BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini sistem yang terdapat di dalam organisasi dapat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba produk baru yang ditawarkan organisasi, dan kemudian tetap setia untuk terus memakai produk yang ditawarkan organisasi terebut. Semakin mudah pelanggan untuk mendapatkan produk yang ditawarkan organisasi melalui kemudahan sistem yang ada, semakin setia pula pelanggan memakai produk yang ditawarkan organisasi tersebut. Oleh karena itu, terdapat suatu standar untuk sistem yang diterapkan oleh manajemen, semakin baik sistem yang diterapkam manajemen dalam organisasi, maka semakin mudah bagi organisasi untuk mendapatkan standar Internasional bagi penerapan sistem manajemen di dalam organisasinya. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat strategis karena melalui pendidikan suatu bangsa itu bangkit dan berkembang,program mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan suatu cita cita negara sebagai mana yang tercantum dalam pembukaan undang undang dasar negara republik Indonesia. Berbagai usaha telah di tempuh oleh pemerintah dan lembaga pendidikan yang mengemban tugas pendidikan,untuk meningkatkan sumber daya anusia Indonesia seutuhnya,namun semua menyadari bahwa usaha kearah tersebut hasilnya belum tercapai maksimal,walaupun ada sekolah yang telah diakui oleh masyarakat,namun ini hanya sedikit sekali dan hanya terdapat di kota kota besar di Indonesia. Menejemen pendidikan merupakan tolok ukur dalam dunia pendidikan bagus tidaknya mutu sebuah pendidikan,ini sangat tergantung pada menejemennya banyak problem yang terjadi dalam dunia pendidikan dikarenakan oleh tidak tepatnya sasaran dan kebijakan yang diambil oleh menejer dalam sebuah lembaga pendidikan,untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan tersebut maka perlu adanya suatu kajian atau penelitian ke arah itu supaya pendidikan mempunyai mutu yang baik dan signifikan bagi kehidupan bangsa Indonesia. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Kepemimpinan Mutu Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Ia merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan sengaja dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.1 Dan masih banyak lagi konsep kepemimpinan menurut para tokoh, sebagaimana telah diuraikan diatas. Sehingga kepemimpinan didasarkan pada filosofi bahwa perbaikan metode dan proses kerja secara berkesinambungan akan dapat memperbaiki kulitas, biaya, produktifitas, dan pada gilirannya juga meningkatkan daya saing. Filosofi ini pertama kali dikemukakan oleh Deming yang menyatakan bahwa setiap perbaikan metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian hasil sebagai berikut: a) perbaikan kualitas b) penurunan biaya c) peningkatan produktifitas d) penurunan harga e) peningkatan pangsa pasar f) lapangan kerja yang lebih luas.2 Kepemimpinan adalah bentuk dari persuasi seni (art) pembinaan kelompok-kelompok orang-orang tertentu biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat. Implementasi teori kepemimpinan biasanya amat sangat tergantung pada karakter seorang pemimpin. Meskipun teori yang digunakan sama, dalam implementasinya bisa dipastikan terdapat hal-hal yang membedakan dan itulah bagian dari seni kepemimpinan.3 1 Wahjosumidjo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan,. Raja Grafindo Persada, Jakarta. hal: 17 2 Fandy Tjipto & Anastasya Diana, 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi, Andi Offset, Jogjakarta. Hal: 157 3 Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. hal: 25 2 Penentu mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi atau organisasi pada revolusi mutu, yaitu dengan gaya mangement by walking about atau manajemen dengan melaksanakan yang menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya kepemimpinan ini mementingkan komunikasi visi dan nilai-nilai institusi kepada pihak-pihak lain serta berbaur dengan para staf dan pelanggan.4 Seorang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang mengukur keberhasilannya dengan keberhasilan individu-individu di dalam organisasi. Keterlibatan semua unsur manajemen dalam organisasi dalam mencapai tujuan secara bersama-sama, merupakan upaya yang dilakukan, sehingga tidak ada seorang pun anggota dalam organisasi yang tidak sukses salam menjalankan fungsi dan