pembuatan zat pengatur tumbuh (zpt)

advertisement
PEMBUATAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI DARI
CAMPURAN TAUGE DAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)
SERTA APLIKASI TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH STEK
NILAM (Pogostemon cablin Benth)
Oleh :
NUR HIDAYAH
NIM. 120500061
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
PEMBUATAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI DARI
CAMPURAN TAUGE DAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)
SERTA APLIKASI TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH STEK
NILAM (Pogostemon cablin Benth)
Oleh
NUR HIDAYAH
NIM. 120500061
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
2
PEMBUATAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI DARI
CAMPURAN TAUGE DAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4)
SERTA APLIKASI TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH STEK
NILAM (Pogostemon cablin Benth)
Oleh
NUR HIDAYAH
NIM. 120500061
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Dari
Campuran Tauge Dan Effective Microorganism (EM4)
Serta Aplikasi Terhadap Keberhasilan Tumbuh Stek Nilam
(Pogostemon cablin Benth)
Nama
: Nur Hidayah
NIM
: 120500061
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II
F.Silvi Dwi Mentari, S.Hut. MP
NIP. 19770723 200312 2 002
Yuanita, SP. MP
NIP. 19661125 200112 2 001
Rusmini, SP. MP
NIP. 19811130 200812 2 002
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Manajemen Pertanian
Nur Hidayat, SP. M.Sc
NIP. 19721025 200111 1 001
Ir. M. Masrudy, MP
NIP. 19600805 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal : 24 Agustus 2015
ABSTRAK
NUR HIDAYAH . Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Dari
Campuran Tauge Dan Effective Microorganism (EM4) Serta Aplikasi Terhadap
Keberhasilan Tumbuh Stek Nilam (Pogostemon cablin Benth) (dibawah
bimbingan F. SILVI DWI MENTARI).
Penelitian ini dilatarbelakangi karena zat pengatur tumbuh sintetik telah
banyak dibuat untuk keperluan pertanian, namun harganya sangat mahal. Maka
untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian untuk mencari sumber
zat pengatur tumbuh yang ekonomis dan bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil pertanian serta mempercepat pertumbuhan tanaman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati kecepatan tumbuh dan menghitung
persentase keberhasilan tumbuh dari stek tanaman nilam (Pogostemon cablin
Benth) dengan menggunakan ZPT alami dari campuran tauge dan EM4.
Penelitian ini dilaksanakan di jalan Cipto Mangunkusumo RT 009,
Sengkotek, untuk pembuatan ZPT alami. Dan pengaplikasian ZPT tersebut
dilaksanakan di Los Bayangan Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman
Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Perlakuan penelitian ini
adalah menggunakan 40 stek nilam dengan direndam zat pengatur tumbuh
alami dari campuran tauge dan EM4, dengan dosis 10 ml dicampur dengan 1 l air
bersih. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan mulai dari
mempersiapkan alat dan bahan hingga pengambilan data. Pengamatan dan
pengambilan data dilakukan selama 10 hari, meliputi pengambilan data
kecepatan tumbuh dan perhitungan persentase keberhasilan tumbuh.
Hasil penelitian ini kecepatan tumbuh terjadi pada hari ke-6 sebanyak 7
stek, serta keefektifan penyerapan terjadi pada hari ke-8 yakni sebanyak 10 stek,
serta keberhasilan tumbuh stek mencapai 100%, setelah 10 hari.
Kata kunci : Stek Nilam, ZPT Alami dan Keberhasilan Tumbuh
RIWAYAT HIDUP
NUR HIDAYAH, Lahir pada tanggal 1 Januari 1995 di
Samarinda.
Merupakan
anak
ke
tiga
dari
empat
bersaudara pasangan Bapak Saiful Awi dan Ibu Zahratul
Adawiyah. Tahun 2000 memulai pendidikan Sekolah
Dasar Negeri 027 Samarinda Seberang dan lulus pada
tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 15
Samarinda hingga lulus pada tahun 2009. Lalu pada tahun 2009 melanjutkan ke
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 14 Samarinda hingga lulus pada tahun
2012. Pada tahun 2012 memulai pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan. Tanggal 2 Maret sampai 2 Mei 2015 mengikuti Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PT Sawit Khatulistiwa Plantation (SKP) Tenggarong Desa
Sumber Sari, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Dari Campuran Tauge
Dan Effective Microorganism (EM4) Serta Aplikasi Terhadap Keberhasilan
Tumbuh Stek Nilam (Pogostemon cablin Benth), dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Keluarga yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada penulis
selama ini.
2.
Ibu F.Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen pembimbing karya ilmiah.
3.
Ibu Yuanita, SP. MP dan Ibu Rusmini, SP, MP selaku dosen penguji I dan
dosen penguji lI.
4.
Bapak Nur Hidayat, SP. M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan.
5.
Bapak Ir. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
6.
Bapak Ir. M. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
7.
Para staf pengajar, administrasi, dan teknisi di Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan.
8.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut membantu dalam penyusunan
karya ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini masih ada
kekurangan dan kesalahan, namun penulis tetap berharap agar laporan ini dapat
menjadi lebih sempurna dan memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis,
Kampus Sei Keledang, Agustus 2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
A. Tinjauan Umum Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) ...
B. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).. .....................................................
C. Tauge Dari Kacang Hijau (Vigna radiata) ...................................
D. Effective Microorganism (EM4) ...................................................
4
4
11
14
15
III. METODE PENELITIAN .....................................................................
A. Tempat Dan Waktu .....................................................................
B. Alat Dan Bahan ...........................................................................
C. Rancangan Penelitian .................................................................
D. Prosedur Penelitian .....................................................................
E. Pengambilan Data.......................................................................
F. Analisis Data ...............................................................................
20
20
20
20
21
23
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
A. Hasil .............................................................................................
B. Pembahasan................................................................................
25
25
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
30
30
30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….………..
31
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 33
DAFTAR TABEL
No
1.
Halaman
Data hari munculnya tunas stek nilam menggunakan ZPT
25
alami dari campuran tauge dan EM4 ......................................................
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Bahan pembuatan ZPT alami ................................................................
34
2.
Proses pembuatan ZPT alami................................................................
35
3.
