ISSN - eJournal IAIN Jember

advertisement
ISSN: 2085-5087
MANAJEMEN KEUANGAN
DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
SERTA PROBLEMATIKANYA
Indah Wahyuni
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan IAIN Jember
Abstrak
Institusi, organisasi, lembaga atau bahkan diri
manusia, dan termasuk juga sekolah membutuhkan
adanya manajemen. Manajemen keuangan merupakan
salah satu substansi manajamen sekolah yang akan turut
menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah.
Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen
pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen
keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoordinasian,
pengawasan atau pengendalian. Di sinilah peran seorang
manager sekolah atau Kepala Sekolah untuk mengelola
keuangan
dengan
sebaik
mungkin
dengan
memperdayakan sumber daya manusia yang ada di
lingkungan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam
menggali
sumber-sumber
dana,
menempatkan
bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan
pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya
secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Kata Kunci: Manajemen Keuangan, Pendidikan
Pendahuluan
Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kenyataannya,
tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian men-
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
dorong dimasukkannya klausul tentang pendidikan dalam
amandemen UUD 1945. Konstitusi mengamanatkan kewajiban
pemerintah untuk mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari
APBN maupun APBD agar masyarakat dapat menikmati pelayanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.
Sekolah adalah sebuah aktifitas besar yang di dalamnya
ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat komponen
yang di maksud adalah Staf Tata laksana Administrasi, Staf
Teknis pendidikan didalamnya ada Kepala Sekolah dan Guru,
Komite sekolah sebagai badan independent yang membantu terlaksananya operasional pendidikan, dan siswa sebagai peserta
didik yang bisa di tempatkan sebagai konsumen dengan tingkat
pelayanan yang harus memadai. Hubungan keempatnya harus
sinergis, karena keberlangsungan operasioal sekolah terbentuknya dari hubungan “simbiosis mutualis” keempat komponen tersebut karena kebutuhan akan pendidikan demikian tinggi,
tentulah harus dihadapi dengan kesiapan yang optimal sematamata demi kebutuhan anak didik.
Salah satu unsur yang penting dimiliki oleh suatu sekolah
agar menjadi sekolah yang dapat mencetak anak didik yang baik
adalah dari segi keuangan. Manajemen keuangan sekolah sangat
penting hubungannya dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Ada
beragam sumber dana yang dimiliki oleh suatu sekolah, baik dari
pemerintah maupun pihak lain. Ketika dana masyarakat atau dana pihak ketiga lainnya mengalir masuk, harus dipersiapkan sistem pengelolaan keuangan yang professional dan jujur. Pengelolaan keuangan secara umum sebenarnya telah dilakukan dengan
baik oleh semua sekolah. Hanya kadar substansi pelaksanaanya
yang beragam antara sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Adanya keragaman ini bergantung kepada besar kecilnya tiap
sekolah, letak sekolah dan julukan sekolah. Pada sekolah-sekolah
biasa yang daya dukung masyarakatnya masih tergolong rendah,
pengelolaan keuangannya pun masih sederhana. Sedangkan, pa-
Indah Wahyuni
da sekolah-sekolah biasa yang daya dukung masyarakatnya besar, bahkan mungkin sangat besar, tentu saja pengelolaan keuangannya cenderung menjadi lebih rumit. Kecenderungan ini dilakukan karena sekolah harus mampu menampung berbagai
kegiatan yang semakin banyak dituntut oleh masyarakatnya.
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan
efisien.
Pembahasan
1.
