Analisis Sistem Informasi Manajemen Keluarga

advertisement
Analisis Sistem Informasi Manajemen Keluarga Miskin (SIMGAKIN)
dalam Proses Pengambilan Keputusan Kebijakan Dinas Pendidikan
dengan Kegiatan Pemberian Fasilitasi Sumbangan Pembinaan Pendidikan
(SPP) Siswa Miskin yang Bersekolah Swasta di Kota Semarang
Oleh:
Firmando Santoso*⁾, Titik Djumiarti, Rihandoyo
Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman; http://www.fisip.undip.ac.id email: [email protected]
ABSTRAK
Sistem Informasi Manejemen Keluarga Miskin merupakan salah satu bentuk pemanfaatan
electronic government. Penerapan Sistem Informasi Keluarga Miskin di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Semarang membutuhkan antara lain: anggaran, sarana
prasarana/ketersediaan teknologi, pengelolaan sumber daya manusia dan integrasi antar
instansi lainnya. Dinas Pendidikan merupakan salah satu pengguna Sistem Informasi
Manajemen Keluarga Miskin untuk proses pengambilan keputusan. Metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk
mengidentifikasi pengembangan SIMGAKIN dan proses pengambilan keputusan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa SIMGAKIN berpengaruh pada tahapan pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan kegiatan pemberian fasilitasi SPP siswa miskin yang
bersekolah swasta. terkait pengelolaan SIMGAKIN yaitu, berorientasi kepada keputusan,
ketersediaan teknologi, pengelolaan sumber daya manusia, sistem komunikasi, dan integrasi,
sedangkan pengambilan keputusan yaitu pemahaman, perencanaan atau perancangan, dan
pemilihan. Berorientasi kepada keputusan di SIMGAKIN telah dilaksanakannya pelayanan
pendataan warga miskin yang cepat dan akurat. Ketersediaan teknologi dalam penerapannya
meliputi database, perangkat keras, perangkat lunak, dan operator yang kurang terpenuhi.
Pelatihan dan pengembangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi pegawai dalam
pelaksanaan SIMGAKIN sudah diselenggarakan. Untuk sistem komunkasi sudah terlaksana
dengan baik. Terakhir integrasi Bappeda dengan instansi lainnya dapat dilihat dari kerjasama
dan perencanaan yang terprogram. Sedangkan proses pemahaman, perencanaan atau
perancangan, dan pemilihan sudah memanfaatkan SIMGAKIN, tetapi kegiatannya
merupakan kegiatan lama. Disarankan pelayanan pendataan warga miskin perlu ditingkatkan
lagi. Adanya penyempurnaan aplikasi SIMGAKIN. Peningkatan kualitas dan kuantitas
pegawai. Pengambilan keputusan dengan pemilihan kegiatan baru untuk memaksimalkan
fungsi dan peran SIMGAKIN.
Kata kunci : sistem informasi manajemen, sistem informasi manajemen keluarga miskin,
pengambilan keputusan
*)
Penulis korespondensi
Email: [email protected]
The Analysis Of Management Information System Poor Family
(SIMGAKIN) In The Process Of Decision-Making Policy Department Of
Education By Giving SPP Facilities To Needy Students At Private School
In Semarang City
Oleh:
Firmando Santoso ⁾, Titi Djumiarti, Rihandoyo
*
Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman; http://www.fisip.undip.ac.id email: [email protected]
ABSTRACT
The analysis of management information System Poor Family (SIMGAKIN) is one form of
utilization of electronic governance. The application of SIMGAKIN in Local Development
Planning Agency (Bappeda) at Semarang city, needed budgets, facilities and
infrastructure/availability of technology, human resource management, and integration
among other institution. Departement of Education is one user of SIMGAKIN for decisionmaking process. Research methodology descriptive with a qualitative approach used in this
research to identify the development of SIMGAKIN and decision-making process. The result
of the research showed that influence the stage of decision making in the implementation of
activities by giving SPP facilities to needy students, related to the management of
SIMGAKIN, that is oriented to decision, availability of technology, human resource
management, communication systems, and integration, while in the decision-making is
comprehension, planning or design, and selection. Oriented to decision of the SIMGAKIN,
have been applied poor data collection service that's fast and accurate. Availability of
technology to apply database, hardware, software, branware is still inadequate. In the
implementation of SIMGAKIN Has been applied Training and development in accordance
with the main main task and fungtion employees. Comunication system has been wellexecuted. Integration of BAPPEDA with other institutions, can be seen from the cooperation
and planning programmed. Therefore comprehension, planning or design, and selection has
been exploit the SIMGAKIN but still uses a long of activities. Based on the result this
research recommends, need to be improve of poor data collection. Need to be improved
SIMGAKIN application. Improving the quality and quantity of employees. Decision making
by the selection new activities to maximize the fungtion and role of SIMGAKIN.
Keyword : Management Information System, management information System Poor Family,
decision makking
*)
Penulis Korespondensi
Email: [email protected]
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pemerintah
daerah
dalam
pelaksanaan otonomi daerah untuk
mewujudkan Good Governance
berdasarkan Undang-undang No. 23
Tahun 2014 tentang hak, kewajiban,
dan wewenang untuk mengatur dan
mengurus
kepentingan
sendiri
termasuk pemerintahan.
Pelayanan publik yang cepat,
tepat dan akurat merupakan tujuan
dari Good Governance, sehingga
beberapa
pemerintah
daerah
menggunakan teknologi informasi
melalui
Sistem
Informasi
Manajemen
(SIM)
dalam
memberikan layanan.
Salah satu sumber daya yang
cukup penting dalam Sistem
Informasi Manajemen (SIM) yaitu
informasi dan data, yang nantinya
dapat diakses oleh masyarakat dan
dapat membantu para perumus
kebijakan
untuk
pengambilan
keputusan baik jangka panjang,
menengah dan jangka pendek.
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kota Semarang merupakan salah
satu instansi yang memberdayakan
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan kepada warga miskin
dengan menyelenggarakan Sistem
Informasi Manejemen Keluarga
Miskin (SIMGAKIN).
