0530_豊嶋 正臣先生(インドネシア語)_2014(1)

advertisement
BoE Ushiku City, 30 May 2014 Supaya Siswa Senang Belajar~Harapan dari “SALING BELAJAR”~ Masaomi Toyoshima, Pengawas, Divisi Bimbingan, Dinas Pendidikan Pemkot Ushiku 1. Mengenal SALING BELAJAR (1) Sebelum mengenal SALING BELAJAR Sebelum mengenal SALING BELAJAR, saya mempunyai pertanyaan terhadap diri saya sendiri mengenai kegiatan pembelajaran yang saya lakukan. ① Rasa ganjil terhadap kegiatan kelompok Semenjak saya menjadi guru Matematika, di setiap pelaksanaan pembelajaran, saya selalu menerapkan kegiatan kelompok. Namun, secara jujur saya selalu bertanya pada diri saya sendiri terhadap kegiatan kelompok itu. Pertanyaan itu muncul ketika melihat perilaku siswa yang melakukan kegiatan kelompok. Mereka nampaknya hanya asal memecahkan soal, atau mencari cara untuk menemukan jawaban yang benar semata. Mereka hanya tertarik apakah jawabannya benar atau tidak. Atau boleh dikatakan bahwa mereka baru bisa merasa belajar setelah memastikan jawaban dirinya benar. Akhirnya saya berpikir bahwa adanya kegiatan kelompok, justru menyebabkan para siswa tidak dapat mengembangkan sikap menggali kebenaran, kemampuan membuat hal yang baru dengan menerapkan hal-­‐hal yang telah ia pelajari sebelumnya, dan kemampuan yang memberikan pencerahan secara logis kepada diri sendiri atau pihak lain. Kemudian, biasanya para siswa diminta untuk memadukan pendapatnya secara berkelompok, menyiapkan pemaparan dengan menggunakan papan tulis kecil, lalu, memaparkan pendapatnya secara kelompok di kegiatan pleno untuk membandingkan atau mempertimbangkan hasil kegiatannya. Alur dan kegiatan tersebut ternyata menjadikan hambatan bagi siswa untuk mengembangkan pola pandangan yang bervariasi. Karena pada dasarnya, setiap siswa mempunyai pandangan atau pikiran yang beragam serta memiliki pola pemikiran sendiri, tetapi semua itu harus dipadukan dalam satu pandangan dan pendapat pada saat kegiatan kelompok. Hal inilah yang membuat saya merasa ganjil. Saya sendiri merasa bingung dan kehilangan akal, untuk apa melakukan kegiatan kelompok dan kegiatan pleno, bagaimana seharusnya kegiatan-­‐kegiatan tersebut dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran setiap hari. ② Rasa ganjil terhadap waktu untuk mencari solusi secara mandiri Saya memahami pentingnya memberikan waktu bagi siswa untuk mencari solusi secara mandiri atas tugas yang diberikan dari guru, namun hal itu ternyata membuat saya semakin merasa ganjil saat saya melihat ada siswa yang “tidak mampu”, atau “tidak bisa menyelesaikannya”, rasa ganjil 1
BoE Ushiku City, 30 May 2014 saya semakin meningkat. Walaupun pada saat kegiatan pleno, guru sudah memberikan petunjuk agar siswa dapat memecahkan soal, tetapi bagi “siswa yang belum mengerti materinya, apa boleh buat”. Siswa yang tidak mampu akan diam dan bertahan sendirian hingga waktu berlalu, ada juga siswa yang pura-­‐pura memeras otak, atau benar-­‐benar terlihat raut wajah yang sedih. Kalau melihat itu, saya menyesalkan keterampilan mengajar saya yang kurang memadai, dan bingung, “apa yang harus saya lakukan”. Sebagai jalan keluar, saya mencoba lebih banyak membimbing siswa sambil berkeliling ke bangku-­‐bangku siswa, atau memberikan bimbingan individu secara intensif. Tetapi saya tidak bisa berkeliling ke semua siswa yang membutuhkan bimbingan saya. Akhirnya beberapa siswa terpaksa menunggu kedatangan saya di tempatnya. Sedangkan bagi