Pengertian manajemen keuangan dan pembiayaan
pendidikan
Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya
kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di
substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu
memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggung jawaban. Kata “manajemen” (management) mempunyai beberapa arti,
tergantung pada konteksnya. Dalam bahasa Inggris, management
berasal dari kata kerja to manage yang dalam bahasa Indonesia
dapat berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, mengelola, menjalankan melaksanakan dan memimpin.1
1 Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia: Jakarta,
2005), hal: 372
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian
manajemen keuangan, antara lain:
a. Menurut Maysarah dikutip oleh Sulistyorini menjelaskan
bahwa manajemen keuangan adalah suatu proses
melakukan kegiatan mengatur keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Kegiatan ini dapat dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai
dengan pengawasan. Dalam manajemen keuangan di
sekolah tersebut dimulai dengan perencanaan anggaran
sampai dengan pengawasan dan pertanggung jawaban
keuangan.2
b. Menurut Depdiknas manajemen keuangan merupakan
tindakan pengurusan/ ketatausahaan keuangan yang
meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai
dari
perencanaan,
pembukuan,
pembelanjaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.3
Dari beberapa definisi di atas penyusun dapat simpulkan
bahwa manajemen keuangan pendidikan merupakan kegiatan
yang dilakukan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan dengan mengembangkan dan mengelola sumber daya
dan potensi-potensi yang dimiliki dalam sistem pendidikan tersebut secara efektif dan efisien. Institusi, organisasi, lembaga atau
bahkan diri manusia, dan termasuk juga sekolah membutuhkan
adanya manajemen. Manajemen digunakan sebagai rujukan untuk mengatur atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan subsistSulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: Teras, 2009) Hal:
130-131
3 Akhmad Sudrajat, Konsep dasar manajemen keuangan sekolah, diunggah 17
desember 2013.
2
Indah Wahyuni
em dan menghubungkannya dengan lingkungan organisasi, khususnya dalam pembinaan para anggotanya. Manajemen makin
berkembang seiring dengan semakin kompleksnya tatanan kehidupan baik dalam organisasi pemerintah maupun lembagalembaga swasta karena tuntutan perkembangan zaman, manusia
terus berupaya untuk mendapatkan alat pemecahan yang tepat
guna, terpadu dan komprehensif. Demikian pula agar organisasi
menjadi maju diperlukan manajemen yang baik untuk menata
segala bidang yang ada di dalam organisasi yang bersangkutan,
pembinaan terhadap anggota organisasi sebagai sumber daya
manusia, bidang sarana dan prasarana, bidang administrasi dan
termasuk juga bidang keuangan.
Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi
manajamen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya
kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di
substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu
memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggung jawaban.
2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan Pendidikan
Tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk memperoleh, dan mencari peluang sumber-sumber pendanaan bagi
kegiatan sekolah, agar bisa menggunakan dana secara efektif dan
tidak melanggar aturan, dan membuat laporan keuangan yang
transparan dan akuntabel. Di sinilah peran seorang manager
sekolah atau Kepala Sekolah untuk mengelola keuangan dengan
sebaik mungkin dengan memperdayakan sumber daya manusia
yang ada di lingkungan sekolah Melalui kegiatan manajemen
keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara
transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
sekolah
b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan
sekolah.
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.4
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana,
menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan
dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya
secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.n Selanjutnya fungsi manajemen keuangan dalam pendidikan adalah untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan
efektif dan efisien. Secara tegas tidak ada rumusan yang sama dan
berlaku umum untuk fungsi manajemen.5
Adapun fungsi manajemen secara rinci adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu proses penentuan tujuan pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatifalternatif yang ada. Menurut Tim dosen administrasi pendidikan
UPI secara sederhana merencanakan adalah suatu proses merumuskan tujuan-tujuan, sumber daya dan teknik atau metode yang
terpilih.6 Sedangkan menurut Terry sebagaimana dikutip oleh
4 Kadarman Jusuf, Pengantar Ilmu Manajemen, ( Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1992) hal: 18
5 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009). Hal: 92
6 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009). Hal: 94
Indah Wahyuni
Syarifudin mengemukakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatifalternatif keputusan.7
Menurut Ramayulis bahwa dalam manajemen pendidikan
Islam, perencanaan itu meliputi penentuan prioritas agar
pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar
melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat bahkan murid. Penetapan tujuan sebagai
garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan
hasil pendidikan. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap
rencana tindakan, penyerahan tanggung jawab kepada individu
dan kelompok kerja.8
Dalam al-qur’an sendiri, Allah swt mengisyaratkan pentingnya perencanaan dengan mempertimbangkan kejadiankejadian yang telah lalu untuk merencanakan langkah-langkah ke
depan. Allah swt berfirman :
ِ َّ
َّ
‫ت لِغَ ٍد َواتَّ ُقوا اللَّهَ إِ َّن اللَّهَ َخبِريٌ ِِبَا‬
ْ ‫َّم‬
َ ‫س َما قَد‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
ٌ ‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللهَ َولْتَ ْنظُْر نَ ْف‬
‫تَ ْع َملُو َن‬
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."9
Perencanaan selalu terkait masa depan, dan masa depan
selalu tidak pasti, banyak faktor yang berubah dengan cepat.