tugasnya. Pemberdayaan yang maksimal, bukan eksploitasi bawahan, sehingga masing-masing menjalankan fungsi dan tugasnya secara suka rela dan kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya.5 Kepemimpinan mutu di dalam dunia pendidikan otoritas dan kekuasaan sudah tidak lagi digunakan. Komite sekolah, administrator dan pemimpin harus memberikan sumber daya yang diperlukan para staf dan guru untuk menunjang keberhasilan. Kendati otoritas dan kekuasaan sudah tidak di pakai lagi, namun komite sekolah, pemimpin dan administrator tetap memiliki kewenangan membuat keputusan yang mencerminkan kepedulian, pendapat dan sikap seluruh staf dan customer. Dalam kepemimpinan mutu pendidikan, setiap orang merupakan pemimpin. Untuk mencapai visi pendidikan, pemimpin sekolah harus dapat memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang seluas-luasnya untuk meningkatkan pembelajaran. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi dalam bertindak .6 Guru harus mengajak siswanya untuk memandang dirinya sebagai pemilik visi, mendengarkan dan bertindak berdasarkan gagasan, inofasi dan kreatifitas siswa guna mencapai visi tersebut. Sebagai pemimpin mutu, semua 4 Salis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Ircisod, Yogyakarta.hal: 170 5 Arcaro, Jerome S., 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar, Jogjakarta. Hal 18 6 Salis, Edward, Op Cit hal: 174 3 orang bertanggung jawab menghilangkan kendala pencapaian kinerja tinggi. Visi sebagai pemberi arah bagi setiap orang untuk diikuti, dan setelah arahan diketahui, selanjutnya adalah menghilangkan rintangan yang menghalangi dirinya untuk menjadi seseorang yang berkinerja tinggi.7 Joseph M. Juran menyatakan bahwa kepemimpinan yang mengarah kepada kualitas meliputi tiga fungsi manajerial,8 yaitu : 1. Perencanaan kualitas; fungsi ini meliputi langkah-langkah: identifikasi pelanggan, identifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk berdasarkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses kerja untuk menghasilakan produk yang memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan nyata. 2. Pengendalian kualitas; langkah-langkah dalam fungsi ini adalah: evaluasi kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan, dan melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang ada. 3. Perbaikan kualitas; langkah-langkahnya: membenruk infrastruktur untuk perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifikasi proses atau metode yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung jawab atas proyek perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya dan pelatihan yang dibutuhkan tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis masalah dan mengidentifikasi penyebabnya, menemukan pemecahannya, dan melakukan perbaikan terhadap masalah tersebut. Kepemimpinan pendidikan mutu dalam memiliki peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemberdayaan guru dan para staff untuk bekerja sama dalam satu tim yang solid. Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan mutu harus memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Melibatkan para guru dan seluruh staff dalam aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu dan kontrol proses. 7 8 Arcaro, Jerome S., Op Cit hal: 20 Fandy Tjipto & Anastasya Diana, Op Cit Hal : 160 4 2) Meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana menjalankan tugas dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya bersikap. 3) Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan meningkatkan komitmen mereka. 4) Menanyakan pendapat Staff tentang sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan (pelajar, orang tua maupun partner kerja). 5) Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai dengan manajemen dari atas ke bawah (top-down). 6) Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga profesional langsung pada guru dan pekerja teknis. 7) Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara setiap orang yang terlibat dalam sekolah. 8) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik. 9) Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa merasa rendah diri. 10) Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu. Seperti membangun tim, manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan. 11) Memberikan teladan yang baik. 12. Belajar berperan sebagai pelatih, bukan sebagai BOS. 13. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko. 14. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi pelanggan internal dan eksternal. B. Peran Pemimpin Pendidikan Mutu. Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi pemimpin pendidikan mutu. Menurut peters dan Austin pemimpin pendidikan mutu harus memiliki perspektif9 dibawah ini: 1. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, pelajar dan komunitas yang lebih luas. Manajer harus memberi 9 Salis, Edward, Op Cit hal:170 5 arahan, visi dan inspirasi. Mentalitas yang menganggap dirinya bos harus dirubah menjadi pendukung dan pemimpin staf. 2. Dekat dan untuk pelanggan pendidikan, yakni pelajar. Hal ini mencerminkan bahwa institusi memiliki focus yang jelas terhada pelanggan utamanya. 3. Pemimpin harus melakukan inovasi diantara stafnya dan bersiap mengantisipasi kegagalan yang merintangi inovasi tersebut. 4. Menciptakan rasa kekeluargaan 5. Memiliki sifat-sifat personal yang dibutuhkan, yaitu ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme. Pemimpin pendidikan mutu memiliki fungsi utama dalam manajemen mutu di sekolah, diantara fungsi utama tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penjaga visi mutu terpadu bagi institusi. 2. Motivator bagi seluruh struktur organisasi disekolah untuk berkomitmen terhadap proses peningkatan mutu. Komitmen memerlukan antusiasme dan tak henti terhadap pemberdayaan mutu, selalu menghendaki kemajuan dengan metode dan cara yang baru.10 3. Mengkomunikasikan pesan mutu. 4. Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek intitusi. 5. Mengarahkan perkembangan karyawan. 6. Memimpin inovasi dalam institusi. 7. Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggung jawab dan mampu memersiapkan delegasi yang tepat. 8. Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik organisasional maupun Kultural. 9. Membangun tim yang efektif. 10. Mengembangkan mekanisme yang mengevaluasi kesuksesan.11 10 11 Ibid hal: 175 Ibid hal: 173-174 6 tepat untuk mengawali dan C. Konsep Perencanaan Mutu Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu yang lain. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian suatu kerja akan berantakan dan tidak terarah jika tidak ada perencaan yang matang, perencaan yang matang dan disusun dengan baik akan memberi pengaruh terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan ini makin menguatkan alasan akan posisi stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga dalam perencanaan merupakan proses yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam usahanya untuk mengarahkan segala kegiatan untuk meraih tujuan. Perencanaan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain. Dengan demikian perencanaan adalah usaha untuk menggali siapa yang bertangungjawab terhadap berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Aktifitas tersebutkan tergambar dalam sebuah perencanaan yang matang dan komprehensif.. Di sisi lain, perencanaan dapat dikatakan sebagai usaha mencari penangggung jawab terhadap berbagai rumusan kebijakan untuk dilaksanakan bersama sesuai dengan bidang masing-masing.12 D. Perencanaan dan Persiapkan Untuk Memperbaiki Mutu dan Kualitas Pendidikan Dalam hal memperbaiki kualitas pendidikan, maka yang menjadi sorotan dan usaha perbaikan adalah dengan melihat dan menganalisis yang terjadi dalam tubuh pendidikan baik yang bersifat internal maupun eksternal, sehingga dengan mengetahui penyebab masalah, maka kita akan tahu bagaimana memperbaikinya. 12 B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 8. 7 1) Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik. 2) Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan. Dan yang harus dipersiapkan dan juga diteruskan dengan tindak lanjut pelaksanaan dari persiapan yang dilakukan yaitu adalah: a) Meningkatkan Kualitas Sarana Fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. b) Meningkatkan Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. c) Meningkatkan Kesejahteraan Guru Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikanIndonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan 8 kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkunganpendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen.13 d) Meningkatkan Prestasi Siswa Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. e) Menyeimbangkan Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. 