Persiapan sungkup dan persiapan media..............................................
37
4.
Persiapan stek, perendaman dan penanaman..........................
40
I.
PENDAHULUAN
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) sudah lama berada di negeri
kita, namun belum tentu setiap orang bahkan petani pun mengetahuinya.
Beberapa alasan dapat dikemukakan antara lain karena kurangnya publikasi
tentang perkembangan tanaman nilam, serta ketidaktahuan orang terhadap
tanaman nilam bahkan dianggap sebagai tanaman penggangu (gulma). Nilam
termasuk tanaman yang cukup mudah dibudidayakan, karena dapat hidup
hampir di sembarang tempat seperti di tanah tegal, pekarangan maupun sawah.
Teknologi penyulingannya pun cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh petani
itu sendiri (Santoso, 1990).
Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) yaitu kelompok tanaman penghasil
minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di samping harganya tinggi,
juga sampai saat ini minyaknya belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis.
Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa
Negara di antara minyak atsiri lainnya. Minyak nilam ini sudah populer di kanca
internasional namun hal ini belum terkenal di Indonesia dan masih sedikit yang
menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek
bisnis yang menjanjikan karena di tingkat internasional minyak nilam ini diminati
oleh beberapa negara. Kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal dari
tanaman nilam saat ini berkisar 600–800 ton/tahun dan sebagian besar
kebutuhan ini disuplai dari Indonesia (Anonim, 2013).
Pembiakan organ vegetatif tanaman dibuat untuk membentuk tanaman
baru yang sempurna bagian akar, batang dan daun, biasanya tanaman baru
tersebut mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Sifat-sifat yang ingin
dipertahankan adalah hasil tinggi, mutu baik dan tahan terhadap penyakit.
2
Sehubungan dengan hal ini banyak usaha yang dilakukan untuk merangsang,
mendorong dan mempercepat pembentukan akar serta meningkatkan jumlah
akar dan mutu akar. Di antaranya dilakukan dengan pemberian zat pengatur
tumbuh seperti Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (lBA), Indole Aceto
Nitrile (IAN) dan sebagainya (Abidin, 2003).
Ekstrak tauge merupakan bahan yang potensial sebagai sumber
fitohormon auksin, dalam bentuk Indole Acetic Acid (IAA). Tauge sebagai sumber
auksin eksogen terhadap berbagai spesies tanaman, seperti padi, nilam, tomat
dan lain-lain. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintetik telah banyak dibuat untuk
keperluan pertanian, namun harganya sangat mahal. Oleh karena itu, untuk
mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mencari sumber zat
pengatur tumbuh yang ekonomis dan mudah didapat sehingga memungkinkan
untuk dapat diaplikasikan secara luas di bidang pertanian, khususnya untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil-hasil pertanian (Sujanaatmaja dan
Ukun, 2006).
Produk EM4 merupakan bakteri fermentasi bahan organik tanah yang
dapat menyuburkan tanaman serta menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil
seleksi alami mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang
dikemas dalam medium cair (Indriani, 2003). Menurut Djuarnani (2005),
menyatakan bahwa EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen
yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman
sejenis secara terus -menerus (continous cropping).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengamati kecepatan tumbuh
dan menghitung persentase keberhasilan tumbuh dari stek tanaman nilam
(Pogostemon cablin Benth) dengan menggunakan zat pengatur tumbuh alami
3
dari campuran tauge dan EM4 .
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk dapat menambah
pengetahuan dan informasi kepada para petani nilam tentang zat pengatur
tumbuh dari campuran tauge dan EM4 yang dapat diaplikasikan ke tanaman
nilam (Pogostemon cablin Benth).
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Nilam (Pogostemon cablin)
1.
Taksonomi Nilam (Pogostemon cablin)
Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli yang
berasal dari Indonesia. Tanaman nilam juga adalah salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri, dikenal dengan nama Patchouly Oil. Tanaman
nilam
umumnya
dikembangkan
secara
vegetatif
yaitu
dengan
menggunakan potongan-potongan cabang. Berdasarkan pada sifat
tumbuhnya, tanaman nilam adalah jenis tanaman tahunan (perennial).
Tanaman nilam termasuk tanaman yang memerlukan hara yang cukup
tinggi. Tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak,
memiliki banyak percabangan, bertingkat-tingkat, dan mempunyai
aroma yang khas. Secara alami tanaman nilam mampu mencapai
ketinggian antara 0,5 m–1,0 m. Tanaman nilam termasuk ke dalam
famili Labiatae yang memiliki sekitar 200 genera, antara lain
Pogostemon cablin Benth. Menurut Rukmana (2004), tanaman nilam
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Labiatales
Famili
: Labiatae
Genus
: Pogostemon
Spesies
: Pogostemon cablin Benth.
5
2.
Botani Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Menurut Santoso (1990), tanaman nilam merupakan tumbuhan
daerah tropik. Tanaman ini termasuk famili labiatae dan merupakan
tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0,3-1,3 m. Di alam bebas
tumbuhnya nilam tidak teratur dan cenderung mengarah ke arah
datangnya sinar matahari, namun di kebun pertanaman nilam
pertumbuhannya dapat tegak ke atas atau merumpun pendek jika diberi
penegak bambu. Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam
yang paling berharga dibandingkan bagian tanaman nilam yang lainnya,
hal ini terjadi karena minyak nilam yang baik berasal dari daunnya.
a. Daun
Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat
telur atau lonjong, melebar di tengah, meruncing ke ujung serta
tepinya bergerigi, tulang daunnya bercabang-cabang ke segala
penjuru. Permukaan daun agak kasar, memiliki bulu tipis pada
bagian luar daun. Bila daun tanaman nilam diremas -remas akan
menimbulkan aroma yang harum.
b. Batang
Tanaman nilam berbatang lunak dan berbuku-buku. Buku
batangnya menggembung dan berair dengan diameter 10-20 mm,
sistem percabangan tanaman nilam banyak dan mengelilingi batang
antara 3-5 cabang per tingkat
kecoklatan.
batangnya berwarna hijau
6
c. Akar
Tanaman nilam, memiliki jenis perakaran yang berbentuk
serabut, dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Kedalaman
perakaran yang menancap tanah dapat mencapai 30-40 cm.
d. Bunga
Tanaman nilam tidak selalu berbunga, tergantung pada
jenisnya itu sendiri, biasanya nilam yang berbunga adalah jenis
Pogostemon heyneanus atau nilam jawa, sedangkan nilam aceh
atau Pogostemon cablin adalah jenis nilam yang tidak berbunga.
