BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan paliatif (palliative care) adalah pendekatan perawatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (World Health Organization, 2002). Upaya yang dilakukan WHO untuk mengontrol kanker didunia adalah melalui usaha pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan perawatan paliatif. Perawatan paliatif juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker termasuk keluarganya. Pelayanan paliatif kanker dapat dilakukan di rumah sakit, hospis, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) hingga di rumah (home care). Penyakit kanker adalah salah satu penyakit katastropik yang memiliki karakteristik berbiaya tinggi (high cost), banyak penderitanya (high volume) dan berisiko kematian tinggi (high risk). Makin meningkatnya pasien dengan penyakit tidak menular merupakan tantangan tersendiri bagi akses pasien terhadap pelayanan kesehatan di berbagai negara. Ketika seseorang didiagnosa menderita kanker dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit maka konsekuensi finansial merupakan beban yang harus ditanggung oleh pasien atau penjamin termasuk pihak provider (penyedia fasilitas kesehatan). Di Eropa, pada tahun 2008 mengalami kerugian sebesar 75 miliar euro akibat banyaknya kasus kematian dini akibat kanker. Berdasarkan data American Cancer Society (2011), diperkirakan sebesar 88,7 milyar US Dollar yang dibutuhkan untuk biaya langsung (direct cost) pasien kanker di Amerika Serikat. Kondisi di Indonesia menurut laporan Budiarto, W dan Sugiharto, M (2013) berdasarkan data Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tahun 2012, menunjukkan bahwa pengobatan kanker menempati urutan ke-2 setelah hemodialisa yaitu mencapai Rp 144,7 milyar. Sedangkan menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2015 dan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), pada periode Januari-Juni 2014 dilaporkan 2 bahwa pengobatan kanker untuk rawat inap menempati urutan ke-5 dengan jumlah kasus 56.033 dan pembiayaan sebesar Rp 313,1 milyar. Penderita kanker di dunia menurut laporan Global Cancer (GLOBOCAN) tahun 2012, menunjukkan kasus baru (insidens) sebesar 14,1 juta pada tahun 2012 yang diantaranya menyebabkan kematian sebesar 8,2 juta orang. Diperkirakan jumlah kasus baru akan meningkat sebesar 70% selama dua dekade mendatang menjadi sebesar 22 juta kasus kanker. Asia merupakan salah satu benua yang menyumbang kasus tertinggi di dunia dengan peningkatan lebih cepat terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO, 2015). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi penderita kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk atau sebesar 330.000 kasus per 1000 penduduk dan hampir 50% pada populasi berusia lebih dari 75 tahun. Dari 240.000 kasus baru kanker stadium lanjut per tahun, 65% diantaranya mencari bantuan kesehatan dimana tata laksana kuratif tidak lagi efektif. Pada stadium ini, umumnya pasien memiliki masalah yang lebih kompleks. Putranto, Mudjaddid dan Shatri (2014) mendapatkan bahwa jenis kanker yang banyak di temukan diruang rawat Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah kanker kepala leher (70 pasien dari total 200 pasien yang menderita kanker) dan sering ditemukan dalam stadium lanjut (25 pasien dari total 39 pasien yang menderita kanker). Tujuan terapi pada kanker stadium lanjut umumnya bukan lagi mengeradikasi penyakit melainkan mengoptimalkan kualitas hidup pasien hingga akhir hayatnya. Meningkatnya penderita kanker terminal di Indonesia, khususnya di RSCM akan meningkatkan kebutuhan perawatan paliatif dan akhir kehidupan (palliative and end of life care). Pelayanan kesehatan pada pasien kanker membebani rumah sakit, karena menyebabkan biaya tinggi dan lama rawat memanjang. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Woodward, M. (2014) di beberapa negara Asia Tenggara didapat bahwa terjadi peningkatan penderita kanker yang memerlukan perhatian pemerintah masing-masing negara karena menjadi beban kesehatan dan ekonomi. Untuk itu rumah sakit harus menerapkan 3 efektifitas biaya (cost effectiveness) dalam aktifitasnya agar tetap dapat hidup dan berkembang. Smith, TJ. (2003) melaporkan bahwa penerapan perawatan paliatif akan menurunkan masa rawat (length of stay) dan biaya pasien menjadi cost effective, dengan mencegah pemeriksaan dan prosedur yang berlebihan atau tidak perlu, memperbaiki keluhan fisik dan psikis. Temel, JS (2010) mengevaluasi kualitas