BUKU PANDUAN PENDIDIKAN Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan T e r a p i I n t e n s i f 2016/2017 Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Jl.Pasteur No.38 Bandung (022) 2038285 Buku PanduanPendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif DepartemenAnestesiologi dan Terapi Intensif FakultasKedokteranUniversitasPadjadjaran RSUP Dr. Hasan SadikinBandung 2016/2017 BUKU PANDUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGIDAN TERAPI INTENSIF 2016/2017 Tim Penyusun Staf Pengajar Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran LEMBAR PENGESAHAN Buku Panduan Pendidikan Dokter Spesialis ini telah disahkan pada tanggal yang tertera dibawah ini Bandung, 1 Mei 2016 Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Dr. Iwan Fuadi, dr.,SpAn, KNA, Mkes Dekan Fakultas Kedokteran Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Ruli H Sitanggang, dr.,SpAnKIC,KAP,MKes Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin, Universitas Padjadjaran, Dr.Yoni Fuadah Syukriyani, dr.,SpF.,DFM Ayi jembarsari, dr., MARS Kata Pengantar Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn,KNA, M.Kes. Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Unpad/RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya bagi Allah Subhanahuwata’ala karena dapat diterbitkannya Buku Panduan PendidikanProgram studi Anestesiologi dan Terapi Intensif edisi 2016. Penerbitan Buku Panduan edisi terbaru ini menjadi penting karena edisi terakhir yang dikeluarkan Prodi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran adalah tahun 2015. Pada tahun 2015 Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI) telah menerbitkan Standar Kompentensi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia. Sehingga dengan demikian Buku panduan edisi tahun 2016 perlu diperbaiki untuk mengikuti kemajuan. Adapun rujukan yang digunakan terdiri dari Undang-Undang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan, Standar Kompentensi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI), buku panduan dan pedoman yang dikeluarkan oleh Universitas Padjadjaran, dan lain-lain seperti yang tercantum di halaman belakang. Diharapkan buku panduan ini dapat menjadi pedoman bagi peserta didik atau calon peserta didikprodi Anestesiologi dan Terapi Intensif, para pembimbing, pendidik, dan penilai, sehingga dapat mengenal dan memahami lebih jelas mengenai Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang pelaksanaannya dilakukanan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS Jejaringnya. Kami mencoba menyusun buku panduan ini seefisien dan sepraktis mungkin agar menjadi lebih mudah dalam penerapannya, walaupun sudah dapat dipastikan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami senantiasaterbuka menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menjadikan buku panduan ini lebih baik lagi. Akhir kata, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ketua Program Studisebelumnya, Kepala Departemen, staf pengajar dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah banyak berjasa dalam penyusunan buku panduan ini. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bandung, Mei 2016 Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn, KNA, M.Kes. NIP. 19711209 199903 1002 Kata Pengantar Ruli Herman S., dr., SpAn, KIC, KAP, M.Kes. Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Unpad/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode 2014-2017 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya bagi Allah Subhanahuwata’ala karena dapat diterbitkannya Buku Panduan Pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif edisi 2016. Akreditasi yang akan dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-Ptkes) akan dilaksanan tahun 2017 dan buku panduan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk akreditasi pendidikan spesialis anestesiologi dan terapi intensif. Buku Panduan Pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif berisi sejarah, proses penyelenggaraan pendidikan, evaluasi dan penilaian, tata tertib dan sanksi yang berlangsung di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin/Fakultas Kedokteran Unpad. Akhir kata, saya sebagai Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua staf pengajar yang telah berhasil membuat buku panduan ini yang cikal bakalnya adalah buku panduan PPDS-1 Anestesiologi tahun 2004, 2006, 2011, dan 2014. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bandung, Mei 2016 Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Ruli Herman S., dr., SpAn, KIC, KAP, M.Kes. NIP. 19551207 198312 1001 DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi iii Daftar Singkatan iv BAB 1 Sejarah Program Studi, Visi, Misi dan Tujuan 1 BAB 2 Organisasi penyelenggara 8 BAB 3 Tata Cara Penerimaan Peserta Didik 20 BAB 4 Tenaga Pengajar 27 BAB 5 Kurikulum 37 BAB 6 Evaluasi dan Penilaian 90 BAB 7 Etika Pendidikan 107 BAB 8 Tata Tertib 117 BAB 9 Sanksi 129 BAB 10 Pemutusan Studi, Pemutusan Studi Sementara dan Pengunduran Diri BAB 11 Adaptasi Dokter Spesialis Anestesiologi Lulusan Luar Negeri BAB 12 139 143 Panduan Karya Tulis Laporan Kasus, Tinjauan Pustaka, Tesis, Ringkasan Penelitian, Penulisan Di Jurnal Ilmiah Nasional, 146 BAB 13 Bimbingan Akademik dan Konseling 198 BAB 14 Stase Peserta Didik dari Program Studi Lain 201 BAB 15 Sarana dan Prasarana 203 BAB 16 Penelitian dan Kerjasama 205 BAB 17 Organisasi Peserta Didik 208 Daftar Pustaka 226 DAFTAR SINGKATAN AHA ALS ASA ATLS ACLS American Heart Association Advanced Life Support American’s Society of Anesthesiologist Advanced Trauma Life Support Advanced Cardiac Life Support BLS BUMN BM Basic Life Support BT Bedside Teaching CR Chief Residen CCM CVC Critical Care Medicine Central Vein Catether DPJP Dokter Penanggung Jawab Pasien Dr dr Depkes DO Doktor dokter Departemen Kesehatan EKG Elektro Kardio Grafi FK Fakultas Kedokteran FKUP FKN Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran Negeri GICU Hc HCU General Intensive Care Unit Honoris causa High Care Unit IPK IPDS ICU INA-SNACC IDI Indeks Prestasi Kumulatif Institusi Pendidikan Dokter Spesialis JR Journal Reading KATI KUN Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia Komisi Ujian Nasional Badan Usaha Milik Negara Bedah Mulut Drop out Intensive Care Unit Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care Ikatan Dokter Indonesia KPS KNA KIC KAKV KAP KAO Ketua Program Studi Konsultan Neuroanestesi Konsultan Intensive Care Konsultan Anestesi Kardio Vaskuler Konsultan Anestesi Pediatrik Konsultan Anestesi Obstetrik KMN KAA KAR KODEKI Kemkes Konsultan Managemen Nyeri Konsultan Anestesi Ambulatori Konsultan Anestesi Regional Kode Etik Kedokteran Indonesia Kementrian Kesehatan Kemdiknas Kementrian Pendidikan Nasional Kemhan Kementrian Pertahanan Kemdagri Kementrian Dalam Negri LAM LK LMA Lembaga Akreditasi Mandiri Laporan Kasus MM MKes MKDK MKDU MKK MKKI MKEK Magister Managemen Magister Kesehatan Mata Kuliah Dasar Khusus Mata Kuliah Dasar Umum Mata Kuliah Keahlian Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia Majelis Kehormatan Etika Kedokteran NC Neurochirurgi (Bedah Saraf) ODS One Day Surgery OK Operatie Kamer (Kamar Operasi/Ruang Operasi/Kamar Laryngeal Mask Airway Bedah) OPA OHP oropharyngeal airway Overhead projector PACU Perdici PAP Perdatin Post Anesthesia Care Unit PPDS PPCD PONV PNS Perhimpunan Dokter Intensif Care Indonesia Penilaian Acuan Patokan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia Program Pendidikan Dokter Spesialis Program Pascasarjana Combined Degree Post operative Nausea and Vomiting Pegawai Negri Sipil Polri PPISLN PTC PLS Polisi Republik Indonesia Panitia Penilai Ijazah Sarjana Lulusan Luar Negeri RJP Resusitasi Jantung Paru RJPO RR RS RSHS RSU RSUD RSJP RUSPAU Resusitasi Jantung Paru Otak SpAn SPS Spesialis Anestesiologi Sekretaris Program Studi SIP STR SKS Surat Ijin Praktek Surat Tanda Registrasi Satuan Kredit Semester TIU TIK TBR THT TNI Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus Unpad UP Universitas Padjadjaran Usulan Penelitian UGD Unit Gawat Darurat Urologi Uro Primary Trauma Care Prolonged Life Support Recovery Room Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Hasan Sadikin Umum Umum Daerah Jantung Pusat Pusat Angkatan Udara Textbook Reading Telinga Hidung Tenggorok Tentara Nasional Indonesia BAB 1 SEJARAH PROGRAM STUDI, VISI, MISI, DAN TUJUAN 1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung atau lebih dikenal dengan RSHS diresmikan pertama kali pada tanggal 23 Oktober 1923 dengan nama Her Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis atas prakarsa dari perkumpulan orangorang terkemuka di Bandung yang bernama Vereneeging Bandoengsche Ziekenhuis. Saat itu RSHS hanya memiliki kapasitas 102 tempat tidur. Pada tanggal 30 April 1927, nama RSHS diubah menjadi Gmeente Ziekenhuis Juliana dengan kapasitas 300 tempat tidur. Pada tahun 1928, bekerja dua orang dokter pribumi pertama, yaitu dr. Tjokrohadidoyo dan dr. Djoendjoenan Setiakusumah. Selanjutnya nama rumah sakit diganti menjadi Rumah Sakit Rancabadak, latar belakang pergantian nama ini tidak diketahui dengan pasti tetapi konon disesuaikan dengan nama kampung tempat rumah sakit ini berada. Selama masa pendudukan Jepang, 1942-1945, Rumah Sakit Rancabadak digunakan sebagai rumah sakit tentara Ryukugun Byoin. Setelah Jepang menyerah, rumah sakit dikuasai lagi oleh Belanda dan digunakan sebagai rumah sakit umum. Dalam perkembangannya, Rumah Sakit Rancabadak berada di bawah Kota Pradja Bandung, kemudian pada tahun 1954 ditetapkan oleh Menteri Kesehatan menjadi Rumah Sakit Propinsi dan berada dibawah Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pada tanggal 24 Juli 1956, Rumah Sakit Rancabadak ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas 600 tempat tidur. Pada pertengahan tahun 1956, terbentuk Yayasan Fakultas Kedokteran Bandung, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1957 berdirilah Universitas Padjadjaran dengan Fakultas Kedokteran sebagai salah satu program pendidikan. Tanggal 8 Oktober 1967, Rumah Sakit Umum Pusat Bandung berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin sebagai tanda penghormatan atas jasa-jasa Dr. Hasan Sadikin (Direktur pribumi ke­3). Pada awalnya, Bagian Anestesiologi berada di bawah Bagian Ilmu Bedah, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 1 2 dan tindakan anestesi umum dilakukan oleh para dokter asisten bedah. Perhatian utama masih pada pembedahan, bukan pada anestesinya. Dalam perkembangan selanjutnya, bagian Anestesiologi memisahkan diri dari Bagian Ilmu Bedah untuk membentuk bagian tersendiri. Pemisahan ini dianggap perlu mengingat perkembangan Ilmu Anestesi pada khususnya dan Ilmu Kedokteran pada umumnya yang demikian pesat. Saat didirikan, bagian Anestesiologi hanya memiliki satu orang dokter spesialis Anestesi, yaitu dr. Tb. Zuchradi (alm), namun secara berangsur-angsur Bagian Anestesiologi mulai mengembangkan diri baik dalam jumlah staf, peralatan, maupun teknik anestesi. Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin pada tahun 1969 diakui sebagai Pusat Pendidikan Ilmu Anestesi di Indonesia bersama-sama dengan Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Sebagai Kepala Bagian saat itu adalah dr. Tb. Zuchradi, Wakil Kepala Bagian dr. Marsudi Rasman, serta staf yang terdiri dari dr. Budi Sayuto, dr. A. Himendra Wargahadibrata dan dr. Afifi Ruchili. Masih pada tahun yang sama, timbul gagasan dari dr. Tb. Zuchradi sebagai Kepala Bagian Anestesiologi RSHS untuk membangun Intensive Care Unit (ICU). Pada bulan Desember 1969 ICU selesai dibangun dan baru diresmikan pada tanggal 1 September 1971 dengan dr. Tb. Zuchradi sebagai Kepala ICU dan dr. Demin Shen sebagai Wakil Kepala Bagian ICU. Saat itu ICU RSHS merupakan satu-satunya ICU di kota Bandung. Per tanggal 1 Januari 1975, kedudukan ICU berada di bawah Bagian Anestesiologi dan dr. Tb. Zuchradi diangkat sebagai Kepala Bagian Anestesiologi/ ICU, dr. Marsudi Rasman sebagai Pelaksaan Harian dan dr. A. Himendra sebagai pejabat kepala sub-bagian. Seiring dengan berjalannya waktu, Bagian Anestesiologi dan Perawatan Intensif Fakultas Kedokteran UNPAD/RSHS semakin berkembang dan jumlah staf pengajarnya pun semakin bertambah. Tahun 1980, jumlah staf pengajar bertambah dengan masuknya dr. U. Kaswiyan Adipradja, SpAn. Tahun 1984 masuk pula dr. Zubair Dangkua, SpAn, dr. Deddy Koesmayadi, SpAn dan dr. Errasmus Soerasdi, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 3 SpAn untuk memperkuat barisan staf pengajar. Tahun 1985, dr. Eri Surahman, SpAn masuk menjadi staf pengajar disusul kemudian oleh dr. Atik Sutisna, SpAn pada tahun 1986, tetapi kemudian beliau pindah tugas ke RSUD Gunung Jati Cirebon. Pada tahun 1987, dr. Tatang Bisri, SpAn masuk menjadi staf pengajar, dan dr. A. Himendra Wargahadibrata, SpAn diangkat menjadi Pembantu Rektor III Universitas Padjadjaran sampai tahun 1998. Berturut-turut bergabung menjadi staf pengajar, dr. Ike Sri Redjeki, SpAn dan dr. Muthalib Nawawi, SpAn (1990), dr. Husi Husaeni, SpAn. (1991), dr. Ruli Herman Sitanggang, SpAn (1995), dr. Tinni Trihartini Maskoen, SpAn dan dr. Doddy Tavianto, SpAn (1999) dr. Rudi K. Kadarsah (2001), dr. Ezra Oktaliansyah, SpAn, MKes. dr. Erwin Pradian, SpAn, MKes. dan dr. Iwan Fuadi, SpAn, MKes. (2004), dr. Dedi Fitri Yadi, SpAn dan dr. Suwarman, SpAn., MKes. (2006), dr. Indriasari, SpAn, M.Kes, dr. Dewi Yulianti Bisri, SpAn, M.Kes, dr. Reza Widianto Sudjud, SpAn, M.Kes (2010), dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn, M.Kes, dr. Iwan Abdul Rahman, SpAn, M.Kes, dr. M. Andy Prihartono, SpAn, M.Kes, (2011), dr. Ricky Aditya, SpAn, M.Kes, dr. Dhany Budipratama, SpAn (2012), dr. Nurita Dian KSS, SpAn (2013), dr. M. Erias Erlangga, SpAn, dr. Radian Ahmad Halimi, SpAn, dr. Osmond Muftilov Pison Sirait, SpAn (2015). Total jumlah staf pengajar di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RSHS saat ini adalah 24 orang. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien, pada tahun 1998 didirikan Instalasi Anestesi yang dipimpin oleh dr. Deddy Koesmayadi, SpAn, KIC. Pada tahun yang sama Bagian Anestesiologi dan Perawatan Intensif FK UNPAD/RSHS menghasilkan satu orang Guru Besar dalam Bidang Anestesiologi yang juga merupakan Guru Besar Pertama untuk bidang tersebut di Jawa Barat, sekaligus juga merupakan alumni pertama lulusan Anestesiologi dan Perawatan Instensif FK UNPAD yang meraih gelar Guru Besar. Beliau adalah Prof. dr. A. Himendra Wargahadibrata, SpAn, KNA, KIC. Tahun 2002 seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, Bagian Anestesiologi dan Perawatan Intensif berubah nama menjadi Departemen Anestesiologi dan Reanimasi atas dasar pemikiran bahwa lingkup pelayanan dan perawatan anestesiologi tidak hanya terbatas pada masalah pembiusan dan perawatan intensif saja, tetapi juga meliputi resusitasi, kedokteran gawat darurat, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 4 kedokteran bencana alam, pengelolaan nyeri dan detoksifikasi narkotik. Tahun 2004, keluarga besar Anestesi Bandung berduka atas kepergian putra terbaiknya yaitu dr. Tb. Zuchradi, SpAn Tanggal 9 Oktober 2004, Prof. Dr. Tatang Bisri, dr., SpAn-KNA dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UNPAD dalam Bidang Ilmu Anestesiologi, dan pada tahun 2007, Prof. U. Kaswiyan Adipradja, dr, SpAnK dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Anestesiologi. Pusat pendidikan Anestesiologi dan Reanimasi Fakulltas Kedokteran UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung berkembang dengan pesat dan mulai tahun 2004 dibuka pendidikan Spesialisasi 2 (Sp2) untuk bidang kajian Neuroanestesi (KNA) dan untuk saat ini merupakan satu-satunya pusat pendidikan di Indonesia. Tahun 2005 diresmikan pendidikan Spesialisasi 2 (Sp2) bidang kaijan Intensive Care (KIC), selain di Jakarta dan Surabaya. Tahun 2010, pada Kongres Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi di Medan, Kolegium Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia berubah menjadi Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia, yang diikuti dengan perubahan nama Departemen dan Program Studi menjadi Departemen/Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif. Dalam segi pengembangan staf, hampir seluruh staf pengajar pernah mengikuti pendidikan lanjutan di berbagai negara seperti Amerika, Jepang, Belanda, Belgia, Australia, Phillipina, Thailand dan lain-lain. Untuk meningkatkan kemampuan psikomotor dan kemandirian para peserta didik dalam pengelolaan pasien, proses belajar mengajar tidak terbatas hanya di RSUP Dr Hasan Sadikin dan RS Mata Cicendo saja tetapi juga dilakukan di beberapa rumah sakit jejaring baik di Jawa Barat maupun di luar Jawa Barat. Para peserta didik PPDS Anestesiologi mendapat kepercayaan dalam tugastugas penting sebagai anggota Tim Kesehatan Kepresidenan (RI 1) dan Wakil Presiden (RI 2), pejabat khusus atau undangan tamu negara bila mengadakan kunjungan ke kota Bandung dan sekitarnya, Bakti Sosial operasi bibir sumbing bersama tim Bedah Mulut dan Bedah Plastik keseluruh wilayah di Indonesia dan Tim Siaga Bencana RSUP Hasan Sadikin yang sewaktu-waktu harus bersedia dikirim ke PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 5 seluruh wilayah di Indonesia yang sedang mengalami bencana atau konflik. Ruang lingkup kegiatan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki 8 divisi, yaitu: Divisi Kardiotoraksik dan Vaskular, Divisi Neuroanestesia, Divisi Anestesi Pediatrik, Divisi Manajemen Nyeri, Divisi Terapi Intensif, Divisi Anestesi Regional, Divisi Anestesi Obstetri, dan Divisi Anestesi Emergensi dan Traumatologi. Beberapa staf senior yang telah memasuki masa purna bakti sebagai staf pengajar di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, tetapi tetap meluangkan waktunya untuk mengajar, mendidik dan menguji peserta PPDS Anestesiologi, mereka adalah dr. Marsudi Rasman, SpAn-KIC, KNA, Prof. dr. A. Himendra Wargahadibrata, SpAn, KNA, KIC, dr. Afifi Ruchili, SpAn, KAR, Prof. U. Kaswiyan, dr, SpAn, KAP, KAO, Dr. dr. Ike Sri Redjeki, SpAn, KIC, KMN, M.Kes. Sejak didirikannya hingga sekarang, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RSHS telah meluluskan 310 orang spesialis anestesi yang tersebar di seluruh Indonesia. Berikut adalah nama-nama Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif sejak mulai berdiri: 1. Tb. Zuchradi, dr, SpAn Tahun 1964–1985 2. Prof. A. Himendra Wargahadibrata, dr, SpAn, KIC, KNA Tahun 1985–1987 3. Marsudi Rasman, dr, SpAn, KIC, KNA Tahun 1987–1990 4. Afifi Ruchili, dr, SpAn, KAR Tahun 1990–2002 5. Prof. U. Kaswiyan, dr, SpAn, KAP, KAO Tahun 2002–2008 6. Deddy Koesmayadi, dr, SpAnKIC Tahun 2008–2010 7. Dr. Ike Sri Rejeki, dr.SpAn-KIC, KMN, M.Kes Tahun 2010–2014 8. Ruli Herman S, dr. SpAn-KIC, KAP, M. Kes. Tahun 2014–sekarang Ketua Program Studi Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif sejak mulai berdiri: 1. Marsudi Rasman, dr, SpAn, KIC, KNA Tahun 1985–1987 2. Afifi Ruchili, dr, SpAn, KAR Tahun 1987–1990 3. Prof. A. Himendra Wargahadibrata, dr, SpAn, KIC, KNA Tahun 1990–2002 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 6 4. Prof. Dr. Tatang Bisri, SpAn. KNA, KAO Tahun 2002–2012 5. Dr. Erwin Pradian, dr., SpAn, KIC, KAR, M.Kes Tahun 2012–2014 6. Dr. Ike Sri Rejeki, dr.SpAn-KIC, KMN, M.Kes Tahun 2015–2015 7. Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn, KNA. M.Kes Tahun 2016–sekarang 1.2 VISI dan MISI 1.2.1 Visi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unpad Menjadi institusi pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang unggul dan mampu mendorong daya saing bangsa pada tahun 2020 1. Institusi pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang unggul adalah institusi pendidikan yang terbaik dan melebihi standar dalam kualitas pendidikan, penelitian, dan pelayanan masyarakat.Institusi pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran memiliki dua program pendidikan unggulan yaitu intensive care dan neuroanestesi. 2. Institusi pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang berdaya saing adalah institusi pendidikan yang mempunyai kesanggupan, kemampuan dan kekuatan untuk bersaing dengan program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif di Nasional dan Internasional. 1.2.2 Misi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unpad 1. Menyelenggarakan pendidikan di bidang Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif yang terintegrasi dengan pelayanan dan penelitian sesuai Standar Nasional Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif dan mengikuti perkembangan Nasional dan Internasional yang mutahir. 2. Meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian serta publikasi baik Nasional maupun Internasional. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 7 3. Melakukan pengabdian kepada masyarakat di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif yang berkualitas sesuai dengan standar profesi. 1.3 Tujuan Pendidikan A. Tujuan Umum Menghasilkan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang unggul dan mampu mendorong daya saing bangsa. B. Tujuan Khusus 1. Mempunyai pengetahuan dan memiliki ketrampilan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif sesuai standar Nasional dengan keunggulan di bidang intensive care dan neuroanestesi sehingga mampu memberikan pelayanan dan memecahkan permasalahan di masyarakat. 2. Mempunyai tanggung jawab profesi, moral dan dapat mengamalkan pengetahuan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. 3. Mampu merencanakan dan melaksanakan pendidikan dan penelitian yang berkualitas secara mandiri dalam rangka pengembangan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif serta berperan dalam kegiatan ilmiah Internasional. 4. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat secara profesional di bidang Anestesiologi 5. Mampu dan Terapi Intensif. bekerjasama dengan sejawat lain serta menjunjung tinggi etika dan norma-norma yang berlaku. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 8 BAB 2 ORGANISASI PENYELENGGARA 2.1 Penyelenggara Dirjen Dikti bersama-sama dengan Kolegium Pendidikan telah menetapkan melalui ketetapannya bahwa program pendidikan dokter spesialis harus dilaksanakan di Fakultas Kedokteran (FK) Negeri dan Rumah Sakit (RS) pendidikan yang memenuhi persyaratan jumlah dan macam kasus, sehingga pengalaman belajar dapat terpenuhi. Dalam hal ini, penyelenggaraan pendidikan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung sebagai rumah sakit pendidikannya. 2.2 Pengelola Pengelola Program Studi terdiri dari seorang Ketua program studi (KPS) dan seorang Sekretaris Program Studi (SPS), yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kurikulum. Secara administratif KPS mempertanggungjawabkan tugas tersebut kepada Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi diusulkan oleh Kepala Departemen kepada Dekan, dan diangkat dengan surat Keputusan Dekan atas nama Rektor dengan masa berlaku selama periode 5 tahun. Struktur Organisasi Program Studi (Prodi) Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran terdiri dari: 1. Unsur pimpinan: Ketua Program Studi. 2. Unsur pelaksana: Penanggung Jawab Stase,Evaluator semester, Penanggung jawab Divisi, Penanggung Jawab Semester 1–8, Penanggung jawab stase. 3. Unsur pelaksana administrasi akademik: staf kependidikan. 4. Unsur kelompok staf pendidik. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 9 Adapun ketentuan sebagai berikut: 1. Setiap program studi dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) di FK/RS Pendidikan dikelola oleh seorang KPS dan tidak boleh dirangkap oleh jabatan Kepala Departemen. 2. a. Ketua Program Studi adalah seorang Penilai yang merupakan hasil pemilihan di antara kelompok pengajar dalam bidang ilmu yang bersangkutan dan diusulkan oleh Kepala Departemen. b. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi bertanggung jawab untuk terselenggaranya pendidikan sesuai dengan kurikulum dan secara administratif melaporkan kegiatannya kepada Kepala Departemen. 3. Ketua Program Studi diangkat dengan Surat Keputusan Dekan atas nama Rektor sehingga dengan demikian bertanggung jawab pada Rektor melalui Dekan selain juga bertanggung jawab terhadap Kepala Departemen. 4. Ketua Program Studi harus seorang Doktor atau minimal Kandidat Doktor, Spesialis Anestesiologi Konsultan yang diakui Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia serta berstatus Penilai. 5. Ketua Program Studi bertanggung jawab atas pengelolaan semua kegiatan penyelenggaraan program studi bidang ilmu kedokteran tertentu dan membantu pimpinan Fakultas Kedokteran. 2.3 Hubungan Ketua Program Studi dengan Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Dengan memperhatikan batasan organisasi yang berlaku serta perkembangan tatalaksana hubungan administratif dalam penerapan ketentuan organisasi tersebut di kalangan Fakultas Kedokteran/Rumah Sakit Pendidikan, dibuat batasan tentang hubungan KPS dengan para Kepala Departemen sebagai berikut: 1. Tanggung jawab ketenagaan dan sarana akademik dalam lingkungan FK/RS Pendidikan untuk setiap bidang ilmu dilimpahkan kepada Kepala Departemen. Dengan demikian akan tercakup pula segi-segi pemanfaatan para pengajar dalam kegiatan pendidikan/penelitian/pengabdian masyarakat yang tercantum dalam Program Pascasarjana atau Program Pendidikan Dokter Spesialis. 2. Ketua Program Studi bertanggung jawab kepada Kepala Departemen dan harus PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 10 selalu melibatkan Kepala Departemen untuk mendapatkan dukungan ataupun persetujuan pemanfaatan tenaga pengajar secara keseluruhan ataupun pemanfaatan sarana akademik. 3. Dalam hal program studi PPDS-1 memerlukan modul-modul pendidikan bidang ilmu lain, KPS harus melibatkan KPS lain yang bersangkutan. Selanjutnya perencanaan pendidikan modul tersebut dibahas bersama Kepala Departemen tersebut. 4. Setiap semester, KPS membuat laporan perencanaan pemanfaatan tenaga, sarana akademik yang tercakup dalam penyelenggaraan program studi setelah memperoleh kesepakatan dari KPS lain ataupun Kepala Departemen bidang ilmu yang akan dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibatkan. 5. Bila terjadi kesulitan komunikasi pada persiapan penyelenggaraan program studi, KPS akan mencari penyelesaian bersama Pimpinan FK/RS. 6. Kelancaran penyelenggaraan program pendidikan prasarjana akan selalu menjadi perhatian dalam perencanaan program studi PPDS-1, karena pada hakikatnya hal tersebut menjadi kepentingan bersama semua unsur FK/RS. 2.4. Uraian Tugas Uraian Tugas Kepala Departemen, yaitu: 1. Merumuskan dan mengusulkan program kerja tahunan beserta kebutuhan sumber daya kepada Dekan FK. 2. Menyusun rencana kegiatan bulanan berdasarkan program kerja tahunan yang telah disahkan oleh Dekan FK. 3. Merintis dan menggalang kerja sama internal maupun external bersama Ketua Program Studi dalam rangka mendukung tridharma perguruan tinggi. 4. Mendorong staf pendidik untuk meningkatkan kapasitasnya dalam bentuk pemberian ijin untuk mengikuti kursus/seminar dan lain-lain atau pendidikan formal. 5. Menyelenggarakan pertemuan ilmiah berkala. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 11 6. Menyusun dan mengusulkan prosedur operasional standar (POS) sesuai kebutuhan untuk disahkan oleh Dekan FK. 7. Mengusulkan pemberian tugas dosen yang dibutuhkan untuk penyelenggaran program studi terkait kepada Dekan FK. 8. Mengusulkan pemberian tugas dosen yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan penelitian di pusat studi. 9. Mendukung kebutuhan sumber daya lain yang dibutuhkan oleh program studi dan pusat studi. 10. Melakukan koordinasi dengan program studi dan pusat studi dalam rangka pemenuhan sumber daya. 11. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan secara periodik. 12. Mengevaluasi kinerja staf pendidik dalam rangka pengembangan dan pembinaan karir. 13. Mengusulkan jabatan akademik, pangkat/golongan dosen kepada Dekan FK Unpad. 14. Memberi masukan hasil kinerja staf kependidikan kepada Kepala Bagian Tata Usaha. 15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dekan FK Unpad dalam rangka mendukung kelancaran organisasi Fakultas Kedokteran. Uraian Tugas Ketua Program Studi (KPS), yaitu: 1. Merumuskan dan mengusulkan program kerja akademik beserta kebutuhan sumber daya kepada Dekan FK. 2. Mengembangkan kurikulum pendidikan beserta metodenya berdasarkan penelitian-penelitian terkini. 3. Menyusun rencana kegiatan akademik tiap semester berdasarkan program kerja tahunan yang telah disahkan oleh Dekan FK. 4. Bersama kepala departemen merintis dan menggalang kerja sama internal maupun eksternal dalam rangka mendukung tridharma perguruan tinggi. 5. Melakukan kegiatan sosialisasi program studi dengan berbagai metode dalam rangka menarik minat calon mahasiswa. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 12 6. Menyusun dan mengusulkan prosedur operasional standar (POS) sesuai kebutuhan untuk disahkan oleh dekan FK. 7. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan serta menggerakkan proses akreditasi program studi. 8. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan serta menggerakkan pengajuan ijin baru atau perpanjangan ijin program studi sebelum masa habis ijin. 9. Mengusulkan kebutuhan dosen kepada departemen terkait dalam rangka kelancaran proses akademik. 10. Melaksanakan proses akademik sesuai dengan standar/ kurikulum. 11. Menjaga dan melaksanakan program peningkatan mutu. 12. Bertanggung jawab atas entry data dan validasi data akademik secara berkala 13. Menetapkan dan mengawasi tata tertib akademik. 14. Membina dan memelihara disiplin dan kekompakan unit kerja. 15. Mengawasi pelaksanaan kode etik sivitas akademika dan memberikan masukan kepada Dekan FK bila terjadi pelanggaran. 16. Memantau dan mengevaluasi proses akademik secara berkala. 17. Melakukan koordinasi dengan departemen dalam rangka pemenuhan sumber daya. 18. Melakukan koordinasi dengan pusat studi dalam rangka memfasiltiasi penelitian yang dilakukan oleh peserta didik. 19. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dekan FK Unpad dalam rangka mendukung kelancaran organisasi Fakultas Kedokteran. Uraian Tugas SekretarisProgram Studi (SPS),yaitu: 1. Mengatur stase peserta didik sesuai dengan tahapannya selama 1 (satu) semester. 2. Mengatur jadwal jaga harian peserta didik setiap bulan. 3. Memberikan persetujuan kepada peserta didik untuk tidak mengikuti kegiatan pendidikan peserta didik (kehadiran: sakit, ijin, cuti) setelah berkoordinasi dengan KPS. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 13 4. Memantau absensi harian peserta didik. 5. Mengevaluasi dan memberikan persetujuan judul penelitian yang diajukan oleh peserta didik. 6. Berkoordinasi dengan RS Satelit dan RS Afiliasi dalam pengiriman peserta didik ke Rumah Sakit Terkait. 7. Memberi masukan kepada KPS apabila diperlukan yang berkaitan dengan pendidikan. 8. Bertanggung jawab terhadap seluruh surat masuk dan keluar. 9. Membantu KPS dalam melaksanakan tugas. 10. Ikut bertanggung jawab pada permasalahan seluruh peserta didik. 11. Bertanggung jawab terhadap materi dan kegiatan penerimaan peserta didik baru. 12. Melaporkan hasil evaluasi pengayaan, hasil yudisium, hasil evaluasi lainnya kepada KPS. 13. Menyusun pembimbing I dan pembimbing II penelitian (tesis) peserta didik. Uraian Tugas Evaluator Semester,yaitu: 1. Memantau pelaksanaan jadwal ilmiah dan ujian yang telah disusun oleh penanggung jawab masing masing semester. 2. Mengkoordinir pengumpulan hasil penilaian peserta didik dari masing masing semester dan RS Jejaring. 3. Membuat jadwal ilmiah peserta didik dan memantau kelancaran pelaksanaannya. 4. Memantau absensi acara ilmiah peserta didik, daftar hadir, pembimbing dan moderator ilmiah. 5. Memeriksa hasil kehadiran ilmiah peserta didik setiap semester dan staf pembimbing. 6. Menerima laporan hasil nilai setiap semester dari setiap penanggung jawab tahapan. 7. Melaporkan hasil evaluasi peserta didik kepada KPS. 8. Melakukan koordinasi dengan penanggungjawab stase untuk menentukan stase peserta didik. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 14 9. Membuat laporan kemajuan semester setiap peserta didik 10. Memberikan pertimbangan kepada KPS dalam menjatuhkan sanksi akademik kepada peserta didik. Uraian Tugas Sekretariat prodi,yaitu: 1. Menyelenggarakan kegiatan administrasi menyangkut dokumentasi dan perekaman catatan setiap kegiatan Prodi baik dalam bidang pendidikan, pelayanan medik dan pengabdian masyarakat. 2. Mengatur dan menata alur keluar–masuk setiap dokumen yang dikirimkan atau diterima oleh Prodi. 3. Mengarahkan dan membantu peserta didik atau dalam hal ini menyangkut pencatatan dan pemberkasan persyaratan administrasi selama menempuh pendidikan. 4. Menyiapkan segala keperluan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan rapat pada Prodi. 5. Membantu dalam pengurusan kepegawaian. Uraian Tugas Penanggung Jawab Divisi,yaitu: 1. Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan pelayanan anestesi dan terapi intensif sesuai dengan divisi yang ditugaskan. 2. Berkoordinasi dengan penanggung jawab stase untuk menjamin kegiatan pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi intensif dapat berlangsung dengan optimal. 3. Menyusun rencana kegiatan pelayanan dan pendidikan anestesi dan terapi intensif. 4. Merencanakan pengembangan divisi melalui kerjasama internal dan eksternal. 5. Berkoordinasi dengan penanggung jawab stase dalam menyusun laporan evaluasi hasil pelayanan dan pendidikan anestesi dan terapi intensif. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 15 Uraian Tugas Penanggung Jawab Stase, yaitu: 1. Berkoordinasi dengan penanggung jawab divisi untuk menjamin kegiatan pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi intensif dapat berlangsung dengan optimal 2. Berkoordinasi dengan penanggung jawab semester atas nilai evaluasi dan kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam menjalani stase pendidikan anestesi dan terapi intensif 3. Mengatur jadwal pemberian materi dan jadwal evaluasi pengayaan peserta didik di setiap stase pendidikan anestesi dan terapi intensif 4. Membuat rencana dan jadwal pembelajaran mengenai Anestesi sesuai stase pendidikan anestesi dan terapi intensif dengan berpedoman kepada Modul Kolegium Anestesi. 5. Membuat rencana dan jadwal evaluasi hasil pembelajaran 6. Berkoordinasi dengan penanggung jawab divisi dalam menyusun laporan evaluasi hasil pendidikan anestesi dan terapi intensif 7. Melaporkan hasil pembelajaran dan evaluasi kepada penanggung jawab semester. Uraian Tugas Penanggung Jawab Semester, yaitu: 1. Mengelola hasil evaluasi pelaksanaan pendidikan peserta didik 2. Mengkoordinir pengumpulan buku log pasien dan buku kemajuan peserta didik. 3. Bertanggung jawab atas segala permasalahan pendidikan dari peserta didik semester. 4. Mengajukan jadwal kepada komisi ujian kolegium dalam pelaksanaan ujian tulis nasional. 5. Melaporkan hasil nilai peserta didik setiap akhir semester kepada KPS/SPS dan evaluator. 6. Berkoordinasi dengan KPS apabila ada kendala dari peserta didik yang menyelesaikan penelitiannya. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 16 Uraian Tugas Koordinator Audit Medik, yaitu: 1. Mengadakan pertemuan audit medik membahas kejadian morbiditas dan mortalitas yang terjadi selama proses pendidikan dan pelayanan. 2. Berkoordinasi dengan koordinator pendidikan dan koordinator pelayanan berkaitan dengan kejadian morbiditas dan mortalitas selama pendidikan dan pelayanan. 3. Melaporkan kejadian morbiditas dan mortalitas yang terjadi selama pendidikan dan pelayanan kepada Kepala Departemen. Uraian Tugas Koordinator Penelitian dan Publikasi Ilmiah, yaitu: 1. Memberikan dorongan, membantu serta mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan publikasi karya ilmiah dari staf atau peserta didik. 2. Membimbing penelitian peserta didik. 3. Mempublikasikan hasil kegiatan ilmiah atau penelitian yang dilakukan oleh staf atau peserta didik. 4. Membuat laporan publikasi dan penelitian tahunan Prodi Pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif Universitas Padjadjaran Uraian Tugas Koordinator Pelayanan Medik, yaitu: 1. Memantau serta memonitor setiap kegiatan pelayanan medik yang dilakukan dalam rangka pendidikan dan pembelajaran serta pengajaran sehingga sesuai dengan standar pelayanan medik di RS dan sesuai dengan panduan praktek klinis yang ada di RS agar keselamatan pasien/patient safety tetap terjaga. 2. Meninjau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pembelajaran peserta didik dan staf pengajar di RS pendidikan melalui laporan hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para peserta didik dan kinerja staf secara rutin. 3. Bekerja sama dengan bidang pelayanan medik RS Hasan Sadikin dalam melakukan sosialisasi terhadap tata tertib pegawai tenaga medik peserta PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 17 didik Program Pendidikan Dokter Spesialis I Anestesiologi dan Terapi Intensif Uraian Tugas Koordinator Skill Lab, yaitu: 1. Menjamin keberlangsungan pendidikan terutama yang menyangkut aspek keterampilan klinis setiap peserta didik. 2. Berkoordinasi dengan koordinator pelayanan dan koordinator pendidikan dalam pengembangan peserta didik. Uraian Tugas Gugus Kendali Mutu, yaitu: 1. Membantu KPS dalam kelancaran kegiatan akademik semester. 2. Memonitor dan membahas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung serta mengevaluasi pembelajaran pada akhir semester. 3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja staf pendidik 4. Membuat rekomendasi rekrutmen staf berdasarkan kebutuhan sesuai Renstra Prodi. 5. Melakukan evaluasi diri internal Program Studi secara berkala PENANGGUNG JAWAB SEMESTER Semester 1 2 3 4 5 Penanggung Jawab Dedi Fitri Yadi, dr.,SpAn-KAR.,M.Kes. Ricky Aditya, dr., Sp.An-KIC, M.Kes. Dedi Fitri Yadi, dr.,SpAn-KAR.,M.Kes. Osmond Muftilov Pison S., dr. SpAn Dhany Budipratama, dr., SpAn-KIC Nurita Dian KSS, dr. SpAn, KIC Reza W. Sudjud, dr.,SpAn-KIC, KAKV,M.Kes. Radian Ahmad Halimi, dr. SpAn Indriasari, dr.,SpAn-KIC,M.Kes. M. Erias Erlangga, dr. SpAn. M.Kes. 6 Iwan Abdul Rachman, dr. SpAn, KNA, M.Kes. 7 M Andy Prihartono, dr. SpAn, KMN, KAR M.Kes. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 18 8 Budiana Rismawan, dr.,SpAn-KAKV., M.Kes 9, dst Dr. Dewi Yulianti Bisri, dr., SpAn, KNA, KAO PENANGGUNG JAWAB DIVISI No Divisi Penanggung Jawab 1 Terapi Intensif Dhany Budipratama, dr., SpAn-KIC 2 Manajemen Nyeri Dr. Tinni Trihartini Maskoen, dr.,SpAn-KIC,KMN 3 Neuroanestesi Dr. Iwan Fuadi, dr, SpAn, KNA, M.Kes. 4 Anestesi Regional Dr. Erwin Pradian, dr.,SpAn-KIC,KAR,M.Kes. 5 Anestesi Pediatrik Ezra Oktaliansah, dr.,SpAn-KIC,KAP,M.Kes. 6 Anestesi Kardiotorasik Reza W. Sudjud dr., SpAn-KAKV,KIC, M.Kes. 7 Anestesi Obstetri Dr. Dewi Yulianti Bisri., dr, SpAn-KNA,KAO,M.Kes. 8 EMG Doddy Tavianto, dr., SpAn-KAKV PENANGGUNG JAWAB STASE No Stase Penanggung Jawab 1 ICU Dhany Budipratama, dr., SpAn-KIC 2 EMG Osmond Muftilov Pison S., dr. SpAn 3 Orthopedi/Regional Dedi Fitri Yadi, dr.,SpAn-KAR.,M.Kes. 4 PACU/Pain/Luar OK/Luar RSHS M Andy Prihartono, dr. SpAn, KMN, KAR M.Kes. 5 Pediatrik Ezra Oktaliansah, dr., SpAn-KIC, KAP, M.Kes. 6 Onkologi/Plastik Indriasari, dr.,SpAn-KIC,M.Kes. 7 Digestive M. Erias Erlangga, dr. SpAn. M.Kes. 8 Obgyn Nurita Dian KSS, dr. SpAn, KIC 9 Neuroanestesi Iwan Abdul Rachman, dr. SpAn-KNA, M.Kes. 10 BM/ THT Ardi Zulfariansyah,dr. SpAn-KIC, M.Kes. 11 Urologi Dr. Suwarman, dr, SpAnKIC, KMN, M.Kes. 12 ODS/Endoskopi/IT Radian A. Halimi, dr. SpAn 13 Kardiotorasik/vaskular Reza W. Sudjud, dr.,SpAn-KIC, KAKV,M.Kes. 14 Mata M. Adli B dr. SpAn PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KELOLA DEPARTEMEN/SMF ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK. UNPAD / RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Tahun 2016-2020 Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Hasan Sadikin Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Unit Penjaminan Mutu FK UNPAD Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Ruli Herman S, dr.,SpAn-KIC,KAP,M.Kes Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn-KNA, MKes Gugus kendali mutu Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Dr. Suwarman, dr., SpAn-KIC, KMN, M.Kes Sekretariat dan Tata Usaha Koordinator Audit Medik dan Pengembangan Mutu Departemen/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif Nurita Dian KSS,dr.,Sp.An.,KIC Koordinator Penelitian dan Koordinator Pelayanan Medik Publikasi Departemen/SMF Departemen/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif Anestesiologi dan Terapi Intensif M. Andy Prihartono, dr.,SpAnEzra Oktaliansah, dr.,SpAnKMN., M.Kes KIC., KAP., M.Kes Divisi Ma najeme n Nyeri Dr. Tinni Trihartini Maskoen, dr.,SpAn-KIC,KMN Divisi Anestesi Regional Dr. Erwin Pra dian, dr.,SpAn-KIC,KAR,M.Kes Divisi Anestesi Ka rdiotorasik Rez a W. Sudjud dr., SpAnKAKV,KIC, M.Kes Divisi EMG Doddy Ta vianto, dr., SpAnKAKV Koordinator Skill Lab Departe men/SMF Ane stesiologi dan Tera pi Inte nsif Dedi F itri Yadi, dr.,SpAn.,M.Kes Divisi Terapi Intensif Dha ny Budipratama, dr., SpAn-KIC Divisi Neuroa nestesi Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn- Sekretaris Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Dr. Suwarman, dr., SpAn-KIC, M.Kes Evaluator Semester Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Ardi Zulfariansyah, dr., Sp.AnKIC, M.Kes Penanggung Jawab Semester 1 Dedi Fitri Yadi, dr., SpAn Ricky Aditya, dr, Sp.An Penanggung Jawab Semester 5 Indriasari, dr, Sp.An KIC M. Erias, dr, Sp.An Penanggung Jawab Semester 2 Dedi Fitri Yadi, dr, Sp.An Osmond Muftilov, dr, Sp.An Penanggung Jawab Semester 6 Iwan A. Rahman, dr, Sp.AnKNA Penanggung Jawab Semester 3 Dhany B, dr, Sp.An, KIC Nuri ta Dian, dr, Sp.An, KIC Penanggung Jawab Semester 7 M. Andy Prihartono,dr, Sp.AnKMN Penanggung Jawab Semester 4 Reza.WS, dr, Sp.An, KAKVKIC Radian A. Halimi, dr, Sp.An Penanggung Jawab Semester 8 Budiana Rismawan, dr, Sp.AnKAKV KNA, M.Kes Divisi Anestesi Pediatrik Ezra Okta liansah, dr.,SpAnKIC,KAP,M.Kes PENANGGUNG JAWAB STASE PENDIDIKAN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF Divisi Anestesi Obstetrik Dr. Dewi Yulianti B isri, dr., SpAn-KNA,KAO,M.Kes nduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 19 20 BAB3 TATA CARA PENERIMAAN PESERTA DIDIK Sistem rekrutmen dan seleksi calon Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran mengacu pada pedoman penerimaan mahasiswa baru melalui jalur Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran (SMUP). 