Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 525 PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS V NETRAL D THE IMPLEMENTATION OF GUIDED DISCOVERY METHOD TO IMPROVE SCIENCE PROCESSING SKILL Oleh: Tri Rahmawati Shalihah. PGSD/PSD, [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains menggunakan metode guided discovery. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menggunakan model Kemmis dan Taggart.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta yang berjumlah 10 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan test. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode Guided Discovery pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan ketrampilan proses sains. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta setelah menggunakan metode guided discovery. Keterampilan proses pada tahap pratindakan diperoleh rata-rata 45%, pada siklus I menjadi 61,84% dan pada siklus II menjadi 77,89%. Penggunaan metode Guided Discovery hingga siklus II diperoleh > 75% dari seluruh siswa mencapai kriteria tinggi dalam keterampilan proses sains dan 75% siswa mendapat nilai tes ≥ 75 saat siklus II. Kata kunci : keterampilan proses sains, metode guided discovery Abstract The research aims to improve the science processing skill using guided discovery method. This was classroom action research by Kemmis and Taggart model. The subject were 25 students of fifth grade of SD Netral D Yogyakarta. Data Collection using observation and test. To analyse quantitative data was using quantitative descriptive and qualitative descriptive. The result of the research shows that there is an increasing science processing skill of grade V students of Netral D elementary school Yogyakarta after implementing guided discovery method. The skill processing on pre-action cycle achieved the mean of 35,56%. In the first cycle the mean increase to 60,64% and 77,89%in the second cycle. The implementation of Guided Discovery method until the second cycle achieve > 75% of all students reach the high criteria on science processing skill, while 75% of students get≥ 75 test score. Keywords: guided discovery method, science processing skill perubahan PENDAHULUAN Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahannya berupa bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Perubahan yang diperoleh dari belajar adalah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga belajar merupakan hal Belajar Menurut Daryanto (2009: 2), adalah sebagai suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Menurut Hernawan (2007: 2) belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi bukti hasil dari belajar yang penting dalam pendidikan. tingkah itu adalah terjadinya perubahan tingkahlaku yang bersifat positif bagi individu dari segala aspek. Keberhasilan belajar tidak terlepas dari proses belajar mengajar disekolah. Ciri proses 526 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017 belajar yang baik adalah banyaknya siswa yang fakta-fakta, aktif dan kondusifnya suasana belajar, sehingga prinsip saja tetapi juga merupakan proses hasilnya tercapai semua tujuan belajar. Hal penemuan. Dari pendapat Trianto tersebut dapat tersebut sesuai dengan pendapat Nana Sudjana diketahui pembelajaran IPA lebih menekankan (2006: 28) proses belajar mengajar adalah suatu pada proses, jika siswa mampu memahami proses yang mengandung serangkaian kegiatan semua guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik mengaitkannya dengan konsep, fakta yang ada yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk serta mampu menerapkannya dalam kehidupan mencapai tujuan tertentu. sehari-hari. Usman menyatakan bahwa Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai macam karakter siswa. Selain itu, setiap siswa memiliki perkembangan intelektual yang berbeda antar satu siswa dengan siswa yang lainnya, maka guru yang harus mampu menguasai pembelajaran dan penting dalam mensukseskan proses pembelajaran. Pengetahuan dan pengalaman belajar siswa bertambah sesuai perkembangannya melalui perantara guru yang Siswa mendapatkan pengetahuan dan dari berbagai macam mata pelajaran yang ada di sekolah, salah satunya adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah diajarkan guru. IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berkaitan dengan manusia beserta gejala alam sekitarnya. IPA mempunyai manfaat yang besar untuk perkembangan teknologi baik dalam bidang