1 KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA

advertisement
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
1
KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER
DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO
ABSTRAK
Adhi Muhtadi, ST., SE., MSi.
Untuk merealisir rencana pengembangan TPI dibutuhkan suatu perencanaan
layout breakwater yang diharapkan mampu memberikan solusi bagi permasalahan yang
ada. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah berupaya mengkaji
beberapa alternatif layout breakwater di Desa Sumberanyar Probolinggo guna
melindungi Tempat Pelelangan Ikan dari gelombang laut yang menerpa di TPI
Probolinggo.
Adapun studi literatur yang dibutuhkan adalah tentang layout pelabuhan, layout
breakwater. Sedangkan analisa yang dilakukan adalah penggambaran dan perhitungan fetch,
perhitungan data angin, perhitungan tinggi gelombang, peramalan gelombang, analisa data
tanah, analisa data kapal, perencanaan layout perairan pelabuhan, dan perencanaan layout
breakwater.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) diperoleh gelombang yang terjadi di
kolam pelabuhan dari yang tertinggi sampai yang terendah berasal dari arah angin utara,
timur laut kemudian barat laut, (2) pada arah barat laut tidak terjadi transpor
sedimentasi, karena pada kedalaman yang ditinjau tidak terjadi gelombang pecah. Pada
arah ini gelombang pecah terjadi diluar wilayah breakerzone. (3) dari hasil perhitungan
dan beberapa pertimbangan, maka arah mulut breakwater direncanakan menghadap
barat laut.
Kata kunci: breakwater, fetch, gelombang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akibat semakin berkembangnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Sumberanyar Paiton ini, maka muncul permasalahan-permasalahan seperti :
1. Jenis perahu yang tambat labuh beranekaragam ukuran sehingga menimbulkan
permasalahan pada pola sirkulasi, cara tambat, kebutuhan pelayanan karena masingmasing perahu memiliki karakteristik sendiri.
2. Tidak teraturnya aktifitas di sekitar TPI akibat dari kapasitas TPI yang kurang
mewadahi kegiatan pembekalan dan pemberangkatan yang dilakukan oleh perahu
yang tambat di perairan TPI.
3. Terganggunya aktifitas perahu di perairan TPI akibat lokasi TPI yang terbuka dan
sama sekali tidak terlindung dari pengaruh angin, ombak pasang serta arus.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah berupaya mengkaji beberapa
alternatif layout breakwater di Desa Sumberanyar Probolinggo?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan layout breakwater untuk PPI Desa
Sumberanyar Paiton Probolinggo.
2
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
DASAR TEORI
Layout Pelabuhan
Fasilitas yang ada dalam Pelabuhan Perikanan dapat digolongkan menjadi tiga
yaitu:
1. Fasilitas Dasar (Basic Facilities)
2. Fasilitas fungsional (Fungsional Facilities)
3. Fasilitas Pendukung (Supporting Facilities)
Pelabuhan perikanan dibagi dalam 4 kelas berdasarkan bobot kerja, produktifitas
dan fasilitas yang akan dibangun seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1: Klasifikasi Prasarana Pelabuhan Perikanan
PELABUHAN KELAS
No
URAIAN
KELAS I
KELAS
II
KELAS III
KELAS IV
1
Luas lahan (Ha)
50
30-40
10-30
10
2
Jumlah kapal (unit/hari)
100
50
25
15
3
Ukuran kapal (GT)
100-200
50-100
30-50
10-30
4
Ukuran kapal pengangkut (GT)
500-1000
-
-
-
5
Ikan didaratkan (ton/hari)
>200
100
50
>10
6
Fasilitas pembinaan mutu
Tersedia
Tersedia
Tersedia
-
7
Sarana pemasaran
Tersedia
Tersedia
Tersedia
-
8
Pengembangan industri
Tersedia
Tersedia
Tersedia
-
Wilayah Perairan
Wilayah perairan dari pangkalan pendaratan ikan berdasarkan fasilitas dasar dan
klasifikasi prasarana pelabuhan perikanan seperti yang tersebut diatas terdiri dari alur
pelayaran, kolam pelabuhan, kedalaman kolam dan kolam putar.