3.1 Persyaratan Umum 1. Warga Negara Indonesia lulusan Fakultas Kedokteran yang telah terakreditasi. 2. Warga Negara Asing yang mendapat persetujuan Dirjen Dikti dan memenuhi ketentuan Konsil Kedokteran Indonesia. 3. Mengisi formulir pendaftaran Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan diketik atau ditulis tangan sendiri (dengan huruf balok) yang terdiri atas 3 (tiga) set masing-masing 6 (enam) halaman, dapat di unduh di http://smup.ac.id atau http://pendaftaran.unpad.ac.id. 4. Surat Permohonan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran yang diketik atau ditulis tangan sendiri (dengan huruf balok) ditujukan kepada Yth. Rektor UNPAD melalui Dekan Fakultas Kedokteran UNPAD, tembusan kepada Koordinator PPDS Fakultas Kedokteran UNPAD, dan kepada Ketua Program Studi terkait di Lingkungan FK UNPAD. 5. Fotokopi bukti pembelian PIN (personal identification number) dari Bank Negara Indonesia (BNI)/bank yang ditunjuk. 6. Fotokopi kartu ujian SMUP yang sudah ditanda tangan dan cap jempol tangan kiri. 7. Hasil pencetakan biodata online yang sudah ditempel pas foto berwarna ukuran 3x4, tanda tangan diatas materai dan cap jempol tangan kiri. 8. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP). nduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 20 21 9. Fotokopi ijazah Sarjana Kedokteran (S.Ked) yang telah dilegalisasi oleh pimpinan fakultas. 10. Fotokopi ijazah profesi yang telah dilegalisasi oleh pimpinan fakultas. 11. Fotokopi transkrip akademik S.Ked. yang telah dilegalisasi oleh pimpinan fakultas. 12. Fotokopi transkrip akademik profesi yang telah dilegalisasi oleh pimpinan fakultas. 13. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang masih berlaku 14. Fotokopi Surat Ijin Praktek (SIP) dokter yang masih berlaku. 15. Setelah lulus dokter minimal 1 tahun terhitung sejak dinyatakan lulus ujian kompetensi dokter Indonesia (UKDI) dan telah bekerja di Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit Pemerintah atau Swasta, maupun klinik) selama 1 tahun sejak diterbitkannya SIP dan dinyatakan dalam surat keterangan telah bekerja oleh pimpinan institusi. 16. Bagi dokter yang melaksanakan internship, telah bekerja di institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit Pemerintah atau Swasta, maupun klinik) selama 1 tahun sejak diterbitkannya SIP dan dinyatakan dalam surat keterangan telah bekerja oleh pimpinan institusi. 17. Surat rekomendasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat yang menyatakan tidak pernah melakukan malpraktik atau pelangaran kode etik kedokteran. 18. Surat keterangan berbadan sehat dari rumah sakit pemerintah termasuk pemeriksaan buta warna (tidak buta warna). 19. Surat keterangan bebas penggunaan Narkotik, Psikotropik, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dari rumah sakit pemerintah . 20. Surat Kelakuan Baik dari kepolisian setingkat Kepolisian Resort Kota (POLRESTA). 21. Khusus bagi calon pelamar yang berasal dari instansi TNI dan POLRI, Surat Kelakuan Baik dikeluarkan oleh kesatuan masing-masing yang telah dilegalisasi. 22. Bagi yang telah melaksanakan tugas sebagai pegawai tidak tetap (PTT) wajib melampirkan fotokopi SK pengangkatan dan penempatan PTT, serta surat keterangan selesai masa bakti dari Kementrian Kesehatan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 22 23. Bagi Pegawai Negeri wajib melampirkan fotokopi SK CPNS (80%) dan PNS (100%). 24. Bagi pelamar yang berasal dari TNI dan POLRI wajib melampirkan SPRIN pertama dan SPRIN terakhir. 25. Bagi pelamar yang dikirim oleh instansi pemerintah atau swasta, harus melampirkan surat pernyataan jaminan pembiayaan dari instansi yang mengirim. 26. Bagi yang pernah mengikuti seleksi PPDS Fakultas Kedokteran dimana pun tetapi tidak diterima, wajib melampirkan surat penolakan dari Fakultas Kedokteran penyelengara PPDS yang pernah diikuti. 27. Tidak sedang menempuh seleksi PPDS 1 di Universitas lain di periode yang sama. 28. Seluruh persyaratan diatas masing-masing dibuat 3 rangkap. 3.2 Persyaratan Khusus 1. Indeks prestasi kumulatif (IPK) untuk tingkat sarjana kedokteran dan profesi dokter masing-masing tidak kurang dari 2.75. 2. Wajib memiliki sertifikat telah mengikuti dan lulus kursus ACLS. 3. Usia maksimal 35 tahun saat memulai pendidikan. 4. Pas foto 4 x 6 berwarna (2 buah). 5. Fotokopi sertifikat pendukung (ATLS, FCCS,dll). 6. Surat rekomendasi atasan (kalau ada). 7. Surat tugas belajar (kalau ada). 8. Surat penempatan dimana saudara akan bekerja nanti setelah pendidikan (surat resmi yang dikeluarkan direktur rumah sakit/kepala dinas). 9. Fotokopi sertifikas UKDI. 3.3 Seleksi Calon Peserta PPDS-1 : 1. Tes kemampuan bahasa inggris (dikoordinasikan oleh SMUP TKP PPDS-1). 2. Tes kemampuan belajar advance (dikoordinasikan oleh SMUP TKP PPDS-1). 3. Tes Psikometrik dan kognitif (dikoordinasikan oleh SMUP melalui TKP PPDS-1). PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 23 4. Wawancara (dilakukan oleh Program Studi masing-masing). 5. Tes akademik (dilakukan oleh Program Studi masing-masing). Pedoman penilaian yang digunakan oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif sesuai dengan pedoman penilaian seleksi calon peserta didik baru program pendidikan Dokter Spesialis-Idari Fakultas Kedokteran UNPAD, yaitu: No 1 Komponen Skor Bobot Jumlah Seleksi Administrasi Asal Universitas FK UNPAD Akreditasi A 10 FK negeri selain Unpad Akreditasi A 9 FK Swasta Akreditasi A 7 FK Negeri Akreditasi B 7 FK Swasta Akreditasi B 5 FK Negeri Akreditasi C 4 FK Swasta Akreditasi C 1 Status Kepegawaian PNS Pemda JABAR 7 PNS Pemda PAPUA dan MALUKU/TNI/POLRI 6 PNS Pemda luar JABAR, PAPUA dan MALUKU 4 Swasta/Pasca PTT (daerah terpencil) 3 Swasta/Pasca PTT (daerah non terpencil) 2 Swasta/Non PTT 1 20% Status Beasiswa Beasiswa dari Pemda JABAR 6 Beasiswa dari Pemda Luar Jabar/TNI/POLRI 4 Beasiswa dari Swasta 2 Non-beasiswa 1 IPK Rentang 3,5 – 4,00 8 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 24 Rentang 3,00 – 3,49 5 Rentang 2,50/2,75 – 2,99 3 Penempatan setelah lulus Pemda Jabar 7 Pemda Papua dan Maluku/TNI/POLRI 6 Pemda luar Jabar, Papua dan Maluku 3 Daerah lain 2 2 MMPI 10% 3 TKBI 10% 4 Tes akademik di prodi masing-masing 20% 5 Wawancara 20% Hasil penilaian 100% Hasil penilaian akan dirapatkan oleh Tim rekruitmen sebagai pertimbangan terakhir untuk menentukan jumlah dan kandidat yang diterima, terutama untuk nilai yang berimbang. Calon peserta didik baik yang diterima maupun tidak, dilaporkan ke TKP PPDS, Dekan, dan Rektor untuk diteruskan ke pelamar dengan tembusan ke Kolegium. Jumlah PPDS yang diterima harus memperhatikan kemampuan IPDS untuk mendidik dari segi jumlah staf pendidik aktif (pendidik aktif: PPDS=1:3), sarana dan prasarana IPDS/Rumah Sakit Pendidikan termasuk RS Jejaring, jumlah dan macam kasus, sehingga dapat melaksanakan kurikulum nasional yang telah ditentukan. Secara ringkas jumlah penerimaan per semester adalah jumlah staf pengajar aktif kali 3 dibagi lama pendidikan dalam semester. Cara rekruitmen diatas dimaksudkan untuk memudahkan IPDS mendidik PPDS sehingga dapat menghasilkan dokter Spesialis Anestesi yang sesuai dengan visi/misi FK. UNPAD dan RSHS dan kebutuhan masyarakat. Secara berangsur penilaian akan ditingkatkan agar mutu internasional dapat tercapai. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 25 3.4 Biaya pendidikan Besarnya biaya pendidikan untuk setiap peserta didik tergantung pada status kepegawaian atau tempat kerja peserta didik yang ditentukan oleh pihak universitas sesuai dengan SK Rektor No: 1358/UN.6.RKT/KU/2012 tanggal 1 Maret 2012. Untuk penerimaan periode September 2016, sesuai Peraturan Rektor Unpad No. 8 Tahun 2016. 3.5 Pengumuman Penerimaan Peserta PPDS-1 Daftar kelulusan calon peserta akan ditandatangani oleh Rektor Universitas Padjadjaran dan akan diumumkan melalui website :www.smup.unpad.ac.id dan juga diberitahukan melalui surat yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Peserta yang diterima harus segera menghubungi sekretariat TKP-PPDS untuk mengurus persyaratan administrasi selaku mahasiswa Universitas Padjadjaran, penerimaan mahasiswa PPDS oleh Dekan FK UNPAD dan Direktur RS Pendidikan, dan pengumuman lain yang dipandang perlu. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 26 3.6 Alur Penerimaan Calon PPDS-1 Calon Peserta PPDS Log in ke website pendaftaran SMUP dan melengkapi persyaratan formulir yang diunduh online di smup.unpad.ac.id Verifikasi di TKP FK UNPAD Proses seleksi: I. II. Tingkat Fakultas: Tes TOEFL Tes psikometrik & Kognitif Tingkat Departemen Tes Akademik Ujian Tulis Wawancara III. - Wawancara Penilaian & pengambilan keputusan oleh Tim Seleksi Departemen Anestesiologi Membuat Laporan ke Dekan FK UNPAD Penetapan oleh Rektor UNPAD Pengumuman hasil seleksi di website smup.unpad.ac.id PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 27 BAB 4 TENAGA PENGAJAR 4.1 Persyaratan Staf Pengajar Staf Pengajar adalah seseorang dengan kompetensi sebagai dokter Spesialis Anestesiologi yang diberi wewenang untuk membimbing, mendidik, dan menilai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. 4.2 Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Berdasarkan UU Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah, MKKI, dan Kolegium Anestesiologi & Terapi Intensif, maka di Buku Pedoman Pendidikan Spesialis Anestesiologi ini dibuat aturan sebagai berikut: 1) Kualifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian dan atau spesialis konsultan yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. 2) Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum: a. lulusan program magister (S2) untuk program diploma atau program sarjana; dan b. lulusan program doktor (S3) untuk program pascasarjana (S2,S3). c. lulusan program Konsultan untuk program pendidikan spesialis anestesiologi d. Dosen harus mempunyai kualifikasi minimal setingkat lebih tinggi dari peserta didik. 4.3. Penggolongan Staf Pengajar 4.3.1 Definisi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 27 28 Staf pengajar adalah mereka yang karena keahliannya diberi wewenang untuk menilai, mendidik, dan membimbing pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi. 4.3.2 Penggolongan Staf Pengajar 4.3.2.1 Pembimbing Pembimbing yaitu mereka yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan bimbingan dalam meningkatkan keterampilan peserta didik, tetapi tidak diberi tanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah (kognitif). Kualifikasi: 1. Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya di Fakultas Kedokteran Negeri (FKN) yang ditunjuk oleh Kepala Departemen FKN. 2. Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya (SpAn) diluar FKN dengan masa kerja minimun 3 tahun yang ditunjuk oleh Kepala Departemen FKN. 3. Dalam hal ini berarti SpAn yang sedang mengikuti pendidikan menjadi Spesialis Anestesiologi Konsultan. 4.3.2.2. Pendidik Pendidik yaitu mereka yang selain mempunyai tugas sebagai pembimbing, jugabertanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah. Kualifikasi: 1. Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya dengan pengalaman kerja minimun 3 tahun terus menerus di Fakultas Kedokteran Negeri (FKN) 2. Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya diluar FKN dengan pengalaman kerja minimun 5 tahun. 3. Staf tamu dengan rekomendasi dari TKP-PPDS. 4. Status dosen Kementrian Kesehatan di FK Unpad/RS Hasan Sadikin harus berstatus dokter pendidik klinik yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 29 4.3.2.3 Penilai 1. Mereka yang di lingkungan FKN selain mempunyai tugas sebagai pembimbing dan pendidik, diberi wewenang untuk menilai hasil belajar peserta peserta didik. 2. Mereka yang diluar lingkungan FKN atau staf tamu yang diberi wewenang oleh Dekan FK Unpad atas usulan Kepala Departemen untuk menilai hasil belajar peserta didik. Kualifikasi: a) Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya dari lingkungan FKN dengan pengalaman sebagai pendidik sekurang-kurangnya 3 tahun. b) Sarjana Spesialis yang ahli dalam bidangnya diluar FKN atau staf tamu yang mempunyai pengalaman sebagai penilai, dengan rekomendasi TKP-PPDS. c) Dalam hal ini berarti seorang yang telah menjadi Spesialis Anestesiologi Konsultan sekurang-kurangnya 3 tahun. Keterangan: Dosen yang berhak melakukan bimbingan, pendidikan, dan penilaian yang berhubungan dengan pasien di RSHS harus mempunyai SIP RSHS. Dosen yang tidak mempunyai SIP RSHS hanya mempunyai wewenang untuk melakukan bimbingan, pendidikan, dan penilaian ilmiah yang tidak berhubungan dengan pasien secara langsung (contohnya: menguji Tesis pada ujian menjadi SpAn) 4.4 Tata cara pengangkatan dan pemberhentian dosen dan tenaga pendidik Tata cara pengangkatan dan pemberhentian dosen dan tenaga pendidik Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif sepenuhnya mengacu pada tata cara penerimaan staf yang diterbitkan oleh pimpinan Fakultas Kedokteran Unpad. Adapun mekanisme Sistem Rekrutmen, Seleksi, Penempatan dan Pengembangan dosen dilakukan sebagai berikut : 1. Rekrutmen tenaga dosen didasarkan pada: 1) Kebutuhan tenaga dosen berdasarkan pada kebutuhan departemen . 2) Seleksi dosen mengacu pada ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran Unpad/RSUP Dr. Hasan Sadikin. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 30 2. Persyaratan penerimaan tenaga dosen sebagi berikut: 1) Mengajukan surat permohonan untuk menjadi staf kepada Kepala Departemen Anestesiologi FKUP/RSHS. 2) Bersedia untuk melanjutkan pendidikan konsultan dan atau S3. 3) Menyelesaikan pendidikan selama menjadi residen maksimal n+1 (9 semester), dengan IPK minimal “sangat memuaskan”. 4) Tidak pernah terkena sanksi akademis yang berat selama pendidikan (skorsing, penambahan masa pendidikan) 5) Tidak pernah terkena sanksi disiplin yang berkaitan dengan tingkah laku baik terhadap konsulen, sesama PPDS, pegawai dan terhadap penderita selama pendidikan 6) Mendapat persetujuan minimal 75% dari jumlah staf yang masih aktif 7) Bagi yang belum menjadi pegawai negeri umur kurang dari 35 tahun 8) Bersedia mengikuti peraturan dan kewajiban yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh bagian maupun RSHS/FK Kedokteran UNPAD 9) Persyaratan menjadi staf pendidik meliputi daftar riwayat hidup, ijasah beserta transkrip nilai akademis yang telah dilegalisir, foto berwarna 4x6, fotokopi KTP, surat keterangan kesehatan dan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK). 3. Proses seleksi dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1) Setiap pelamar yang memenuhi persyaratan penerimaan staf mengajukan permohonan untuk menjadi staf ke Kepala Departemen/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif. 2) Setiap pelamar yang memenuhi persyaratan penerimaan staf akan dibicarakan dan ditelaah dalam rapat staf Departemen/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif. 3) Pada rapat staf akan dilakukan pengambilan keputusan penerimaan staf secara aklamasi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 31 4) Pelamar yang diterima sebagai staf secara aklamasi maka akan diusulkan ke direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 5) Pelamar yang diterima akan menjalani kredensiaol oleh komite medik. 6) Apabila dalam rapat staf tidak tercapai suatu aklamasi maka akan dilakukan voting penerimaan staf. 7) Apabila dalam voting pelamar diterima maka akan diusulkan ke direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran kemudian menjalani kredensial oleh komite medik. 8) Apabila voting tidak diterima maka pelamar tidak dapat menjadi staf Departemen/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif. Pelamar yang memenuhi persyaratan dapat mengajukan permohonan ke kepala departemen Dibicarakan dan ditelaah dalam rapat staf Pengambilan keputusan secara AKLAMASI TIDAK AKLAMASI AKLAMASI VOTING DISETUJUI TIDAK DISETUJUI Diusulkan ke Direktur/Dekan Pelamar tidak diterima Kredensial oleh Komite Medik PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 32 4. Penempatan. Calon staf pendidik yang telah diterima akan ditempatkan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif di bidang peminatan sesuai dengan kebutuhan departemen yang tertuang pada rencana strategi program studi dan mengerjakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh departemen melalui surat tugas. 5. Pengembangan. Pengembangan staf pendidik dilaksanakan sesuai dengan kebijakan kepala departemen dan kepala program studi yang tertuang dalam program kerja pada rencana strategi prodi antara lain: 1) Staf pendidik mengikuti program pendidikan strata yang lebih tinggi dan pendidikan profesi yang diminati, serta mengikuti sertifikasi dosen dan diajukan sebagai dokter pendidik klinis, pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar seperti workshop, Training of Trainer, pekerti, AA, dan Akta V. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas staf pendidik. 2) Staf pendidik diberikan kesempatan untuk mengikuti seminar, workshop, kursus/pendidikan pengembangan profesi di dalam atau di luar negeri. 3) Staf pendidik diberikan kesempatan untuk menjadi pembicara pertemuan pakar ilmiah di dalam atau di luar negeri. 4) Staf pendidik mengikuti rapat-rapat antar institusi dan organisasi profesi. 5) Staf pendidik menjadi nara sumber pada diskusi kasus bersama yang bersifat multidisiplin. 6) Staf pendidik dilibatkan dalam proses belajar mengajar untuk program studi S1, S2, pendidikan dokter, pendidikan Sp1, Sp2, dan S3. 6. Retensi Dalam upaya mempertahankan dan menjaga kualitas staf pendidik agar tetap baik maka departemen mengupayakan beberapa hal seperti: 1) Memberikan dukungan bagi staf pendidik yang ingin melanjutkan studi pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 33 2) Memberikan penghargaan sebagai salah satu bentuk apresiasi program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif untuk setiap staf pendidik yang memperoleh prestasi tertentu dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 7. Pemberhentian Pemberhentian staf pendidik memiliki status sebagai pegawai negeri sipil diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi pegawai negeri sipil secara umum. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif mengeluarkan surat keputusan yang mengacu pada ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran Unpad/RSUP Dr. Hasan Sadikin bila terjadi pelanggaran pada afektif (attitude), pengetahuan (knowledge) serta psikomotor dan memiliki ketidakmampuan secara akademik maupun professional dengan penyebab apapun. 1) Staf pendidik diketahui mengalami ketidakmampuan dalam menjalankan tugas secara profesional, yang diputuskan melalui rapat pleno departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 2) Kepala departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif melakukan pemanggilan dan pemberian surat teguran serta sanksi terhadap staf pendidik yang bersangkutan. 3) Kepala departemen melakukan pengawasan ketat terhadap staf pendidik yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. 4) Apabila staf pendidik melakukan pelanggaran yang berulang maka dalam rapat pleno seluruh staf diputuskan mengajukan usulan pemberhentian terhadap staf pendidik yang bersangkutan dengan melakukan tindak lanjut berupa surat rekomendasi pemberhentian staf pendidik departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif kepada Dekan FK Unpad dan Direktur RSUP Dr Hasan Sadikin. 4.5 Kedudukan Staf Pengajar Status administratif Pengajar: 1. Pegawai Aktif Kementrian Pendidikan Nasional. 2. Pegawai Aktif Kementrian Kesehatan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 34 3. Pegawai lain yang diangkat oleh Dekan atas usulan Kepala Departemen 4. Kebijakan Departemen dimusyawarahan oleh seluruh staf aktif Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Kesehatan yang bertugas di FK Unpad/RSHS. Tabel A. Dosen Aktif di Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung No 1. Nama Dosen di RS Pendidikan Utama NIDN(1) Prof. Dr. Tatang Bisri, 0007024903*** dr., SpAn-KNA, 194902071977 KAO*** 031002 Ruli Herman 2. Sitanggang, dr., SpAn-KIC, KAP, M.Kes Dr. Tinni Trihartini 3. Maskoen, dr., SpAnKIC, KMN 4. 7. Akademik Keahlian Dokter Pendidik 121001 Klinis Muda 022001 Obstetri Anestesi Intensive Care; Pediatrik Anestesi RH Anestesi Umum Perfusionis Intensive Care Lektor Manajemen Nyeri TN Anestesi Umum Anestesi Umum Dokter Pendidik SpAn-KAKV 031004 Klinis Muda 195901251989 Dokter Pendidik Regional Anestesi 021001 Klinis Muda Anestesi Umum Ezra Oktaliansah, dr., 196810121999 Dokter Pendidik SpAn-KIC, KAP, M.Kes 071001 Klinis Muda Dr. Erwin Pradian, dr., 196902202005 Dokter Pendidik SpAn-KIC, KAR, M.Kes 011001 Klinis Muda SpAn- KAR, MM, TB Anestesi Umum 195512071983 195402111983 Inisial Neuroanestesi; Guru Besar 196505031991 M.Kes 6. Bidang Doddy Tavianto, dr., Rudi Kurniadi, dr., 5. Jabatan Kardiologi DT Anestesi RK Intensive Care; Pediatrik Anestesi EZ Anestesi Umum Intensive Care; Regional Anestesi EP Anestesi Umum PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 35 8. 9. 10. 11. 12. 13. Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn-KNA, M.Kes Dr. Suwarman, dr., SpAn-KIC,KMN M.Kes Dedi Fitri Yadi, dr., SpAn-KAR.,M.Kes 16. 19. 20. 0024027209*** 197202242006 Anestesi Umum Anestesi Umum 041002 Manajemen Nyeri 0018107406*** Regional Anestesi 197410182006 Asisten Ahli 041002 Anestesi Umum DF Kardiologi 121004 Indriasari, dr., SpAn- 197802212010 Dokter Pendidik Intensive Care KIC, M.Kes 122001 Klinis Muda Anestesi Umum Dr. Dewi Yulianti Bisri, 0003077909*** dr., SpAn-KNA, KAO, 197907032010 M.Kes 122001 Asisten Ahli Anestesi Anestesi Umum RS Intensive Care SA Neuroanestesi; Asisten Ahli Obstetri Anestesi YB Anestesi Umum Kardiologi 197110252009 Dokter Pendidik 121001 Klinis Muda Ardi Zulfariansyah, dr., 197501092002 Dokter Pendidik Intensive Care SpAn-KIC, M.Kes 121003 Klinis Muda Anestesi Umum Iwan Abdul Rachman, 197812102012 Dokter Pendidik Neuroanestesi dr., SpAn-KNA, M.Kes 121002 Klinis Muda Anestesi Umum 198003072014 Staf pendidik 121002 klinis Ricky Aditya, dr., 198104152014 Staf pendidik SpAn, M.Kes 121001 klinis Dhany Budipratama, 197806152014 Staf pendidik Anestesi Umum dr., SpAn-KIC 121002 klinis Intensive care Nurita Dian Kesriani, 198001052014 Staf pendidik Anestesi Umum dr., SpAn-KIC 1220002 klinis Intensive care Prihartono, dr., SpAn- SW Manajemen Nyeri KAKV, M.Kes dr., SpAn-KAKV, IF Intensive Care Asisten Ahli 197901102009 KMN, M.Kes 18. 031002 Neuroanestesi Sudjud, dr., SpAn- Muhammad Andy 17. Lektor 0010017906*** M.Kes 15. 197112091999 Reza Widianto Budiana Rismawan, 14. 0009127110*** Anestesi; BR Anestesi Umum AZ IA Anestesi Umum Manajemen Nyeri AP Regional Anestesi Anestesi Umum Kardiologi RI anestesi (perfusi) DB ND PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 36 21. 22. 23. Muchammad Erias 198307152016 Staf pendidik Erlangga, dr., SpAn 045001 klinis Radian Ahmad Halimi, 198509012016 Staf pendidik dr., SpAn 043001 klinis Osmond Muftilov 198601032016 Staf pendidik Pison Sirait, dr., SpAn 043001 klinis Anestesi Umum ME Anestesi Umum RX Anestesi Umum OS Tabel B. Dosen di RS Pendidikan Afiliasi dan Satelit yang bidang keahliannya: No 1 2 Nama dosen di RS Pendidikan NIDN Afiliasi dan Satelit(1) M. Rafiq Boesoirie, dr., SpAnKAP,KMN Toufik Hidayat, dr., SpAn,M.Kes Bidang Keahlian 140121990 Anestesi Umum 196802141998031003 Anestesi Umum Keterangan : NIDN = Nomor Induk Dosen Nasional Tabel C. Tenaga Purnabaktidi Program Studi Anestesiologi dan TerapiIntensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. No Nama Inisial 1. Prof. Dr (Hc). A. Himendra W, dr., SpAnKIC,KNA AH 2. Marsudi Rasman, dr., SpAnKIC,KNA MR 3. Afifi Ruchili, dr., SpAnKAR AF 4. Prof. U. Kaswiyan, dr., SpAnKAP, KAO UK 5 Eri Surahman, dr., Sp.An-KNA ES 6. Dr. Ike Sri Redjeki, dr., Sp.An-KIC, KMN, M.Kes. IK PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 37 BAB 5 KURIKULUM 5. 1 Pengertian Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan kajian, bahan pelajaran serta cara penyampaiannya, dan penilaian hasil belajar yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi. Kurikulum memuat standar kompetensi lulusan yang terstruktur dalam kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang mendukung tercapainya tujuan, terlaksananya misi, dan terwujudnya visi program pendidikan. Kurikulum memuat mata kuliah/modul yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk memperluas wawasan dan memperdalam keahlian sesuai dengan minatnya, serta dilengkapi dengan deskripsi mata kuliah/modul, silabus, rencana pembelajaran dan evaluasi. Kurikulum dirancang berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills dan keterampilan kepribadian dan perilaku (soft skills) yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. 5.2 Kompetensi Standar kompetensi Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UNPAD) mengacu pada Perkonsil no. 37 tahun 2015 tentang standar Pendidikan Dokter Spesialis-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif yang dikeluarkan oleh Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI). Berdasarkan standar tersebut, kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 37 38 (psikomotor). Standar kompetensi tersebut disusun berdasarkan lima ranah/domain utama, yaitu: 1. Ranah Ilmu Kedokteran Perioperatif, 2. Ranah Ilmu Anestesia, 3. Ranah Penatalaksanaan Nyeri, 4. Ranah Kedokteran Gawat Darurat (Emergensi) dan Critical Care, dan 5. Ranah Ilmiah dan Penelitian Kelima ranah pendidikan tersebut dijabarkan menjadi tujuh area yang disusun dengan urutan sebagai berikut: 1. Area Etika Profesionalisme dan Patient Safety;kompetensi untuk selalu berperilaku profesional dalam praktik kedokteran mendukung kebijakan kesehatan, bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran dan menerapkan program patient safety. 2. Area Mawas diri, Pengembangan diri dan Penelitian; kompetensi dalam melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasan terutama dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif mengatasi masalah emosional, mempengaruhi personal, kemampuan kesehatan, profesinya, dan kesejahteraan yang dapat belajar sepanjang hayat, serta merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara berkesinambungan. 3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Anestesiologi dan Terapi Intensif; kompetensi untuk mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah dan profesional menurut ilmu kedokteran/kesehatan mutakhir untuk memberikan hasil yang optimal. 4. Area Keterampilan Klinis; kompetensi dalam melakukan prosedur dengan tepat dan efektif sesuai dengan fasilitas dan kondisi pasien, untuk mengatasi masalah kesehatan dan promosi kesehatan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. 5. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan; kompetensi untuk mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 39 holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif serta menggunakan bukti ilmiah dalam konteks pelayanan kesehatan terutama di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. 6. Area Komunikasi Efektif dan Kemampuan Kerja Sama; kompetensi dalam melakukan komunikasi dan hubungan antar manusia yang menghasilkan pertukaran informasi secara efektif dan kerja sama yang baik dengan pasien dan keluarganya, sejawat dan masyarakat serta profesi lain. 7. Area Pengelolaan Informasi; kompetensi dalam mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampuan menerapkan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan terhadap pasien khususnya dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. Sesuai dengan Kepmendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar NasionalPendidikan Tinggi, KATI merumuskan capaian pembelajaran pendidikan spesialis-1sesuai dengan ketiga ranah kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan TerapiIntensif, yang dirinci sebagai berikut: i. Rumusan Sikap 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikapreligius. 2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika. 3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila. 4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa. 5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain. 6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. 7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 8. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 40 9. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif secara mandiri. 10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan. 11. Etika profesionalisme Dokter Spesialis Anestestiologi dan Terapi Intensif yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang mempunyai kemampuan yang baik dalam sikap terhadap penderita, sikap terhadap staf pendidik dan kolega, sikap terhadap paramedis dan non-paramedis, disiplin dan tanggung jawab, ketaatan pengisian dokumen medik, ketaatan menjalankan tugas yang diberikan, dan ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat. 12. Komunikasi terhadap kolega, pasien dan keluarganya, paramedis dan staf pengajar yang dilakukan dengan jujur, terbuka dan bersikap baik. 13. Kerjasama yang baik antara kolega, dokter, perawat, karyawan kesehatan, pasien dan keluarga pasien dan bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara optimal. 14. Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safetyantara lain: International Patient Safety Goal (IPSG) 1-6 (Identifikasi, cuci tangan, time out, komunikasi efektif, pencegahan infeksi, dan pemberian obat) ii. Rumusan Pengetahuan Umum a. Ilmu Kedokteran Dasar 1. Memahami fisiologi fungsi tubuh dalam keadaan normal, hubungan antara fungsi tersebut dengan perubahan fungsi yang dapat timbul dalam praktek anestesi, utamanya fisiologi nyeri, respirasi, sirkulasi, susunan saraf pusat dan perifer, hemostasis, neuromuscular junction, ginjal, metabolik, dan endokrin. 2. Memahami farmakologi, yang meliputi prinsip-prinsip farmakologi umum, farmakokinetika dan farmakodinamika obat-obat anestesia, analgesia, sedatif (depresan dan stimulan susunan saraf pusat), pelumpuh otot, obat-obat emergensi, dan obat pendukung yang lain. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 41 3. Memahami prinsip sifat-sifat fisika dan kimia dalam aplikasi Anestesiologi dan Terapi Intensif. 4. Memahami teori dasar-dasar keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa tubuh. 5. Mampu menjelaskan aplikasi ilmu kedokteran dasar di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. b. Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Dasar Bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. A. Pengetahuan 1. Mampu memahami prinsip kerja alat atau mesin anestesia, demikian pula alat-alat monitor invasif dan non-invasif, Elektrokardiografi (EKG), pulse oxymetri, kapnograf, stimulator saraf, BIS, USG, x-ray imaging, C-arm. 2. Mampu memahami/menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium, foto toraks, scan kepala, EKG, ekokardiografi, dan lain-lain yang diperlukan. 3. Mampu memahami cara mengatur posisi pasien yang aman selama operasi dan mengetahui akibat buruknya 4. Memahami kelaikan mesin anestesia dan ventilator serta peralatan pendukung lainnya. 5. Mengetahui pengetahuan tentang patofisiologi penyakit/komorbid yang menyertai kondisi pasien dan dihubungkan dengan tindakan anestesia. 6. Memahami fisiologi dan patofisiologi penyakit dan komorbid pasien pediatrik dan neonatus. 7. Memahami teori anestesia pada bedah, baik pasien dewasa maupun anak. 8. Memahami teori anestesia regional yang meliputi saraf-saraf tepi, anestesia dan subarakhnoid dan epidural. 9. Memahami teori premedikasi, induksi, pemeliharaan pengelolaan pasca anestesia/bedah. 10. Memahami problema kekhususan anestesia pada bedah umum, bedah THT, bedah mata, serta bedah obstetri dan ginekologi. 11. Memahami tanda-tanda penyulit anestesia serta mampu dengan cepat mengatasi problem tersebut. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 42 12. Memahami secara dini keadaan darurat yang mengancam nyawa, baik pada waktu induksi, selama, maupun pasca anestesia, dan dalam keadaan kritis serta mengetahui cara-cara mengatasinya. 13. Memahami teori tindakan resusitasi jantung paru otak (RJPO). 14. Memahami pengelolaan pasien trauma dalam kegawatan yang mengancam nyawa dan/atau cacat. 15. Memahami teori nyeri akut dan nyeri kronis. B. Keterampilan 1. Mampu melakukan penilaian kondisi pasien pre-operatif. 2. Mampu mengoptimalkan kondisi pasien sebelum operasi. 3. Mampu melakukan teknik dan interpretasi pemantauan fungsi-fungsi vital, EKG, oksimetri pulsa, kapnografi, monitor neuromuscular. 4. Mampu mengoperasikan meja anestesi. 5. Mampu mengoperasikan berbagai mesin anestesi. 6. Mampu melakukan beberapa teknik induksi anestesia inhalasi, intravena, per rectal. 7. Mampu menggunakan sungkup muka, sungkup laring, intubasi trakeal, serta melakukan pemeliharaan anestesi dengan aman. 8. Mampu mengelola jalan nafas dengan cara-cara seperti di atas. 9. Mampu memberikan ventilasi bantu dan ventilasi kendali manual. 10. Mampu melakukan ekstubasi dan pengawasan masalah-masalah dan komplikasi pasca ekstubasi dan pasca anestesia. 11. Mampu melakukan teknik anestesia/analgesia spinal, epidural dan blok saraf tepi serta mampu mengatasi komplikasi akut yang mungkin terjadi. 12. Mampu melakukan resusitasi jantung paru otak (RJPO), bantuan hidup dasar, dan bantuan hidup lanjut. 13. Mampu mengelola pasien dalam keadaan kedaruratan yang mengancam nyawa dan/atau cacat. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 43 14. Mampu mengelola pasien pasca-anestesia, baik di ruang pulih (PostAnesthesia Care Unit/PACU) maupun di ICU. 15. Mampu memberikan anestesi pada bedah digestif. 16. Mampu memberikan anestesi pada bedah ortopedi. 17. Mampu memberikan anestesi pada trauma. 18. Mampu memberikan anestesi pada bedah plastik. 19. Mampu memberikan anestesi pada bedah onkologi. 20. Mampu memberikan anestesi pada bedah mata. 21. Mampu memberikan anestesi pada bedah THT dan bedah mulut. 22. Mampu memberikan anestesi pada bedah urologi. 23. Mampu memberikan anestesi pada bedah pediatri. 24. Mampu memberikan anestesi pada bedah geriatri. 25. Mampu melakukan anestesia rawat jalan. 26. Mampu melakukan anestesia di luar kamar bedah. c. Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Lanjut Bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif A. Pengetahuan 1. Memahami problema dan teknik anestesia bedah otak, bedah jantung, bedah paru, dan bedah transplant. 2. Memahami teori critical carepada kasus-kasus di Intensive Care Unit (ICU). 3. Memahami cara melakukan prosedur klinik serta penggunaannya, tindakan invasif seperti pemasangan kateter vena sentral, kateter intra arterial, kateter Swan Ganz, krikotirotomi, pungsi pleura pada pneumotoraks, dan lain-lain. 4. Menguasai prinsip-prinsip penting pengelolaan pasien kritis. 5. Memahami cara mengelola unit ICU. 6. Memahami sistem penanganan bencana. B. Keterampilan 1. Mampu menilai pasien ICU, baik pasca bedah dan bukan pasca bedah, serta melakukan tindakan awal terhadap keadaan yang mengancam nyawa pasien. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 44 2. Mampu memberikan anestesia pada bedah saraf. 3. Mampu melakukan asistensi pada anestesia bedah jantung terbuka. 4. Mampu memberikan anestesia bedah paru, vaskular, jantung tertutup. 5. Mampu memberikan anestesia pada penyakit khusus. 6. Mampu melakukan intubasi sulit. 7. Mampu mengelola pasien PACU/Recovery room, High Care Unit(HCU), dan ICU. 8. Mampu melakukan tindakan invasif: pemasangan vena sentral, intraarterial, krikotirotomi, punksi intrapleura. 9. Mampu menjawab konsultasi dalam bidang anestesia, kasus ICU, dan manajemen nyeri. 10. Mampu melakukan dan mengkoordinasi penanganan bencana. d. Pengelolaan ICU/Terapi Intensif A. Pengetahuan 1. Memahami prinsip-prinsip umum kedokteran gawat darurat dan terapi intensif (emergency and critical care medicine), RJPO yang meliputi Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support), Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life Support), dan Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support). 2. Mampu menjelaskan indikasi masuk dan keluar ICU. 3. Mampu menjelaskan indikasi dan pengelolaan prosedur invasif, seperti pemasangan kateter vena sentral, kateter Swan-Ganz, kateter intraarterial, Continuous Renal Replacement Therapy(CRRT), perikardiosentesis, trakeostomi. 4. Mampu memahami dan menjelaskan tentang monitoring hemodinamik pasien di icu 5. Mampu menjelaskan pengelolaan jalan nafas dan bantuan nafas dengan/tanpa ventilasi mekanik. 6. Mengenal tanda dan gejala yang mengancam nyawa pasien akibat gangguan pernafasan, kardiovaskular, susunan saraf pusat, gangguan keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit, infeksi berat, gangguan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 45 hemostasis, krisis metabolik dan endokrin, gangguan fungsi ginjal dan hepar. 7. Mampu menjelaskan pengelolaan nutrisi, sedasi, analgesia, dan termoregulasi pasien kritis. 8. Mampu menentukan mati klasik dan mati batang otak. 9. Mampu menjelaskan penanganan akhir kehidupan: mengakhiri dan menunda bantuan hidup (withdrawing dan with-holding life support). B. Keterampilan Menguasai keterampilan dalam prosedur klinik, baik untuk pemantauan,diagnosis maupun terapi: 1. Pemasangan kateter vena sentral, intra arterial. 2. Pemasangan pungsi pleura untuk pneumotoraks ventil, dan krikotirotomi. 3. Menanggulangi keadaan yang mengancam nyawa pasien akibat gangguan pernafasan, kardiovaskular, susunan saraf pusat, gangguan keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit, infeksi berat, gangguan hemostasis, krisis metabolik dan endokrin, gangguan fungsi ginjal dan hepar. 4. Mampu mengelola nutrisi, sedasi, analgesia dan termoregulasi pasien kritis. 5. Melakukan konsultasi pada disiplin ilmu kedokteran lain pada saat yang tepat. 6. Melakukan jawaban atas konsultasi pasien-pasien dari ruang perawatan atau rumah sakit lain yang akan dirawat di ICU. 7. Melakukan komunikasi dengan sejawat dari beberapa disiplin terkait sebagai anggota tim. 8. Melakukan bimbingan kepada peserta program atau residen lain, mahasiswa kedokteran maupun perawat. 9. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien bayi di ICU/NICU. 10. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien anak di ICU/PICU. 11. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien dewasa di ICU. 12. Mampu melakukanUSG airway, breathing dan circulation PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 46 iii Rumusan Keterampilan a. Rumusan Keterampilan Umum Lulusan PPDS-1 wajib memiliki keterampilan umum sebagai berikut: 1. Mampu bekerja di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif serta memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi profesi yang berlaku secara nasional/internasional. 2. Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, kreatif, dan komprehensif. 3. Mampu menyusun laporan hasil studi setara tesis yang hasilnya disusun dalam bentuk publikasi pada jurnal ilmiah profesi yang terakreditasi nasional/internasional, atau menghasilkan karya desain yang spesifik beserta deskripsinya berdasarkan metoda atau kaidah desain dan kode etik profesi yang diakui oleh masyarakat profesi pada tingkat nasional dan internasional. 4. Mampu mengomunikasikan hasil kajian, kritik, apresiasi, argumen, atau karya inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan profesi, kewirausahaan, dan kemashalatan manusia yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat umum melalui berbagai bentuk media. 5. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaan profesinya, baik oleh dirinya sendiri, sejawat, atau sistem institusinya. 6. Mampu meningkatkan keahlian keprofesian pada bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif yang khusus melalui pelatihan dan pengalaman kerja dengan mempertimbangkan kemutakhiran bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif di tingkat nasional, regional, dan internasional. 7. Mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan program strategis organisasi. 8. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah, baik dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif, maupun masalah yang lebih luas dari bidangnya. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 47 9. Mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang maupun yang tidak sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang kompleks yang terkait dengan bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. 10. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi kedokteran dan kliennya. 11. Mampu bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif sesuai kode etik kedokteran Indonesia. 12. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri dan tim yang berada di bawah tanggung jawabnya. 13. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif atau pengembangan kebijakan nasional pada bidang kesehatan. 14. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan kembali data serta informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesinya. b. Rumusan Keterampilan Anestesiologi dan Terapi Intensif 1. Memberikan pelayanan anestesi paripurna sesuai Standar Operasional Prosedur, etik, dan hukum kedokteran. 2. Mampu memberikan pelayanan bantuan hidup paripurna atau lanjutan dalam kegawatdaruratan sesuai Standar Operasional Prosedur, etik, dan hukum kedokteran. 3. Memberikan pelayanan terapi intensif paripurna sesuai Standar Prosedur Operasional, etik, dan hukum kedokteran. 4. Memberikan pelayanan manajemen nyeri paripurna sesuai Standar Prosedur Operasional, etik, dan hukum kedokteran. 