.
Penelitian adalah bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan yang merupakan
kewajiban
baik
bagi
tenaga
pendidik
maupun
peserta
didik
yang
telah
diperkenalkan kepada peserta didik sejak semester 1.
Untuk kepentingan penelitian, Prodimemberikan dukungan dalam berbagai aspek
seperti
dukungan
kebijakan,
fasilitasi
sarana
seperti
perpustakaan,
fasilitas
komputer/internet, dana, dan lain sebagainya yang didukung/bekerjasama dengan
Pusat Studi yang ada di Fakultas.
16.2 Kerjasama
Dalam
rangka
meningkatkan
mutu
pendidikan,
penelitian,
dan
pengabdian
masyarakat sesuai dengan visi dan misi Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif, telah dilakukan berbagai perjanjian dan kerjasama yang terjalin dengan
institusi baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuan dilaksanakannya kerja sama ini
antara lain untuk menunjang pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat agar lebih baik dan unggul. Berbagai kerja sama yang dilakukan
didasari prinsip kemanfaatan bersama antar kedua belah pihak antara lain:
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak sebagai dokter
spesialis Anestesi baik dalam segi klinis maupun manajerial, menambah skill/ketrampilan dan
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
207
jumlah kasus yang ditangani oleh peserta didik, peningkatan profesionalisme, dan
Perkembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan/Dokter.
Kerja sama yang dilakukan baik terhadap instansi dalam negeri dan luar
negeri terkait dengan program pendidikan dalam 3 tahun terakhir antara lain:
No
1
2
3
Nama Instansi
Jenis Kegiatan
RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung
Akademik
RSUD Bangka Tengah Provinsi Bangka
Akademik.
Belitung
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo di
Akademik
Purwokerto
4
RSUD Tasikmalaya
Akademik
5
RS TK. II 03.05.01 Dustira
Akademik
6
RSUD Kabupaten Sumedang
Akademik
7
Santosa Hospital Bandung Central
Akademik
8
RSUD Nunukan
Akademik
9
10
11
Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga,
Akademik
Kepulauan Riau
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita,
Akademik
Jakarta
RS Angkatan Udara Dr. M. Salamun
Akademik
Bandung
12
RSUD R. Syamsudin Kota Sukabumi
Akademik
13
RS Mata Cicendo
Akademik
14
RSUD Ulin Banjarmasin
Akademik
15
RSUD Gunung Jati Cirebon
Akademik
16
RS Bhayangkara Indramayu
Akademik
17
RSUD Waled Kabupaten Cirebon
Akademik
18
RSUD Cibabat Kabupaten Cimahi
Akademik
19
RSUD dr. Slamet Garut
Akademik
20
21
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Akademik
Harapan Kita
DARADIA: THE PAIN CLINIC, INDIA
Interventional Pain Management
Training
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
208
22
Gunma University, Maebashi, Japan
Professional Resource
Development
- Riset Bersama
- Pertukaran Dosen
23
Kobe University, Japan
- Pertukaran Mahasiswa
- Pertukaran hasil riset/ publikasi
- Pertukaran lainnya yang disetujui
kedua pihak
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
209
BAB 17
ORGANISASI PESERTA DIDIK
17.1 Pendahuluan
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung didirikan mengingat perkembangan
Ilmu Anestesi pada khususnya dan Ilmu Kedokteran pada umumnya yang demikian
pesat. Pada tahun 1969, Departemen Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung diakui sebagai Pusat Pendidikan Ilmu
Anestesi di Indonesia. Awalnya Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNPAD/RSHS hanya memiliki beberapa orang Peserta didik/Residen saja, namun
seiring meningkatnya kebutuhan dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif
jumlahnya terus meningkat. Dengan semakin banyaknya Residen yang menjadi
peserta didik, maka dibutuhkan suatu wadah organisasi intrakampus bagi residen
yang berada didalamnya.
Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa yang memiliki
kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi yang diatur dalam surat keputusan
Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan No.155/U/1998 Tentang Pedoman
Umum Organisasi Kemahasiswaan. Pada dasarnya organisasi digunakan sebagai
tempat atau wadah untuk berkumpul, bekerjasama untuk mencapai tujuan. Begitu
pula dengan organisasi kemahasiswaan merupakan wahana dan sarana bagi
mahasiswa
untuk
belajar,
berkumpul,
dan
mengembangkan
potensi
kepemimpinannya.
Salah satu bentuk organisasi kemahasiswaan intra kampus adalah Organisasi
Residen. Organisasi Residen berfungsi untuk mengembangkan kemandirian peserta
didik baik secara akademik dan keilmuan maupun secara organisasi berkaitan
dengan profesionalisme yang kedepannya diharapkan menjadi bekal bagi seluruh
peserta didik dalam menghadapi segala tantangan yang muncul. Organisasi residen
merupakan suatu bentuk lembaga kemahasiswaan yang menjalankan organisasi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
210
layaknya suatu pemerintahan. Didalamnya terdapat berbagai bidang dan komisi
yang mengurusi beberapa aspek kemahasiswaan.
17.2 Tujuan didirikannya organisasi
Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS dipimpin oleh seorang Ketua Residen
dengan satu orang Wakil Ketua. Organisasi ini juga dilengkapi oleh seorang
sekretaris dan bendahara serta beberapa bidang dan komisi sebagai kelengkapan
suatu organisasi. Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS berperan dalam
segala kegiatan peserta didik baik yang berkaitan dengan kegiatan akademik
maupun kegiatan ekstrakurikuler. Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS
berada dalam pembinaan Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNPAD-RSUP
Dr.
Hasan
Sadikin
Bandung yang bertugas
mengontrol dan
mengawasi kegiatan Organisasi.
Beberapa peranan akademik Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS
antara lain:
1.
Menyusun jadwal rotasi residen sesuai dengan kalender akademik residen
yang bersangkutan yang ditetapkan oleh Prodi.
2.
Menyusun jadwal jaga residen sesuai dengan level kompetensi masingmasing residen.
3.
Berperan dalam memberikan masukkan berkaitan dengan permasalahan
akademik yang dihadapi oleh residen.
4.
Berperan
dalam
menjaga
kelancaran
proses
pendidikan
maupun
pelayanan.
5.
Sebagai jembatan penghubung antara peserta didik dan staf pendidik
berkaitan dengan kegiatan akademik.
Secara ekstra kurikuler, Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS berperan:
1.
Sebagai wadah pengembangan bakat dan kemampuan organisasi bagi
seluruh residen,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
211
2.
Sebagai pendukung utama bagi seluruh kegiatan ekstrakurikuler yang
berjalan di Prodi,
3.
Sebagai wadah penampung aspirasi seluruh peserta didik.
17.3 Struktur Organisasi
Ketua dan Wakil Ketua Residen Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNPAD-RSHS dipilih langsung oleh seluruh Residen melalui mekanisme pemilihan
langsung pada Musyawarah Besar Anggota yang selanjutnya ditetapkan oleh Ketua
Program Studi. Ketua dan Wakil Ketua memiliki hak untuk membentuk susunan
pengurus organisasi beserta bidang komisi yang dianggap dibutuhkan.
Saat ini terdapat 7 bidang yang berada pada Organisasi Residen Anestesi FK
UNPAD-RSHS, antara lain:
1.
Bidang Pendidikan dan pelatihan
2.
Bidang Kerohanian
3.
Bidang Pembinaan dan kedisiplinan
4.
Bidang Minat dan Bakat
5.
Bidang Pelayanan dan Pengabdian Kepada Masyarakat
6.
Bidang Penelitian dan Publikasi
7.