teknologi, kesehatan, bahwa Ilmu (2010:153) Pengetahuan mengemukakan Alam prinsip- siswa Samatowa khusus mampu (2006: untuk 1) IPA di alamiah. rasa ingin tahu siswa merupakan bagian dari keterampilan proses siswa yang harus dikembangkan. Pembelajaran IPA disekolah dasar mengacu pada standar isi pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (permendiknas 2006:148) disebutkan bahwa pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam masalah, dan membuat keputusan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar harus menggunakan metode yang tepat untuk mengembangkan ketrampilan proses siswa. Berdasarkan hasil observasi, siswa menganggap bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan mata pelajaran karena banyak materi yang harus dihafalkan. Selama proses pelajaran berlangsung metode yang digunakan lebih bersifat informatif saja sebatas ceramah dan diskusi atau tanya sumberdaya alam dan sebagainya. Trianto maka atau untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara sekitar,memecahkan mengajarkan pembelajaran. pengalaman belajar proses konsep, sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan disesuaikan dengan karakter siswa yang ada. Guru atau tenaga pendidik memiliki peran konsep- (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa jawab. Siswa lebih banyak mendengar,mencatat dan menghafalkan materi yang disampaikan guru. Pada materi yang seharusnya dilakukan dengan percobaan, hanya dijelaskan melalui gambar. Siswa belum pernah dilibatkan dalam Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 527 kegiatan praktek atau demonstrasi, sehingga pembelajaran, kurang memahami penjelasan keterampilan proses sains siswa masih kurang. materi, kurang mampu memahami konsep, dan Berdasarkan hasil wawancara dengan tidak dapat mengembangkan pengetahuan secara guru, pada proses pembelajaran IPA masih mandiri, sehingga keterampilan proses IPA menggunakan siswa tidak berkembang. Berdasarkan uraian metode konvensial yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran. tersebut Strategi yang digunakan dalam pembelajaran perbaikan dalam pembelajaran menggunakan yaitu ekspositori (ceramah, diskusi, tanya jawab, metode penugasan) yang belum melibatkan siswa untuk keterampilan proses aktif. Media yang digunakan hanya gambar. pembelajaran IPA. Pemahaman tentang guru pembelajaran menerapkan baik, namun dalam metode-metode guru pembelajaran. kurang Guru merasa yang perlu dapat diadakan mengembangkan siswa Perbaikan dalam dapat dilakukan dengan adanya penggunaan metode belajar tertentu yang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran IPA. Semiawan dalam Patta Bundu (2006:4) mengenal model belajar seperti Contextual Teaching Learning, Cooperative learning,active peneliti menyatakan bahwa. learning, Guided Discovery, dan sebagainya. IPA dalam arti luas merupakan pelajaran Namun, guru jarang menerapkan metode tersebut dan penerjemahan pegalaman manusia tentang dikarenakan dunia fisik dengan cara teratur dan sistematik, kurang memahami cara melaksanakannya dalam pembelajaran. Selama cenderung proses pasif dan mencakup semua aspek pengetahuan yang pembelajaran siswa dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas guru pusat pada fakta dan konsep saja tetapi pada aplikasi adalah prosesnya informasi. Saat guru memberikan pelajaran pengetahuan dan siswa terlihat kurang semangat mengikuti pemelekan pikir manusia. mengacu pada pelajaran. Terdapat siswa yang mengantuk dan Dari pengertian diatas dapat diketahui mengobrol dengan teman sebangkunya. Ketika bahwa pembelajaran IPA didasarkan dari proses diberi pertanyaan guru secara lisan terdapat yang berjalan dalam pembelajaran dan . Jika siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan siswa belum memahami proses yang ada dalam guru IPA maka siswa tidak akan mampu berpikir Dari berbagai permasalahan yang ada, pembelajaran konsep dan mengaplikasikannya pada kehidupan. Salah satu potensi siswa dan kurang menekankan pada metode yang dapat menjadikan siswa aktif dan keterampilan proses siswa. Karena proses paham terhadap konsep yang ada adalah metode perolehan pengetahuan hanya dari guru dan penemuan terbimbing atau Guided Discovery. sumber utama pembelajaran Guided discovery menekankan pada kemampuan di kurang pemahaman memaksimalkan Hampir IPA dalam setiap adalah guru. pertemuan, guru siswa untuk memperoleh ilmu dengan menyampaikan materi dengan ceramah dan memahami suatu konsep yang