asli koper - Repository Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

advertisement
1
PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH SITOKININ PADA
BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L)
Oleh:
CICA RAHIM
NIM: 080 500 113
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
2
PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH SITOKININ PADA
BIBIT TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L)
Oleh:
CICA RAHIM
NIM: 080 500 113
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Sitokinin Pada Bibit
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)
Nama
: CICA RAHIM
NIM
: 080 500 113
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji,
Jamaluddin, SP, M. Si
NIP. 19720612 200112 1 003
Daryono, SP
NIP. 1980 0202 2008121 002
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan,
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Syarifuddin .MP
NIP. 19650706 2001121 001
Ir. Hasanudin .MP
NIP. 19630805 198903 1 005
Lulus ujian pada tanggal 12 Agustus 2012
1
ABSTRAK
CICA RAHIM. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Sitokinin Pada Bibit Tanaman
Kakao (Theobroma cacao L) dibawah bimbingan JAMALUDDIN, SP, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah yaitu untuk mengetahui efek pemberian zat pengatur
tumbuh Sitokinin terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kakao.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung dari tanggal 20 Mei sampai 12 Juli 2011
meliputi persiapan, penanaman, pengambilan data dan pengolahan data. Penelitian ini
dilakukan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuan terdiri dari
pemberian ZPT Sitokinin dengan kosentrasi 1,5 ml pertanaman (P 1), pemberian ZPT
Sitokinin dengan kosentrasi 2 ml pertanaman (P2 ), pemberian ZPT Sitokinin dengan
kosentrasi 2,5 ml pertanaman (P3 ) dan rancangan penelitian yang digunakan adalah
rataan sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tinggi tanaman bibit kakao
yang tertinggi yaitu pada perlakuan P3 dengan nilai rata-rata 25,18 cm dengan
perlakuan pemberian ZPT
Sitokinin sebanyak 2,5 ml sedangkan nilai rata-rata
jumlah daun bibit tanaman kakao yang tertinggi yaitu pada perlakuan P2 dengan nilai
rata-rata 7,92 dengan perlakuan pemberian ZPT Sitokinin sebanyak 2 ml.
1
RIWAYAT HIDUP
CICA RAHIM, lahir pada tanggal 15 Agustus 1987 di Sabintulung, Kecamatan
Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Anak ke
8 dari 9 bersaudara dari pasangan Bapak Waryadi dan Ibu Masitah.
Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 029 Muara Kaman lulus
pada Tahun 2002, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Negeri 2 Muara Kaman dan lulus pada Tahun 2005, kemudian melanjutkan
ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sebulu dan lulus pada tahun 2008.
Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2008 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda,
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 3 Maret 2010 sampai 3 Mei 2011 mengikuti kegiatan Praktek
Kerja Lapang di PT. Anugerah Urea Sakti. Desa Puan Cepak Kecamatan Muara
Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara. Provinsi Kalimantan Timur.
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi
syarat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
materil.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan.
4. Bapak Jamaluddin, SP, MSi selaku dosen pembimbing.
5. Bapak Daryono SP, selaku dosen penguji
6. Seluruh Staf Dosen dan Teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan karya ilmiah dan seluruh mahasiswa Program Studi
budidaya tanaman perkebunan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini.
Semoga dengan segala keterbatasan penulis, apa yang telah dihasilkan dalam
penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca.
Penulis
Kampus Sei Keledang 12 Agustus 2011
1
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN .........................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
A. Sistematika dan Morfologi Tanaman Kakao ............................
B. Zat Pengatur Tumbuh...............................................................
C. Sitokinin ...................................................................................
6
6
12
14
III.
METODE PENELITIAN ............................................................
A. Tempat dan Waktu ...................................................................
B. Alat dan Bahan.........................................................................
C. Rancangan Penelitian...............................................................
D. Prosedur Penelitian...................................................................
E. Pengambilan Data ....................................................................
F. Analisa Data .............................................................................
15
15
15
15
16
18
18
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
A. Hasil Tinggi Tanaman..............................................................
B. Pembahasan..............................................................................
C. Hasil Jumlah Daun ...................................................................
D. Pembahasan..............................................................................
19
19
19
21
21
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran .........................................................................................
24
24
24
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
25
LAMPIAN .............................................................................................. ..
26
2
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Pengukuran tinggi bibit (cm) kakao pada tiap perlakuan
yang berbeda ........................................................................................