Bidang Sarana dan Prasarana
Selain itu, masing masing semester memiliki ketua semester yang dipilih oleh
anggota semesternya.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
STRUKTUR ORGANISASI RESIDEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE 2016/2017
Ketua Residen
dr. Eddo Alan
Wakil Ketua Residen
dr. Akhmad Rhesa
Pendidikan dan
Pelatihan
dr. Diana Fitria N
Ketua Semester 1
dr. Indra
Sekertaris
Bendahara
dr. Dita Aryanti P
dr. Geeta Maharani
Kerohanian
dr. Agus F. Atmoko
Ketua Semester 2
dr. Andre Aditya
Pembinaan dan
Kedisiplinan
dr. Rachmad Tri H
Minat dan Bakat
Pelayanan dan Pengabdian
Penelitian dan
Sarana dan
Kepada Masyarat
Publikasi
Prasarana
dr. Eka Damayanti
dr. Lundu
dr.Jerry
Dr. Dear Mochtar
Ketua Semester 3
Ketua Semester 4
Ketua Semester 5
Ketua Semester 6
dr. Asyer
dr. Yudha
dr. Paulus
dr. Ardi Janardika
nduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
212
17.4 Tugas dan Kewenangan
1.
Ketua Residen
a. Memasyarakatkan/mensosialisasikan tujuan, prinsip dan kebijakan organisasi
b. Mewakili organisasi dalam urusan kerjasama antar lembaga keresidenan
c. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan organisasi
d. Membantu dan mendorong pemanfaatan berbagai potensi yang ada
e. Memeriksa setiap laporan yang masuk, misal laporan administrasi, keuangan
dan laporan penyimpangan etika anggota
f. Bersama-sama dengan sekretaris menanda tangani dokumen-dokumen yang
diperlukan
g. Memelihara keutuhan dan kekompakan seluruh anggota organisasi
2.
Wakil ketua
a. Mengkoordinasikan dan mewakili kepentingan organisasi di Seluruh Bidang
dalam pengurusan
b. Mewakili Ketua apabila berhalangan untuk setiap aktifitas dalam roda
organisasi
c. Merumuskan segala kebijakan di Seluruh Bidang dalam pengurusan
d. Mengawasi seluruh penyelenggaraan program kegiatan di seluruh bidang
dalam pengurusan
3.
Sekretaris
a. Bertanggungjawab untuk setiap aktifitas di bidang administrasi dan tata
kerja organisasi
b. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organisasi di bidang
administrasi dan tata kerja organisasi untuk menjadi kebijakan organisasi
c. Mengawasi
seluruh
penyelenggaraan
aktifitas
organisasi
di
bidang
administrasi dan tata kerja dan menghadiri rapat-rapat pleno dan rapat
pengurus harian
d. Memfasilitasi kebutuhan jaringan kerja internal organisasi antara bidang
e. Menjaga dan memelihara soliditas kepengurusan melalui konsolidasi internal
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1)
Anestesiologi dan Terapi Intensif
213
214
4.
Bendahara
a. Menerima dana kemahasiswaan dan donatur
b. Mengatur penggunaan dana sesuai dengan kebutuhan organisasi
c. Mempertanggugjawabkan penggunaan dana kepada ketua organisasi
5.
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
a. Mendata dan menginventarisir aktivitas Pendidikan dan Pelatihan yang
sudah ada untuk diteliti dan dikaji menjadi bahan pengembangan lebih
lanjut
b. Mengusulkan dan menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang diperlukan.
c. Mengatur kegiatan evaluasi medik atau audit untuk kepentingan pendidikan
6. Bidang Kerohanian
a. Mengatur dan melaksanakan kegiatan kerohanian seperti tausiah pagi yang
dilaksanakan setiap 2 minggu sekali.
b. Mengusulkan kegiatan rohani lainnya sesuai saran anggota yang disetujui
oleh Ketua Organisasi.
7.
Pembinaan dan Kedisiplinan
a. Memantau dan mengawasi penerapan dan pelanggaran kode etik organisasi
b. Memberikan saran-saran terkait bidangnya demi perbaikan pelaksanaan
program dan aturan yang berlaku dalam organisasi
c. Menjaga ketertiban dan kedisiplinan seluruh anggota organisasi berkaitan
dengan pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi intensif
8.