Alur Pelayaran
Alur ini berawal dari mulut pelabuhan hingga kapal mulai berputar, parameter
yang harus diketahui mencakup kedalaman, lebar, panjang alur. Untuk lebih jelasnya
periksa Tabel 2. Selain itu juga disarankan agar kapal memasuki pintu pelabuhan pada
posisi menyudut terhadap gelombang maupun angin sebesar 30 – 60.
Kolam Putar (Turning Basin)
Fasilitas ini disesuaikan dengan prosedur kapal bertambat.
Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan harus mempunyai luas dan kedalaman yang cukup, sehingga
dapat memberikan kemudahan bagi kapal untuk melakukan bongkar muat barang.
Kedalaman Perairan
Kebutuhan kedalaman perairan ini dapat dirinci dari penjumlahan beberapa
faktor berikut ini.
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
3
Gambar 1: Faktor Kedalaman Perairan dan Draft Kapal
Tabel 2: Kebutuhan Ukuran Alur Masuk
Lokasi
Ukuran
Keterangan
1.2 * D Laut terbuka
Kedalaman nominal
(tidak termasuk tole-
1.15 * D Alur masuk
ransi dasar laut)
1.1 * D Depan dermaga
Lebar untuk alur
2 * LOA Kapal sering berpapasan
Panjang
1.5 * LOA Kapal jarang berpapasan
Lebar untuk alur
1.5 * LOA Kapal sering berpapasan
Tidak panjang
Panjang alur
(stopping distance)
1 * LOA Kapal jarang berpapasan
7 * LOA 10.000 DWT , 16 knots
18 * LOA 200.000 DWT , 16 knots
1 * LOA 10.000 DWT , 5 knots
3 * LOA 200.000 DWT , 5 knots
5 * LOA Kapal ballast/kosong
GELOMBANG
Adapun langkah-langkah dari peramalan gelombang tersebut adalah sebagai
berikut:
Prosedur pertama adalah koreksi terlebih dahulu data angin yang diukur didarat agar
sesuai dengan angin yang terjadi di laut. Koreksi antara data angin di daratan dan diatas
permukaan laut adalah sebagai berikut:
UW
UL
dimana :
RL 
RL
UW
UL
(Triatmodjo, 1999:154)
= faktor korelasi akibat perbedaan ketinggian
= kecepatan angin di atas permukaan laut
= kecepatan angin di atas daratan
4
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
Untuk keperluan peramalan gelombang biasanya dipergunakan kecepatan angin
pada ketinggian 10 m dari permukaan tanah. Apabila kecepatan angin tidak diukur pada
ketinggian tersebut, kecepatan angin dikoreksi dengan rumus:
1
U 10
 10  7
 U Z *   , untuk z  20 m (Triatmodjo, 1999:151)
 z 
Sedangkan kecepatan angin yang akan digunakan untuk peramalan gelombang adalah :
U  RL * RT * (U 10 ) L (Triatmodjo, 1999; 154)
dimana :
=
RL
RT
=
(U10 )L =
koreksi terhadap pencatatan kecepatan angin di darat
koreksi akibat adanya perbedaan antara temperatur udara dan air
kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas tanah.
Hasil dari perhitungan kecepatan angin tersebut di atas kemudian dikonversikan
menjadi faktor tegangan angin (UA) dengan menggunakan rumus :
U A  0.71 * U 1.23 (Triatmodjo, 1999:155)
Gambar 2: Grafik Koreksi akibat Perbedaan Ketinggian, RL (SPM,1984)
Gambar 3: Grafik Koreksi akibat Perbedaan Temperatur, RT (SPM,1984)
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
5
Prosedur yang kedua adalah penentuan Fetch Efektif. Apabila bentuk daerah
pembangkitan tidak teratur, maka untuk peramalan gelombang perlu ditentukan fetch
efektif (Feff) dengan persamaan sebagai berikut :
Feff 
 ( x * cos )
 cos
i
i
(Triatmodjo, 1999; 155)
i
dimana :
= fetch efektif
= proyeksi radial pada arah angin = R. cos i
= sudut antara jalur fetch yang ditinjau dengan arah angin
Setelah panjang fetch afektif didapat, maka untuk menghitung tinggi gelombang
dipakai perumusan SMB. Dengan catatan satuan yang digunakan adalah satuan SI
dengan g = 9.8 m/s2.