27
2. Pengukuran jumlah daun (helai) kakao pada tiap perlakuan
yang berbeda ........................................................................................
28
3. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao pada tiap perlakuan
yang berbeda ........................................................................................
29
4. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao pada tiap perlakuan
yang berbeda ........................................................................................
29
5. Layout penelitian..................................................................................
30
6. penyiraman...........................................................................................
31
7. Pengukuran novelgro kedalam gelas ukur ...........................................
31
8. Pencampuran novelgro dengan air .......................................................
32
9. Penyemprotan.......................................................................................
32
10. Penghitungan jumlah daun ...................................................................
33
11. Pengukuran tinggi tanaman..................................................................
33
3
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Data peranan fungsi ZPT pada pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan..............................................................................................
13
2. Data pengukuran pertumbuhan tinggi bibit (cm) kakao
pada tiap perlakuan yang berbeda ........................................................
19
3. Data pertumbuhan jumlah daun (helai) kakao
pada tiap perlakuan yang berbeda ........................................................
21
4
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Grafik pengukuran pertumbuhan tinggi (cm) bibit tanaman kakao
pada tiap perlakuan yang berbeda ........................................................
20
2. Grafik pertumbuhan jumlah daun (helai) bibit tanaman kakao
pada tiap perlakuan yang berbeda ........................................................
22
1
I.
PENDAHULUAN
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga
dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau
mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di
amerika selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah
hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. O leh karena itu
dalam budidayanya tanaman kakao memerlukan naungan, sebagai daerah tropis
Indonesia yang terletak antara 6 LU 11 LS merupakan daerah ya ng sesuai untuk
tanaman kakao. Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesusaian lahan dengan
kondisi tanah kakao dan untuk pengembangan tanaman kakao.
Mutu biji kakao sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat
produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara dan
curah hujan. Namun yang paling menentukan adalah proses permentasi biji kakao
sebab kegagalan pada proses permentasi tidak dapat diperbaiki pada proses
selanjutnya dan sebagai tanaman yang berumur panjang dan inang dari berbagai
macam hama dan penyakit maka di anjurkan untuk mengunakan bahan tanaman
unggul yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap hama-penyakit (Anonim, 2011).
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas yang diutamakan di
Kalimantan timur tetapi terdapat kendala yang mengganggu yaitu pertumbuhan yang
kurang baik. Dengan pemberian pupuk pada pembibitan tanaman kakao dinilai dapat
2
membantu pertumbuhan tanaman kakao agar menjadi lebih baik dan dapat
berkembang dengan baik setelah di tanam di areal kebun. Pemupukan yang efektif
adalah pemupukan yang berfungsi menambahkan unsur hara yang tersedia dalam
jumlah sedikit di dalam tanah. Dampak pemupukan yang efektif dapat dilihat pada
pertumbuhan tanaman yang optimal (Hardisuwito, 2007).
Berbagai jenis zat pengatur tumbuh untuk merangsang dan mempercepat
pertumbuhan akar, tunas dan daun.
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan.
Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh
tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada
berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagianbagian yang berbeda pada tumbuhan.
Dengan menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang
disekresi oleh kelenjar kealiran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan
bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon
pertumbuha n. Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi yang lebih terperinci
terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau
jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus.
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi
sel-sel
yang
juga
penghasil
senyawa
tersebut
disamping
mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat
3
pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara
sistemik atau sinyal jarak jauh.
Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi
melalui pembuluh xylem . Aplikasi untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur
jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman
dewasa. Sitokinin memiliki struktur menyerupai adenin yang mempromosikan
pembelahan sel dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin. Kinetin adalah
sitokinin pertama kali ditemukan dan dinamakan demikian karena kemampuan
senyawa untuk mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun itu adalah
senyawa alami, Hal ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu biasanya dianggap
sebagai "sintetik" sitokinin (berarti bahwa hormon disintesis di tempat lain selain di
pabrik). Sitokinin telah ditemukan dihampir semua tumbuhan yang lebih tinggi serta
lumut, jamur, bakteri, prokariota dan eukariota. Saat ini ada lebih dari 200 sitokinin
alami dan sintetis serta kombinasinya. Konsentrasi sitokinin yang tertinggi di daerah
meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan seperti akar, daun muda,
pengembangan buah-buahan, dan biji- bijian. Sitokinin pertama kali ditemukan oleh
ilmuwan Amerika bernama Folke Skoog pada tahun 1954. Sitokinin umumnya
ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di daerah meristematik dan jaringan
yang berkembang. Mereka diyakini disintesis dalam akar dan translokasi melalui
xilem ke tunas. biosintesis sitokinin terjad i melalui modifikasi biokimia adenin.