Tanaman nilam yang berbunga, biasanya bunganya berwana putih
bersih dan tersusun ditangkai (Santoso, 1990).
3. Syarat Tumbuh Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth)
a. Keadaan Tanah
Tanaman nilam dapat tumbuh baik pada jenis tanah regosol,
latosol serta alluvial. Hal ini dikarenakan Tanah-tanah tersebut
memiliki tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dan
kemasaman tanah antara 6-7. Lahan nilam tidak boleh tergenang
air. Jika tanah yang digunakan untuk menanam nilam terlalu masam
maka, tanaman nilam dapat menjadi kerdil. Akan tetapi jika pH
tanah terlalu basa dapat berakibat kepada bentuk daun tanaman
nilam yang akan menjadi kurus kecil (Santoso, 1990).
b. Keadaan Iklim
Keadaan iklim dapat dirinci sebagai berikut: cahaya
matahari, suhu, kelembapan, curah hujan dan angin. Semua unsur
yang termasuk ke dalam faktor iklim ini tidak dapat berdiri sendiri,
7
tetapi saling mempengaruhi.
1) Cahaya Matahari
Tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik pada daerah
dataran tinggi dan memiliki kadar patchouli alcohol (pa) lebih
tinggi dibanding tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran
rendah, namun tanaman nilam yang dibudidayakan pada dataran
tinggi memiliki kadar minyak (rendemen) lebih rendah yakni
kurang dari 2%. Begitu juga sebaliknya tanaman nilam yang
dibudidayakan di daerah dataran rendah memiliki kadar minyak
lebih tinggi yaitu lebih dari 2% namun memiliki kadar patchouli
alcohol lebih rendah dibanding tanaman yang dibudidayakan
pada daerah dataran tinggi. Tanaman nilam menghendaki
intensitas penyinaran cahaya matahari yang cukup yakni antara
75%-100% dan apabila tanaman nilam kurang mendapat
penyinaran cahaya matahari (ternaungi), maka kadar minyak dari
tanaman
nilam
nantinya
akan
menjadi
rendah.
Agar
pertumbuhannya optimal tanaman nilam memerlukan intensitas
penyinaran cahaya matahari yang cukup (Santoso, 1990).
2) Suhu Dan Ketinggian
Tanaman nilam tumbuh pada ketinggian 2.200 mdpl.
Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi
tinggi pada ketinggian tempat 10-400 mdpl. Dan menghendaki
suhu yang panas dan lembap Sedangkan suhu yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman nilam adalah berkisar antara 24°C28°C (Santoso, 1990).
8
3) Curah Hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman
nilam, diantaranya adalah sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk
gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman nilam,
penumbuhan sel serta pembentukan enzim, menjaga stabilitas
tanaman nilam, serta sebagai suplai air bagi tanaman nilam.
Tanaman nilam membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi
yaitu
berkisar
antara
2.000–2500
mm/tahun
serta
penyebarannya merata pada sepanjang tahun (Santoso, 1990).
4) Kelembaban
Kelembaban juga dapat mempengaruhi kehidupan setiap
tanaman.
Reaksi
setiap
tanaman
terhadap
kelembapan
tergantung dari jenis tanaman itu sendiri. Tanaman dataran
rendah umumnya membutuhkan kelembapan yang tidak terlalu
tinggi
untuk
Sedangkan
melangsungkan
untuk
tanaman
proses
nilam
pertumbuhannya.
sendiri
membutuhkan
kelembapan yang cukup yakni berkisar antara 60%-70%
(Santoso, 1990).
5) Angin
Faktor angin juga menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi secara langsung pada pertumbuhan tanaman
nilam terutama dalam fase pertumbuhan vegetatif (akar, batang
dan daun). Jika dalam fase pertumbuhan vegetatif terdapat angin
kering yang berhembus dengan kecepatan yang tinggi, dapat
merusak tajuk dan batang tanaman termasuk pada tanaman
9
nilam bahkan dapat merobohkan tanaman (Santoso, 1990).
4. Jenis-Jenis Nilam
a. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth)
Menurut pengamatan para ahli, tanaman nilam jenis ini
banyak terdapat di Filipina, Brazil, Madagaskar, Malaysia, serta
Indonesia. Tanaman nilam jenis ini memiliki ciri-ciri daunnya agak
membulat seperti jantung, di bagian bawah daun terdapat bulu-bulu
rambut sehingga warnanya tampak pucat. Nilam jenis ini tidak atau
jarang sekali berbunga. Kadar minyaknya cukup tinggi yaitu sekitar
2,5%-5% dan komposisi minyak dari nilam jenis ini bagus.
b. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth)
Tanaman nilam jenis ini biasanya tumbuh secara liar di
pekarangan-pekarangan rumah atau di tempat-tempat yang jarang
dijamah oleh manusia. Oleh karena itu disebut nilam hutan. Jika di
Jawa nilam ini disebut nilam Jawa. Tanaman nilam jenis ini memiliki
ciri-ciri, daunnya lebih tipis dibandingkan dengan jenis Pogostemon
cablin dan ujung daunnya agak meruncing. Spesifikasi nilam jenis
ini berbunga. Kadar minyaknya rendah sekitar 0,5%-1,5% dari berat
daun kering. Komposisi minyak dari jenis nilam ini jelek.
c. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth)
Tanaman nilam jenis ini dapat digunakan sebagai pengganti
sabun, sehingga disebut nilam sabun. Bentuknya hampir sama
dengan Pogostemon heyneanus. Tanaman nilam jenis ini memiliki
ciri-ciri daunnya tipis, ujung daun agak runcing dan tidak berbunga.
Kadar minyaknya rendah 0,5%-1,5% dari berat daun kering.
10
Komposisi minyak dari nilam jenis ini jelek (Santoso, 1990).