Persamaan yang didapat dari metode SMB ini adalah sebagai berikut :
Untuk panjang fetch terbatas:
Feff
xi
i
g * Hm0
2
Ua
 g*F 

 1.6 *10 3 * 
2 
 Ua 
1
2
1
g * Tm
Ua
2
 g * F 3

 2.857 *10 1 * 
2 
U
 a 
2
 g * F 3
g *t

 6.88 *10 * 
2 
Ua
U
 a 
Untuk panjang fetch tidak terbatas
g * H mo
Ua
2
g * Tm
Ua
2
 2.433 * 10 1
 8.134
g *t
 7.15 * 10  4
Ua
dimana :
Hmo = tinggi gelombang signifikan
Tm
= periode gelombang puncak
F
= panjang fetch
Ua
= faktor tekanan angin
6
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
Prosedur yang ketiga adalah menghitung besarnya gelombang akibat pengaruh
refraksi, dimana penjelasannya sebagai berikut:
Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.
Refraksi berpengaruh dalam pembahasan tentang teori gelombang sebab:
1. Refraksi (juga shoaling) dipakai untuk menentukan tinggi gelombang dan arah
gelombang dalam variasi kedalaman pada suatu kejadian/kondisi gelombang.
2. Terjadinya perubahan arah gelombang akan menyebabkan terjadinya perbedaan
energi gelombang, dimana energi gelombang ini akan mempengaruhi gaya yang
bekerja pada struktur.
3. Refraksi dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada dasar pantai yang
berpengaruh pada erosi dan endapan dari sedimen.
4. Bathymetri pantai suatu daerah secara umum kadang - kadang dapat
digambarkan dengan analisa fotografi dari refraksi gelombang.
Adapun langkah-langkah dalam perhitungan refraksi adalah sebagai berikut:
1. Dihitung panjang gelombang (Lo) dan kecepatan jalar gelombang / celerity (Co)
2. Dihitung besar sudut arah datang gelombang yang berada di depan breakwater
3. Dihitung tinggi gelombang pada kedalaman yang ditinjau (Hs)
Gambar 4: Contoh Perhitungan Fetch Efektif
7
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
Prosedur yang keempat adalah menghitung tinggi gelombang pecah (Hb), dimana
penjelasannya adalah : Untuk menghitung tinggi gelombang saat pecah adalah sebagai
berikut, dengan asumsi kontur pantai sejajar dengan garis pantai :
 Dihitung Ho, Lo dan To.
 Diambil perkiraan harga dbr = 1.5 x Ho, kemudian dihitung dbr / Lo.
 Dari tabel SPM (1984) didapat harga dbr / L dan Ksh.
 Dihitung harga Cbr = L / T dan harga  . 1 = arc sin (Cbr / Co x sin o ).
 Dihitung harga Kr =  (cos o / cos 1)
 Dihitung harga Hbr = Ho x Ksh x Kr.
Tabel 3: Persamaan untuk Peramalan Tinggi Gelombang dengan
Menggunakan Metode SMB untuk Satuan SI (SPM, 1984)
Metric Unit
Dimensionless
H(m), T(s), UA(m/s),
H(m), T(s), UA(m/s),
F(m), t(s)
F(km), t(hr)
Fetch Limited, (F,U)
(g.Hmo/UA2) = 1.6 x 10-3 x Hmo = 5.112 x 10-4 .
Hmo = 1.616 x 10-2 .
(g.F/UA2)1/2
UA.F1/2
UA.F1/2
(g.Tm/UA) = 2.857 x 10-1 x Tm = 6.238 x 10-2 .