Proses dimana mereka disintesis adalah sebagai berikut: Sebuah produk jalur
4
mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah isomer, isomer ini kemudian dapat
bereaksi dengan adenosine monophosphate dengan bantuan sebuah enzim yang
disebut isopentenyl AMP synthase. Hasilnya adalah isopentenyl adenosin -5-fosfat
(AMP isopentenyl). Produk ini kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh
isopentenyl pemindahan fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke
isopentenyl adenin dengan menghilangkan kelompok ribosa.
Isopentenyl adenin
dapat dikonversi ke tiga bentuk utama sitokinin alami. Degradasi sitokinin sebagian
besar terjadi karena enzim oksidase sitokinin. Enzim ini menghapus rantai samping
dan rilis adenin. Ada beberapa macam sitokinin yang telah diketahui, diantaranya
kinetin, zeatin (pada jagung), Benziladenin (BA), Thidiazuron dan Benzil Amino
Purin (BAP) namun sitokinin ditemukan hampir disemua jaringan meristem.
Peranan sitokinin antara lain:
1. bersama dengan auksin dan giberelin merangsang pembelahan sel-sel tanaman.
2. merangsang morfogenesis ( inisiasi / pembentukan tunas) pada kultur jaringan.
3. merangsang pertumbuhan pertumbuhan kuncup lateral.
4. merangsang perluasan daun yang dihasilkan dari pembesaran sel atau merangsang
pemanjangan titik tumbuh daun dan merangsang pembentukan akar cabang.
5. meningkatkan membuka stomata pada beberapa spesies.
6. mendukung konversi etioplasts ke kloroplas melalui stimulasi sintesis klorofil.
7. menghambat proses penuaan (senescence ) daun.
8. mematahkan dormansi biji Merk dagang antara lain: Novelgro. Sitokinin alami
terdapat pada air kelapa.
5
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek pemberian
zat pengatur tumbuh Sitokinin terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun tanaman kakao.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan tentang pengaruh pemberian zat
pengatur tumbuh Sitokinin terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun tanaman
kakao.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika dan Morfologi Tanaman Kakao
1. Sistematika Tanaman Kakao
Menurut Sugiharti (2008) sistematika tanaman kakao adalah sebagai
berikut:
Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Famili
: Sterculiceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
2. Varietas tanaman kakao
Tanamaan kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tipe besar yaitu:
a. Criollo
Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi atau kakao mulia. Criollo
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pertumbuhan kakao kurang kuat dan produksinya relatif rendah.
2. Masa berbuah lambat.
3. Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit.
4. Kulit buah tipis dan mudah diiris, terdapat 10 alur yang letaknya berselangseling.
7
5. Ujung buah umumnya berbentuk tumpul, sedikit bengkok dan endospermnya
berwarna putih.
6. Tiap buah berisi 30- 40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulat.
7. Warna buah umunya merah dan bila sudah masak menjadi oranye.
b. Forastero
Forastero umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut kakao
curah. Tipe forastero memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Pertumbuhan tanaman kuat dan produksi lebih tinggi.
b.
Masa berbuah lebih awal, umunya diperbanyak dengan semaian hibrida.
c.
Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
d. Kulit buah agak keras tetapi permukaannya lebih halus, alur-alur kulit buah
agak dalam, proses fermentasi lama.
e.
Endospermanya berwarna unggu tua dan brbentuk gepeng.
f.
Rasa biji lebih pahit, dan kulit buah berwarna hijau dan merah.
c. Trinitario
Trinitario merupakan hasil persilangan antara Criollo dan Forastero. Dari
persilangan ini terdapat jenis-jenis baru yang mutunya baik,buah dan bijinya
besar. Jenis Trinitario dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu :
1) Angoleta, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Kulit luar sangat kasar, buah besar, beralur dalam.
b) Biji bulat, mutu seperior, endospermnyaberwarna unggu.
2) Cundeamor, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
8
a) Bentuk buah seperti Angoleta, kulit buah kasar, dan alur tidak dalam.
b) Bijinya gepeng dan superior, endospermnya unggu gelap.
3) Amelonado, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Bentuk buah bulat telur , kulit sedikit halus, dan alur-alurnya jelas.
b) Bijinya gepeng, mutu ada yang sedang dan ada yang superior
c) Endospermnyaberwarna unggu.
