Pesan Sri Paus Untuk Hari Orang Sakit Sedunia

advertisement
Pesan Sri Paus
Hari Orang Sakit Sedunia : 11 Pebruari 2015
Sapientia Cordis (Kebijaksaan Hati)
“Saya adalah mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang
lumpuh” (Ayb 29:15)
Saudara-saudari terkasih,
Pada Hari Orang Sakit Sedunia ke-32 ini, yang dimulai oleh St.
Yohanes Paulus II, saya berpaling kepada kalian yang
menderita penyakit dan dipersatukan atas pelbagai cara dengan
tubuh penderitaan Kristus, juga kepada kalian para pakar dan
relawan dalam bidang pemeliharaan kesehatan.
Tema dari tahun ini mengundang kita untuk merenungkan
sebuah kalimat dari Kitab Ayub: “Saya adalah mata dari orang
buta dan kaki dari orang lumpuh” (Ayb 29:15). Saya ingin
meninjau kalimat ini dari sudut pandang “sapientia cordis” –
kebijaksanaan hati.
“Kebijaksanaan” ini tidaklah teoretis, pengetahuan abstrak,atau
hasil penalaran belaka. Itulah yang St. Yakobus gambarkan
dalam Suratnya, sebagai yang “murni, pendamai, peramah,
penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak
memihak dan tidak munafik” (Yak 3:17). Inilah cara
memandang hal-hal yang dicurahkan Roh Kudus dalam pikiran
dan hati mereka yang peka terhadap penderitaan dari saudarasaudarinya, dan dapat melihat dalam diri mereka gambar Allah.
Marilah kita mengutip doa pemazmur: ”Ajarilah kami
menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami boleh
beroleh hati yang bijaksana” (Mz 90:12). “Kebijaksanaan hati”
Page 1
Pesan Sri Paus
Hari Orang Sakit Sedunia : 11 Pebruari 2015
ini, yang adalah suatu pemberian Allah, merupakan suatu
ringkasan hasil buah dari Hari Orang Sakit Sedunia.
Kebijaksanaan hati berarti melayani saudara-saudara dan
saudari-saudari. Perkataan Ayub : “Saya adalah mata dari
orang buta, dan kaki dari orang lumpuh”, menunjukkan
pelayanan, yang dibaktikan orang benar ini, sambil
menyandang suatu wewenang dan kedudukan penting di antara
para tetua kota, kepada mereka yang berkekurangan. Keluhuran
moral ini terungkapkan dalam bantuan yang dia berikan kepada
kaum miskin yang mencari bantuan dan dalam pedulinya akan
para yatim dan janda ( Ayb 29:12-13).
Sekarang ini juga, betapa banyak orang Kristiani menunjukkan,
bukan dengan kata-katanya, tetapi dengan hidupnya yang
berakar dalam suatu iman sejati, sehingga mereka menjadi
“mata bagi orang buta” dan “kaki bagi orang lumpuh”! Mereka
dekat dengan orang sakit yang membutuhkan perhatian
berkelanjutan dan membantu dalam hal mencuci, mengenakan
pakaian dan memberi makan. Pelayanan ini, utamanya ketika
dilakukan tanpa lapang dada, dapat melelahkan dan
menbosankan. Secara relatif mudah untuk membantu seseorang
selama beberapa hati, tetapi sulitlah untuk memperhatikan
seseorang pribadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
khususnya dalam beberapa kasus ketika dia tidak lagi mampu
mengungkapkan rasa terima kasih. Namun, betapa sebuah jalan
yang luhur dari pengudusan ! Dalam saat-saat yang sulit itu
kita dapat secara khusus pada kedekatan akan Tuhan, dan kita
menjadi suatu sarana istimewa mendukung perutusan Gereja.
Page 2
Pesan Sri Paus
Hari Orang Sakit Sedunia : 11 Pebruari 2015
Kebijaksanaan hati berarti menjadi saudara-saudara dan
saudari-saudari. Waktu yang dipergunakan bagi orang sakit
adalah waktu yang suci. Itulah cara memuji Allah yang
membuat kita menyerupai gambar Putra-Nya, yang “datang
tidak untuk dilayani tetapi untuk melayani, dan menyerahkan
hidup-Nya demi kebaikan banyak orang” (Mt 20:28). Yesus
sendiri berkata: “Aku ada di antara kamu sebagai seorang yang
melayani” (Lk 22:27).
Dengan iman yang hidup marilah kita mohon Allah Roh Kudus
untuk menganugerahi kita rahmat agar kita menghargai nilai
dari kerelaan yang tak terkira untuk meluangkan waktu
bersama saudara-saudari, dan agar mereka merasa lebih
dikasihi dan dihibur berkat kedekatan serta peduli hati kita.