Penyelenggaraan
Sistem
Informasi Manajemen Keluarga
Miskin (SIMGAKIN) atau database
warga miskin terpadu bertujuan
untuk memberikan keterbukaan
informasi mengenai data warga
miskin dan mensukseskan program
penangulangan
kemiskinan
pemerintah Kota Semarang, sehingga
dapat meningkatkan perekonomian
dan menyejahterahkan masyarakat.
Pada pelaksanaan pendataan
warga miskin dengan menggunakan
teknologi informasi melalui Sistem
Informasi
Manjemen
Keluarga
Miskin (SIMGAKIN) di Bappeda
masih memiliki permasalahan antara
lain: mengenai kurang memadainya
perangkat keras (hardware) untuk
mengelola website.
Permasalahan selanjutnya yaitu
kurangnya operator (brainware)
yang
bertugas
untuk
mengoprasionalkan
website
SIMGAKIN, dikarenakan tidak
adanya staf di Bappeda yang
memiliki latar belakang pendidikan
di bidang IT.
Selain itu permasalahan tentang
sosialisasi yang diberikan oleh
pemerintah
daerah
kepada
masyarakat mengenai pelaksanaan
pendataan warga miskin yang telah
menggunakan sistem online, belum
juga terlaksana dengan baik terutama
pada tata cara pendaftaran, informasi
mengenai dokumen-dokumen yang
diperlukan untuk pendaftaran, serta
jadwal pelaksanaan verifikasi dan
identifikasi.
Terakhir yaitu permasalahan
mengenai
sulitnya
membangun
integrasi yang baik antar SKPD, hal
tersebut disebabkan oleh banyaknya
sumber daya manusia yang terlibat
dalam kegiatan, sehingga Bappeda
dituntut untuk dapat berkoordinasi
dan berkomunikasi secara intens,
dengan demikian kegiatan dapat
berjalan dengan baik dan lancar..
Salah
satu
fungsi
dari
dilaksanakannya Sistem Informasi
Manjemen
Keluarga
Miskin
(SIMGAKIN)
yaitu
untuk
mempermudah setiap dinas/instansi
dalam pengambilan keputusan yang
berbentuk
kegiatan/program,
sehingga
dapat
mensukseskan
program
penanggulangan
kemiskinan
pemerintah
Kota
Semarang.
Dinas Pendidikan Kota Semarang
merupakan salah satu instansi yang
menggunakan website SIMGAKIN
untuk
pengambilan
keputusan.
Pengambilan keputusan tersebut di
imlementasikan dalam kegiatankegiatan pemberian bantuan untuk
menanggulangi kemiskinan di bidang
pendidikan.
Salah satu kegiatan yang
dilaksanakan Dinas Pendidikan yaitu
pemberian fasilitasi Sumbangan
Pembinaan Pendidikan (SPP) untuk
siswa miskin yang bersekolah swasta
di Kota Semarang. Namun kegiatan
tersebut memiliki permasalahan yaitu
masih
diperbolehkannya
Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM)
untuk memperoleh bantuan, sehingga
menimbulkan pertanyaan tentang
peranan Kartu Identitas Miskin
(KIM) yang telah diberikan oleh
pemerintah daerah untuk warga
miskin yang tercantum pada
database.
Berdasarkan uraian permasalahan
yang ada, maka penulis tertarik
melaksanakan penelitian dengan
judul “Analisis Sistem Informasi
Manajemen Keluarga Miskin
(SIMGAKIN)
Dalam
Proses
Pengambilan
Keputusan
Kebijakan
Dinas
Pendidikan
Dengan
Kegiatan
Pemberian
Fasilitasi Sumbangan Pembinaan
Pendidikan (SPP) Siswa Miskin
yang Bersekolah Swasta Di Kota
Semarang”
B. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui
pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Keluarga Miskin
(SIMGAKIN)
di
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
(BAPPEDA)
Kota
Semarang.
2. Untuk
mengetahui
Sistem
Informasi Manajemen Keluarga
Miskin (SIMGAKIN) dalam
proses pengambilan keputusan
kebijakan Dinas Pendidikan
dengan
pemberian
fasilitas
Sumbangan
Pembinaan
Pendidikan (SPP) siswa miskin
yang bersekolah swasta di Kota
Semarang.
C. TEORI
Menurut Gordon B.Davis dalam
bukunya
yang
berjudul
“Management Information System:
Conceptual Foundation, Strukcture
and Development” mendefinisikan
SIM adalah sistem manusia/mesin
yang terpadu guna menyajikan
informasi untuk mendukung fungsi
operasi,
manajemen
dan
pengambilan keputusan didalam
suatu organisasi (Sutabri, 2005: 91)
Pengembangan Sistem Informasi
Manajemen
Keluarga
Miskin
(SIMGAKIN) di Bappeda Kota
Semarang di lihat melalui lima unsur
pendekatan dalam pengembangan
sistem
informasi
manajemen
menurut Moekijat (2005: 104) yaitu:
1. Berorientasi Kepada Keputusan
2. Ketersediaan Teknologi
3. Pengelolaan
Sumber
Daya
Manusia (SDM)
4. Sistem Komunikasi
5. Integrasi
Menurut Salusu (2005: 47)
mengatakan bahwa pengambilan
keputusan ialah proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan
metode yang efesien sesuai situasi.
Sehingga
proses
pengambilan
keputusan di Dinas Pendidikan pada
kegiatan Pemberian Fasilitasi SPP
untuk siswa/siswi miskin yang
bersekolah swasta di Kota Semarang
yang
dihubungkan
dengan
SIMGAKIN di lihat melalui tiga
tahap proses bantuan SIM untuk
pengambilan keputusan-keputusan
menurut Moekijat (2005: 192) yaitu:
1. Pemahaman
2. Perencanaan/perancangan
3. Pemilihan
D. METODE
1. Desain dan Jenis Penelitian
Desain
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah desain penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk
memahami fenomena yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, maupun tindakan
dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata.