Bidang Minat dan Bakat
a. Mengatur pelaksanaan olahraga rutin bagi anggota
b. Mengusulkan kegiatan olahraga sesuai saran anggota
c. Mengusulkan kegiatan kesenian sesuai saran anggota
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
215
d. Kegiatan olahraga dan seni yang dilaksanakan harus disetujui oleh Ketua
Organisasi dan Ketua Program Studi
9. Bidang Pelayanan dan Pengabdian Kepada Masyarakat
a. Melakukan
koordinasi
dengan
Koordinator
Pelayanan
Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif mengenai:

Ketersediaan obat-obatan untuk pelaksanaan pelayanan medis

Ketersediaan alat untuk pelaksanaan pelayanan medis
b. Melakukan pengawasan terhadap alur pelayanan medis yang berlangsung
10. Bidang Penelitian dan Publikasi
a. Membantu mendata dan mengatur anggota organisasi yang akan melakukan
penelitian dan publikasi
b. Membantu memfasilitasi penelitian dan publikasi anggota organisasi
12. Bidang Sarana dan Prasarana
a. Membantu mendata alat-alat yang digunakan dalam pelayanan anestesi
seperti fiberoptik, USG (Ultrasonography), cmac, dan lain-lain
b. Melakukan koordinasi dengan anggota organisasi untuk peminjaman alat-alat
tersebut dalam hal pendidikan anestesi
13. Ketua Semester
a. Mengatur dan mengawasi anggotanya dalam pelaksanaan kegiatan
berkaitan dengan pendidikan dan pelayanan
b. Mengikuti semua petunjuk yang diberikan pengurus organisasi
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
216
17.5Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
ANGGARAN DASAR
ORGANISASI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RSUP DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
MUQADDIMAH
Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah cabang ilmu kedokteran yang mengelola
pasien dikamar bedah (sebelum, selama, dan pasca bedah) dan diluar kamar bedah,
mengatasi nyeri dan cemas, mengawasi dan menunjang fungsi vital pasien yang
mengalami stress pembedahan, memberi tindakan anestesi, mengelola pasien tidak
sadar, resusitasi jantung paru otak, dan menangani gangguan cairan dan elektrolit,
serta mengelola pasien kritis meliputi kegawatdaruratan dan terapi intensif.
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif mendidik dan
mengajarkan residen untuk memiliki bekal dan ilmu yang cukup untuk menjadi
seorang dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif. Didalamnya meliputi
pendidikan afektif, kognitif serta psikomotor. Dalam prosesnya semua residen yang
menempuh pendidikan ini diharuskan menjalani proses pendidikan berkaitan
dengan
pelayanan
terhadap
pasien,
kegiatan
ilmiah,
bimbingan,
penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, manajerial, hingga keorganisasian.
Bahwa Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS merupakan organisasi
kemahasiswaan yang berada di dalam Program Studi Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran – RSUP Dr. Hasan Sadkin
Bandung. Organisasi ini menjadi wadah bagi seluruh Residen Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNPAD untuk berkoordinasi, belajar, berkarya, dan berjuang
dengan dilandasi oleh rasa pengabdian dan tanggung jawab kepada Tuhan, Bangsa,
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
217
dan Almamater.
Didorong oleh keyakinan dan kemurnian hati bahwa proses tersebut dapat
terlaksana dengan usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh kebijaksanaan,
maka dibentuklah Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS, dengan Anggaran
Dasar sebagai berikut
BAB I
NAMA dan KEDUDUKAN
Pasal1
NAMA dan KEDUDUKAN
1.
Organisasi ini bernama Organisasi Peserta Didik Program Pendidikan Dokter
Spsialis Anestesiolgi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokeran Universitas
padjadjaran-Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung disebut juga dengan
Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD.
2.
Organisasi
Residen
Anestesi
FK
UNPAD
berkedudukan
di
Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
BAB II
VISI, MISI dan TUJUAN ORGANISASI
Pasal2
VISI, MISI dan TUJUAN ORGANISASI
1.
Tujuan Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD adalah
membentuk
sumber daya PPDS anestesi yang handal, tangguh, dan produktif.
2.
Visi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD adalah mengembangkan dan
mempersiapkan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing secara
nasional.
3.
