perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Energi listrik merupakan satu dari banyak kebutuhan dasar yang
diperlukan oleh masyarakat di mana pun. Baik negara berkembang seperti
Indonesia, maupun negara-negara maju, listrik menjadi kebutuhan di antara
beberapa kebutuhan penting lainnya. Sektor energi mempunyai peran yang sangat
penting dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Oleh
karena itu, sesuai dengan visi dan misi energi, maka pengelolaan dan pemanfaatan
energi nasional perlu dilaksanakan secara optimal, arif dan bijaksana yang
dilandasi oleh pertimbangan obyektif mencakup aspek lingkungan, kepentingan
antar generasi, kebutuhan energi, sosial, politik, geopolitik dan ekonomi. Keenam
aspek tersebut merupakan kriteria penting yang dipersyaratkan oleh pemanfaatan
energi untuk pembangunan berkelanjutan tersebut.
Menurut Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo pada Rabu, 22
Juni 2011, Proporsi minyak bumi sebagai sumber utama energi mencapai
40% dari total permintaan energi dunia, namun cadangannya terus
berkurang. Pada tahun 2011 pertumbuhan permintaan minyak bumi dunia
akan mencapai 1,7% sementara peningkatan produksi hanya mencapai
0,9%. Keadaan
ini menyebabkan
negara-negara termasuk
Indonesia rentan terhadap risiko terjadinya krisis energi dunia. Cadangan
minyak bumi terbukti saat ini di Indonesia diperkirakan 9 milyar barel,
dengan tingkat produksi rata-rata 0,5 milyar barel per tahun, sehingga
diperkirakan cadangan minyak akan habis dalam waktu 18 tahun.
Cadangan gas diperkirakan 170 TSCF (trilion standart cubic feed)
sedangkan kapasitas produksi mencapai 8,35 BSCF (billion standart
cubic feed). Cadangan batubara diperkirakan 57 miliar ton dengan
kapasitas
produksi
131,72juta
ton/tahun.
(http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=6&l=id)
Minyak yang dihasilkan Indonesia sangat terbatas sehingga dengan
demikian dapat menurunkan kemampuan penyediaan energi listrik oleh PT PLN
(Pembangkit Listrik Negara) karena sebagian besar energi listrik diproduksi
menggunakan bahan bakar minyak.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Bahan minyak berasal dari sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
sehingga apabila digunakan terus menerus akan cepat habis. Maka dari itu
masyarakat Indonesia diharapkan mau berpartisipasi dalam pelestarian dan
pemanfaatan sumber energi listrik yang mana listrik merupakan kebutuhan pokok
manusia, bisa dikatakan menjadi kebutuhan primer masyarakat dunia secara
umum dan Indonesia pada khususnya, sehingga melihat hal tersebut sesuai dengan
keenam aspek kriteria dalam pemanfaatan sumber energi yang memiliki tujuan
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan akan terealisasi dengan baik.
Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab dalam penyediaan
infrastruktur listrik bagi masyarakat, PT PLN (Persero) berkewajiban memenuhi
kebutuhan listrik para pelanggan yang terus meningkat dengan melakukan
terobosan atau inovasi mengenai pemanfaatan energi yang selama ini masih
terabaikan. Untuk dapat melaksanakan kewajiban tersebut PT. PLN (Persero)
Area Surakarta telah dapat melayani daerah Rayon yang terdiri dari beberapa
wilayah kabupaten dimana tiap wilayah kabupaten terdapat Rayon-rayon. Wilayah
tersebut meliputi: (1) Kabupaten Sragen: Rayon Sragen, Rayon Sumber Lawang
(2) Kabupaten Sukoharjo: Rayon Sukoharjo, Rayon Grogol, Rayon Kartosuro (3)
Kabupaten Wonogiri: Rayon Wonogiri, Rayon Jatisrono (4) Kabupaten
Karanganyar: Rayon Karanganyar, Rayon Palur (5) Kabupaten Surakarta: Rayon
Surakarta, Rayon Manahan. Dari beberapa Rayon peneliti menfokuskan pada
masyarakat Kabupaten Sukoharjo yaitu yang terdiri dari Rayon Sukoharjo, Rayon
Grogol, dan Rayon Kartasura dengan golongan tarif rumah tangga.