Jenis penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu merupakan suatu
penelitian yang digunakan untuk
mengetahui terjadinya suatu aspek
fenomena tertentu (Singarimbun dan
Effendi, 1989: 4-5).
2. Situs dan Fokus
Penelitian ini lebih menitik
beratkan pada fokus mengenai
Analisis pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Keluarga
Miskin (SIMGAKIN) dan proses
pengambilan keputusan dengan
kegiatan
pemberian
fasilitasi
Sumbangan Pembinaan Pendidikan
(SPP) siswa miskin yang bersekolah
swasta. Situs pada penelitian ini
adalah
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kota
Semarang
dan
Dinas
Pendidikan Kota Semarang
3. Pemilihan Informan
Teknik pemilihan informan yang
digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah teknik purposive sample
yaitu memilih informan dengan
menggunakan
pertimbanganpertimbangan tertentu.
Adapun Key Informan dalam
penelitian ini adalah:
 Bappeda Kota Semarang:
1. Kepala Bidang Sosial Budaya
dan Pemerintahan
2. Kepala Kasi Sub Bidang Sosial
Budaya
3. Staf Bidang Sosial Budaya

Dinas
Pendidikan
Kota
Semarang:
4. Kasi Sub Bidang Monitoring dan
Pengembangan
5. Kasi Sub Bidang Monitoring dan
Pelaporan
6. Staf Sub Bidang Perencanaan
dan Pengembangan
4. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland
(1984:47) dalam buku Moleong
(2010: 157-160) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah katakata, dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Sedangkan jenis data dibagi
kedalam kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis dan foto.
Yang dimaksud dengan sumber
data dalam penelitian ini adalah
subjek dari mana data diperoleh
(Arikunto, 2002: 107). Sedangkan
sumber data dalam penelitian ini
dapat dibedakan menjadi dua jenis :
1. Data Primer
2. Data Sekunder
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian
ini, meliputi:
1. Wawancara Mendalam,
2. Observasi, dan
3. Dokumentasi
6. Analisi dan Interpretasi Data
Analisa data adalah pengelolaan
data kedalam bentuk yang lebih
mudah
dimengerti
dan
di
interpretasikan. Alur-alur dalam
analisis data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
3. Verifikasi
atau
Penarikan
Kesimpulan
7. Kualitas Data
Tahap pengujian kualitas data,
metode yang digunakan adalah
metode triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain,
untuk keperluan pengecekkan atau
sebagai pembanding terhadap data
tersebut.
Penggunaan tringulasi dalam
penelitian ini dapat me-recheck hasil
penelitian
dengan
jalan
membandingkannya dengan berbagai
sumber, metode, atau teori dengan
dapat dilakukan dengan jalan:
1. Mengajukan berbagai macam
variasi pertanyaan
2. Mengecek
dengan
berbagai
sumber data
3. Memanfaatkan berbagai metode
agar pengecekan kepercayaan
data dapat dilakukan.
E. PEMBAHASAN
Pelaksanaan
pengembangan
Sistem
Informasi
Manajemen
Keluarga Miskin (SIMGAKIN) di
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Semarang beserta
peranannya
dalam
proses
pengambilan keputusan kebijakan
Dinas Pendidikan dengan kegiatan
pemberian fasilitasi Sumbangan
Pembinaan Pendidikan (SPP) siswa
miskin yang bersekolah swasta di
Kota Semarang dilihat melalui lima
unsur
pendekatan
dalam
pengembangan sistem informasi
manajemen yang dikaitkan dengan
tiga tahap proses bantuan SIM untuk
pengambilan keputusan-keputusan
menurut Moekijat, antara lain:
1. Berorientasi
Kepada
Keputusan
1.1 Dukungan website SIMGAKIN
dalam pencapaian visi dan misi
Website Sistem Informasi
Manajemen Keluarga Miskin
(SIMGAKIN) telah mendukung
visi dan misi pemerintah Kota
Semarang
yaitu
dalam
memberikan pelayanan publik
yang berkualitas khususnya
untuk pendataan warga miskin.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan masyarakat, instansi
pemeritah dan stakeholder dapat
mengakses data warga miskin
secara bebas dan kapan saja.
Selain itu dukungan website
terhadap visi dan misi dapat
mempermudah
proses
pengambilan keputusan yaitu
pada tahap pemahaman. Dimana
Dinas
Pendidikan
telh
memanfaatkan
SIMGAKIN
dalam menemukan masalahmasalah penddikan.
Salah satu permasalahan yang
dihadapi yaitu adanya warga
miskin yang belum tercantum
pada SIMGAKIN, sehingga
menyebabkan putra/putri dari
warga miskin tersebut tidak dapat
menerima
program/kegiatan
bantuan yang diselenggarakan
oleh dinas pendidikan.
1.2 Bentuk komitmen pimpinan
dalam pelaksanaan Sistem
Infromasi
Manajemen
Keluarga Miskin
Bentuk komitmen pimpinan
Bappeda dalam mendukung
pelaksanaan SIMGAKIN yaitu
1). memberikan anggaran untuk
pembuatan dan pemeliharaan
website,
2).
menyediakan
database keluarga miskin yang di
update setiap dua tahun sekali
dengan kegiatan validasi dan
verifikasi, 3). target penurunan
kemiskinan 2% pertahun.
Berdasarkan hal di atas
bentuk
komitmen
dalam
pelaksanaan SIMGAKIN juga
berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan yaitu
pada tahap pemahaman.
Bahwa
dengan
adanya
komitemen tersbut membuat
dinas
pendidikan
selalu
meningkatkan kinerjanya dalam
membantu siswa miskin agar
tetap
bersekolah,
sehingga
diharpakan kedepannya dapat
membantu
meningkatkan
perekonomian keluarganya dan
tercapainya target penurunan
persentase keluarga miskin.