hidup penderita kanker paru stadium lanjut dan mendapatkan bahwa terdapat perbaikan kualitas hidup pada penderita yang mendapat perawatan paliatif dibanding pasien yang mendapat pengobatan standar untuk kankernya saja. Penelitian lain oleh Penrod, JD. (2010) yang mengevaluasi dampak biaya langsung (direct cost) pada penderita penyakit lanjut seperti kanker terminal, penyakit paru obstruksi kronis, gagal jantung kongestif dan HIV/AIDS yang di rawat di rumah sakit menunjukkan bahwa terdapat manfaat dari penerapan perawatan paliatif. Meskipun banyak penelitian melaporkan manfaat dalam efektifitas biaya, beberapa penelitian lain melaporkan tidak ada perbedaan. Walaupun berbagai data penelitian di luar negeri menunjukkan pengaruh berkurangnya lama rawat dan efektifitas biaya akibat intervensi perawatan paliatif pada penyakit kanker namun belum tentu hal tersebut sesuai dengan kondisi di Indonesia khususnya RSCM. Untuk itu, peneliti akan mengevaluasi pengaruh pelayanan perawatan paliatif terhadap lama rawat dan tarif pelayanan penderita kanker dewasa stadium terminal di RSCM melalui studi observasional dengan pendekatan desain kasus kontrol. B. Perumusan Masalah Mengacu kepada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Meningkatnya penderita kanker stadium terminal di Indonesia. 2. Meningkatnya penderita kanker terminal berhubungan dengan beban biaya pengobatan dan memanjangnya masa perawatan. 3. Beberapa penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa intervensi perawatan paliatif pada penderita kanker di rumah sakit dan komunitas akan dapat 4 mengurangi biaya dan lama perawatan, meskipun penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan dibanding terapi standar. 4. Apakah pelayanan perawatan paliatif yang dilaksanakan di RSCM mempengaruhi lama rawat dan tarif pelayanan pasien kanker terminal ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendapat gambaran umum pelayanan paliatif di RSUPN Cipto Mangunkusumo. 2. Tujuan Khusus - Mengevaluasi hubungan lama rawat inap dan tarif pelayanan rawat inap penderita kanker terminal dewasa yang mendapat intervensi perawatan paliatif . - Mengevaluasi hubungan variabel tarif akomodasi (kamar), visite dokter, tindakan/operasi, obat-bahan habis pakai , laboratorium dan radiologi terhadap intervensi paliatif pada penderita kanker terminal di unit rawat inap RSCM. D. Manfaat Penelitian 1. Memberi masukan kepada manajemen RSCM dan tim paliatif serta pemangku kepentingan lain dalam membuat kebijakan, standar prosedur medis dan anggaran dalam pelayanan perawatan paliatif pada pasien kanker terminal. 2. Memberi pertimbangan kepada Kementerian Kesehatan tentang manfaat perawatan paliatif dalam pengelolaan penderita kanker terminal dalam sistem kesehatan nasional. 3. Memberi masukan kepada Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian Kesehatan RI tentang manfaat perawatan paliatif bagi penderita kanker terminal. 4. Sebagai data untuk penelitian lebih lanjut. 5 E. Keaslian Penelitian Saat ini, belum ada penelitian yang khusus mengevaluasi lama rawat dan tarif pasien kanker terminal yang mendapat pelayanan perawatan paliatif di Indonesia. Di bawah ini disampaikan penelitian lain yang telah dilakukan. Tabel 1. Kajian penelitian paliatif terhadap keluaran lama rawat dan biaya Desain Penelitian Kohort Kohort Variabel (n) Kasus Kontrol (Pasien (Pasien Paliatif) Kontrol) 82 183 91 20 Hasil Penelitian Sumber ALOS pasien paliatif Back et al lebih pendek (p<0,05) (USA) Biaya lebih rendah pada pasien paliatif, lama Cassel et al (USA) rawat lebih pendek Kohort 282 182 Biaya lebih rendah Ciemins et (p<0,01). Tidak ada al (USA) perbedaan ALOS Kohort 164 152 Biaya lebih rendah Cowan et (p=0,06). Pasien paliatif al (USA) ALOS lebih lama Kohort 290 (hidup) 1427 (hidup) 195 (meninggal) 149 Biaya total harian lebih Morrison, rendah pada paliatif Dietrich (p<0,0001) sedangkan (USA) ALOS tidak berbeda (meninggal) Kohort 82 232 Biaya lebih rendah pada Penrod et paliatif, dengan pasien al (USA) lebih jarang masuk ke ICU 6 Desain Variabel Penelitian Kasus (n) Variabel Hasil Penelitian Sumber Biaya pasien paliatif Simoen et lebih tinggi dibanding al (Belgia) Kontrol (n) Kohort 88 53 kontrol dan LOS paliatif lebih pendek Kohort 38 38 Biaya pasien paliatif lebih rendah dibanding Smith et al (USA) control Potong 3143 pasien Terapi kanker agresif Morishima lintang dan paliatif pada pasien T et al retrospektif terminal meningkatkan (Jepang, biaya kesehatan 2014)