berorientasi pada siswa hanya mendengarkan saja. Hal ini keterampilan proses. Metode ini membuat siswa menyebabkan belajar secara aktif. siswa kurang tertarik pada 528 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017 Carin & Sund (1993: 103) menyatakan Setting Penelitian bahwa untuk anak usia sekolah dasar paling tepat Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Netral ialah menggunakan metode guided discovery D Yogyakarta. Penelitian ini digunakan dalam yaitu gabungan antara pendekatan ekspositori mata pelajar IPA kelas V semester II dengan dan pendekatan inkuiri. Maksudnya dalam materi Sifat-sifat cahaya. Siklus penelitian ini pembelajaran terdiri disekolah dasar tetap ada atas perencanaan, dan tindakan bimbingan dari guru agar proses pembelajaran oberservasi, efektif dan siswa mampu mengembangkan berulang-ulang sampai indikator pencapaian keterampilan proses IPA dan menemukan sendiri PTK ini dapat tercapai. dan refleksi yang dilakukan konsep-konsep IPA. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan (2008: 3) bahwa metode Model Penelitian penemuan terbimbing merupakan metode yang Dalam penelitian ini model penelitian yang mendorong digunakan siswa untuk berpikir sendiri adalah model penelitian yang berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru. dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart. Dalam pendapat tersebut siswa berpikir sendiri Penelitian ini tanpa adanya pemberitahuan fakta dari guru. siklus. Dalan setiap siklus terdiri dari beberapa Dengan menemukan sendiri dan menyelidiki tahapan, sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan pengamatan, dan refeksi. dilaksanakan yaitu : dalam perencanaan, beberapa pelaksanaan, tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan oleh anak. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Observasi berupa lembar observasi aktivitas METODE PENELITIAN guru dalam mengajar menggunakan metode Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan tindakan kelas. jenis penelitian Guided Discovery. ini, 2. Tes berupa data hasil tes siswa disetiap akhir mahasiswa bertindak sebagai peneliti. Pada siklus yang berupa soal pilihan ganda pelaksanaannya, guru berperan memberikan berjumlah 20 soal pada setiap siklus. Dalam penelitian tindakan kepada siswa sedangkan peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan 3. Dokumentasi berupa foto Discovery dilakukan untuk mengetahui dampak dari lapangan, hasil observasi, dan kegiatan yang telah dilakukan. setiap akhir siklus. Penelitian tindakan saat pembelajaran menggunakan metode Guided pembelajaran yang berlangsung. Penelitian ini Subjek Penelitian pada berlangsung, catatan hasil hasil tes Teknik Analisis Data kelas ini mengambil Dalam penelitian ini teknik analisis data yang subjek siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta digunakan adalah teknik analisis data deskriptif yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 13 kualitatif dan deskriptif kuantitatif.Data yang siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. dianalisis secara dekriptif kualitatif berupa Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 529 lember observasi untuk guru dan siswa, dan data kurang mampu memprediksi dan menyimpulkan yang dianalisis secara kuantitatif berupa tes hasil hasil pemikiran sendiri dengan tepat. Selain itu belajar siswa. mereka belum mampu mengkomunikasikan hasil belajarnya baik HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN secara lisan maupun tulisan. Menurut Conny Semiawan (2008: 137) Penelitian ini dilakukan untuk kelas V rendahnya keterampilan SD Netral D Yogyakarta yang terdiri dari membawa akibat siklus I dan II, setiap siklus terdiri dari dua memahami konsep IPA yang abstrak, sehingga pertemuan. untuk konsep tersebut tidak dimilikinya secara tuntas. meningkatkan keterampilan proses IPA siswa Oleh karena itu, perlu dilaksanakan penelitian dengan metode guided discovery. Setiap siklus tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan dilakukan keterampilan proses dasar IPA siswa. Penelitian bertujuan observasi terhadap keterampilan proses siswa dasar kesulitan IPA dalam proses IPA siswa. Keterampilan proses yang Pada tindakan siklus I menggunakan diamati adalah keterampilan proses dasar yang metode guided discovery guru belum optimal terdiri dari mengamati, mengklasifikasi, dalam menjalankan memprediksi, mengukur, menyimpulkan, discovery. pada tahap pre-activity discussion