1.3 Pelayanan yang diberikan
sebelum dan sesudah dibuat
Sistem Informasi Manajemen
Keluarga Miskin
Adanya perbedaan pelayanan
yang diberikan pada pelaksanaan
SIMGAKIN
yaitu
sebelum
adanya SIMGAKIN pelayanan
pendaftaran warga miskin masih
bersifat
manual,
sedangkan
sesudahnya pelayanan pendataan
yang diberikan pemerintah lebih
cepat.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan pada sebelum adanya
SIMGAKIN masyarakat harus
mengurus
SKTM
(Surat
Keterangan
Tidak
Mampu)
melalui proses administrasi yang
panjang dan waktu yang lama,
tetapi
setelah
adanya
SIMGAKIN pendataan warga
miskin dilakukan setiap 2 (dua)
tahun
sekali,
setelah
itu
pemerintah memberikan Kartu
Identitas Miskin (KIM) bagi
setiap warga miskin yang telah
ditetapkan dan terdaftar pada
database oleh pemerintah.
Hal tersebut berpengaruh
terhadap
tahap
pemahaman
dalam
proses
pengambilan
keputsan.
Dimana
Dinas
Pendidikan sebelum adanya
SIMGAKIN siswa/siswi miskin
yang
bersekolah
untuk
memperoleh pelayanan kegiatan
bantuan perlu menggunakan
SKTM (Surat Keterangan Tidak
Mampu).
Setelah adanya pelaksanaan
SIMGAKIN prosedur untuk
mendapatkan pelayanan bantuan
lebih dipermudah hanya dengan
menyertakan Kartu Identitas
Miskin (KIM) yang telah
diberikan
pemerintah
kota
kepada warga miskin yang telah
tercantum pada sistem database.
1.4 Kemampuan
intervensi
pimpinan
kepala
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah Kota Semarang
Intervensi yang dilakukan
kepala Bappeda kepada para
stafnya yaitu dengan memberikan
motivasi
agar
lebih
mengembangkan SIMGAKIN,
dengan
cara
antara
lain
memberikan akses penuh dalam
berkoordinasi
kepada
dinas/instansi dalam menjalankan
program pendataan warga miskin
secara terpadu.
Intervensi yang dilakukan
pimpinan Bappeda berpengaruh
terhadap proses pengambilan
keputusan
pada
tahap
pemahaman. Dimana dengan
adanya koordinasi yang baik
membuat Dinas Pendidikan
dalam
melaksanakan
program/kegiatannya
lebih
mudah mengakses data dan
kebutuhan siswa/siswi miskin
yang akan dijadikan sasaran
dalam pengentasan kemiskinan.
2. Ketersediaan Teknologi
2.1 Konsep
database
yang
dibangun
Konsep
database
dalam
pelaksanaan
SIMGAKIN
yaitu
konsep satu data dengan penyusunan
data warga miskin berdasarkan by
name, by adreess, by Kartu Keluarga
(KK) dan by variabel, yang nantinya
diharapkan dengan penyusunan
tersebut sasaran dan tujuan untuk
penanggulangan kemiskinan dapat
berjalan dengan maksimal.
Konsep database memberikan
kemudahan pada proses pengambilan
keputusan di tahapan perencanaan/
perancangan.
Pemanfaatan dari
database sebagai penyedia data, oleh
dinas pendidikan digunakan pada
empat program/kegiatan bantuan.
Kegiatan tersebut antara lain : 1)
Beasiswa, 2) Pendampingan BOS
pengganti SPP, 3) Penerimaan
Peserta Didik (PPD) dan 4) live skill
dimana setiap kegiatan SIMGAKIN
dipergunakan sebagai acuan data.
2.2 Tingkatan software dalam
menjalankan program
Penggunaan software dalam
pelaksanaan sistem informasi
manajemen keluarga miskin
(SIMGAKIN) bersifat mudah,
hal
tersebut
dikarenakan
kurangnya pengetahuan SDM
tentang
teknologi
sehingga
aplikasi yang diterapkan dengan
berbasis web (Web Based
Application) yang merupakan
segala bentuk aplikasi (grafis,
word processor, chatting, mail)
yang dapat dijalankan hanya
dengan satu syarat, yakni
memiliki akses internet.
Software yang digunakan dengan
berbasis website diharapakan
dapat memberikan kemudahan
pada
proses
pengambilan
keputusan
di
tahap
perencanaan/perancangan.
Adanya software tersebut
Dinas
Pendidikan
dapat
memberikan pelayanan lebih
cepat dikarenakan dengan adanya
data yang dapat diakses secara
online manjadikan perancangan
untuk prosedur siswa/siswi dalam
mendapatkan pelayanan bantuan
lebih mudah.
2.3 Ketersediaan peralatan fisik
(hardware) yang digunakan
sebagai media pendukung
penyimpanan data
Pelaksanaan sistem informasi
manajemen keluarga miskin
(SIMGAKIN) masih minim
dalam sarana prasarana teknologi
(hardware) sehingga hal tersebut
diatasi melalui kerjasama yang
dibangun dengan kantor Humas
dan PDE dalam pelaksanaannya,
hal ini dikarenakan Kantor PDE
memiliki hardware yang sangat
mendukung
untuk
mengoptimalkan
dalam
pelaksanaan SIMGAKIN.
Ketersediaan
hardware
berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan pada
tahap perencanaan/peracangan.
Adanya
kerjasama
yang
dilakukan membuat data warga
miskin menjadi lebih baik.
Dinas
Pendidikan dapat
mengetahui
kebutuhan
dari
siswa/siswi
miskin.
Setelah
mengetahui kebutuhan tersebut
dinas pendidikan dapat membuat
beberapa alternatif perencanaan
kegiatan
yang
akan
diselenggarakan guna menujang
pelaksanaan
penanggulangan
kemiskinan.
2.4 Ketersediaan sumber daya
manusia (operator) dalam
menjalankan program
Ketersediaan
operator
(brainware) masih dikatakan
belum
tercukupi
dalam
pelaksanaan Sistem Informasi
Manajemen Keluarga Miskin
(SIMGAKIN)
dikarenakan
Bappeda Kota Semarang masih
belum adanya operator yang
professional atau mengetahui
dalam bidang IT, sehingga untuk
menjalankan, mengelola, dan
mengembangkannya
Bappeda
bekerjasama
dengan
pihak
ketiga, selain itu bekerjasama
juga dengan Kantor PDE dalam
membantu
mengentry
dan
menganalisis data warga miskin
yang nantinya di masukkan ke
dalam database.