13 http://wwwraja07.blogspot.co.id/2012/09/pendekatan-perencanaan-untuk.html 9 Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. f) Meningkatkan Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. g) Meminimalisir Biaya Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. E. Langkah-Langkah Perencanaan Mutu Oleh Kepala Sekolah Langkah-langkah perencanaan mutu oleh kepala sekolah sangatlah penting.Tujuannya agar pengembangan mutu lembaga yang dipimpinnya dapat mencapai hasil optimum melalui proses evaluasi secara terukur.14 1. Pembatasan Lingkup Masalah Mengetahui hakekat masalah mutu yang dihadapi di sekolah adalah penting.Hal ini untuk membedakan apakah situasi baru yang timbul memang suatu masalah atau hanya gejala saja.Lalu dari batasan masalah ini dapat diuraikan lebih lanjut lagi dalam tahap pencarian fakta faktor 14 https://mukhliscaniago.wordpress.com/2010/12/14/perencanaan-mutu-pendidikan-olehkepala-sekolah/ 10 penyebab dari masalah.Misalkan masalah yang menyangkut kinerja guru yang cenderung menurun dari waktu ke waktu.Masalah ini dapat dibatasi lagi hanya dari segi motivasi,kepuasan kerja dan produktivitas kerja. 2. Pengumpulan Data dan Analisis Data Langkah berikutnya adalah pengumpulan data dan atau informasi. Data dan informasi ini diperlukan kepala sekolah dalam usaha untuk mengantisipasi keadaan dan masalah yang mungkin timbul lewat analisis data. Data yang dikumpulkan perlu dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengembangan mutu lembaga.Fakta dan data yang telah terkumpul,terolah dengan sistematis serta tersimpan hanyalah merupakan alat.Yang lebih penting, apabila menggambarkan fakta dan potensi-potensi data yang tersebut diharapkan sebenarnya.Dari situ mampu dapat digambarkan kondisi dan situasi saat ini. Dalam analisis data tersebut dapat dimunculkan pertanyaan-pertanyaan berikut : 1) Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah mutu dalam lembaga pendidikan yang pernah dihadapi? Jawaban dari pertanyaan ini akan memungkinkan fakta / data apa saja yang relevan atau diperlukan serta bagaimana urgensinya bagi pendekatan masalah. 2) Apa yang melatar belakangi rendahnya mutu lembaga tersebut ? Cara pendekatan yang bagaimana yang pernah dibuat dan dilakukan? Siapa petugasnya? Apa hasilnya dan faktor-faktor yang menyebabkannya? Apa persamaannya dengan kondisi kini? 3. Identifikasi Kebutuhan Dari analisis data,kepala sekolah dapat merumuskan kebutuhan lembaga pendidikan yang dipimpinnya misalnya tentang mutu SDM.Identifikasi ini menyajikan suatu elaborasi dari model perencanaan pendidikan yang telah ada.Penilaian kebutuhan khalayak mengacu kepada penentuan dan luasnya kondisi-kondisi yang diinginkan atau yang tidak diinginkan.Identifikasi kebutuhan baik yang dirasakan dan yang tidak dirasakan ini juga tampak 11 sebagai langkah yang paralel dari spesifikasi suatu tujuan perencanaan mutu lembaga pendidikan. 4. Perumusan Tujuan Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai dari proses perencanaan mutu pendidikan.Sasaran-sasaran khusus dapat dijabarkan dari tujuan umum dan biasanya bersifat kuantitatif dan dapat dicapai dalam perspektif waktu tertentu.Perumusan tujuan menyangkut berbagai segi yaitu : (a) realistis dan dapat dicapai, (b) ditujukan pada populasi yang terbatas dalam kondisi yang tertentu, (c) adanya kerangka waktu yang jelas, (d) dalam situasi tertentu dan (e) dapat diamati dan diukur. Dalam perumusan tujuan tersebut, kendala-kendala yang membatasinya perlu diperhitungkan seperti dana, SDM.Intinya suatu penentuan tujuan haruslah realistis. Dari perumusan ini maka kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan dapat dijabarkan. 