di langkah-langkah guided metode awal pembelajaran guru sudah memberikan pembelajaran motivasi, menyampaikan rumusan masalah dan meliputi langkah-langkah preparation, pre- menyampaikan langkah kegiatan yang akan activity discussion, data collect, follow up. dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah yang mengkomunikasikan. Pelaksanaan discovery guided dalam Berdasarkan hasil dilakukan sebelum diketahui bahwa observasi dilakukan yang tindakan, disampaikan, siswa didorong untuk membuat hipotesis. Namun, setelah itu guru belum pembelajaran mengajak siswa untuk membuat hipotesis dari menggunakan metode ceramah, sehingga siswa rumusan masalah yang disampaikann guru. Saat lebih Proses pengumpulan data guru juga belum optimal pembelajaran yang seharusya praktikum juga dalam membimbing siswa. Pada langkah follow dilakukan dengan ceramah, sehingga siswa up guru juga belum memberikan reward baik cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran. secara verbal maupun non verbal untuk. banyak proses mendengarkan. Pada siklus I proses pembelajaran dengan Hal demikian sesuai dengan pendapat Srini M. Iskandar (1997:50) jika pelajaran IPA tanpa kelompok keterampilan keterampilan kebosanan proses pada diri akan siswa menimbulkan dan tidak besar membuat proses siswa pengembangan kurang optimal. Pembagian kelompok tersebut berakibat pada memberikan gambaran yang benar tentang banyaknya IPA. percobaan dan membuat keterampilan proses Hasil observasi juga menunjukkan siswa yang kurang dalam rendah. keterampilan proses IPA siswa. mengamati siswa yang kurang teliti. Siswa juga saat sains siswa kurang berkembang. Keaktifan siswa bahwa keterampilan proses sains siswa masih Hal ini dilihat dari kemampuan aktif setiap kegiatan yang menunjang Proses pembelajaran yang belum optimal 530 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017 menyebabkan keterampilan proses sains siswa Hal ini dibuktikan dengan rata-rata persentase yang belum mencapai kriteria, oleh karena itu keterampilan penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya. meningkat menjadi 77,89%. Selain itu siswa Pelaksaan proses pada siklus II berdasarkan yang memiliki keterampilan proses IPA dengan refleksi pada siklus I. Perbaikan pelaksaan kriteria tinggi mengalami peningkatan menjadi metode guided discovery dalam pembelajaran. 20 siswa (80%) dari 25 siswa. Keberhasilan yang Pada siklus II sudah melakukan semua proses IPA pada siklus II diperoleh dari siklus II merupaka perbaika dari discovery. siklus I, dimana bimbingan guru kepada siswa Pada tahap pembuatan hipotesis guru sudah lebih maksimal sehigga keterampilan proses mendorong siswa untuk mengajukan hipotesis meningkat. langkah dalam metode guided disampaikan Pembentukan kelompok pada siklus II guru. Pembagian kelompok menjadi lebih terdiri dari 2 sampai 3 orang tiap kelompok. kecil lebih (2-3orang) mengoptimalkan siswa Pembentukan kelompok pada siklus II lebih dalam pengumpulan data dan pengolahan efektif dibandingkan siklus I. Pembagian tugas data. Siswa lebih aktif dalam melaksanakan dan kerjasama siswa dalam kelompok lebih percobaan dan dapat menunjang keterampilan merata. Siswa lebih fokus dengan kegiatan proses IPA siswa. Selain itu, Keterlibatan kelompok untuk menemukan pengetahuan yang siswa memberikan mereka bangun sendiri. Siswa mencermati setiap kesempatan kepada siswa untuk menemukan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan. Guru pegetahua melalui keterampilan proses sains juga memberikan bimbingan maksimal kepada dasar. siswa yang bertanya dan kesulitan. dari rumusan secar masalah aktif yang dapat Adanya Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa sudah mengumpulkan batasan data dan waktu mengolah ketika data mengalami peningkatan dari sebelum ada menghasilkan efektifnya kerja kelompok siswa. tindakan ke siklus I. Hal ini ditunjukkan Hal ini bertujuan agar siswa lebih fokus dan dengan rata-rata persentase ketrampilan proses bertanggung jawab dengan kegiatan IPA pada pratindakan hanya 45% menjadi mereka laksanakan. Sesuai dengan pendapat 61,84% di siklus I meskipun demikian hasil Carin & Sund (1989:104) pembelajaran melalui tersebut belum mecapai kriteria keberhasilan guided discovery membuat siswa mejadi lebih tindakan yang telah direncanakan karena hanya bertaggung jawab atas pembelajaran mereka sebayak 4 siswa dari 22 siswa yang memiliki sendiri. yang keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi. Berdasarkan