4) Calaba cillo, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Buahnya pendek dan bulat, kulitnya sangat halus dan licin alur dangkal,
bijinya gepeng dan rasanya pahit.
b) Endospermnya berwarna ungu.
3. Morfologi Tanaman Kakao
a. Akar
Akar tanaman kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar kakao bisa
sampai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah bawah. Tanaman kakao
yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak
menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak
jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar yang
menyerupai akar tunggang.
b. Batang dan cabang
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk
tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas
9
ortotrop atau tunas air (wiwilan), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya
kesamping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas) (Anonim, 2004).
c. Daun
Daun tanaman kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang
daun berkisar 25 – 34 cm dan lebarnya 9 – 12 cm. daun yang tumbuh pada
ujung- ujung tunas biasanya berwarna merah dan disebut flush, permukaannya
seperti sutera. Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjad i hijau dan
permukaannya kasar. Pada umumnya daun-daun yang terlindung lebih tua
warnanya bila dibandingkan dengan daun ya ng lansung terkena sinar matahari.
d. Bunga
Jumlah bunga kakao mencapai 5.000 – 12.000 bunga per-pohon pertahun, tetapi jumlah buah matang yang dihasilkannya hanya berkisar 1 % saja.
e. Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit
buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm. pada waktu muda, biji
menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka
biji akan terlepas dari kulit buah, buah yang demikian bila digoncang akan
berbunyi.
10
4.
Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
Curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor
iklim yang menentukan. Demikan juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat
kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap
unsur hara (Sunanto, 2004).
a. Curah hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman
dan produksi kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Areal penanaman
kakao yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100 – 3.000 mm pertahun.
b. Temperatur
Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30 0 – 320 C (maksimum)
dan 180 - 210 C (minimum).
c. Sinar matahari
Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis yang di
dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan
penuh.
d. Tanah
Ke asaman (ph) yang diperlukan tanaman kakao adalah 6 – 7,5 tidak lebih
tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4.
tanaman kakao adalah lempung liat berpasir.
Tekstur tanah yang baik untuk
11
5. Pembibitan Tanaman Kakao
1. Perkecambahan benih
Menurut
(Kamil,
1979).
Pengertian
perkecambahan
adalah
mengaktifkan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis di dalam yang
terhenti untuk selanjutnya membentuk bibit. Perkecambahan ini tidak hanya
di pakai khusus untuk biji tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan
lainnya. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah
umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar
dari benih. Sebagai bahan baku dan energi embrio pada saat perkecambahan.
Di duga bahwa benih yang berukuran besar dan berat
menga ndung
cadangan makanan lebih banyak di bandingkan dengan benih yang kecil,
mungkin embrionya lebih besar.
2. Pembibitan
Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu;
a. Dekat sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainasenya baik,
berlindung dari angin yang kencang dan sinar matahari langsung, dan
tidak terganggu oleh hama .
b. Tempat pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan
angin yang kencang. Naungan dapat berupa tanaman hidup seperti
lamtoro, atau kelapa atau anyaman bambu menghadap ketimur dengan
tingggi 2 m.
12
c. Media polybag adalah campuran dari tanah yang subur (top soil), pasir,
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 atau 2:2:1.
B. Zat Pengatur Tumbuh
ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan
fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada didalam tanaman atau
menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi
hormon dengan baik.
Hormon yang berasal dari bahasa Yunani ya itu hormaein ini mempunyai
arti: merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas
biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa
organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau prosesproses fisiologi tanaman.
13
Tabel 1. Peranan ZPT pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
ZPT
Fungsi
Mempengaruhi
Tempat
pertambahan
panjang
batang, Meristem apikal
pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; tu- nas ujung,
Auksin
perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme daun muda,
dan geotropisme.
embrio dalam
biji.
Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar; Pada akar,
mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara
embrio dan buah,
Sitokinin umum, mendorong perkecambahan; dan menunda berpindah dari
penuaan.
akar ke organ
lain.
Mendorong
Giberilin
perkembangan
biji,
perkembangan Meristem apikal
kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun; tu- nas ujung dan
mendorong pembungaan dan perkembangan buah; akar; daun muda;
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.
embrio.