Tm = 6.238 x 10-1 .
(g.F/UA2)1/3
(UA.F)1/3
(UA.F)1/3
(g.t/UA) = 6.88 x 101 x (g.F/UA2)2/3 t = 3.215 x 10 x (F2/UA)1/3 t = 8.93 x 10-1 x (F2/UA)1/3
Fully Developed
(g.Hmo/UA2) = 2.433 x 10-1
Hmo = 2.482 x 20-2 . UA2 Hmo = 2.4821 x 10-2 . UA2
(g.Tm/UA) = 8.134
Tm = 8.3 x 10-1 . UA
Tm = 8.3 x 10-1 . UA
(g.t/UA) = 7.15 x 104
t = 7.296 x 103 x UA
t = 2.027 x UA
g =9.8 m/s2
Notation
g =9.8 m/s2
1 kilometer = 1000 m
1hour = 3600 s
Gambar 5: Hubungan Antara Tinggi Gelombang Laut Dalam
dengan Periode Kejadian Ulang
8
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
Gambar 6: Proses Berbeloknya Arah Gelombang (Refraksi)
Prosedur yang kelima adalah menghitung tinggi gelombang rencana. Perhitungan tinggi
gelombang menurut umur rencana dimaksudkan untuk mengetahui tinggi gelombang
maksimum yang akan terjadi selama periode umur rencana.
Prosedur yang keenam adalah menghitung tinggi gelombang akibat pengaruh defraksi.



Gambar 7: Pengaruh Difraksi Terhadap Tinggi Gelombang
Prosedur perhitungan koefisien difraksi adalah sebagai berikut :
Dihitung tinggi gelombang (H) dan panjang gelombang (L) pada breakwater.
Ditentukan koordinat titik yang ditinjau (x,y).
Dihitung harga x / L dan y / L.
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo




9
Dihitung sudut gelombang datang di ujung breakwater (  ).
Dari diagram difraksi SPM (1984) untuk double breakwater, dengan harga x / L, y
/ L, dan  didapatkan nilai Kd.
Apabila arah gelombang datang mempunyai sudut (  ) terhadap gap (mulut
breakwater), maka perhitungan difraksi disederhanakan dengan membuat gap
imaginer (B’).
Apabila nilai B / L > 5, maka masing-masing sisi breakwater dianggap berdiri
sendiri dan pengaruh difraksi dihitung berdasarkan prosedur perhitungan difraksi
untuk single breakwater.
Gambar 8: Skema Gap Imaginer (B’)
Transpor Sedimen
Untuk itu dalam merencanakan sebuah layout breakwater harus ditinjau permasalahan
sedimentasi. Transpor sedimen diberikan dalam bentuk:
Qs = K P1n
P1 
g 2
H b C b sin  b cos  b
8
Dimana :
Qs
: angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
P1
: komponen fluks energi gelombang pada saat pecah (Nm/d/m)
ρ
: rapat massa air laut (kg/cm3)
Hb
: tinggi gelombang pecah (m)
Cb
: cepat rambat gelombang pecah (m/d) = gd b
αb
: sudut datang gelompang pecah
K,n
: konstanta
CERC (1984) memberikan hubungan :
Qs = 0,401 P1
Layout Breakwater
Bentuk layout dan posisi bangunan breakwater ini ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya:
10
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
a. Tinggi, arah dan frekuensi dari gelombang yang datang akan mempengaruhi letak
dari mulut pelabuhan.
b. Kemudahan bagi kapal untuk memasuki atau mendekati posisi mulut pelabuhan.
c. Lebar dan posisi mulut pelabuhan mempengaruhi efek defraksi (perubahan tinggi
gelombang akibat adanya bangunan penghalang) yang terjadi. Mulut pelabuhan
yang terlalu lebar menyebabkan gelombang dari luar tidak berkurang banyak di
dalam pelabuhan. Oleh sebab itu, lebar mulut diusahakan sesuai kebutuhan alur saja
sebab besaran faktor defraksi tergantung pada lebar mulut ini.