Sebaliknya, betapa besar sebuah dusta, yang terungkap di balik
kalimat-kalimat yang demikian mendesakkan pentingnya
“mutu kehidupan” , namun membuat orang berpikir bahwa
hidup yang terbebani oleh penyakit berat tidaklah layaknya
hidup !
Kebijaksanaan hati berarti meninggalkan diri sendiri menuju
saudara-saudara dan saudari-saudari. Kadangkala dunia kita
melupakan nilai istimewa dari waktu yang diluangkan di sisi
orang sakit, karena kita berada dalam keadaan sibuk; karena
kita terperangkap
dalam suatu kesibukan kerja dan
berproduksi, maka kita lupa untuk memberikan diri sendiri
secara bebas, peduli akan orang lain, bertanggungjawab bagi
orang lain. Di balik sikap demikian sering terdapat suatu iman
yang hambar karena lupa akan kata-kata Tuhan: “Kamu
lakukan itu bagi-Ku” (Mt 25:40).
Page 3
Pesan Sri Paus
Hari Orang Sakit Sedunia : 11 Pebruari 2015
Oleh karenanya, sekali lagi saya ingin menekankan
”keniscayaan utama untuk ‘keluar dari diri sendiri menuju
saudara dan saudari’ sebagai satu dari dua perintah agung yang
mendasari setiap kaidah moral dan sebagai tanda yang paling
jelas dari penegasan pertumbuhan spiritual dalam menanggapi
anugerah yang sepenuhnya bebas dari Allah” (EG,179). Kodrat
misioner dari Gereja adalah sumber dari suatu ”cintakasih dan
belas kasihan efektif yang memahami, membantu dan
memajukan” (ibid).
Kebijaksanaan hati berarti menunjukkan solidaritas dengan
saudara-saudara dan saudari-saudari, tanpa menghakimi
mereka. Cintakasih memerlukan waktu. Waktu peduli akan
orang sakit dan waktu untuk mengunjungi mereka. Waktu
untuk berada di sisi mereka seperti sahabat-sahabat Ayub:
“Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh
hari tujuh malam. Seorangpun tidak mengucapkan sepatah
katakepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat
penderitaannya” (Ayb 2:13). Namun teman-teman Ayub
menebarkan suatu pengadilan melawannya: mereka berpikir
bahwa kemalangan Ayub adalah suatu hukuman Allah karena
dosa-dosanya. Cintakasih yang sejati adalah suatu sikap
berbagi yang tidak menghakimi, yang tidak menuntut
pertobatan orang lain; bebas dari kerendahan hati yang palsu
yang secara batiniah mencari pujian dan merasa puas diri
dengan apa saja yang menyenangkan.
Pengalaman Ayub akan penderitaan menemukan jawaban sejati
hanya dalam salib Yesus, tindakan terluhur dari solidaritas
Allah dengan kita, sepenuhnya bebas dan terpaut pada belas
Page 4
Pesan Sri Paus
Hari Orang Sakit Sedunia : 11 Pebruari 2015
kasihan. Jawaban kasih ini terhadap drama kepedihan
manusiawi, terutama penderitaan orang yang tak bersalah,
bertahan selamanya terukir dalam tubuh Kristus bangkit; lukaluka-Nya yang mulia adalah sebuah skandal tetapi juga bukti
dari iman.
Juga bila penyakit, kesepian dan ketidak-mampuan membuat
sulit untuk menjumpai orang-orang lain, pengalaman akan
penderitaan dapat menjadi suatu sarana istimewa untuk
membagikan rahmat dan sebuah sumber untuk mencapai dan
bertumbuh dalam sapientia cordis. Kita sejatinya memahami
betapa Ayub, pada akhir pengalamannya, dapat berkata kepada
Allah: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang
Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”
(Ayb 42:5). Orang terserap dalam misteri penderitaan dan rasa
sakit, ketika mereka menerima ini dalam iman, dapat membuat
diri mereka sendiri saksi-saksi hidup akan suatu iman yang
mampu merangkul penderitaan, malahan tanpa mampu
memahami makna sepenuhnya.
Saya mempercayakan Hari Orang Sakit Sedunia ini pada
perlindungan keibuan Maria, yang mengandung dan
melahirkan Kebijaksanaan yang menjelma: Yesus Kristus,
Tuhan kita.
O Maria, takhta kebijaksanaan, jadilah pengantara sebagai Ibu
kami bagi semua orang sakit dan orang-orang yang peduli akan
mereka ! Anugerahkanlah, melalui pelayanan kami terhadap
sesama yang menderita, dan melalui pengalaman akan
Page 5
Pesan Sri Paus
Hari Orang Sakit Sedunia : 11 Pebruari 2015
penderitaan itu sendiri, agar kami boleh menerima dan
mengupayakan kebijaksanaan hati yang sejati !
Dengan doa ini bagi kalian semua, saya haturkan Berkat
Apostolik saya.
Vatikan,3 Desember 2014, pada peringatan St. Fransiskus
Xaverius
Fransiskus
Page 6
Download