Tanpa perencanaan, sekolah atau lembaga pendidikan akan keSyafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2005), hal: 14
8 Romayulis, Manajemen Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2008),
hal: 271
9 Al-Qur’an dan terjemahnya, surah al-Hasyr, ayat: 18
7
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
a.
b.
c.
d.
2.
hilangan kesempatan dan tidak dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapainya. Oleh
karena itu, rencana harus dibuat agar semua tindakan terarah dan
terfokus pada tujuan yang akan dicapai. Menurut Nanang Fattah
dalam perencanaan ada beberapa model perencanaan pendidikan,
akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:
Model Perencanaan Komprehensif, Model ini terutama
digunakan untuk menganalisis perubahan-perbahan dalam system pendidikan secara keseluruhan. Disamping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang
lebih spesifik kearah tujuan-tujuan yang lebih luas.
Model Target Setting, Model ini diperlukan dalam upaya
melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan perkembangan
dalam kurun waktu tertentu.
Model Costing (Pembiayaan) dan Keefektifan Biaya, Model ini
sering digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam criteria efisien dan efektifitas ekonomis.
Model PPBS (Planning, programming, budging, system), dalam
bahasa Indonesia adalah system perencanaan, penyusunan, program dan penganggaran (SP4). Model ini bermakna bahwa
perencanaan, penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tidak terpisahkan satu sama
lainnya.10
Organizing (Pengorganisasian)
Syarifudin menjelaskan bahwa pengorganisasian merupakan upaya penentuan kerja melalui bagian-bagian
tugas,
wewenang sesuai ruang lingkup keja.11 Menurut Ramayulis Pengorganisasian dalam pendidikan islam adalah proses penentuan
struktur, aktivitas, interaksi, kordinasi, desain struktur,
10 ] Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal: 50-56
11] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2005), hal: 19
Indah Wahyuni
wewenang, tugas secara transparan dan jelas. Dalam pendidikan
Islam baik yang bersifat individual, kelompok maupun kelembagaan. Pengorganisasian dan sistem manajemen dalam pendidikan Islam merupakan implementasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam pengorganisasian ini perlu diperhatikan semua kekuatan dan sumber daya yang dimiliki. Sumber
daya tersebut mencakup sumber daya manusia maupun sumber
daya non manusia. Sumber daya manusia ditentukan dalam
struktur organisasi, tata dan pola kerja, prosedur dan iklim organisasi secara transparan. Dengan demikian dalam aktivitas
operasionalnya dapat berjalan dengan teratur dan sistematis.12
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap organisasi ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menempatkan wewenang yang secara relatif di delegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas
tersebut. Allah sendiri menyuruh kita untuk mengatur segala aktivitas kita sesuai dengan kemampuan, sebagaimana firmannya:
‫ف َع ِام ٌل إِ يِّن َم َكانَتِ ُك ْم َعلَى ْاع َملُوا قَ ْوِم يَا قُ ْل‬
َ ‫تَ ْعلَ ُمو َن فَ َس ْو‬
”Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,
Sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui”.13
3. Pelaksanaan (Actuating)
Ada beberapa istilah yang sama dalam pengertian actuating. Istilah tersebut adalah motivating (usaha memberikan motivasi kepada seseorang untuk melaksanakan pekerjaan), directing
(menunjukan orang lain supaya mau melaksanakan pekerjaan),
staffing (menempatkan seseorang pada suatu pekerjaan dan ber-
12 Romayulis, Manajemen Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2008),
hal: 272
13 Al-Qur’an dan terjemahnya surah al-Zumar ayat : 39
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
tanggung jawab pada tugasnya), dan leading (memberikan bimbingan dan arahan kepada seseorang sehingga mau melakukan
pekerjaan tertentu).14 Pergerakan dalam sistem manajemen pendidikan islam adalah dorongan yang didasari oleh prinsip-prinsip
religius kepada orang lain, sehingga orang tersebut mau
melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan semangat.15
4. Pengawasan (Controlling)
Menutut Nanang Fattah ada beberapa kondisi yang harus
diperhatikan supaya pengawasan dapat berfungsi efektif antara
lain: (a) Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan dan kriteria
yang dipergunakan dalam sistem pendidikan yaitu: relevansi,
efektivitas, efisiensi, dan produktivitas; (b) Pengawasan harus
disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi; (c)
Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan.16
Menurut Ramayulis pengawasan didefinisikan sebagai peroses
pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya
perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spiritual.17
Pengawasan dilakukan agar pelaksanaan di lapangan
sesuai dengan program dan mekanisme yang sudah diatur. Namun gaya kepemimpinan seorang leader dalam mengontrol akan
mempengaruhi kualitas controlling tersebut. Sebagaimana pendapat Nanang Fattah di atas, bahwa fungsi controlling yang dilakukan seorang leader harus berorientasi pada tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
14 Romayulis, Manajemen Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2008),
hal: 273
15 Ibid, hal: 274
16 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal: 106-107
17 Romayulis, Manajemen Pendidikan.,,, hal: 274
Indah Wahyuni
3. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan
Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan
sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48
menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan
pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas
publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat
penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut,
yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.18.