siswa-­‐siswa yang telah menyelesaikan tugasnya, tentu akan merasa bosan dan tambah kecewa. Artinya, baik siswa yang mampu maupun tidak mampu sama-­‐sama bertahan sampai waktu berlalu meskipun alasannya berbeda. Selanjutnya, saya menyiapkan “kartu petunjuk” bagi siswa yang kesulitan mencari solusi secara mandiri. Akan tetapi, para siswa tersebut hanya mengerjakan saja, bukan belajar. Bahkan seringkali mereka tidak dapat menguasai cara menggunakannya. Saya menyadari bahwa mereka tidak merasa senang untuk menyelesaikan soal. Akhirnya saya memberitahu siswa bahwa mereka boleh bertanya kepada sesama teman secara bebas kapanpun mereka mau jika belum mengerti. Pola pembelajaran ini diterima oleh para siswa dengan baik, suasana ruang kegiatan pembelajaran menjadi aktif, maka hampir seluruh siswa menganggap positif cara pembelajaran tersebut. Namun, masih saja saya menemui ada siswa yang menjadi tersisih. Siswa tersebut merasa “aku hanya sendirian” di tengah para siswa-­‐siswa lain yang menyelesaikan soal dengan ceria. Walaupun saya menemani dia, tetapi kesedihannya tidak bisa ditolong. Dan tidak mungkin saya meminta siswa lain agar mengajaknya. (2) Mengenal SALING BELAJAR Dari pengalaman di atas, dimana saya merasa ganjil dan kurang puas terhadap cara pelaksanaan pembelajaran saya sendiri, saya semakin berpikir bahwa, “belajar itu seharusnya merupakan hal yang menyenangkan”, ingin melihat raut wajah siswa yang gembira dan saya harus melakukan kegiatan pembelajaran seperti itu. Karena proporsi waktu untuk kegiatan pembelajaran cukup besar dalam kehidupan sehari-­‐hari siswa, sehingga kegiatan tersebut haruslah menyenangkan dan bermanfaat bagi mereka. Bagi kita semua sebenarnya “menjadi mengerti sesuatu yang dulunya belum mengerti”, atau “menjadi mampu melakukan sesuatu yang dulunya belum mampu” adalah sangat menyenangkan dan merasa gembira. Tetapi bagi siswa hal itu tidaklah menyenangkan jika dijadikan sebagai sebuah kewajiban atau keharusan. Memang bagi saya sebagai guru, hal itu merupakan suatu kewajiban. Namun, bagi siswa, kadangkala hal itu malah melenyapkan rasa gembira untuk belajar. Oleh karena itu, saya ingin memberi keyakinan kepada siswa bahwa justru “kurang mengerti, atau 2
BoE Ushiku City, 30 May 2014 belum mampu” itulah merupakan “bibit yang akan membuahkan hasil berupa kegembiraan dan kesenangan dalam proses pembelajaran. Untuk itu saya berpikir bahwa saya harus menciptakan suasana ruang kelas dimana tanpa sungkan atau ragu-­‐ragu, tetapi secara alamiah siswa dapat bergumam, “aku nggak mengerti” atau “aku tak bisa”. Lalu, pada saat seorang siswa bergumam, “Ah, nggak mengerti”, ada reaksi dari siswa lain, “Ya, aku juga tidak mengerti”, artinya si siswa tersebut dapat merasakan bahwa ia tidak sendirian, tetapi ada kawan lain yang menghadapi tantangan bersamanya. Saya ingin menciptakan suasana ruang kelas seperti itu. Upaya ini membuat perubahan pemikiran saya, yakni faktor pendorong semangat siswa untuk belajar yang sebelumnya adalah “akan menjadi mengerti” atau “akan menjadi bisa” berubah menjadi ke “bersama dengan kawan” sebagai pendorong semangat belajar mereka. Pada waktu itu, bapak Ikuo Someya ditugaskan di SMP Shimone sebagai kepala sekolah dan beliau memulai manajemen sekolah yang mengutamakan SALING BELAJAR. Ternyata segala pertanyaan saya selama ini dapat terjawab dengan penerapan kegiatan SALING BELAJAR itu, sehingga saya sangat antusias untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 2. Kegiatan Pembelajaran Hari ini (1) Sasaran Pembelajaran Hari ini Melalui kegiatan pengamatan dan pembahasan gerakan Flying carpet (karpet terbang) di taman rekreasi, siswa dapat memahami bahwa segi empat yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-­‐masing sama panjangnya adalah jajaran genjang. (2) Latar belakang dan Tujuan Desain Pelaksanaan Pembelajaran Hari ini. Berdasarkan sifat-­‐sifat garis sejajar dan persyaratan kongruen segi tiga dan sebagainya yang telah dipelajari di Bab sebelumnya, maka siswa akan menguraikan sifat dan persyaratan segi tiga dan jajaran genjang untuk mendalami pemahaman tentang bangun sebagai materi pokok Bab ini. Dan melalui pembelajaran materi ini siswa juga akan mudah belajar tentang penalaran matematika seperti deduksi, induksi dan analogi, serta mengungkapkan pikiran dirinya secara logis. Namun, saya menyesal karena cara mengajar selama ini cenderung pada diskripsi pembuktian yang formal dengan memberikan LKS berupa soal-­‐soal yang mengisi bagian kosong kepada para siswa yang sulit mencari solusi secara mandiri. Selain itu, karena bangun adalah bentuk yang berwujud dan mudah dilihat dengan kasat mata, maka cara pengajaran saya tentang materi itu untuk siswa kelas 2 cenderung pada memanfaatkan sifat tersebut, dan ini membuat siswa yang jarang merasakan manfaatnya matematika di dalam kehidupan yang nyata, akan dapat merasakan menariknya belajar matematika dengan membuktikan kebenaran melalui komunikasi dengan kawan sekelas. Oleh karena itu saya mendesain kegiatan pembelajaran hari ini dengan tujuan agar supaya para 3
BoE Ushiku City, 30 May 2014 siswa menemukan bentuk-­‐bentuk yang memanfatkan sifat bangun di kehidupan nyata dan sifat-­‐sifat dari jenis bangun yang baru dikenal yaitu “jajaran genjang”. Lalu, membuat hipotesis tentang syarat yang membentuk jajaran genjang dan membuktikan hipotesis tersebut adalah benar. Dengan demikian saya berharap agar para siswa merasakan betapa senang dan menariknya belajar matematika. Diantara langkah-­‐langkah tersebut, yang paling penting adalah para siswa secara spontan ingin membuktikan asumsinya benar. Untuk itu, perlunya siswa sendiri memunculkan pertanyaan “kenapa menjadi begitu?”, maka kuncinya adalah bagaimana kiatnya agar siswa tertantang. Oleh karenanya, saya memilih flying carpet di taman rekreasi sebagai bahan pelajaran hari ini. Kiat pertama yang membuat siswa tertarik adalah perbandingan antara permainan flying carpet dengan Viking . Kalau kapal Viking tidak berputar satu kali (jika berputar sampai teratas, penumpang akan jatuh), tetapi flying carpet berputar satu kali. Saya berharap agar para siswa menemukan perbedaan antara dua permainan ini dan timbul pertanyaan kenapa terjadi perbedaan. Kemudian, berharap pula siswa akan menemui bentuk flying carpet-­‐nya “selalu jajaran genjang”. Kata kuncinya adalah “kapan pun” dan “dimana pun”. Supaya siswa menemukan hal itu, saya membuat langkah kegiatan untuk menggerakkan model flying carpet sebagai media (alat peraga). Dengan menggerakkan model secara pelan-­‐pelan, siswa diharapkan akan menemukan hal itu dengan intuisi. Pembelajaran hari ini diharapkan siswa akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman, maka, untuk memastikan intuisinya benar atau tidak, atas dorongan dirinya sendiri siswa membuat hipotesis dan membuktikannya. Untuk itu, pada