PEMBUATAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI DARI CAMPURAN TAUGE DAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) SERTA APLIKASI TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH STEK NILAM (Pogostemon cablin Benth) Oleh : NUR HIDAYAH NIM. 120500061 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 PEMBUATAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI DARI CAMPURAN TAUGE DAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) SERTA APLIKASI TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH STEK NILAM (Pogostemon cablin Benth) Oleh NUR HIDAYAH NIM. 120500061 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 2 PEMBUATAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI DARI CAMPURAN TAUGE DAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) SERTA APLIKASI TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH STEK NILAM (Pogostemon cablin Benth) Oleh NUR HIDAYAH NIM. 120500061 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Dari Campuran Tauge Dan Effective Microorganism (EM4) Serta Aplikasi Terhadap Keberhasilan Tumbuh Stek Nilam (Pogostemon cablin Benth) Nama : Nur Hidayah NIM : 120500061 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II F.Silvi Dwi Mentari, S.Hut. MP NIP. 19770723 200312 2 002 Yuanita, SP. MP NIP. 19661125 200112 2 001 Rusmini, SP. MP NIP. 19811130 200812 2 002 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Nur Hidayat, SP. M.Sc NIP. 19721025 200111 1 001 Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003 Lulus ujian pada tanggal : 24 Agustus 2015 ABSTRAK NUR HIDAYAH . Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Dari Campuran Tauge Dan Effective Microorganism (EM4) Serta Aplikasi Terhadap Keberhasilan Tumbuh Stek Nilam (Pogostemon cablin Benth) (dibawah bimbingan F. SILVI DWI MENTARI). Penelitian ini dilatarbelakangi karena zat pengatur tumbuh sintetik telah banyak dibuat untuk keperluan pertanian, namun harganya sangat mahal. Maka untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian untuk mencari sumber zat pengatur tumbuh yang ekonomis dan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian serta mempercepat pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati kecepatan tumbuh dan menghitung persentase keberhasilan tumbuh dari stek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) dengan menggunakan ZPT alami dari campuran tauge dan EM4. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Cipto Mangunkusumo RT 009, Sengkotek, untuk pembuatan ZPT alami. Dan pengaplikasian ZPT tersebut dilaksanakan di Los Bayangan Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Perlakuan penelitian ini adalah menggunakan 40 stek nilam dengan direndam zat pengatur tumbuh alami dari campuran tauge dan EM4, dengan dosis 10 ml dicampur dengan 1 l air bersih. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan mulai dari mempersiapkan alat dan bahan hingga pengambilan data. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan selama 10 hari, meliputi pengambilan data kecepatan tumbuh dan perhitungan persentase keberhasilan tumbuh. Hasil penelitian ini kecepatan tumbuh terjadi pada hari ke-6 sebanyak 7 stek, serta keefektifan penyerapan terjadi pada hari ke-8 yakni sebanyak 10 stek, serta keberhasilan tumbuh stek mencapai 100%, setelah 10 hari. Kata kunci : Stek Nilam, ZPT Alami dan Keberhasilan Tumbuh RIWAYAT HIDUP NUR HIDAYAH, Lahir pada tanggal 1 Januari 1995 di Samarinda. Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Saiful Awi dan Ibu Zahratul Adawiyah. Tahun 2000 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 027 Samarinda Seberang dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Samarinda hingga lulus pada tahun 2009. Lalu pada tahun 2009 melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 14 Samarinda hingga lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 memulai pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Tanggal 2 Maret sampai 2 Mei 2015 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Sawit Khatulistiwa Plantation (SKP) Tenggarong Desa Sumber Sari, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Dari Campuran Tauge Dan Effective Microorganism (EM4) Serta Aplikasi Terhadap Keberhasilan Tumbuh Stek Nilam (Pogostemon cablin Benth), dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Keluarga yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama ini. 2. Ibu F.Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen pembimbing karya ilmiah. 3. Ibu Yuanita, SP. MP dan Ibu Rusmini, SP, MP selaku dosen penguji I dan dosen penguji lI. 4. Bapak Nur Hidayat, SP. M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 5. Bapak Ir. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 6. Bapak Ir. M. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 7. Para staf pengajar, administrasi, dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini masih ada kekurangan dan kesalahan, namun penulis tetap berharap agar laporan ini dapat menjadi lebih sempurna dan memberikan manfaat bagi para pembacanya. Penulis, Kampus Sei Keledang, Agustus 2015 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................ ii DAFTAR TABEL..................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... A. Tinjauan Umum Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) ... B. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).. ..................................................... C. Tauge Dari Kacang Hijau (Vigna radiata) ................................... D. Effective Microorganism (EM4) ................................................... 4 4 11 14 15 III. METODE PENELITIAN ..................................................................... A. Tempat Dan Waktu ..................................................................... B. Alat Dan Bahan ........................................................................... C. Rancangan Penelitian ................................................................. D. Prosedur Penelitian ..................................................................... E. Pengambilan Data....................................................................... F. Analisis Data ............................................................................... 20 20 20 20 21 23 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ A. Hasil ............................................................................................. B. Pembahasan................................................................................ 25 25 26 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ A. Kesimpulan .................................................................................. B. Saran ........................................................................................... 30 30 30 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….……….. 31 LAMPIRAN…………………………………………………………………… 33 DAFTAR TABEL No 1. Halaman Data hari munculnya tunas stek nilam menggunakan ZPT 25 alami dari campuran tauge dan EM4 ...................................................... DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Bahan pembuatan ZPT alami ................................................................ 34 2. Proses pembuatan ZPT alami................................................................ 35 3. Persiapan sungkup dan persiapan media.............................................. 37 4. Persiapan stek, perendaman dan penanaman.......................... 40 I. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) sudah lama berada di negeri kita, namun belum tentu setiap orang bahkan petani pun mengetahuinya. Beberapa alasan dapat dikemukakan antara lain karena kurangnya publikasi tentang perkembangan tanaman nilam, serta ketidaktahuan orang terhadap tanaman nilam bahkan dianggap sebagai tanaman penggangu (gulma). Nilam termasuk tanaman yang cukup mudah dibudidayakan, karena dapat hidup hampir di sembarang tempat seperti di tanah tegal, pekarangan maupun sawah. Teknologi penyulingannya pun cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh petani itu sendiri (Santoso, 1990). Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) yaitu kelompok tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di samping harganya tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis. Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa Negara di antara minyak atsiri lainnya. Minyak nilam ini sudah populer di kanca internasional namun hal ini belum terkenal di Indonesia dan masih sedikit yang menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan karena di tingkat internasional minyak nilam ini diminati oleh beberapa negara. Kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam saat ini berkisar 600–800 ton/tahun dan sebagian besar kebutuhan ini disuplai dari Indonesia (Anonim, 2013). Pembiakan organ vegetatif tanaman dibuat untuk membentuk tanaman baru yang sempurna bagian akar, batang dan daun, biasanya tanaman baru tersebut mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Sifat-sifat yang ingin dipertahankan adalah hasil tinggi, mutu baik dan tahan terhadap penyakit. 