Menghambat pertumbuhan; merangsang penutupan Daun; batang,
Inhibitor
stomata pada waktu kekurangan air, memper-tahankan akar, buah
dormansi.
berwarna hijau
Mendorong pema tangan; memberikan pengaruh yang
Buah yang
berlawanan
Etilen
dengan
beberapa
pengaruh
auksin; matang, buku
mendorong atau menghambat pertumbuhan dan pada batang,
perkembangan akar, daun, batang dan bunga.
daun yang sudah
menua.
14
C. Sitokinin
Butir klorofil merupakan pabrik fotosintesis yang mengubah energi kinetik
dari matahari menjadi energi potensial berupa karbohidrat pada tanaman. Hasil
fotosintesis dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan butir klorofil dan
memperpanjang umur klorofil tanaman.
Sitokinin dapat meningkatkan butir klorofil dan memperpanjang umur
klorofil yang menyebabkan proses penuaan pada tanaman diperlambat dengan
demikian umur tanaman lebih panjang. Dengan meningkatnya fotosintesis maka
daya serap hara dari tanah juga meningkat dan ak ibatnya jumlah produksi
meningkat.
Manfaat Sitokinin :
1. Sitokinin dapat dipakai pada semua jenis tanaman.
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi.
3. Meningkatkan produksi rata-rata 25-35 % pada tanaman dan keadaan tertentu
akan meningkatkan produksi sampai 100%.
4. Mempercepat pertumbuhan tunas dan meningkatkan kejaguran (vigor).
5. Memperpanjang umur simpan buah dan sayur serta memperpanjang masa
hidup bunga potong.
6. Memacu pertumbuhan pada kultur jaringan.
15
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2. Waktu
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama dua bulan
terhitung dari
tanggal 20 Mei sampai 12 Juli 2011 meliputi persiapan,
penanaman, pengambilan data dan pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu: parang, ember, gayung, polybag, gembor, alat tulis
menulis, label, penggaris, kamera dan cangkul.
Bahan yang digunakan yaitu: bibit tanaman kakao dengan umur 4 bulan dan zat
pengatur tumbuh novelgro.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dan 10 kali ulangan yaitu:
P1 : Dengan konsentrasi 1,5 ml L1 air
P2 : Dengan konsentrasi 2 ml L1 air
P3 : Dengan konsentrasi 2,5 ml L1 air
Selanjutnya masing- masing perlakuan tersebut diulang sebanyak 10 kali.
Sehingga jumlah polybag seluruhnya 30 polybag.
16
D. Prosedur Penelitian
a. Persiapan areal
Areal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pencahayaan yang
optimal, dekat dengan sumber air, jauh dari gangguan hama dan penyakit serta
mudah diawasi. Areal yang kemudian digunakan dibersihkan dan tanahnya
diratakan agar mempermudah proses penyusunan polybag.
b. Persiapan naungan
Bibit yang baru ditanam tidak tahan terhadap sinar matahari langsung
karena itu perlu diberi naungan, naungan yang digunakan dari pohon gamal
dengan atap daun salak.
Untuk tinggi pada belakang naungan 1,50 m, tinggi pada bagian depan 1,70
lebar pada naungan 2,25 m dan panjang naungan 2,50 m.
c. Persiapan media tanam
Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah tanah topsoil yang
diambil dari sekitar areal penelitian. Tanah dibersihkan dari akar-akar pohon,
daun dan kerikil, lalu digemburkan dan diayak. Tanah yang sudah diayak
tersebut kemudian dimasukan kedalam polybag.
Polybag yang sudah diisi dengan tanah lalu disusun sesuai dengan
perlakuannya. Jarak antara polybag 75 x 25 cm.
17
d. Persiapan bahan tanaman
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kakao
dari perbanyak secara generatif berumur 4 bulan. Bibit kakao diperoleh dari
beramba i. Varietas bibit tanaman kakao yang digunakan yaitu Forastero.
e. Penanaman bibit
Masing- masing
polybag
ditanami
bibit
tanaman
kakao
dengan
pertumbuhan yang seragam pada setiap perlakuan. Untuk menghindari
terjadinya bias pada perlakuan, maka dilakukan pengukuran pendahuluan untuk
mengetahui data awal tanaman sebelum dilakukan pengamatan selanjutnya.
Yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun.
f. Perlakuan ZPT Sitokinin
Pemberian Zat pengatur tumbuh Sitokinin dilakukan setelah satu minggu
penanaman, selanjutnya pemupukan dengan cara menyemprotkan pada setiap
tanaman yang telah dicampurkan ZPT Sitokinin dengan air sesuai dengan
konsentrasi yang telah ditentukan yaitu, P1 : 1,5 ml L-1 air, untuk P2: 2 ml L-1 air
dan P3 : 2,5 ml L-1 air. Penyemprotan ZPT Sitokinin dilaksanakan pada pagi
hari dan penyemprotan dilakukan sebanyak dua kali dalam dua bulan.
g. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan
alat gembor.
tanaman.
Penyiangan hanya dilakukan apabila terdapat gulma disekitar
18
E. Pengambilan Data
Data tanaman yang diambil setiap 1 minggu sekali dengan parameter yang
diambil adalah :
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang 1 cm dari permukaan tanah
sampai ujung pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi dengan menggunakan
penggaris.
2. Jumlah daun.
Jumlah daun yang diamati adalah daun yang sudah membuka sempurna.
F. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan rataan hitung sederhana (Nugroho dkk, 1995)
dengan rumus yang digunakan adalah :
x =
? x
n
x
= rata-rata hitung
n
= banyaknya data
x
= variasi yang diteliti
?
= jumlah
19
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tinggi Tanaman
a. Hasil
Dari hasil penelitian pemberian zat pengatur tumbuh Sitokinin pada bibit
tanaman kakao (Theobroma cacao L). Dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Table 2. Data pengukuran pertumbuhan tinggi bibit (cm) kakao
perlakuan yang berbeda.
Pengamatan
Perlakuan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke 0
ke 1
ke 3
ke 5
ke 7
P1
21,44
21,94
22,33
22,74
23,25
P2
21,38
21,88
22,37
22,65
23,92
P3
23,9
24,9
25,31
25,55
26,27
pada tiap
Ratarata
22,34
22,44
25,18
b. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah diamati pada pertumbuhan tinggi bibit
tanaman kakao dengan pemberian ZPT Sitokinin pada masing masing perlakuan
secara bervariasi diperoleh nilai rata-rata yang berbeda-beda dapat dilihat pada
gambar grafik 1 dibawah ini.
20
Gambar 1. Grafik pengukuran pertumbuhan tinggi (cm) bibit tanaman kakao
pada tiap perlakuan yang berbeda.
Nilai rata-rata tinggi tanaman bibit kakao yang tertinggi yaitu pada
perlakuan P3 dengan nilai rata-rata 25,18 cm dengan perlakuan pemberian ZPT
Sitokinin sebanyak 2,5 ml, dan untuk perlakuan P2 dengan pemberia n ZPT
Sitokinin sebanyak 2 ml mendapat nilai rata –rata 22,44 cm, sedangkan pada
perlakuan P1 dengan perlakuan pemberian ZPT Sitokinin sebanyak 1,5 ml
mendapat nilai rata-rata terendah yaitu 22,34 cm. Pada perlakuan P3
mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yaitu 25,18 cm. Perbedaan ini disebabkan
karena
banyaknya
pemberian
ZPT
pertumbuhannya juga semakin cepat.
Sitokinin
pada
tanaman
maka
Menurut (Widyastuti, 2001) fungsi
pemberian ZPT Sitokinin dapat mempengaruhi pertambahan panjang batang
dan umur tana man.
21
2. Jumlah Daun
a. Hasil
Dari hasil penelitian pemberian zat pengatur tumbuh Sitokinin terhadap
pertumbuhan jumlah daun pada bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L).
Dapat dilihat pada table 3 dibawah ini.
Table 3. Data pertumbuhan jumlah daun (helai) kakao pada tiap perlakuan
yang berbeda.
Pengamatan
Perlakuan
RataMinggu Minggu Minggu Minggu Minggu
rata
ke 0
ke 1
ke 3
ke 5
ke 7
P1
4,8
5,8
7,4
8,4
9,7
7,22
P2
4,7
6,4
8,7
9,8
10
7,92
P3
4,7
4,7
6,5
9,1
8,8
6,76
b. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah diamati pada pertumbuhan jumlah
daun tanaman kakao dengan pemberian ZPT Sitokinin pada masing masing
perlakuan secara bervariasi diperoleh nilai rata-rata yang berbeda-beda dapat
dilihat pada gambar grafik 2 dibawah ini.
22
Gambar 2. Grafik pertumbuhan jumlah daun (helai) bibit tanaman kakao pada
tiap perlakuan yang berbeda.