Diantara
ketiga
jenis
nilam
tersebut
yang
banyak
dibudidayakan oleh petani adalah jenis Pogostemon cablin Benth
hal ini karenakan kadar dan kualitas minyaknya lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman nilam varietas lainnya (Anonim,
2013).
5. Perbanyakan Tanaman
Tanaman dari famili labiatae pada umumnya dikembangkan
secara vegetatif, yakni dengan menggunakan potongan-potongan
cabangnya. Tanaman nilam sangat jarang bahkan hampir tidak pernah
berbunga, sehingga kemungkinan perbanyakan secara generatif sangat
tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu pengembangan tanaman nilam
harus secara vegetatif (Santoso, 1990).
Perbanyakan nilam secara konvensional dapat dilakukan melalui
stek batang atau cabang, dan stek pucuk. Stek batang atau cabang
diambil dari batang atau cabang yang telah mengayu, stek dapat
langsung ditanam di lapangan atau diakarkan terlebih dahulu. Stek yang
ditanam biasanya mengandung sedikitnya 4 ruas. Perbanyakan
tanaman nilam telah dilakukan secara kultur jaringan yang meliputi
kegiatan laboratorium (inisiasi, multiplikasi tunas dan perakaran) dan
kegiatan di rumah kaca (aklimatisasi). Bibit yang dihasilkan melalui
kultur jaringan mempunyai kelebihan antara lain adalah bebas penyakit
dan proses produksi yang lebih cepat (Daniel, 2012).
Agar diperoleh stek bibit yang baik maka perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
11
a. Tanaman induk harus sehat, bebas dari hama dan penyakit.
b. Tanaman induk harus berumur sekitar 6–12 bulan dan harus
dipilih cabang-cabang yang muda dan sudah berkayu serta
mempunyai ruas-ruas pendek.
c. Pisau pemotong harus tajam, bersih dan steril, waktu pemotongan
pada pagi hari dan cara memotong meruncing tepat di antara
buku.
d. Panjang stek antara 20–30 cm, serta mempunyai 3–4 mata tunas,
sehingga satu tanaman induk nilam dapat diperoleh sekitar 40–60
stek bibit nilam.
e. Stek harus segera disemaikan sebelum layu dan mengering
(Anonim, 2013).
B. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa
organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung
(promote) dan dalam jumlah banyak justru dapat menghambat (inhibite)
serta dapat merubah proses fisiologi tanaman (Abidin, 2003).
Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman terdiri dari lima kelompok
yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisat dengan ciri khas
dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis tanaman (Heddy,
1996).
Sampai sekarang hanya ada lima kelompok hormon dengan ciri khas
dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis tumbuhan serta
sudah dikenal, walaupun masih banyak lagi yang dapat dipastikan akan
ditemukan. Kelima kelompok yang sudah dikenal itu meliputi empat macam
12
auksin, berbagai macam giberelin (tercatat ada 84 macam), beberapa
sitokinin, asam absisat, dan etilen (Sallisbury dan Ross, 1995).
a. Auksin
Auksin (berasal
dari
istilah
Yunani
auxen
yang
berarti
meningkatkan) yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam
indolasetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakan IAA
dengan auksin. Auksin merupakan salah satu hormon tumbuh yang
tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and
development) dari tanaman.
b. Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930.
Jenis hormon ini termasuk zat pengatur tumbuh yang dapat ditemukan
pada hampir semua siklus hidup tumbuhan. Giberelin sering disebut
dengan GA (gibberellic acid) atau asam giberelat. Giberelin, sedikitnya
terdiri dari 9 persenyawaan terpenoid yang berhubungan dekat.
Giberelin juga terdapat pada angiosperma, gimnosperma
dan paku-
pakuan (terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar, dan daun
muda).
c. Sitokinin
Sitokinin pertama kali ditemukan pada tahun 1913 oleh Gottlieb
Habberlandt di Austria. Hormon sitokinin berperan penting dalam
merangsang pembelahan sel tumbuhan. Pengangkutan sitokinin pasti
terjadi di dalam xylem, namun tabung tapis juga mengandung sitokinin.
Sitokinin juga didapati pada lumut, ganggang coklat dan ganggang
merah.
13
d. Etilen
Sesungguhnya, semua bagian dari semua tumbuhan berbiji
menghasilkan etilen. Dalam pertumbuhan, etilen mempunyai banyak
fungsi, yaitu membantu pemasakan buah, memacu pembungaan,
merangsang pemekaran bunga, merangsang pertumbuhan akar dan
batang tumbuhan, memperkokoh pertumbuhan batang tumbuhan,
merangsang absisi (pengguguran) buah dan daun. Etilen berpengaruh
pula pada terbentuknya jenis kelamin bunga pada jenis monoesius
contohnya labu dan melon.
e. Asam Absisat (ABA)
Asam absisat pertama kali ditemukan pada tahun 1963 di
California
oleh
Frederick
T
Addicott.
Asam
absisat
adalah
seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintetis sebagian di kloropas dan
plastid lain melalui lintasan asam mevalonat. Asam absisat dapat
diangkut dengan mudah dalam xylem dan floem, dan juga dalam sel
parenkimia di luar dari berkas pembuluh (Sallisbury dan Ross, 1995).
C. Tauge Dari Kacang Hijau (Vigna radiata)
Tauge merupakan kecambah yang berasal dari biji-bijian, seperti
kacang hijau, yang memiliki bagian putih dengan panjang hingga 3 cm.
Kacang hijau termasuk dalam famili Leguminoceae, sub famili Papilonaceae.
Bentuk kecambah biasanya diperoleh setelah biji diproses selama beberapa
hari. Tauge memiliki banyak sekali kandungan senyawa fitokimiawi yang
sangat berkhasiat. Salah satunya adalah kanavanin (canavanine), yaitu jenis
asam amino bahan penyusun arginin yang paling banyak tersimpan di dalam
tauge (Soeprapto, 1992).
14
Ekstrak tauge merupakan bahan yang potensial sebagai sumber
fitohormon auksin, dalam bentuk Indole Acetic Acid (IAA). Konsentrasi
optimum dari ekstrak tauge dapat meningkatkan pembentukan akar tanaman
yang paling baik digunakan sebagai dasar dari penggunaan banyaknya
auksin untuk pembuatan formula biostimulant yang kemudian dapat juga
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan dari berbagai jenis tanaman
(Sujanaatmaja dan Ukun, 2006).