Ketersedian
operator
berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan pada
tahap perencanaan/perancangan.
Bappeda menunjuk operator di
setiap
dinas
yang
memberdayakan
SIMGAKIN
dalam kegiatan penanggulangan
kemiskinan.
Salah satunya berada di
Dinas Pendidikan dengan tujuan
agar operator tersebut dapat
membantu setiap kepala bidang
di dinas pendidikan dalam
mengakses dan mengetahui data
warga miskin terbaru agar dapat
dijadikan acuan dalam membuat
perencanaan/
perancangan
dengan bentuk kegiatan/program
bantuan.
3. Pengelolaan Sumber Daya
Manusia
3.1 Pengrekrutan SDM untuk
meningkatkan pelaksanaan
program
Pada pelaksanaan sistem
informasi
manajemen
keluarga
miskin
(SIMGAKIN) tidak adanya
pengrekrutan SDM. Hal ini
dikarenakan
adanya
moratorium yang terjadi,
selain itu pengrekrutan SDM
dilakukan oleh pihak yang
memiliki tupoksi tersebut
yaitu Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) melalui tes
CPNS.
Bappeda
hanya
mensyaratkan, SDM yang
direkrut harus ahli dibing IT,
berkinerja
tinggi,
dan
bertanggung jawab dalam
melakukan pekerjaan.
Pengrekrutan
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
berpengaruh terhadap proses
pengambilan
keputusuan
pada tahap pemilihan.
Pengrekrutan
yang
dilakukan oleh Bappeda
dengan membuat tim yang
salah satunya berasal dari
Dinas Pendidikan, diharapkan
nantinya dapat membantu
dalam memilih program/
kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan
kemiskinan
di
website
SIMGAKIN.
3.2 Program pelatihan yang
diberikan pada Sumber
daya manusia
Program pelatihan untuk
pegawai telah dilakukan oleh
Bappeda setiap setahun sekali
dengan
tujuan
untuk
memperbaiki efektivitas kerja
pegawai dalam mencapai
hasil-hasil kerja yang telah di
tetapkan terutama dalam
mengelola
dan
mengembangkan
website
SIMGAKIN.
Program
pelatihan
berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan pada
tahap pemilihan. Bappeda
memberikan
kesempatan
kepada
staf
di
Dinas
Pendidikan
yang
menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan kemiskinan
untuk mengikuti pelatihan
yang diadakan oleh pihak
ketiga untuk memahami
setiap fitur pada website
SIMGAKIN,
Diharapkan
nantinya
Dinas
Pendidikan dapat
mengambil keputusan dan
melaporkan hasil capaian dari
pelaksanaan
pemberian
fasilitas
Sumbangan
Pembinaan Pendidikan (SPP)
siswa miskin yang bersekolah
swasta.
3.3 Perbaikan kondisi kerja
yang
dilakukan
untuk
mendapatkan sumber daya
manusia yang berkompeten
Telah
dilakukannya
perbaikan kondisi kerja oleh
Bappeda
dengan
cara
penerapan
subsistem
kompensasi
untuk
menjadikan
SDM
yang
direkrut
melalui
pembentukan tim agar lebih
meningkatkan kinerjanya dan
juga
dengan
syarat
kompensasi akan didapatkan
apabila SDM tersebut telah
melaksanakan tugas dan
tangggung jawab sesuai
dengan
regulasi
yang
mengatur.
Perbaikan kondisi kerja
yang dilakukan oleh Bappeda
berpengaruh pada proses
pengambilan keputusan di
tahap pemilihan. Kegiatan
pemberian fasilitas SPP untuk
siswa miskin yang dipilih
Dinas Pendidikan merupakan
program
yang
telah
dijalankan
sebelum
diterapkannya
program
SIMGAKIN
dan
masih
menggunakan
Surat
Keterangan Tidak Mampu
(SKTM).
Kemudian setelah adanya
SIMGAKIN
Dinas
Pendidikan
melakukan
perbaikan
kondisi
kerja
dalam
membantu
siswa
miskin
dengan
cara
mengintegrasikan
data
siswa/siswi miskin yang akan
dijadikan sasaran dalam
kegiatan
dengan
menggunakan KIM (Kartu
Identitas Miskin).
4. Sistem Komunikasi
4.1 Sosialisasi yang dilakukan
kepada seluruh kalangan
birokrat dan masyarakat
secara umum
Pada Pelaksanaan Sistem
Informasi
Manajemen
Keluarga Miskin Bappeda
telah melakukan sosialisasi,
baik itu kepada masyarakat
maupun birokrat dengan
kurun waktu setiap satu atau
dua tahun sekali selalu
dilaksanakan
sosialisasi
kepada masyarakat, dan
untuk birokrat dilakukan
sosialisasi pada saat laucing
database
warga
miskin
terbaru.
4.2 Transmisi
data
menunjukan
proses
kecepatan pengiriman data
keluarga miskin kepada
dinas-dinas atau organisasi
publik
Transmisi data dalam
pelaksanaan Sistem Informasi
Manjemen Keluarga Miskin
telah dilakukan dengan cepat
dengan
cara
Bappeda
memberikan satu user beserta
dengan pasword, karena
software yang digunakan
adalah berbasis website,
sehingga
untuk
mengaksesnya membutuhkan
by login.
Selain itu Bappeda juga
memberikan CD dan buku
yang berisikan data warga
miskin yang merupakan
duplikat dari database. Buku
dan CD dapat dipergunakan
oleh setiap dinas/ instansi
ketika adanya masalah pada
website SIMGAKIN.