2 Sehubungan dengan hal ini banyak usaha yang dilakukan untuk merangsang, mendorong dan mempercepat pembentukan akar serta meningkatkan jumlah akar dan mutu akar. Di antaranya dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh seperti Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (lBA), Indole Aceto Nitrile (IAN) dan sebagainya (Abidin, 2003). Ekstrak tauge merupakan bahan yang potensial sebagai sumber fitohormon auksin, dalam bentuk Indole Acetic Acid (IAA). Tauge sebagai sumber auksin eksogen terhadap berbagai spesies tanaman, seperti padi, nilam, tomat dan lain-lain. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintetik telah banyak dibuat untuk keperluan pertanian, namun harganya sangat mahal. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mencari sumber zat pengatur tumbuh yang ekonomis dan mudah didapat sehingga memungkinkan untuk dapat diaplikasikan secara luas di bidang pertanian, khususnya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil-hasil pertanian (Sujanaatmaja dan Ukun, 2006). Produk EM4 merupakan bakteri fermentasi bahan organik tanah yang dapat menyuburkan tanaman serta menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil seleksi alami mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang dikemas dalam medium cair (Indriani, 2003). Menurut Djuarnani (2005), menyatakan bahwa EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman sejenis secara terus -menerus (continous cropping). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengamati kecepatan tumbuh dan menghitung persentase keberhasilan tumbuh dari stek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) dengan menggunakan zat pengatur tumbuh alami 3 dari campuran tauge dan EM4 . Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk dapat menambah pengetahuan dan informasi kepada para petani nilam tentang zat pengatur tumbuh dari campuran tauge dan EM4 yang dapat diaplikasikan ke tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) 1. Taksonomi Nilam (Pogostemon cablin) Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli yang berasal dari Indonesia. Tanaman nilam juga adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri, dikenal dengan nama Patchouly Oil. Tanaman nilam umumnya dikembangkan secara vegetatif yaitu dengan menggunakan potongan-potongan cabang. Berdasarkan pada sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah jenis tanaman tahunan (perennial). Tanaman nilam termasuk tanaman yang memerlukan hara yang cukup tinggi. Tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak, memiliki banyak percabangan, bertingkat-tingkat, dan mempunyai aroma yang khas. Secara alami tanaman nilam mampu mencapai ketinggian antara 0,5 m–1,0 m. Tanaman nilam termasuk ke dalam famili Labiatae yang memiliki sekitar 200 genera, antara lain Pogostemon cablin Benth. Menurut Rukmana (2004), tanaman nilam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Labiatales Famili : Labiatae Genus : Pogostemon Spesies : Pogostemon cablin Benth. 5 2. Botani Nilam (Pogostemon cablin Benth) Menurut Santoso (1990), tanaman nilam merupakan tumbuhan daerah tropik. Tanaman ini termasuk famili labiatae dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0,3-1,3 m. Di alam bebas tumbuhnya nilam tidak teratur dan cenderung mengarah ke arah datangnya sinar matahari, namun di kebun pertanaman nilam pertumbuhannya dapat tegak ke atas atau merumpun pendek jika diberi penegak bambu. Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang paling berharga dibandingkan bagian tanaman nilam yang lainnya, hal ini terjadi karena minyak nilam yang baik berasal dari daunnya. a. Daun Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar di tengah, meruncing ke ujung serta tepinya bergerigi, tulang daunnya bercabang-cabang ke segala penjuru. Permukaan daun agak kasar, memiliki bulu tipis pada bagian luar daun. Bila daun tanaman nilam diremas -remas akan menimbulkan aroma yang harum. b. Batang Tanaman nilam berbatang lunak dan berbuku-buku. Buku batangnya menggembung dan berair dengan diameter 10-20 mm, sistem percabangan tanaman nilam banyak dan mengelilingi batang antara 3-5 cabang per tingkat kecoklatan. batangnya berwarna hijau 6 c. Akar Tanaman nilam, memiliki jenis perakaran yang berbentuk serabut, dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Kedalaman perakaran yang menancap tanah dapat mencapai 30-40 cm. d. Bunga Tanaman nilam tidak selalu berbunga, tergantung pada jenisnya itu sendiri, biasanya nilam yang berbunga adalah jenis Pogostemon heyneanus atau nilam jawa, sedangkan nilam aceh atau Pogostemon cablin adalah jenis nilam yang tidak berbunga. Tanaman nilam yang berbunga, biasanya bunganya berwana putih bersih dan tersusun ditangkai (Santoso, 1990). 