Misi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD adalah :
a . Membangun organisasi berorientasi akademik dengan pengembangan
pelayanan dan penelitiian sesuai standar nasional Pendidikan Dokter
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif.
b. Meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian anggota organisasi.
c. Memberikan
pelayanan
kemahasiswaan
yang
berorientasi
pada
pendidikan.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
218
BAB III
TUGAS, FUNGSI dan WEWENANG
Pasal3
TUGAS, FUNGSI dan WEWENANG
1.
Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD mempunyai tugas pokok sebagai
berikut :
a. Melaksanakan
hasil
sidang
forum
tertinggi
PPDS Anestesi FK-
UNPAD.
b. Memberikan
bagian
pendapat,
usulan,
dan ketua program
dan
saran
kepada
kepala
studi mengenai hal-hal yang dapat
memperbaiki kualitas pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi
intensif di RSUP Hasan Sadikin.
c. Membantu terlaksananya visi dan misi Program Studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS.
2.
Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD berwenang:
a. Memberikan pertimbangan dan menyalurkan aspirasi PPDS kepada
kepala bagian dan ketua program studi dalam hal kebijakan yang
berkaitan
dengan
kemajuan
proses
pendidikaan
serta
pelayanan
anestesi dan terapi intensif.
b. Memfasilitasi forum tertinggi PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNPAD-RSHS.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 4
KEANGGOTAAN
Peraturan keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 5
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
1.
Setiap
anggota
berkewajiban
mentaati
dan
menjalankan Anggaran
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
219
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta mentaati segala peraturan dan
kebijaksnaan organisasi.
2.
Setiap anggota berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.
Pasal 6
KEPENGURUSAN
1.
Kepengurusan Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD terdiri dari Ketua
Residen, Wakil Ketua Residen, Sekretaris, Bendahara, Bidang dan Komisi,
serta Ketua Semester.
2.
Lamanya kepengurusan Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD selama
satu periode kepengurusan adalah satu semester masa studi dan dapat
diperpanjang maksimal satu periode berikutnya atau sesuai dengan
keputusan Ketua Prgram Studi.
3.
Kepengurusan
Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD
disusun
oleh
Ketua Chief Residen terpilih.
4.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Organisasi Residen Anestesi FKUNPAD bertanggung
jawab
kepada
anggota
melalui
forum
tertinggi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD.
BAB V
KEPUTUSAN
Pasal 7
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Semua permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan dan kegiatan residen
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat untuk menghasilkan
keputusan. Apabila tidak tercapai, keputusan diambil dengan penghitungan
suara terbanyak (voting).
BAB VI
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 8
ANGGARAN RUMAH TANGGA
1.
Segala sesuatu
yang
belum
diatur
atau
belum
ditetapkan
dalam
Anggaran Dasar ini akan diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
220
Tangga.
2. Anggaran Rumah Tangga disahkan
oleh
forum
tertinggi Organisasi
Residen Anestesi FK-UNPAD.
BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 9
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Anggaran Dasar
dapat
diubah
oleh
forum
tertinggi
Organisasi Residen
Anestesi FK-UNPAD dan perubahannya sah, apabila diputuskan dengan suara
minimal ½ dari jumlah peserta forum tertinggi anggota yang hadir + 1 orang
yang terdaftar dalam daftar hadir.
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 10
KETENTUAN PENUTUP
1. Segala
ketentuan
yang
bertentangan
dengan
Anggaran
Dasar
ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam peraturan
diputuskan
oleh
memperhatikan
Organisasi
saran-saran
Anggaran Dasar ini
Residen
Anestesi
FK-UNPAD
Ketua
Program
Studi
dari
dan
dengan
Kepala
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD – RSHS.
3. Hal-hal dalam peraturan Anggaran Dasar ini yang memerlukan peraturan
pelaksanaan diatur lebih lanjut dengan peraturan yang dibuat oleh Ketua
Residen PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS.
4.
