Peran Strategis Indonesia dalam Sistem Pertanian-Pangan Global Oleh: DR. Sufrin Hannan Direktur Komersial-2 PT. SUPERINTENDING COMPANY OF INDONESIA (PERSERO) Dr. IR. SUFRIN HANNAN, M.M., EPC. • • • • • • • • • Direktur Komersial 2, PT. SUCOFINDO (Persero) Erickson Professional Coach S1 HPT, Pertanian, IPB, 1987. S2 Marketing, Universitas Bandar Lampung, 2000. S3 Doktor Manajemen Bisnis, SB-IPB, 2014. Dosen S2 Marketing, Binus Business School Dosen S2 Marketing, UNPAK Bogor Sekjend Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO) Wakil Direktur Lembaga Sertifikasi Usaha Jasa Pertambangan (LS-Aspindo) TOPIK • Gambaran Sistem Pertanian-Pangan Dunia Saat Ini • Globalisasi dan Dampak Sistem Pertanian-Pangan Dunia • Tantangan Sistem Pertanian-Pangan • Peluang Bagi Ilmu Pertanian-Pangan • Mengembangan Tata-Kelola Sistem Pertanian-Pangan Indonesia • Ekspor & Standar Produk Pertanian-Pangan • Tren Standar Pertanian-Pangan • Jasa Bidang Pemastian Dalam Sistem Pertanian-Pangan Dari mana Kita Harus Memulai? Global agrifood systems are undergoing a rapid transformation. Technological change, trade liberalisation, foreign direct investment, urbanisation and rising middle-classes in developing countries, and globalising preferences and lifestyles are all factors that contribute to profound shifts in the way food is produced, processed, distributed and consumed (Matin Qaim, in the 12th European Nutrition Conference, Berlin 20–23 October 2015) Globalisasi AgriFood System – Liberalisasi & Harmonisasi Dua Kata Kunci Globalisasi Liberalisasi • Perdagangan Bebas. • Reduksi bahkan eliminasi Tariff Barrier & Trade Regulation Harmonisasi • Standar Mutu & Keamaman Pangan • Standar Lingkungan dan lainnya Globalisasi dan “Agri-Food Complex” • The industrial agrifoods complex is a phrase used by food system scholars such as Eric Holt-Giménez to explain the intricate interconnectedness of our global food system. • The "agrifoods" companies consist of large multinational organizations that have monopolized food supply, production, and distribution. • They include Monsanto, Cargill and ConAgra Foods. These companies along with growing megacompanies such as Dow, Pepsi, Nestle and the Grocery Manufacturers Association have influenced food policy in a neoliberal way. Globalisasi AgriFood System Dampak Terhadap Pertanian-Pangan Kita Ketahanan Pangan & Pertanian IMPACT Keamanan Pangan & Lingkungan of AgriFood System Globalisastion Keragaman Hayati Keragaman Produk Pangan Dampak Globalisasi – Ketahanan Pangan & Pertanian (1) Surplus Defisit Sasaran Neraca Perdagangan Sektor Pertanian – Renstra Kementan RI 2015-2019 Dampak Globalisasi – Keragaman Produk Pangan (2) Trade Balance Indonesia: Import of Food Products Up, 18 April 2016. Muhammad Faisal, CORE Indonesia: “In terms of trade, imports into Indonesia in Q1-2016 were dominated by food and beverage products. In fact, Indonesia's Statistics Agency (BPS) detected a staggering jump in food and beverage imports: imports of primary food and beverage items rose 32 percent (y/y) to USD $364 million in Q1-2016, while imports of processed food items surged 75 percent (y/y) to USD $886 million over the same period”. Ketersediaan, keterjangkauan & ragam produk pangan Pasar Ritel Modern mendukung distribusi masif hingga pelosok Positive View: Peluang Yg Tersedia Bagi Pelaku Usaha Domestik Konsumen memilih karena kemudahan, harga, dan mutu Dampak Globalisasi – Keragaman Hayati (3) The world’s food supply depends on about 150 plant species. Of those 150, just 12 provide threequarters of the world’s food. More than half of the world’s food energy comes from a