3. Syarat Tumbuh Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth) a. Keadaan Tanah Tanaman nilam dapat tumbuh baik pada jenis tanah regosol, latosol serta alluvial. Hal ini dikarenakan Tanah-tanah tersebut memiliki tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dan kemasaman tanah antara 6-7. Lahan nilam tidak boleh tergenang air. Jika tanah yang digunakan untuk menanam nilam terlalu masam maka, tanaman nilam dapat menjadi kerdil. Akan tetapi jika pH tanah terlalu basa dapat berakibat kepada bentuk daun tanaman nilam yang akan menjadi kurus kecil (Santoso, 1990). b. Keadaan Iklim Keadaan iklim dapat dirinci sebagai berikut: cahaya matahari, suhu, kelembapan, curah hujan dan angin. Semua unsur yang termasuk ke dalam faktor iklim ini tidak dapat berdiri sendiri, 7 tetapi saling mempengaruhi. 1) Cahaya Matahari Tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran tinggi dan memiliki kadar patchouli alcohol (pa) lebih tinggi dibanding tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran rendah, namun tanaman nilam yang dibudidayakan pada dataran tinggi memiliki kadar minyak (rendemen) lebih rendah yakni kurang dari 2%. Begitu juga sebaliknya tanaman nilam yang dibudidayakan di daerah dataran rendah memiliki kadar minyak lebih tinggi yaitu lebih dari 2% namun memiliki kadar patchouli alcohol lebih rendah dibanding tanaman yang dibudidayakan pada daerah dataran tinggi. Tanaman nilam menghendaki intensitas penyinaran cahaya matahari yang cukup yakni antara 75%-100% dan apabila tanaman nilam kurang mendapat penyinaran cahaya matahari (ternaungi), maka kadar minyak dari tanaman nilam nantinya akan menjadi rendah. Agar pertumbuhannya optimal tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran cahaya matahari yang cukup (Santoso, 1990). 2) Suhu Dan Ketinggian Tanaman nilam tumbuh pada ketinggian 2.200 mdpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10-400 mdpl. Dan menghendaki suhu yang panas dan lembap Sedangkan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman nilam adalah berkisar antara 24°C28°C (Santoso, 1990). 8 3) Curah Hujan Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman nilam, diantaranya adalah sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman nilam, penumbuhan sel serta pembentukan enzim, menjaga stabilitas tanaman nilam, serta sebagai suplai air bagi tanaman nilam. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi yaitu berkisar antara 2.000–2500 mm/tahun serta penyebarannya merata pada sepanjang tahun (Santoso, 1990). 4) Kelembaban Kelembaban juga dapat mempengaruhi kehidupan setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembapan tergantung dari jenis tanaman itu sendiri. Tanaman dataran rendah umumnya membutuhkan kelembapan yang tidak terlalu tinggi untuk Sedangkan melangsungkan untuk tanaman proses nilam pertumbuhannya. sendiri membutuhkan kelembapan yang cukup yakni berkisar antara 60%-70% (Santoso, 1990). 5) Angin Faktor angin juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung pada pertumbuhan tanaman nilam terutama dalam fase pertumbuhan vegetatif (akar, batang dan daun). Jika dalam fase pertumbuhan vegetatif terdapat angin kering yang berhembus dengan kecepatan yang tinggi, dapat merusak tajuk dan batang tanaman termasuk pada tanaman 9 nilam bahkan dapat merobohkan tanaman (Santoso, 1990). 4. Jenis-Jenis Nilam a. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth) Menurut pengamatan para ahli, tanaman nilam jenis ini banyak terdapat di Filipina, Brazil, Madagaskar, Malaysia, serta Indonesia. Tanaman nilam jenis ini memiliki ciri-ciri daunnya agak membulat seperti jantung, di bagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya tampak pucat. Nilam jenis ini tidak atau jarang sekali berbunga. Kadar minyaknya cukup tinggi yaitu sekitar 2,5%-5% dan komposisi minyak dari nilam jenis ini bagus. b. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth) Tanaman nilam jenis ini biasanya tumbuh secara liar di pekarangan-pekarangan rumah atau di tempat-tempat yang jarang dijamah oleh manusia. Oleh karena itu disebut nilam hutan. Jika di Jawa nilam ini disebut nilam Jawa. Tanaman nilam jenis ini memiliki ciri-ciri, daunnya lebih tipis dibandingkan dengan jenis Pogostemon cablin dan ujung daunnya agak meruncing. Spesifikasi nilam jenis ini berbunga. Kadar minyaknya rendah sekitar 0,5%-1,5% dari berat daun kering. Komposisi minyak dari jenis nilam ini jelek. c. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth) Tanaman nilam jenis ini dapat digunakan sebagai pengganti sabun, sehingga disebut nilam sabun. Bentuknya hampir sama dengan Pogostemon heyneanus. Tanaman nilam jenis ini memiliki ciri-ciri daunnya tipis, ujung daun agak runcing dan tidak berbunga. Kadar minyaknya rendah 0,5%-1,5% dari berat daun kering. 10 Komposisi minyak dari nilam jenis ini jelek (Santoso, 1990). Diantara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak dibudidayakan oleh petani adalah jenis Pogostemon cablin Benth hal ini karenakan kadar dan kualitas minyaknya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman nilam varietas lainnya (Anonim, 2013). 