4.3 Media komunikasi yang
digunakan
dalam
SIMGAKIN
Media Komunikasi pada
pelaksanaan website Sistem
Informasi
Manjemen
Keluarga
Miskin
(SIMGAKIN) telah tersedia
sehingga
adanya
media
komunikasi bagi masyarakat
untuk berkomunikasi dengan
penyelengara menjadi.
Hal yang penting untuk
menumbuhkan komunikasi
dua arah yang menjadi
standar dalam pemberian
layanan informasi data secara
elektronik.
Media
yang
tersedia diberikan pada saat
proses uji publik, sehingga
masyarakat
dapat
memberikan kritik/saran dan
saran terkait dengan data
warga miskin yang akan
dimasukkan
kedalam
database.
4.4 Ketersediaan
jaringan
internet untuk online dalam
penerapan
Sistem
Informasi
Manajemen
Keluarga Miskin
Ketersediaan
jaringan
internet pada pelaksanaan
Sistem Informasi Manjemen
Keluarga
Miskin
(SIMGAKIN)
belum
memenuhi
dikarenakan
software yang berbasis web
merupakan
jaringan
komputer yang mencangkup
wilayah sangat luas atau
masyarakat
dari
semua
kalangan
dapat
mengaksesnya.
Hal tersebut akhirnya
menimbulkan ketidakstabilan
pada situasi tertentu, seperti
pada saat adanya kegiatan
bantuan yang diberikan oleh
pemerintah jaringan internet
di Bappeda kurang memenuhi
tetapi ketika tidak adanya
bantuan
maka
jaringan
internet di Bappeda sudah
cukup memenuhi.
5. Integrasi
5.1 Perencanan volume atau
kapasitas informasi data
pada website
Perencanaan
volume
untuk memenuhi kapasitas
data
pada
website
SIMGAKIN telah memenuhi
dikarenkan Bappeda sebagai
penyelenggara
telah
melakukan kerjasama dengan
Kantor Humas dan PDE
untuk memenuhi kebutuhan
kapasitas data yang akan
ditetapkan menjadi data
warga
miskin
Kota
Semarang,
selain
itu
perencanaan
kapasitas
tergantung
dari
hasil
verifikasi dan identifikasi
yang dilaksanakan.
5.2 Perencanaan
kerjasama
antar SKPD yang terlibat
dalam
pelaksanaan
SIMGAKIN
Pada Pelaksanaan Sistem
Informasi
Manajemen
Keluarga
Miskin
(SIMGAKIN), Bappeda telah
melakukan
perencanaan
kerjasama
melalui
berkoordinasi
dengan
dinas/instansi
yang
menyelanggarakan program
penanggulangan kemiskinan.
Cara yang dilakukan Bappeda
untuk berkoordinasi adalah
dengan membuat tim-tim
yang beranggotakan pegawai
dari setiap dinas/instansi.
Adapun tim-tim yang
dibentuk Bappeda dalam
pelaksanaan SIMGAKIN: tim
aplikasi,
tim
koordinasi
pelaksana, tim koordinator
suveyor, tim monitoring, tim
pelaksana
kegiatan,
tim
penyusun laporan, tim pra
identifikasi, tim surveyor, dan
tim teknis.
5.3 Waktu
respon
yang
diberikan mengenai data
keluarga miskin baru
Waktu respon dalam
pelaksanaan
SIMGAKIN
yang dijadikan acuan untuk
program pemerintah kota
untuk
penanggulangan
kemikinan adalah sekitar dua
sampai tiga bulan tergantung
dari banyaknya usulan warga
miskin yang diberikan oleh
kecamatan. Pendataan warga
miskin yang menggunakan
metode
survei
langsung
kelapangan
dengan
menggunakan
kuesioner,
sehingga
membutuhkan
waktu respon yang panjang.
5.4 Pemantauan
jaringan
untuk memastikan bahwa
jaringan tetap pada tingkat
operasi yang diinginkan
Pelaksanaan
Sistem
Informasi
Manajemen
Keluarga
Miskin
(SIMGAKIN)
pemantauan
jaringan pada setiap tahunnya
dilakukan setiap tiga bulan
sekali sesuai dengan SOP
(Standar Oprasional) yang
telah di tetapkan, tetapi
adanya perubahan pada tahun
2015 mengenai pemantuan
jaringan yang dilakukan
setiap hari oleh Kantor
Humas dan PDE.
F. PENUTUP
KESIMPULAN
Pelaksanaan SIMGAKIN di
Bappeda Kota Semarang yang
kurang maksimal dilihat dari lima
unsur pendekatan pengembangan
SIM, berdampak pada pengambilan
keputusan yang kurang maksimal.
Salah
satunya
di
Dinas
Pendidikan Kota Semarang yaitu
pengambilan keputusan tentang
bantuan beasiswa miskin yang masih
menggunakan kegiatan lama atau
kegiatan yang dilakukan sebelum
adanya
SIMGAKIN.
Kegiatan
tersebut adalah pemberian fasilitas
SPP siswa miskin yang bersekolah
swasta yang dapat dilihat dari tiga
tahapan pengambilan keputusan
dengan
pemberdayaan
sistem
informasi
manajemen
keluarga
miskin (SIMGAKIN).
a. Berorientasi
Kepada
Keputusan
Dimulai dari pelaksanaan
website
SIMGAKIN
yang
berorientasi kepada keputusan,
dimana
SIMGAKIN
dapat
mendukung visi dan misi Kota
Semarang, selain itu komitmen
seorang kepala Bappeda Kota
Semarang
sudah
dapat
dibuktikan melalui strategistrategi.
Pelaksanaan
SIMGAKIN
membuat adanya perbedaan
layanan yang diberikan kepada
warga miskin lebih cepat dan
tepat, yang dapat dilihat dari
metode, prosedur, dan kegiatankegiatan yang diselenggarakan.
Terakhir adanya intervensi
yang dilakukan oleh pimpinan
Bappeda kepada para staf yang
dibuktikan
dengan
setiap
program
harus
dilakukan
bersama-sama sesuai dengan
tugas
pokok,
memberikan
motivasi kepada para pegawai,
memberikan akses yang mudah
untuk berkoordinasi kepada
setiap SKPD.