Berikut ini adalah penjabarannya:
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di
bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola
suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber
keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak
yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan
orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan
seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh
semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel di
papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata
usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu
18 Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Materi Pembinaan Profesi Kepala
Sekolah/Madrasah. 2007. Departemen Pendidikan Nasional., hlm. 9-17
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa
mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang
tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap
sekolah.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh
orang lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan
tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya.
Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan
uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan
yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak
sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat
dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat
terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya transparansi para
penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah , (2)
adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya
partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam
menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur
keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi
Indah Wahyuni
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil.
Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:
a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya,
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu,
tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil
yang ditetapkan.
b. Dilihat dari segi hasil, Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau
dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun
kualitasnya.
Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara
memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara optimal dan bertanggung jawab.
4. Konsep dasar Manajemen keuangan Pendidikan
1. Manajemen Keuangan
Mulyasa mengatakan bahwa manjemen keuangan sekolah
merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang
secara keseluruhan menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan.19. Tim dosen
administrasi Pendidikan UPI menyatakan manajemen keuangan
adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan
fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang ter-
19 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hal: 194
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
tentu. Fungsi manajemen pendidikan adalah menggunakan dana
dan mendapatkan dana.20
Manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian. Ketiga
tahapan tadi apabila diterapkan dalam manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting), Pelaksanaan (Akunting) dan tahap penilaian atau evaluasi (Auditing).
a. Penganggaran (budgeting)
Penganggaran (budgeting) merupakan kegiatan atau
proses penyusunan anggaran. Budget merupakan rencana
operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk
satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu.21
Lebih jauh Nanang Fatah menjelaskan dalam menentukan biaya
satuan pendidikan terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan
makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro mendasarkan
perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan
yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi
jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya
berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang
digunakan oleh murid.22
Morphet (1975) sebagaimana dikutip Mulyasa menjelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penganggaran
biaya pendidikan adalah sebagai berikut23 :
Anggaran belanja sekolah harus dapat mengganti beberapa
peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
20 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009). Hal: 256
21Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal: 47
22 Ibid, 26
23 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hal: 196
Indah Wahyuni
Merevisi peraturan dan input lain yang relevan, dengan
mengembangkan perencanaan sistem yang efektif.
Memonitor dan menilai keluaran pendidikan secara terus
menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan
tahap berikutnya.
Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan
sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana
adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi pengembangan administrative. Dalam
hubungan ini penyusunan RAPBS memerlukan analisis masa lalu
dan lingkungan ekstern yang mencakup kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman
(threats).24
b. Pelaksanaan (Akunting)
Akunting adalah bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hasil kegiatan ekonomi.25. Menurut Mulyasa dalam
pelaksanaan keuangan sekolah dalam garis besarnya dapat
dikelompokan ke dalam dua kegiatan, yakni penerimaan dan
pengeluaran. Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber
dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang
selaras dengan kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa
konsep teoritis maupun peraturan pemerintah.26
c. Evaluasi (Auditing)
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai
suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten
dan independen untuk dapat melaporkan kesesuaian informasi
Nanang Fatah, Ekonomi dan.,,, hal: 54
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009). Hal: 265
26 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis.,,, hal: 201
24]
25
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.27. Sedangkan menurut Mulyasa dalam evaluasi keuangan sekolah,
pengawasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan
dalam manajemen pembiayaan berbasis sekolah. Dalam keuangan
manajemen sekolah, kepala sekolah perlu melakukan pengendalian pengeluaran keuangan sekolah selaras dengan anggaran anggaran belanja yang telah ditetapkan.28. Menurut Nanang Fattah
secara sederhana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan,
yaitu memanatau (monitoring), menilai dan melaporkan.29
Proses evaluasi ini dilakukan untuk agar kegiatankegiatan yang berkaitan dengan manajemen keuangan berjalan
secara efektif dan efisien dan tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan dalam prosesnya. Di sinilah seorang kepala
sekolah harus memantau dan menilai hasilnya. Ada beberapa
jenis-jenis Auditing :
1) Audit Laporan Keuangan, Audit laporan keuangan bertujuan
menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan
yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi,telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
2) Audit Operasional, Audit operasional merupakan penelaahan
atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu
organisasi untuk menilai efisiensi dan efektitasnya.Umumnya,
pada saat selesainya audit operasional,auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemem untuk memperbaiki jalannya operasi lembaga.
3) Audit Ketaatan, Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan
apakah auditi(klien) telah mengikuti prosedur atau aturan ter-
27 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009). Hal: 265
28 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hal: 205
29] Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal: 66
Indah Wahyuni
tentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih
tinggi.Suatu audit ketaatan pada lembaga(perusahaan)
swasta,dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana
akuntasi telah mengikuti prosedur yang telah ditetepkan oleh
lembaga.Contoh peninjauan tingkat upah,pemeriksaan perjanjian dengan pihak lain (seperti bank/kreditor), dan memenuhi
ketentuan hokum yang berlaku.
5. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
a. Pengertian biaya pendidikan
Biaya pendidikan diartikan sebagai sejumlah uang yang
dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan
kemampuan profesional guru, pengadaan sarana ruang belajar,
perbaikan ruang belajar, pengadaan parabot/mebeler, pengadaan
alat-alat pelajaran, pengadaan buku-buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan,
dan supervisi pembinaan pendidikan serta ketataushaan
sekolah.30 Secara teoritis, konsep biaya di bidang lain mempunyai
kesamaan dengan bidang pendidikan, yaitu lembaga pendidikan
dipandang sebagai produsen jasa pendidikan yang menghasilkan
keahlian, keterampilan, ilmu pengetahuan, karakter dan nilai-nilai
yang dimiliki oleh seorang lulusan.
Dana (uang) memainkan peran dalam pendidikan dalam
tiga area; pertama, ekonomi pendidikan dalam kaitannya dengan
pengeluaran masyarakat secara keseluruhan; kedua, keuangan
sekolah kaitannya dengan kebijakan sekolah untuk menerjemahkan uang terhadap layanan kepada peserta didik; dan ketiga, pajak administrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir
30 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal: 112
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
secara langsung berkaitan dengan tujuan kebijakan.31. Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana mengalokasikan sumber-sumber terbatas untuk mencapai tujuan yang
beraneka ragam mungkin tak terhingga.
Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan sekolah. Analisis
efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-sumber
keuangan sekolah dan hasil (out put) sekolah dapat dilakukan
dengan cara menganalisis biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya
satuan per siswa adalah biaya rata-rata persiswa yang dihitung
dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di
sekolah (Enrollment) dalam kurun waktu tertentu. Dengan
mengetahui besarnya biaya satuan per siswa menurut jenjang dan
jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.32
b. Jenis-jenis Pembiayaan Pendidikan
Menurut Nanang Fattah Biaya dalam pendidikan meliputi
biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung terdiri
dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan
pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat
belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua maupun siswa itu sendiri. Sedangkan
biaya tidak langsung adalah berupa keuntungan yang hilang
(earning forgane) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang
(opportunity cost) yang dikorbankan siswa selama belajar.33
c. Sumber-sumber Biaya Pendidikan
31 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hal: 195
32 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan,… hal: 25
33 Ibid, hal: 23
Indah Wahyuni
Dalam hal menghimpun dana (raising funds), dana pada
dasarnya dapat digali dari dua sumber, yaitu berasal dari dalam
lembaga sendiri (intern) dan melalui pihak luar (ekstern). Di antaranya adalah sebagai berikut :
1)
Pemerintah dan masyarakat
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nomor 20 tahun 2003 pasal 46 ayat 1 dijelaskan bahwa pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat. Dalam pasal 49 ayat 3 juga dijelaskan
bahwa dana dari pemerintah tersebut berbentuk hibah untuk
satuan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang diatas, jelaslah
bahwa sumber utama bagi pendanaan pendidikan berasal dari
pemerintah yang di dukung oleh masyarakat. Masyarakat harus
pro aktif dalam mensukseskan proses pendidikan baik dengan
membantu secara finansial maupun membantu dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif.