5. Perbanyakan Tanaman Tanaman dari famili labiatae pada umumnya dikembangkan secara vegetatif, yakni dengan menggunakan potongan-potongan cabangnya. Tanaman nilam sangat jarang bahkan hampir tidak pernah berbunga, sehingga kemungkinan perbanyakan secara generatif sangat tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu pengembangan tanaman nilam harus secara vegetatif (Santoso, 1990). Perbanyakan nilam secara konvensional dapat dilakukan melalui stek batang atau cabang, dan stek pucuk. Stek batang atau cabang diambil dari batang atau cabang yang telah mengayu, stek dapat langsung ditanam di lapangan atau diakarkan terlebih dahulu. Stek yang ditanam biasanya mengandung sedikitnya 4 ruas. Perbanyakan tanaman nilam telah dilakukan secara kultur jaringan yang meliputi kegiatan laboratorium (inisiasi, multiplikasi tunas dan perakaran) dan kegiatan di rumah kaca (aklimatisasi). Bibit yang dihasilkan melalui kultur jaringan mempunyai kelebihan antara lain adalah bebas penyakit dan proses produksi yang lebih cepat (Daniel, 2012). Agar diperoleh stek bibit yang baik maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : 11 a. Tanaman induk harus sehat, bebas dari hama dan penyakit. b. Tanaman induk harus berumur sekitar 6–12 bulan dan harus dipilih cabang-cabang yang muda dan sudah berkayu serta mempunyai ruas-ruas pendek. c. Pisau pemotong harus tajam, bersih dan steril, waktu pemotongan pada pagi hari dan cara memotong meruncing tepat di antara buku. d. Panjang stek antara 20–30 cm, serta mempunyai 3–4 mata tunas, sehingga satu tanaman induk nilam dapat diperoleh sekitar 40–60 stek bibit nilam. e. Stek harus segera disemaikan sebelum layu dan mengering (Anonim, 2013). B. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote) dan dalam jumlah banyak justru dapat menghambat (inhibite) serta dapat merubah proses fisiologi tanaman (Abidin, 2003). Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisat dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis tanaman (Heddy, 1996). Sampai sekarang hanya ada lima kelompok hormon dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis tumbuhan serta sudah dikenal, walaupun masih banyak lagi yang dapat dipastikan akan ditemukan. Kelima kelompok yang sudah dikenal itu meliputi empat macam 12 auksin, berbagai macam giberelin (tercatat ada 84 macam), beberapa sitokinin, asam absisat, dan etilen (Sallisbury dan Ross, 1995). a. Auksin Auksin (berasal dari istilah Yunani auxen yang berarti meningkatkan) yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Auksin merupakan salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) dari tanaman. b. Giberelin Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930. Jenis hormon ini termasuk zat pengatur tumbuh yang dapat ditemukan pada hampir semua siklus hidup tumbuhan. Giberelin sering disebut dengan GA (gibberellic acid) atau asam giberelat. Giberelin, sedikitnya terdiri dari 9 persenyawaan terpenoid yang berhubungan dekat. Giberelin juga terdapat pada angiosperma, gimnosperma dan paku- pakuan (terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar, dan daun muda). c. Sitokinin Sitokinin pertama kali ditemukan pada tahun 1913 oleh Gottlieb Habberlandt di Austria. Hormon sitokinin berperan penting dalam merangsang pembelahan sel tumbuhan. Pengangkutan sitokinin pasti terjadi di dalam xylem, namun tabung tapis juga mengandung sitokinin. Sitokinin juga didapati pada lumut, ganggang coklat dan ganggang merah. 13 d. Etilen Sesungguhnya, semua bagian dari semua tumbuhan berbiji menghasilkan etilen. Dalam pertumbuhan, etilen mempunyai banyak fungsi, yaitu membantu pemasakan buah, memacu pembungaan, merangsang pemekaran bunga, merangsang pertumbuhan akar dan batang tumbuhan, memperkokoh pertumbuhan batang tumbuhan, merangsang absisi (pengguguran) buah dan daun. Etilen berpengaruh pula pada terbentuknya jenis kelamin bunga pada jenis monoesius contohnya labu dan melon. e. Asam Absisat (ABA) Asam absisat pertama kali ditemukan pada tahun 1963 di California oleh Frederick T Addicott. Asam absisat adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintetis sebagian di kloropas dan plastid lain melalui lintasan asam mevalonat. Asam absisat dapat diangkut dengan mudah dalam xylem dan floem, dan juga dalam sel parenkimia di luar dari berkas pembuluh (Sallisbury dan Ross, 1995). C. Tauge Dari Kacang Hijau (Vigna radiata) Tauge merupakan kecambah yang berasal dari biji-bijian, seperti kacang hijau, yang memiliki bagian putih dengan panjang hingga 3 cm. Kacang hijau termasuk dalam famili Leguminoceae, sub famili Papilonaceae. Bentuk kecambah biasanya diperoleh setelah biji diproses selama beberapa hari. Tauge memiliki banyak sekali kandungan senyawa fitokimiawi yang sangat berkhasiat. Salah satunya adalah kanavanin (canavanine), yaitu jenis asam amino bahan penyusun arginin yang paling banyak tersimpan di dalam tauge (Soeprapto, 1992). 