5. Menghasilkan karya ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmiah nasional dan internasional. Penilaian atas capaian rumusan pembelajaran dilakukan melalui capaian kompetensi, yaitu capaian jumlah kasus minimal yang pernah ditangani atau dikerjakan selama masa pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif, baik yang dikerjakan secara mandiri atau di bawah supervisi/bimbingan sesuai dengan level PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 48 kompetensi yang ditentukan dalam Standar Kompetensi KATI. Level kompetensi adalah tingkat kemampuan yang harus dicapai, yang terbagi menjadi 4 tingkat kemampuan yaitu: Tingkat Kemampuan 1 (Knows): mengetahui dan mampu menjelaskan suatu keterampilan klinis atau gambaran klinik penyakit, dan mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan keluargnya, sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul; Tingkat Kemampuan 2 (Knows how): pernah melihat atau pernah didemonstrasikan suatu keterampilan klinis, menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada clinical reasoningdan problem solvingserta berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien Tingkat Kemampuan 3 (Shows and Does): pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi pada alat peraga dan/atau pasien suatu keterampilan klinis, menguasai pengetahuan teori dasar dan ilmiah dari keterampilan tersebut termasuk latar belakang dan dampak klinis dan psikososial. Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri, yaitu dapat mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas serta memperlihatkan keterampilannya dengan cara menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi. Adapun penjabaran target capaian kompetensi PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah sebagai berikut: PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 49 KOMPETENSI UMUM Etika Profesionalisme Etika profesionalisme peserta didik Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah untuk menjadi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang mempunyai kemampuan yang baik: 1. Sikap terhadap penderita 2. Sikap terhadap staf pendidik dan kolega 3. Sikap terhadap paramedis dan nonparamedis 4. Disiplin dan tanggung jawab 5. Ketaatan pengisian dokumen medik 6. Ketaatan tugas yang diberikan 7. Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat Komunikasi Efektif Komunikasi terhadap kolega, pasien/keluarga, paramedis, dan staf pengajar yang dilakukan dengan jujur, terbuka, dan bersikap baik Kemampuan Kerja Sama 1. Kerja sama yang baik antara kolega, dokter, perawat, karyawan kesehatan, pasien dan keluarga pasien 2. Bisa bekerja sama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara optimal Patient Safety Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safety IPSG 1-6: Identifikasi, cuci tangan, Time Out, komunikasi efektif, pencegahaninfeksi, pemberian obat PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 50 KOMPETENSI DASAR Kompetensi Jumlah semua tindakan anestesi bedah elektif dan Pencapaian Kompetensi (Jumlah Kasus) - 1000 Anestesi bedah elektif - 850 Anestesi bedah darurat - 150 Anestesi umum - 835 Anestesi/analgesia regional - 165 Teknik anestesi/analgesia Subaraknoid 90 - Teknik anestesi/analgesia epidural 50 - Teknik anestesi/analgesia blok Brakialis 5 - Teknik anestesi/analgesia kaudal 5 - Teknik anestesi/analgesia blok saraf tepi lainnya 15 - - 670 Digestif 150 - THT dan Bedah Mulut 50 - Mata 20 - Urologi 25 - Ortopedi 100 - Plastik 15 - Onkologi 25 - Minimal Invasif 5 - Manajemen Nyeri 50 - Anestesi/analgesi rawat jalan 30 - Anestesi/analgesi diluar kamar operasi 50 - Lain-lain 150 - - 100 Pre-eklamsi & eklamsi 10 - Operasi selain pre-eklamsi & eklamsi 90 - darurat Anestesi Bedah Umum Anestesi dan analgesia obstetri dan ginekologi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 51 Anestesi Bedah Pediatri - 75 Neonatus 10 - Bayi 15 - Anak-anak 50 - KOMPETENSI LANJUT Kompetensi Anestesi bedah saraf Pencapaian Kompetensi (Jumlah Kasus) - 35 Trauma kepala 15 - Perdarahan intrakranial non-trauma 5 - Tumor intracranial 5 - Ventricular drainage (VP shunt, EVD) 5 - Medulla spinalis 5 - Kraniofasial 1 - Diagnostik dan Intervensional Neuroradiologi 5 - - 10 - 35 Kelainan jantung pada operasi nonJantung 15 - COPD / asma 5 - DM 5 - Tiroid 5 - Geriatri 3 - Obesitas 2 - Mengelola pasien ICU (10 variasi kasus) 50 - melakukan USG airway, breathing dan circulation 5 - Melakukan resusitasi di luar kamar bedah dan ICU 30 - Memasang kateter intraarterial dan pungsi intraarterial 20 - Memasang kateter vena sentral 10 - Melakukan intubasi sulit 5 - Anestesi Bedah Toraks Non-Jantung dan Jantung Terbuka Anestesi pada kondisi khusus PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 52 Kurikulum pendidikan PPDS–1 Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UNPAD berisi kompetensi yang wajib dimiliki oleh peserta didik yang mengacu pada kebutuhan nasional (standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)), standar profesi dari KATI, dan kebutuhan lokal yang sesuai dengan standar internasional. Hal ini sesuai dengan visi dan misi Program Studi Dokter Spesialis–1 Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UNPAD. Strukur Program Pendidikan Masa pendidikan : Masa pendidikan Program Studi Anestesiologi adalah 8 semester (yang dimaksud 8 semester adalah dihitung dari mulai masuk sampai Ujian Lisan Nasional) yang terbagi dalam 3 tahap : Tahap I (Pemahaman/adaptasi) : 4 semester Tahap II (Pendalaman) : 2 semester Tahap III (Pemantapan) : 2 semester Beban studi : Jumlah beban studi seluruhnya adalah 124 SKS dengan penyebaran masing-masing tahap pendidikan sebagai berikut : Tahap I : 69 SKS Tahap II : 25 SKS Tahap III : 30 SKS Struktur Kurikulum Pada tiap tahapan terdapat beban studi yang terbagi menjadi paket akademik dan profesi yang mencakup kompetensi utama dan pendukung. Mata ajar yang diperoleh selama 8 (delapan) semester sebanyak 60 mata ajar, dengan 41 kompetensi utama dan 19 kompetensi pendukung yang telah ditetapkan oleh Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif. Mata ajar yang termasuk kompetensi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 53 utama memiliki prosentase beban studi (SKS) sebesar 79% dan kompetensi pendukung memiliki prosentase sebesar 21% daritotal 124 SKS yang diberikan. Terdapat 39 stase yang sesuai dengan 40 modul pengajaran yang diberikan selama 8 (delapan) semester untuk mendukung kegiatan perkuliahan, tutorial dan praktek peserta didik. Tabel. Pembagian Semester/ Tahapan dan Beban Studi Beban Studi (SKS) Semester & Tahapan Jumlah SKS Akademik Profesi 16 - 16 8 11 19 Semester 3 7 10 17 Semester 4 6 11 17 37 32 69 6 9 15 5 5 10 11 14 25 - 15 15 6 9 15 Subtotal Tahap 3 6 24 30 Jumlah Keseluruhan 54 70 124 Semester 1 Semester 2 Tahap 1 Subtotal Tahap 1 Semester 5 Tahap 2 Semester 6 Subtotal Tahap 2 Semester 7 Tahap 3 Semester 8 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 54 Perhitungan Jumlah SKS Semester I No Kegiatan pendidikan Modul Kode Perhitungan SKS Jenis kompetensi Elemen kompetensi - C21A.1001 1 Umum MPK 2 Filsafat ilmu dan Etika Penelitian Metodologi penelitian - C21A.1002 1 Umum MKK 3 Epidemiologi - C21A.1003 1 Umum MKK 4 Biologi molekular - C21A.1004 1 Umum MKK 5 Biostatistika - C21A.1005 2 Umum MKK 6 Konsep umum penyakit - C21A.1006 1 Umum MKK 7 Etika Kedokteran - C21A.1007 1 Umum MPK 8 Penulisan artikel ilmiah - C21A.1008 1 Umum MKK 9 Metode belajar-mengajar - C21A.1009 1 Umum MKK 10 Manajemen Klinik - C21A.1010 1 Umum MKK 11 Farmakologi klinik 6 C21A.1011 1 Dasar MKK 12 Anatomi dan Fisiologi - C21A.1012 1 Dasar MKB 1,2,3 C21A.1013 1 Dasar MKK 1,2,3 C21A.1014 1 Dasar MKK 1 Umum MKK, MKB 1 13 14 15 Kemampuan dasar Anestesi Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut Seminar Ilmiah 1 38 C21A.5036 TOTAL 16 Perhitungan Jumlah SKS Semester II No Kegiatan pendidikan Modul Kode Perhitung an SKS Jenis kompetensi Elemen kompetensi 1 Intensive Care Unit (ICU) 1 13, 40 C21A.2015 6 Lanjut MKB 2 Anestesi Emergensi dan Traumatologi 1 5, 11 C21A.2016 3 Dasar MPB 3 Anestesi Orthopedi 1 17, 40 C21A.2017 1 Dasar MKB 4 Anestesi Regional 1 9 C21A.2017 2 Dasar MKB 5 Anestesi umum Pengelolaan Nyeri dan Post 7 C21A.2018 2 Dasar MKB 8,28 C21A.2019 2 Dasar MKK 4,5 C21A.4030 2 Lanjut MKB 38 C21A.5036 1 Umum MKK, MKB 6 7 8 Anesthesi care Unit Anestesi dan Coexisting disease Seminar Ilmiah 2 TOTAL 19 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 55 Perhitungan Jumlah SKS Semester III No Kegiatan pendidikan Modul Kode Perhitungan SKS 1 Anestesi Emergensi dan Traumatologi 2 6, 12 C21A.3020 3 Lanjut MPB 2 Anestesi Obstetri 1 29 C21A.3021 2 Dasar MKB 3 Anestesi Bedah Onkologi 1 27 C21A.3022 1 Dasar MKB 4 Anestesi Bedah Plastik 1 27 C21A.3022 1 Dasar MKB 5 Anestesi Pediatrik 1 31 C21A.3023 3 Dasar MKB 6 Anestesi Bedah Saraf 1 33 C21A.3024 3 Dasar MKB 7 Anestesi Orthopedi 2 18, 40 C21A.3025 1 Lanjut MKB 8 Anestesi Regional 2 10 C21A.3025 2 Lanjut MKB 9 Seminar Ilmiah 3 38 C21A.5036 1 Umum MKK, MKB Perhitungan Jenis Elemen SKS kompetensi kompetensi TOTAL Jenis kompetensi Elemen kompetensi 17 Perhitungan Jumlah SKS Semester IV No 1 2 Kegiatan pendidikan Intensive Care Unit2 Anestesi Emergensi dan Traumatologi 3 Modul Kode 14, 40 C21A.4026 6 Lanjut MKB 21 C21A.4027 3 Lanjut MKB 3 Anestesi Bedah Mata 19 C21A.4028 3 Dasar MKB 4 Anestesi Bedah Onkologi 2 27 C21A.4029 1 Lanjut MKB 5 Anestesi Bedah Plastik 2 27 C21A.4029 1 Lanjut MKB 6 Anestesi Obstetri 2 30 C21A.4030 2 Lanjut MKB 7 Seminar Ilmiah 4 38 C21A.5036 1 Umum MKK, MKB TOTAL 17 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 56 Perhitungan Jumlah SKS Semester V No Kegiatan pendidikan Perhitungan Jenis Elemen SKS kompetensi kompetensi Modul Kode 35,36 C21A.5031 3 Lanjut MKB 1 Anestesi Kardiotorasik 2 Anestesi Bedah Rawat Jalan 23 C21A.5032 2 Lanjut MKB 3 Anestesi Bedah Urologi 20 C21A.5033 2 Lanjut MKB 4 Anestesi Geriatri 39 C21A.5033 1 Lanjut MKB 5 Anestesi Pediatrik 2 32 C21A.5034 3 Lanjut MKB 6 Anestesi Bedah Saraf 2 34 C21A.5035 3 Lanjut MKB 7 Seminar Ilmiah 5 38 C21A.5036 1 Umum MKK, MKB TOTAL 15 Perhitungan Jumlah SKS Semester VI No Kegiatan pendidikan Modul 1 Anestesi Bedah minimal Invasif 22 2 Anestesi Bedah THT 3 Intensive Care Unit 3 4 5 6 Sidang Usulan Penelitian Kode C21A.6037 Perhitungan Jenis Elemen SKS kompetensi kompetensi 1 Lanjut MKB 15, 16 C21A.6038 2 Lanjut MKB 13, 14, 40 C21A.6039 3 Lanjut MKB Anestesi di Luar Kamar Bedah 24 C21A.6040 2 Lanjut MKB Publikasi ilmiah 38 C21A.6041 1 Umum MPB 38 C21A.7047 1 Umum MKK, MKB TOTAL 10 Perhitungan Jumlah SKS Semester VII No Kegiatan pendidikan Modul Kode Perhitungan SKS Jenis kompetensi Elemen kompetensi 1 Komprehensif ICU 13, 14, 40 C21A.7042 3 Lanjut MPB 2 Komprehensif Anestesi Bedah Saraf/Anestesi Regional 9,10, 33,34 C21A.7043 3 Lanjut MPB 3 Komprehensif Anestesi Pediatrik/Anestesibedah digestif-Obstetri 29,30, 31,32 C21A.7044 3 Lanjut MPB 35,36 C21A.7045 3 Lanjut MPB 20,39,15, 16,23 C21A.7046 3 Lanjut MPB 4 5 Komprehensif Anestesi Kardiotorasik Komprehensif Anestesi Urologi dan Geriatri/Anestesi Bedah THT/Anestesi Bedah Rawat Jalan TOTAL 15 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 57 Perhitungan Jumlah SKS Semester VIII No Kegiatan pendidikan Komprehensif Anestesi 1 Uncommon Disease Komprehensif Anestesi 2 Penyakit Khusus Pengabdian Kepada 3 Masyarakat 4 Penelitian Akhir Perhitung Jenis Elemen an SKS kompetensi kompetensi C21A.8048 3 Lanjut MPB 28 C21A.8049 3 Lanjut MPB 31 C21A.8050 3 Umum MPB 38 C21A.8051 6 Umum MKK, MKB Modul Kode 29 TOTAL 15 Keterangan: MPK : MK Pengembangan Kepribadian MKB : MK Keahlian BerkaryaMKK MPB : MK Perilaku Berkarya MBB : MK Berkehidupan Bermasyarakat : MK Keilmuan dan Keterampilan Modul: Nomor Modul Judul Modul Modul 1 Keterampilan Dasar Anestesiologi I Modul 2 Keterampilan Dasar Anestesiologi II Modul 3 Keterampilan Dasar Anestesiologi III Modul 4 Kedokteran Perioperatif I Modul 5 Kedokteran Perioperatif II Modul 6 Persiapan Obat dan Alat Modul 7 Anestesi Umum Modul 8 Pengelolaan Nyeri Modul 9 Anestesi Regional I Modul 10 Anestesi Regional II Modul 11 Traumatologi I Modul 12 Traumatologi II Modul 13 Intensive Care I Modul 14 Intensive Care II Modul 15 Anestesi Bedah THT I Modul 16 Anestesi Bedah THT II PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 58 Modul 17 Anestesi Bedah Orthopedi I Modul 18 Anestesi Bedah Orthopedi II Modul 19 Anestesi Bedah Mata Modul 20 Anestesi Bedah Urologi Modul 21 Anestesi Bedah Darurat Modul 22 Anestesi Bedah Minimal Invasif Modul 23 Anestesi Bedah Rawat Jalan Modul 24 Anestesi Di luar Kamar Bedah Modul 25 Anestesi dan Penyakit Khusus Modul 26 Anestesi And Uncommon Diseases Modul 27 Anestesi Bedah Onkologi dan Bedah Plastik Modul 28 Post Anesthesia Care Unit (PACU) Modul 29 Anestesi Bedah Obstetri I Modul 30 Anestesi Bedah Obstetri II Modul 31 Anestesi Pediatri I Modul 32 Anestesi Pediatri II Modul 33 Anestesi Bedah Saraf I Modul 34 Anestesi Bedah Saraf II Modul 35 Anestesi Bedah Kardiotorasik I Modul 36 Anestesi Bedah Kardiotorasik II Modul 37 Kemampuan Komunikasi dan Profesionalisme Modul 38 Penelitian Modul 39 Anestesia Geriatri Modul 40 Basic USG PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 59 PROGRAM STASE PERSEMESTER Terdapat 39 stase yang sesuai dengan 40 modul pengajaran yang diberikan selama 8 (delapan) semester untuk mendukung kegiatan perkuliahan, tutorial dan praktek peserta didik. Stase dilaksanakan oleh peserta didik dimulai dari semester 2 dan diatur oleh penanggung jawab stase yang berkoordinasi dengan penanggung jawab divisi dengan mengikuti siklus/rotasi yang telah ditetapkan. ALUR PELAKSANAAN DIVISI/STASE Peserta didik Peserta Didik Kegiatan selama Logbook diserahkan Melapor berada di kepada Penanggung masuk kepada stase/divisi divisi/stase jawab Stase sebagai Penanggung dicatat dalam syarat untuk mengikuti Jawab Logbook ujian divisi Divisi/Stase dan mengambil logbook Logbook yang sudah terisi Penguji divisi/stase dan lengkap diserahkan ke memberikan nilai ujian Sekretariat Semester I (Pembekalan) a. Perkuliahan - Mengikuti kuliah Mata kuliah Dasar Umum (MKDU) selama 6 bulan, hari senin-selasa, pkl. 08.00–13.00 WIB. - Pengenalan ilmu anestesi (pembekalan, perkuliahan, Orientasi kamar bedah). - Materi pembekalan: Etika, Kemampuan Komunikasi, Ilmu Dasar Anestesi (Anatomi, fisiologi, Patologi, farmakologi-anestesi), Dasar keterampilan Anestesi (RJPO-advance, pasang jalur IV), Kedokteran Perioperatif, Dasar Penelitian, Evaluasi (UJIAN PERTENGAHAN/ AKHIR SEMESTER). b. Masa Percobaan; bisa melanjutkan atau tidak, BILA TIDAK LULUS DIBERI KESEMPATAN MENGULANG 1 SEMESTER. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 60 ROTASI STASE SEMESTER 2 ICU 1A ICU 1B EMG 1 Orthopedi 1 PACU Obsgyn/ Digestive 2 ROTASI STASE SEMESTER 3 EMG 2 Orthopedi 2 Obgyn/ Onkologi/ Digestive 2 Plastik 1 Bedah saraf 1 Pediatrik 1 ROTASI STASE SEMESTER 4 ICU 2A ICU 2B EMG 3 Bedah mata Obgyn/ Onkologi/ Digestive 3 Plastik 2 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 61 ROTASI STASE SEMESTER 5 Kardiotorasik- Ambulatory/ Vaskular ODS-Endos-IT Bedah Saraf 2 Pediatrik 2 Luar RSHS 1 Obgyn/ THT/ BM Urologi-Geriatrik ROTASI STASE SEMESTER 6 Luar RSHS 2 Digestive 4 Pendampingan/ RSAfiliasi/ ICU Poliklinik Satelit 1 3/HCU/Resusitas i ROTASI STASE SEMESTER 7 Poliklinik/ Bedah saraf/ Obgyn-Digestive/ Pendampingan/ Orthopedi/ Pediatrik ICU/ Resusitasi Onkologi-Plastik RSAfiliasi/ Urologi/ Emg/ PACU/ Satelit 2 Bm-Tht/ Ods- Kardiotorasik- Endos-It Vaskular PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 62 ROTASI STASE SEMESTER 8 Anestesi Anestesi pada Pengabdian uncommon penyakit Kepada disease khusus masyarakat Pengabdian Anestesi pada Anestesi Kepada penyakit uncommon masyarakat khusus disease Proses Pembelajaran Metode dan bentuk pembelajaran 1. Kuliah/tutorial 2. Case Report 3. Journal Reading 4. Textbook Reading 5. Referat 6. Penelitian 7. Bedside Teaching 8. Skill Lab 9. Pengalaman Klinik Kamar Bedah, Luar Kamar Bedah, ICU, HCU, Ruang Resusitasi, Cathlab, Kedokteran nuklir, Radiologi Diagnostik, Poliklinik 1. Proses pembelajaran di kamar bedah elektif dan emergensi Setiap hari kerja (Senin–Jumat) peserta didik yang bertugas di kamar bedahsentral Lantai 3 dan Lantai 4 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 63 sebagai RSPendidikan Utama atau RS Jejaring memberikan pelayanan medisberupa pemeriksaan preoperatif, tindakan anestesi di kamar bedah, danpengawasan pascaoperatif di ruang pemulihan di bawah supervisi/bimbingan konsulen anestesi yang bertanggung jawab. Pemeriksaan preoperatif (yang mencakup anamnesis,pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium dandiagnostik), akan didiskusikan dalam tim anestesi yang dipimpin oleh PPDS tingkat chief, kemudian dilaporkan dan didiskusikan kepada staf pendidik yang bertindak sebagai dokter penanggung jawab pasienuntuk memperoleh persetujuan dan/ atau perbaikan. Setiap tindakan anestesi yang dikerjakan oleh peserta didik wajib dituliskan didalam logbook PPDS, disupervisi dan ditandatangani oleh staf pendidik. 2. Proses pembelajaran di ruang resusitasi dan OK emergensi/kamar operasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Setiap hari (Senin-Minggu) peserta didik yang bertugas di ruang resusitasi/OKIGD bertugas menangani pasien dengan kegawatdaruratan operatif dannonoperatif. Jadwal tugas dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I (pkl. 07.00–16.00 WIB) dan shift II (pkl. 16.00–07.00 WIB), kecuali hari libur hanya terdapat 1 shift 24 jam (pkl. 07.00–07.00 WIB). Melakukan visite preoperatif anamnesa,pemeriksaan dandiagnostik) untuk pasien fisik, emergensi (yang pemeriksaanpenunjang menilai kelayakan pasien untuk mencakup (laboratorium operasi dan melakukan perbaikan terhadap pasien yang dinilai belum layak untuk operasi.Peserta didik wajib membuat laporankondisi pasien dan rencana tatalaksana perioperatif. Laporan tersebutakan diperiksa oleh PPDS tingkat chief kemudian dikonsulkan/didiskusikan kepada staf pendidik. Setiap tindakan yang dikerjakan oleh peserta didik wajib dituliskan didalam logbook PPDS, disupervisi dan ditandatangani oleh staf pendidik penanggung jawabruang resusitasi/OK IGD. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 64 Laporan jaga ruang resusitasi/OK IGD setiap hari dilaporkan dalam tutorial pagi/morning report. 3. Proses pembelajaran di ruang perawatan intensif (Intensive Care Unit/ICU) dan Ruang perawatan semi intensif (High Care Unit /HCU) Setiap hari (Senin–Minggu) peserta didik yang bertugas di ruang perawatanICU/HCU bertugas memberikanpelayanan terapi intensif/critical care. Jadwal tugas dibagi menjadi dua shift, yaitushift I (pkl. 07.00–16.00 WIB) dan shift II (pkl. 16.00–07.00 WIB), kecuali hari libur hanya terdapat 1 shift24 jam (pkl. 07.00–07.00 WIB). Melakukan visite pasienyang mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium dan diagnostik). Peserta didik wajib membuat laporan kondisi pasien dan rencana tatalaksana pasien. Laporan tersebut akan dikonsulkan dan didiskusikan kepada staf pendidik. Setiap tindakan anestesi yang dikerjakan oleh peserta didik wajib dituliskan didalam logbook PPDS, disupervisi dan ditandatangani oleh staf pendidik penanggung jawabICU/HCU. Laporan jaga ICU dilaporkan setiap hari di Tutorial pagi/morning report dan pada laporan mingguan yang dilaksanakan setiap hari senin. Laporan jaga berisi pembahasan kasus di ICU/HCU. 4. Proses pembelajaran di poliklinik anestesi Poliklinik anestesi berlokasi di Intalasi rawat jalan. Setiap hari kerja (SeninJumat) pukul 08.00–16.00 pesertadidik yang bertugas: Menerimakonsultasi rencana operasi one day careambulatoryanesthesia, mempersiapkan pendampingan untuk anestesi pasien diInstalasi Radiologi Diagnostik (CT scan atau MRI yang terjadwal). Menerima konsultasi dari Departemen lain terkait rencana operasi elektifuntuk pasien dengan kondisi/komorbiditas khusus. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 65 Menilai kelayakan pasien untuk operasi melalui pemeriksaanpreoperatif yang mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium dan diagnostik) dan melakukan perbaikan terhadap pasien yang dinilai belum layak untuk operasi. Peserta didik wajib membuat laporan kondisi pasien dan rencana tatalaksana pasien. Laporan tersebut akan dikonsulkan dan didiskusikan kepada staf pendidik. Peserta didik membuat laporan rekapitulasi pasien yang dikonsultasikan,beserta menuliskan di dalam logbook dan ditanda tangani oleh staf pendidik. 5. Proses pembelajaran di luar kamar operasi Setiap hari kerja (Senin–Jumat) pukul 08.00–16.00 peserta didik yang sedang di stasePendampingan/Luar OK melakukan pelayanan di instalasi Radiologi Diagnostik (CT scan), Brakhiterapi, Cathlab, kedokteran nuklir, ruang kebidanan (kuretase). Menilai kelayakan pasien untuk tindakan anestesi di luar kamar operasi melalui pemeriksaan preoperatif yang mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium dan diagnostik) dan melakukan perbaikan terhadap pasien yang dinilai belum layak untuk tindakan anestesi. Peserta didik wajib membuat laporan kondisi pasien dan rencana tatalaksana pasien. Laporan tersebut akan dikonsulkan dan didiskusikan kepada staf pendidik. Setiap tindakan anestesi yang dikerjakan oleh peserta didik wajib dituliskan didalam logbook PPDS dan ditanda tangani oleh staf pendidik penanggung jawab Pendampingan/Luar OK. 6. Tutorial pagi/Laporan jaga/Morning Report Mendiskusikan kasus-kasus anestesi dan terapi intensif yang telah dan akan ditangani oleh peserta didik. Dilaksanakan setiap hari pada pukul 07.00–09.00 WIB, dipimpin oleh Chief on Duty (COD) hari tersebut. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 66 Dihadiri oleh: Staf pendidik dan seluruh peserta didik kecuali yang mendapat giliran piket di OK. Tutorial pagi dalam bahasa Inggris (Morning Report) diselenggarakan setiap hari Jumat. Mendiskusikan kasus-kasus yang memerlukan perhatian, jarang dijumpai, atau dengan permasalahan yang khusus. Mempresentasikan kasus atau tugas tambahan yang dipilih sebagai proses pembelajaran. Perencanaan tindakan anestesi yang dipresentasikan pada tutorial pagi merupakan hasil diskusi peserta didik dengan Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP). Diskusi perioperatif meliputi segala aspek, antara lain: ilmu dasar, teori klinik umum atau khusus, teknik anestesi yang akan dilakukan, dan lain-lain. Setiap peserta didik diwajibkan proaktif berpartisipasi dalam diskusi. Kemampuan mengemukakan pendapat yang sistematis dan logis merupakan salah satu kompetensi yang akan dinilai. Pada akhir acara, Chief on duty yang memimpin laporan membuat resume mengenai hal-hal yang dibahas dalam laporan pagi dan laporan jaga. 7. Laporan kasus Ditujukan untuk memberikan dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan sumber informasi atauketerangan ilmiah sebanyak mungkin untuk menganalisis kasus yang menarik atau jarang, yang telah selesai ditangani selama stase; untuk meningkatkan kemampuan analisis dan memecahkan masalah yang dihadapi pada kasus tersebut secara kritis dan sistematis dan selanjutnya mampu membuat publikasi ilmiah terkait dengan kasus yang dilaporkannya. Ketentuan sebagai berikut: Laporan kasus dilakukan 3 kali selama masa pendidikandan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan di awal semester. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 67 Kasus yang dipilih merupakan kasus yang unik, menarik, dan jarang dijumpai, dan telah mendapatkan persetujuan pembimbing. Peserta didik wajib menyerahkan 3 buah naskah dan presentasi, yang telah dikoreksi dan ditandatangani oleh pembimbing, dan softcopy naskah serta presentasi kepada Sekretariat prodi setelah maju presentasi. 8. Journal Reading (JR) Ditujukan untuk melatih peserta didik menelaah jurnal penelitian dan memperoleh pengetahuan dari literatur yang baru. Journal reading dilakukan 3 kali selama masa pendidikan dan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan di awal semester. Journaldi dapat dari sekretariat prodi, dapat berupa laporan penelitian atau laporan kasus terbaru (paling lama lima tahun terakhir), diambil dari majalah/jurnal Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif terakreditasi, dan telah mendapatkan persetujuan pembimbing. Peserta didik wajib menyerahkan 3 buah naskah dan presentasi, yang telah dikoreksi dan ditandatangani oleh pembimbing, dan softcopy naskah serta presentasi kepada Sekretariat prodi setelah maju presentasi. 9. Diskusi Multidisiplin Diskusi multidisiplin yang dilakukan berupa diskusi kasus dengan departemen terkait untuk membahas kasus-kasus pasien dengan kondisi atau komorbiditaskhusus yang direncanakan untuk operasi. Dihadiri oleh staf pendidik dan peserta didik dari masing-masing prodi. Diskusi multidisiplin berupa presentasi ilmiah yang wajib dihadiri oleh staf pendidik dan peserta didik. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 68 DESKRIPSI MATA KULIAH 1. Filsafat ilmu dan Etika Penelitian Pembelajaran, Tujuan dan aplikasi pembelajaran filsafat ilmu; Perkembangan ilmu; metode ilmiah; Pengaruh Filsafat Ilmu terhadap Kehidupan Manusia 2. Epidemiologi Kedokteran/Kesehatan Kepentingan dan manfaat ilmu epidemiologi; menghitung ukuran-ukuran penyakit; jenis penelitian epidemiologi; konsep dasar kausalitas dan asosiasi; ukuran asosiasi; faktor yang mempengaruhi validitas suatu penelitian. 3. Metodologi penelitian Overview metodologi penelitian dan paradigma; paradigma penelitian kuantitatif dan kualitatif; desain, teknik dan pelaporan penelitian kualitatif; desain penelitian kuantitatif; variabel penelitian, besar sampel dan pengukuran dalam penelitian; eksperimental dan animal study serta uji diagnostik; survival analysis dan mixed method design; metaanalisis: premis dan hipotesis; penulisan tesis dan disertasi serta etika penulisan; kuantitatif: desain cross-sectional, case-control dan kohort; kualitatif: jenis penelitian kualitatif; kuantatif: uji klinis, uji diagnostik dan metaanalisis; kualitatif: teknik analisis dan pelaporan. 4. Biologi molekular Biomolekul dan konsepsi biologi molekuler; membran biologi; enzim; kanker; analisis molekuler sistem sirkadian clock dan aspek; ekspresi gen; struktur sel, DNA dan RNA; informasi genetika; post translational modification; epidemiologi molekular; farmakogenetik. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 69 5. Bio statistika Konsep dasar biostatistika; penyajian data; sampling; teori estimasi; hipotesis; ukuran sampel; tabel kontingensi (uji chi-kuadrat); berbagai teknik analisis/korelasi; analisis varians (satu arah, dua arah atau lebih); analisis statistik non parametrik; analisis regresi logistik; standarisasi; analisis survival; menyajikan hasil penelitian dan hasil uji statistika; topik khusus. 6. Konsep umum penyakit Definisi dan tujuan konsep umum penyakit; konsep umum spektrum pelayanan kesehatan; biologi sebagai ilmu informasi dan pendekatan sistem; gangguan network biologis sebagai dasar penyakit; dari basic science ke P4 medicine; omic technology dalam bidang kedokteran; konsep umum berbagai tipe penyakit (degeneratif, infeksi). 7. Penulisan Artikel Ilmiah Tujuan penulisan karya ilmiah kedokteran; bahasan naskah, mencakup artikel, prinsip dasar penulisan karya ilmiah kedokteran; penulisan dan publikasi laporan kasus dan artikel original; kiat-kiat pemilihan jurnal kedokteran; pengenalan tata bahasa penulisan; bahasa indonesia; bahasa inggris; implementasi penulisan. 8. Etika Kedokteran Dasar-dasar filsafat etika, disiplin, hukum kesehatan. 9. Manajemen Klinik Dasar-dasar manajemen klinik. Komunikasi dokter dan pasien. Manajemen kamar operasi. bagaimana menjadi koordinator pada sistem pelayanan kesehatan 10. Metode belajar mengajar Kuliah pengantar, karangan ilmiah, cara penyajian kasus, Analisis Instruksional, metode pembelajaran, media pembelajaran, metode role play, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 70 metode diskusi kelompok dan bed side teaching, sistem evaluasi, responsi sebagai latihan uji, essay dan pilihan berganda, praktik microteaching, kapita Selekta 11. Farmakologi Klinik Aspek dalam pengobatan; interaksi obat; farmakologi obat anestesi dan terapi intensif; farmakologi obat-obat yang digunakan untuk mengatasi patologi jalan napas, paru dan organ napas; farmakologi obat-obat yang berdampak pada susunan syaraf otak dan syaraf perifer, dan syaraf otonom; farmakologi obat-obat pelumpuh otot dan antagonisnya, opioid dan antagonisnya. 12. Anatomi Fisiologi Anatomi, fisiologi dan beberapa patofisiologi jalan napas, paru dan organ napas; anatomi, fisiologi dan beberapa patofisiologi jantung, pembuluh darah dan darah; anatomi, fisiologi dan beberapa patofisiologi otak, syaraf pusat dan syaraf perifer; mekanisme kesadaran, persepsi nyeri. 13. Kemampuan dasar anestesi Kedokteran perioperatif; fisiologi terhadap pembedahan dan anestesi; indikasi dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, fungsi ginjal, fungsi hati dan endokrin; indikasi dan menilai hasil pemeriksaan foto toraks dan EKG; indikasi dan hasil pemeriksaan CT scan kepala, toraks dan abdomen, serta Echocardiografi; pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien; identifikasi riwayat penyakit atau kelainan pasien preoperative yang mempengaruhi jalannya anestesi; status fisik pasien berdasarkan klasifikasi ASA; rencana anestesi untuk prosedur bedah yang akan dilakukan; persiapan alat dan obat untuk rencana operasi dengan anestesi umum; breathing circuit mesin anestesi pada anestesi umum; interpretasikan hasil monitor; pengelolaan pencegahan terhadap PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 71 komplikasi pasca bedah; tanda-tanda kegawatan pasien; penanggulangan nyeri pasca bedah. 14. Basic & Advance Life Support Pengelolaan jalan napas dewasa, Pengelolaan jalan napas neonatus, RJP dewasa, anak-anak, dan neonatusbaik di kamar operasi maupun di luar kamar operasi. Melakukan defibrilasi, memberikan obat obat resusitasi, melakukan penilaian hasil resusitasi, menghentikan resusitasi dan/atau merujuk pasien ke ICU pascaresusitasi. 15. Anestesi Umum Alat monitoring, mesin anestesi dan obat-obatan apa yang perlu di tersedia di kamar operasi; mekanisme terjadinya anestesi umum; pemberian dan obat yang dipakai untuk induksi anestesi umum; komplikasi yang sering terjadi selama anestesi: obstruksi jalan napas, hipoksemia, hiperkarbia, hipotensi, hipertensi.Farmakokinetik dan farmakodinamik obat anestesi intra vena dan anestetik inhalasi; balans anestesi umum intravena, balans anestesi umum inhalasi; indikasi dan cara melakukan anestesi dengan sungkup, LMA, pipa endotrakeal; indikasi dan komplikasi intubasi untuk keperluan anestesi umum; ekstubasi serta komplikasi ekstubasi. Kelainan atau penyakit pasien preoperatif yang akan memengaruhi persiapan alat dan obat anestesi; rencana anestesi untuk prosedur bedah yang akan dilakukan serta alat dan obat yang diperlukan; persiapan alat dan obat untuk rencana operasi dengan anestesi umum atau anestesi regional; cara kerja mesin anestesi, flowmeter, vaporizer, alat monitor, kateter intravena, set infus cairan, set transfusi darah, set infus tetes mikro, set infus tetes makro, alat syringe pump, infusion pump, mesin pengisap (suction) dan kelengkapannya; setup mesin anestesi secara benar, breathing circuit mesin anestesi, termasuk filter, susunan vaporizer secara benar, trouble shooting sederhana, pemeliharaan mesin dan asesorisnya; pemasangan dan menginterpretasikan hasil monitor; tanda-tanda yang mengarah kegawatan pasien.Penanggulangan nyeri PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 72 pascabedah, alat dan obat yang dibutuhkan; alat-alat dan obat yang dibutuhkan untuk transport pasien dan bila pasien indikasi rawat ICU. 16. Anestesi Bedah Minimal Invasif Operasi invasif minimal (selanjutnya disingkat dengan OIM) atau operasi laparoskopi (selanjutnya disingkat OL). Penyakit sistemik lain yang diderita pasien yang dapat mempengaruhi jalannya anestesi untuk OIM atau OL; Deskripsi prosedur OIM atau OL, elemen esensial, bahaya dan pertimbangan keamanan pasien yang akan dilakukan OIM atau OL; Persiapan preoperatif yang harus dilaksanakan baik persiapan rutin maupun persiapan khusus; di rumah (pada pasien rawat jalan), di bangsal/ruang perawatan, di kamar persiapan IBS dan di kamar operasi; Rencana anestesi yang akan dilakukan untuk prosedur OIM atau OL; Monitoring dan penyulit yang dapat terjadi selama OIM atau OL; Perubahan fisiologi akibat insuflasi gas CO2 dan perubahan posisi Trendelenburg, anti-Trendelenburg, lateral, litotomi, terhadap kondisi pasien selama anestesi untuk OIM atau OL; Cara mengenali dan menangani komplikasi pemakaian gas CO2 dan pemakaian alat bedah elektrik pada OIM atau OL; Pemantauan, beberapa penyulit yang dapat terjadi dan penatalaksanaannya pasca OIM atau OL; Rekam medik perioperatif pasien OIM atau OL. 17. ICU 1 Indikasi pasien masuk ICU; Tanda-tanda pasien yang memerlukan resusitasi dan stabilisasi awal di ICU; Penilaian klinis pasien ICU; Investigasi/ pemeriksaan penunjang, interpretasi data dan diagnosis; Support organ dan prosedur prosedur praktis terkait; Pemantauan dan pengukuran klinik; Pemakaian alat alat di ICU dengan aman; Kondisi khusus (tidak termasuk trauma, luka bakar dan pasien pediatri) Sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem renal, sistem syaraf, trauma dan luka bakar, pasien PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 73 pediatrik, pasien obstetri, sepsis dan pengendalian infeksi; transportasi pasien kritis; End-of- Life- Care. 18. ICU 2 Resusitasi dan stabilisasi awal; penilaian klinis; investigasi, interpretasi data dan diagnosis; support sistem organ dan prosedur-prosedur praktis terkait; pemantauan dan pengukuran klinis; penggunaan alat secara aman; penanganan pasien dengan kondisi khusus; penanganan pasien obstetri di unit perawatan intensif; penanganan pasien pascabedah kardiovaskuler; penanganan pasien pascabedah neuro.Hemodinamic monitoring. Mampu melakukan USG airway,breathing dan circulation. 19. ICU 3 Pengelolaan pasien dengan gagal nafas, ARDS, obstruksi jalan napas; pneumonia, PPOK, asma, edema paru, efusi pleura, pneumotorak, syok, hipotensi/hipertensi, gagal jantung, aritmia, gagal ginjal, koma, traumatic brain injury, neuromuskular, kejang, perdarahan sereberal, meningitis, penyakit spinal injury, mati batang otak, koagulopati, pasien immunocompromised, DIC, ganangguan elektrolit, kegawatan pada DM, disfungsi thyroid, keracunan akut, kegawatan obstetrik, sepsis, hiperpireksia, hipotermia; transportasi pasien kritis. 20. Anestesi Pengelolaan Nyeridan Post Anesthesia Care Unit (PACU) Pendekatan farmakologis dan non farmakologis yang dipergunakan dalam pengelolaan nyeri kronik; titik tangkap kerja pendekatan farmakalogis maupun non farmakologis pada nyeri kronik; pengelolaan nyeri pada nyeri khusus antara lain nyeri pada luka bakar,nyeri herpes,nyeri neuropatik diabetikum; aspek psikologis,efek plasebo pada pengelolaan nyeri kronik. Alat monitoring dan obat-obatan apa yang perlu di ada di PACU; komplikasi yang sering terjadi di PACU: obstruksi jalan nafas, hipoksemia, hiperkarbia, hipotensi, hipertensi, aritmia, menggigil, PONV, delirium; komplikasi akibat pemasangan jarum untuk anestesi lokal atau akibat kateternya; kriteria PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 74 pasien boleh keluar dari PACU fase 1 (pindah ke ruangan atau ke PACU fase 2), PACU fase 2 (boleh pulang kerumah); indikasi pasien harus masuk ke ICU atau HCU. 21. Anestesi Regional 1 Jenis-jenis obat anestesi lokal, mekanisme kerja dan sifat obat anestesi lokal; jenis-jenis serabut saraf yang dihambat serta jenis hambatan motorik dan sensorik yang dihasilkan dan cara pemeriksaannya; faktor-faktor patofisiologi yang mempengaruhi kerja obat anestesi lokal; dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat anestesi lokal; penggunaan klinik masing-masing obat anestesi lokal termasuk bentuk preparasinya, penambahan dengan adjuvan lain; efek samping dan toksisitas yang dapat ditimbulkan obat anestesi lokal beserta tanda-tanda klinisnya; anatomi tulang belakang dan medula spinalis, variasi anatomi yang mungkin dijumpai; fisiologi cairan serebrospinal; perubahan fisiologi yang terjadi pada anestesisubarachnoid dan penatalaksanaan perubahan fisiologis yang terjadi; indikasi dan kontraindikasi tindakan anestesi subarachnoid; persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi dan mengidentifikasi kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhianestesisubarachnoid; persiapan alat, jenis-jenis jarum dan obat anestesi lokal yang akan dipakai untuk anestesisubarachnoid; prosedur tindakan anestesi subarachnoid; posisi pasien anestesi subarachnoid serta keuntungan dan kerugiannya untuk efek penyebaran obat; ketinggian minimal dan dipengaruhinya, jenis blok yang diinginkan termasuk dermatom untuk masing-masing tindakan yang operasi yang akan dilakukan; jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama kerja obat anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesisubarachnoid, serta jenis ajuvan yang dapat mempengaruhi atau membantu kerja obat anestesi lokal; faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran obat, ketinggian blok anestesisubarachnoid, mula dan masa kerja anestesisubarachnoid; komplikasi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 75 yang dapat terjadi pada anestesi, cara mencegah dan mengatasi komplikasi tersebut. 22. Anestesi Regional 2 Anatomi tulang belakang, medula spinalis dan rongga epidural, lapisan- lapisannya mulai dari kulit, ligamen-ligamen, sampai ke rongga epidural, regio sakralis, hiatus sakralis, fungsional anatomi pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral; perubahan fisiologi yang terjadi pada anestesi epidural, kaudal, pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral; teori timbulnya tekanan negatif pada rongga epidural; mekanisme kerja obat anestesi lokal pada anestesi epidural, kaudal ,blok pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral; persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi dan mengidentifikasi kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi jalannya anestesi epidural, kaudal, blok perifer pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral; penatalaksanaan anestesi epidural, kaudal, blok perifer pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral untuk prosedur bedah yang akan dilakukan; persiapan alat dan obat yang akan dipakai untuk anestesi epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral; cara kerja nerve- stimulator dan metode lainnya untuk identifikasi syaraf, keuntungan dan kerugiannya; tindakan anestesi epidural, kaudal, berbagai pendekatan blok pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral; cara menemukan ruang epidural; level ketinggian minimal dan jenis blok yang diinginkan termasuk dermatom yang dipengaruhinya, untuk masing-masing tindakan operasi yang akan dilakukan; indikasi dan kontraindikasi tindakan anestesi epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral; jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama kerja obat anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesi epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral serta jenis ajuvan yang dapat mempengaruhi atau membantu kerja obat anestesi lokal; faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran obat, ketinggian blok anestesi epidural,dan kaudal; faktor-faktor yang mempengaruhi mula dan masa kerja obat pada anestesi epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral; komplikasi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 76 yang dapat terjadi pada anestesi epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral, tanda- tanda dan gejala, cara mencegah dan mengatasi komplikasi tersebut; penatalaksanaan pencabutan kateter epidural pada pasien yang mendapat terapi antikoagulan. Melakukan blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral dengan panduan USG. 23. Anestesi Bedah Orthopedi 1 Anestesi umum dengan sungkup dan regional SAB, TIVA untuk operasi fraktur anggota gerak bawah, hip fracture, preoperatif yang umum ditemukan pada pasien arthroscopy; Masalah ortopedi dan membuat rencana anestesi yang tepat untuk prosedur bedah ortopedi yang paling sering; masalah umum pada pasien trauma serta menjelaskan persiapan preoperatip untuk pembedahan emergensi dan trauma, termasuk puasa dan penggunaan antacid, antagonis H2 dan antiemetik; obat anestesi inhalasi untuk prosedur anstesi umum dengan sungkup; farmakologi obat anestesi inhalasi; obat anestesi intravena; farmakologi obat anestesi intravena; alat dan obat anestetika lokal untuk semua prosedur anesthesia regional, sesuai dengan lama, lokasi prosedur bedah, dan berat penyakit; farmakologi anestetika lokal, termasuk hal khusus yang menentukan onset, durasi, potensi dan toksisitas. 24. Anestesi Bedah Orthopedi 2 Masalah yang dapat terjadi selama pembedahan, misalnya syok perdarahan; topik spesifik dalam anestesi ortopedi, termasuk pneumatic tourniquet, fat embolism, penyebab deep vein thrombosis, thromboembolism, pulmonary embolism; penyakit yang menyertai pasien ortopedi, seperti hipertensi, penyakit arteri koroner, rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, ankylosing spondylitis; penanggulangan nyeri dengan patient controlled analgesia (PCA), subarachnoid, anestesika lokal intra-artikular, non-steroidal anti- inflammatory drugs (NSAIDs); posisi pasien, terutama pada pembedahan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 77 tulang belakang (spine surgery); pengaturan posisi pasien pada operasi tulang belakang servikal (servical spine surgery) untuk kemudahan operator dan keselamatan pasien (trauma wajah). 25. Anestesi Emergensi dan Traumatologi1 Persiapan anestesi untuk operasi bedah darurat; teknik anestesi untuk operasi bedah darurat baik anestesi umum komplikasi anestesi untuk atau anestesi regional; operasi bedah darurat; kasus-kasus yang dilakukan operasi bedah darurat; kegawatan pada pasien trauma. 26. Anestesi Emergensi dan Traumatologi2 penatalaksanaan kegawatan jalan napas, syok, penurunan kesadaran, keracunan dan dan penyalahgunaan obat, kejang, resusitasi cairan; perencanaan tindakan yang perlu untuk menanggulangi kegawatan pasien trauma (airway, breathing, syock, defibrilasi); pemakaian obat obatan emergency dan alat alat bantu emergency, stabilsasi, tansportasi, rujukan pasien trauma, dan peranan anetesi sebagai bagian dari emergency team; Monitoring fungsi vital pada pasien trauma yang tidak memerlukan pembedahan segera; kebutuhan life support pada pasien trauma yang tidak memerlukan pembedahan segera; anestesi yang khusus untuk berbagai pembedahan penyelamatan (damage control surgery); anestesi yang khusus untuk pembedahan definitif. 