limited number of varieties of three “mega-crops”: rice, wheat, and maize. (IDRC – Canada, 2015) MEGA-CROPS: Beras, Gandum & Jagung Kekayaan Hayati Lokal, tidak menjadi prioritas Menjadi Tumpuan pangan global yang didukung perusahaan raksasa transnasional Pengetahuan Lokal, juga terhambat berkembang INDONESIA: 77 Tanaman Sumber Karbohidrat; 389 Jenis Buah-buahan; 75 Sumber Lemak & 110 Jenis Rempah-rempah; 26 Jenis Kacang-kacangan; 228 Jenis sayuran. (Yayasan Kehati, 2001) Dampak Globalisasi – Keamanan Pangan & Lingkungan (4) Urbanisasi Gaya Hidup Dietary Convergence Diet & Status Gizi Homogen Keamaman Pangan Lingkungan Hidup Kesehatan Positif View: Tumbuh kesadaran terhadap Keamaman Pangan dan Lingkungan Tantangan Sistem Pertanian-Pangan Pangan tidak sehat – terutama bagi penduduk miskin yg tinggal di perkotaan Total produksi saat ini mencukupi – namun tidak untuk akses dan ketersediaan - & hampir 1/3 dari total produksi pangan masih terbuang Diet global semakin homogen - pangan olahan meningkat Global Agrifood System saling bergantung & rentan terhadap goncangan – Keamanan Pangan, Banjir / Kekeringan, Perubahan iklim – terjadi ketidakstabilan harga Agrifood System menjadi pemicu utama gangguan kesehatan bumi – air, tanah, siklus biokimia Peluang Bagi Ilmu Pertanian-Pangan Revolusi “life science”, mengubah cara kerja riset pertanian - mempercepat siklus inovasi Ilmu baru yang menarik, membawa generasi baru dari ilmuwan muda untuk ilmu pertanian - pangan Sains semakin interdisipliner, fokus rantai nilai / sistem, menghubungan pertanian dengan pangan, kesehatan dan lingkungan Revolusi Teknologi Informasi dan Data, merubah sistem “precision farming”– kemampuan mempelajari sumber daya – SDA maupun Pangan Tumbuhnya kemauan politik dalam “bio-economy, melalui penggabungan sistem agrifood, pembangunan dan lingkungan Mengembangkan Tatakelola - Sistem Pertanian-Pangan Indonesia Advokasi Perdagangan Internasional Adaptasi Perkembangan Teknologi Produksi Komoditi Bernilai Tinggi & Produk Alternatif Memperkuat Sistem Pertanian Berkelanjutan / Organik Peningkatan Akses Pasar Untuk Produk Lokal Ekspor Produk Agri-Pangan – Standar & Perjanjian Perdagangan Perdagangan merupakan penghasilan penting bagi negara berkembang, termasuk Indonesia Kontibusi negara berkembang dalam perdagangan ekspor bagi ekonomi global, masih sangat rendah. Penting untuk semakin memahami standar, dan memanfaatkan perjanjian-perjanjian bilateral dan atau multilateral perdagangan dalam memacu ekspor produk pertanian - pangan Rantai Nilai Global & Perdagangan Global Value Chain Perdagangan tidak hanya melibatkan “negara”, namun juga diantara perusahaan-perusahaan Aturan perdagangan tidak hanya muncul dari aturan dalam negeri dan perjanjian internasional ‘Lead firms’ dalam rantai pasok global menetapkan aturan “private” yang membentuk aliran perdagangan dan akses pasar Rantai Nilai Global dan Standar Standar adalah salah satu dari mekanisme yang membentuk aturan dan aliran perdagangan Memahami Rantai Nilai Global, memberi kontribusi pengetahuan terhadap penetapan standar “private” dan “voluntary”, yang di dorong oleh “lead firms” atau asosiasi industri, NGO dan lainnya. Seringkali, private standar lebih dibutuhkan dibandingkan standar mandatory atau wajib. Standar turut mempengaruhi peningkatan peluang bagi negara-negara berkembang. Standar sebagai “paspor perdagangan”? • Standar dapat diartikan, apakah barang “cocok untuk diperdagangkan? atau ’fit for trade’ • Isu penting bagi negara berkembang, seperti Indonesia: • Siapa yg menetapkan standar? • Siapa yang menentukan isi standar? • Siapa yang menentukan metode