tahap menggerakan model di atas, hendaknya siswa belum mencapai “pencerahan”, tetapi harus penasaran. Maka, saya memberi batasan berbagai kondisi dan persyaratan dalam menggerakkan model flying carpet. Menemukan sifat-­‐sifat, membuat hipotesis dan membuktikan kebenaran. Serangkaian kegiatan itu tentu sangat berat bagi mereka yang merasa kesulitan untuk belajar matematika, sehingga akan menghabiskan waktu jika berpikir sendirian, diperkirakan akan ada siswa yang putus asa untuk belajar. Untuk itu, waktu kegiatan pleno sedapat mungkin dipersingkat saja, tapi lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan kelompok. Pada saat kegiatan pleno dengan formasi huruf U, saya akan memberi motivasi belajar kepada siswa dan menjelaskan apa yang harus kita pikirkan. Lalu, agar terjadi pembelajaran kolaboratif di kegiatan kelompok, diberikan satu unit model untuk satu kelompok. Dengan satu unit model tersebut, saya berharap secara otomatis para anggota kelompok menjadi satu. (3) Rencana Pengajaran Materi Pokok (Bab: Segi Tiga dan Segi Empat: total 14 jam pelajaran) Tahap I Segitiga sama kaki・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・4 jam Tahap II Segi tiga siku-­‐siku・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・3 jam Tahap III Sifat-­‐sifat jajaran genjang・・・・・・・・・・・・・・・・・・・・2 jam Tahap IV Syarat-­‐syarat jajaran genjang・・・・・・・・・・・・・・・・・・ 3 jam 4
BoE Ushiku City, 30 May 2014 Taha
p Jam Sasaran Pembelajaran a Melalu gerakan flying carpet, siswa dapat memahami bahwa segi Ke-­‐1 empat yang dibentuk Hari ○ oleh dua pasang rusuk ini yang masing-­‐masing sama panjangnya adalah jajaran genjang. Berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh pada pelajaran sebelumnya, siswa menemukan dan Ke-­‐2 membuktikan bahwa IV sifat jajaran genjangan di atas dapat dikatakan sebaliknnya Siswa dapat membuktikan alasan kenapa dapat menggambarkan bangun yang kongruen (memiliki bentuk yang menggunakan Ke-­‐3 sama) Pantograph dengan perbandingan 1:1 dengan menerapkan persyaratan yang membentuk jajaran genjang. *catatan Rencana Penilaian b c ◎ ◎ ○ d Kriteria (Cara Menilai) Melalui menggerakan model flying carpet, siswa memahami bahwa segi empat yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-­‐masing sama panjangnya adalah ◎ jajaran genjang. (Pengamatan dan buku tulis) ○ Menurut hasil pembelajaran sebelumnya, siswa dapat menemukan sifat jajaran genjang yang telah mereka pahami dapat dikatakan dengan sebaliknya juga, dan berdasarkan sifat jajaran genjang, siswa dapat membahas syarat-­‐syarat apa saja yang membentuk jajaran genjang. (Pengamatan dan buku tulis) Siswa dapat membahas alasan kenapa dengan menggunakan alat pantograph dengan perbandingan 1:1 dapat melukis bangun yang bersifat kongruen, dengan menemukan bentuk jajaran genjang dan memanfaatkan persyaratan yang membentuk jajaran genjang. (Pengamatan dan buku tulis) a. Ketertarikan, semangat belajar dan perilaku siswa terhadap Metematika b. Pola pikir dan pandangan secara matematis c. Cara berekspresi dan menyelesaikan soal secara matematis. d. Pengetahuan dan pemahaman tentang konsep angka dan bangun. Tahap V Berbagai jenis bangun segi empat, garis sejajar dan luas・・・・・・・・・・・・・・2 jam 5
BoE Ushiku City, 30 May 2014 (4) RPP yang telah disiapkan Langkah –langkah kegiatan ○Siswa diberitahu materi pelajaran hari ini. Mari kita menyelidiki rahasia gerakan flying
carpet di taman rekreasi.