27. Anestesi Emergensi dan Traumatologi3 bantuan nafas, sirkulasi, kendali tekanan intra-kranial, nutrisi artifisial, renal support, langkah penanganan sepsis dan analgesia pada pasien trauma yang tidak memerlukan pembedahan segera; bantuan nafas, sirkulasi, kendali tekanan intra-kranial, nutrisi artifisial, renal support, langkah penanganan sepsis dan analgesia pada pasien trauma yang menjalani pembedahan dan pada masa pasca bedah; teknik hemodilusi dan transfusi masif; hipotermia insidental maupun hipotermia yang disengaja untuk konservasi organ. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 78 28. Anestesi Obstetri 1 Fisiologi kehamilan, farmakologi perinatal, sirkulasi janin, pola persalinan normal, pengawasan ibu-janin, variabilitas denyut jantung janin, persalinan kurang bulan (prematur), asfiksia neonatus; sirkulasi uteroplasenta; kehamilan multipara; farmakologi dan interaksi obat antara sintosinon, metergin, magnesium sulfat, indocin, prostaglandin, steroid yang biasa dipakai pada pasien obstetrik dengan obat anestesi.; penatalaksanaan preoperatif termasuk premedikasi dan puasa untuk pasien obstetrik elektif; persiapan alat dan obat untuk anestesi umum dan subarachnoid (lihat prosedur anestesi umum dan subarachnoid).indikasi anestesi umum atau subarachnoid untuk pasien obstetrik tanpa penyulit; anestesi subarachnoid untuk prosedur bedah sesar (lihat modul dan prosedur anestesisubarachnoid); anestesi umum (intubasi, LMA) untuk prosedur bedah sesar termasuk tehnik rapid sequence induction dan penatalaksanaan jalan napas pada ibu hamil (lihat modul dan prosedur anestesi umum); anestesi umum intravena untuk tindakan kuretase; aortocaval compression dan penanganannya; evaluasi bayi baru lahir; penatalaksanaan post partum, penanganan nyeri dan mual muntah pascabedah. 29. Anestesi Obstetri 2 Perdarahan ante, intra dan postpartum; preeklampsia, eklampsia, sindrom HELLP; tanda-tanda emboli air ketuban dan penatalaksanaannya; pneumonia asam (aspirasi) dan sindrom Mendellson; sindrom Meigs pada kasus tumor; kelainan atau penyakit pasien obstetrik dengan resiko tinggi yang akan mempengaruhi jalannya anestesi; persiapan alat dan obat untuk anestesi umum dan regional meliputi subarachnoid, epidural, kaudal (lihat prosedur anestesi umum dan regional); indikasi anestesi umum atau regional untuk kasus obstetrik dan dengan penyulit dan penyakit penyerta; anestesi regional untuk prosedur bedah obstetrik dan (lihat modul dan prosedur anestesi regional); anestesi umum untuk prosedur bedah obstetrik dan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 79 termasuk tehnik rapid sequence induction dan penatalaksanaan jalan nafas sulit pada ibu hamil (lihat modul dan prosedur anestesi umum); penatalaksanaan cairan dan tranfusi darah pada kasus obstetrik; evaluasi dan resusitasi bayi baru lahir; penatalaksanaan anestesi operasi non obstetrik pada pasien obstetrik; penatalaksanaan anestesi operasi laparoskopi;ILA (Intrathecal labor analgesia) dan PCEA (Patient controlled epidural analgesia) untuk persalinan pervaginam; resusitasi ibu hamil; penatalaksanaan post partum dan pasca bedah termasuk penanganan nyeri dan mual muntah; indikasi rawat ICU pasca bedah. 30. Anestesi Bedah Saraf 1 - Neurofisologi (Fisiologi dan Metabolisme Otak dan Medula spinalis): Aliran darah otak; Tekanan intrakranial; Dinamika cairan serebrospinalis; Metabolisme otak; Edema serebral; Sadar, delirium, dan coma; Pengaruh suhu pada aliran darah otak dan metabolisme otak; Pengaruh anestetika pada aliran darah otak, tekanan intrakranial, metabolisme otak; Mengukur aliran darah dan metabolisme otak - Neurofarmakologi (efek anestetika pada fisiologi otak dan medula spinalis):Anestetika intravena; Anestetika inhalasi; Opioid dan obat adjuvant; Antikonvulsan; Cairan, elektrolit, dan koloid (prinsip umum pemberian cairan perioperatif, pemberian cairan untuk kraniotomi, pemberian cairan untuk sindroma patologik khusus) - Dasar-dasar neuroanestesi: Evaluasi prabedah, premedikasi, monitoring, induksi anestesi, rumatan anestesi, pilihan anestetika, saat ekstubasi, pertimbangan khusus dan pengelolaan nyeri pascabedah. - Patofisiologi kelainan intraserebral baik trauma atau non trauma. - Identifikasi peningkatan tekanan intracranial. - Pemantauan untuk prosedur intracranial: Tekanan darah invasif, CVP,Tekanan intrakranial, CT-Scan, MRI, Capnograph. - persiapan pengelolaan jalan nafas pada operasi servikal . - pemilihan anestesia untuk bedah saraf. - kegawatan pada kraniotomi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 80 - anestesia yang memungkinkan dilakukan pemantauan neurofisiologi. - pilihan-pilihan untuk mengatasi peningkatan tekanan intracranial. - proteksi otak perioperatif. 31. Anestesi Bedah Saraf 2 - Pengelolaan perioperatif Cedera Otak Traumatik: Pengelolaan cairan perioperatif; Patofisiologi cedera otak traumatik; Pengelolaan cedera otak akut: Resusitasi awal; Pengaruh anestetika dan teknik anestesi terhadap dinamika intrakranial dan metabolisme otak; Pengelolaan anestesi pada pasien dengan cedera otak traumatik; Anestesia untuk cedera otak pada pediatrik; Pengelolaan di ICU; Terapi baru yang menjanjikan; Mati Otak. - Anestesi untuk tumor supratentorial: Diagnosis peningkatan tekanan intrakranial; Brain shifts dan sindroma herniasi; Gambaran umum lesi massa di otak; Neoplasma; Infeksi; Hidrocephalus; Posisi pasien (supine, lateral, prone, duduk); Komplikasi pascaoperasi tumor supratentorial. - Anestesi untuk tumor Infratentorial (fossa posterior):Pendekatan bedah; Teknik Anestesi; Masalah umum; Pencegahan emboli udara dan komplikasi lain; Monitoring; Posisi pasien (duduk, prone, lateral, supine, ParkBench/Semiprone). - Pediatrik Neuroanestesi: Neuroembriologi; Neuro fisiologi; Neuro anatomi; Neuro farmakologi; Patofisiologi tekanan intrakranial; Pertimbangan anestesi secara umum; Pertimbangan anestesi secara khusus. - Anestesi untuk tumor Neuroendokrin: Transpenoidal hypophysectomy dan prosedur Neuroendokrin lainnya. Anatomi dan fisiologi pengaturan neuroendokrin, aksis hypothalamic-pituitary-thyroid, aksis hypothalamicpituitary-adrenal, respons neuroendokrin yang berhubungan dengan anestesi dan pembedahan. - Cedera medula spinalis: Operasi Thoraco-lumbal termasuk operasi cervical spine; Managemen cedera medula spinalis cervical akut; Managemen Tumor Medula Spinalis/cedera columna vertebralis; Organisasi fungsi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 81 medula spinalis; Refleks medula spinalis, aliran darah medula spinalis dan bagaimana mengaturnya, darah/hipoksia/perubahan respons PaCO2, respons terhadap terhadap trauma tekanan medula spinalis; Efek anestetika. - Anestesi untuk Diagnostik dan Intervensional Neuroradiologi (INR) - Craniofacial surgery. 32. Anestesi Pediatrik 1 Anatomi, fisiologi, farmakologi dan psikologispada bayi anak dan orang dewasa; praanestesi, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, premedikasi, puasa pada bayi dan anak; penatalaksanaan perioperatif pasien bayi dan anak dengan infeksi saluran nafas atas; jenis dan ukuran ETT, LMA, laringoskop , sistem sirkuit napas beserta peralatan pelengkap lain (Magill forceps, stylet,jalan nafas oro/nasofarings, dll)yang dipakai untuk anestesi bayi, anak; cairan perioperatif bayi dan anak, seperti jumlah dan jenis cairan yang diberikan; volume darah total dan banyaknya perdarahan yang boleh hilang selama operasi dan kapan membutuhkan tranfusi darah; obat premedikasi apa saja , cara pemberiannya serta penyulit yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat premedikasi untuk bayi dan anak; induksi kasus bedah sederhana untuk bayi dan anak; yang mulus dan mengatasi nyeri pasca operasi pada kasus sederhana bayi dan anak; mekanisme terjadinya spasme laring, spasme bronkus, edema glottis pada bayi dan anak; mencegah dan mengatasi spasme laring, spasme bronkus, edema glotis yang terjadi pada bayi dan anak; penatalaksanaan anestesiregional caudal epidural , dosis dan jenis obat anestetik lokal apa saja yang dapat dipakai untuk bayi dan anak serta penyulit yang bisa ditimbulkan. 33. Anestesi Pediatrik 2 Penatalaksanaan anestesi untuk kasus bayi dan anak dengan sepsis, kelainan jalan nafas, masalah kesulitan intubasi dan ventilasi seperti labiopalatognatoskisis bilateral komplit, Pierre Robin, tumor gigi mulut dan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 82 jalan nafas.; hal penting apa saja yang harus diperhatikan pada kasus bayi dengan kelainan kongenital dan anomali seperti hernia diafragmatika, omfalokel, gastroskisis, fistel trakeoesofagus; penatalaksanaan anestesi untuk kasus bayi dengan kelainan kongenital dan anomali seperti hernia diafragmatika, omfalokel, gastroskisis, fistel trakeoesofagus; mekanisme terjadinya spasme laring, spasme bronkus, edema glotis dan trakea pada bayi dan anak; mekanisme terjadinya hipotermia pada kasus pediatrik, cara mencegah, cara mengatasi dan komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkannya; mencegah dan mengatasi spasme laring, spasme bronkus, edema glotis dan trakea yang terjadi pada bayi dan anak; penatalaksanaan anestesi regional, dosis dan jenis obat anestetik lokal apa saja yang dapat dipakai untuk bayi dan anak. 34. Anestesi Bedah THT Anatomi jalan nafas atas, laring hingga trakea dan telinga; efek pemakaian N2O pada bedah telinga tengah; insiden PONV pascabedah telinga; teknik hipotensi; interaksi katekolamin dengan zat volatil; pengaruh vasokonstriktor lokal terhadap kardiovaskular dan penatalaksanaan masuknya secara tak sengaja infiltrasi epinefrin ke dalam intravaskular; tehnik pembiusan tonsilektomi beserta risiko dan komplikasi serta penanganannya; mekanisme terjadinya spasme laring dan penanganannya; patofisiologi “sleep apnea”; mengeliminasi N2O dari campuran gas anestetik selama periode apnea; ”apneic oxygenation” dan kecepatan peningkatan PaCO 2 yang terjadi. Tingkat kesulitan jalan nafas; langkah-langkah tindakan panendoskopik (laringoskopi, esofagoskopi, bronkoskopi dll); teknik, obatobat dan peralatan anestesi yang akan digunakan, termasuk pemantauan pasien untuk bronkoskopi fiberoptik dan bronkoskopi kaku; komplikasi tindakan panendoskopi; teknik yang digunakan untuk mengendalikan hemodinamik pada saat laringoskopi dan bronkoskopi kaku; risiko dan komplikasi tonsilektomi serta penanganannya; mekanisme terjadinya spasme PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 83 laring dan penanganannya; algoritma penanganan kesulitan jalan nafas; teknik tonsilektomi emergensi pada abses peritonsilar dengan trismus; prosedur trakeostomi perkutan dan krikotirotomi emergensi; prinsip ventilasi jet venturi pada bedah laser, laring dan trakea; patofisiologi “ sleep apnea” . 35. Anestesi Bedah Onkologi 1 Preoperatif yang umum ditemukan pada pasien onkologi membuat rencana anesthesia yang tepat untuk prosedur bedah yang paling sering; umum pada pasien onkologi serta menjelaskan persiapan preoperative untuk pembedahan onkologi termasuk puasa dan penggunaan antacid, antagonis H2 dan antiemetik; alat dan obat anestetika local untuk semua prosedur anesthesia regional, sesuai dengan lama, lokasi prosedur bedah, dan beratnya penyakit; dasar farmakologi anestetika local, termasuk hal khusus yang menentukan onset, durasi, potensi dan toksisitas. 36. Anestesi Bedah Onkologi 2 Anestesi yang khusus untuk bedah onkologi; penyakit penyerta, seperti penyakit respirasi, hipertensi, penyakit arteri coroner, diabetes mellitus dan penyakit endokrin/metabolik yang lain; penanggulangan nyeri dengan patient controlled analgesia (PCA) menggunakan beberapa jenis opiat, subarachnoid, epidural, kateter saraf perifer kontinyu, non-steroidal anti- inflammatory drugs; tehnik hemodilusi dan konservasi darah perioperatif. 37. Anestesi Bedah Plastik 1 Bedah rekonstruksi atau bedah plastik, prosedur flap, abdominoplasty, breast reduction, skin grafting; preoperatif yang umum ditemukan pada pasien bedah plastik membuat rencana anesthesia yang tepat untuk prosedur bedah yang paling sering; umum pada pasien bedah plastik serta menjelaskan persiapan preoperative untuk pembedahan bedah plastik termasuk puasa dan penggunaan antacid, antagonis H2 dan antiemetik; alat dan obat anestetika local untuk semua prosedur anesthesia regional, sesuai dengan lama, lokasi prosedur bedah, dan beratnya penyakit; dasar PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 84 farmakologi anestetika local, termasuk hal khusus yang menentukan onset, durasi, potensi dan toksisitas; anestesi yang khusus untuk bedah plastik. 38. Anestesi Bedah Plastik 2 Penyakit penyerta, seperti penyakit respirasi, hipertensi, penyakit arteri coroner, diabetes mellitus dan penyakit endokrin/metabolik yang lain; penanggulangan nyeri dengan patient controlled analgesia (PCA) menggunakan beberapa jenis opiat, subarachnoid, epidural, kateter saraf perifer kontinyu, non-steroidal anti-inflammatory drugs; tehnik hemodilusi dan konservasi darah perioperatif. 39. Anestesi Bedah Mata Anatomi mata dan inervasi yang dapat berhubungan dengan anestesi; fisiologi tekanan intraokular dan hal-hal yang mempengaruhinya; farmakologi dan dampak fisiologik obat-obat topikal yang biasa digunakan dalam prosedur bedah mata serta interaksinya dengan obat-obat anestetik; seleksi pasien untuk bedah mata rawat jalan; persiapan prabedah, antara lain: puasa pada pasien dewasa dan pediatrik, premedikasi, informed consent; Pemantauan standar yang harus ada pada setiap prosedur bedah mata; teknik anestesi yang benar untuk berbagai prosedur bedah mata; risiko dan komplikasi berbagai prosedur bedah mata. 40. Anestesi Bedah Urologi Indikasi untuk pembedahan urologi; persiapan preanestesi untuk pembedahan urologi; termasuk pasien gagal ginjal dengan hemodialisa regular; implikasi perioperatif gagal ginjal akut/kronik; konsekuensi fisiologik operasi endoskopik prostat; posisi untuk nefrektomi; implikasi perdarahan vena cava inferior karena keganasan ginjal; implikasi penyakit primer yang menyertai bedah urologi termasuk distress pernafasan, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes; penanggulangan nyeri pasca bedah dengan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 85 Obat-obat Anti Inflamasi Non-Steroid (NSAID)dan opioid epidural/sistemik; anestesi regional untuk bedah urologi mayor; implikasi Extracorporeal Shock Wave Lithothrypsi (ESWL); gejala-gejala dan tanda-tanda sindroma Transurethral Resection of the Prostate (TURP syndrome). 41. Anestesi Geriatrik perubahan anatomik & fisiologis terkait-usia (sistem kardiovaskular, pernapasan, renal, gastrointestinal, saraf, muskuloskeletal, metabolik dan endokrin); perubahan farmakologis terkait-usia (anestetik inhalasi, obat anestetik nonvolatil, relaksan otot). 42. Anestesi di Luar Kamar Bedah Alat monitoring dan obat-obatan apa yang perlu ada di tempat radiologi; teknik anestesi untuk CT-scan, MRI, Neuroradiologi, Terapi Radiasi, Monitor Anesthesia Care (MAC); interaksi obat anestesi dan obat psikiatri 43. Anestesi Bedah Rawat Jalan Kriteria pemilihan pasien untuk operasi ambulatori; pemeriksaan preoperatif pasien untuk operasi ambulatori, meliputi pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepatstatus fisik pasien ambulatori berdasarkan klasifikasi ASA; kondisi pasien yang tidak sesuai untuk operasi ambulatori dan resikonya, seperti bayi prematur dan ex-prematur, pasien dengan riwayat gangguan respirasi seperti ISPA, apneu, spasme bronkus, pasien dengan penyakit jantung seperti CHF, kelainan jantung kongenital, pasien dengan riwayat hipertermia maligna, pasien obesitas morbid, pasien dengan keganasan, gangguan jalan nafas sulit, operasi besar yang memungkinkan kehilangan banyak darah, yang membutuhkan monitoring dan penanganan nyeri khusus pasca operasi; persiapan preoperatif operasi ambulatori seperti puasa dan premedikasi; anestesi umum seperti anestesi intravena, sungkup, LMA atau intubasi ETT, dan regional seperti spinal, epidural, kaudal maupun blok perifer untuk operasi pasien ambulatori yang akan dilakukan; persiapan alat anestesi umum maupun regional, dan obat-obatan dengan masa kerja PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 86 singkat yang sesuai untuk anestesi ambulatori; monitoring yang baik dan sesuai untuk anestesi ambulatori; cara pemulihan pembiusan yang cepat (Fast track anesthesia) untuk pasien ambulatori; penatalaksanan nyeri, mual muntah pasca bedah untuk pasien ambulatori; komplikasi yang dapat timbul pasca operasi ambulatori; kriteria pasien keluar dari PACU/ruang pulih fase 1 ke ruang pulih fase 2 (dengan Modifikasi Aldrete‟s score) pulang kerumah (PADSS score) atau harus dirawat pasca operasi ambulatori. 44. Anestesi Kardiotorasik Anatomi dan fisiologi paru normal; patofisiologi berbagai kelainan paru dan hubungannya dengan anestesi; penatalaksanaan perioperatif pasien dengan kelainan paru, termasuk persiapan prabedah yang baik; fisiologi pada ventilasi satu paru; indikasi, indikasi kontra dan komplikasi ventilasi satu paru; teknik anestesi, peralatan dan pemantauan yang diperlukan pada ventilasi satu paru; lokasi massa mediastinum dan konsekuensi fisiologiknya; penatalaksanaan perioperatif pasien dengan massa mediastinum; teknik anestesi pada massa mediastinum; patofisiologi sindrom vena cava superior; penatalaksanaan perioperatif pasien dengan sindrom vena cava superior; patofisiologi myasthenia gravis dan implikasinya pada teknik anestesi; penatalaksanaan perioperatif pasien myasthenia gravis; kegawatan torasik yang mengancam nyawa, termasuk trauma toraks; teknik anestesi pada bedah emergensi trauma toraks; pengelolaan pascabedah dan tatalaksana nyeri pasien bedah toraks. Anatomi dan fisiologi jantung normal; pembagian penyakit-penyakit jantung; penyakit jantung koroner beserta patofisiologi, risiko dan komplikasi dihubungkan dengan anestesi; kelainan katup jantung beserta patofisiologinya; penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai; jenis operasi jantung, terbuka maupun tertutup; persiapan prabedah jantung dewasa; persiapan prabedah jantung anak; anesthesia pada penderita kelainan jantung pada pembedahan non jantung; anestesi pada PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 87 pembedahan koroner; pembedahan katup jantung; pembedahan penyakit jantung bawaan; prinsip kerja dan komplikasi teknik Pintas Jantung-Paru (Cardiopulmonary Bypass); pemantauan hemodinamik yang diperlukan sebelum, selama dan sesudah bedah jantung; prinsip perawatan pascabedah jantung 45. Anestesi pasien dengan penyakit langka Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnosis pasien yang diperlukan untuk penyakit langka yang akan mengalami pembedahan untuk penyakit primer atau penyakit lain yang menyertai; patofisiologi penyakit-penyakit langka; anestesi dan perawatan pasca anestesi untuk pasien penderita penyakit langka; komplikasi yang terjadi selama anestesi dan masa perioperatif pasien dengan penyakit langka 46. Anestesi Penyakit Khusus Patofisiologi gangguan hormon tiroid,dan gangguan metabolisme karbohidrat; patofisiologi malnutrition-obesitas; perubahan tubuh pada adiksi narkotik; patofisiologi COPD dan Asthma Bronchiale; perubahan fungsi sistim tubuh akibat perubahan degeneratif pada usia lanjut; anestesi dan postoperative care untuk pasien dengan hipertiroid dan Diabetes mellitus; anestesi dan post operative care untuk pasien dengan obesitas; anestesi dan post operative care untuk pasien dengan adiksi narkotik; anestesi dan perioperative care untuk pasien dengan PPOM dan Asma Bronkiale; anestesi dan postoperative care untuk pasien geriatri; komplikasi yang terjadi selama anestesi dan masa perioperatif pasien dengan penyakit khusus. 52. Seminar Ilmiah 1 Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 88 diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi intensif. Text book reading 1 dan Text book reading2 53. Seminar Ilmiah 2 Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi intensif.Case Report 1dan Case Report 2 54. Seminar Ilmiah 3 Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi intensif.Journal Reading 1 dan Journal Reading 2 54. Seminar ilmiah 4 Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi intensif.Case Report 3 dan Journal Reading 3 54. Seminar Ilmiah 5 Pembelajaran seminar mengenai penanganan pasien di kamar bedah, ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif dan dipresentasikan di Internal IPDS, nasional atau Internasional. Pemilihan jurnal yang berbobot dan dapat diapikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi intensif. Referat 1 dan referat 2 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 89 55. Publikasi ilmiah Presentasi ilmiah Nasional atau Internasional. Poster 1 dan Poster 2 56. Penelitian Filsafat ilmu; identifikasi dan rumusan masalah yang mempunyai kontribusi profesional (anestesiologi, perioperative care, critical care dan pengelolaan nyeri) Penerapan alur pikir ilmiah dengan pendekatan ilmu dasar dan klinik untuk meneliti permasalahan klinik; kerangka konsep dari penelitian; metode penelitian; sumber ilmiah terkait; analisis stastistik; hasil penelitian dan laporan penelitian; kesimpulan penelitian; data penelitian; komunikasi interpersonal, pemeriksaan fisik maupun laboratorium atau penunjang lainnya terkait penelitian; melatih tim pemeriksaan pendukung yang membantu proses penelitian; subjek penelitian; komunikasi efektif dengan pembimbing penelitian. 57. Anestesia dan Coexisting disease Riwayat penyakit atau kelainan pasien preoperative yang akan mempengaruhi jalannya anesthesia; Penilaian dan optimalisasi kondisi penyakit atau kelainan pasien perioperatif; Konsiderasi dan penatalaksanaan anestesi perioperatif pada pembedahan pasien dengan coexisting dissease. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 90 BAB 6 EVALUASI DAN PENILAIAN Kurikulum terdiri atas perangkat materi pelajaran (teori, keterampilan, psikomotor, sikap dan tanggung jawab), karya ilmiah, dan tesis. Penilaian perangkat materi pelajaran dan karya ilmiah dievaluasi pada setiap tahapan pendidikan (setiap akhir pelaksanaan divisi) dan akhir semester, sedangkan tesis dievaluasi pada akhir program pendidikan. 6.1 Instrumen monitoring, evaluasi dan penilaian peserta didik. 1) Logbook stase a. Logbook staseadalah buku rekaman kegiatan pendidikan peserta didik dalam stase yang dijalani. Kegiatan pendidikan yang dicatat dalam Logbook stase berupa: daftar pasien, diagnosis, tindakan operasi, kegiatan preoperatif, kegiatan intraoperatif, pascaoperatif, kegiatan ilmiah, dan kegiatan lainnya yang harus divalidasi oleh tenaga pendidik yang bertanggung jawab. b. Logbook stase diberikan pada setiap awal stase (awal bulan) dan harus dikumpulkan setiap akhir rotasi untuk dilakukan validasi sebelum mengikuti ujian stase. c. Daftar logbook stase adalah sebagai berikut: NamaLogbook No 1 Pediatrik 2 Emergensi 3 Ortopedi 4 PACU 5 Thorax Cardiovascular PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 91 6 Bedah Mulut dan THT 7 Bedah Onkologi dan Bedah Plastik 8 Intensive Care Unit 9 Neuroanestesi 10 Poliklinik 11 ODS-Endoskopi-Intratekal 12 Luar OK/ Pendampingan 13 Urologi 14 Bedah digestif dan Obgyn 15 Mata 16 Luar RSHS 17 RS Jejaring 18 Resusitasi 2) Logbook penelitian (Usulan Penelitian dan Tesis) a. Logbook penelitian adalah buku rekaman kegiatan proses pembimbingan usulan penelitian/tesis antara peserta didik dan pembimbing. b. Logbook penelitian diberikanpada saat peserta didik telah mendapatkan pembimbing (pada semester I) dan diisi saat selama proses bimbingan. c. Kegiatanbimbingan yang terekam adalah: - Waktu bimbingan, - Materi bimbingan, - Pelaksanaan sidang UP/Tesis, - Matriks perbaikan usulan penelitian/tesis, - Kegiatan pengambilan sampel penelitian, - Bimbingan ringkasan tesis. d. Logbook yang telah ditandatangani oleh pembimbing dikumpulkan sebagai persyaratan maju sidang Usulan Penelitian,sidang Tesis dan ujian lisan nasional. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 92 3) Buku kemajuan a. Buku kemajuan adalah buku rekaman kegiatan pendidikan peserta didik sejak awal hingga akhir proses pendidikan. b. Buku kemajuan diberikan pada saat pertama kali masuk pendidikan dan harus diisi setiap kegiatan pendidikan dijalani. c. Kegiatan pendidikan yang terekam selama menjalani pendidikanterdiri dari: daftar stase yang dijalani, jumlah tindakan selama pendidikan, kegiatan ilmiah dan non ilmiah, kegiatan bimbingan/tutorial/kuliah, absensi setiap semester, evaluasi/Ujian dan tugas lain (pengabdian kepada masyarakat, pendidikan, kepanitiaan, dll). d. Buku kemajuan harus ditandatangani oleh penanggung jawab semester, Dosen wali dan KPS dan harus dikumpulkan di setiap akhir semester sebagai syarat yudisium. 6.2 Bentuk Evaluasi Penilaian dilakukan dengan cara: 1. Ujian tulis 2. Ujian praktek 3. Ujian Lisan 4. Ujian lisan komprehensif/ujian CR 5. Evaluasi harian (jumlah pengerjaan dan atau asistensi kasus termasuk bedah khusus, tanggung jawab jaga/tanggung jawab terhadap pasien, pengabdian masyarakat, mendidik, absensi, sikap/perilaku, dll). Evaluasi harian ini dilakukan juga selama PPDS bertugas di RS Jejaring (form sesuai dengan yang digunakan di IPDS). 6. Ujian Usulan Penelitian dan Ujian Tesis 7. Ujian yang diselenggarakan olehKomisi Ujian Nasional KATI (ujian tulis nasional, ujian OSCE nasional, ujian lisan nasional). PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 93 Ujian Tulis a. Dalam bentuk soal pilihan ganda terbatas atau esai termasuk Ujian Nasional Basic Anesthesia (Fisiologi, Farmakologi, Anatomi) oleh Badan Penguji Nasional dapa semester 4. Ujian tulis di IPDS diadakan pada akhir Semester 1, sedangkan untuk semester selanjutnya dilakukan sesuai jadwal setiap akhir stase. b. Jenis soal pilihan ganda (multiple choice question/MCQ), MDE (Multidisciplinary examination) atau esai. c. Bila nilainya termasuk kategori tidak lulus, peserta didik yang bersangkutan harus mengulang dalam waktu 1 minggu kemudian berupa ujian lisan atau tulis multiple choice atau essay terbatas. Bila masih tidak lulus juga, yang bersangkutan harus mengulang divisi tersebut. d. Dianggap lulus bila mencapai nilai >68. e. Ujian tulis oleh Komisi Ujian Nasional KATI tentang Dasar Penunjang Anestesiologi yang diselenggarakan pada semester 4. Ujian Praktek/DOPS (Direct Observational Prosedural Skill) a. Ujian praktek anestesi meliputi ujian praktek kemampuan dasar anestesi, Anestesi regional I, Anestesi pediatrik II, Neuroanestesi II. b. Beberapa penilaian lebih diutamakan kepada tatalaksana melakukan tindakan anestesi dan strategi yang akan dilakukan, meliputi persiapan pasien, induksi, teknik anestesi, dan obat-obatan yang dipilih, serta penanganan pascabedah. Sebelum dan sesudah Ujian Praktek dilakukan diskusi antara penguji dan yang diuji. c. Pada saat ujian praktek pada pasien harus dihadiri penguji d. Beberapa pasien untuk calon ujian diajukan oleh peserta ujian kepada penguji pertama satu hari sebelum ujian untuk dipilih/ditentukan sebagai pasien ujian. e. Ujian tersebut meliputi persiapan penderita sampai dengan pengelolaan pascabedah. f. Ujian praktek dibatalkan dan ditentukan kemudian apabila: - tidak ada pasien yang cocok. - peserta ujian melakukan tindakan yang membahayakan pasien atau menyalahi prosedur yang telah ditentukan penguji. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 94 g. Jika hasil ujian dinilai kurang, peserta didik diberi kesempatan ujian ulangan paling lama 2 minggu setelah ujian pertama. Bila 2 kali ujian praktek tidak lulus oleh penguji yang sama, residen akan diuji oleh penguji yang lain. h. Pasien yang diujikan harus ASA 1-2, kecuali atas pilihan penguji (untuk pediatrik usia < 1 tahun). i. Penguji harus seorang pengajar dengan status Penilai atau oleh Penanggung Jawab Stase, menguji teori setelah selesai ujian praktek. Ujian dilakukan pada hari yang sama, atau sesuai perjanjian dengan penguji utama. Ujian Lisan a. Meliputi ujian Kemampuan dasar Anestesi, Regional 2, Pediatrik 2, Neuroanestesi 1 dan ICU III. b. Ujian kasus c. Kualifikasi penguji adalah Penilai. d. Jadwal ujian ditentukan oleh penanggungjawab stase dengan persetujuan KPS. Ujian Lisan Komprehensif a. Ujian lisan komprehensif dilaksanakan pada masa chief resident setelah menyelesaikan satu divisi, dan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan peserta didik dalam knowledge/kognitif, dan alur berpikir (logika) terhadap kasus yang dihadapi. b. Ujian lisan dengan kualifikasi penguji Penilai. c. Lama ujian minimal 2 jam. Topik yang diujikan adalah ICU, Pediatrik, Neuroanestesi, Urologi, Geriatri, Ambulatory, THT-BM, Obgyn-digestive, Kardiotorasik, Anestesi uncommon Disease, Anestesi penyakit Khusus. d. Jadwal ujian ditentukan oleh KPS e. Setiap konsulen penguji mendapat bahasan topik ujian yang ditentukan oleh KPS. f. Materi Ujian Komprehensif meliputi penatalaksanaan anestesi sesuai Modul g. Skoring/pemberian nilai ujian lisan: PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 95 Jawaban lengkap tanpa pengarahan 90 Jawaban lengkap dengan sedikit pengarahan 80 Jawaban lengkap dengan cukup pengarahan 70 Jawaban kurang lengkap (lebih dari 50%) dengan cukup pengarahan 60 Jawaban kurang lengkap (kurang dari 50%) dengan cukup pengarahan Jawaban salah meskipun dengan cukup pengarahan 50 0 Soal berantai: 1. Jawaban pertama salah 2. Jawaban berikutnya maksimum mendapat nilai 0 70 Catatan: Bila ada ekstra jawaban yang baik, nilai dapat diperhitungkan dan jawaban dapat diberi nilai sampai 100. Minimum Passing Level: 70. Ujian OSCE (Objective Structured Clinical Examination) Nasional a. Ujian OSCE nasional dilaksanakan oleh Komisi Ujian Nasional KATI. b. Persyaratan untuk mengikuti ujian OSCE Nasional adalah: - Peserta didik telah selesai menjalani semua stase (chief resident). - Sudah melaksanakan sidang Usulan Penelitian. SidangUsulan penelitian/Tesis a. Syarat pengajuan sidang Usulan penelitan/Tesis: - peserta didik telah menghadiri minimal 5x sidang Usulan Penelitian (untuk pengajuan Usulan penelitian) dan minimal 5x sidang Tesis (untuk pengajuan sidang Tesis). - Menyerahkan verifikasi daftar pustaka (untuk pengajuan sidang Tesis). - Menyerahkan naskah asli usulan penelitian/Tesis. - Menyerahkan logbook penelitian PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 96 b. Tim penguji tesis dibentuk oleh KPS yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota penguji yang bertugas untuk menguji tesis. SK penguji Tesis akan dibuat oleh Kepala Departemen. c. Persyaratan Penguji adalah seperti persyaratan menjadi Pemimbing 1 dan Pembimbing 2 baik untuk yang mengikuti pendidikan S2 atau hanya menjadi SpAn saja. d. Penguji untuk yang mengikuti pendidikan menjadi SpAn saja adalah SpAn Konsultan atau dokter pendidik klinis. e. Jumlah penguji adalah 3 orang dengan status penilai, akan tetapi sidang tesis dapat berlangsung apabila dihadiri oleh minimal 4 orang (3 orang penguji dan 1 orang pembimbing). f. Salah satu dari Tim Pembimbing tesis harus hadir saat penyelenggaraan ujian tesis, tidak menguji kecuali apabila ditunjuk sebagai penguji. Apabila kedua pembimbing tidak bisa hadir, maka pembimbing bisa diambil alih oleh KPS atau SPS setelah berkonsultasi dengan Kepala Departemen dan staf yang lain. g. Berkas tesis sudah harus diserahterimakan kepada tim penguji/semua staf untuk ditelaah dan dipelajari paling lambat satu minggu sebelum ujian tesis dilaksanakan. h. Alokasi waktu ujian tesis: - Penyajian lisan dibantu dengan transparansi atau slide selama 20 menit. - Tanya jawab dari tim penguji berlangsung 60 menit dan dapat diperpanjang atas keputusan Ketua Tim Penguji. i. Setelah ujian selesai dilanjutkan dengan rapat tertutup untuk menyimpulkan hasil akhir/nilai. Peserta ujian dipersilahkan keluar ruang sidang. j. Penilaian: - Penilaian para anggota tim penguji mempunyai bobot yang sama diberikan dalam bentuk angka mutu yang berkisar antara 2,00–4,00. - Skor akhir tim penguji adalah rata-rata angka mutu para penguji. - Skor akhir evaluasi tesis berupa angka mutu yang didapat dari: PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 97 • Tim Pembimbing = 60% • Tim Penguji = 40% Skor akhir ini dialihkan menjadi huruf mutu sebagai berikut : Nilai A = lulus tanpa perbaikan dengan nilai rata-rata 3,80 – 4.00. Nilai B = lulus dengan perbaikan ringan dan nilai rata-rata 3,4-3,79. Waktu perbaikan paling lambat 2 minggu. Nilai C = lulus dengan perbaikan berat, dan nilai rata-rata 3,00-3,39. Waktu perbaikan paling lambat 4 minggu. Apabila ada perbedaan penilaian lebih dari 5 point (misal satu penguji memberikan nilai 3,8 tapi yang lainnya hanya memberi nilai 3,2), maka ketua sidang harus menanyakan kepada penguji tersebut, alasan apa sampai penilaiannya jauh berbeda. Ujian Akhir Nasional a. Ujian Akhir nasional dilaksanakan oleh Komisi Ujian Nasional KATI b. Persyaratan untuk mengikuti ujian akhir nasional (verifikasi): 1. Kumpulan tugas ilmiah 2. Buku Kemajuan. 3. Logbook kasus. 4. Logbook stase(selama bulan yang dijalani). 5. Logbook Usulan Penelitian dan Tesis. 6. Absensi jaga CR (30x). 7. Surat bebas perpustakaan yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 8. Tesis Hitam yang sudah ditanda tangani (6 Eksemplar). 9. Ringkasan Tesis Bahasa Inggris (2 Eksemplar). 10. Ringkasan Tesis Bahasa Indonesia (2 Eksemplar). 11. Foto berwarna ukuran 6R dan softcopy foto dalam compact disk (CD). 12. Compact disk (CD)Full Tesis dan Bahan Presentasi Tesis (2 Eksemplar). 13. Compact disk (CD) Ringkasan Tesis B. Indonesia dan B.Inggris (2 Eksemplar). 14. Compact disk (CD) Kumpulan Daftar Pustaka (2 Eksemplar). PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 98 15. Berkas-berkas perbaikan ringkasan Tesis BahasaIndonesia (dari awal perbaikan sampai dengan final). 16. Berkas-berkas perbaikan ringkasan Tesis BahasaInggris (dari awal perbaikan sampai dengan final). 17. Matriks perbaikan Tesis. 18. Pedamping Ijazah (Fotocopy sertifikat ilmiah nasional/internasional). 19. Bebas sanksi akademik. 20. Kehadiran 100% di setiap semesternya. Ujian Remedial Pesert didik yang dinyatakan tidak lulus dalam satu ujian diberikan kesempatan untuk melakukan ujian ulang (remedial). Ujian remedial dilakukan paling lambat 2 minggu sebelum pelaksanaan yudisium, dengan ketentuan: a. Ujian lokal Remedial dilakukan hanya satu kalidengan penguji yang berbeda dari penguji sebelumnya dan ditentukan oleh konsulen penanggung jawab stase. Bila peserta didik tetap dinyatakan tidak lulus pada ujian remedial maka peserta didik yang bersangkutan harus mengulang stase tersebut pada waktu yang telah ditetapkan. b. Ujian tulis nasional Remedial ujian tulis nasional dilakukan pada penyelenggaraan ujian tulis nasional berikutnya, dan harus diulang sampai dengan dinyatakan lulus. c. Ujian OSCE nasional Remedial ujian OSCE nasional dilakukan pada penyelenggaraan ujianOSCE nasional berikutnya, dan harus diulang sampai dengan dinyatakan lulus. d. Ujian akhir nasional Remedial ujian lisan nasional dilakukan pada penyelenggaraan ujian akhir nasional berikutnya, dan harus diulang sampai dengan dinyatakan lulus. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 99 Alur Pelaksanaan Sidang Usulan Penelitian dan Sidang Tesis Penyusunan/ Pembimbing Perbaikan I dan II ACC Usulan untuk maju Penelitian/ sidang Tesis Y a Verifikasi Usulan tanggal Usulan kelengkapan sidang UP/Tesis diteruskan ke dari Pembimbing KPS/SPS syarat sidang UP/Tesis [min. 5x Leng kap melalui (tanggal Sekretariat maju sidang) (usulan tanggal mengikuti sidang pelaksanaan masing- sidang min.2 masing (UP& minggu setelah Tesis); surat menyerahkan permohonan tgl draft ditandatangani) UP/Tesis] Belum Lengkap Penentuan Tidak penguji oleh SPS Belum ACC Lengkapi syarat yang Konfirmasi kurang Kesediaan penguji (mengisi lembar kesediaan sebagai penguji) ACC Penyebaran PELAKSANAAN Undangan dan Draft UP/Tesis SIDANG (min. 1 minggu UP/TESIS sebelum jadwal pelaksanaan) PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 100 ALUR PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL Menyelesaikan Mengajukan seluruh kewajiban persyaratan ujian pendidikan akhir nasional Verifikasi Usulan Ke KPS Kelengkapan ujian untuk akhir nasional Penjadwalan ke Kolegium TIDAK LULUS REMEDIAL Yudisium hasil Pelaksanaan Penetapan Ujian Akhir Ujian Akhir penguji internal Nasional Nasional oleh KPS/SPS Jadwal dan penetapan penguji nasional oleh Kolegium LULUS Standar Nilai Penilaian dilakukan terhadap penguasaan materi oleh peserta program, baik yang sifatnya kognitif, psikomotor, maupun afektif. Karena nilai akhir mata kuliah (sebelum dijadikan huruf mutu) sekurang-kurangnya merupakan gabungan dari tiga jenis evaluasi dengan bobot yang berbeda, maka dikonversikan terlebih dahulu menjadi huruf mutu, artinya masing-masing jenis penilaian harus tetap berupa skor mentah tiap jenis evaluasi mata kuliah bersangkutan digabungkan menjadi skor akhir. Cara penilaian yang digunakan adalah PAP (Penilaian Acuan Patokan) dengan kriteria sebagai berikut: PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 101 Huruf Mutu Rentang Angka Angka Mutu A (Baik Sekali) 80 - 100 4,00 B (Baik) 68 - 79 3,00 C (Cukup) 56 - 67 2,00 D (Kurang) 45 - 55 1,00 < 45 0,00 E (Kurang Sekali) Nilai Huruf Mutu T dan K Peserta didik dinyatakan memperoleh huruf T jika memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Peserta didik belum memenuhi salah satu evaluasi hasil belajar yang telah ditentukan b. Setelah evaluasi pada butir (a) dipenuhi peserta didik dalam waktu 2 minggu terhitung sejak jadwal ujian yang telah ditentukan maka huruf T harus diganti menjadi nilai sesuai perolehannya.Bila evaluasi pada butir (a) tidak dipenuhi dalam batas waktu 2 minggu, maka huruf mutu menjadi E (dengan angka mutu 0); atau staf penguji dapat mengolah sesuai dengan bobot masing-masing bagian evaluasi yang ditetapkan sehingga menghasilkan angka mutu lain. Nilai mata kuliah dapat dinyatakan dengan huruf K jika memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Peserta didik mengundurkan diri dari stase dengan alasan yang dapat dibenarkan dan dibuktikan dengan Surat Keterangan KPS. b. Peserta didik tidak mengikuti ujian atas dasar yang dapat dibenarkan. c. Diberikan pada mata kuliah Usulan Penelitian atau Tesis yang belum selesai dalam satu semester. d. Sakit atau kecelakaan yang memerlukan perawatan atau proses penyembuhan lama, yang dinyatakan dengan surat keterangan dari dokter spesialis atau rumah sakit yang merawatnya. e. Musibah keluarga yang mengharuskan peserta didik meninggalkan kegiatan stase divisi dalam wktu lama, dengan dikuatkan surat keterangan yang diperlukan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 102 f. Mata kuliah yang memiliki huruf K, tidak digunakan untuk penghitungan indeks prestasi semester (IPS) atau indeks prestasi kumulatif (IPK). g. Bagi mahasiswa yang memperoleh huruf K pada seluruh beban studi pada suatu semester, diperhitungkan dalam batas waktu studi dan tidak dianggfap sebagai penghentian studi untuk sementara. Jika mata kuliah yang memperoleh huruf K itu telah ditempuh kembali pada semester lain, maka huruf mutunya dapat berubah sesuai perolehannya. Kartu Laporan Kegiatan Akademik Kartu Laporan Kegiatan Akademik adalah kartu yang berisi seluruh daftar mata kuliah beserta nilai mata kuliah yang pernah diambil selama pendidikan, dapat disebut juga transkrip akademik sementara. Indeks Prestasi (IP) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) a. Indeks Prestasi (IP) adalah angka yang menunjukkkan prestasi atau kemajuan belajar peserta didik dalam satu semester. b. IP dihitung pada tiap akhir semester. c. Rumus perhitungannya adalah jumlah angka mutu dikalikan SKS kemudian dibagi jumlah SKS pada semester tersebut. IP = Jumlah (angka mutu x SKS) Jumlah SKS d. Indek Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar peserta didik secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh. e. IPK dihitung pada tiap akhir semester. f. Rumus perhitungan IPK adalah jumlah angka mutu dikalikan SKS pada seluruh semester yang ditempuh dibagi dengan jumlah seluruh SKS seluruh semester yang ditempuh IPK = Jumlah (angka mutu x SKS) seluruh semester yang ditempuh Jumlah SKS seluruh semester yang ditempuh PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 103 g. IP dan IOK digunakan sebagi kriteria untuk memberikan sanksi akademik dan evaluasi studi pada akhir program. h. Huruf T dan K tidak digunakan dalam perhitungan IPK; huruf T harus diubah menjadi A, B, C, D, atau E dalam waktu 2 minggu setelah huruf T diumumkan. Yudisium a. Yudisium dilaksanakan secara rutin di minggu terakhir pada setiap akhir semester b. Yudisium untuk calon chief resident dilaksanakan setelah semua kewajiban stase di jalankan. c. Yudisium untuk Chief Resident dilaksanakan setelah menyelesaikan seluruh stasechief resident. d. Sebelum dilakukan yudisium diadakan rapat evaluasi oleh tim pendidikan. e. Yudisium dihadiri oleh KPS, SPS, tim evaluator serta penanggung jawab semester. Jenis Ujian tiap Semester No Mata Kuliah Jenis Ujian Semester 1 1 Filsafat ilmu dan Etika Penelitian MDE 2 Metodologi penelitian MDE 3 Epidemiologi MDE 4 Biologi molekular MDE 5 Bio statistika MDE 6 Konsep umum penyakit MDE 7 Etika Kedokteran MDE 8 Tata Cara Penulisan artikel MDE 9 Metode belajar-mengajar MDE 10 Manajemen Klinik MDE 11 Farmakologi klinik MDE 12 Anatomi dan Fisiologi MDE PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 104 13 Kemampuan dasar Anestesi MDE 14 Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut OSCE 15 Seminar Ilmiah 1 Presentasi Semester 2 1 Intensive Care Unit (ICU) 1 MCQ 2 Anestesi Emergency dan Traumatologi 1 MDE 3 Anestesi Bedah Orthopedi 1 MCQ 4 Anestesi Regional 1 DOPS 5 Anestesi Umum DOPS 6 Pengelolaan Nyeri dan Post Anestesia Care Unit (PACU) MDE 7 Seminar Ilmiah 2 Presentasi Semester 3 1 Anestesi Emergency dan Traumatologi 2 MCQ 2 Anestesi Obstetri 1 MCQ 3 Anestesi Bedah Onkologi 1 MDE 4 Anestesi Bedah Plastik 1 MDE 5 Anestesi Pediatrik 1 MDE 6 Anestesi Bedah Saraf 1 MDE 7 Anestesi Bedah Orthopedi 2 MDE 8 Anestesi Regional 2 DOPS 9 Seminar Ilmiah 3 Presentasi Semester 4 1 Intensive Care Unit (ICU) 2 2 Anestesi Emergency dan Traumatologi 3 MCQ 3 Anestesi Bedah Mata MCQ 4 Anestesi Bedah Onkologi 2 MCQ 5 Anestesi Bedah Plastik 2 MCQ 6 Anestesi Obstetri 2 MCQ 7 Anestesi dan Coexisting disease MCQ 8 Seminar Ilmiah 4 Ujian lisan Presentasi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 105 9 Ujian Tulis Nasional MCQ Semester 5 1 Anestesi Kardiotorasik MCQ 2 Anestesi Bedah Rawat Jalan MCQ 3 Anestesi Bedah Urologi MCQ 4 Anestesi Geriatri MCQ 5 Anestesi Pediatrik 2 DOPS 6 Anestesi Bedah Saraf 2 DOPS 7 Seminar Ilmiah 5 Presentasi Semester 6 1 Anestesi Bedah Minimal Invasif MCQ 2 Anestesi Bedah THT MCQ 3 Intensive Care Unit 3 4 Anestesi di Luar Kamar Bedah 5 Publikasi Ilmiah Nasional/Internasional 6 Usulan Penelitian Ujian lisan MCQ Presentasi Sidang Semester 7 1 Komprehensif ICU Ujian lisan 2 Komprehensif Anestesi Bedah Saraf/Anestesi regional Ujian lisan 3 Komprehensif Anestesi Pediatrik/ Anestesi Obstetri Ujian lisan 4 Komprehensif Anestesi Kardiotorasik Ujian lisan 5 6 Komprehensif Anestesi Urologi dan Geriatri/Anestesi THT/Anestesi Bedah Rawat Jalan Ujian OSCE Nasional Ujian lisan OSCE Semester 8 1 Komprehensif Anestesi Uncommon Disease Ujian lisan 2 Komprehensif Anestesi Penyakit Khusus Ujian lisan 3 Pengabdian Kepada Masyarakat 4 Penelitian Akhir (Tesis) 5 Ujian Akhir Nasional Sidang Ujian lisan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 106 6.3 Predikat Kelulusan Mengacu pada Peraturan Rektor Universitas Padjadjaran Nomor I Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pendidikan di Universitas Padjadjaran Pasal 14, bahwa: 1. Predikat kelulusan bagi mahasiswa program magister atau program spesialis yang Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,00 sampai 3,50 adalah memuaskan; 2. Predikat kelulusan bagi mahasiswa program magister atau program spesialis yang Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,51 sampai 3,75 adalah sangat memuaskan; 3. Mahasiswa program magister atau program spesialis akan memperoleh predikat kelulusan apabila memperoleh Indeks Prestadi Komulatif (IPK) lebih dari 3,75 dengan masa studi tidak melebihi masa studi terjadwal ditambah setengah (0,5) tahun dan tidak mengulang mata kuliah dan tidak memiliki nilai C dan memiliki karya yang dipublikasikan dijurnal terakreditasi atau minimum memiliki ISSN atau memiliki prosiding seminar nasional/internasional atau memiliki pustaka ilmiah UNPAD. 