pengukuran? • Siapa yang membayar biaya untuk memastikan kesesuaian /compliance, pemantauan/monitoring dan verifikasi? • Siapa yang memperoleh manfaat? Tren Standar Pertanian-Pangan (1) Peningkatan Kesadaran Keamanan Pangan Keaslian dan asal barang AgriFood Standards TRENDs Perhatian yg besar terhadap sosial dan lingkungan Fokus terhadap kesehatan dan diet Tren Standar Pertanian-Pangan (2) Diferensiasi Produk Pengendalian Mutu Kemamputelusuran / Traceability (farm to fork) Audit / Sertifikasi Pihak Ketiga Standar terus bertambah dan semakin kompleks Standar Keamaman Pangan semakin ketat Standar Pertanian-Pangan– bentuk simplifikasi • Mandatory atau Wajib • Import regulation (mis. food safety, geographic indications, labelling) • Voluntary atau Sukarela • International standards (ISO, Codex, SA8000) • Labels (organic, fair trade, eco-labels) • Model codes of conduct (GlobalGAP, GMP+) • Private • Ditetapkan dan dimiliki oleh perusahaan, termasuk jaringan perusahaan global atau asosiasi. (BRC – British Retail Consortium; IKEA; Starbucks, dll.) • Beberapa ada yang overlap Studi Kasus (1): Kopi • Mengapa kopi cukup menarik utk dianalisis dalam rantai nilai global, perdagangan dan standar-standar yg terlibat? • Tidak ada elemen proteksi dalam standar • Umumnya dihasilkan oleh negara-negara berkembang • Tariff Barrier rendah • Namun masih ada “tariff escalation” ( utk kopi roasted, dan instant) • Muncul pengayaan dari ’private standards’: yaitu Kopi ’specialty’ dan Kopi ’sustainable’ ’Specialty’ and ’Sustainable’ – Standar Kopi • Isu yang hadir dalam penetapan standar adalah: • Siapa yg memperoleh benefit? Siapa yang membayar? • Perbedaan Isue setiap standar: • Specialty • Fair trade • Organic • Shade-grown • Arus utama inisiatif pada “sustainability” Studi Kasus (2) - Standar Supermarket utk FFVs (Fresh Fruit & Vegetbales) • Sangat Disyaratkan atau dituntut pemenuhannya / “extremely demanding” • Lebih ketat dibanding regulasi impor dalam “food safety” • Mutu, Maksimum Limit Residu Pestisida, ’ethical standards’ • Lebih ditekankan kepada Eksportir. • Ada peningkatan “pengketatan” untuk kasus tertentu. • Diberlakukan kepada usaha kecil hingga farm komersial; Adanya peningkatan konsentrasi pada tahapan produksi dan ekspor Tantangan (1) - Standar Wajib / Mandatory • Lebih baik digunakan untuk sistem penyelesain peselisihan didalam “SPS Agreement – sanitary & phytosanitary” • Proses yang panjang dan sangat ketat • Hukuman didasarkan besaran tarif • bukan cara yg praktis untuk dikembangkan • Komite SPS sebagai forum diskusi Tantangan (2) – Penyusunan Standar Internasional • SPS Agreement: Harmonisasi => Harus aktif dan memberi kontribusi • Melalui : Codex, IPPC, OIE • Partisipasi yang rendah dari negara berkembang dalam aktivitas penyusunan dan revisi standar • Dukungan finansial dan teknis (tidak mengikat dalam SPS Agreement) • Advisory Centre terkait aturan-aturan hukum WTO Tantangan (3) – Standar “Private & Voluntary” • Standar private dan voluntary (sektoral) seringkali lebih ketat dibanding standar Pemerintah • Isue keterlobatan dan transparansi • Pemerintah di negara berkembang, harus memiliki strategi pro-aktif untuk mendukung organisasi industri dalam negeri • Dukungan fasilitrasi dan teknik untuk perusahaan dan industri. Pertanyaan-pertanyaan kunci Apakah standar mengikis keunggulan komparatif negara berkembang? Apakah standar memarginalkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)? Mampukah standar menjadi sebuah alat untuk menstimulasi pembelajaran dan batu loncatan bagi negara berkembang? Pemastian dalam Agri-Food System Karakteristik Jasa Pemastian Terima Kasih