Anggaran Dasar ini dianggap tidak berlaku jika bertentangan dengan
Petunjuk
Pelaksanaan
Anestesiologi
dan
Pendidikan
Terapi
Intensif
Penyelenggaraan
FK
UNPAD-RSHS
Dokter
Spesialis
serta
peraturan
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
221
Pasal 11
PENGESAHAN
Anggaran Dasar ini disahkan dalam Musyawarah Besar Anggota Organisasi
Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS pada tanggal 2 Maret 2016 dan dinyatakan
berlaku mulai tanggal tersebut.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
ORGANISASI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RSUP DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
BAB I
KEBERADAAN ORGANISASI
Pasal 1
KEBERADAAN ORGANISASI
Organisasi
Residen
Anestesi
FK
UNPAD-RSHS
berada
di
Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
SYARAT KEANGGOTAAN
1.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Terdaftar
sebagai peserta didik aktif di Program Pendidikan Dokter
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Inensif FK UNPAD-RSUP Hasan Sadikin
Bandung.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
222
Pasal 3
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
1.
Kewajiban anggota:
a. Menjaga nama baik almamater.
b. Tunduk dan taat pada putusan dan peraturan Organisasi dan peraturan
yang
berlaku
di
Program
Studi
serta
Departemen
Anestesiologi
danTerapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
c. Turut mendukung serta melaksanakan kebijakan dan kegiatan- kegiatan
Organisasi PPDS Anestesiologi danTerapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung.
2.
Hak anggota:
a. Menyatakan pendapat
b. Memberikan suara
c. Memberikan saran untuk kebaikan dan kemajuan Organisasi PPDS
Anestesiologi danTerapi Intensif
FK UNPAD-RSUP Hasan Sadikin
Bandung
d. Memilih dan dipilih dalam forum tertinggi organisasi.
Pasal 4
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Anggota berhenti jika sudah tidak tercatat sebagai peserta didik PPDS
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung,
atau telah terbit surat pemberhentian sebagai peserta didik dari Dekan FK
Unpad.
BAB III
PIMPINAN
Pasal 5
PERGANTIAN PIMPIANAN
Pergantian pimpinan Organisasi PPDS Anestesiologi danTerapi Intensif
FK
UNPAD-RSUP Hasan Sadikin Bandung dilakukan setelah periode satu semester
dan disetujui oleh Ketua Program Studi.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
223
Pasal 6
PEMILIHAN PIMPINAN
1.
Syarat untuk
menjadi
kandidat Ketua Organisasi Residen Anestesi FK
UNPAD-RSHS Bandung adalah residen semester 7 dengan masa studi yang
masih akan berlangsung minimal 6 bulan lagi (1 semester).
2.
Syarat untuk menjadi kandidat Wakil Ketua Organisasi Residen Anestesi
FK UNPAD-RSHS adalah residen semester 6.
3.
Pemilihan dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil melalui mekanisme pengambilan suara terbanyak/Voting.
Pasal 7
PEMBERHENTIAN PIMPINAN
Pimpinan dinyatakan berhenti apabila:
a. Selesai masa studi
b. Melanggar AD/ART
c. Diberhentikan oleh Ketua Program Studi apabila dianggap tidak cakap
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi berdasarkan masukan dari
Konsulen dalam Rapat Konsulen.
BAB IV
PENGURUS
Pasal 8
KEPENGURUSAN
1.
Ketua Residen dapat membentuk bidang dan komisi sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
2.
Bidang dan Komisi adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan
hal-hal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal
pelaksanaan dan pengembangan program.
3.
Batas wewenang dan kedudukan lembaga kepanitiaan seperti yang
dimaksud ayat 1 di atas ditentukan dalam Surat Keputusan Ketua
Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS.
4.
Bidang dan Komisi bertanggung jawab kepada Ketua Residen Anestesi FK
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
224
UNPAD-RSHS.
5.
Ketua Bidang dan Komisi dipilih oleh Ketua Residen Anestesi FK UNPADRSHS dari anggota PPDS yang dianggap dapat mengemban amanah dan
bertanggung-jawab.
6.
Anggota Bidang dan Komisi diajukan oleh ketua Bidang dan Komisi yang
selanjutnya disetujui oleh Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS.
7.
Ketua dapat membubarkan suatu bidang dan komisi atau merubah
susunan anggota pengurusnya atas dasar musyawarah atau pertimbangan
pengurus bidang dan komisi itu sendiri.