2)
Wakaf
Wakaf adalah sumbangan dalam pengertian umum
merupakan hadiah yang diberikan untuk memenuhi banyak
kebutuhan spiritual dan temporal kaum muslimin. Dana-dana
yang diperoleh dari sumbangan tersebut digunakan untuk membangun dan merawat tempat ibadah, mendirikan sekolah dan
rumah sakit, menafkahi para ulama dan da’i, mempersiapkan
kebutuhan kaum muslimin dan memasok senjata bagi para pejuang yang berperang di jalan Allah.34 Salah satu sumber dana
bagi pendidikan islam ialah wakaf dari orang islam. Wakaf berasal dari amal dengan cara memanfaatkan harta, dan harta itu
harus dikekalkan, atau yang digunakan adalah hasil harta itu,
tetapi asalnya tetap. Dengan melihat definisi ini saja kita sudah
34 Romayulis, Manajemen Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2008),
hal: 293
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
menangkap bahwa biaya pendidikan yang berasal dari wakaf pasti amat baik karena biaya itu terus menerus dan modalnya tetap.
Ini jauh lebih baik dari pada pemberian uang atau bahan yang
habis sekali pakai.
3) Zakat
Pendidikan termasuk ke dalam kepentingan sosial, sudah
sepantasnya zakat dapat dijadikan sumber dana pendidikan. Dana zakat harus dikelola secara profesional dan transparan agar
sebagiannya dapat dipergunakan untuk membiayai lembaga
pendidikan islam.
4) Sumber dana lain yang tidak mengikat
Menurut Ramayulis sumber dana bagi lembaga pendidikan islam bisa berasal dari sumber lainnya, baik sumber intern
maupun sumber ekstern. Sumber dana yang bersifat intern ini
bisa diperoleh dari pembentukan badan usaha atau wirausaha,
membentuk lembaga Badan Amil Zakat (BAZ) maupun dengan
melakukan promosi dan kerjasama dengan berbagai pihak yang
bisa menunjang dana kegiatan. Sedangkan sumber dana yang
bersifat internal bisa diperoleh dari donatur tetap ataupun bantuan
5. Problematika Manajemen Keuangan Sekolah
Manajemen keuangan sekolah tidak luput dari berbagai
masalah. Di antara masalah-masalah tersebut adalah, penyalahgunaan keuangan untuk memperkaya diri (korupsi), membebankan pembiayaan kepada siswa didik, pelaporan keuangan
yang penuh manipulasi, pembelanjaan keuangan yang tidak tepat
guna, dan lain sebagainya. Dari masalah-masalah yang telah disebutkan akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan keuangan untuk memperkaya diri (korupsi)
Indah Wahyuni
Korupsi memang sudah menjamur di mana-mana, baik
instansi swasta maupun negeri, termasuk juga di sekolah. Korupsi
adalah tindakan memperkaya diri dengan berbagai cara yang melanggar aturan hukum. Korupsi di sekolah sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi yang seringkali terjerat dalam kasus
korupsi biasanya adalah kepala sekolah dan bendahara. Kepala
sekolah sebagai manajer memiliki keleluasaan dalam mengendalikan uang. Kebijakan-kebijakan yang di keluarkan kadangkadang tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dalam
Rencana Anggaran Belanja Sekolah.