hasil pegamatan terhadap Kriteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti proses pembelajaran IPA menggunakan metode beserta guru kelas yaitu minimal 75% dari guided discovery dan keterampilan proses IPA seluruh siswa memiliki keterampilan proses siswa yang telah diuraikan diatas, menunjukkan dengan kriteria tinggi. bahwa pembelajaran menggunakan metode Keterampilan proses pada siklus II guided discovery telah diterapkan secara optimal mengalami peningkatan dari kondisi siklus I. dan mampu meningkatkan keterampilan proses Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 531 sains siswa. Keterampilan proses sains metode guided discovery yang digunakan, melalu6,05%. Hal ini dapat dilihat rata-rata sedangkan keterampilan proses IPA ditinjau dari keterampilan proses sains pada siklus I sebesar kriteria 61,84% meningkat menjadi 77,89% pada siklus Peningkatan keterampilan proses IPA tersebut II. Dengan demikian, penelitian ini dikatakan terjadi berhasil discovery sebagai berikut (1) guru menyiapkan dan siklus dalam penelitian ini keterampilan karena proses penggunaan IPA siswa. metode guided materi alat dan bahan untuk pembelajaran (2) dihentikan. Hasil penelitian juga sejalan dengan guru memberikan motivasi motivasi dan penelitaian yang dilakukan Nur Anifah. apersepsi berupa pertayaan diawal pembelajaran, Penelitian yang dilakukan Nur Anifah (3)guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (4) menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru memberikan penjelasan langkah pelajaran keterampilan proses mengamati dan hasil meggunakan metode guided discovery, (5) guru belajar melalui menyampaikan rumusan masalah secara lisan metode guided discovery siswa kelas V SD dan membimbing siswa membuat hipotesis (6) Negeri Kepuhan, Sewon. Persamaan penelitian guru membimbing siswa dalam pengumpulan yang dilakukan dengan Nur Anifah adalah dan analisis data (7) siswa mempresetasikan sama-sama hasil diskusi, membuat kesimpulan. ilmu pengetahuan meggunakan alam metode guided Penggunaan guided discovery perbedaan penelitian terletak pada subjek, sesuai langkah tersebut dilakukan dengan tempat, optimal discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD, dan waktu penelitian. Perbedaan siswa metode sangat dalam berdampak pada lebih mendalam terletak pada keterampilan pembelajaran proses yang diamati dalam penelitian. Nur peningkatan keterampilan proses anifah hanya Pada siklus pertama siswa dengan kriteria tinggi mengambil satu keterampilan proses yaitu sebayak 5 siswa atau sebesar (20%), dan mengamati sedangkan dalam penelitian ini meningkat pada siklus II menjadi 20 siswa atau meliputi enam keterampilan proses dasar yaitu sebesar mengamati, memprediksi, memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yaitu dan 75% siswa menempati kriteria skor keterampilan memilih hasil belajar megklasifikasi, mengukur, dan meyimpulkan proses mengkomunikasikan. 80%. dasa sehingga antusias Peningkatan IPA tinggi IPA tersebut dengan siswa. sudah presentase minimal 75. KESIMPULAN DAN SARAN Saran Kesimpulan dan Berdasarkan hasil penelitian keterampilan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa proses IPA siswa dengan menggunakan metode penerapan metode guided discovery mampu guided discovery pada siswa kelas V SD Netral meningkatkan keterampilan proses IPA siswa D Yogyakarta, maka peneliti dapat memberikan kelas V SD Netral D Yogyakarta. Proses saran sebagai berikut. Peggunaan metode guided pembelajaran ditinjau dari langkah-langkah discovery dapat digunakan untuk meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian 532 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017 keterampilan proses dasar IPA siswa. Guru harus memahami langkah-langkah kegiatan dalam metode guided discovery. Siswa juga harus berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran agar hasilnya optimal. DAFTAR PUSTAKA Carin, A.Arthur & Sund, Robert B. (1993). Teaching Science Through Discovery. Ohio: Memil Publishing Company, A Bell & Houwell Information Company. Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran. Jakarta : AV Publisher. Herry, Hernawan, Asep. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.M. Nana Sudjana. (2006). Dasar-Dasar dalam Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Patta Bundhu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Setiawan. (2008). Strategi Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.