Oleh karena itu, dinas
pendidikan Kota Semarang telah
mampu
memahami
permasalahan yang terjadi di
bidang pendidikan, dengan
memanfaatkan
website
SIMGAKIN
sehingga
penerapannya sudah sesuai
dengan proses pengambilan
keputusan
pada
tahap
pemahaman
b. Ketersediaan teknologi
Unsur ke dua ini dapat dilihat
masih minimnya ketersediaan
teknologi pada pelaksanaan
SIMGAKIN. Dimana konsep
database yang dibuat yaitu
dengan konsep satu data yang
dapat digunakan oleh setiap
SKPD,
kemudian
untuk
perangkat lunak dibuat paling
mudah.
Selain itu sama halnya
dengan ketersediaan perangkat
keras
juga
masih
kurang
memenuhi untuk pengelolaan.
Kekurangan tersebut dikarenakan
belum tersedianya SDM yang
professional dalam bidang TI
(Teknologi Informasi) atau tidak
adanya operator (brainware).
Ketersedian teknologi di
Bappeda yang masih kurang
memadai
membuat
proses
pengambilan keputusan di Dinas
Pendidikan
pada
tahap
perencanaan/perancangan juga
kurang maksimal.
c. Pengelolaan Sumber Daya
Manusia
Pada unsur yang ketiga
tentang pengelolaan sumber daya
manusia dalam pelaksanaan
SIMGAKIN masih kurang, hal
ini disebabkan karena adanya
moratorium
sehingga
tidak
adanya pengrekrutan pegawai
oleh Bappeda Kota Semarang.
Sedangkan untuk pelatihan
yang diberikan Bappeda dalam
pelaksanaan
SIMGAKIN
dilakukan setiap tahunnya yang
bekerjasama dengan pihak ketiga
dan lembaga pendidikan, terakhir
Bappeda melakukan perbaikan
kondisi kerja dengan melakukan
pemberikan honor tambahan atau
kompensasi untuk pegawai yang
melaksanakan tugas.
Pengelolaan sumber daya
manusia yang minim membuat
proses pengambilan keputusan
pada tahap pemilihan menjadi
kurang
maksimal.
Dinas
Pendidikan pada tahapan terakhir
ini kegiatan yang dipilih dengan
memberdayakan
SIMGAKIN
yaitu dengan adanya kegiatan
Pemberian fasilitas SPP untuk
siswa miskin yang bersekolah
swasta di Kota Semarang, tetapi
kegiatan tersebut merupakan
kegiatan yang telah dilaksanakan
sebelum
adanya
program
SIMGAKIN.
d. Sistem Komunikasi
Unsur yang keempat adalah
sistem
komunikasi
telah
dilaksanakan dengan maksimal
dan tidak adanya kendala yang
berarti,
seperti
sosialisasi
SIMGAKIN yang diberikan satu
hingga dua tahun sekali.
Data SIMGAKIN diterima
oleh penerima diperlukan suatu
medium untuk mengirimnya,
maka Bappeda memberikan satu
user beserta dengan password
untuk setiap SKPD yang
memiliki
program
untuk
penangggulangan
kemiskinan,
selain itu telah tersedianya media
komunikasi
pada
website
SIMGAKIN yang bertujuan agar
masyarakat
dapat
ikut
berpartisipasi
dengan
cara
memberikan kritik/saran melalui
menu pengaduan.
e. Integrasi
Unsur terakhir atau unsur
kelima
dalam
pelaksanaan
SIMGAKIN yaitu sudah adanya
integrasi yang dibangun dengann
baik. Dimana pada perencanaan
kapasitas data warga miskin yang
akan
dimasukkan
kedalam
database, Bappeda bekerjasama
dengan Kantor PDE.
Selain itu Bappeda juga
melakukan
perencanaan
kerjasama dengan membangun
koordinasi pada setiap SKPD
yang merupakan lembaga teknis
untuk menjalankan program/
kegiatan
penanggulangan
kemiskinan.
Setelah hal tersebut terkait
waktu
respon
data
pada
pendataan warga miskin terbaru
pada pelaksanaan verifikasi dan
identifikasi untuk mengupdate
data warga miskin memerlukan
waktu antara dua sampai tiga
bulan dan hal terakhir, Bappeda
bekerjasama dengan Kantor
Humas
dan
PDE
dalam
prosesnya pemantauan jaringan
yang dilakukan sesuai dengan
SOP yaitu sekitar tiga bulan
sekali tetapi pada tahun 2015
dilakukan pemantuan setiap hari
agar semua kendala-kendala yang
terjadi
cepat.
dapat
diatasi
dengan
SARAN
Berdasarkan hasil analisis data
dalam
penelitian
ini
tentang
pelaksanaan
Sistem
Informasi
Manajemen
Keluarga
Miskin
(SIMGAKIN)
dan
proses
pengambilan keputusan dengan
kegiatan
pemberian
fasilitasi
Sumbangan Pembinaan Pendidikan
(SPP) siswa miskin yang berskolah
swasta di Kota Semarang dapat
diberi saran sebagai berikut:
1. Berorientasi
Kepada
Keputusan
Pelaksanaan
SIMGAKIN
perlu ditata dengan sebaikbaiknya seperti prosedur yang
perlu diterapkan oleh setiap dinas
yang
ikut
serta
dalam
penyelengaraan penanggulangan
kemiskinan, sehingga dapat
mempermudah warga miskin
dalam memperoleh bantuan yang
diberikan oleh pemerintah baik
itu pemerintah pusat atau daerah.
2. Sistem Komunikasi
SIMGAKIN
merupakan
pendataan warga miskin secara
terpadu sehingga perlu adanya
sosialisai kepada masyarakat baik
dari Bappeda dan dinas yang
terkait
tentang
pelaksanaan
SIMGAKIN dan kegiatan yang
menggunakan
SIMGAKIN.