5. Perancangan Tindakan Alternatif Tahap ini mengacu pada pengembangan atau identifikasi dari berbagai cara untuk mencapai tujuan. Masalah-masalah mutu yang sudah diidentifikasikan perlu dicari cara pendekatannya. Dalam banyak cara yang berorientasi pada tujuan dan jangka panjang, maka tindakan-tindakan yang telah lalu perlu dipertimbangkan untuk pengembangan alternatifalternatif baru. 6. Pemilihan Tindakan Dari analisis konsekuensi tindakan alternatif manajer dapat menetapkan mana tindakan alternatif yang kecenderungannya paling tepat untuk mencapai tujuan.Misalnya pengembangan kinerja guru.Dalam pemilihan ini sering dilibatkan kriteria khusus misalnya,waktu,biaya, kemudahan pelaksanaan dan persepsi manajemen atau karyawan.Selain itu juga dipertimbangkan kemampuan dari beragam unit yang terlibat dalam proses pendekatan masalah ini. 7. Penyusunan Rencana Kerja Operasional Setelah tindakan alternatif diputuskan maka langkah kepala sekolah berikutnya adalah penyusunan rencana operasional. Rencana ini 12 merupakan uraian secara terinci bagaimana cara kerja melaksanakan tindakan alternatif tersebut,termasuk siapa yang bertugas,dimana dan kapan akan dikerjakan.Mulailah dengan mengidentifikasi prioritas berdasarkan isu paling penting, menetapkan output, melibatkan orang, dan menetapkan skedul kerja termasuk batas waktu pelaksanaan kerja serta pola kordinasinya. 8. Pelaksanaan Rencana Kerja Setelah rencana kerja dibuat maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan rencana kerja.Tahap ini akan menjawab tujuan dari program rencana secara operasional.Termasuk di dalamnya adalah kegiatan pengendalian dan pengarahan pelaksanaan program sehingga mampu menciptakan suasana kerjasama yang menggairahkan di antara tim pelaksana. 9. Evaluasi Evaluasi mengacu kepada penetapan hasil-hasil nyata yang dicapai dengan perangkat tindakan yang dipilih atau dengan rencana kerja tertentu.Dengan evaluasi ingin diketahui sejauh mana hasil yang dicapai telah memenuhi tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Selain itu diketahui seberapa jauh situasi lain di sekitarnya terpengaruh oleh palaksanaan program.Evaluasi dapat dilaksanakan pada aspek proses maupun hasil. 10. Proses Umpan-balik Akhirnya evaluasi menghasilkan proses umpan balik yang dituangkan dalam proses rencana pendekatan masalah.Hal demikian penting untuk mengetahui seberapa luas tujuan pengembangan mutu lembaga telah dicapai,untuk menetapkan apakah ada tambahan tujuan baru atau perubahan sasaran tujuan,dan untuk mengetahui apakah ada perangkat tindakan alternatif yang baru serta masalah-masalah apa yang telah muncul. F. Konsep Pengendalian Mutu Pengendalian mutu atau Quality Control dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian diperlukan dalam manajemen mutu utuk menjamin agar kegiatan 13 sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan pelanggan. Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan dengan mengukur perbedaan seperti perencanaan, rancangan, menggunakan prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal ini menyimpang, diantara dalam hal produk, pelayanan, atau proses, output dan standar yang sefesisik., oleh karena itu pengawasan mutu merupakan upaya untuk menajaga agar kegiagan yang yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan mehasilkan output yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, hal ini seperti dikemukakan oleh Amitava Mitra:”quality control may generally be defined as a system that is used to maintain a desired level of quality in a product or service.” Tzvetelin Gueorguiev menyatakan Quality control – processes are monitored to ensure that all quality requiremnents are being met and performance problems are solved. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Ishikawa yang menyatakan pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncakan dapat tercapai dan terjamin. Definisi yang dikemukakan oleh Ishikawa di atas merupakan pemikiran baru tentang quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa pengendalian mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam memproduksi atau menghasilkan produk dan jasa yaitu sejak proses pengembangan produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara memuaskan. Dalam pengertian di atas tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Artinya keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh perusahaan ditujukan pada pemenuhan kebutuhan konsumen. Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas. Pengendalian terhadap mutu pendidikan memang menyangkut unsure input, proses dan output. Hal ini memang sejalan dengan konsep mutu pendidikan yang dilihat dari unsure input, proses dan output. Karena itu dalam melaksanakan pengendalian mutu pendidikan, maka pebngendalian difokuskan terhadap unsure input, proses dan output pendidikan. Kepala Sekolah dapat merencanakan dan melakukan 14 pengendalian mutu pendidikan sejak inoput siswa masuk, kemudian dididik di sekolah hingga menjadi lulusan dari sekolah. Dengan demikian dalam melakukan pengendalian mutu hendaknya kepala sekolah atau pengawas melihat sekolah atau proses pendidikan sebagai suatu system. Dalam pengendalian mutu agar berjalan efektif membutuhkan adanya perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi agar dapat dilaksanakan sistem pengawasan yang efekti dan efisien. Perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat melaksanakan mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain itu dan dalam pengendalian membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan perbaikan apa yang perlu diberikan dan oleh siapan tindakan perbaikan itu dilakukan. Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum seperti pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah, dan dengan menggunakan prosedur yang standar dan diakui. Dilakukan untuk melakukan perhitungan dalam terhadap pengeluaran-pengeluaran proses kegiatan, melakukan pengukuran, memperkirakan hal-hal yang tidak menentu, serta mengarsipkan berbagai informasi dan laporan-laporan. Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan jaminan terhadap produk yang dihasilkan dapat memenuhi harapan pelanggan. Dengan demikian banyak keuntungan yang diperoleh dari pengendalian in, baik bagi lembaga maupun, personil yang diawasi karena melalui pengawasan terjadi proses perbaikan kinerja, serta keuntungan bagi pelanggan itu sendiri karena akan mendapat produk yang bermutu. G. Tujuan dan Fungsi Pengendalian Mutu Pengendalian merupakan alat organisasi, dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu sehingga pelanggan maupun yang memproduksi merasa puas. S.Sukmadinata menyatakan: Tujuan pengendalian adalah melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan dapat dicapai secara optimal. Pandangan yang sama dikemukakan J.M.Juran yang 15 menyatakan “tujuan utama pengendalian adalah meminimalkan kerusakan ini, dengan tidakan cepat untuk memulihkan status quo atau lebih baik lagi.” Pengendalian mutu pada dasarnya merupakan suatu alat yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Willian M.Lindsay menyatakan:Control, thefore, is doing whatever is needed to accompliss what we want to do as an organization. H. Proses Pengendalian Mutu Pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan membuat rencana, dan rencana tersebut merupakan standar, artinya sejumlah kegiatan dapat dilakukan dan dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan standar dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan yang telah diibuat. Pada pengendalian merupakan suatu propses karena terdiri dari rangkaian kegiatan yang sistematis, J.M.Juran menyatakan pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang didalamnya kita:1) mengevaluasi kinerja nyata, 2).membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan 3) mengambil tindakan terhadap perbedaan. Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa tercapai.Hal ini mengingat tidak selama perilaku personil atau berbagai peristiwa dapat mendukung sesuai dengan harapan atau rencana yang telah ditetapkan. Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi pada dasarnya dalam setiap system pengendalian mutu mempunyai empat komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh yaitu: 1. Alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan. 2. Alat penilai yang mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan. 3. Alat modiifikasi perilaku untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan 4. Alat untuk menyebarluaskan informasi kea lat lain.15 Keberhasilan kepala sekolah atau pentgawas dalam pelaksanaan pengendalian mutu, selain harus melakukannya secara sistematis, juga ada beberapa pra kondisi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah. Kondisi 15 Nana Syaodih (2006) Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Penerbit Refika Aditama, Bandung. hal 145 16 ini diwujudkan dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari semua unsure yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Menurut Nanang F dan Ali pra kondisi yang harus dipenuhi sekolah, antara lain: 1. Mengubah pola piker sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan jasa 2. Memfokuskan perhatian pada proses secara sistematik. 