Tauge merupakan salah satu bahan yang banyak mengandung
vitamin dan mineral yang dimungkinkan sangat berguna bagi tanaman.
Mineral yang ditemukan dalam tauge adalah kalsium (Ca), besi (Fe),
magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), zink (Zn), tembaga
(Cu), dan mangan (Mn). Sedangkan asam amino esensial yang terkandung
dalam tauge antara lain triptofan 1,35%, treonin 4,50%, fenilalanin 7,07%,
metionin 0,84%, lisin 7,94%, leusin 12,90%, isoleusin 6,95%, valin 6,25%.
Tryptophan adalah zat organik terpenting dalam proses biosintesis IAA
(auksin). Tauge juga mempunyai kandungan beberapa anti oksidan yaitu
fitosterol, vitamin E, fenol dan beberapa mineral seperti mangan, zink,
tembaga dan besi (Soeprapto, 1992).
D. Effective Microorganism (EM 4)
Larutan Effective Microorganism 4 yang disingkat EM4 ditemukan
pertama kali oleh Prof. Dr. Teuro Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang.
Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi bahan organik tanah yang
menyuburkan tanaman dan menyehatkan tanah. Jumlah mikroorganisme
fermentasi EM4 sangat banyak, berkisar 80 genus. Effective Microorganism
4 adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi
15
pertumbuhan
maupun
produksi
tanaman,
serta
ramah
lingkungan.
Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi
biologi tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. Dari sekian
banyak mikroorganisms, ada lima golongan utama yang terkandung di dalam
EM4, yaitu bakteri foto sintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi
(yeast), Actinomycetes. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi
menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena
mikroorganisms
anaerob
bekerja
dengan
kekuatan
enzim.
Selain
mempercepat pengomposan, EM4 juga dapat diberikan secara langsung
untuk menambah unsur hara pada tanah dengan cara disiramkan ke tanah,
tanaman, atau juga bisa dengan disemprotkan langsung pada daun tanaman
(Indriani, 2003).
EM4 dalam kemasan berada dalam kondisi istirahat (dormansi).
Sewaktu diinokulasikan dengan cara menyemprotkannya ke dalam bahan
organik dan tanah atau pada batang dan daun
tanaman, EM4 akan aktif
dan memfermentasi bahan-bahan organik seperti sisa tanaman, pupuk hijau,
pupuk kandang, dan lain-lain yang banyak terdapat di dalam tanah. Hasil
fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa organik yang
mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alkohol,
asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya. EM4
terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik
tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja
dengan kekuatan enzim. Selain mendekomposisi bahan organik di dalam
tanah, EM4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang
dapat menguntungkan untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, misalnya
16
bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikoriza. Mikoriza
membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekelilingnya. Ion fosfat dalam
tanah yang sulit bergerak dapat menyebabkan tanah menjadi kekurangan
fosfat. Dengan EM4 hife mikoriza dapat meluas dari misellium dan
memindahkan fosfat secara langsung kepada inang dan mikroorganisme
yang bersifat antagonis terhadap tanaman. EM4 juga mampu melindungi
tanaman dari serangan penyakit hal ini dikarenakan sifat antagonisnya
terhadap patogen yang dapat menekan jumlah patogen yang di dalam tanah
atau patogen yang terdapat pada tubuh tanaman itu sendiri (Indriani, 2003).
Adapun khasiat EM4 yaitu sebagai berikut:
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.
3. Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan
cepat.
4. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
5. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam
tanah.
6. Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas
serangga hama dan mikroorganisme patogen.
Manfaat-manfaat tersebut didukung oleh bakteri dan mineral yang
banyak terdapat di dalam kandungan EM4. Bakteri dan mineral tersebut
terdiri dari : Lactobacillus sp, Bakteri pelarut fosfat, Ragi, Actinomycetes,
Bakteri fotosintetik, Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Alumunium
(Al), Zinc (Zn), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Sodium, Boron (B), Nitrogen
17
(N), Nikel (Ni), Kalium (K), Fosfor (P), dan Klorin (Cl). Kandungan
mikroorganisme utama dalam EM4 yaitu:
1. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas spp.)
Bakteri ini mandiri dan swasembada, membentuk senyawa
bermanfaat (asam amino, asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang
semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan) dari sekresi akar
tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar
matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Hasil metabolisme ini
dapat langsung diserap oleh tanaman dan berfungsi sebagai substrat
bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah.
2. Bakteri asam laktat (Lactobacillus spp.)
Dapat mengakibatkan kemandulan (sterilizer) mikroorganisme
yang
merugikan,
oleh
karena
itu
bakteri
ini
dapat
menekan
pertumbuhan, meningkatkan percepatan perombakan bahan organik,
menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta
memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang
ditimbulkan dari pembusukan bahan organik. Bakteri asam laktat ini
dapat menghancurkan lignin, selulosa dan dapat menguraikan bahan
organik
dengan
cepat
menekan
pertumbuhan
fusarium,
yaitu
mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/
tanaman yang terus menerus ditanami.
3. Ragi / Yeast (Saccharomyces spp)
Melalui proses fermentasi, ragi/yeast menghasilkan senyawa
yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino
dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik
18
dan akar-akar tanaman. Ragi juga dapat menghasilkan zat-zat bioaktif
yang lainnya seperti hormon serta enzim yang bermanfaat untuk
meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar tanaman serta
dapat menghasilkan alkohol, ester, dll. Sekresi Ragi adalah substrat
yang baik bagi bakteri asam laktat serta Actinomycetes.
4. Actinomycetes
Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam
amino yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini
dapat menekan pertumbuhan jamur dan juga bakteri. Actinomycetes
hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama untuk
meningkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan
aktivitas anti mikroba tanah.
5. Jamur Fermentasi (Aspergillus dan Penicilium)
Jamur fermentasi menguraikan bahan secara cepat untuk
menghasilkan alkohol, ester dan zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur
ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan
ulat-ulat
merugikan
dengan
cara
menghilangkan
penyediaan
makanannya. Tiap spesies mikroorganisme mempunyai fungsi masingmasing tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang menjadi
pelaksana kegiatan EM terpenting. Bakteri ini di samping mendukung
kegiatan mikroorganisme lainnya, ia juga mampu memanfaatkan zat-zat
yang dihasilkan oleh mikroorganisme lainnya (Indriani, 2003).