6.4 Masa Studi Batas waktu studi adalah batas waktu maksimal yang diperkenankan untuk peserta didik menyelesaikan studi. Batas waktu studi pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif paling lama 12 semester terhitung sejak terdaftar sebagai peserta didik semester 1. 6.5 Kelulusan Syarat lulus untuk mendapat gelar Dokter Spesialis Anestesi adalah sebagai berikut: 1. IPK minimal 2,75. 2. Lulus semua mata ajar/cabang ilmu/program/sistem yang ditempuh dengan tidak melewati lama studi maksimal selama 12 semester. 3. Sudah menyelesaikan seluruh kewajiban administratif kepada pihak Fakultas/Universitas. Bagi peserta didik yang lulus dapat mengikuti wisuda di Universitas. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 107 BAB 7 ETIKA PENDIDIKAN Etika merupakan hal paling mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan. Etika pendidikan merupakan pondasi bagi ilmu pengetahuan, penelitian, dan pelayanan. Dalam etika pendidikan terdapat nilai-nilai moral yang menjadi dasar prilaku dalam praktik pendidikan, di dalam dan di luar lingkungan pendidikan. Nilainilai tersebut harus dijadikan sebagai panduan baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik yang mengarahkan sikap/perilaku semua pihak yang terlibat dalam praktik pendidikan. Integritas akademik merupakan nilai fundamental dalam pengajaran, pembelajaran, dan ilmu pengetahuan. Adanya integritas akademik menunjukkan sebuah komitmen untuk melaksanakan nilai-nilai fundamental tersebut meskipun ketika berhadapan dengan situasi yang buruk. Nilai-nilai fundamental yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik dan peserta didik tersebut meliputi: kejujuran (honesty), kepercayaan (trust), keadilan (fairness), rasa hormat (respesct), dan tanggung jawab (responsibility) 7.1 Kejujuran Kejujuran merupakan prasyarat bagi nilai fundamental lainnya. Kejujuran adalah landasan dalam, pengajaran, pembelajaran, penelitian, dan pelayanan. Kejujuran ini dimulai dari diri sendiri dan berkembang ke orang lain. 7.2 Kepercayaan Kepercayaan merupakan respons terhadap kejujuran. Seseorang yang selalu berbuat jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan. Kepercayaan ini dapat PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 108 ditingkatkan dengan adanya peraturan akademik.. Hanya dengan memberikan kepercayaan kita dapat memercayai orang lain, bekerja sama, berbagi informasi dan ide, serta memercayai nilai sosial dan arti pentingnya pengetahuan. 7.3 Keadilan Keadilan adalah tanggungjawab seluruh sivitas akademika dan semuanya harus berperan dalam menjamin keadilan.. 7.4 Rasa hormat Komunitas akademis harus menghormati dan menghargai berbagai macam opini dan ide yang dikemukakan tenaga pendidik dan peserta didik dalam partisipasi proses pembelajaran maupun dalam berinteraksi. 7.5 Tanggung jawab Seluruh melaksanakan komponen tugas di institusi masing-masing, pendidikan nilai-nilai memiliki fundamental, tanggung dan jawab tridharma perguruan tinggi. Dalam melaksanakan proses pendidikan akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan seluruh pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Peserta PPDS anestesiologi dan Terapi intensif adalah anggota muda dalam perhimpunan, oleh karena itu dalam proses pelaksanaan pendidikan maka peserta didik harus harus berpedoman pada Pedoman Etik Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang terkait dan tidak terpisahkan dari Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia, yang dituangkan dalam Pedoman Etik Peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 109 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 110 PEDOMAN ETIK PESERTA PPDS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA DEPARTEMEN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD MUKADIMAH Keanggotaan dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia adalah hak istimewa para dokter spesialis anestesiologi dan Terapi Intensif yang memiliki dedikasi terhadap ketentuan etis dalam perawatan kesehatan. Peserta PPDS Anestesiologi adalah anggota muda dalam perhimpunan. Pedoman Etik Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia yang terkait dan tidak terpisahkan dari Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan dalam pasal-pasal sebagai berikut: KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 Setiap Peserta PPDS Anestesiologi harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah Dokter dan KODEKI. Pasal 2 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa tindakan anestesiologi dan Terapi Intensif berisiko tinggi dan dapat mengancam nyawa, oleh karena itu harus dilakukan dengan upaya sungguh-sungguh, tepat, dan cermat. Pasal 3 Setiap peserta PPDS Anestesiologi tidak akan mengupayakan pengakhiran kehidupan manusia ataupun memperpanjang proses kematian pada pasien-pasien yang akan meninggal secara alamiah. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 111 Pasal 4 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa dalam melaksanakan profesinya perlu bekerjasama dengan profesi medis, paramedis, dan non medis lainnya. Pasal 5 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa untuk mewujudkan profesinya yang optimal diperlukan keadaan sehat jasmani dan rohani. Pasal 6 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menyadari bahwa untuk mewujudkan profesinya diperlukan kompetensi tinggi dengan kebebasan teknis, disertai dengan moral luhur, rasa kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia. Pasal 7 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus mengawasi dan mencegah obat-obat yang digunakan selama melakukan pelayanan anestesiologi dan Terapi Intensif untuk tidak disalahgunakan. KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN Pasal 8 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu dan atau menghadapi kesulitan dan komplikasi berat, ia wajib minta bantuan atau merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai kompetensi dalam hal tersebut dan memberitahukan melalui CR. Pasal 9 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus memberikan informasi yang benar kepada pasien dan atau keluarganya berkaitan dengan tindakan anestesiologi danTerapi Intensif yang akan dilakukan pada pasien tersebut. Pasal 10 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus memberikan kesempatan kepada pasien dan atau keluarga terdekat untuk memberikan persetujuan atau penolakan terhadap tindakan pelayanan anestesiologi dan Terapi Intensif yang akan dilakukan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 112 Pasal 11 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berupaya secara optimal dalam melakukan pelayanan anestesiologi dan Terapi Intensif sesuai standar profesi dan atau menurut kaidah kedokteran yang telah teruji secara ilmiah kebenarannya. Pasal 12 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus melakukan penilaian dan pertimbangan profesi yang matang berdasarkan keadaan pasien, persetujuan pasien dan atau keluarganya dalam menentukan pasien tidak perlu diresusitasi dan setelah konsultasi dengan CR atau Konsulen. Pasal 13 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib merahasiakan segala sesuatu vang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. Pasal 14 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib melindungi pasien yang memperoleh tindakan anestesiologi dan Terapi Intensif dari perbuatan yang tidak bersusila atau menyinggung martabat manusia. Pasal 15a Setiap peserta PPDS Anestesiologi tidak dibenarkan meminta atau menerima imbalan dalam bentuk apapun dari pasien. KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 15 Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang bekerja dalam satu tim dengan profesi medis lainnya harus menghormati kebebasan, kewajiban dan hak profesi masing-masing yang mandiri. Pasal 16 Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang lebih senior harus memberikan nasehat dan bimbingan kepada sejawat lainnya yang kompetensinya kurang memadai. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 113 Pasal 17 Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang mengetahui adanya penyimpangan pelayanan, atau melakukan penipuan dalam profesi harus melaporkan kepada organisasi profesi melalui Kepala Departemen/SMF Anestesiologi. Pasal 18 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus menghormati dan tenggang rasa dalam menjalin hubungan profesi dengan peserta PPDS lainnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Pasal 19 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib saling tolong-menolong dan tidak boleh saling mendiskreditkan. Pasal 20 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib menghormati seniornya dalam batas kewajaran. Pasal 21 Setiap peserta PPDS Anestesiologi yang bekerja dalam satu kelompok harus mentaati kewajiban dan haknya yang telah disepakati bersama-sama secara adil. KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI DAN KELUARGA Pasal 22 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus memelihara kesehatan jasmani dan rohaninya, supaya dapat bekerja dan belajar dengan baik. Pasal 23 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran /kesehatan. Pasal 24 Setiap peserta PDDS Anestesiologi harus bertanggung jawab terhadap keluarganya. KEWAJIBAN TERHADAP KOMUNITAS DAN PERHIMPUNAN PROFESI Pasal 25 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berpartisipasi dalam komunitas profesinya. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 114 Pasal 26 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berpartisipasi dalam kemajuan komunitas dan perbaikan kesehatan masyarakat. Pasal 27 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berupaya memajukan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan teknologi kedokteran. Pasal 28 Setiap peserta PPDS Anestesiologi harus berupaya berpartisipasi memelihara dan mengembangkan perhimpunan profesi kedokteran, khususnya di bidang anestesiologi dan Terapi Intensif. KEWAJIBAN TERHADAP INSTITUSI PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Pasal 29 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib melaksanakan semua peraturan dan ketentuan Rumah Sakit. Pasal 30 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib melaksanakan semua ketentuan pendidikan yang dikeluarkan oleh Fakultas Kedokteran melalui Bag/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif. Pasal 31 Setiap peserta PPDS Anestesiologi wajib memelihara dan mempergunakan fasilitas yang disediakan oleh Fakultas dan Rumah Sakit dengan baik. Pasal 32 Setiap peserta PPDS Anestesioiogi wajib menjaga dan meningkatkan nama baik Institusi/Rumah Sakit/Bagian. PENJELASAN Pasal 1 Sumpah Dokter di Indonesia telah diakui dalam PP No. 26 tahun 1960. Lafal ini terus disempurnakan sesuai dengan dinamika perkembangan internal dan eksternal PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 115 profesi kedokteran baik dalam lingkungan nasional maupun internasional. Penyempurnaan Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia dilakukan pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran II tahun 1981, pada Rapat Kerja Nasional Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) dan Majelis Pembinaan dan Pembelaan Anggota (MP2A) tahun 1993, dan pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran III tahun 2001. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 a. Dilarang turut serta dan atau melakukan euthanasia. b. Dilarang turut serta dan atau melakukan penyiksaan dan eksekusi mati. c. Dilarang turut serta atau melakukan abortus provokatus kriminalis. d. Dilarang memperpanjang kehidupan pada kasus-kasus yang telah mati batang otak. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Setiap peserta PPDS harus mengendalikan diri, mencegah dan mengawasi penyalahgunaan obat-obatan terutama narkotik, obat penenang dan zat adiktif oleh diri sendiri maupun orang lain. Pasal 8 Dokter yang mempunyai kompetensi dalam hal tersebut adalah dokter yang mempunyai kompetensi keahlian di bidang tertentu menurut dokter yang waktu itu sedang menangani pasien. Pasal 9 Yang dimaksud dengan informasi adalah keterangan yang benar yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan, tujuannya, keuntungan dan kerugiannya serta kemungkinan risiko dan komplikasinya PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 116 Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Standar profesi adalah standar profesi yang disusun oleh organisasi profesi dan disahkan oleh Departemen Kesehatan. Yang dimaksud dengan teruji secara ilmiah adalah yang telah dilakukan penelitian dengan metodologi penelitian kedokteran yang benar dan telah diterima oleh masyarakat kedokteran. Pasal 12 Pasien yang tidak perlu diresusitasi adalah (tetapi tidak terbatas pada) pasien yang telah mati batang otak, hidup vegetatif dan stadium terminal penyakit, berdasarkan pertimbangan medis dan persetujuan keluarga terdekat. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Setiap anggota tim mempunyai tugas dan kewajiban profesi masing-masingdan sadar akan batas-batas kewenangan dan tanggungjawabnya. Pasal 16 Demi kepentingan keselamatan pasien dan martabat profesi, maka sejawat yang kom-petensinya kurang memadai perlu diberi nasehat dan pembinaan, baik secara langsung maupun melalui perhimpunan profesi. Sedangkan terhadap sejawat yang menyimpang atau melakukan penipuan dalam profesi perlu diberi nasehat baik secara langsung maupun melalui perhimpunan profesi. Pasal 17-25 Cukup jelas. Pasal 26 Setiap peserta PPDS harus berpartisipasi dalam program Departemen Kesehatan, IDI, Perdatin, dan organisasi profesi lainnya. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 117 Pasal 27-32 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 118 BAB 8 TATA TERTIB 8.1 Umum 8.1.1 Waktu Kegiatan 1. Acara rutin/kegiatan harian mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00. 2. Tugas jaga mulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 07.00 esok harinya, kecuali hari libur dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.00 keesokan harinya. 3. Laporan pagi setiap hari pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.00. 4. Acara ilmiah dilakukan setip hari sesuai jadwal dan dimulai pukul 13.00 atau disesuaikan dengan konsulen pembimbing. 5. Laporan pagi dan kegiatan ilmiah di RS Jejaring mengikuti jadwal di kegiatan rumah sakit jejaring 6. Kuliah rohani pada hari Jum‟at pukul 06.30-7.00, dilaksanakan setiap 2 minggu sekali. 8.1.2 Pelayanan Medik (Tugas Harian) 1. Melayani pemberian anestesia/analgesia pasien bedah elektif, bedah emergensi, dan bedah rawat jalan di kamar bedah yang sudah ditentukan sesuai dengan pembagian kamar atau sepengetahuan konsulen. 2. Melayani atau membantu pemberian anestesia/analgesia di RS yang ditunjuk atas sepengetahuan atau seijin Kepala Departemen atau KPS atau dalam keadaan darurat atas seijin Konsulen Harian. 3. Melayani konsultasi untuk pasien di ruangan dan melayani tindakan pada pasien darurat medik, baik di ruangan ataupun di Ruang Resusitasi. 4. Melakukan persiapan preoperatif oleh peserta pendidikan yang bertugas atau yang ditunjuk pada setiap pasien yang akan dilakukan pembedahan elektif atau PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 119 darurat. Instruksi atau anjuran harus ditulis pada status pasien di ruangan dan ditandatangani disertai nama jelas DPJP, tanggal, dan waktu menjawab konsul. 5. Setiap kasus bedah elektif yang bermasalah, ada penyulit atau perlu ditunda dahulu dan lain-lain, harus dilaporkan dan dikonsultasikan kepada konsulen harian. 6. Setiap kasus bedah akut yang ada permasalahan (dengan penyulit atau kasus sulit di luar kemampuan peserta pendidikan/residen jaga) harus senior) yang dikonsultasikan kepada chief resident dan konsulen harian/jaga. 7. Konsultasi pasien harus dilakukan oleh residen (paling bertanggung jawab pada kasus tersebut kepada konsulen jaga hari itu atau supervisor yang ditunjuk. 8. Penilaian pasien untuk indikasi masuk General Intensive Care Unit (GICU) sesuai dengan indikasi yang telah ditetapkan oleh GICU dengan sepengetahuan konsulen harian atau konsulen GICU. 9. Semua permintaan yang bersifat konsultasi khusus (penundaan pembedahan, tidak ada indikasi masuk GICU, dan lain-lain), jawaban konsultasi harus atas sepengetahuan dan atas nama konsulen harian. 10. Mampu menilai pasien Terapi Intensif, baik pascabedah maupun bukan pascabedah, dan melakukan tindakan awal terhadap keadaan yang mengancam jiwa. 11. Premedikasi diberikan atas sepengetahuan chief jaga dan konsulen serta menjadi tanggung jawab peserta pendidikan yang akan mengerjakan pasien tersebut. 12. Setiap tindakan anestesia/analgesia dan tindakan khusus yang dilakukan untuk pertama kalinya harus didampingi oleh konsulen dan atau chief resident, dan pada kasus-kasus emergensi/cito hendaknya atas sepengetahuan konsulen. 13. Setiap tindakan anestesia/analgesia harus dibuatkan status anestesia (catatan medik anestesia) yang dimasukkan kedalam status dan status online. 14. Pasien pasca-anestesia menjadi tanggung jawab peserta pendidikan selama minimal 24 jam pascabedah dan penanggung jawabnya dapat dialihkan ke residen jaga yang menggantikannya. Semua pasien pascabedah, terutama pasien PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 120 yang tergolong berisiko tinggi atau dengan penyakit yang memerlukan perawatan/pengawasan intensif harus diserahterimakan kepada dokter jaga dengan pesan-pesan khusus secara tertulis dan lisan yang dibacakan pada saat serah terima. 8.1.3 Acara Ilmiah Tujuan acara ilmiah adalah untuk menambah dan menyegarkan pengetahuan, serta meningkatkan kemampuan pengenalan dan analisis masalah-masalah di bidang Anestesiologi & Terapi Intensif, juga untuk menambah pengetahuan dari pengalaman sejawat yang lain. Acara ilmiah dapat berupa textbook reading, pembacaan jurnal, laporan kasus, presentasi referat, presentasi usulan penelitian dan laporan penelitian, dan diskusi atau kuliah bersama konsulen. Panduannya adalah sebagai berikut: 1. Setiap peserta didik selama dalam pendidikan diwajibkan memenuhi tugas ilmiah (presentasi) resume baca buku teks (textbook reading) sebanyak 2 ilmiah, tugas baca jurnal (journal reading) sebanyak 3 ilmiah, laporan kasus (case report) sebanyak 3 ilmiah, dan referat (tinjauan pustaka) sebanyak 2 ilmiah. 2. Selama belum menyelesaikan tugas ilmiah pada semester yang sudah ditentukan, peserta tidak diperkenankan mengikuti ujian akhir semester atau ujian CR atau ujian akhir pendidikan. 3. KPS/SPS akan menunjuk pembimbing untuk setiap tugas. 4. Judul topik tugas ilmiah dapat diminta kepada pembimbing atau dapat dipilih sendiri untuk diusulkan kepada pembimbing atau atas usulan staf pengajar (berdasarkan materi kurikulum pada semester tersebut). 5. Setiap tugas ilmiah berupa textbook reading dan journal reading cukup fotokopi teks aslinya, sedangkan untuk laporan kasus, Bahan ilmiah (Text Book Reading, Case Report, Journal Reading) harap diserahkan kepada Pembimbing paling lambat 1 minggu sebelum hari "H", sedangkan referat (tinjauan pustaka) harap melakukan bimbingan sebelum maju (minimal 1 bulan sebelum hari “H”), dan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 121 bahan yang akan dipresentasikan diserahkan kepada pembimbing satu minggu sebelum hari "H" dalam bentuk naskah (makalah) yang diketik rapi. 6. Jadwal pelaksanaan ilmiah diumumkan di papan pengumuman setiap awal semester baru. 7. Penulisan ilmiah didasarkan pada PEDOMAN PENULISAN ILMIAH (Ringkasan Penelitian, Laporan Kasus, dan Referat). (lihat lampiran). 8. Acara ilmiah dipimpin oleh seorang pembimbing (staf pengajar) dan dan dihadiri oleh peserta didik. 9. Pada saat diskusi, minimal 3 orang peserta, terutama peserta didik harus mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik tersebut. 10. Waktu yang disediakan presentasi adalah 20 menit dan diskusi sekitar 100 menit. Sebelum sidang ilmiah ditutup, pembimbing diharapkan memberikan komentar/ulasan mengenai topik yang dipresentasikan. 11. Pembimbing bertugas mengantar dan mengarahkan jalannya acara ilmiah, dan membuat kesimpulan terhadap hasil presentasi yang disampaikan, serta memberikan penilaian terhadap isi makalah, persiapan, cara penulisan, cara presentasi, dan kemampuan presenter. 12. Bagi peserta didik yang berhalangan hadir harus sepengetahuan dan seijin staf pengajar yang bertugas pada hari itu. 13. Bagi peserta didik yang telah melaksanakan ilmiah, diwajibkan untuk menyerahkan arsip ke sekretariat pendidikan berupa hardcopy ilmiah yang sudah ditanda tangani pembimbing, softcopy ilmiah, absensi ilmiah, dalam satu map (sesuai aturan dari Pedoman penulisan ilmiah). PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 122 ALUR PELAKSANAAN ILMIAH (TEXTBOOK READING, CASE REPORT, JOURNAL READING, REFERAT) Pengumuman jadwal pelaksanaan ilmiah (setiap awal semester) Peserta didik menghubungi Pembimbing setelah jadwal ilmiah diumumkan Pelaksanaan Ilmiah Peserta didik menyerahkan bahan ilmiah minimal satu minggu sebelum jadwal maju untuk Textbook reading, Case Report, Journal Reading, sedangkan minimal satu bulan sebelum jadwal maju untuk referat dan melakukan bimbingan terlebih dahulu Peserta didik mengingatkan pembimbing tentang jadwal maju tiga hari sebelumnya 8.1.4 Tutorial Pagi Tujuan tugas tutorial pagi adalah untuk memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang masalah yang timbul atau yang akan timbul pada penatalaksanaan perioperatif pasien bedah elektif dan emergensi, penatalaksanaan pasien di GICU dan Ruang Resusitasi. Kehadiran konsulen pada acara tutorial pagi akan sangat bermanfaat dalam alih pengetahuan dan pengalaman dalam bidang anestesiologi dan terapi intensif kepada peserta didik. Panduannya adalah sebagai berikut: Acara tutorial pagi dimulai setiap hari mulai pukul 7.00 pagi dan dipimpin oleh CR jaga pada hari tersebut yang dihadiri oleh semua peserta didik, dan konsulen. Acara dimulai jam 7.00 s.d. 8.00, dimulai dan diakhiri dengan berdoa untuk keselamatan pasien-pasien yang menjalani operasi, jika acara belum selesai yang bertugas piket di OK dapat meninggalkan acara setelah meminta ijin kepada pimpinan acara. Maksimal jam 09.00 acara tutorial pagi harus sudah selesai. Laporan jaga disampaikan oleh peserta didik jaga middle, untuk laporan penatalaksanaan pasien di GICU disampaikan oleh peserta didik jaga ICU PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 123 dengan didampingi oleh peserta didik yang sedang stase di ICU, dan untuk laporan permasalahan pasien yang dilakukan tindakan pada hari sebelumnya disampaikan oleh peserta didik yang menangani pasien tersebut didampingi oleh CR. Diwajibkan proaktif berpartisipasi dalam diskusi. Kemampuan mengemukakan pendapat yang sistematis dan logis merupakan salah satu kompentensi yang akan dinilai. Pada akhir acara tutorial pagi, pimpinan acara membuat resume dan kesimpulan mengenai hal-hal penting dalam perioperatif secara ilmiah yang bermanfaat bagi peserta didik. Doa bersama demi keberhasilan kerja dan keselamatan pasien dapat dilaksanakan sebelum acara dimulai atau sebagai penutup acara. 8.1.5 Kehadiran 1. Setiap peserta didik harus melakukan absensi kehadiran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam tata tertib kehadiran. 2. Bukti kehadiran adalah daftar kehadiran yang ditandatangani oleh peserta didik dan sidik jari pada mesin absensi (finger print). 3. Absensi dilakukan di Departemen Anestesiologi dan di tempat stase yang sedang dijalani. 4. Peserta didik yang bertugas di Rumah Sakit Jejaring, absensi dilakukan di rumah sakit yang bersangkutan. 5. Peserta didik yang tidak dapat melakukan absensi karena tugas yang diberikan oleh Departemen/tenaga pendidik maka peserta didik harus memberikan surat keterangan kepada KPS/SPS melalui sekretariat. 6. Kehadiran peserta didik dalam tiap semester minimal 80%. 7. Kehadiran peserta didik dalam kegiatan tutorial pagi dan kegiatan presentasi ilmiah minimal 80%. 8. Kehadiran tutorial pagidan kegiatan presentasi ilmiah dalam tiap semester yang tidak memenuhi syarat akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 124 9. Bila ketidakhadiran peserta didik dalam tiap rotasi lebih dari 2 hari dengan alasan apapun maka peserta didik harus mengulang rotasi pada waktu yang telah ditetapkan atau diputuskan oleh tim pendidikan. 10. Kekurangan kehadiran dibawah 80% akan dikumulatifkan dan diganti pada akhir masa studi. 8.1.6 Cuti Ketentuan pengambilan cuti sesuai dengan ketentuan dalam buku pedoman penyelenggaraan pendidikan Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, yaitu: 1. Permohonan cuti diajukan secara tertulis kepada Ketua Program Studidengan tembusan kepada Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif dan penanggung jawab stase, paling lambat 1 minggu sebelum tanggal cuti yang diajukan. 2. Lama cuti dalam satu tahun adalah 12 hari kerja dengan catatan: lama cuti maksimal yang boleh diambil dalam satu divisi/stase adalah 2 hari kerja. 3. Cuti sakit: Cuti sakit harus melampirkan surat keterangan dari dokter spesialis yang menerangkan bahwa peserta didik tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dengan alasan sakitnya. Bila periode sakit diperkirakan akan berlangsung lama, yang bersangkutan dianjurkan untuk mengambil cuti akademik. 4. Cuti hamil: Cuti hamil diberikan selama 3 bulan untuk peserta didik dengan persetujuan dari Ketua Program Studi dan diketahui oleh Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 5. Cuti akademik/penghentian studi sementara (lihat bab 10) 6. Cuti khusus: Cuti khusus merupakan jenis cuti yang diberikan atas pertimbangan Kepala Departemen dengan masukan dari KPS, termasuk dalam cuti khusus adalah cuti PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 125 untuk melaksanakan ibadah haji/umroh, menikah dll. Lama cuti disesuaikan dengan keperluan dan dengan memperhitungkan aspek pendidikan. 7. Cuti yang dilakukan sebelum menjadi chief resident (CR) diganti sebelum peserta didik tersebut menjalani rotasi CR. Cuti yang dilakukan setelah menjadi CR diganti setelah menyelesaikan seluruh kewajiban sebagai chief resident (sebelum melakukan ujian akhir nasional). 8.1.7 Izin 1. Peserta didik dapat memohon izin untuk tidak hadir mengikuti kegiatan pendidikan dengan alasan yang dapat diterima. 2. Peserta didik diperkenankan izin apabila permohonan disetujui oleh KPS dengan pertimbangan pendidikan. 3. Permohonan izin dilakukan selama maksimal 2 hari kerja. 4. Permohonan izin dilakukan secara tertulis dan verbal kepada Ketua Program Studi dan diketahui oleh chief resident, penanggung jawab stase, dan sekretaris program studi dengan tembusan kepada Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 8.2 Khusus 8.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Peserta didik mempunyai tugas dan tanggung jawab khusus sesuai jabatannya yang ditentukan oleh semester yang sedang dilalui. Jabatan Residen tersebut adalah: Chief Resident-CR : Semester-7 ke atas Leader : Semester 4 sampai 6 (sebelum menjadi CR) Middle : Semester 3 Junior : Semester 1 dan 2 8.2.2Asisten Kepala (Chief Resident – CR) Asisten Kepala (Chief Resident-CR) harus mempunyai pengetahuan dan wawasan agar dapat: 1. Menguasai masalah medis, baik dari segi anestesi & terapi intensif maupun pembedahan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 126 2. Bertanggung jawab atas kelancaran acara kamar bedah dan pelayanan medik lainnya di GICU/NCCU, ruang resusitasi, poliklinik dan lain-lain. 3. Mengatur daftar jaga residen dengan sepengetahuan konsulen Tim Program Studi. 4. Bertanggung jawab atas kelancaran persiapan prabedah (kunjungan dan persiapan pra-anestesi) termasuk konsultasi antar Departemen. 5. Menjadi penengah bila terjadi kesalahpahaman antara sesama asisten dengan asisten Departemen lain. 6. Bila tidak ada senior/konsulen, menjadi wakil senior/konsulen untuk menuntaskan sesuatu dalam hal pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif. 7. Tidak menciptakan “policy”. 8. Berkemampuan sebagai tenaga ahli pada sistem rujukan. 9. Berperan banyak pada penyelenggaraan pendidikan dan pengabdian masyarakat. Asisten Kepala (Chief Resident-CR) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Telah selesai melewati jenjang pendidikan semester 6 dengan baik berdasarkan hasil evaluasi harian dan evaluasi resmi. 2. Telah memenuhi tugas-tugas dan evaluasi yang dibebankan/sesuai dengan buku Panduan Kurikulum PPDS-1 Anestesiologi pada semester 1 sampai 6 (lihat BAB Kurikulum). 3. Lama menjadi CR minimal 6 (enam) bulan. Perincian Tugas dan Tanggung Jawab: 1. Mengatur pembagian tugas di kamar bedah dan pelayanan medik lainnya sesuai dengan kurikulum atau tingkatan kewenangan residen. 2. Membuat jadwal stase bulanan bagi residen dan dilaporkan kepada SPS. 3. Mengatur cuti residen agar tidak mengganggu kelancaran pelayanan medik. 4. Mengevaluasi morbiditas dan mortalitas. 5. Membantu pelayanan medik (Anestesiologi dan Terapi Intensif) di Rumah Sakit diluar RSHS atas sepengetahuan dan seizin Kepala Departemen dan Kepala PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 127 Program Studi. Untuk tugas ini harap dibuatkan jadwal yang baik agar tugastugas di RSHS tidak terbengkalai (perlu koordinasi antar para CR dan konsulen). 6. Ikut aktif dalam kegiatan pendidikan. 7. Sebagai anggota tim RI I/II dan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya. 8. Bersama dengan konsulen hari itu ikut menghadiri acara joint conference yang diselenggarakan oleh Departemen Bedah, Obstetri-ginekologi, Bedah Saraf atau Departemen lainnya. 8.2.3Peserta didik Junior 1. Mengetahui semua kasus bedah emergensi 2. Membuat laporan jaga yang diketahui oleh leader 3. Mengetahui tatacara pelaksanaan anestesi 4. Membantu pelaksanaan anestesi 5. Memantau pasien selama pembedahan (bersama ko-ass) 6. Memantau pasien pascabedah di Ruang Pemulihan (bersama ko-ass) 7. Melaksanakan pengelolaan nyeri pasien-pasien pascabedah elektif sesuai dengan instruksi 8. Menuntaskan persiapan operasi bedah elektif untuk esok hari (pasien, sarana khusus, tempat di ruang intensif yang diperlukan) 9. Melakukan persiapan dan pelaksanaan anestesi sesuai dengan kompetensinya 10. Melaporkan semua pasien bedah emergensi kepada jaga middle. 11. Membantu pelaksanaan anestesi ASA 3 dan 4 bersama-sama dengan leader dan CR jaga. 8.2.4Peserta didik middle: 1. Mengevaluasi persiapan yang telah dilakukan oleh residen jaga junior 2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan anestesi ASA 1 dan 2 3. Bertanggung jawab atas perawatan pasien di Ruang Pemulihan 4. Melaporkan kepada leader jaga mengenai permasalahan yang ditemui pra, durante, dan pascabedah 5. Membantu residen jaga junior dalam mengisi buku laporan jaga. 6. Menyampaikan laporan jaga pada acara laporan pagi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 128 7. Melakukan pengelolaan anestesi pada SC, pediatri dan geriatri ASA 2 bersama leader jaga. 8.2.5Peserta didik leader 1. Melaksanakan persiapan prabedah pada pasien-pasien ASA 1 - 4 (critically ill patients). 2. Melaksanakan pemberian anestesi pada pasien-pasien ASA 1 - 4 bersama CR. 3. Membantu/mengawasi tugas residen jaga junior dan middle. 4. Bertanggung jawab atas tindakan blok regional. 5. Bersama CR memutuskan apakah perlu dilakukan konsultasi (ke konsulen anestesi atau ke Departemen lain). 6. Melakukan pengelolaan anestesi pada bedah saraf, neonatus dan pasien-pasien ASA 1 - 4 bersama CR. 7. Merumuskan problema yang akan disampaikan pada laporan pagi. 8. Menerima dan menjawab konsultasi pasien-pasien yang akan masuk GICU/NCCU dari Departemen lain. 9. Melakukan tindakan-tindakan medis yang dianggap perlu terhadap pasien-pasien yang dirawat di GICU/NCCU dengan sepengetahuan konsulen jaga GICU/NCCU (trainee KIC): - Intubasi endotrakhea - Setting ventilator - Pemasangan CVC baik sentral atau perifer - Pemasangan jalur intravena - Pemasangan jalur arteri - Terapi oksigen - Terapi keseimbangan asam basa - Terapi cairan dan elektrolit - Terapi inotropik dan vasopressor - Resusitasi Jantung-Paru-Otak - Nutrisi Enteral (termasuk pemasangan postpyloric akses) dan Parenteral PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 129 - Terapi supportif lainnya 10. Melaporkan semua pasien GICU/NCCU yang dianggap bermasalah kepada konsulen jaga GICU/NCCU (trainee KIC). 11. Membuat laporan mengenai keadaan pasien GICU/NCCU di buku laporan jaga. 12. Mengikuti tindakan operatif pasien-pasien GICU/NCCU yang memerlukan tindakan pembedahan. 13. Berkonsultasi dengan CR jaga apabila dijumpai permasalahan di GICU/NCCU, baik dengan pasien, keluarga pasien atau Departemen lain. 14. Berkonsultasi dengan konsulen GICU/NCCU apabila CR jaga tidak dapat menyelesaikan permasalahan. 15. Menerima dan menjawab konsultasi pasien-pasien yang akan masuk Ruang Resusitasi dari Departemen lain 16. Melakukan tindakan-tindakan medis yang dianggap perlu terhadap pasien-pasien yang dirawat di Ruang Resusitasi: - Intubasi endotrakhea - Setting ventilator - Pemasangan CVC baik sentral atau perifer - Pemasangan jalur intravena - Pemasangan jalur arteri - Terapi oksigen - Terapi keseimbangan asam basa - Terapi cairan dan elektrolit - Terapi inotropik dan vasopressor - Resusitasi Jantung-Paru-Otak 17. Melaporkan semua pasien yang dianggap bermasalah kepada CR jaga. 18. Membuat laporan mengenai keadaan pasien di Ruang Resusitasi di buku laporan jaga. 19. Berkonsultasi dengan CR jaga apabila dijumpai permasalahan di Ruang Resusitasi, baik dengan pasien, keluarga pasien atau Departemen lain. 20. Berkonsultasi dengan konsulen jaga apabila CR jaga tidak dapat menyelesaikan permasalahan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 130 BAB 9 SANKSI Sanksi akademik adalah seperangkat tindakan yang dapat berupa teguran lisan atau tertulis, mengulang di suatu bagian stase, skorsing sampai den0gan pemutusan studi, berdasarkan kesalahan/kekeliruan/kelalaian yang dilakukan oleh peserta didik ditinjau dari aspek afektif, psikomotor, dan kognitif. Sanksi pendidikan ditujukan untuk memerbaiki kinerja peserta didik dan atau untuk melindungi pasien/masyarakat, institusi, dan peserta didik sendiri terhadap kerugian akibat pelanggaran dan kelalaian yang dilakukan oleh peserta didik. Sanksi pemutusan studi diusulkan/diajukan oleh program studi dan diputuskan oleh Dekan atau Rektor. Pengertian Peringatan Akademik Peringatan akademik berbentuk surat dari Pembantu Dekan I yang ditujukan kepada lembaga pengirim/penanggung atau peserta didik untuk memberitahukan adanya kekurangan prestasi akademik peserta didik atau pelanggaran ketentuan lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperingatkan peserta didik agar tidak mengalami pemutusan studi. Pengertian Pemutusan Studi Pemutusan studi berarti peserta didik dikeluarkan dari Universitas Padjadjaran karena prestasinya tidak sesuai peraturan yang berlaku, kelalaian administratif, dan/atau kelalaian mengikuti kegiatan pembelajaran. Laporan kondisi mahasiswa yang harus diberikan peringatan akademik sebagai akibat melakukan kelalaian, dilampiri bukti prestasi akademik dan/atau bukti kelalaian. 1. Surat peringatan kepada peserta didik yang bersangkutan dari pimpinan fakultas. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 131 2. Surat permohonan pertimbangan atas peserta didik yang melakukan pelanggaran hukum dari pimpinan fakultas. 3. Surat keputusan melanggar/ tidak melanggar hukum atas nama peserta didik yang bersangkutan dari Senat Fakultas. 4. Surat Permohonan Pemutusan Studi atas nama peserta didik yang bersangkutan dari Pimpinan Fakultas (Dekan/PD I) kepada Rektor/Warek I. 5. Surat Persetujuan/Penolakan Pemutusan Studi peserta didik yang bersangkutan dari Rektor/Warek I. 6. Transkrip Akademik yang telah ditempuh oleh peserta didik selama di Universitas Padjadjaran, ditandatangani oleh Pimpinan Fakultas. Derajat Bentuk Pelanggaran 1. Derajat pelanggaran dikategotikan atas pelanggaran ringan (R), sedang (S), dan berat (B). 2. Batasan tentang pelanggaran ringan (R), sedang (S) dan berat (B) diserahkan kepada Ketua Program Studi (KPS) melalui penelaahan bersama Kepala Departemen, termasuk dengan jajaran staf pendidik terutama dalam hal yang menyangkut aspek prilaku yang melanggar etika dan profesionalisme. 3. Sistem penilaian dilakukan berdasarkan derajat kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan oleh peserta didik. Laporan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik didapat melalui: - Penilaian langsung oleh KPS dan timnya. - Laporan lisan atau tertulis dari staf pendidik atau pegawai rumah sakit yang dibuat dalam surat laporan tertulis dan ditandatangani pelapor. - Laporan lisan atau tertulis dari peserta didik yang dibuat dalam surat laporan tertulis dan ditandatangani pelapor. - Laporan lisan atau tertulis dari pasien atau keluarga pasien yang ditangani berupa keberatan atau keluhan. 4. Setiap melakukan kesalahan akan diberikan surat peringatan yang ditandatangani oleh KPS sesuai derajat kesalahan yang dilakukan. 5. Penilaian atas kesalahan bersifat kumulatif selama peserta didik menjalankan program pendidikannya di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensifologi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 132 Jenis Pelanggaran A. Akademik Kekurangan dalam Pencapaian Kompetensi Peserta didik memperoleh nilai di bawah batas kelulusan (setelah diberikan - kesempatan ujian ulang 1 (satu) kali), yang bersangkutan harus mengulang di subbagian/divisi tersebut. (S) Peserta didik tidak lulus di dua subbagian/divisi dalam suatu jenjang - pendidikan (setelah diberikan kesempatan ujian ulang 1 (satu) kali), maka KPS akan menerbitkan teguran tertulis dengan tembusan kepada wali/instansi pengirim dan TKP PPDS. (B) Bila tiga kali tidak lulus, selain menerbitkan teguran tertulis, KPS akan - mengirimkan peserta didik ke tim konseling. Bila masih tidak menunjukkan perbaikan, yang bersangkutan ditawarkan untuk alih program studi. (B) - Mendapat nilai D atau E dari 2 subbagian/divisi, baik secara berturut-turut atau tidak. Peringatan pertama diberikan pada saat peserta didik mendapat nilai D atau E yang pertama. (B) - Evaluasi berkala dilakukan di setiap akhir subbagian/divisi. Bila dari hasil evaluasi tersebut, selama masa pendidikan yang telah lalu peserta PPDS mendapat: 2 nilai C: peserta didik diberi peringatan tertulis pertama 3 nilai C: peserta didik diberi peringatan tertulis kedua dan dikonsulkan ke tim konseling 4 nilai C: peserta didik diberi peringatan ketiga dan dianjurkan alih jurusan. Bila ybs masih ingin melanjutkan pendidikannya dan tidak ingin pindah jurusan, ybs masih diberi kesempatan dua kali. Bila dalam evaluasi selanjutnya, PPDS yang bersangkutan mendapat 6 nilai C, maka peserta didik tersebut dilaporkan kepada Pimpinan Fakultas untuk dilakukan pemutusan studi dengan surat keputusan Rektor. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 133 Ketidakmampuan Mempertahankan Kompetensi yang telah dicapai selama masa pendidikan Ketidakmampuan mempertahankan kompetensi yang telah dicapai merupakan bentuk kelalaian peserta didik, yang terjadi bila peserta didik telah dinyatakan lulus dari subbagian/divisi, namun yang bersangkutan melakukan kesalahan mendasar dalam mengelola pasien, maka yang bersangkutan diharuskan untuk mengulang di subbagian tersebut. Sebelum menjatuhkan sanksi, KPS akan meneliti secara seksama dengan melibatkan staf pendidik dari subbagian/divisi tersebut melalui audit medik. (R-S-B). B. Non Akademik Pelanggaran Etika Moral, Etika Profesi, dan Etika Akademik Pelanggaran etika moral dan profesionalisme antara lain dapat berupasikap perilaku terhadap: 1) Pasien - Tidak menunjukkan sikap belas kasih, misalnya bersikap kasar. (S) - Menelantarkan pasien dan keluarganya. (S) - Tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan pasien, tidak memberikan rasa nyaman. (R) - Tidak dapat dipercaya. (S) - Tidak menjaga kerahasiaan pasien. (S) - Tidak peka terhadap nilai-nilai ras, gender, dan nilai lain yang dianut pasien seperti agama dan kepercayaan. (R) - Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf pengajar). (R-S-B) 2) Pendidik - Tidak bersikap santun terhadap pendidik, baik yang berasal dari Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensifologi maupun dari departemen lainnya. (S) - Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf pengajar). (S-B) PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 134 3) Sejawat Peserta didik - Tidak bersikap santun kepada sesama peserta didik, baik yang berasal dari Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensifologi maupun dari departemen lainnya. Baik terhadap senior, sederajat, maupun terhadap junior. (S, B) - Pelanggaran tersebut dapat berupa kekerasan verbal, fisik, maupun tekanan secara finansial. (S, B) - Derajat kesalahan ditentukan oleh KPS sesuai bentuk pelanggaran. (R-B) 4) Paramedis dan karyawan rumah sakit - Tidak menghargai tugas dan kewajiban paramedis dan karyawan rumah sakit. (R) - Tidak bersikap Santun. (R) - Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf pengajar). (R-S-B) 5) Keilmuan - Meninggalkan/terlambat hadir pada acara ilmiah tanpa alasan yang dapat diterima. (R) - Tidak mengikuti acara ilmiah sore tanpa alasan yang dapat diterima. (R) - Melalaikan tugas yang bersifat keilmuan tanpa alasan yang dapat diterima. (R) - Tidak mengikuti kegiatan harian mulai pukul 07.00 s.d. 16.00 atau sampai dengan ada serah terima dengan pengganti tanpa alasan yang dapat diterima. (R) - Meninggalkan/terlambat datang pada laporan pagi/kegiatan rutin harian (sesuai stase)/dinas jaga tanpa alasan yang dapat diterima. (R) - Tidak hadir pada kegiatan laporan pagi/kegiatan rutin harian (sesuai stase)/dinas jaga tanpa alasan yang dapat diterima. (R) - Tidak hadir dinas jaga tanpa alasan yang dapat diterima. (S-B) PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 135 - Melakukan tindakan anestesi yang tidak sesuai dengan standar pelayanan anestesi di RSHS (baik dari segi obat ataupun teknik) tanpa konsultasi kepada tingkatan yang lebih senior (tidakterjadi morbiditas/mortalitas). (S) - Melakukan tindakan anestesi yang tidak sesuai dengan standar pelayanan anestesi di RSHS (baik dari segi obat ataupun teknik) tanpa konsultasi kepada tingkatan yang lebih senior (terjadi morbiditas/mortalitas). (B) - Melakukan tindakan di luar kompetensi tanpa izin peserta didik peserta didik senior/konsulen (mengakibatkan morbiditas/mortalitas). (B) - Melakukan tindakan di luar kompetensi tanpa izin senior/konsulen (tidak mengakibatkan morbiditas/mortalitas). (S) - Mengikuti acara simposium/kongres/sejenisnya pada hari kerja tanpa sepengetahuan/izin KPS. (S) - Keterlambatan melapor dan atau mengajukan ilmiah (sebagai pembicara) kepada pembimbing ilmiah dalam waktu yang telah ditetapkan pada tata tertib pelaksanaan ilmiah. (S) - Tidak melakukan kewajiban ilmiah sesuai semesternya (sesuai jadwal), dengan pengecualian hambatan yang disebabkan oleh konsulen pembimbing. (S) - Melakukan penggelapan data penelitian, data pasien pada status, laporan fiktif. (B) - Tidak mengikuti ujian tanpa alasan yang jelas. (S) - Memberi keterangan palsu. (B) - Membocorkan rahasia jabatan. (B) - Bekerja di luar RSHS/RS jejaring tanpa izin/tanggung jawab konsulen. (B) - Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf pengajar). (R-S-B) 6) Institusi - Mencuri peralatan Rumah Sakit. (B) - Manipulasi/tidak menjaga peralatan Rumah Sakit dengan baik. (S) - Tidak mengindahkan peraturan rumah sakit dan Fakultas Kedokteran. (R-B) PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 136 - Tidak mengisi status anestesi dan formulir-formulir kelengkapan anestesi dengan lengkap, baik,rapi, dan sebenarnya. (S) - Memalsukan data pada rekam medik/status anestesi. (S) - Merusak nama baik Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RSHS. (B) - Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf pengajar). (R-S-B) 7) Norma/nilai kebenaran dan kepatutan - Memalsukan tanda tangan dan sejenisnya. (B) - Mabuk, berjudi, penganiayaan fisik/psikis. (B) - Bekerja sama dengan pihak farmasi dan mendapatkan imbalan. (B) - Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf pengajar). (R-S-B) 8) Pelanggaran Hukum Peserta didik yang melakukan pelanggaran hukum, baik berupa tindak pidana maupun penyalahgunaan obat, narkotika, dan sejenisnya, serta penggunaan minuman keras dan sejenisnya, dan telah ditetapkan bersalah secara hukum oleh pengadilan, digolongkan ke dalam jenis pelanggaran berat (B).akan dikenakan sanksi berupa skorsing sampai dengan pemutusan studi oleh Rektor sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bila peserta didik diduga melanggar hukum dan sedang dalam proses penegakan hukum, peserta didik dibebastugaskan dari tugas mengikuti pembelajaran. Bila dikemudian hari dinyatakan tidak bersalah, yang bersangkutan diperkenankan untuk mengikuti kembali proses pembelajaran. Masa yang hilang akibat proses penegakan hukum diusahakan oleh KPS dan Kadep dengan meminta bantuan Pimpinan Fakultas untuk tidak dimasukkan ke dalam studi terjadwal. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 137 Pelanggaran Etika Akademik: - Menyontek, menjiplak (makalah, laporan, tugas akhir, skripsi, tesis, dan sebagainya). (B) - Membocorkan soal dan sejenisnya. (B) - Melakukan hal-hal yang dianggap melanggar etik, profesi, moral, atau sopan santun (yang derajat kesalahannya ditentukan oleh KPS atas rekomendasi staf pengajar). (R-S-B) Pelanggaran Administratif Tidak melakukan registrasi - Bila tidak melakukan registrasi tanpa alasan yang jelas, maka peserta didik tidak diperkenankan mengikuti kegiatan pendidikan pada semester tersebut namun harus tetap hadir di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif dengan penempatan yang diatur oleh KPS, dan semester tersebut diperhitungkan dalam masa studi. - Bila tidak melakukan registrasi selama 2 semester berturut-turut maka peserta didik dianggap mengundurkan diri. Surat Keputusan pemutusan studi diterbitkan oleh Rektor. Meninggalkan proses pembelajaran tanpa alasan yang dapat diterima - Bila peserta didik meninggalkan proses pembelajaran kurang dari 1 minggu tanpa alasan yang dapat diterima, maka yang bersangkutan akan mendapatkan teguran tertulis. - Bila peserta didik meninggalkan proses pembelajaran selama 2 minggu berturut-turut atau tidak berturut-turut, yang bersangkutan diharuskan mengulang di subbagian/divisi tempat ybs bekerja. KPS akan mengirimkan surat teguran dengan tembusan kepada PD I dan TKP PPDS-I. - Bila dalam waktu 2 minggu yang bersangkutan tidak membalas surat tersebut atau tidak menghubungi KPS, maka KPS akan mengirimkan surat teguran kedua dan ketiga dengan selang antara 2 minggu. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 138 - Bila dalam 2 minggu setelah surat teguran ketiga, yang bersangkutan tidak kunjung membalas surat tersebut atau tidak menghubungi KPS, maka ybs dianggap mengundurkan diri sebagai peserta PPDS-I. KPS akan menyampaikan laporan mengenai hal tersebut kepada Pimpinan Fakultas untuk proses pemutusan studi. Kondisi Khusus Maksud Kondisi Khusus adalah peserta didik diketahui memiliki penyakit gangguan kejiwaan, penyakit lainnya, atau kondisi peserta didik yang menunjukkan atau berpotensi untuk menimbulkan ketidakamanan/kerugian bagi dirinya dan pasien/masyarakat, tidak diperkenankan melanjutkan proses pembelajaran. Pimpinan Fakultas atas laporan KPS mengusulkan penghentian studi kepada Rektor. SANKSI PELANGGARAN/KELALAIAN Bila ada pelanggaran akan dikenakan sanksi dari mulai yang paling ringan berupa teguran lisan, lalu teguran tertulis, dan paling berat skorsing 1,2,3,6 bulan sampai dikeluarkan. Skorsing dilakukan oleh pimpinan Fakultas, sedangkan pemutusan studi dilakukan oleh Rektor dengan terlebih dahulu dilakukan sidang oleh KPS dan staf pendidikan. 1. Pelanggaran ringan diberikan teguran lisan dan atau tertulis 2. Pelanggaran sedang, diberikan teguran tertulis disertai dengan mengulang di subbagian/divisi/stase. 3. Pelanggaran Berat, yang diperkuat oleh komite medik RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung, diberikan sanksi skorsing atau pemutusan studi. Program Studi memberikan laporan kepada Dekan FK disertai bukti-bukti yang diperlukan. 4. Pimpinan Fakultas menyelenggarakan Rapat Senat Fakultas untuk membahas pemberian skorsing dan pemutusan studi berdasarkan laporan KPS 5. Tiga kali kesalahan ringan sama nilainya dengan melakuan 1 kesalahan sedang, tiga kali kesalahan sedang sama nilainya dengan melakukan 1 kesalahan berat, dan apabila melakukan 3 kali kesalahan berat maka yang bersangkutan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 139 dianggap gagal menjalankan pendidikannya di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 6. Pemutusan studi (setelah diputuskan dalam rapat staf di Departemen) akan diusulkan kepada Dekan dan Rektor (lihat Bab 10). 7. Apabila terdapat kesalahan dan atau kerancuan/ketidaksesuaian dengan peraturan Fakultas/Universitas, akan dilakukan revisi terhadap peraturan ini. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 140 BAB 10 PEMUTUSAN STUDI, PEMUTUSAN STUDI SEMENTARA DAN PENGUNDURAN DIRI 10. 1 Pemutusan Studi 1. Pemutusan studi peserta program bertujuan untuk: a. Menjaga dan mempertahankan mutu hasil pendidikan. b. Mempertahankan efisiensi pendayagunaan sumber pendidikan. c. Sebagai manifestasi tanggung jawab profesional. 2. Pemutusan studi peserta program merupakan keputusan akhir setelah dilakukan serangkaian penilaian terhadap kemajuan pendidikan yang menunjukan tandatanda semakin jauh dari pencapaian yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang harus diselesaikan. Penilaian meliputi unsur-unsur kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Keputusan pemutusan studi hanya dapat dilakukan oleh Rektor Universitas Padjadjaran. 4. Pemutusan studi peserta program dapat terjadi sebagai berikut: a. Indeks Prestasi (IP) selama 2 semester berturut-turut kurang dari 2,75. b. Pada akhir semester 1 dan/atau semester II memeroleh huruf mutu di bawah C. c. Lama studi melebihi 1,5 kali lama pendidikan (>11 semester untuk angkatan sebelum Maret 2015, >12 semester untuk angkatan setelah Maret 2015). d. Pemutusan studi karena kelalaian-administratif, yang menghentikan studi dua semester berturut-turut atau dalam waktu berlainan tanpa izin rektor. e. Pemutusan studi karena kelalaian mengikuti kegiatan belajar-mengajar (ditentukan oleh peraturan Progam Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif). f. Peserta program mengundurkan diri. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 141 g. Peserta program memperlihatkan sikap tidak terpuji: - Kurangnya rasa tanggung jawab profesional yang dapat membahayakan pasien ataupun lembaga pendidikan. - Pelanggaran Kode Etik Kedokteran yang berat. - Pelanggaran Kode Etik PPDS yang berat. - Menolak menyelesaikan tugas yang tercakup dalam kurikulum. i. Peserta program membuat kesalahan-kesalahan yang berulang setelah diperingatkan secara lisan dan/atau tertulis tanpa menunjukan upaya perbaikan yang memadai, seperti yang tertuang dalam sanksi pelanggaran afektif, psikomotor, kognitif. j. Peserta program tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, dan program pembinaan/bimbingan khusus yang diberikan baginya juga tidak memberikan hasil yang baik. 5. Pemutusan studi atau alih program dilakukan selama masa pendidikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang obyektif dan setelah melewati tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Tahap diagnostik: - Penilaian umum dan khusus peserta program. - Kajian akhir tahap pendidikan: tidak lulus ujian tulis dan praktek setelah dilakukan ujian ulangan dan bimbingan. - Penetapan unsur pemberat kemajuan pendidikan. - Pengenalan unsur penyebab keadaan. b. Tahap pembinaan/bimbingan khusus: - Dilakukan untuk unsur pemberat yang dikenali. - Diperlukan sebagai kegagalan pendidikan pada tahap tersebut. - Dinilai untuk masa yang ditetapkan, dan menurut ketentuan butir-butir di atas. - Tidak mengenal perpanjangan/pengulangan. c. Tahap penghentian: Diputuskan atas dasar hasil penilaian setelah pembahasan tuntas dalam rapat staf pengajar. Pada pelanggaran kasus berat penghentian program studi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 142 dapat dilaksanakan kapan saja, tidak melihat posisi peserta PPDS ada di semester berapa. Bahan-bahan yang dibahas antara lain: - Laporan penilaian sikap/tingkah laku peserta program oleh pembimbing/instruktur klinik. - Hasil test akademik. - Test MMPI. 10.2 Penghentian Studi Sementara Sesuai peraturan Rektor Universitas Padjadjaran no. 1 tahun 2014, penghentian studi sementara untuk program spesialis hanya diperkenankan 1 (satu) semester. Mekanisme pengajuan izin penghentian studi sementara adalah sebagai berikut: - Peserta didik mengajukan surat permohonan kepada Koordinator Program Studi, yang diketahui oleh dosen wali dengan membubuhkan tanda tangan. - Surat permohonan diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum kegiatan pendidikan di tahap semester dimulai. - Setelah mempertimbangkan segi akademik, KPS meneruskan permohonan kepada Dekan. - Apabila mendapatkan izin Dekan, maka selama periode penghentian sementara, peserta didik dibebaskan dari biaya pengembangan pendidikan (BPP). - Penghentian studi sementara tidak diperhitungkan dalam batas waktu maksimal masa studi peserta didik - Peserta didik yang mendapat izin penghentian studi sementara tidak berhak mendapatkan pelayanan akademik Penghentian studi sementara tanpa izin Dekan dikenakan sanksi sebagai berikut: - Untuk mendaftar kembali harus mengajukan permohonan tertulis kepada Rektor melalui Dekan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 143 - Periode penghentian studi sementara tanpa izin Dekan diperhitungkan dalam batas waktu maksimal pendidikan - Membayar BPP yang terhutang, dan untuk semester berikutnya dikenakan sesuai dengan SK tarif yang berlaku. Penghentian studi sementara tidak boleh dilakukan pada - Semester 1 - Semester 2 - Semester 11 - Semester 12 Peserta didik yang menghentikan studi untuk sementara tanpa izin dalam semester di atas dianggap mengundurkan diri. 10.3 Pengunduran Diri Bagi peserta didik yang mengundurkan diri dari PPDS-1 berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Surat Permohonan Pengunduran Diri dari peserta didik yang diketahui oleh Dosen Wali dan KPS 2. Surat Permohonan Pengunduran Diri atas nama peserta didik dari Dekan kepada Rektor/ Wakil Rektor 1 3. Surat keputusan Pengunduran Diri peserta didik dari Rektor/Wakil Rektor 1 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 144 BAB 11 ADAPTASI DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI LULUSAN LUAR NEGERI 11.1 Tujuan Tujuan penyelenggaraan adaptasi spesialis lulusan luar negeri ialah untuk memberikan kesempatan penyesuaian bagi mereka yang sah ijazahnya serta dinilai layak untuk memperoleh kesempatan adaptasi, sehingga pada akhirnya peserta program adaptasi: 1. dapat menerangkan kemampuannya dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif yang sudah dipelajarinya, menurut kaidah yang lazim dianut dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif di Indonesia, sesuai dengan problema kesehatan di Indonesia dan sumber daya yang tersedia. 2. menguasai pola penatalaksanaan bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia. 3. memahami dan menghayati tata nilai yang dianut di Indonesia, Etika Profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif serta Kode Etika Kedokteran Indonesia, sehingga dapat diterima di kalangan profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif serta kalangan profesi dokter pada umumnya. 11.2 Syarat Calon adaptasi harus mempunyai persyaratan admininistrasi (urut nomor): 1. ijazah dinilai sah oleh Panitia Penilai Ijazah Sarjana Lulusan Luar Negeri (PPISLN, Depdikbud). 2. bersama dengan ijazah, peserta wajib melampirkan : logbook transkrip akademik PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 145 3. karya tulis akhir. kurikulum pendidikannya telah dikaji oleh KATI, minimal mencapai 75% kurikulum/modul PPDS-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia. 4. surat permintaan dari Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI). 11.3 Penatalaksanaan 1. Lama adaptasi ditentukan minimal 2 (dua) semester dan kompetensi ditentukan oleh Kolegium setelah mendapat masukan dari KPS tempat yang bersangkutan menjalani adaptasi. 2. Harus memahami kebijaksanaan rumah sakit, etika medis, dan aspek medikolegal di mana dia beradaptasi. 11.4 Penilaian di IPDS 1. Penilaian dilakukan secara terus menerus dengan pengujian secara bertahap sesuai dengan tempat stase. 2. Peserta adaptasi diharuskan membuat makalah ilmiah berupa referat (satu buah tentang Anestesi dan satu lagi tentang Critical Care) dan dipresentasikan di Departemen dengan dihadiri Staf Pengajar. 3. Pelaporan kemajuan hasil program adaptasi yang mencakup bidang perilaku dilakukan setelah peserta menjalani program yang ditetapkan dengan kemungkinan sebagai berikut: a. perkembangan pencapaian adaptasinya menunjukkan penyelesaian sesuai jadwal semula. b. perkembangannya menunjukkan kekurangan yang akan mengubah jadwal semula dengan penambahan waktu adaptasinya. 4. Penilaian akhir dengan ujian lisan nasional yang akan diatur oleh Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI) melalui Komisi Ujian Nasional (KUN) KATI. 11.5 Panduan Penghentian Adaptasi 1. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi bertujuan untuk: a. menjaga dan mempertahankan mutu hasil pendidikan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 146 b. mempertahankan efisiensi pendayagunaan sumber pendidikan. c. sebagai manifestasi tanggung jawab profesional. 2. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi merupakan keputusan akhir setelah dilakukan serangkaian penilaian terhadap kemajuan pendidikan yang menunjukkan tanda-tanda semakin jauh dari pencapaian yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang harus diselesaikan. Penilaian meliputi unsur-unsur kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Keputusan penghentian pendidikan hanya dapat dilakukan oleh KPS yang selanjutnya dilaporkan ke Komisi Kompetensi KATI dan Ketua KATI. 4. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi dapat terjadi sebagai berikut: a. peserta program adaptasi mengundurkan diri. b. peserta program adaptasi memperlihatkan sikap tidak terpuji: - kurangnya rasa tanggung jawab profesional yang dapat membahayakan pasien ataupun lembaga pendidikan. c. - pelanggaran berat Kode Etika Kedokteran Indonesia - menolak menyelesaikan tugas yang diberikan. peserta program adaptasi membuat kesalahan-kesalahan yang berulang setelah diperingatkan secara lisan dan/atau tertulis tanpa menunjukkan upaya perbaikan yang memadai. d. peserta program adaptasi tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, dan program pembinaan/bimbingan khusus yang diberikan baginya juga tidak memberikan hasil yang baik. e. tahap penghentian: diputuskan atas dasar hasil penilaian setelah pembahasan tuntas dalam rapat staf pengajar. Pada pelanggaran kasus berat penghentian program adaptasi dapat dilaksanakan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 147 BAB 12 PANDUAN KARYA TULIS LAPORAN KASUS, TINJAUAN PUSTAKA, TESIS, RINGKASAN PENELITIAN, DAN PENULISAN DI JURNAL ILMIAH NASIONAL 12.1 Petunjuk Umum Ringkasan Penelitian Ringkasan penelitian merupakan ringkasan tesis penelitian yang telah disidangkan dan disetujui oleh pembimbing. Laporan Kasus Laporan kasus berisi tulisan mengenai pengelolaan kasus klinik menarik di bidang anestesiologi dan terapi intensif (anesthesiology and intensive care), yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi penulis dan pembaca. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka berisi kajian dari suatu topik di bidang ilmu anestesiologi dan terapi intensif (anesthesiology and intensive care), dengan mengetengahkan analisis secara detail dan menyeluruh terhadap perkembangan terkini dari topik tersebut. Pengaturan tampilan (page layout) a) Kertas: - Naskah diketik pada kertas putih ukuran A4 70 gram - Sampul luar dicetak di atas bahan kertas karton buffalo, warna: kuning tua (ringkasan penelitian), biru muda (tinjauan pustaka), dan hijau muda (Laporan kasus). PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 148 b) Marjin: Jarak kertas dari tepi kiri dan atas 4 cm serta di tepi kanan dan bawah 3 cm c) Jenis huruf: Times New Roman d) Ukuran font: Halaman Sampul (Sesuai urutan; lihat LAMPIRAN 1): - Judul Bahasa Indonesia : font 14, bold, huruf kapital semua huruf - Judul Bahasa Inggris : font 14, bold, huruf kapital semua huruf, cetak miring - Nama penulis dan NPM : font 12, huruf kapital pada huruf awal di depan nama, bold - Jenis ilmiah (RINGKASAN TESIS/LAPORAN KASUS/TINJAUAN PUSTAKA) : font 12, huruf kapital semua huruf, bold - Tujuan karya ilmiah : font 10, bold, huruf kapital di awal kalimat Tujuan Laporan kasus dan Tinjauan pustaka: Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian semester pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Tujuan ringkasan penelitian: Untuk memenuhi salah satu syarat ujian komprehensif nasional guna memperoleh sertifikat kompetensi Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran - Lembaga : font 14, bold, huruf kapital semua huruf Halaman judul bagian dalam: sama dengan ketentuan halaman sampul, namun logo UNPAD diletakkan sebelum nama lembaga (lihat LAMPIRAN 2) Halaman pengesahan (lihat LAMPIRAN 3). Isi Naskah (lihat LAMPIRAN 4): - font 14 bold spasi 1 untuk judul Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 149 - font 11 bold untuk nama penulis di bawah judul - font 11, spasi 1 untuk nama lembaga di bawah nama penulis - font 12 bold untuk subjudul - font 11 untuk isi abstrak - font 12 untuk isi naskah - font 11 bold untuk judul tabel/gambar/grafik - font 10 untuk isi tabel - font 9 untuk keterangan tabel/gambar/grafik e) Spasi: - Isi abstrak ditulis dengan spasi 1 - Isi naskah ditulis dengan spasi 2 atau 1,5 (bila jumlah halamannya banyak) - Jarak antara Sub judul dan teks pertama isi naskah adalah 2 spasi - Tiap alinea teks isi naskah diketik menjorok ke dalam sejauh lima ketukan (kecuali pada paragraf pertama yang diketik sejajar sub judul) f) - Jarak antara baris akhir teks dan sub judul berikutnya adalah 4 spasi - Jarak antara teks dan tabel/gambar/grafik adalah 3 spasi Jumlah halaman minimal 15 halaman, maksimal 25 lembar. g) Penomoran halaman: - Halaman judul dan halaman pengesahan tidak diberikan nomor halaman - Halaman abstrak dan halaman bagian inti (Pendahuluan sampai dengan daftar pustaka) menggunakan angka arab (1, 2, dst) - Halaman abstrak diletakan pada bagian bawah dan tengah halaman. - Halaman berikutnya diletakkan pada pojok kanan atas - Penulisan sub judul tidak memakai penomoran h) Artikel dikumpulkan dalam bentuk Hardcopy (3 berkas artikel asli) dan Softcopy (CD). Judul PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 150 a) Judul artikel bersifat ringkas, informatif, sepintas langsung dimengerti isinya, dan deskriftif. Sekali dibaca secara segera dipahami maksudnya, dan ditangkap keseluruhan maknanya b) Judul merupakan „jiwa‟, „semangat‟, dan „citra‟ keseluruhan isi artikel ilmiah c) Apabila merupakan hasil penelitian, semua variabel harus tercantum dalam judul d) Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 14 (kecuali Judul bahasa Inggris) e) Tidak Memakai subjudul f) Judul tidak mengandung singkatan atau formula kimia g) Judul ditulis dengan huruf besar (kapital), istilah bahasa asing ditulis dengan huruf miring (italic) Abstrak dan Kata Kunci a) Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris b) Abstrak dalam bahasa Indonesia ditulis pertama diikuti abstrak Bahasa Inggris c) Abstrak bersifat konsisten dengan isi artikel. d) Abstrak secara bertaat asas selalu disusun dalam satu paragraf e) Abstrak ditulis dalam jarak 1 spasi dengan jumlah kata tidak lebih dari 200 kata untuk abstrak bahasa indonesia dan 250 kata untuk abstrak bahasa inggris. f) Simpulan: sesuai judul dan tujuan g) Akronim atau singkatan harus didefinisikan pada saat pertama kali disebutkan h) Pada bagian akhir abstrak dilengkapi kata kunci: 3–6kata yang disusun berdasarkan abjad Teks artikel a) Harus mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar b) Paragraf tidak boleh terlampau panjang c) Besar huruf: Sub judul 12 Bold, isi 12 d) Disusun menurut urutan sub judul: Pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, dan daftar pustaka PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 151 e) Semua isi artikel harus relevan dengan judul f) Isi artikel harus menjawab semua pertanyaan dalam judul g) Semua informasi: harus benar, penting, berdasarkan fakta/pendapat para ahli/ organisasi yang memiliki reputasi yang baik, dan logis. Tabel a) Tabel disusun berurutan sesuai keterangan di dalam teks. b) Setiap tabel diberi judul singkat dan jelas, sehingga setiap tabel dapat dipandang berdiri sendiri. c) Judul tabel diletakkan di atas tabel d) Judul grafik dan ganbar diletakkan di bawahnya e) Tempatkan penjelasan dan singkatan pada keterangan tabel f) Gambar atau ilustrasi dari suatu sumber harus mencantumkan sumbernya pada bagian bawah gambar/ilustrasi g) Tidak menggunakan garis horizontal dalam tabel, tidak menggunakan garis vertikal. Gambar/foto a) Judul gambar atau foto diletakkan di bawahnya b) Bila gambar/ foto yang mungkin dapat dikenali harus disertai izin tertulis. c) Gambar yang pernah dipublikasikan harus diberi acuan. d) Gambar/foto harus diberi nomor urut sesuai pemunculan dalam teks. Daftar Pustaka a) Rujukan ditulis sesuai aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam artikel, bukan menurut abjad. b) Cantumkan nama penulis maksimal 6 orang, apabila lebih, tulis nama 6 orang pertama, selanjutnya dkk. c) Jumlah rujukan adalah minimal 10 buku dari terbitan 5 tahun terakhir. Contoh penulisan daftar pustaka: PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 152 Jurnal Artikel Standar Ramsey BW, Banks-Schlegel S, Accurso FJ, Boucher RC, Cutting GR, Engelhardt JF, dkk. Future directions in early cystic fibrosis lung disease research: an NHLBI workshop report. Am J Respir Crit Care Med. 2012 Apr 15;185(8):887–92. Volume dengan Supplemen Hogan DR, Salomon JA. Spline-based modelling of trends in the force of HIV infection, with application to the UNAIDS Estimation and Projection Package. Sex Transm Infect. 2012 Dec;88 Suppl 2:i52–7. Edisi dengan Suplemen Offley SC, Coyne E, Horodyski M, Rubery PT, Zeidman SM, Rechtine GR. Randomized trial demonstrates that extended-release epidural morphine may provide safe pain control for lumbar surgery patients. Surg Neurol Int. 2013 Mar 22;4(Suppl 2):S51–7. Buku dan Monograf Lain Hensley FA, Jr., Martin DE, Gravlee GP. A practical approach to cardiac anesthesia. Edisi ke-5. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer; 2013. Bab dalam Buku Woods, K. Abdominal trauma. Dalam: Kiwon Lee, K, penyunting. The neuro ICU book. China: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2012. hlm. 468–81. Makalah dalam Konferensi Ruli H. Sitanggang. SvO2 monitoring (mixed venous oxygen saturation). Dalam: Indonesian Society of Anesthesiologists and Reanimation (IDSAI) West Java, penyunting. Indonesian Society of Anesthesiologists and Reanimation (IDSAI) West Java. The 5th Indonesia Symposium of Pediatric Anesthesia and Critical Care; 2010 Mei 14–15; Bandung, Indonesia. Bandung; 2010. hlm. 7–12. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 153 Prosiding Konferensi Indonesian Society of Anesthesiologists and Reanimation (IDSAI) West Java. Proceedings of the 5th Indonesia Symposium of Pediatric Anesthesia and Critical Care; 2010 Mei 14–5; Bandung. Indonesia. Indonesia: IDSAI; 2010. Disertasi TT Maskoen. Peran polimorfisme G972A gen IRS-1 terhadap peningkatan kadar IGFBP-1 dan risiko kematian pada penderita sepsis berat dengan hiperglikemia [disertasi]. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2009. Materi Elektronik Artikel Jurnal dalam Format Elektronik Reddy VS, Chiruvella S. Clonidine versus tramadol for post spinal shivering during caesarean section: a randomized double blind clinical study. Journal of Obstetric Anaesthesia and Critical Care [Online Journal] 2013 [diunduh 17 Januari 2013]. Tersedia dari: http://www.joacc.com. 12.2 Petunjuk Khusus Naskah laporan kasus ditulis dengan sistematika sebagai berikut: 1. Judul bahasa Indonesia 2. Nama dan lembaga penulis 3. Abstrak dan kata kunci (bahasa Indonesia) 4. Judul bahasa Inggris 5. Abstrak dan kata kunci (bahasa Inggris) 6. Pendahuluan 7. Deskripsi kasus 8. Pembahasan 9. Kesimpulan 10. Daftar pustaka Judul PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 154 a) Judul tulisan dibuat singkat dan jelas, deskriptif, dan menarik. b) Judul sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 12 kata (selain kata sambung dan penghubung). c) Hindari singkatan pada judul. Nama dan Lembaga Penulis a) Nama penulis ditulis di bawah judul. b) Nama ditulis lengkap dengan urutan nama depan, nama tengah, nama keluarga. c) Nama penulis tidak perlu disertai gelar akademik. d) Lembaga penulis ditulis di bawah nama penulis. Abstrak a) Abstrak dibuat dalam bentuk satu paragraf (tidak terstruktur) berupa narasi. b) Ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimal 200 kata) dan bahasa Inggris (maksimal 250 kata). c) Abstrak bahasa Indonesia mengikuti abstrak bahasa Inggris. d) Abstrak bahasa Inggris dimulai dengan mengulang judul dalam bahas Inggris tanpa diikuti nama penulis dan lembaga. e) Abstrak bahasa Inggris tidak dicetak miring. f) Abstrak terdiri atas pendahuluan (latar belakang dan tujuan), deskripsi kasus (termasuk tempat dan waktu), diskusi, dan kesimpulan. g) Kata kunci terletak di bawah abstrak terpisah oleh spasi berisikan 3-5 kata kunci atau frasa singkat dan ditulis berdasarkan abjad. Pendahuluan a) Pendahuluan ditulis ringkas serta dapat menarik perhatian dan minat pembaca. b) Sampaikan latar belakang melaporkan kasus tersebut. c) Ungkapkan pentingnya kasus tersebut dan alasan/tujuan dilaporkan. d) Kemukakan literatur yang berkaitan dengan kasus yang dilaporkan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 155 e) Tinjauan literatur akan membantu memahami konteks dari kasus yang dilaporkan dalam kaitan dengan data yang dipublikasikan sebelumnya (misalkan insiden penyakit dan jumlah kasus). f) Tinjauan literatur tidak perlu terlalu banyak. g) Informasi dari literatur dibatasi hanya untuk mengenalkan pembaca pada topik kasus yang dilaporkan. h) Pendahuluan sebaiknya tidak lebih dari tiga paragraf. Deskripsi Kasus a) Disampaikan dalam bentuk naratif dan harus menarik untuk dibaca. b) Disampaikan secara kronologis sejak pertamakali kasus diperiksa mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang, konsultasi dengan disiplin ilmu bagian lain, perkembangan harian dan seterusnya sampai dengan penatalaksanaan dan hasil akhir. c) Setiap bagian tersebut di atas disampaikan dalam paragraf terpisah. d) Sampaikan hanya data-data yang relevan dengan kasus yang disampaikan. e) Identitas dan gambar pasien harus disamarkan. f) Nama obat yang digunakan dalam deskripsi kasus disampaikan dalam nama generik, bila merek obat perlu dicantumkan maka nama merek dan produsennya dicantumkan dalam tanda kurung mengikuti penulisan nama generik. Pembahasan a) Pembahasan/diskusi bukan kumpulan materi TINJAUAN PUSTAKA! b) Diskusi difokuskan membahas permasalahan yang diangkat pada kasus yang telah dideskripsikan dengan didukung literatur. c) Berisi penjelasan tentang segala sesuatu yang belum jelas dalam deskripsi kasus. d) Memberikan interpretasi dari penemuan-penemuan yang didapatkan. e) Mengintegrasikan deskripsi kasus ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan. f) Harus mencantumkan rujukan (hati-hati plagiarisme). g) Perjelas setiap poin penting yang tidak dapat dijelaskan pada deskripsi kasus. h) Perkuat pesan yang ingin disampaikan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 156 i) Sampaikan informasi dari literatur mengenai kondisi atau gambaran klinis mulai dari anamnesis dan seterusnya yang berhubungan dengan kasus. j) Dapat dibandingkan antara kasus yang dilaporkan dengan kasus lain yang relevan. k) Kemukakan penyebab kondisi yang dilaporkan dan bagaimana hal ini memengaruhi outcome pada pasien. l) Sampaikan rekomendasi untuk tatalaksana pasien di masa yang akan datang. m) Kemukakan pelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman kasus tersebut. Simpulan a) Simpulan bukan merupakan ringkasan kasus yang dilaporkan. b) Simpulan menekankan pada poin pembelajaran dari kasus yang dilaporkan dan implikasi praktisnya. c) Harus sesuai dengan tujuan melaporkan kasus. d) Dibuat dalam satu atau dua paragraf. 12.3 Sistematika dan Format PenulisanTinjauan Pustaka Naskah tinjauan pustaka ditulis dengan sistematika sebagai berikut: 1. Judul bahasa Indonesia 2. Nama dan lembaga penulis 3. Abstrak dan kata kunci (bahasa Indonesia) 4. Judul bahasa Inggris 5. Abstrak dan kata kunci (bahasa Inggris) 6. Pendahuluan 7. Pembahasan 8. Simpulan 9. Daftar pustaka PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 157 Judul a) Judul tulisan dibuat singkat dan jelas, deskriptif, dan menarik. b) Judul sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 12 kata (selain kata sambung dan penghubung). c) Hindari singkatan pada judul. Nama dan Lembaga Penulis a) Nama penulis ditulis di bawah judul. b) Nama ditulis lengkap dengan urutan nama depan, nama tengah, nama keluarga. c) Nama penulis tidak perlu disertai gelar akademik. d) Lembaga penulis ditulis di bawah nama penulis. Abstrak a) Dibuat dalam bentuk satu paragraf (tidak terstruktur) berbentuk narasi. b) Ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimal 200 kata) dan bahasa Inggris (maksimal 250 kata). c) Abstrak bahasa Indonesia mengikuti abstrak bahasa Inggris. d) Abstrak bahasa Inggris dimulai dengan mengulang judul dalam bahas Inggris tanpa diikuti nama penulis dan lembaga. e) Abstrak bahasa Inggris tidak dicetak miring. f) Abstrak berisikan pendahuluan, pembahasan dan simpulan. g) Kata kunci terletak di bawah abstrak terpisah oleh spasi berisikan 3-5 kata kunci atau frasa singkat dan ditulis berdasarkan abjad. Pendahuluan a) Merupakan pengantar untuk mengenalkan topik yang akan dibahas pada pembaca. b) Meliputi gambaran umum tentang topik yang ditulis. c) Sampaikan latar belakang dan alasan menulis topik tersebut. d) Ungkapkan makna penting dan menariknya topik tersebut untuk dibahas dalam konteks ilmu pengetahuan ataupun praktek klinis. e) Kemukakan tujuan atau pertanyaan yang akan dijawab melalui penulisan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 158 f) Pendahuluan hendaknya dikemukakan tidak lebih dari satu halaman. Pembahasan a) Berisikan rangkuman berbagai daftar pustaka yang umumnya langsung didiskusikan. b) Harus mencantumkan rujukan (hati-hati plagiarisme). c) Kerangka tulisan dalam pembahasan disesuaikan dengan pokok bahasan. d) Uraikan konsep-konsep yang relevan dengan topik yang dibahas. e) Penulis harus mampu mengkaji masalah yang dibahas dan menilai dengan kritis menggunakan pustaka terkini. f) Kemukakan sudut pandang alternatif pada topik yang dibahas. Simpulan a) Berisi jawaban atas tujuan yang telah dikemukakan dalam pendahuluan. b) Harus konsisten dengan analisis permasalahan dalam pembahasan. 12.4 Sistematika dan Format PenulisanRingkasan Penelitian Naskah laporan kasus ditulis dengan sistematika sebagai berikut: 1. Judul bahasa Indonesia 2. Nama dan lembaga penulis 3. Abstrak dan kata kunci (bahasa Indonesia) 4. Judul bahasa Inggris 5. Abstrak dan kata kunci (bahasa Inggris) 6. Pendahuluan 7. Deskripsi kasus 8. Diskusi 9. Kesimpulan 10. Daftar pustaka Judul PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 159 a) Judul tulisan dibuat singkat dan jelas, deskriptif, dan menarik. b) Judul sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 14 kata (selain kata sambung dan penghubung). c) Huruf kapital hanya di awal kata (kata penghubung tidak menggunakan huruf kapital). d) Hindari singkatan formula kimia. e) Tempat dan waktu penelitian hanya disertakan bila penelitian khas untuk tempat dan waktu tersebut (biasanya pada penelitian deskriptif). Nama dan Lembaga Penulis a) Nama penulis ditulis di bawah judul. b) Nama ditulis lengkap dengan urutan nama depan, nama tengah, nama keluarga. c) Nama penulis tidak perlu disertai gelar akademik. d) Lembaga penulis ditulis di bawah nama penulis. Abstrak a) Dibuat dalam bentuk satu paragraf (tidak terstruktur) berbentuk narasi. b) Ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimal 200 kata) dan bahasa Inggris (maksimal 250 kata). c) Abstrak bahasa Indonesia diikuti abstrak bahasa Inggris. d) Abstrak bahasa Inggris dimulai dengan judul dalam bahas Inggris tanpa diikuti nama penulis dan lembaga. e) Abstrak bahasa Inggris tidak dicetak miring. f) Dianjurkan untuk memakai kalimat aktif. g) Abstrak berisikan ringkasan komponen naskah utama yang meliputi pendahuluan, metode, hasil dan diskusi. h) Pendahuluan berisikan latar belakang dan tujuan penelitian. i) Metode berisikan desain penelitian, waktu dan tempat penelitian. j) Hasil menguraikan hasil analisis ringkas. k) Simpulan harus sesuai judul dan tujuan penelitian. l) Kata kunci terletak di bawah abstrak terpisah oleh spasi berisikan 3-5 kata kunci atau frasa singkat dan ditulis berdasarkan abjad. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 160 Pendahuluan a) Menguraikan latar belakang dan tujuan penelitian (tidak disusun dalam sub judul lagi, cukup dituangkan dalam paragraf). b) Jumlah maksimal 20% dari seluruh artikel. c) Pendahuluan harus bisa mengantarkan pembaca untuk memahami dan sejalan dengan ide penulis bahwa penelitian yang dilakukan adalah perlu dan beralasan. d) Bagian pertama berisi latar belakang penelitian: e) latar belakang situasi dan latar belakang kondisi termasuk fakta-fakta yang relevan untuk menyatakan signifikansi dari masalah. f) Sedapat mungkin disertai data-data epidemiologi kondisi, prevalensi, insiden, atau seberapa sering masalah tersebut ditemukan g) Bagian kedua menyatakan pentingnya masalah sehingga harus diteliti yang didukung literatur terkini dan relevan. h) Kemukakan apa yang telah diketahui dan belum diketahui dari penelitian sebelumnya, tetapi tidak secara rinci. i) Bila rincian dari literatur dianggap penting, dapat dikemukakan dalam pembahasan j) Bagian terakhir menyatakan tujuan penelitian. Metode a) Sebutkan desain/rancangan/jenis penelitian beserta tempat dan waktu penelitian. b) Jelaskan seleksi subjek penelitian, termasuk kriteria inklusi, eksklusi, dan pengeluaran c) Sebutkan tempat dan waktu penelitian. d) Jelaskan besar sampel, jumlah kelompok perlakuan, dan teknik pengumpulan data/ sampling method yang dipakai. e) Jelaskan protokol/tata cara penelitian secara singkat dan jelas. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 161 f) Jelaskan metode statistik yang digunakan untuk analisis data dan program komputer yang digunakan. Hasil a) Menyampaikan hasil utama penelitian tanpa menafsirkan artinya (tidak perlu diberi ulasan, komentar, dan lain-lain), namun demikian perlu diberi kalimat pengantar agar terdapat alur yang mudah diikuti. b) Harus sesuai dengan tujuan penelitian (pertanyaan-pertanyan penelitian). c) Kemukakan hasil dengan urutan yang logis. Penyajian dimulai dengan karakteristik sampel penelitian diikuti dengan data utama penelitian. d) Dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar atau naratif tekstual. e) Narasi hasil dan analisis statistik ditulis mendahului tabel/grafik dan hanya menyatakan intisari tabel/grafik (tidak mengulang setiap informasi yang telah disajikan dalam tabel/grafik/gambar). f) Hindari pengulangan hal-hal yang telah disajikan dalam tabel atau gambar, melainkan menyebutkan sebagian di antaranya untuk memberi penekanan. g) Narasi berisikan klarifikasi terhadap informasi hasil di dalam tabel/grafik. h) Maksimal tabel, gambar, dan atau grafik adalah 6 buah dan harus relevan dengan hasil. i) Untuk setiap hasil penelitian harus dicantumkan analisis statistik yang digunakan. Pembahasan a) Proporsi lebih banyak dari pendahuluan. b) Mengungkapkan, menjelaskan, dan membahas apa yang telah dikemukakan dalam hasil. c) Memberikan penjelasan/interpretasi/analisis secara teoritis menggunakan literatur terkini terhadap hasil penelitian yang diperoleh. d) Harus mencantumkan rujukan (hati-hati plagiarisme). e) Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 162 f) Tidak mengulang setiap data yang telah disajikan dalam hasil secara rinci, kecuali untuk menekankan hal-hal penting atau sebagai pengantar diskusi. g) Tidak mencantumkan lagi tabel dan gambar. h) Tidak mengulang metode penelitian yang dilakukan. i) Bahas arti kemaknaan statistik, tidak hanya menyatakan ada atau tidak ada perbedaan bermakna. j) Bandingkan hasil penelitian dengan penelitian terkini yang relevan, tunjukkan persamaan dan perbedaannya. k) Bila ada ketidaksesuaian dengan penelitian lainnya, jelaskan mengapa hasil penelitian berbeda dengan penelitian sejenis. l) Tunjukkan aspek baru dari penelitian. m) Sampaikan implikasi teoritis dan praktis hasil penelitian. n) Sampaikan generalisasi hasil penelitian pada populasi nyata beserta keterbatasannya. o) Bahas kekuatan dan kelemahan/keterbatasan penelitian. Simpulan a) Simpulan berisi rangkuman keseluruhan artikel. b) Harus ada kesesuaian dengan judul, tujuan, hasil dan simpulan penelitian. c) Tidak lagi mencantumkan hasil statistik penelitian. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 163 LAMPIRAN I: Halaman Sampul PERBANDINGAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT 8,4% PADA LIDOKAIN 2% DENGAN LIDOKAIN 2%UNTUK MENGURANGI NYERI SAAT INFILTRASIANESTESI LOKAL (Huruf Times New Roman, bold, font 14) COMPARISON ADDITION OF SODIUM BICARBONATE 8.4% TO LIDOCAINE 2% WITH LIDOCAINE 2% TO REDUCE PAIN WHEN LOCAL ANAESTHESIA INFILTRATION (Huruf Times New Roman, bold, font 14) Oleh: Doni Arief Rahmansyah 130121090013 (Huruf Times New Roman, bold, font 12) RINGKASAN TESIS (Huruf Times New Roman, bold, font 12) Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi Program Pendidikan Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Huruf Times New Roman, bold, font 10) PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2013 (Huruf Times New Roman, bold, font 14) PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 164 LAMPIRAN II: Halaman judul bagian dalam PERBANDINGAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT 8,4% PADA LIDOKAIN 2% DENGAN LIDOKAIN 2%UNTUK MENGURANGI NYERI SAAT INFILTRASIANESTESI LOKAL (Huruf Times New Roman, bold, font 14) COMPARISON ADDITION OF SODIUM BICARBONATE 8.4% TO LIDOCAINE 2% WITH LIDOCAINE 2% TO REDUCE PAIN WHEN LOCAL ANAESTHESIA INFILTRATION (Huruf Times New Roman, bold, font 14) Oleh: Doni Arief Rahmansyah 130121090013 (Huruf Times New Roman, bold, font 12) RINGKASAN TESIS (Huruf Times New Roman, bold, font 12) Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi Program Pendidikan Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Huruf Times New Roman, bold, font 10) PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2013 (Huruf Times New Roman, bold, font 14) PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 165 LAMPIRAN 3: Halaman Pengesahan PERBANDINGAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT 8,4% PADA LIDOKAIN 2% DENGAN LIDOKAIN 2%UNTUK MENGURANGI NYERI SAAT INFILTRASIANESTESI LOKAL (Huruf Times New Roman, bold, font 14) COMPARISON ADDITION OF SODIUM BICARBONATE 8.4% TO LIDOCAINE 2% WITH LIDOCAINE 2% TO REDUCE PAIN WHEN LOCAL ANAESTHESIA INFILTRATION (Huruf Times New Roman, bold, font 14) Oleh: Doni Arief Rahmansyah 130121090013 (Huruf Times New Roman, bold, font 12) RINGKASAN TESIS (Huruf Times New Roman, bold, font 12) Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi Program Pendidikan Dokter Spesialis I studi ini Telah disetujui oleh tim pembimbing pada tanggal Seperti tertera di bawah ini (Huruf Times New Roman, bold, font 10) Bandung, Oktober 2013 (Huruf Times New Roman, bold, font 10) .............................................. ............................................ Ketua Tim Pembimbing Anggota Tim Pembimbing (Huruf Times New Roman, bold, font 10) PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 166 LAMPIRAN 4: Isi Naskah Perbandingan Efektivitas Anestesi Spinal Menggunakan Bupivakain Isobarik dengan Bupivakain Hiperbarik pada Pasien yang Menjalani Operasi Abdomen Bagian Bawah 2 spasi 1 2 2 Jeffry F. Longdong, Ike Sri Redjeki, A. Himendra Wargahadibrata 1 Rumah Sakit Tentara Tingkat IV Singkawang Kalimantan Barat, 2 Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Abstrak 2 spasi 12 Jarak baris 1 spasi besar huruf 14 bold Jarak baris 1 spasi besar huruf 11 2 spasi Penyebaran obat anestesi lokal pada anestesi spinal sangat ditentukan oleh barisitas obat anestesi lokal dan posisi pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan anestesi spinal menggunakan bupivakain 0,5% isobarik hiperbarik terhadap lama kerja blokade sensoris dan tinggi blokade sensoris pada operasi abdomen bagian bawah. Penelitian eksperimental secara randomized control trial (RCT) pada 40 pasien dengan status fisik ASA I–II, usia 17–60 tahun yang menjalani operasi abdomen Jarak baris 1 bagian bawah di ruang operasi bedah sentral Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung spasi besar pada bulan Januari sampai April 2011. Pasien dibagi dalam kelompok isobarik dan huruf 11 kelompok hiperbarik. Tinggi blokade sensoris, lama kerja blokade sensoris dicatat dan dilakukan uji statistik dengan student t-test, chi-kuadrat. Dari hasil penelitian didapatkan lama kerja blokade sensoris pada kelompok isobarik lebih panjang dibandingkan dengan kelompok hiperbarik (242,4 menit SB 28,04 vs 132,95 menit SB 11,33) dengan perbedaan yang bermakna (p<0,001). Tinggi blokade sensoris pada kelompok isobarik lebih rendah dibandingkan dengan bupivakain kelompok hiperbarik. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bupivakain isobarik mempunyai penyebaran lebih rendah dan lama kerja lebih panjang. 2 spasi Kata kunci: Abdomen bagian bawah, analgesia spinal, barisitas ,bupivakain, obat anestesi lokal, teknik anestesi 2 spasi Effectivity of Spinal Anaesthesia Using Isobaric Bupivacaine and Hyperbaric Bupivacaine on Patients Undergoing Lower Abdominal Surgery Abstract Halaman PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 167 Distribution of local anesthetics in spinal anesthesia is most determined by baricity and position. The study was conducted to explore the comparison of effect between spinal anesthesia technique using 0.5% isobaric bupivacaine with 0.5% hyperbaric bupivacaine on duration and level of sensory blocking action in lower abdominal surgery. This experimental study was conducted using randomized control trial (RCT) in 40 patients with physical ASA I–II status, aged 17–60 years, who underwent lower abdominal surgery in central operating theatre Dr. Hasan Sadikin Hospital-Bandung within January to April 2011. The patients were divided into two groups, the hyperbaric group and the isobaric group. The recording included sensory blocking level, sensory blocking duration, and statistical analysis using Student t-test and chisquare test. Based on the study results, sensory blocking duration in isobaric group was longer very significantly than that in hyperbaric group (242.4 [28.04] vs 132.95 [11.33] minutes, p<0.001). Sensory blocking levels in isobaric group were lower than those in hyperbaric group. The conlusion of the study indicates that isobaric bupivacaine has lesser distribution and longer duration of action. Key words: Anesthesia technique, baricity, bupivacaine, local anesthetics, lowerabdomen, spinal analgesia 4 spasi Pendahuluan 12 bold Berbagai teknik anestesi telah dikembangkan ................. anestesi regional dan lokal yang ideal sangat penting untuk mendapatkan hasil memuaskan dan aman. 1 Anestesi spinal adalah analgesia regional dengan menghambat sel saraf di dalam ruang subaraknoidoleh ........................................................................................................................ durasi operasi yang akan dilakukan.2 Jarak spasi 2 besar huruf 12 4 spasi Subjek dan Metode 12 bold 2 spasi Subjek penelitian adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Halaman Bandung pada ............................. dari 120 menit sehingga pasien mulai merasakan nyeri, dan terjadi efek samping yang tidak dapat diatasi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 168 Besar sampel ditentukan memakai rumus beda dua proporsi efektivitas dua tindakan,dengan....................................................................................................... ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ............................................................................................................... untuk setiap kelompok sebanyak 20 subjek. 4 spasi Hasil 12 bold 2 spasi Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan independent T-testpada derajat kepercayaan95%,..................................................................................................... ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. Halama ................................................................................................................................. Halaman ................................................................................................................................. ........................... diperbandingkan (Tabel 1). PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 3 spasi 169 11 Tabel 1 Perbandingan Karakteristik Umum Subjek Penelitian Anestesi Lokal Karakteristik Jarak spasi 1 besar huruf 10 Bupivakain 0,5% Hiperbarik 15 mg (n=20) 3 spasi n SB 37,20 11,89 Usia (tahun) Keterangan:*) Uji-t n Rata-rata 31,00 SB 11,1 4 bold 0,097*) 0,337**) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Berat badan Tinggi badan BMI 9 Rata-rata Nilai p Bupivakain 0,5% Isobarik (n=20) 10 10 13 7 55,90 158,90 21,87 * *) 5,88 5,37 1,61 56,80 159,40 22,35 5,95 6,52 1,84 0,633*) 0,793*) 0,386*) uji chi-kuadrat 3 spasi ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ...................................................................................................................(Gambar 1) 3 spasi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 170 Gambar 1 Perbandingan Nilai BIS antara Profopol TCI dan MCI yang Diukur pada Berbagai Waktu Pengamatan Jarak spasi 1 besar huruf 11 Bold 12.5 Sistematika dan Format PenulisanTesis dan Disertasi Disarikan dari Pedoman Penulisan Tesis/Disertasi Unpad Tahun Akademik 2012/2013 Hal Keterangan Tajuk Tiap tajuk diketik pada halamam baru dengan hurup kapital dan tebal (bold) serta ditempatkan ditengah. Yang dimaksud tajuk adalah: PENGESAHAN PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 171 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB III METODE BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Bahan yang digunakan Kertas HVS putih 80 gr, A4. Antara bab diberi pembatas warna kuning muda atau hijau muda. Pengetikan Marjin atas dan kiri 4 cm dari tepi kertas. Marjin kanan dan bawah 3 cm dari tepi kertas. Pengetikan hanya pada 1 muka kertas, tidak bolak-balik Font 12 untuk isi naskah. Spasi Jarak antara baris adalah 2 spasi (kecuali abstrak 1 spasi). Jarak antara penunjuk bab (misalnya BAB I) dengan tajuk bab. (misalnya PENDAHULUAN) adalah 2 spasi. Jarak antara judul bab (misalnya BAB I PENDAHULUAN) dengan tajuk sub bab (misalnya I.1 Latar Belakang Penelitian) adalah 4 spasi. Jarak antara Latar Belakang Penelitian dengan baris pertama teks adalah 2 spasi. Tiap alinea teks isi naskah masuk 5 ketukan. Jarak antara baris akhir teks dengan tajuk sub bab berikutnya adalah 4 spasi. Jarak antara teks dengan tabel, gambar, grafik, atau diagram adalah 3 spasi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 172 Petunjuk bab dan tajuk bab selalu diketik pada halaman baru (jadi BAB I, BAB II, BAB III dst diketik di halaman baru). Cover Soft cover, untuk Disertasi warna kuning, untuk Tesis warna hitam. Judul bahasa Indonesia: maksimal 24 kata, 14 font, tebal Judul bahasa Inggris: hanya untuk Disertasi, dicetak miring, tebal, 14 font Disertasi: kanan atas ditulis J06 Font 12 dan tebal untuk nama penulis Font 14 dan tebal untuk nama lembaga Font 10 dan tebal untuk tulisan lain Lambang Unpad diatas tulisan Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung..tahun (yang ditulis dengan huruf kapital). Kata tahunnya tidak usah diketik, misalnya cukup ditulis 2014 Lembar Pengesahan Harus sudah ditandatangan semua Pembimbing/Promotor sebelum dibagikan ke penguji. Lembar Pernyataan Ditandatangan diatas materai Rp 6000,- Abstrak Dalam bahasa Indonesia Disusun berdasarkan Introduction, Method, Result, and Discussion (IMRAD), 12 font, maksimal 500 kata Diketik 1 spasi jarak antara ABSTRAK dengan teks pertama abstrak adalah 4 spasi. Jarak antara alinea satu dengan alinea lain adalah 1 spasi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 173 Abstract Dalam bahasa Inggris IMRAD, 12 font, maksimal 500 kata Diketik 1 spasi jarak antara ABSTRAK dengan teks pertama abstrak adalah 4 spasi. Jarak antara alinea satu dengan alinea lain adalah 1 spasi Dicetak miring Penomoran BAB, anak Penomoran Bab menggunakan angka Romawi kapital Bab, dan Paragraf ditengah halaman (misalnya BAB I). Penomoran sub bab menggunakan angka Arab diketik pada pinggir sebelah kiri (misalnya 2.1 dst) Penomoran anak sub bab disesuaikan dengan nomor bab (misalnya 2.1.1) Penomoran bukan sub bab dilakukan dengan angka Arab dan tanda kurung, misalnya 1), 2) dst. Untuk anak sub bab bukan sub bab adalah (1), (2), dst. Penomoran Halaman Halaman Bagian Awal: Penomoran mulai halaman judul dalam sampai Lampiran menggunakan angka Romawi kecil (misalnya I, iii, iv dst) Halaman judul dan halaman persetujuan pembimbing/Promotor tidak diberi nomor Halaman abstrak sampai Lampiran diberi nomor urut halaman dengan angka Romawi kecil yang merupakan kelanjutan dari halaman judul dan Persetujuan (iii, iv, dst) Nomor halaman diketik sebelah kanan atas, dengan jarak 3 spasi dari kalimat baris pertama, dan lurus dengan marjin kanan teks. Halaman Bagian Inti: Penomoran mulai BAB I sampai BAB V menggunakan angka Arab (1,2, 3 dst). PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 174 Pada halaman tajuk (misalnya BAB I, BAB II dst) penomoran diketik dibawah tengah dengan jarak 3 spasi dari teks terakhir, halaman selanjutnya di kanan atas dengan jarak 3 spasi dari teks baris pertama. Halaman Bagian Akhir: Mulai dari halaman Daftar Pustaka sampai dengan riwayat hidup menggunakan angka Arab (1, 2 dst) diketik pada marjin kanan atas, 3 spasi dari teks baris pertama. Penomoran dari halaman bertajuk, mulai dari DAFTAR PUSTAKA sampai dengan RIWAYAT HIDUP diketik dibawah, ditengah-tengah. Penomoran tsb merupakan kelanjutan dari Bagian Inti Tesis/Disertasi. Kode Disertasi Diketik JO6 pada cover dan halaman judul dalam. Kata Pengantar Ucapan terimakasih pertama ke Rektor, lalu Direktur Pasca Universitas, Dekan, Direktur Pasca Fakultas, Pembimbing/promotor, penguji, dstnya. Tidak pakai nomor urutan ucapan terimakasih. Daftar Isi Yang masuk Daftar Isi adalah tajuk-tajuk sesudah daftar isi, disebelah kanannya ditulis halaman. Daftar Tabel disebelah kanannya ditulis halaman. Daftar Gambar disebelah kanannya ditulis halaman. Daftar Singkatan Ditulis alphabet, dari A ke Z. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 175 Daftar Lampiran Ijin Komite Etik Penelitian Informed concent Perhitungan Statistik yang penting saja Riwayat hidup (masukkan riwayat pendidikan dan pekerjaan, karya ilmiah ditulis di majalah apa, presentasi dimana, mengikuti seminar dimana. Publikasi di majalah Nasional Terakreditasi dan atau Majalah Internasional Terindeks). Bab I Pendahuluan Tajuk (BAB I PENDAHULUAN, ditulis pakai huruf kapital, 12 font, ditengah, bold). Jarak dari tajuk ke Latar Belakang 4 spasi Tulisan 12 font, time new Roman, 2 spasi, alinea baru 5 ketukan, nomor halaman dibawah taju ditulis ditengah bawah. Halaman selanjutnya ditulis di kanan atas. Latar Belakang Penelitian: huruf kapital hanya pada awal kata, dibold. Rumusan Masalah: kalimat tanya Tujuan Penelitian: kalimat positif Kegunaan Penelitian: Aspek Teoritis, Aspek Praktis Jumlah Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian sama, misalnya ada 3 rumusan masalah, maka ada 3 tujuan penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka, Tajuk diketik ditengah, huruf kapital, bold. Kerangka Pemikiran, Nomor halaman dibawah BAB dibawah, tengah. Premis, Hipotesis Selanjutnya di kanan atas. Gambar atau tabel, ditulis Dikutip dari…atau Sumber: nama penulisnya dan nomor kepustakaan. Jumlah halaman kerangka pemikiran sesuai jumlah premis Sebelum premis, dibuat gambar/konsep kerangka berfikir, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 176 yang dimulai dengan premis mayor, dan diakhiri dengan hipotesis. Premis: minimal 2, ditulis sumbernya darimana. Hipotesis: jelaskan di deduksi atau induksi. Bab III Diakhiri dengan skema alur penelitian Objek,Bahan/Subjek dan Metode Bab IV Hasil dan Penulisan tabel dan gambar Pembahasan Judul tabel: 11 font*) Badan Tabel: 10 font*) Keterangan tabel 9 font*). *) dari Panduan Penulisan Tesis/Disertasi FK Unpad 20092010 Jarak antara kata terakhir dengan judul tabel: 3 spasi Jarak dari keterangan tabel ke awal kalimat: 3 spasi Dibawah setiap tabel harus ada kata-kata/kalimat keterangan singkat tentang tabel/gambar tsb. Setelah hasil ada uji hipotesis: ditulis ulang hipotesisnya, lalu dibawahnya ada Argumentasi Penunjang (sebutkan tabel berapa), lalu diakhiri Simpulan: hipotesis diterima atau ditolak. Pembahasan adalah membahas apa-apa yang ditemukan dalam penelitian. Setelah Pembahasan ada: Keterbatasan Penelitian. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 177 Bab V Simpulan dan Simpulan Umum dan Simpulan Khusus Saran Simpulan Umum: sesuai dengan jumlah rumusan masalah dan hipotesis. Kalau rumusan masalah ada 3, maka Tujuan penelitian ada 3, Hipotesis ada 3, Simpulan umum ada 3. Simpulan khusus: masukkan temuan lain Saran: ambil dari Kegunaan Penelitian Daftar Pustaka Sistem Vancouver. Orang ke-7 baru ditulis et al Barisan ke-2 masuk 5 ketukan Lampiran Dimulai dengan DALIL Diteruskan dengan data dasar, perhitungan statistik, persetujian komite etik, riwayat hidup penulis. Meneruskan nomor halamannya dari nomor daftar Pustaka. Halaman pada tajuk, dibawah tengah, selanjutnya di kanan atas. DALIL Hanya untuk Disertasi Dibuat 7 buah: 2 buah (biasanya No 1 dan 2) berkaitan dengan disertasinya. 2 buah (biasanya No 3 dan 4) berkaitan dengan disiplin ilmu yang digelutinya. 2 buah (biasanya No 6 dan 7) berkaitan dengan disiplin ilmu diluar yang digelutinya. 1 buah (biasanya No 5) berkaitan dengan pendidikan. Lain-lain PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 178 1. Sidang UP dihadiri Tim promotor, penguji Unpad, penguji dari luar Unpad, lama presentasi 20 menit, promovendus pakai baju lengan panjang berdasi (perempuan menyesuaikan). 2. Lama presentasi Seminar Hasil dan Ujian Naskah Disertasi (UND) 20 menit 3. Lama presentasi Sidang Terbuka (Ujian Disertasi/UD) 10 menit. Slidenya hanya 3 buah (judul, diagram konsep kerangka berpikir, Simpulan). 4. Saat Seminar Hasil: hanya dihadiri oleh tim promotor, baju bebas, sopan. Ada surat dari KPS S3 untuk mengadakan Seminar Hasil. 5. Saat UND: dihadiri Dekan dan penguji, Promovendus pakai baju lengan panjang berdasi (perempuan menyesuaikan), Penguji pakai baju batik/lengan panjang berdasi/jas dokter. Mutlak harus ada penguji dari luar Unpad dan representatif Guru Besar. Ada surat undangan UND dari KPS S3. 6. Saat UD: dihadiri Rektor (diwakili Direktur Pascasarjana Universitas), promovendus pakai jas hitam/gelap berdasi (perempuan menyesuaikan), Para penguji pakai Toga dan baret. Mutlak harus ada penguji dari luar Unpad dan representatif Guru Besar. Promovendus harus menyiapkan Ringkasan Disertasi yang akan dibagikan kepada para tamu undangan. Ada surat undangan UD dari Direktur Pascasarjana Unpad. 7. Persyaratan UND: Naskah Disertasi yang sudah disetujui tim promotor, bukti 2 hibah, bukti 2 kali presentasi di forum Nasional, bukti 2 tulisan di majalah Nasional terakreditasi. Lampiran Judul: • Judul merupakan identitas atau cermin dari keseluruhan isi dan proses kegiatan penelitian yang akan dilakukan. • Judul perlu dinyatakan dengan menggunakan kata-kata yang jelas, singkat, dan ekspresif, kalimat yang sederhana, kalau perlu dapat dibuat sub-judul. • Terdiri dari 2 variabel yang berkaitan: variabel bebas berkaitan dengan variabel terikat. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 179 • Judul akan merupakan alur yang berkesinambungan dengan Tema sentral, Rumusan Masalah, Tujuan, dan Hipotesa. • Tidak menggunakan singkatan, kecuali yang baku (Hb, tapi SJO2?). Contoh: Penentuan Jugular Bulb Oxygen Saturation (SJO 2) sebagai indikator utama proteksi otak pada teknik anestesi untuk cedera Otak. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian • Pertama kali tentukan masalahnya. • Tidak semua masalah kesehatan dapat dikembangkan menjadi penelitian. • Syarat masalah dapat diangkat jadi penelitian: kemampulaksanaan, menarik, memberikan sesuatu yang baru, etis, serta relevan FINER (Feasible, Interesting, Novel, Ethical, Relevant) Feasible • Tersedia subjek penelitian • Tersedia dana • Tersedia waktu • Tersedia alat • Tersedia keahlian Interesting, Novel, Ethical, Relevant • Interesting: Masalah hendaknya menarik bagi peneliti. • Novel: membantah atau mengkonfirmasi penelitian terdahulu, melengkapimengembangkan hasil penelitian terdahulu, menemukan sesuatu yang baruorisinalitas. • Ethical: tidak bertentangan dengan etikaharus ada persetujuan Komisi Etika Medis • Relevant: dg kemajuan ilmu, untuk tata- laksana pasien, dasar penelitian selanjutnya PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 180 Sumber masalah penelitian • Studi kepustakaan • Hasil konferensi, seminar, simposium, lokakarya. • Pengalaman dalam praktek sehari-hari. • Pendapat pakar yang masih spekulatif. • Sumber non-ilmiah. • Apapun sumbernya masalah akan ada kalau banyak membaca. Apakah masalah layak dan sesuai untuk diteliti ? • FINER • Pertimbangan dari arah masalahnya: apakah akan memberi sumbangan pada pengembangan teori dan pemecahan masalah praktis. • Pertimbangan dari arah Peneliti: biaya, waktu, alat dan perlengkapan, kemampuan teoritis, penguasaan metode yang diperlukan. Komponen yang harus nampak dalam Latar Belakang • Ada fenomena masalah • Implikasi masalah tersebut terhadap berbagai aspek • Pendekatan umum yang akan digunakan dalam meneliti masalah. • Kegunaan umum dari masalah yang akan diteliti. • Masalahalasan alternatif pemecahan masalah. • Latar belakang situasional • Latar belakang kondisional • Apa tantangannya jadi apa kepentingannya, untuk apa, apa dampak positifnya, dan ditekan dampak negatifnya. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 181 Di akhir latar belakang buat Tema Sentral Masalah yang terdiri dari latar belakang situasi, latar belakang kondisi, dan tantangannya. Sebelumnya dapat dibuat kalimat pembukanya: Contoh kalimat pembuka: 1) Dari uraian diatas dapat diperoleh latar belakang situasional, kondisional, dan tantangannya mengenai masalah anestesi pada cedera kepala sehingga dapat dirumuskan tema sentral penelitian ini sebagai berikut:…… 2) Dari latar belakang situasi, kondisi, dan tantangannya dapat dibuat tema sentral masalah sebagai berikut :…….. Contoh Tema Sentral Masalah: Pada seksio sesarea yang dilakukan dengan anestesi umum atau anestesi regional, setelah bayi lahir umumnya diberikan oksitosin infus 10-20 U yang dilarutkan dalam 500 ml kristaloid. Ada teknik lain pemberian oksitosin yaitu diberikan secara bolus intravena dengan dosis 5 U. Karena efek oksitosin adalah menyebabkan hipotensi, takikardi atau bradikardi, dan kontraksi uterus maka hal ini mendorong dilakukannya penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh oksitosin bolus intravena dibandingkan dengan oksitosin infus terhadap tekanan darah, laju nadi, dan kontraksi uterus. 1.2 Rumusan Masalah Ambil dari tantangan Tema Sentral Masalah. Syaratnya: dikemukakan dalam kalimat tanya, substansi harus khas, bila terdapat beberapa pertanyaan maka harus dipisah. Dimulai dengan kalimat pembuka. 1) berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tersebut diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 2) Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan dan diidentifikasikan masalah yang timbul yang patut diteliti, yaitu: PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 182 Contoh Rumusan Masalah • Apakah pentotal dapat menurunkan metabolisme otak? • Apakah obat A menurunkan curah jantung? Tidak disebutkan sbb: 1) Apakah pentotal mempunyai efek perlindungan otak? 2) Apakah obat A mempengaruhi fungsi ventrikel kiri? 1.3 Tujuan Penelitian • Kalimat positif, merupakan kebalikan dari kalimat tanya pada Rumusan Masalah. • Didahului kata pembuka, misalnya: Mengacu pada Rumusan Masalah, tujuan penelitian ini adalah:……. • Tujuan Penelitian merupakan kalimat positif dari Rumusan Masalah, jadi kalau Rumusan Masalah ada 2, maka Tujuan Penelitian pun ada 2, dan hipotesis pun ada 2. 1.4 Kegunaan Penelitian • Diuraikan manfaat apa yang diharapkan diperoleh dari penelitian yang dilakukan nanti. • Biasanya disebutkan manfaat dalam bidang akademik atau ilmiah, pelayanan masyarakat serta pengembangan penelitian itu sendiri • Jadi ada kegunaan Ilmiah dan Kegunaan Praktis. BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, Premis dan Hipotesis Tinjauan Pustaka Hanya memuat teori yang relevan terhadap topik penelitian ini, memuat hal-hal yang baru dengan kepustakaan 10 tahun terakhir. BAB II boleh mencantumkan gambar, tabel, dan grafik hasil tulisan orang lain. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 183 Kerangka Pemikiran • Mencari teori, konsep yang dijadikan landasan teoritis penelitia, sehingga diperlukan penelaahan kepustakaan. • Sumber kepustakaan: sumber acuan umum (buku), sumber acuan khusus (jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, laporan penelitian lain) • Prinsipnya harus mutakhir dan relevan. • Dari Premis diuraikan lebih luas menjadi bagian dari Kerangka Pemikiran. • Tidak semua penelitian perlu hipotesis (penelitian deskriftif). • Penelitian analitik: perlu hipotesis, karena mencari hubungan antar variabel. Premis Syarat Premis yang baik: • Diakhir Kerangka Pemikiran dibuat premis. • Premis-premis dideduksi menjadi hipotesis • Diambil dari ilmu yang telah diuji kebenarannya. • Satu kalimat positif, harus efisien, jangan bertele-tele. • Jumlahnya paling banyak 3 baris • Dicantumkan sumbernya Hipotesis • Adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. • Dibuat secara induksi atau deduksi dari premis. • Premis merupakan pernyataan yang benar yang diambil dari buku, jurnal. • Pada deduksi ada premis mayor, premis minor dan simpulan (hipotesis) Syarat hipotesis yang baik • Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana. • Mempunyai landasan teori yang kuat (ingat Hipotesis dibuat berdasarkan premis) • Menyatakan hubungan antara variabel tergantung dengan satu atau lebih variabel bebas PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 184 • Memungkinkan diuji secara empirik • Rumusan harus khas dan menggambarkan variabel yang diukur • Dikemukakan apriori: dikemukakan sebelum penelitian dimulai Contoh hipotesis • Dipakai kalimat pembuka: dari premis-premis tadi dapat dideduksi hipotesis sebagai berikut: • Hipotesis: Obat A menurunkan tekanan sistolik lebih besar daripada Obat B. Contoh deduksi Contoh 1: dari buku Filsafat Ilmu Jujun Suriasumantri • Premis mayor: Semua mahluk mempunyai mata • Premis minor: • Kesimpulan (Hipotesis): Si Polan mempunyai mata Si Polan adalah seorang mahluk Contoh 2: dari Kuliah Filsafat Ilmu Pascasarjana FK Unpad Prof. Taufik B Premis 1 : Eighty seven % of the etiologi of meningoencephalitis due to severe mastoiditis p.aeruginosa. 5,7,9 Premis 2 : Sensitivity test : p.aeruginosa is sensitive to kedacillin. 6 Premis 3 : To cure a meningoencephalitis, an antibiotic must has an ability to penetrate blood brain barrier.10,11 Premis 4 : Penicillin and its derivates can penetrate the bloodbrain barrier.6 Premis 5 : Kedacillin is a derivate of penicillin.5,6 Hipotesis Kedacillin can be used as a prophylactic antibiotic for meningoencephalitis due to severe mastoiditis (Premis no 1-5) Contoh 3: dari Tesis Dewi Yulianti B. Pembimbing: A. Himendra, Ike Sri Redjeki. Premis PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 185 Dari pernyataan beberapa penelitian tersebut di atas dapat diambil beberapa premis sebagai berikut: Premis 1 : Efek samping pemberian oksitosin bolus adalah hipotensi, takikardi atau bradikardi, aritmia.1,4,5,29,30 Premis 2 : Efek oksitosin terhadap besarnya penurunan tekanan darah dan naiknya denyut jantung bergantung pada kecepatan pemberian dan besarnya dosis.1,4,7 Premis 3 : Oksitosin mempunyai efek kronotropik dan inotropik negatif. 5 Premis 4 : Pada manusia pemberian oksitosin dalam menimbulkan efek bifasik yang bergantung pada besarnya dosis, yang menimbulkan hipotensi dan bradikardi. 5 Hipotesis Dari premis-premis tersebut di atas dapat dideduksi hipotesis-hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 1: Oksitosin bolus intravena lebih besar menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan oksitosin infus (Premis no 1-4) Hipotesis 2: Oksitosin bolus intravena lebih besar menurunkan laju nadi dibandingkan dengan oksitosin infus (Premis no 1-4) Untuk membuat 1 hipotesis: 1) harus diambil minimal 2 premis (premis mayor dan premis minor). 2) Kata-kata dalam hipotesis harus ada dalam premis. Lihat contoh no1 Premis mayor: Semua mahluk mempunyai mata Premis minor: Si Polan adalah seorang mahluk Kesimpulan (Hipotesis): Si Polan mempunyai mata Hipotesisnya adalah si Polan mempunyai mata. Kata ”si Polan” ada di premis minor, sedangkan kata “mata” ada di premis mayor. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 186 BAB III Subjek dan Metode Penelitian 3.1 Subjek Penelitian Pemilihan Subjek : kriteria inklusi, kriteria eksklusi, kriteria pengeluaran Penentuan Besar Sampel 3.2 Metode Penelitian Tipe dan Rancangan Penelitian Definisi Konsepsional dan Operasional variabel Definisi Konsepsional: Variabel bebas, terikat, perancu Definisi Operasional: Analisis Data Tata Cara Kerja Penelitian Pemilihan Obat dan Alat Tata cara Kerja Tempat dan Lama Penelitian Penelitian dimulai setelah ada izin dari Komite Etik Penelitian, maka jangan sampai ditulis mulainya penelitian lebih awal dari tanggal terbit surat izin Komite Etik Penelitian. Tempat penelitian dicantumkan dengan alamat lengkap, contoh: Kamar bedah RS. Dr. Hasan Sadikin, Jln. Pasteur 38 Bandung. Aspek Etik Kriteria Inklusi • Merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian. • Umumnya mencakup karakteristik klinis (misal ASA-I), demografis, geografis dan periode waktu. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 187 • Yang sering dipakai diagnosis, jenis kelamin, kelompok umur, pasien yang datang dalam periode waktu tertentu. Kriteria Eksklusi • Keadaan yang menyebabkan subjek yang sudah memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. • Kontraindikasi, terdapatnya penyakit lain yang mempengaruhi variabel yang diteliti, kepatuhan pasien, pasien menolak diteliti, masalah etik. Kriteria Pengeluaran • Sample sudah masuk inklusi kriteria, sudah dirandom, tapi karena sesuatu hal tidak diikutkan dalam penelitian. • Dalam perhitungan statistik harus diikutkan. Besar sampel Bila ada 3 perlakuan: t ( r-1 ) > 6 3 ( r-1) > 6 3r–3 >6 3r >9 r >3 Gomes & Gomes : Principles and Procedure of Statistik. Bila 5 perlakuan (4 perlakuan + 1 kontrol) t ( r-1 ) > 6 5(r-1) >6 5r-5 >6 5r=5+6 5r=11 r=11/5=2,2 dibulatkan jadi 3 pasien per kelompok. Gomes & Gomes : Principles and Procedure of Statistik. Rumus Ferderer : (n-1)(t-1) 15 PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 188 Misalnya ada 2 perlakuan, maka (n-1)(2-1) 15 (n-1)(1) 15 n-1 15 n 16, jadi masing-masing kelompok perlu 16 pasien. Gomes & Gomes da Ferderer jarang digunakan di penelitian klinis. Rule of thumb: setiap variabel 10 sampel Menggunakan rumus berdasarkan penelitian sebelumnya (cara ini yang paling sering dipakai untuk ilmu kedokteran/kesehatan) dll Desain: Hal penting sebelum menentukan jenis desain • Sejak pertama peneliti harus menentukan apakah akan melakukan penelitian intervensi/eksperimental atau hanya observasional. • Bila memilih observasi tentukan apakah hanya pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan follow up (studi longitudinal). • Apakah retrospektif atau prospektif. • Harus diingat jenis penelitian yang satu tidak lebih unggul dari yang lain. Jenis penelitian dipilih berdasarkan tujuan penelitian. • Penelitian Observasional: Laporan Kasus, Serial Kasus, Studi Cross sectional, Studi Kasus kontrol, Studi Kohort • Penelitian Intervensional/eksperimental: Uji Klinis, Intervensi: Pendidikan, perilaku, kesehatan masyarakat. • Desain penelitian harus dikemukakan dalam satu kalimat. Contoh cara membuat kalimat desain penelitian: 1) Penelitian eksperimental dengan RCT untuk mengetahui manfaat penambahan obat X pada anestesi cedera ekstremitas. 2) Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menentukan prevalens miokarditis pada pasien demam tipoid PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 189 Definisi konsepsional variabel • Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi. • Variabel bebas (prediktor, kausa) • Variabel tergantung (outcome, efek) • Variabel perancu (confounding variable) Contoh: Penelitian yang membandingkan pengaruh obat anestesi A dan B terhadap tekanan darah. Variabel bebas: obat Anestesi A dan B Variabel tergantung: tekanan darah Variabel perancu: faktor lain yang akan menurunkan tekanan darah bila diberi obat A atau B, misalnya hipovolemia, payah jantung. Jadi pasien harus normovolemia, tidak payah jantung. Definisi operasional • Supaya tidak ada makna ganda dari semua istilah yang digunakan. • Disusun dalam 1 kalimat. • Dimulai dengan yang ada di variabel terikat, lalu variabel efek, dan diakhiri dengan variable perancu. Contoh definisi operasional: • Cedera kepala berat adalah cedera kepala yang pada pemeriksaan klinis menunjukkan nilai GCS < 8. • Hipotensi adalah tekanan darah sistolik < 90 mmHg • Cerebral iskemia adalah bila SJO2< 50% Daftar Pustaka PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 190 • Perhatikan cara penulisan kepustakaan yang diminta. Penulisan titik, titik koma, titik dua harus diperhatikan. • Chesnut R, Temkin N, Carney N, Dikmen S, Rondina C, Videtta W, et al. A trial of intracranial pressure monitoring in traumatic brain injury. N Engl J Med 2012,367:2471-81. • Stocchetti N, Maas AIR. Traumatic intracranial hypertension. N Eng J Med 2014;370:2121-30 • Bisri T. Penanganan Neuroanestesi dan Critical Care: Cedera Otak Traumatik. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2012,19-36 • Prinsip: mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi internasional, contoh dari Br. J Anaesth atau Anest Analg. 12.6Sistematika dan Format Penulisan Laporan Penelitian Di Jurnal Ilmiah Penulisan laporan penelitian atau laporan kasus atau studi kepustakaan pada jurnah ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang biasanya terdapat pada semua jurnal ilmiah. Disini akan disampaikan salah satu contoh penulisan laporan penelitian apabila akan dipublikasikan di Jurnal Neuroanestesi Indonesia, satu jurnal yang diterbitkan oleh Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care (INASNACC). Tulisan terdiri dari Judul, nama penulis, Institusi, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Subjek dan Metode, Hasil, Pembahasan, Simpulan dan Daftar Pustaka. Struktur penulisanna adalah IMRAD, Vancouver style. Judul: ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 12 kata Nama penulis dana istitusi tempat penulis bekerja Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 200–250 kata dengan kata kunci. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 191 Contoh Judul, nama penulis, institusi, dan abstrak: Perbandingan Osmolaritas Plasma Setelah Pemberian NaCl–RL (3:1) dengan Ringerfundin pada Pasien Kraniotomi Tumor Otak Fardian Martinus, Iwan Fuadi, Tatang Bisri Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin–Bandung Abstrak Latar Belakang dan Tujuan: Penatalaksanaan cairan intraoperatif pada pasien kraniotomi tumor otak ditujukan untuk optimalisasi volume intravaskuler, memperbaiki aliran darah serebral, dan meminimalisasi edema serebral. Kristaloid merupakan cairan dasar yang digunakan pada periode perioperatif bedah saraf. Salah satu cairan kristaloid yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, namun apabila diberikan dalam jumlah banyak berpotensi menyebabkan asidosis hiperkloremi sehingga untuk mengatasinya dikombinasikan dengan cairan Ringer Laktat. Ringerfundin merupakan cairan kristaloid balans yang mengandung komposisi elektrolit yang hampir “ideal”, akan tetapi penggunaannya dalam kasus bedah saraf masih belum banyak. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah membandingkan pemberian 1 liter cairan kombinasi NaCl 0,9%: RL perbandingan 3:1 dengan 1 liter cairan Ringerfundin pada dua kelompok pasien kraniotomi tumor otak untuk melihat perubahan pada perhitungan osmolaritas plasma, kadar natrium dan kadar klorida. Subjek dan Metode: Penelitian ini dilakukan pada 36 pasien yang menjalani kraniotomi tumor otak, dibagi menjadi kelompok NaCl 0,9%: RL (3:1) dan kelompok Ringerfundin. Dilakukan pemeriksaan natrium, klorida, blood urea nitrogen (BUN), dan glukosa darah pada awal sebelum pemberian cairan dan setelah pemberian cairan sebanyak 1 liter. Data penelitian dianalisis dengan uji t, tingkat kepercayaan 95% dengan nilai p <0,05 dianggap bermakna. Hasil: Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perhitungan osmolaritas plasma kedua kelompok 291,42 vs 290,21 dan peningkatan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 192 kadar natrium kedua kelompok 141,27 vs 141,05 setelah pemberian cairan, kedua parameter itu diuji menghasilkan p>0,05. Sedangkan pada peningkatan klorida setelah pemberian cairan terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok NaCl 0,9%: RL daripada kelompok Ringerfundin 106,33 vs 104,39, dari hasil uji statistik perbedaan ini dinilai bermakna p<0,05. Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah Ringerfundin sebagai cairan alternatif dari NaCl 0,9%: RL tidak menyebabkan perubahan osmolaritas, peningkatan kadar natrium dan kadar klorida plasma. Kata Kunci: Ringerfundin, osmolaritas, natrium, klorida, kraniotomi, tumor otak The Comparison of Plasma Osmolarity after Administration of NaCl–RL (3:1) with Ringerfundin in Craniotomy Brain Tumor Patient Abstract Background and Objective:Intraoperative fluid management in brain tumor craniotomy is to optimize intravascular volume, improve cerebral blood flow, and minimize cerebral edema. Crystalloid as a basic fluid used in perioperative neurosurgery period. One of most used crystalloid is NaCl 0,9%, although if given in large doses is potential to cause hyperchloremia acidosis, in order to prevent it is combined with Ringer Lactat. Ringerfundin is a balanced crystalloid solution which containing electrolyte composition almost “ideal”, but it is not commonly used in neurosurgery. Therefore, the goal of this study is to compare administration of 1 liter of combination of NaCl 0,9%: RL in 3:1 ratio with 1 liter Ringerfundin in patients undergo brain tumor craniotomy to observe differences in calculated plasma osmolarity, sodium and chloride in those groups. Subject and Method:This study involving 36 patients who undergo brain tumor craniotomy, divided into NaCl 0,9%:RL (3:1) group and Ringerfundin group. Sodium, chloride, blood urea nitrogen (BUN) and blood glucose examination was conducted in the beginning before fluid administration and after 1 liter fluid adminsitration. Experiment data is analyzed with t test, 95% confidential rate, with score p<0,05 is considered significant. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 193 Result:Statistical analysis showed there were no significant differences after fluid administration in calculated plasma osmolarity between those groups 291,42 vs 290,21 and no inreased in plasma sodium between those groups 141,27 vs 141,05, p>0,05. While increased in plasma chloride after fluid administration showed a significant difference in NaCl 0,9%:RL group compared to Ringerfundin group 106,33 vs 104,39, p<0,05. Conclusion: The conclusion of this study is Ringerfundin as alternative fluid from NaCl 0,9%:RL does not causing change in plasma osmolarity or increase in plasma sodium and chloride. Keywords: Ringerfundin, NaCl 0,9%, RL, osmolarity, brain tumor, craniotomy 12.7Sistematika dan Format Penulisan Laporan Kasus Di Jurnal Ilmiah Penulisan laporan penelitian atau laporan kasus atau studi kepustakaan pada jurnah ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang biasanya terdapat pada semua jurnal ilmiah. Disini akan disampaikan salah satu contoh penulisan laporan kasus apabila akan dipublikasikan di Jurnal Neuroanestesi Indonesia, satu jurnal yang diterbitkan oleh Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care (INASNACC). Tulisan terdiri dari Judul, nama penulis, Institusi, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Kasus, Pembahasan, Simpulan dan Daftar Pustaka. Cara penulisannya adalah Vancouver style. Judul: ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 12 kata Nama penulis dana istitusi tempat penulis bekerja Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 200-250 kata dengan kata kunci. . Contoh Judul, nama penulis, institusi, dan abstrak: PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 194 Manajemen Anestesi untuk Evakuasi Hematoma yang disebabkan oleh Perdarahan Intraserebral dalam Kehamilan 22-24 Minggu Ahmado Okatria, Yulianti Bisri Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RS Dr. Hasan Sadikin-Bandung Abstrak Sekitar 50% dari semua kematian karena trauma berhubungan dengan cedera kepala. Dalam sebuah tinjauan terbaru, kematian yang disebabkan trauma pada ibu hamil karena cedera langsung pada kepala dengan angka kejadian sekitar 10%. Pertimbangan Anestesi untuk pembedahan selama kehamilan mencakup kepedulian terhadap keselamatan dua orang pasien yaitu ibu dan janin. Perubahan anatomi dan fisiologi ibu yang disebabkan kehamilan memiliki dampak klinis dan resiko tinggi bagi ibu dan janin yang menjalani tindakan anestesi. Wanita berusia 22 tahun yang tengah hamil 22 minggu (G1P0A0) tertabrak mobil saat mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien menderita cedera kepala disertai penurunan kesadaran. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 9 (E2M5V2), tekanan darah 120/80 mmHg, denyut jantung 92x/menit, respirasi 22–24x/menit dan saturasi oksigen 99% dengan sungkup muka non-rebreathing (SMNR) 8 Lpm. Kraniotomi evakuasi segera dilakukan dalam anestesi umum, induksi anestesi dengan menggunakan isofluran 2 vol%, lidokain 75 mg, fentanil 100 mcg, propofol 80 mg, vecuronium 5 mg dan O 2: udara 50:50. Denyut jantung janin diperiksa setiap jam dengan hasil sekitar 120130x/menit Pada prinsipnya manajemen pasien pada kondisi hamil dan tidak hamil tidak berbeda. Pada kehamilan, janin dapat mengalami cedera langsung atau cedera tidak langsung yang disebabkan karena pengaruh obat-obatan (inotropik, manitol, furosemid), hipoksemia atau tindakan yang dilakukan terhadap ibu (hiperventilasi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 195 untuk mengontrol tekanan intrakranial). Seksio sesarea tidak dilakukan kecuali untuk alasan obstetri. Kata kunci: anestesi, perdarahan intraserebral, kehamilan Anesthesia Management for Evacuation Hematoma caused by Intracranial Hemorrhagic with Gestational at 22-24 Weeks Abstract Approximately 50% of all trauma deaths are associated with head injury. In a recent review of pregnant trauma deaths approximately 10% of maternal trauma deaths were directly due to head injury. Anesthetic considerations for surgery during pregnancy include concern for the safety of two patients, the mother and fetus. Alterations in maternal anatomy and physiology induced by pregnancy have clinical anesthetic implications and present potential hazards for the mother and fetus undergoing anesthesia. A 22 years old female with 22 weeks of pregnancy (G1P0A0) hit by a car while riding a motorcycle without using helmet 4 hours before admission. She got a traumatic head injury and lost her consciousness. The physical examination with GCS 9 (E2M5V2), blood pressure 120/80 mmHg, heart rate 92 bpm, respiration rate 2224x/minute and SpO2 99% with SMNR 8 lpm. Emergency craniotomy surgery was held with general anesthesia by using isoflurane 2 vol%, lidocaine 75 mg, fentanyl 100 mcg, propofol 80 mg, vecuronium 5 mg with O 2: air 50:50. The fetal heart sound was checked every hour and the result was about 120-130 bpm The management of most surgical conditions should be the same in pregnant and non-pregnant patients. In addition, the fetus may have suffered direct injury itself or be stressed by any concomitant hypotension, hypoxemia or maternal therapeutic drugs or maneuvers (e.g. inotropes, mannitol, furosemide, hyperventilation for control of intracranial pressure). Caesarean delivery is not performed except only for obstetric reasons. Key words: anesthesia, intracerebral hemorrhagic, pregnancy PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 196 12.8Sistematika dan Format PenulisanTinjauan Pustaka/Studi Literatur Di Jurnal Ilmiah Penulisan laporan penelitian atau laporan kasus atau studi kepustakaan pada jurnah ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang biasanya terdapat pada semua jurnal ilmiah. Disini akan disampaikan salah satu contoh penulisan laporan kasus apabila akan dipublikasikan di Jurnal Neuroanestesi Indonesia, satu jurnal yang diterbitkan oleh Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care (INASNACC). Tulisan terdiri dari Judul, nama penulis, Institusi, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Isi, Simpulan dan Daftar Pustaka. Cara penulisannya adalah Vancouver style. Judul: ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 12 kata Nama penulis dana istitusi tempat penulis bekerja Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebanyak 200-250 kata dengan kata kunci. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 197 Contoh Judul, nama penulis, institusi, dan abstrak: Pencegahan dan Pengobatan Disfungsi Kognitif setelah Cedera Otak Traumatik Dewi Yulianti Bisri, Tatang Bisri Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RS. Hasan Sadikin–Bandung Abstrak Kognisi adalah proses untuk mengetahui atau berpikir, termasuk memilih, mengerti, mengingat, dan menggunakan informasi. Gangguan kognitif adalah gangguan dalam hal melakukan perhatian dan konsentrasi, proses dan mengerti informasi, ingatan, komunikasi, perencanaan, organisasi, pemikiran, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, mengendalikan rangsangan dan hasrat. Lebih dari 50.000 orang meninggal setiap tahun akibat cedera otak traumatik (COT) dan 70.000–90.000 mengalami kecatatan permanen di USA. Walaupun pasien dengan COT sedang, secara fisik mengalami pemulihan penuh, tapi sering mengalami perubahan tingkah laku jangka lama yang akan mempengaruhi pekerjaan, cara hidup, dan keluarganya. Manisfestasi kognitif yang paling banyak terlihat adalah hilangnya ingatan, menurunnya kecepatan menerima informasi, dan kekakuan kognitif. Manifestasi tingkah laku yang sering terlihat adalah agitasi, tidak bisa mengendalikan emosi, dan emosi yang labil. Setelah COT yang lebih berat, gangguan kognitif merupakan masalah yang paling umum dan memberikan kontribusi khas lebih daripada gangguan fisik. Luasnya defisit kognitif ditunjukkan oleh 1) beratnya diffuse axonal injury (DAI) yang ditunjukkan dengan lamanya posttraumatic amnesia (PTA), luasnya atropi umum, dan 2) lokasi, dalamnya, dan volume lesi serebral fokal. Faktor lain adalah umur pasien, penyakit sertaan, kejadian cedera sistemik atau cedera ekstrakranial yang nyata (misalnya hipoksia dan hipotensi). Terapi difokuskan pada rehabilitasi neurokognisi. Tindakan ini termasuk strategi farmakologik untuk memperbesar rehabilitasi dan pemulihan fungsional.Sampai saat ini tidak ada terapi untuk cedera otak primer dan terapi yang dilakukan adalah mengurangi cedera sekunder yang dipicu oleh cedera primer. Jadi secara umum tetap menggunakan ABCDE neuroanestesi/neuroresusitasi dan secara khusus dengan pemberian infus lidokain, natrium laktat hipertonik, obat kholinergic, catecholaminergic, tricyclic antidepressants. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 198 Kata kunci: Cedera otak traumatik, disfungsi kognitif Prevention and Management of Cognitive Dysfunction after Traumatic Brain Injury Abstract Cognition is the act of knowing or thinking. It includes the ability to choose, understand, remember and use information. Cognition includes attention and concentration, processing and understanding information, memory, communication, planning, organizing, and assembling, reasoning, problem-solving, decision-making, and judgment, controlling impulses and desires and being patient. More than 50,000 people die from traumatic brain injury (TBI) each year and another 70,000– 90,000 are permanently disabled in USA. Even individuals with moderate head injuries who appear to physically recover fully, often have long lasting behavioural sequelae, which in turn affect the individual‟s occupation, lifestyle and family members. The most frequently observed cognitive manifestations include memory loss, decreased rates of information processing, and cognitive rigidity. The most common behavioral manifestations are lack of impulse control, increased agitation, and mood lability. After more severe injuries, disturbed cognition is more to persisting disability than physical impairment. The extent of cognitive deficit after TBI reflects a number of factors 1) the severity of diffuse axonal injury, as indicated by the length of posttraumatic amnesia (PTA), the extent of generalized atrophy; and 2) the location, depth, and volume of focal cerebral lesions. Other critical factors include the patient‟s age, preexisting morbidities, and the occurrence of significant extracranial or systemic injury (e.g., hypoxia or hypotension). Focus of therapy is to neurocognition rehabilitation. This measure include pharmacologic strategies to augment rehabilitation and functional recovery. Until now there are not therapy for primary brain injury but therapy is to reduce secondary brain injury. And so commonly with ABCDE neuroanesthesia/neuroresuscitation, and specifically with lidocaine infusion, sodium lactate hyperosmoler, cholinergic, catecholaminergic, and tricyclic antidepressants. Key word: cognitive dysfunction, traumatic brain injury PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 199 BAB 13 BIMBINGAN AKADEMIK DAN KONSELING Untuk membantu kelancaran belajar peserta didik, program studi menetapkan Dosen wali yang akan membimbing pesserta didik dalam kegiatan akademik maupun non akademik agar mampu mengatasi masalah yang dihadapi selama menempuh pendidikan, serta dapat mengembangkan kemampuan dan pemahaman diri dalam upaya menyelesaikan pendidikannya. Jumlah peserta didik yang dibimbing oleh dosen wali disesuaikan dengan kemampuan program studi. Ketentuan dan tugas dosen wali adalah sebagai berikut: 1. Setiap tenaga pendidik dapat menjadi dosen wali yang membimbing peserta didik. 2. Dosen wali wajib tetap berhubungan dengan peserta didik secara periodik untuk memantau perkembangan pendidikannya, sekurang-kurangnya pada awal, pertengahan, dan akhir semester. 3. Mengawasi perkembangan pendidikan peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Mengawasi lama pendidikan, rotasi,m serta tugas ilmiah yang dilakukan oleh peserta didiknya. 5. Mengawasi jumlah kasus serta variasi kasus yang ditangani peserta didiknya. 6. Mengawasi kemajuan usulan penelitian dan Tesis peserta didiknya. 7. Dosen wali berhak melaporkan kepada Tim Pendidikan/KPS apabila peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya mengalami hambatan dalam pendidikan. 8. Dosen wali berhak untuk mengusulkan pergantian pembimbing UP/Tesis apabila dirasakan hambatan dari pembimbing dalam proses pembuatan UP/Tesis peserta didiknya. 9. Memperingatkan peserta didik bila terdapat masalah pendidikan dan melaporkannya kepada KPS untuk segera ditindaklanjuti. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 200 10. Melakukan pemantauan dan bimbingan kepada peserta didik yang bermasalah. 11. Peserta didik dapat mendatangi dosen wali atas keinginan sendiri atau berdasarkan jadwal yang telah ditentukan dosen wali. 12. Secara ringkas tugas dosen wali adalah melakukan pemantauan terhadap kemajuan peserta didik yang dibimbingnya dan memberikan bantuan serta arahan yang diperlukan untuk kelancaran pendidikan peserta didik yang dibimbingnya. 13. Sampai batas-batas tertentu kesulitan pribadi dapat ditampung Dosen wali, tetapi bila tidak dapat diselesaikan, disarankan untuk dirujuk ke dosen konselor atau kepada tenaga profesional (psikolog, psikiater, ulama, dan sebagainya). 14. Dalam hal dosen wali tidak dapat menjalankan tugasnya dalam jangka waktu lama, KPS wajib menunjuk penggantinya. 15. Dosen wali wajib memiliki, mengisi, dan menyimpan Buku Bimbingan dan Konseling, baik untuk kepentingan bimbingan akademik maupun bimbingan pribadi bila diperlukan. Tugas Peserta didik dalam perwalian adalah sebagai berikut: 1. Melaporkan kemajuan pendidikannya kepada Dosen wali dengan membawa buku kemajuan dan logbook pasien yang sudah diisi lengkap sesuai dengan semesternya sekurang-kurangnya pada awal, pertengahan, dan akhir semester. 2. Melaksanakan arahan dosen wali berkaitan dengan kelancaran pendidikannya. 3. Bersifat terbuka kepada dosen wali terhadap kemajuan dan masalah atau hambatan yang ditemukan selama pendidikan. 4. Bersedia untuk dirujuk kepada dosen konselor khusus atau kepada tenaga profesional (psikolog, psikiater, ulama, dan sebagainya) bila dosen wali tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta didik. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 201 ALUR PELAKSANAAN BIMBINGAN AKADEMIS Peserta Didik Dosen Wali KPS ALUR PELAKSANAAN KONSELING Peserta Didik Dosen Wali KPS Tim Konseling* Keterangan : * Tim yang sudah ditunjuk sesuai dengan Surat Tugas yang ada PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 202 BAB 14 STASE PESERTA DIDIK DARI PROGRAM STUDI LAIN 1. Lama stase: 4-8 minggu 2. Objektif: Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu menangani gawat nafas dan sirkulasi serta memahami problem anestesi sehubungan dengan penderita yang akan dilakukan pembedahan/tindakan lain. Tujuan Instruksional Khusus (TIK): 1. Mampu mengenal keadaan gawat napas dan sirkulasi. 2. Mampu melakukan resusitasi jantung-paru-otak. 3. Memahami problem anestesi pada pembedahan/tindakan di bagian yang bersangkutan. 3. Pokok Bahasan: a. Resusitasi jantung-paru-otak. b. Hubungan ahli bedah dan anestesi. c. Persiapan pasien yang mengalami pembedahan dan perawatan pascabedah. d. Intubasi endotracheal. e. Problem anestesi pada pembedahan di bagian yang bersangkutan. 4. Metode: a. Tutorial b. Praktek di Skill Lab - Mengenal gangguan nafas dan pengelolaannya - Intubasi endotrakheal - Suntikan/infus intravena - Melakukan anestesi lengkap c. Journal reading atau laporan kasus PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 203 d. Mengikuti semua kegiatan/acara ilmiah yang diselenggarakan di Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. 5. Bahan: Emergency Medicine/Resusitasi kardiopulmonal (AHA 2015) 6. Tempat Pendidikan: Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 7. Buku Pegangan: Cardiopulmonary Cerebral Rescucitation (AHA 2015). 8. Peserta didik yang melakukan stase di Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif: a. Bedah Mulut, b. THT. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 204 BAB 15 SARANA DAN PRASARANA Untuk mewujudkan pendidikan yang unggul dan berdaya saing, Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif menyediakan dukungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pendidikan. Dukungan sarana dan prasarana pendidikan juga diberikan oleh pihak Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. Fasilitas pendidikan yang tersedia saat ini meliputi: 1. Prasarana di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif - Ruang Kuliah - Ruang Sekretariat - Ruang Pertemuan 1 - Ruang Pertemuan 2 - Ruang Pertemuan 3 - Ruang Skill LabPediatrik - Ruang Skill LabDewasa - Ruang Jaga Konsulen - Ruang Jaga Residen - Ruang Dokter Muda Semua ruangan diatas dilengkapi dengan sarana yang lengkap. 2. Ruang Operasi Ruang Operasi terletak di gedung Instalasi Bedah Sentral lantai 3 terdiri atas 3 ruang operasi emergency dan 9 ruang operasi elektif. Lantai 4 terdiri atas 5 ruang operasi elektif, 2 ruang operasi One Day Surgery, 3 ruang tindakan Endoscopy dan 2 ruang tindakan sedasi yang digunakan untuk tindakan intratekal dan ovum pick up. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 205 3. Ruang Post Anesthesia Care Unit terletak di gedung Instalasi Bedah Sentral lantai 3 dan 4. 4. Ruang Resusitasi, terletak di lantai 1 ruang Intalasi Gawat Darurat. 5. Ruang Intensive Care Unit terletak di gedung Instalasi Bedah Sentral lantai 2. 6. Ruang High Care Unit terletak di gedung kemuning lantai 1 7. Ruang Poliklinik Anestesi terletak di gedung instalasi rawat jalan lantai 1 dan 1 poliklinik spesialis di gedung Anggrek 8. Ruang Cath Lab terletak di gedung parahyangan lantai 2 dan gedung Cardiac Centre lantai 6 9. Ruang Brakhiterapi terletak di gedung radiologi intervensi atau radioterapi 10. Ruang CT Scan terletak di departemen Radiologi lantai 1 11. Ruang bersalin Obgyn terletak di gedung instalasi gawat darurat lantai 2 12. Ruang Spect/CT terletak di gedung Departemen Ilmu Kedokteran Nuklir dan Pencitraan Molekuler lantai 1 dan gedung Cardiac Centre lantai basement. 13.Ruang Perpustakaan. Ruang perpustakaan terdapatdi Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Rumah Sakit, dan di Fakultas Kedokteran Unpad (Gedung Eijkman lantai 6), yang didukung oleh: a. Perangkat komputer b. Video pendidikan c. Konektifitas Wi-Fi d. Layanan E-Jurnal atau digital library Fakultas Kedokteran dapat diakses 24 jammelalui situs elib.fk.unpad.ac.id., http://aijmejournal.fk.unpad.ac.id, EBSCO Host dapat diakses di http://www.elib.fk.unpad.ac.id, KARGER dapat diakses di http://www.karger.com, CISRAL (Pustaka Ilmiah) http://pustaka.unpad.ac.id. e. Ruang Sampoerna Corner yang menyediakan buku bacaan, fasilitas internet, TV, DVD dan CD-Room. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 206 BAB 16 PENELITIAN DAN KERJASAMA 16.1 Penelitian Program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif memberi perhatian yang cukup besar terhadap pengembangan penelitian, hal ini tercermin darivisi Program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif untuk menjadi institusi pendidikan yang terbaik dan melebihi standar dalam kualitas pendidikan, penelitian, dan pelayanan masyarakat. Penelitian adalah bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan yang merupakan kewajiban baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik yang telah diperkenalkan kepada peserta didik sejak semester 1. Untuk kepentingan penelitian, Prodimemberikan dukungan dalam berbagai aspek seperti dukungan kebijakan, fasilitasi sarana seperti perpustakaan, fasilitas komputer/internet, dana, dan lain sebagainya yang didukung/bekerjasama dengan Pusat Studi yang ada di Fakultas. 16.2 Kerjasama Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat sesuai dengan visi dan misi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, telah dilakukan berbagai perjanjian dan kerjasama yang terjalin dengan institusi baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuan dilaksanakannya kerja sama ini antara lain untuk menunjang pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat agar lebih baik dan unggul. Berbagai kerja sama yang dilakukan didasari prinsip kemanfaatan bersama antar kedua belah pihak antara lain: memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak sebagai dokter spesialis Anestesi baik dalam segi klinis maupun manajerial, menambah skill/ketrampilan dan PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 207 jumlah kasus yang ditangani oleh peserta didik, peningkatan profesionalisme, dan Perkembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan/Dokter. Kerja sama yang dilakukan baik terhadap instansi dalam negeri dan luar negeri terkait dengan program pendidikan dalam 3 tahun terakhir antara lain: No 1 2 3 Nama Instansi Jenis Kegiatan RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung Akademik RSUD Bangka Tengah Provinsi Bangka Akademik. Belitung RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo di Akademik Purwokerto 4 RSUD Tasikmalaya Akademik 5 RS TK. II 03.05.01 Dustira Akademik 6 RSUD Kabupaten Sumedang Akademik 7 Santosa Hospital Bandung Central Akademik 8 RSUD Nunukan Akademik 9 10 11 Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga, Akademik Kepulauan Riau Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Akademik Jakarta RS Angkatan Udara Dr. M. Salamun Akademik Bandung 12 RSUD R. Syamsudin Kota Sukabumi Akademik 13 RS Mata Cicendo Akademik 14 RSUD Ulin Banjarmasin Akademik 15 RSUD Gunung Jati Cirebon Akademik 16 RS Bhayangkara Indramayu Akademik 17 RSUD Waled Kabupaten Cirebon Akademik 18 RSUD Cibabat Kabupaten Cimahi Akademik 19 RSUD dr. Slamet Garut Akademik 20 21 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Akademik Harapan Kita DARADIA: THE PAIN CLINIC, INDIA Interventional Pain Management Training PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 208 22 Gunma University, Maebashi, Japan Professional Resource Development - Riset Bersama - Pertukaran Dosen 23 Kobe University, Japan - Pertukaran Mahasiswa - Pertukaran hasil riset/ publikasi - Pertukaran lainnya yang disetujui kedua pihak PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 209 BAB 17 ORGANISASI PESERTA DIDIK 17.1 Pendahuluan Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung didirikan mengingat perkembangan Ilmu Anestesi pada khususnya dan Ilmu Kedokteran pada umumnya yang demikian pesat. Pada tahun 1969, Departemen Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung diakui sebagai Pusat Pendidikan Ilmu Anestesi di Indonesia. Awalnya Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RSHS hanya memiliki beberapa orang Peserta didik/Residen saja, namun seiring meningkatnya kebutuhan dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif jumlahnya terus meningkat. Dengan semakin banyaknya Residen yang menjadi peserta didik, maka dibutuhkan suatu wadah organisasi intrakampus bagi residen yang berada didalamnya. Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi yang diatur dalam surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan No.155/U/1998 Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan. Pada dasarnya organisasi digunakan sebagai tempat atau wadah untuk berkumpul, bekerjasama untuk mencapai tujuan. Begitu pula dengan organisasi kemahasiswaan merupakan wahana dan sarana bagi mahasiswa untuk belajar, berkumpul, dan mengembangkan potensi kepemimpinannya. Salah satu bentuk organisasi kemahasiswaan intra kampus adalah Organisasi Residen. Organisasi Residen berfungsi untuk mengembangkan kemandirian peserta didik baik secara akademik dan keilmuan maupun secara organisasi berkaitan dengan profesionalisme yang kedepannya diharapkan menjadi bekal bagi seluruh peserta didik dalam menghadapi segala tantangan yang muncul. Organisasi residen merupakan suatu bentuk lembaga kemahasiswaan yang menjalankan organisasi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 210 layaknya suatu pemerintahan. Didalamnya terdapat berbagai bidang dan komisi yang mengurusi beberapa aspek kemahasiswaan. 17.2 Tujuan didirikannya organisasi Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS dipimpin oleh seorang Ketua Residen dengan satu orang Wakil Ketua. Organisasi ini juga dilengkapi oleh seorang sekretaris dan bendahara serta beberapa bidang dan komisi sebagai kelengkapan suatu organisasi. Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS berperan dalam segala kegiatan peserta didik baik yang berkaitan dengan kegiatan akademik maupun kegiatan ekstrakurikuler. Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS berada dalam pembinaan Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang bertugas mengontrol dan mengawasi kegiatan Organisasi. Beberapa peranan akademik Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS antara lain: 1. Menyusun jadwal rotasi residen sesuai dengan kalender akademik residen yang bersangkutan yang ditetapkan oleh Prodi. 2. Menyusun jadwal jaga residen sesuai dengan level kompetensi masingmasing residen. 3. Berperan dalam memberikan masukkan berkaitan dengan permasalahan akademik yang dihadapi oleh residen. 4. Berperan dalam menjaga kelancaran proses pendidikan maupun pelayanan. 5. Sebagai jembatan penghubung antara peserta didik dan staf pendidik berkaitan dengan kegiatan akademik. Secara ekstra kurikuler, Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS berperan: 1. Sebagai wadah pengembangan bakat dan kemampuan organisasi bagi seluruh residen, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 211 2. Sebagai pendukung utama bagi seluruh kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di Prodi, 3. Sebagai wadah penampung aspirasi seluruh peserta didik. 17.3 Struktur Organisasi Ketua dan Wakil Ketua Residen Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS dipilih langsung oleh seluruh Residen melalui mekanisme pemilihan langsung pada Musyawarah Besar Anggota yang selanjutnya ditetapkan oleh Ketua Program Studi. Ketua dan Wakil Ketua memiliki hak untuk membentuk susunan pengurus organisasi beserta bidang komisi yang dianggap dibutuhkan. Saat ini terdapat 7 bidang yang berada pada Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS, antara lain: 1. Bidang Pendidikan dan pelatihan 2. Bidang Kerohanian 3. Bidang Pembinaan dan kedisiplinan 4. Bidang Minat dan Bakat 5. Bidang Pelayanan dan Pengabdian Kepada Masyarakat 6. Bidang Penelitian dan Publikasi 7. Bidang Sarana dan Prasarana Selain itu, masing masing semester memiliki ketua semester yang dipilih oleh anggota semesternya. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif STRUKTUR ORGANISASI RESIDEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE 2016/2017 Ketua Residen dr. Eddo Alan Wakil Ketua Residen dr. Akhmad Rhesa Pendidikan dan Pelatihan dr. Diana Fitria N Ketua Semester 1 dr. Indra Sekertaris Bendahara dr. Dita Aryanti P dr. Geeta Maharani Kerohanian dr. Agus F. Atmoko Ketua Semester 2 dr. Andre Aditya Pembinaan dan Kedisiplinan dr. Rachmad Tri H Minat dan Bakat Pelayanan dan Pengabdian Penelitian dan Sarana dan Kepada Masyarat Publikasi Prasarana dr. Eka Damayanti dr. Lundu dr.Jerry Dr. Dear Mochtar Ketua Semester 3 Ketua Semester 4 Ketua Semester 5 Ketua Semester 6 dr. Asyer dr. Yudha dr. Paulus dr. Ardi Janardika nduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 212 17.4 Tugas dan Kewenangan 1. Ketua Residen a. Memasyarakatkan/mensosialisasikan tujuan, prinsip dan kebijakan organisasi b. Mewakili organisasi dalam urusan kerjasama antar lembaga keresidenan c. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan organisasi d. Membantu dan mendorong pemanfaatan berbagai potensi yang ada e. Memeriksa setiap laporan yang masuk, misal laporan administrasi, keuangan dan laporan penyimpangan etika anggota f. Bersama-sama dengan sekretaris menanda tangani dokumen-dokumen yang diperlukan g. Memelihara keutuhan dan kekompakan seluruh anggota organisasi 2. Wakil ketua a. Mengkoordinasikan dan mewakili kepentingan organisasi di Seluruh Bidang dalam pengurusan b. Mewakili Ketua apabila berhalangan untuk setiap aktifitas dalam roda organisasi c. Merumuskan segala kebijakan di Seluruh Bidang dalam pengurusan d. Mengawasi seluruh penyelenggaraan program kegiatan di seluruh bidang dalam pengurusan 3. Sekretaris a. Bertanggungjawab untuk setiap aktifitas di bidang administrasi dan tata kerja organisasi b. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organisasi di bidang administrasi dan tata kerja organisasi untuk menjadi kebijakan organisasi c. Mengawasi seluruh penyelenggaraan aktifitas organisasi di bidang administrasi dan tata kerja dan menghadiri rapat-rapat pleno dan rapat pengurus harian d. Memfasilitasi kebutuhan jaringan kerja internal organisasi antara bidang e. Menjaga dan memelihara soliditas kepengurusan melalui konsolidasi internal PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 213 214 4. Bendahara a. Menerima dana kemahasiswaan dan donatur b. Mengatur penggunaan dana sesuai dengan kebutuhan organisasi c. Mempertanggugjawabkan penggunaan dana kepada ketua organisasi 5. Bidang Pendidikan dan Pelatihan a. Mendata dan menginventarisir aktivitas Pendidikan dan Pelatihan yang sudah ada untuk diteliti dan dikaji menjadi bahan pengembangan lebih lanjut b. Mengusulkan dan menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang diperlukan. c. Mengatur kegiatan evaluasi medik atau audit untuk kepentingan pendidikan 6. Bidang Kerohanian a. Mengatur dan melaksanakan kegiatan kerohanian seperti tausiah pagi yang dilaksanakan setiap 2 minggu sekali. b. Mengusulkan kegiatan rohani lainnya sesuai saran anggota yang disetujui oleh Ketua Organisasi. 7. Pembinaan dan Kedisiplinan a. Memantau dan mengawasi penerapan dan pelanggaran kode etik organisasi b. Memberikan saran-saran terkait bidangnya demi perbaikan pelaksanaan program dan aturan yang berlaku dalam organisasi c. Menjaga ketertiban dan kedisiplinan seluruh anggota organisasi berkaitan dengan pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi intensif 8. Bidang Minat dan Bakat a. Mengatur pelaksanaan olahraga rutin bagi anggota b. Mengusulkan kegiatan olahraga sesuai saran anggota c. Mengusulkan kegiatan kesenian sesuai saran anggota PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 215 d. Kegiatan olahraga dan seni yang dilaksanakan harus disetujui oleh Ketua Organisasi dan Ketua Program Studi 9. Bidang Pelayanan dan Pengabdian Kepada Masyarakat a. Melakukan koordinasi dengan Koordinator Pelayanan Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif mengenai: Ketersediaan obat-obatan untuk pelaksanaan pelayanan medis Ketersediaan alat untuk pelaksanaan pelayanan medis b. Melakukan pengawasan terhadap alur pelayanan medis yang berlangsung 10. Bidang Penelitian dan Publikasi a. Membantu mendata dan mengatur anggota organisasi yang akan melakukan penelitian dan publikasi b. Membantu memfasilitasi penelitian dan publikasi anggota organisasi 12. Bidang Sarana dan Prasarana a. Membantu mendata alat-alat yang digunakan dalam pelayanan anestesi seperti fiberoptik, USG (Ultrasonography), cmac, dan lain-lain b. Melakukan koordinasi dengan anggota organisasi untuk peminjaman alat-alat tersebut dalam hal pendidikan anestesi 13. Ketua Semester a. Mengatur dan mengawasi anggotanya dalam pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan pendidikan dan pelayanan b. Mengikuti semua petunjuk yang diberikan pengurus organisasi PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 216 17.5Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ANGGARAN DASAR ORGANISASI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG MUQADDIMAH Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah cabang ilmu kedokteran yang mengelola pasien dikamar bedah (sebelum, selama, dan pasca bedah) dan diluar kamar bedah, mengatasi nyeri dan cemas, mengawasi dan menunjang fungsi vital pasien yang mengalami stress pembedahan, memberi tindakan anestesi, mengelola pasien tidak sadar, resusitasi jantung paru otak, dan menangani gangguan cairan dan elektrolit, serta mengelola pasien kritis meliputi kegawatdaruratan dan terapi intensif. Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif mendidik dan mengajarkan residen untuk memiliki bekal dan ilmu yang cukup untuk menjadi seorang dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif. Didalamnya meliputi pendidikan afektif, kognitif serta psikomotor. Dalam prosesnya semua residen yang menempuh pendidikan ini diharuskan menjalani proses pendidikan berkaitan dengan pelayanan terhadap pasien, kegiatan ilmiah, bimbingan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, manajerial, hingga keorganisasian. Bahwa Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS merupakan organisasi kemahasiswaan yang berada di dalam Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran – RSUP Dr. Hasan Sadkin Bandung. Organisasi ini menjadi wadah bagi seluruh Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD untuk berkoordinasi, belajar, berkarya, dan berjuang dengan dilandasi oleh rasa pengabdian dan tanggung jawab kepada Tuhan, Bangsa, PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 217 dan Almamater. Didorong oleh keyakinan dan kemurnian hati bahwa proses tersebut dapat terlaksana dengan usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh kebijaksanaan, maka dibentuklah Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut BAB I NAMA dan KEDUDUKAN Pasal1 NAMA dan KEDUDUKAN 1. Organisasi ini bernama Organisasi Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spsialis Anestesiolgi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokeran Universitas padjadjaran-Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung disebut juga dengan Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD. 2. Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD berkedudukan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. BAB II VISI, MISI dan TUJUAN ORGANISASI Pasal2 VISI, MISI dan TUJUAN ORGANISASI 1. Tujuan Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD adalah membentuk sumber daya PPDS anestesi yang handal, tangguh, dan produktif. 2. Visi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD adalah mengembangkan dan mempersiapkan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing secara nasional. 3. Misi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD adalah : a . Membangun organisasi berorientasi akademik dengan pengembangan pelayanan dan penelitiian sesuai standar nasional Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. b. Meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian anggota organisasi. c. Memberikan pelayanan kemahasiswaan yang berorientasi pada pendidikan. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 218 BAB III TUGAS, FUNGSI dan WEWENANG Pasal3 TUGAS, FUNGSI dan WEWENANG 1. Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD mempunyai tugas pokok sebagai berikut : a. Melaksanakan hasil sidang forum tertinggi PPDS Anestesi FK- UNPAD. b. Memberikan bagian pendapat, usulan, dan ketua program dan saran kepada kepala studi mengenai hal-hal yang dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan pelayanan anestesi dan terapi intensif di RSUP Hasan Sadikin. c. Membantu terlaksananya visi dan misi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS. 2. Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD berwenang: a. Memberikan pertimbangan dan menyalurkan aspirasi PPDS kepada kepala bagian dan ketua program studi dalam hal kebijakan yang berkaitan dengan kemajuan proses pendidikaan serta pelayanan anestesi dan terapi intensif. b. Memfasilitasi forum tertinggi PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS. BAB IV KEANGGOTAAN Pasal 4 KEANGGOTAAN Peraturan keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 5 KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA 1. Setiap anggota berkewajiban mentaati dan menjalankan Anggaran PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 219 Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta mentaati segala peraturan dan kebijaksnaan organisasi. 2. Setiap anggota berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Pasal 6 KEPENGURUSAN 1. Kepengurusan Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD terdiri dari Ketua Residen, Wakil Ketua Residen, Sekretaris, Bendahara, Bidang dan Komisi, serta Ketua Semester. 2. Lamanya kepengurusan Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD selama satu periode kepengurusan adalah satu semester masa studi dan dapat diperpanjang maksimal satu periode berikutnya atau sesuai dengan keputusan Ketua Prgram Studi. 3. Kepengurusan Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD disusun oleh Ketua Chief Residen terpilih. 4. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Organisasi Residen Anestesi FKUNPAD bertanggung jawab kepada anggota melalui forum tertinggi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD. BAB V KEPUTUSAN Pasal 7 PENGAMBILAN KEPUTUSAN Semua permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan dan kegiatan residen diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat untuk menghasilkan keputusan. Apabila tidak tercapai, keputusan diambil dengan penghitungan suara terbanyak (voting). BAB VI ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 8 ANGGARAN RUMAH TANGGA 1. Segala sesuatu yang belum diatur atau belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 220 Tangga. 2. Anggaran Rumah Tangga disahkan oleh forum tertinggi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD. BAB VII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 9 PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Anggaran Dasar dapat diubah oleh forum tertinggi Organisasi Residen Anestesi FK-UNPAD dan perubahannya sah, apabila diputuskan dengan suara minimal ½ dari jumlah peserta forum tertinggi anggota yang hadir + 1 orang yang terdaftar dalam daftar hadir. BAB VIII PENUTUP Pasal 10 KETENTUAN PENUTUP 1. Segala ketentuan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar ini dinyatakan tidak berlaku lagi. 2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam peraturan diputuskan oleh memperhatikan Organisasi saran-saran Anggaran Dasar ini Residen Anestesi FK-UNPAD Ketua Program Studi dari dan dengan Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD – RSHS. 3. Hal-hal dalam peraturan Anggaran Dasar ini yang memerlukan peraturan pelaksanaan diatur lebih lanjut dengan peraturan yang dibuat oleh Ketua Residen PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS. 4. Anggaran Dasar ini dianggap tidak berlaku jika bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan Anestesiologi dan Pendidikan Terapi Intensif Penyelenggaraan FK UNPAD-RSHS Dokter Spesialis serta peraturan Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 221 Pasal 11 PENGESAHAN Anggaran Dasar ini disahkan dalam Musyawarah Besar Anggota Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS pada tanggal 2 Maret 2016 dan dinyatakan berlaku mulai tanggal tersebut. ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG BAB I KEBERADAAN ORGANISASI Pasal 1 KEBERADAAN ORGANISASI Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS berada di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 2 SYARAT KEANGGOTAAN 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Terdaftar sebagai peserta didik aktif di Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Inensif FK UNPAD-RSUP Hasan Sadikin Bandung. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 222 Pasal 3 KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA 1. Kewajiban anggota: a. Menjaga nama baik almamater. b. Tunduk dan taat pada putusan dan peraturan Organisasi dan peraturan yang berlaku di Program Studi serta Departemen Anestesiologi danTerapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. c. Turut mendukung serta melaksanakan kebijakan dan kegiatan- kegiatan Organisasi PPDS Anestesiologi danTerapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Hak anggota: a. Menyatakan pendapat b. Memberikan suara c. Memberikan saran untuk kebaikan dan kemajuan Organisasi PPDS Anestesiologi danTerapi Intensif FK UNPAD-RSUP Hasan Sadikin Bandung d. Memilih dan dipilih dalam forum tertinggi organisasi. Pasal 4 PEMBERHENTIAN ANGGOTA Anggota berhenti jika sudah tidak tercatat sebagai peserta didik PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, atau telah terbit surat pemberhentian sebagai peserta didik dari Dekan FK Unpad. BAB III PIMPINAN Pasal 5 PERGANTIAN PIMPIANAN Pergantian pimpinan Organisasi PPDS Anestesiologi danTerapi Intensif FK UNPAD-RSUP Hasan Sadikin Bandung dilakukan setelah periode satu semester dan disetujui oleh Ketua Program Studi. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 223 Pasal 6 PEMILIHAN PIMPINAN 1. Syarat untuk menjadi kandidat Ketua Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS Bandung adalah residen semester 7 dengan masa studi yang masih akan berlangsung minimal 6 bulan lagi (1 semester). 2. Syarat untuk menjadi kandidat Wakil Ketua Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS adalah residen semester 6. 3. Pemilihan dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil melalui mekanisme pengambilan suara terbanyak/Voting. Pasal 7 PEMBERHENTIAN PIMPINAN Pimpinan dinyatakan berhenti apabila: a. Selesai masa studi b. Melanggar AD/ART c. Diberhentikan oleh Ketua Program Studi apabila dianggap tidak cakap dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi berdasarkan masukan dari Konsulen dalam Rapat Konsulen. BAB IV PENGURUS Pasal 8 KEPENGURUSAN 1. Ketua Residen dapat membentuk bidang dan komisi sesuai dengan kebutuhan organisasi. 2. Bidang dan Komisi adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan hal-hal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan program. 3. Batas wewenang dan kedudukan lembaga kepanitiaan seperti yang dimaksud ayat 1 di atas ditentukan dalam Surat Keputusan Ketua Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS. 4. Bidang dan Komisi bertanggung jawab kepada Ketua Residen Anestesi FK PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 224 UNPAD-RSHS. 5. Ketua Bidang dan Komisi dipilih oleh Ketua Residen Anestesi FK UNPADRSHS dari anggota PPDS yang dianggap dapat mengemban amanah dan bertanggung-jawab. 6. Anggota Bidang dan Komisi diajukan oleh ketua Bidang dan Komisi yang selanjutnya disetujui oleh Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS. 7. Ketua dapat membubarkan suatu bidang dan komisi atau merubah susunan anggota pengurusnya atas dasar musyawarah atau pertimbangan pengurus bidang dan komisi itu sendiri. BAB V FORUM TERTINGGI Pasal 9 FORUM TERTINGGI PPDS ANESTESI FK UNPAD 1. Nama Forum Tertinggi Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS adalah Musyawarah Besar Anggota yang diselenggarakan 6 bulan sekali. 2. Musyawarah Besar Anggota diselenggarakan oleh anggota Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS. 3. Musyawarah Besar Anggota dinyatakan sah apabila dihadiri oeh anggota Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan disampaikan secara sah kepada yang bersangkutan. 4. Musaywarah Besar dihadiri oleh: a. Anggota Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS b. Pengurus Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS 5. Isi dan susunan acara Musyawarah Besar dibuat oleh panitia Musyawarah Besar berdasarkan saran dan usul peserta Musayawarah Besar Anggota. 6. Acara pokok dalam Musyawarah Besar Anggota: a. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS. b. Revisi dan Penetapan AD/ART Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD- PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 225 RSHS. c. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS. 7. Ketentuan Tata Tertib dibuat oleh Organisasi Residen Anestesi FK UNPADRSHS dan disahkan dalam Musyawarah Besar Anggota. BAB VI RAPAT Pasal 10 RAPAT KERJA 1. Rapat kerja ditentukan oleh Bidan atau Komisi yang berkepentingan dengan Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS. 2. Rapat kerja berfungsi untuk merumuskan agenda kerja Bidang dan Komisi pada masa periode yang ditentukan sesuai dengan bidang kerja yang berhubungan dengan tugasnya. 3. Keputusan dari rapat kerja berlaku setelah disahkan oleh Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS. Pasal 11 RAPAT KOORDINASI Masing-masing Bidang dan Komisi dapat mengadakan rapat koordinasi sebagai sarana konsolidasi apabila diperlukan. Pasal 12 RAPAT PLENO Rapat Pleno merupakan forum evaluasi Program Kerja masing-masing Bidang dan Komisi. Rapat Pleno dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dalam 1 periode kepengurusan. BAB VII MUSYAWARAH Pasal 13 KEPUTUSAN MUSYAWARAH 1. Keputusan musyawarah diusahakan dengan suara bulat. 2. Apabila pengambilan keputusan dilakukan dengan pengambilan suara terbanyak, maka keputusan dengan suara terbanyak bersifat mutlak. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 226 3. Pengambilan keputusan atas seseorang atau masalah yang bersifat penting dan rahasia dilakukan secara tertutup. BAB VIII KEUANGAN Pasal 14 KEUANGAN Pembiayaan semua operasional Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS secara umum dibiayai melalui dana kemahasiswaan yang diperoleh dari Departemen Anestesiolgi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. BAB IX PENUTUP Pasal 15 KETENTUAN PENUTUP 1. Segala ketentuan yang bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga ini dinyatakan tidak berlaku. 2. Segala yang belum diatur dalam peraturan Anggaran Rumah Tangga ini diputuskan oleh Ketua Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS terpilih dengan memperhatikan saran-saran anggota dan Dewan Chief Residen. 3. Anggaran Rumah Tangga ini dianggap tidak berlaku jika bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Penyelenggaraan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS serta peraturan Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNPAD-RSHS. Pasal 16 PENGESAHAN Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam Musyawarah Besar Anggota Organisasi Residen Anestesi FK UNPAD-RSHS pada tanggal 2 Maret 2016 dan dinyatakan berlaku mulai tanggal tersebut. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif 227 DAFTAR PUSTAKA 1. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Universitas Padjadjaran Tahun Akademik 2013/2014. 2. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran 2015/2016. 3. Standar kompetensi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI) 2015. 4. Buku panduan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran tahun 2014/2015 5. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 6. Pedoman Penulisan Tesis/Disertasi Unpad tahun Akademik 2012/2013. PanduanPenyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Anestesiologi dan Terapi Intensif