Selain itu terkait dengan adanya
fitur komunikasi pada website
SIMGAKIN bagi masyarakat
untuk
menyampaikan
keluhan/kritik/saran
maka
dengan pemanfaatan teknologi
informasi
seharusnya
keluhan/kritik/saran
tersebut
dapat didisposisikan melalui
sistem
online
kepada
dinas/instansi yang berwenang
3. Ketersedian Teknologi
 software
Amplikasi SIMGAKIN yang
menggunakan software berbasis
website,
tetapi
kurangnya
ketersediaan jaringan internet
sehingga mengakibatkan sulitnya
dalam meng-upload data, grafik
dan foto terbaru kedalam fiturfitur di website. Maka Bappeda
perlu menambahkan kapisatas
jaringan
internet
agar
pengelolaan SIMGAKIN dapat
terus berkembang.
 Hardware
Bagian-bagian pokok dalam
hardware terdiri dari input,
proses dan output. Input dalam
SIMGAKIN berbentuk kuesioner
sehingga baiknya Bappeda perlu
melaksanakan pendataan warga
miskin secara online dan
terintegrasi
dengan
SIMPENDUK (Sistem Informasi
Manjemen
Kependudukan)
dengan demikian Bappeda dapat
memperoleh data secara cepat
dan akurat.
Proses sebaiknya Bappeda
perlu menambahkan beberapa
unit komputer terbaru agar dapat
meningkatkan
kinerja
para
pegawai, dan teerakhir untuk
output sebaiknya Bappeda tidak
perlu memberikan buku dan CD
yang sifatnya mudah rusak tetapi
dapat digantikan dengan harddisk
eksternal yang memiliki sifat
fleksibel dan memiliki kapasitas
data yang besar.

operator (brainware)
Jumlah
operator
pada
pelaksanaan SIMGAKIN masih
kurang karena Bappeda hanya
memiliki tiga staf dan ketiganya
tidak memiliki latarbelakang
pendidikan IT (Information and
Tecnhnology).
Sebaiknya
Bappeda perlu menambahkan
minimal satu operator yang
dikhususkan untuk mengelola
dan mengembangkan website
SIMGAKIN
4. Pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM)
Database warga miskin yang
menggunakan bentuk relation
model divisualisasikan ke dalam
bentuk tabel. Sebaiknya Bappeda
perlu melakukan pengrekrutan
SDM dengan beberapa syarat
tertentu,
yaitu
mengusai
microsoft excel dikarenakan datadata warga miskin disusun dalam
bentuk tabel.
Selain itu SDM juga dituntut
untuk berkinerja tinggi dan
bertanggung
jawab
dalam
melakukan
perkerjaannya.
Kemudian untuk menciptakan
SDM yang berkualitas sebaiknya
Bappeda perlu mengadakan
pelatihan secara rutin dan berkala
yaitu sekitar dua kali dalam
setahun dengan tujuan agar para
pegawai
dapat
lebih
mengembangkan
layanan
SIMGAKIN
yang
berbasis
website.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arikunto, Suharsimi.(2002).Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek.Jakarta:PT.Rineka
Cipta
Afifuddin, dan Saebani, Beni
A.(2009).Metodologi
Penelitian
Kualitatif.Bandung:CV.Pusta
ka Setia
Bungin, Burhan.(2003).Analisis Data
Penelitian
Kualitatif.Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada
Davis, Gordon B.(1998).Kerangka
Dasar
Sistem
Informasi
Manajemen.Jakarta:PT.Pusta
ka Binaman Pressindo
Handoko,
Hadi
T.(2009).Manajemen.Yogyak
arta:BPFE-Yogyakarta
Indrajit,
Richardus
Eko.(2004).Electronic
Government
(Strategi
Pembangunan
Dan
Pengembangan
Sistem
Pelayanan Publik Berbasis
Teknologi
Digital).Yogyakarta:Andi
Kerlinger, Fred N.(1990).Asas-Asas
Penelitian
Behavioral.Yogyakarta:Gadja
h Mada University Press
Kimorotomo,
Wahyudi
dan
Margono,
Agus
S.(2001).Sistem
Informasi
Manajamen.Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Moekijat.(2005).Pengantar
Sistem
Informasi
Manajemen.Bandung:Mandar
Maju
Moleong, Lexy J.(2010).Metodologi
Penelitian
Kulitatif.Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya
Pasolong,Harbani.(2007).Teori
Administrasi
Publik.Bandung:Alfbeta
Purwanto,
Erwan
A
dan
Sulistyastuti,
Dyah
R.(2007).Metode Penelitian
Kuantitatif
untuk
Administrasi Publik dan
Masalah-Masalah
Sosial.Yogyakarta:Gava
Media
Salusu,
J.(2005).Pengambilan
Keputusan Stratejik Untuk
Organisasi
Publik
dan
Organisasi Nonprofit.Jakarta:
PT.Gramedia Widiasarana
Sangarimbun, Masri dan Effendi,
Sofian.(1989).Metode
Penelitian
Survai.Jakarta:PT.Pustaka
LP3ES Indonesia
Sutabri,
Tata.(2005).Sistem
Informasi
Manajemen.Yogyakarta:Andi
Sutanta,
Edhy.(2003).Sistem
Informasi
Manajemen.Yogyakarta:Grah
a Ilmu
Usman,
Husaini
dan
Akbar,
Purnomo
S.(2004).Metodologi
Penlitian
Sosial.Jakarta:PT.Bumi
Aksara
Winarno, Wahyu.W.(2006).Sistem
Informasi
Manajemen.Yogyakarta: UPP
STIM YKPN
WEBSITE
http://simgakin.semarangkota.go.id/
http://www.babelprov.go.id/conten
t/dinas-komunikasi-dan-informatika
UNDANG-UNDANG
Intruksi Presiden No.3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional
Pengembangan
EGovernment
Peraturan Daerah Kota Semarang
No.4
Tahun
2008
tentang
Penanggulangan Kemiskinan di Kota
Semarang
Peraturan
Walikota
Semarang
Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Semarang
Peraturan
Walikota
Semarang
Nomor 24 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas
Pendidikan Kota Semarang
Download