Nilai rata-rata jumlah daun bibit tanaman kakao yang terlihat pada
grafik diatas, yang dapat nilai tertinggi yaitu pada perlakuan P2 dengan nilai
rata-rata 7,92 dengan perlakuan pemberian ZPT Sitokinin sebanyak 2 ml, dan
untuk perlakuan P1 dengan pemberian ZPT Sitokinin sebanyak 1,5 ml mendapat
nilai rata –rata 7,22 sedangkan pada perlakuan P3 dengan perlakuan pemberian
ZPT Sitokinin sebanyak 2,5 ml mendapat nilai rata-rata terendah yaitu 6,76.
Nilai rata-rata jumlah daun bibit tanaman
kakao yang tertinggi yaitu pada
perlakuan P2 dengan nilai rata-rata 7,92.
Perbedaan ini disebabkan karena
pada komposisi dan perlakuan pemberian ZPT Sitokinin sebanyak 2 ml dapat
merangsang pertumbuhan daun dengan cepat dan serentak
pertumbuhan jumlah daun lebih meningkat (Widyastuti, 2001).
sehingga
23
Sedangkan pada perlakuan P3 dengan nilai rata-rata terendah yaitu 6,76.
Perbedaan ini disebabkan karena tanaman mengalami stres, apabila tanaman
mengalami stres akan berpengaruh pada daun, daun tersebut akan gugur. Stres
pada bibit tanaman kakao disebabkan karena kelebihan kosentrasi atau takaran
yang diberikan. Menurut (Widyastuti, 2001) kelebihan pemberian ZPT dapat
menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan
bahkan membunuh tanaman.
Cara Penggunaan Sitokinin:
1. Larutkan kedalam air dengan perbandingan 1 : 1.000 ( 1 ml cairan sitokinin
dilarutkan kedalam 1 liter air ).
2. Disemprotkan pada daun.
3. Gunakan setiap 2-4 minggu sekali.
4. Semprotkkan pada pagi hari saat stomata terbuka, stomata terdapat pada
permukaan atas dan permukaan bawah daun.
5. Penggunaan
berimbang.
sitokinin,
sebaiknya
diiringi
dengan
pemupukan
yang
24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dengan pemberian ZPT Sitokinin pada kosentrasi sebanyak 2,5 ml L1 air sangat
efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao.
2. Perlakuan pemberian ZPT Sitokinin dengan kosentrasi sebanyak 2 ml L1 air
sangat efektif untuk meningkatkan pertumbuhan jumlah helai daun bibit
tanaman kakao.
3. Dari ketiga perlakuan pemberian ZPT Sitokinin dengan kosentrasi yang tinggi
dapat menimbulkan kecenderungan bahwa semakin besar kosentrasi yang
diberikan, maka bibit tanaman kakao akan stres sehingga mengakibatkan
kerontokan pada daun tersebut.
B. Saran
1. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao yang baik dapat
digunakan ZPT Sitokinin dengan kosentrasi 2 ml, karena selain bisa
memberikan pertumbuhan yang baik bagi bibit tanaman kakao dan juga bisa
memacu pertumbuhan daun dan menghambat penuaan daun.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan bibit tanaman kakao yang lebih baik maka
perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penggunaan kosentrasi yang lebih
tepat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta
Anonim, 2009. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/kultur jaringan tanaman/zat
pengatur -Tumbuh-dalam-kultur-jaringan/ Karya Anak Bangsa Untuk
Nusantara. Jakarta. Akses tgl 26 Desember 2010
Anonim,
2011
www.ideelok.com/budidaya
-tanaman
/kakao/panenkakaobooks.google.co.id/books?id=ztg_weaCOj4C&Pg=PA2&ipg=padlpgletaratur -tanaman-kakao & source 20/7/2011
Hardisuwito, 2007. Membuat pupuk kompos cair. Agromedia Pustaka, Jakarta
Kamil, 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya. Padang
Nugroho dkk. 1995. Rumus-rumus Statistik Serta Penerapannya. CV. Rajawali.
Jakarta
PT Natural Nusantara, 2007. DIVINKOM 2008 - Universitas Udayana
Sunanto, 2004. Cokelat, Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya.
Kanisius. Yogyakarta
Sugiharti, 2008. Petunjuk Praktis Menanam Kakao. Binamuda. Yogyakarta
Widyastuti, dan Tjokrokusumo. 2001. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jakarta. Akses 26 Desember 2010
1
Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman dengan komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet pada umur 60 HST.