Hasil penelitian Indonesia Corruption Watch (ICW)
sepanjang tahun 2007 hingga 2010 membuktikan bahwa korupsi
di ranah sekolah ternyata sangat menggiriskan. Menurut Ade
Irawan, Kepala Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW, masalahnya terletak pada hubungan antara sekolah dengan dinas pendidikan. Otonomi sekolah yang diwujudkan melalui program
Manajemen Berbasis Sekolah tidak benar-benar membuat sekolah
otonom.35 Sayangnya korupsi di tingkat sekolah seringkali
dibiarkan oleh aparat penegak hukum. Sebab, konon jumlahnya
tergolong kecil sedangkan para aparat sedang berupaya menjaring para koruptor kakap. Memang sudah kacau balau negeri ini.
jika koruptor-koruptor kelas teri dibiarkan, maka sama saja dia
sedang dibiaran untuk berlatih korupsi. Dan bagaimana jika dianalogikan, sepuluh teri sama dengan satu kakap. Dan bukankah
biasanya, korupsi di sekolah sangat merugikan negeri ini dalam
jangka panjang, karena sekolah sebagai pencetak generasi penerus
bangsa.
b. Membebankan pembiayaan kepada siswa didik
35] Dikutip dari sebuah situs: dari
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4d528dc2163d1/model-korupsidi-sekolah-semakin-canggih. diunduh 11 Nopember
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
Anggaran dari pemerintah sebesar 20% teranya masih
sangat kurang. Buktinya, hampir semua sekolah mengadakan
pungutan kepada siswa. Jumlah pungutannya beragam, ada yang
ringan, ada pula yang luar biasa besar. Pungutan-pungutan tersebut terkadang dibuat oleh pihak sekolah dan pengurus komite.
Biasanya, pengurus komita sudah kong kali kong dengan pengurus sekolah, dan kemudian dipasrahi agar bagaimana semua wali
siswa menyetujui anggaran yang sudah direncanakan ketika diadakan rapat yang mengundang semua wali siswa. Perlu dicatat,
biasanya pengurus komite mendapatkan honor bulanan dari
sekolah, dan anehnya, honor kerap membuat para pengurus
komite menjadi kehilangan daya kritisnya. Semestinya, pengurus
komite bisa bersikap kritis, sehingga dana yang dibebankan
kepada siswa bisa diperingan dengan cara menghilangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diperlukan, dan memangkas
pengeluaran-pengeluaran yang gendut.
Penutup
Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi
manajamen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya
kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di
substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. Adapun tujuan dari manajemen keuangan adalah
untuk memperoleh, dan mencari peluang sumber-sumber pendanaan bagi kegiatan sekolah, agar bisa menggunakan dana secara
efektif dan tidak melanggar aturan, dan membuat laporan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Ada beberapa prinsip manajemen keuangan sekolah, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi. Prinsipprinsip manajemen tersebut ternyata tidak diterapkan di semua
sekolah. Ada beberapa masalah dalam manajemen keuangan
Indah Wahyuni
sekolah antara lain: penyalahgunaan keuangan untuk memperkaya diri (korupsi), membebankan pembiayaan kepada siswa
didik, pelaporan keuangan yang penuh manipulasi, pembelanjaan
keuangan yang tidak tepat guna, dan lain sebagainya. Masalahmasalah tersebut harus mendapatkan perhatian, khsususnya dari
pemerintah dan komite sekolah, sehingga tidak menghambat dan
merugikan banyak pihak.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Quran dan terjemahnya
Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.
Materi Pembinaan Profesi Kepala Sekolah/Madrasah.. Departemen Pendidikan Nasional.
Fatah, Nanang, 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,).
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4d528dc2163d1/mode
l-korupsi-di-sekolah-semakin-canggih.
diunduh
11
Nopember 2015.
Jusuf, Kadarman, 1992. Pengantar Ilmu Manajemen, ( Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama,).
Mulyasa, E, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,).
Romayulis, 2008. Manajemen Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam
Mulia,)
Shadily, Hasan, 2005. Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: PT.
Gramedia: Jakarta,
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan serta Problematikanya
Silalahi, Ulbert, 2002. Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen.
(BandungMandar Maju: Bandung,).
Sulistyorini, 2009. Manajemen Pendidikan Islam, ( Yogyakarta:
Teras,).
Syafaruddin, 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta:
PT. Ciputat Press,).
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta,).
Download