Gambar 9: Berbagai Bentuk Layout Breakwater Terhadap
Arah Gelombang Datang.
d. Kebutuhan ruang manuver di dalam kolam pelabuhan dan keseluruhan ukuran
kolam di dalam pelabuhan menentukan panjang kaki breakwater. Sedangkan luas
areal di dalamnya ditentukan berdasar posisi alur dan kolam. Bangunan breakwater
berdiri sejarak minimal 10 m dihitung dari posisi ujung bawahnya terhadap sisi
terluar alur.
Gambar 10: Ruang Manuver Di Dalam Breakwater
e. Posisi breaker zone dan daerah sebaran sedimentasi juga akan menentukan panjang
kaki breakwater. Ujung terluar kaki breakwater sebaiknya melewati daerah breaker
zone. Breaker zone adalah garis contour batas kedalaman posisi pecahnya
gelombang di perairan dangkal.
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
Gambar 11: Perencanaan Panjang Kaki Breakwater
METODE PENELITIAN
Perumusan Masalah
INPUT
Studi Literatur :
Layout Pelabuhan
Layout Breakwater
Pengumpulan Data Sekunder :
Data Pasang Surut
Data Angin
Data Topografi dan Bathymetri
Data Tanah
Data Kapal
PROSES
OUTPUT
Analisa Data :
Penggambaran dan Perhitungan Fetch
Perhitungan Data Angin
Perhitungan Tinggi Gelombang
Peramalan Gelombang
Analisa Data Tanah
Analisa Data Kapal
Perencanaan Layout Perairan Pelabuhan
Perencanaan Layout Breakwater
Gambar 11: Metode Penelitian
11
12
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Ukuran Kapal
Perahu-perahu ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
a. Perahu kranji
b. Perahu sekoci
Gambar 13: Kapal Motor Tempel
Gambar 14: Kapal Motor
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
13
Gambar 15: Perahu Kranji dan Perahu Sekoci
Tabel 4: Data Kapal yang Merapat di PPI Paiton Probolinggo
No Tonase (GT) Panjang (m) Lebar (m) Draft (m)
1
5
10,2
2,7
0,8
2
5
12
2,8
0,7
3
7
9
2,85
1,4
4
7
10,3
3,2
0,9
5
7
9
2,85
1,4
6
10
12
3
1,2
7
10
11,5
3,5
1,1
8
15
15
4
1,3
9
15
15,3
3,5
1,4
10
15
14,5
4,5
1,3
11
15
15
3,75
1,4
12
20
15,5
4,75
1,6
13
20
15
5,25
1,7
14
20
16
4,5
1,6
15
20
15,5
4,75
1,6
Dimensi dari kapal ini diperoleh dengan cara menggunakan persamaanpersamaan regresi seperti yang tampak pada gambar di atas.
Panjang : y = 0.4042 x + 7.9069
Lebar : y = 0.1382 x + 1.9668
Draft : y = 0.0438 x + 0.7354
Untuk ukuran kapal 50 GT didapat:
Panjang, y = 0.4042 (50) + 7.9069 = 28.1169 = 29 m
Lebar, y = 0.1382 (50) + 1.9668 = 8.8768 = 9 m
Draft, y = 0.0438 (50) + 0.7354 = 2.9254 = 3 m
Kondisi Teknis
Gelombang
14
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
Data total kejadian angin yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Stasiun Meteorologi Tanjung Perak seperti yang tampak dalam di bawah ini.