○Dengan menggerakkan model flying carpet, siswa menemukan bahwa “segi empat yang memiliki dua pasang sisi yang sama panjangnya adalah jajaran genjang.” ○Membuat hipotesis; bangun segiempat yang memiliki dua pasang rusuk yang sama panjangnya adalah jajaran genjang, dan membuktikan dengan pendekatan deduktif. Pendekatan dan Perhatian Guru ○ Konfirmasikan bahwa gerakan tempat duduk flying carpet selalu berposisi sejajar dengan permukaan tanah, dengan membandingkan gerakan Viking. ○Bertanya kepada siswa apakah mereka tidak menemukan hal lain selain gerakan tempat duduk, untuk mendorong mereka menemukan bahwa agar dapat mempertahankan bentuk jajaran genjang, tempat duduk harus bergerak secara sejajar dengan permukaan tanah. ○Untuk mendekatkan sasaran pembelajaran hari ini, mendorong siswa agar mereka menyadari bahwa pada saat jarak antara tiang penyangga dengan jarak tempat duduk yang telah diperkokoh sama, tempat duduk bergerak secara sejajar dengan permukaan tanah. ○Dapat dianggap cukup baik, apabila siswa dapat menunjukkan unsur-­‐unsur yang diperlukan untuk pembuktian dengan memberi warna pada gambar, dan memastikan kebenarannya sambil menunjukkan gambar tersebut bersama rekan-­‐rekan sekelompok. (5) Model ① ② ③ ④ 6
BoE Ushiku City, 30 May 2014 3. Refleksi Kegiatan Pembelajaran yang telah dilaksanakan Para siswa dapat berkonsentrasi penuh pada pembelajaran dan terus memeras otak selama satu jam pelajaran dengan berkolaborasi satu sama lain. Untuk menghubungkan sesama siswa, ternyata saya (guru) tidak perlu banyak membantu mereka. Karena saya menyediakan model flying carpet sebagai media (alat peraga), maka sambil menggerakkan model tersebut, para siswa dapat menemukan, berpikir dan menjelaskan alasannya. Misalnya foto③ di atas, secara spontan siswa menggesernya, dan dengan gerakan ini, maka mereka sendiri menemukan bahwa jika hanya satu pasang rusuk yang sama panjang saja, flying carpet tidak berputar. Foto④ juga ada kelompok yang secara spontan menggerakan seperti itu. Karena gerakan ini hanya dibuat oleh satu kelompok saja, maka pada waktu kegiatan pleno dengan formasi huruf U, saya sengaja memperkenalkan gerakan itu kepada semua siswa. Dengan demikian, para siswa dapat meyakini bahwa jika dua pasang rusuk masing-­‐masing sama panjang dapat dibentuk jajaran genjang. Setelah secara intuisi menemukan jajaran genjang dengan menggerakkan model, para siswa dapat memahami dengan jelas bahwa karena selalu terjadi bentuk jajaran genjang, sehingga gerakan flying carpet dapat diwujudkan. Sementara, sulit bagi mereka memahami perlunya pembahasan tentang kenapa bentuk bangun di depan mata mereka harus selalu berbentuk jajaran genjang. Barangkali bagi mereka, hal itu adalah wajar sebab sudah ada di depannya. Dalam kegiatan pembelajaran itu, saya belum punya ide bagaimana mendorong mereka untuk menyadari hal itu, tetapi suruh mereka secara bebas menggerakkan model sampai puas, sehingga nampaknya ada siswa yang masih merasa penasaran sebelum semua keganjilan terungkap. Saya tunggu waktu yang tepat, dan saat itu tiba, saya bertanya kepada siswa dengan “kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?” Dan secara alamiah ada reaksi dari siswa dengan berkata,”perlu membuktikannya”. Untuk kegiatan pembelajaran kali ini, saya mendesain langkah awalnya dengan membuat hipotesis. Dan tingkat pencapaian sasaran pembelajaran dapat dinilai memuaskan dengan memenuhi kriteria penilaian. Hanya sayangnya adalah meskipun secara intuisi menemukan unsur “dua pasang rusuk”, tetapi di tahap membuat hipotesis dan pembuktian tersebut, beberapa kelompok malah memperhatikan pada unsur lain, bukan “dua pasang rusuk” karena masih banyak ada unsur-­‐unsur lain yang kelihatannya sama. Di kegiatan pembelajaran kali ini, saya sengaja membiarkan mereka tanpa mengkoreksi supaya dapat dilanjutkan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Pada pelaksanaan pembelajaran kali ini saya merasakan betapa pentingnya kata-­‐kata guru. Di kelas yang lain, saya pernah menekankan pada kata “berputar” dari gerakan flying carpet, dari yang seharusnya menekankan pada gerakan tempat duduknya “horizontal atau sejajar” dengan permukaan tanah. Akibatnya banyak waktu yang terbuang untuk meluruskan alur kegiatan serta pemikiran para siswa juga terlalu berkembang. Apabila guru menyerahkan pembelajarannya pada kelompok, terlebih dahulu guru harus mengasumsikan secara jelas check point apa saja yang harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai sasaran pembelajaran di waktu tersebut. 7
Download