19
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda. Yang
pertama untuk pembuatan ZPT alami yaitu di Jln. Cipto Mangunkusumo RT
009, Sengkotek, Loa Janan Ilir. Dan tempat kedua untuk aplikasinya
terhadap stek nilam yaitu di Los Bayangan Laboratorium Agronomi Budidaya
Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini
dimulai pada tanggal 26 Desember 2014 hingga 31 Januari 2015, untuk
melaksanakan
persiapan
penelitian,
pelaksanaan
penelitian
serta
pengambilan data. Serta pengolahan data dan penyusunan laporan ini
dimulai pada tanggal 12 Juni 2015 hingga 12 Juli 2015
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain adalah: blender, saringan, baskom,
botol, gunting, gunting stek, cangkul, karung, alat tulis, alat dokumentasi.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah: stek pucuk tanaman nilam
aceh (Pogostemon cablin Benth) yang diperoleh dari budidaya tanaman
nilam aceh yang berada di Palaran, tauge, EM4, gula merah, air bersih,
tanah, polibag ukuran 12cmX25cm, tali rafia, bambu, paku payung, paku dan
kayu untuk membuat sungkup, serta plastik transparan yang digunakan
untuk sebagai sungkup.
C. Perlakuan Penelitian
Penelitian ini menggunakan stek tanaman nilam aceh (Pogostemon
cablin Benth). Jumlah stek tanaman nilam yang diperlukan adalah sebanyak
40 buah stek tanaman nilam. Perlakuan dari 40 stek tanaman nilam
20
menggunakan pemberian zat pengatur tumbuh alami dari campuran tauge
dan EM4, dengan dosis 10 ml dicampur dengan 1 l air bersih.
D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan ZPT (Campuran Tauge dan EM 4)
Campuran tauge dan EM4 disiapkan terlebih dahulu 2 minggu
sebelum penelitian dilakukan. Pembuatan ZPT ini diawali dengan
mencuci bersih tauge sebanyak 1 kg. Lalu tauge dihaluskan dengan
cara diblender sampai halus dengan air sebanyak 1 l, sementara itu
gula merah sebanyak 1 ons direbus dan setelah mencair didinginkan
selama beberapa saat.
Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan
ke
dalam
baskom lalu ditambahkan EM4 sebanyak 10 ml dan hasil dari rebusan
gula merah yang sudah didinginkan tadi, diaduk sampai merata lalu
setelah itu, larutan ini dimasukkan ke dalam botol selama 14 hari.
Selanjutnya, bahan tersebut setiap hari dikocok hingga hari ke 14 jika
sudah bahan tersebut disaring dan dilarutkan dengan air sesuai
perbandingannya yaitu 10 ml untuk 1 l air bersih dan langkah terakhir
larutan ini siap untuk diaplilkasikan ke tanaman nilam (Pogostemon
cablin Benth) ( Anonim, 2014).
2. Persiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini
adalah tanah yang diperoleh dari belakang ruang laboratorium agronomi
budidaya tanaman perkebunan. Setelah itu tanah tersebut dibersihkan
dari, akar-akar pohon, daun-daun serta kerikil. Jika tanah tersebut telah
selesai dibersihkan, lalu tanah tersebut dapat dimasukkan ke dalam
21
polibag dan diletakkan di dalam sungkup sebanyak 40 polibag, yang
disusun menjadi 8 baris setiap baris terdapat 5 polibag dan jarak setiap
antar polibag adalah ± 10 cm.
3. Persiapan Bahan Tanam
Stek yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek tanaman
nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) yang diperoleh dari budidaya
tanaman nillam aceh yang berada di Palaran diambil dengan
menggunakan gunting stek yang tajam dan bersih. Cara memotong
meruncing tepat diantara buku-buku. Harus dipilih cabang-cabang yang
muda dan sudah berkayu serta mempunyai ruas-ruas pendek. Panjang
stek antara 20-30 cm (3-4 ruas) serta yang sehat dan harus terhindar
dari hama dan penyakit. Jumlah stek tanaman yang diperlukan adalah
sebanyak 40 batang stek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth).
4. Pemberian ZPT
Pemberian ZPT alami dari campuran tauge dan EM4 ini
dilakukan dengan cara mencampurkan ZPT tersebut dengan air bersih
yang dilarutkan dengan perbandingan 10 ml ZPT alami
dicampur
dengan 1 l air bersih. Lalu air campuran ZPT tersebut direndamkan ke
stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) selama satu
setengah jam atau 90 menit agar ZPT ini benar-benar dapat diserap
dengan baik oleh stek tanaman nilam.
5. Penanaman Stek
40 buah polibag yang telah terisi tanah tersebut dibuat lubang
tanam agar stek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) yang sudah
direndam dengan ZPT alami tersebut dapat mudah dimasukkan ke
22
dalam tanah lalu, setelah stek nilam dimasukkan dengan posisi stek
vertikal, tanah tersebut dipadatkan dengan menggunakan tangan.
6. Pemberian sungkup
Sungkup plastik yang digunakan adalah plastik yang transparan
agar sinar matahari tetap bisa menyinari stek tanaman nilam aceh
(Pogostemon cablin Benth). Sungkup plastik bermanfaat untuk
mencegah stek tanaman terkena air hujan secara langsung serta
menjaga kelembapan dan suhu tanaman sehingga tingkat keberhasilan
tumbuh stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth)
dapat
lebih besar.
7. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan sejak stek tanaman nilam
aceh (Pogostemon cablin Benth) ini diberi sungkup sampai muncul
tunas baru. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan adalah
pemantauan tanaman, membersihkan jika ada gulma tumbuh di polibag
serta penyiraman yang dilakukan pada pagi dan sore hari.
E. Pengambilan Data
Pengambilan data dan pengamatan ini dilakukan selama 10 hari.
Dimulai pada tanggal 22 Januari 2015 sampai tanggal 31 Januari 2015 data
diambil dari hari pertama sampai dengan hari terakhir.