BAB V
FORUM TERTINGGI
Pasal 9
FORUM TERTINGGI PPDS ANESTESI FK UNPAD
1.
Nama Forum Tertinggi Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS
adalah Musyawarah Besar Anggota yang diselenggarakan 6 bulan sekali.
2.
Musyawarah Besar Anggota diselenggarakan oleh anggota Organisasi
Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS.
3.
Musyawarah Besar Anggota dinyatakan sah apabila dihadiri oeh anggota
Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS dengan tidak memandang
jumlah yang hadir, asalkan undangan disampaikan secara sah kepada yang
bersangkutan.
4.
Musaywarah Besar dihadiri oleh:
a. Anggota Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS
b. Pengurus Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS
5.
Isi dan susunan acara Musyawarah Besar dibuat oleh panitia Musyawarah
Besar berdasarkan saran dan usul peserta Musayawarah Besar Anggota.
6.
Acara pokok dalam Musyawarah Besar Anggota:
a. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS.
b. Revisi dan Penetapan AD/ART Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
225
RSHS.
c. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS.
7.
Ketentuan Tata Tertib dibuat oleh Organisasi Residen Anestesi FK UNPADRSHS dan disahkan dalam Musyawarah Besar Anggota.
BAB VI
RAPAT
Pasal 10
RAPAT KERJA
1.
Rapat kerja ditentukan oleh Bidan atau Komisi yang berkepentingan
dengan Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS.
2.
Rapat kerja berfungsi untuk merumuskan agenda kerja Bidang dan Komisi
pada masa periode yang ditentukan sesuai dengan bidang kerja yang
berhubungan dengan tugasnya.
3.
Keputusan dari rapat kerja berlaku setelah disahkan oleh Ketua Residen
Anestesi FK UNPAD-RSHS.
Pasal 11
RAPAT KOORDINASI
Masing-masing Bidang dan Komisi dapat mengadakan rapat koordinasi sebagai
sarana konsolidasi apabila diperlukan.
Pasal 12
RAPAT PLENO
Rapat Pleno merupakan forum evaluasi Program Kerja masing-masing Bidang
dan Komisi. Rapat Pleno dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dalam 1 periode
kepengurusan.
BAB VII
MUSYAWARAH
Pasal 13
KEPUTUSAN MUSYAWARAH
1.
Keputusan musyawarah diusahakan dengan suara bulat.
2.
Apabila pengambilan keputusan dilakukan dengan pengambilan suara
terbanyak, maka keputusan dengan suara terbanyak bersifat mutlak.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
226
3.
Pengambilan keputusan atas seseorang atau masalah yang bersifat penting
dan rahasia dilakukan secara tertutup.
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 14
KEUANGAN
Pembiayaan semua operasional Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS
secara umum dibiayai melalui dana kemahasiswaan yang diperoleh dari
Departemen Anestesiolgi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
BAB IX
PENUTUP
Pasal 15
KETENTUAN PENUTUP
1.
Segala ketentuan yang bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga ini
dinyatakan tidak berlaku.
2.
Segala yang belum diatur dalam peraturan Anggaran Rumah Tangga ini
diputuskan oleh Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS terpilih dengan
memperhatikan saran-saran anggota dan Dewan Chief Residen.
3.
Anggaran Rumah Tangga ini dianggap tidak berlaku jika bertentangan
dengan
Petunjuk
Pelaksanaan
Pendidikan
Penyelenggaraan
Dokter
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS serta peraturan
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS.
Pasal 16
PENGESAHAN
Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam Musyawarah Besar Anggota
Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS pada tanggal 2 Maret 2016 dan
dinyatakan berlaku mulai tanggal tersebut.
PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
227
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Universitas Padjadjaran Tahun
Akademik 2013/2014.
2.
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Kedokteran, Universitas
Padjadjaran 2015/2016.
3.
Standar kompetensi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Terapi Intensif (KATI) 2015.
4.
Buku
panduan
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis-1
(PPDS-1)
Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran tahun 2014/2015
5.
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
6.
Pedoman Penulisan Tesis/Disertasi Unpad tahun Akademik 2012/2013.

PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif
Download