Tabel 5: Total Kejadian Angin di Tanjung Perak Tahun 1997-2006
Jumlah Jam
Prosentase
<5
5-10
10-15
15-20
>20
Total
<5
5-10
10-15
15-20
>20
Total
Utara
2544
1381
78
14
0
4017
2.90
1.58
0.09
0.02
0.00
4.58
Timur Laut
1008
445
7
4
1
1465
1.15
0.51
0.01
0.00
0.00
1.67
Timur
13782
10466
673
36
2
24959
15.72
11.94
0.77
0.04
0.00
28.47
Tenggara
1006
813
46
4
0
1869
1.15
0.93
0.05
0.00
0.00
2.13
Selatan
2372
446
35
9
2
2864
2.71
0.51
0.04
0.01
0.00
3.27
Barat Daya
884
90
5
1
2
982
1.01
0.10
0.01
0.00
0.00
1.12
Barat
8704
2571
165
38
4
11482
9.93
2.93
0.19
0.04
0.00
13.10
Barat Laut
757
469
51
6
2
1285
0.86
0.53
0.06
0.01
0.00
1.47
Berangin
48923
55.80
Tidak berangin
20195
23.03
Tidak tercatat
18554
21.16
Total
87672
100
Catatan : Kecepatan angin dalam knot
Sumber : Badan Meteorologi Perak Surabaya
Panjang Fetch
Berdasar hasil perhitungan fetch, dapat diketahui bahwa pada lokasi PPI Paiton
Probolinggo fetch terpanjang adalah dari arah Timur Laut, mengingat letak daratan di
sekitar PPI Paiton Probolinggo lebih jauh dibandingkan daratan di sekitar lokasi pada
arah Utara dan Barat Laut.
Tabel 6: Tabel Perhitungan Panjang Fetch
Utara
Xi
Barat Laut
Xi(km)
Xi
Xi(km)
Timur Laut
Xi
Xi(km)
Panjang Fetch =
Xi * Cos a
Utara
Barat Laut
Timur Laut
802,27989 690,03118 1479,7223
13,51092
13,51092
13,51092
59,380108 51,072109 109,52047
Gambar 16: Fetch Arah Utara
15
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
Gambar 17: Fetch Arah Barat Laut
Gambar 18: Fetch Arah Timur Laut
Refraksi
Gelombang
Refraksi adalah peristiwa berbeloknya arah gelombang akibat pengaruh bentuk
kontur dasar laut. Dengan adanya peristiwa refraksi dan pendangkalan ini, tinggi dan
arah gelombang akan berubah. Demikian juga kecepatan dan panjang gelombang akan
berkurang secara proporsional.
Dari hasil perhitungan refraksi tampak bahwasannya ada gelombang yang telah
pecah dan ada juga yang belum pecah pada kedalaman yang ditinjau. Berikut ini adalah
ringkasan hasil perhitungan refraksi.
Tabel 8: Tabel Hasil Refraksi Gelombang Arah Angin Utara
Kedalaman terhadap LWS (m)
Tinggi Gelombang (m)
Surut (LWS) Rata-rata (MSL) Pasang (HWS)
0
-
0,85
1,21
1
0,32
1,24
1,18
2
1,27
1,19
1,17
3
1,21
1,18
1,17
4
1,18
1,17
1,18
5
1,17
1,18
1,19
6
1,17
1,19
1,20
7
1,18
1,20
1,22
16
NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31
8
1,19
1,21
1,23
Tabel 9: Tabel Hasil Refraksi Gelombang Arah Angin Barat Laut
Kedalaman terhadap LWS (m)
Tinggi Gelombang (m)
Surut (LWS) Rata-rata (MSL) Pasang (HWS)
0
-
0,41
0,39
1
0,43
0,39
0,40
2
0,40
0,40
0,42
3
0,39
0,41
0,44
4
0,40
0,43
0,47
5
0,42
0,46
0,51
6
0,44
0,49
0,55
7
0,47
0,53
0,59
8
0,50
0,57
0,64
Tinggi Gelombang Rencana
Perhitungan tinggi gelombang rencana ini menggunakan tinggi gelombang laut
dalam. Setelah didapatkan gelombang-gelombang berdasarkan umur rencana,
gelombang ini direfraksi sampai dengan kedalaman di mana kaki breakwater berada.