1. Pengambilan data kecepatan tumbuh.
Mengamati pertumbuhan stek tanaman nilam aceh (Pogostemon
cablin Benth) dan dicatat hari dimana pada stek nilam tampak tunas
yang muncul dan juga menghitung jumlah stek yang berhasil tumbuh
tunas dari hari awal.
23
2. Persentase keberhasilan tumbuh
Mengamati persentase keberhasilan tumbuh pada saat terakhir
pengambilan data dengan cara mengamati berapa jumlah stek tanaman
nilam yang tumbuh.
F. Analisis Data
Menurut Indrianto (2011), persentase keberhasilan tumbuh dari
stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus dibawah ini :
% keberhasilan tumbuh =
M
XPO
DK W
DQDPDQKLGXS
M
XPO
DK VW
HN\ DQJ GLW
DQDP
X 100%
24
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Kecepatan tumbuh stek nilam
Berdasarkan pada hasil penelitian dengan cara perlakuan
perendaman stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth)
dengan menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) alami dari campuran
tauge dan EM4, kecepatan tumbuh stek nilam aceh dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Data hari munculnya tunas stek nilam aceh menggunakan ZPT
alami dari campuran tauge dan EM4.
No
Hari munculnya tunas
Jumlah tanaman yang tumbuh
1
6
7
2
7
8
3
8
10
4
9
8
5
10
7
Jumlah
40
Pada hari ke-6 terjadi kemunculan tunas untuk pertama kalinya
terhadap 7 stek tanaman nilam, pada hari ke-7 sesudah tanam muncul
tunas pada 8 stek nilam, pada hari ke-8 sesudah tanam muncul tunas
pada 10 stek tanaman nilam, pada hari ke-9 sesudah tanam muncul
tunas pada 8 stek tanaman nilam, pada hari terakhir pengambilan data
yaitu hari ke-10 sesudah tanam muncul tunas pada 7 stek tanaman
nilam.
Jadi jumlah keseluruhan stek tanaman nilam yang berhasil
tumbuh dengan memunculkan tunasnya adalah sebanyak 40 stek
secara bertahap selama 5 hari, dimulai dari hari ke-6 setelah tanam
hingga hari ke-10 setelah tanam. Dengan kemunculan tunas terbanyak
terjadi pada hari ke-8 dengan jumlah tunas yang muncul sebanyak 10
25
stek tanaman.
b. Persentase Tumbuh
Persentase keberhasilan tumbuh yang dilakukan terhadap 40
stek tanaman nilam dengan menggunakan zat pengatur tumbuh alami
dari campuran tauge dan EM4, menunjukkan hasil persentase tumbuh
sebesar 100% pada hari ke-10 dengan jumlah tanaman yang berhasil
tumbuh sebanyak 40 stek tanaman nilam. Data perhitungan presentase
keberhasilan tumbuh stek tanaman nilam dapat dilihat seperti dibawah
ini :
% keberhasilan tumbuh =
% keberhasilan tumbuh =
M
XPO
DK W
DQDPDQKLGXS
M
XPO
DK VW
HN\ DQJ GLW
DQDP
X 100%
X 100% = 100%
B. Pembahasan
Hasil pengamatan pemberian ZPT alami dari campuran tauge dan
EM4 terhadap stek tanaman nilam yang dilakukan selama 10 hari
memberikan hasil yang sangat baik, karena dari 40 stek tanaman nilam yang
digunakan untuk penelitian ini seluruhnya berhasil memunculkan tunas baru.
Organ vegetatif (termasuk tunas, daun dan batang) berasal dari
tunas ujung dan tunas samping batang, yang mulai dari sumbu embrio di
dalam biji. Tunas lateral atau ketiak terletak pada ketiak daun. Pertumbuhan
daun baru dapat pula berasal dari tunas liar yang mungkin terbentuk di
dalam kambium batang atau lingkaran tepi batang. Temperatur, cahaya dan
faktor-faktor lain terbukti mampu mempengaruhi perkembangan plastokron.
Dalam lingkungan yang konstan plumula daun muncul pada ujung batang
dengan laju yang konstan untuk suatu genotipe tanaman. Tumbuhan
26
memproduksi hormon auksin dalam jaringan meristem aktif, yaitu jaringan
tumbuhan yang memiliki sel aktif yang dapat membelah dengan cepat.
Jaringan meristem pada tumbuhan, misalnya tunas di ketiak daun, pucuk
tanaman, daun muda, dan buah. Setelah diproduksi dalam jaringan tersebut,
auksin akan menyebar ke seluruh bagian tumbuhan dengan arah
penyebaran dari bagian atas tumbuhan ke bagian bawah hingga mencapai
titik tumbuh dari suatu tanaman (Gardner dkk, 2008).
Menurut Soeprapto (1992), tauge mengandung asam amino
esensial yang merupakan sebagai bahan dasar dalam pembentukan
hormon tumbuhan yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
Asam amino yang terkandung dalam tauge antara lain triptofan 1,35%,
treonin 4,50%, fenilalanin 7,07%, metionin 0,84%, lisin 7,94%, leusin
12,90%, isoleusin 6,95%, valin 6,25%.
Hal ini diperkirakan karena kandungan senyawa fitokimiawi yaitu
kanavanin sejenis asam amino yang terkandung dalam tauge hingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan terpacunya munculnya tunas baru pada
tanaman nilam. Pada ekstrak tauge terdapat zat pengatur tumbuh yang
berperan dalam kemunculan tunas baru pada tunas stek tanaman nilam
yaitu Indole Acetic Acid (IAA) atau auksin. Indole Acetic Acid (IAA) biasanya
tidak dipindahkan melalui tabung tapis floem atau melalui xylem, tapi
terutama melalui sel parenkim yang bersinggungan dengan berkas
pembuluh. IAA akan akan bergerak melalui tabung tapis jika diberikan
diberikan pada permukaan daun.