Masyarakat Kabupaten Sukoharjo atau pelanggan PT. PLN (persero)
Rayon Sukoharjo, Rayon Grogol, dan Rayon Kartasura sudah pasti menggunakan
energi listrik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya untuk penerangan,
kebutuhan rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan listrik mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan manusia khususnya
masyarakat Kabupaten Sukoharjo.
Dengan jumlah pelanggan dalam tarif rumah tangga yang banyak dan
commit to user
pentingnya mewujudkan pembangunan nasional yang berkelanjutan, maka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
seharusnya masyarakat menggunakan energi dengan smart (efektif dan efisien)
sesuai dengan kebutuhan. Menurut Kristiati (2011: 1) “Krisis listrik di Indonesia
disebabkan oleh ketidak sesuaian antara kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu dan kemampuan pemerintah dalam menyediakan
listrik”. Untuk itu seharusnya masyarakat paham dan tahu akan penggunaan
energi dengan baik melalui konservasi energi. “Konservasi energi adalah semua
langkah yang diambil untuk menurunkan berbagai kehilangan pada semua tarif
pengelolaan, dari eksploitasi, pengangkutan, pemrosesan, sampai pemanfaatan
melalui hemat listrik yang merupakan bagian dari konservasi” (Suyitno. 2011: 5758). Melalui sistem hemat energi krisis listrikpun dapat dihindari.
Tetapi disini permasalahan yang muncul ialah masyarakat Kabupaten
Sukoharjo melakukan tindakan pelanggaran dalam penggunaan energi listrik
tersebut. Data pelanggaran terlampir pada lampiran 1. Yang mana selama tahun
2011 jumlah pelanggan yang melakukan pelanggaran penggunaan energi listrik
pada masyarakat Kabupaten Sukoharjo berjumlah 745 pelanggan. Hal yang
menjadi menarik bagi penulis dalam masalah ini adalah apabila kita membiarkan
tindakan pelanggaran tersebut walaupun hanya satu saja, maka itu dapat
memberikan dampak kepada masyarakat lainnya yang berupa pembatasan pada
penggunaan energi listrik. Hal ini dikarenakan pelanggar tersebut telah secara
langsung membuat kerugian pada negara. Dasar hukum yang melatarbelakangi
perilaku tersebut tercantum pada PP No. 10 th. 1989 jo. No. 3 Th. 2005 jo. No 26
Tahun. 2006 yang berisikan aturan tentang kewajiban pelanggan yang berbunyi:
(1) Pelanggan mempunyai kewajiban menjaga dan memelihara keamanan instalasi
ketenagalistrikan,
(2)
Pelanggan
bertanggungjawab
karena
kesalahannya
mengakibatkan kerugian bagi PKUK/ PLN. (3) Masyarakat yang memanfaatkan
tenaga listrik wajib menaati persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri. Dan
berdasarkan UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan pasal 29 ayat 2
bahwa “konsumen/ pelanggan wajib memanfaatkan energi listrik sesuai dengan
peruntukannya” dan ayat 3 yang berbunyi “Konsumen bertanggungjawab apabila
commit to user
karena kelalaiannya mengakibatkan kerugian pemegang izin usaha penyediaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
tenaga listrik”. Disini terlihat jelas bahwa masyarakat tidak menaati peraturan
yang ada atau masyarakat telah secara langsung/ tidak langsung melakukan
pelanggaran. Dan peraturan tersebut muncul akibat kelalaian masyarakat yang
kurang menjaga pemanfaatan dan kelestarian energi listrik yang semakin hari
bahan bakar energi listrik semakin menipis.
Perilaku pelanggaran dalam penggunaan energi listrik yang tidak sesuai
dengan
peruntukkannya
ini
menunnjukkan
bahwa
mereka
melakukan
penyimpangan yang merupakan penyakit masyarakat, penyakit masyarakat ini
dalam Kartini Kartono (2005: 1) disebut Patologi sosial “Patologi sosial yaitu
semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal,
pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun
tetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal” dalam hal ini pelanggaran yang
dilakukan masyarakat atau pelanggan dapat juga dikatakan “penyimpangan
tingkah laku atau deviasi yaitu menyimpang dari tendensi sentral atau cirri-ciri
umum rakyat banyak” (Kartini Kartono. 2005: 6). Penyimpangan tingkah laku
tersebut apabila dalam ranah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disebut dengan
Penyimpangan Karakter.