3. Menerapkan pola pemikiran/strattegi jangka panjang 4. Mempunyai komitmen yang kuat pada mutu.16 Kepala sekolah atau pimpinan pendidikan lainnnya dalam melaksanakan pengendalian mutu dapat melakukan beberapa cara, salah satu cara yang banyak digunakan dalam pelaksanaan pengendalian mutu adalah model Certo yang meliputi (1) pre control-Feedfowerd, yang control yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai, misalnya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu hanya memilih guru-guru yang memiliki kompetensi yang baik. (2) Concurrent Contrtol, yaitu pengendalaian dilakukan sejalan dengan pelaksanaan pekerjaaan, dan (3) Feedback Control, yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan setelah kegiatan dilakukan.17 I. Sasaran Pengendalian Mutu Pendidikan Dalam tingkat operasional kelembagaan sekolah, sasaran pengendalian mutu ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil pendidikan. Menurut Djajuli substansi pengawasan pendidikan secara educative adalah: (a) pengawasan implementasi kurikulum, pengajaran, pemahaman guru terhadap kurikulum, penjabaran guru terhadap teknik penilaian, penjabaran dan penyesuaian kurikulum (b) pengawasan kegiatan belajar mengajar.18 Sedangkan menurut Syaodih bidang pengendalian ditujukan pada biding utama pendidikan, yaitu kurikulum, bimbingan siswa serta manajemen pendidikan. 19 Bidang kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan, bahan ajar, proses pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan program pendidikan di sekolah 16 Nanang Fattah dan Mohammad Ali (2006) Manajemen Berbasis Sekolah, Penerbit Universitas Terbuka. hal: 136 17 Sofyan Safry (2001) Sistem Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum Jakarta. hal: 122 18 Nanang Fattah dan Mohammad Ali OpCit . hal: 137 19 Nana Syaodih Op Cit . hal 145 17 maupun untuk setiaop bidang studi. Bidang bimbingan siswa berkaitan denngan program pembinaan siswa dan bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen personil, siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pemndidikan biaya dan kerja sama dengana masyarakat atau pihak luar sekolahj. Ketiga bidang ini mempunyai arah sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal. 18 BAB III KESIMPULAN Peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kualitas proses dan kualitas produk atau hasil. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas dari segi proses pembelajaran berlangsung efektif dan bermakna serta ditunjang dengan sumber daya yang memadai. Proses pendidikan yang berkualitas memberikan jaminan mengenai kualitas produk yang dihasilkan. Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, mesti terdapat seseorang yang paling berpengaruh diantara anggota kelompok yang lainnya dan ia dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan sangat tidak efektif dan efisien manakala tidak mempunyai seorang pemimpin, bahkan sangat dimungkinkan tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi. Perencanaan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain. Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen. Kegiatan ini dilakukan untuk menilai dan memberikan perbaikan-perbaikan terhadap kinerja guru atau personil lainnya yang terlibat dalam proses pendidikan untuk menjamin bahwa kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengendalian adalah untuk melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan dapat tercapai secara optimal. 19 DAFTAR PUSTAKA Arcaro, Jerome S., 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar, Jogjakarta. Fandy Tjipto & Anastasya Diana, 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi, Andi Offset, Jogjakarta. Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Hamzah, Uno, B. 2006. Perencanaan Pembelajara. Jakarta: Bumi Aksara. Nanang Fattah dan Mohammad Ali (2006) Manajemen Berbasis Sekolah, Penerbit Universitas Terbuka Nana Syaodih (2006) Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Penerbit Refika Aditama, Bandung. Salis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Ircisod, Yogyakarta. Sofyan Safry (2001) Sistem Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum Jakarta. Wahjosumidjo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. http://wwwraja07.blogspot.co.id/2012/09/pendekatan-perencanaan-untuk.html https://mukhliscaniago.wordpress.com/2010/12/14/perencanaan-mutu-pendidikanoleh-kepala-sekolah/ 20