Menurut Sriyanti dan Wijayani (1994), pengaruh auksin terhadap
perkembangan sel menunjukkan adanya indikasi bahwa auksin dapat
27
menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan
permeabilitas sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang diikuti
menurunnya tekanan dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel
yang disertai dengan kenaikkan volume sel. Dengan adanya sintesa protein
maka dapat digunakan sebagai sumber energi dalam pertumbuhan. Pada
konsentrasi rendah (sesuai kebutuhan tanaman), auksin dapat merangsang
pertumbuhan tunas dan akar.
Asam amino yang terkandung di dalam tauge dibantu oleh EM4 untuk
menyediakan molekul-molekul organik sederhana agar dapat diserap
langsung oleh tanaman misalnya asam amino, karena EM4 dapat
memfermentasikan bahan organik dengan melepaskan hasil fermentasi
berupa gula, asam amino dan senyawa organik lainnya. Selain itu
keberhasilan tumbuh stek nilam ini juga mungkin dikarenakan oleh khasiat
dari EM4 yang terkandung di ZPT alami yaitu untuk menyediakan unsur hara
dan nutrisi yang dibutuhkan tanaman seperti yang ada di dalam (Anonim,
2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurlianti dkk, mengenai
pertumbuhan stek nilam, mendapatkan hasil bahwa stek nilam yang
diperlakukan tanpa perendaman memiliki persentase daya tumbuh yang
rendah yaitu 76,7%. Dan stek nilam yang mendapat perlakuan perendaman
dengan menggunakan air bersih memiliki persentase daya tumbuh mencapai
86,7% (Anonim, 2013).
Persentase
keberhasilan
tumbuh
pada
stek
tanaman
nilam
(Pogostemon cablin Benth) ini yang mencapai 100% diduga karena memang
tanaman nilam merupakan tanaman yang gampang tumbuh ditambah lagi
28
dengan pemberian perlakuan dengan menggunakan ZPT alami ini memiliki
kandungan zat-zat yang dapat mempercepat kemunculan tunas.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang menggunakan 40 stek tanaman nilam lalu
direndam dengan ZPT alami dari campuran tauge dan EM4, maka diperoleh
hasil bahwa kecepatan tumbuh terjadi pada hari ke-6 dengan jumlah
sebanyak 7 stek, serta keefektifan penyerapan ZPT alami ini terjadi pada
hari ke-8 yakni sebanyak 10 stek. Dan setelah 10 hari persentase
pertumbuhan mencapai 100% setelah seluruh stek nilam berhasil tumbuh.
B. Saran
Untuk
memacu
pertumbuhan
stek
tanaman
nilam
dapat
menggunakan campuran tauge dan EM4 sebagai zat pengatur tumbuh alami.
Dan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan konsentrasi dan lamanya
waktu perendaman yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2003. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa, Bandung IPKI. Bandung.
Anonim.
2014.
Membuat
ZPT
Organik
http://adyyiwa.blogspot.com/2014/05/membuat-zpt-organik.html.
Diakses Tanggal 27 November 2014.
Anonim. 2013. Budidaya Nilam. http://disbun.jatimprov.go.id. Diakses Tanggal
29 November 2014
Anonim. 2013. Respon Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemon Cablin Benth)
Terhadap
Aplikasi
Ekstrak
Bawang
Merah
http://agroqua.unihaz.ac.id Diakses Tanggal 15 Agustus 2015.
Anonim. 2012. EM4 (Effective Microorganism 4) Bakteri dan Nutrisi Penyubur
Tanah. http://mulanovich.blogspot.com Diakses Tanggal 12
Desember 2014.
Daniel. 2012. Prospek Bertanam Tanaman Nilam. Pustaka Baru, Yogyakarta.
Djuarnani. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agro Media Pustaka, Depok.
Gardner, Pearce dan Mitchell. 2008. Terjemahan Fisiologi Tanaman Budidaya.
UI Press, Jakarta.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Rajawali Pers, Jakarta.
Indriani, YH. 2003. PT. Songgolangit Persada. Jakarta.
Indrianto.
2011. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap
Berkecambah Benih Tanjung. Penelitian Bogor, Bogor.
Daya
Rukmana, R. 2004. Prospek Agribisnis Dan Teknik Budidaya Nilam. Kanisius.
Yogyakarta.
Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Santoso, HB.1990. Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius,
Yogyakarta.
Soeprapto, HS. 1992. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sriyanti, D. H. dan A, Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan “Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern.
Kanisius, Yogyakarta.
31
Sujanaatmaja dan Ukun. 2006. Pemanfaatan Limbah Dan Bahan Alam Hayati
Untuk Produksi Biostimulant-fitohormon: Perangsang Pertumbuhan
Tanaman Pangan Dan Hortikultura Laporan Penelitian. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran.
Bandung.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Bahan pembuatan ZPT alami
Gambar 1. Tauge 1 kg
Gambar 2. EM4 10 ml
Gambar 3. Air bersih 1 l
Gambar 4. Gula merah 1 ons
34
Lampiran 2. Proses pembuatan ZPT alami
Gambar 5. Mencuci tauge
Gambar 6. Menghaluskan tauge
Gambar 7. Merebus gula merah
Gambar 8. Menuangkan tauge
yang telah diblender
ke baskom
Gambar 9. Memasukkan EM4
Gambar 10. Memasukkan gula
merah cair
35
Gambar 11. Mengaduk tauge yang telah dicampur gula merah cair dan
EM4) dan yang sudah jadi
Gambar 12. ZPT yang sudah jadi didiamkan selama 14 hari, lalu disaring
dan yang sudah jadi
36
Lampiran 3. Persiapan sungkup dan persiapan media
Gambar 13. Memasang plastik pada sungkup
Gambar 14. Sungkup yang sudah selesai
37
Gambar 15. Mengambil tanah untuk mengisi polibag
Gambar 16. Mengisi tanah ke polibag
38
Gambar 17. Memasukkan dan menyusun polibag yang
sudah diisi tanah ke dalam sungkup
39
Lampiran 4. Persiapan stek, perendaman dan penanaman
Gambar 18. Memotong stek nilam
Gambar 19. Mencampur ZPT dengan air
40
Gambar 20. Merendam stek nilam ke ZPT selama 90 menit
Gambar 21. Menanam stek nilam yang sudah direndam ZPT alami
41
Gambar 22. Stek nilam yang sudah ditanam
Gambar 23. Stek nilam 10 hari setelah tanam
Download