Penyimpangan karakter dalam Jurnal Soemarno Soedarsono (2010: 54)
tidak adanya karakter dan jati diri kita sebagai individu dan sebagai
manusia Indonesia memiliki implikasi yang serius pada rusak atau
hilangnya karakter bangsa. Rusaknya karakter bangsa akan berpengaruh
secara signifikan terhadap jati diri kita sebagai bangsa yang religius,
ramah tamah, sopan santun, murah senyum, dan gotong royong, namun
belakangan ini kita menjadi lebih dikenal sebagai bangsa yang korup,
arogan, mudah marah, cenderung cari selamat dan menampilkan
tindakan-tindakan yang anarkis.
Dan menurut Jurnal Sabar Budi Raharjo (2010: 230) Ketika mayoritas
karakter masyarakat kuat, positif, tangguh maka peradaban dapat
dibangun dengan baik dan sukses, sebaliknya jika mayoritas karakter
masyarakat negatif dan lemah mengakibatkan peradaban yang dibangun
menjadi lemah sebab peradaban tersebut dibangun dengan pondasi yang
lemah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Melihat deskripsi diatas bahwa karakterlah yang menjadi esensi atas
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat dalam melakukan
pelanggaran penggunaan energi listrik yang akan mengakibatkan rusaknya jati diri
dan pondasi dalam pembangunan peradaban banga Indonesia akan menjadi lemah.
Menurut Zubaedi (2011: 1) “Karakter adalah mustika hidup yang
membedakan antara manusia dengan binatang, manusia tanpa karakter adalah
manusia yang sudah membinatang”. Orang-orang yang berkarakter baik secara
invidual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi
pekerti yang baik. Karakter merupakan hal yang esensial dalam berbangsa dan
bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus
bangsa. Hal ini dapat dikaitkan dengan temuan Zubaedi dalam konteks
kebangsaan, pembangunan karakter diorientasikan pada tiga tataran besar yaitu:
(1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga
keutuhan Negara Republik Indonesia (NKRI), (3) untuk membentuk manusia dan
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat
(Zubaedi, 2011: 2). Yang dimaksud dengan “karakter kebangsaan adalah modal
dasar membangun peradaban yang tinggi, masyarakat yang memiliki sifat jujur
pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh da memiliki etos kerja tinggi akan
menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik”. (Sabar Budi
Raharjo. 2010: 230-231).
Melihat tingginya angka pelanggaran dalam menggunakan energi listrik
di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 mengindikasikan bahwa masyarakat
telah melakukan penyimpangan karakter yang berupa tindakan asosial harus
dihindarkan agar tidak terjadi kerusakan akhlak.
Berdasarkan ilustrasi diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih
mendalam atau melakukan penelitian dengan mengambil judul: “Kajian Tentang
Karakter Kewarganegaraan (Studi Kasus Pelanggaran Penggunaan Energi
Listrik Pada Masyarakat Kabupaten Sukoharjo)”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa latar belakang atas tindakan pelanggaran dalam penggunaan energi
listrik pada masyarakat Kabupaten Sukoharjo?
2. Apa kaitan pelanggaran penggunaan energi listrik dengan karakter
kewarganegaraan?
3. Bagaimanakah solusi dalam mengantisipasi pelanggaran penggunaan
energi listrik pada masyarakat Kabupaten Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
1. Untuk mengetahui latar belakang atas tindakan pelanggaran dalam penggunaan
energi listrik pada masyarakat Kabupaten Sukoharjo.
2. Untuk mengetahui kaitan antara pelanggaran penggunaan energi listrik dengan
karakter kewarganegaraan.
3. Untuk memberikan masukan sebagai solusi dalam mengantisipasi pelanggaran
penggunaan energi listrik pada masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya bidang studi Kewarganegaraan yang sesuai dengan penelitian
ini.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja
yang ingin mengkaji lebih dalam lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat memiliki sikap literasi atau melek hukum dalam
penggunaan energi listrik untuk pemenuhan kebutuhan sehingga tidak
merugikan masyarakat lainnya.
b.
Bagi penulis
Untuk
pengembangan karakter kewarganegaraan dalam penggunaan
energi listrik, sehingga dalam penggunaan energi listrik tersebut dapat
terealisasi dengan semestinya dalam pemerataan energi bagi masyarakat.
commit to user
Download