Hasil rekapitulasi perhitungan frekuensi kejadian ulang gelombang dari masing-masing
arah dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
Tabel 10: Tabel Hasil Refraksi Gelombang Arah Timur Laut
Kedalaman terhadap LWS (m)
Tinggi Gelombang (m)
Surut (LWS) Rata-rata (MSL) Pasang (HWS)
0
-
0,32
1,14
1
0,33
1,17
1,11
2
1,22
1,12
1,08
3
1,14
1,09
1,07
4
1,11
1,08
1,07
5
1,08
1,07
1,07
6
1,07
1,07
1,08
7
1,07
1,08
1,09
8
1,07
1,08
1,09
Tabel 11: Rekapitulasi tinggi gelombang berdasarkan hasil reccurence
Umur rencana(thn)
Tinggi gelombang berdasarkan arah angin
Barat Laut
Utara
Timur Laut
5
2,25
2,45
2,2
15
2,5
2,7
2,4
25
2,6
2,8
2,5
50
2,8
2,95
2,7
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk
Jaringan Drainase Perumahan Puri Edelweis Probolinggo
17
Data Pasang Surut
Data pasang surut dipergunakan untuk melengkapi kebutuhan penggambaran
peta bathymetri (peta kontur kedalaman laut), mengetahui posisi muka air absolut
terendah dan pola pasang surutnya. Data pasang surut yang didapatkan di lokasi PPI
Paiton adalah sebagai berikut:
HWS
:
150 cm di atas duduk tengah atau 318 cm dari pembacaan peal schaal
MSL
:
168 cm dari pembacaan peal schaal
LWS
:
150 cm di bawah duduk tengah atau 18 cm dari pembacaan peal schaal
Data Arus
Arus maksimum yang terjadi di perairan PPI Paiton Probolinggo ini
berkecepatan 0.19 m/dt berarah tenggara. Kecepatan arus ini masih di bawah dari
kecepatan arus maksimal yang mampu di terima kapal agar dapat bermanuver dengan
baik yaitu 3 knots = 1.5 m/detik sehingga kapal akan dapat bermanuver dengan baik di
perairan ini..
Data Bathymetri
Data bathymetri berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kedalaman tanah dasar
laut atau dasar sungai agar dapat disediakan perairan yang aman untuk kapal
bermanuver. Data bathymetri tersebut menunjukkan topografi PPI Paiton Probolinggo
yang umumnya datar dengan ketinggian maksimum 3.5 m dari 0.00 LWS. Selain itu,
samping kanan dan samping kiri dari PPI ini merupakan pemukiman penduduk yang
padat dengan pinggir pantai yang cukup terjal.
Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan 3 alternatif arah mulut breakwater, diperoleh gelombang
yang terjadi di kolam pelabuhan dari yang tertinggi sampai yang terendah
berasal dari arah angin utara, timur laut kemudian barat laut.
2. Pada arah barat laut tidak terjadi transpor sedimentasi, karena pada kedalaman
yang ditinjau tidak terjadi gelombang pecah. Pada arah ini gelombang pecah
terjadi diluar wilayah breakerzone.
3. Dari hasil perhitungan dan beberapa pertimbangan, maka arah mulut breakwater
direncanakan menghadap barat laut.
Saran
1. Dalam merencanakan lay out breakwater hendaknya memperhitungkan dan
merencanakan gelombang yang terjadi dengan pengolahan data-data angin.
Data – data angin dapat diperoleh dari stasiun meteorologi terdekat.
2. Peninjauan terhadap gelombang dan arus serta sedimentasi diperlukan dalam
merencanakan dan memilih layout dan arah mulut breakwater agar dapat
memberikan kemudahan bagi kapal untuk memasuki atau mendekati
pelabuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Triatmodjo (1999), Teknik Pantai, Yogyakarta: Beta Offset.
CERC (1984), Shore Protection Manual, Washington: US Army Coastal Engineering
Research Center.
Soedarmo, G. Djatmiko, Purnomo, S. Edy (1997), Mekanika Tanah 2, Yogyakarta:
Kanisius.
Bowles, Joseph E. (1988), Physical and Geotechnical Properties of Soil, Jakarta:
Erlangga.
Download