Tinggi Tanaman Bibit Kakao (cm) ke-
Minggu
Perlakuan
Ke1
1
19,5 24,4 25,5
P2
21,3
23,2
24
26,8
P3
26
26,9
24
20,5
5
6
7
8
28,2 19,3 21,5 18,5
20
9
10
?
x
19,5 19,5 214,4 21,44
19,1 22,1 15,4
22,9
19
29,9 23,5 21,8 18,9
22,5
25
213,8 21,38
239
23,9
Tinggi Tanaman Bibit Kakao (cm) tanaman kePerlakuan
1
2
3
4
P1
19
19,9
25
26
P2
21,8
23,7 24,5 27,3
20,5 19,6 22,6 15,9
P3
26,5
27,4 24,5
30,4
21
5
6
28,7 19,8
24
7
8
9
10
22
19
20
20
22,3 19,4
219,4 21,94
23,4 19,5 218,8 21,88
28
25,5
249
24,9
Tinggi Tanaman Bibit Kakao (cm) tanaman ke-
Minggu
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
P1
19
20
27
26,5
28,3
20
P2
21,9
23,8
25
27,9
21
P3
27,2
27,5
25
21,3
Ke-
Minggu Perlakuan
7
8
23,3 19,2
19,9 23,9 16,8
32,5 23,5 22,4 19,1
9
10
20
20
223,3 22.33
23,5
20
223,7 22,37
28,8 25,8 253,1 25,31
Tinggi Tanaman Bibit Kakao (cm) tanaman ke1
2
3
4
P1
19
20
27
26,9
P2
23,5
Ke
4
4
18,5
Ke-
3
3
P1
Minggu
2
2
24,3 25,1 27,2
5
6
9
10
28,6 20,8 24,1 19,8
20,2
21
227,4 22,74
21,1
23,5
20
226,5 22,65
21
7
8
23,5 17,3
2
P3
27,3
32,9
24
23
19,2
28,9 25,9 255,5 25,55
Tinggi Tanaman Bibit Kakao(cm) tanaman ke-
Minggu
Perlakuan
1
2
P1
19,3
21
P2
23,6
24,3 25,4
28
P3
27,9
28
22
Ke
5
27,7 25,2 21,4
3
4
27,3 28,2
25,7
5
6
7
28,7 21,4 24,7
8
9
10
20
20,9
21
21,2 21,2 23,7 27,6
34
24,5 23,6 19,5
232,5 23,25
23,7 20,5 239,2 23,92
21,2 28,5 254,9 25,49
3
Lampiran 2. Pengukuran Jumlah daun (helai) Tanaman Bibit Kakao
Jumlah daun (helai) tanaman ke-
Minggu
Perlakuan
5
47
4,7
5
4
47
4,7
7
8
9
10
P1
4
5
7
4
6
5
4
4
4
P2
6
5
6
4
4
5
4
4
P3
5
5
5
7
5
4
4
3
Jumlah daun (helai) tanaman ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
5
6
9
5
7
6
4
4
4
8
58
5,8
P2
8
7
8
8
6
7
4
5
5
6
64
6,4
P3
6
7
4
9
5
5
6
3
6
5
47
4,7
Jumlah daun (helai) tanaman kePerlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
6
7
11
5
6
8
5
6
6
14
74
7,4
P2
10
9
10
11
8
10
6
8
7
8
87
8,7
P3
8
7
2
9
8
7
6
5
8
5
65
6,5
Ke-
Perlakuan
Jumlah daun (helai) tanaman ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
9
8
12
6
7
9
7
6
7
13
84
8,4
P2
11
9
10
12
9
13
6
9
9
10
98
9,8
P3
8
10
4
13
11
10
9
5
9
12
91
9,1
Ke
Minggu
4
6
Minggu
4
4,8
5
Perlakuan
Minggu
48
4
Ke-
3
5
3
Minggu
2
x
2
Ke-
1
?
1
Perlakuan
Jumlah daun (helai) tanaman ke-
4
Ke
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
8
9
12
9
9
11
7
8
8
16
97
9,7
P2
11
10
10
12
10
12
8
10
9
8
100
10
P3
8
9
4
13
11
11
9
7
9
7
88
8,8
5
Gambar 3. Penyiraman
Gambar 4. Pengukuran novelgro kedalam gelas ukur
6
Gambar 5. Pencampuran novelgro dengan air
Gambar 6. Penyemprotan
7
Gambar 7. Penghitungan jumlah daun
Gambar 8. Pengukuran tinggi tanaman
Download