14 Ekstrak tauge merupakan bahan yang potensial sebagai sumber fitohormon auksin, dalam bentuk Indole Acetic Acid (IAA). Konsentrasi optimum dari ekstrak tauge dapat meningkatkan pembentukan akar tanaman yang paling baik digunakan sebagai dasar dari penggunaan banyaknya auksin untuk pembuatan formula biostimulant yang kemudian dapat juga digunakan untuk mempercepat pertumbuhan dari berbagai jenis tanaman (Sujanaatmaja dan Ukun, 2006). Tauge merupakan salah satu bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang dimungkinkan sangat berguna bagi tanaman. Mineral yang ditemukan dalam tauge adalah kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), zink (Zn), tembaga (Cu), dan mangan (Mn). Sedangkan asam amino esensial yang terkandung dalam tauge antara lain triptofan 1,35%, treonin 4,50%, fenilalanin 7,07%, metionin 0,84%, lisin 7,94%, leusin 12,90%, isoleusin 6,95%, valin 6,25%. Tryptophan adalah zat organik terpenting dalam proses biosintesis IAA (auksin). Tauge juga mempunyai kandungan beberapa anti oksidan yaitu fitosterol, vitamin E, fenol dan beberapa mineral seperti mangan, zink, tembaga dan besi (Soeprapto, 1992). D. Effective Microorganism (EM 4) Larutan Effective Microorganism 4 yang disingkat EM4 ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teuro Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi bahan organik tanah yang menyuburkan tanaman dan menyehatkan tanah. Jumlah mikroorganisme fermentasi EM4 sangat banyak, berkisar 80 genus. Effective Microorganism 4 adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi 15 pertumbuhan maupun produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologi tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. Dari sekian banyak mikroorganisms, ada lima golongan utama yang terkandung di dalam EM4, yaitu bakteri foto sintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi (yeast), Actinomycetes. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisms anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. Selain mempercepat pengomposan, EM4 juga dapat diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara pada tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman, atau juga bisa dengan disemprotkan langsung pada daun tanaman (Indriani, 2003). EM4 dalam kemasan berada dalam kondisi istirahat (dormansi). Sewaktu diinokulasikan dengan cara menyemprotkannya ke dalam bahan organik dan tanah atau pada batang dan daun tanaman, EM4 akan aktif dan memfermentasi bahan-bahan organik seperti sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dan lain-lain yang banyak terdapat di dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. Selain mendekomposisi bahan organik di dalam tanah, EM4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang dapat menguntungkan untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, misalnya 16 bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikoriza. Mikoriza membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekelilingnya. Ion fosfat dalam tanah yang sulit bergerak dapat menyebabkan tanah menjadi kekurangan fosfat. Dengan EM4 hife mikoriza dapat meluas dari misellium dan memindahkan fosfat secara langsung kepada inang dan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap tanaman. EM4 juga mampu melindungi tanaman dari serangan penyakit hal ini dikarenakan sifat antagonisnya terhadap patogen yang dapat menekan jumlah patogen yang di dalam tanah atau patogen yang terdapat pada tubuh tanaman itu sendiri (Indriani, 2003). Adapun khasiat EM4 yaitu sebagai berikut: 1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi. 3. Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat. 4. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 5. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah. 6. Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen. Manfaat-manfaat tersebut didukung oleh bakteri dan mineral yang banyak terdapat di dalam kandungan EM4. Bakteri dan mineral tersebut terdiri dari : Lactobacillus sp, Bakteri pelarut fosfat, Ragi, Actinomycetes, Bakteri fotosintetik, Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Alumunium (Al), Zinc (Zn), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Sodium, Boron (B), Nitrogen 17 (N), Nikel (Ni), Kalium (K), Fosfor (P), dan Klorin (Cl). Kandungan mikroorganisme utama dalam EM4 yaitu: 1. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas spp.) Bakteri ini mandiri dan swasembada, membentuk senyawa bermanfaat (asam amino, asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan) dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Hasil metabolisme ini dapat langsung diserap oleh tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah. 2. Bakteri asam laktat (Lactobacillus spp.) Dapat mengakibatkan kemandulan (sterilizer) mikroorganisme yang merugikan, oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan, meningkatkan percepatan perombakan bahan organik, menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik. Bakteri asam laktat ini dapat menghancurkan lignin, selulosa dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat menekan pertumbuhan fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/ tanaman yang terus menerus ditanami. 3. Ragi / Yeast (Saccharomyces spp) Melalui proses fermentasi, ragi/yeast menghasilkan senyawa yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik 18 dan akar-akar tanaman. Ragi juga dapat menghasilkan zat-zat bioaktif yang lainnya seperti hormon serta enzim yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar tanaman serta dapat menghasilkan alkohol, ester, dll. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik bagi bakteri asam laktat serta Actinomycetes. 4. Actinomycetes Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini dapat menekan pertumbuhan jamur dan juga bakteri. Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama untuk meningkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah. 5. Jamur Fermentasi (Aspergillus dan Penicilium) Jamur fermentasi menguraikan bahan secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya. Tiap spesies mikroorganisme mempunyai fungsi masingmasing tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang menjadi pelaksana kegiatan EM terpenting. Bakteri ini di samping mendukung kegiatan mikroorganisme lainnya, ia juga mampu memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lainnya (Indriani, 2003). 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda. Yang pertama untuk pembuatan ZPT alami yaitu di Jln. Cipto Mangunkusumo RT 009, Sengkotek, Loa Janan Ilir. Dan tempat kedua untuk aplikasinya terhadap stek nilam yaitu di Los Bayangan Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini dimulai pada tanggal 26 Desember 2014 hingga 31 Januari 2015, untuk melaksanakan persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian serta pengambilan data. Serta pengolahan data dan penyusunan laporan ini dimulai pada tanggal 12 Juni 2015 hingga 12 Juli 2015 B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain adalah: blender, saringan, baskom, botol, gunting, gunting stek, cangkul, karung, alat tulis, alat dokumentasi. Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah: stek pucuk tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) yang diperoleh dari budidaya tanaman nilam aceh yang berada di Palaran, tauge, EM4, gula merah, air bersih, tanah, polibag ukuran 12cmX25cm, tali rafia, bambu, paku payung, paku dan kayu untuk membuat sungkup, serta plastik transparan yang digunakan untuk sebagai sungkup. C. Perlakuan Penelitian Penelitian ini menggunakan stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth). Jumlah stek tanaman nilam yang diperlukan adalah sebanyak 40 buah stek tanaman nilam. Perlakuan dari 40 stek tanaman nilam 20 menggunakan pemberian zat pengatur tumbuh alami dari campuran tauge dan EM4, dengan dosis 10 ml dicampur dengan 1 l air bersih. D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan ZPT (Campuran Tauge dan EM 4) Campuran tauge dan EM4 disiapkan terlebih dahulu 2 minggu sebelum penelitian dilakukan. Pembuatan ZPT ini diawali dengan mencuci bersih tauge sebanyak 1 kg. Lalu tauge dihaluskan dengan cara diblender sampai halus dengan air sebanyak 1 l, sementara itu gula merah sebanyak 1 ons direbus dan setelah mencair didinginkan selama beberapa saat. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam baskom lalu ditambahkan EM4 sebanyak 10 ml dan hasil dari rebusan gula merah yang sudah didinginkan tadi, diaduk sampai merata lalu setelah itu, larutan ini dimasukkan ke dalam botol selama 14 hari. Selanjutnya, bahan tersebut setiap hari dikocok hingga hari ke 14 jika sudah bahan tersebut disaring dan dilarutkan dengan air sesuai perbandingannya yaitu 10 ml untuk 1 l air bersih dan langkah terakhir larutan ini siap untuk diaplilkasikan ke tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) ( Anonim, 2014). 2. Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah tanah yang diperoleh dari belakang ruang laboratorium agronomi budidaya tanaman perkebunan. Setelah itu tanah tersebut dibersihkan dari, akar-akar pohon, daun-daun serta kerikil. Jika tanah tersebut telah selesai dibersihkan, lalu tanah tersebut dapat dimasukkan ke dalam 21 polibag dan diletakkan di dalam sungkup sebanyak 40 polibag, yang disusun menjadi 8 baris setiap baris terdapat 5 polibag dan jarak setiap antar polibag adalah ± 10 cm. 3. Persiapan Bahan Tanam Stek yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) yang diperoleh dari budidaya tanaman nillam aceh yang berada di Palaran diambil dengan menggunakan gunting stek yang tajam dan bersih. Cara memotong meruncing tepat diantara buku-buku. Harus dipilih cabang-cabang yang muda dan sudah berkayu serta mempunyai ruas-ruas pendek. Panjang stek antara 20-30 cm (3-4 ruas) serta yang sehat dan harus terhindar dari hama dan penyakit. Jumlah stek tanaman yang diperlukan adalah sebanyak 40 batang stek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). 4. Pemberian ZPT Pemberian ZPT alami dari campuran tauge dan EM4 ini dilakukan dengan cara mencampurkan ZPT tersebut dengan air bersih yang dilarutkan dengan perbandingan 10 ml ZPT alami dicampur dengan 1 l air bersih. Lalu air campuran ZPT tersebut direndamkan ke stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) selama satu setengah jam atau 90 menit agar ZPT ini benar-benar dapat diserap dengan baik oleh stek tanaman nilam. 5. Penanaman Stek 40 buah polibag yang telah terisi tanah tersebut dibuat lubang tanam agar stek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) yang sudah direndam dengan ZPT alami tersebut dapat mudah dimasukkan ke 22 dalam tanah lalu, setelah stek nilam dimasukkan dengan posisi stek vertikal, tanah tersebut dipadatkan dengan menggunakan tangan. 6. Pemberian sungkup Sungkup plastik yang digunakan adalah plastik yang transparan agar sinar matahari tetap bisa menyinari stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth). Sungkup plastik bermanfaat untuk mencegah stek tanaman terkena air hujan secara langsung serta menjaga kelembapan dan suhu tanaman sehingga tingkat keberhasilan tumbuh stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) dapat lebih besar. 7. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan sejak stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) ini diberi sungkup sampai muncul tunas baru. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan adalah pemantauan tanaman, membersihkan jika ada gulma tumbuh di polibag serta penyiraman yang dilakukan pada pagi dan sore hari. E. Pengambilan Data Pengambilan data dan pengamatan ini dilakukan selama 10 hari. Dimulai pada tanggal 22 Januari 2015 sampai tanggal 31 Januari 2015 data diambil dari hari pertama sampai dengan hari terakhir. 1. Pengambilan data kecepatan tumbuh. Mengamati pertumbuhan stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) dan dicatat hari dimana pada stek nilam tampak tunas yang muncul dan juga menghitung jumlah stek yang berhasil tumbuh tunas dari hari awal. 23 2. Persentase keberhasilan tumbuh Mengamati persentase keberhasilan tumbuh pada saat terakhir pengambilan data dengan cara mengamati berapa jumlah stek tanaman nilam yang tumbuh. F. Analisis Data Menurut Indrianto (2011), persentase keberhasilan tumbuh dari stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini : % keberhasilan tumbuh = M XPO DK W DQDPDQKLGXS M XPO DK VW HN\ DQJ GLW DQDP X 100% 24 IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil a. Kecepatan tumbuh stek nilam Berdasarkan pada hasil penelitian dengan cara perlakuan perendaman stek tanaman nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) dengan menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) alami dari campuran tauge dan EM4, kecepatan tumbuh stek nilam aceh dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data hari munculnya tunas stek nilam aceh menggunakan ZPT alami dari campuran tauge dan EM4. No Hari munculnya tunas Jumlah tanaman yang tumbuh 1 6 7 2 7 8 3 8 10 4 9 8 5 10 7 Jumlah 40 Pada hari ke-6 terjadi kemunculan tunas untuk pertama kalinya terhadap 7 stek tanaman nilam, pada hari ke-7 sesudah tanam muncul tunas pada 8 stek nilam, pada hari ke-8 sesudah tanam muncul tunas pada 10 stek tanaman nilam, pada hari ke-9 sesudah tanam muncul tunas pada 8 stek tanaman nilam, pada hari terakhir pengambilan data yaitu hari ke-10 sesudah tanam muncul tunas pada 7 stek tanaman nilam. Jadi jumlah keseluruhan stek tanaman nilam yang berhasil tumbuh dengan memunculkan tunasnya adalah sebanyak 40 stek secara bertahap selama 5 hari, dimulai dari hari ke-6 setelah tanam hingga hari ke-10 setelah tanam. Dengan kemunculan tunas terbanyak terjadi pada hari ke-8 dengan jumlah tunas yang muncul sebanyak 10 25 stek tanaman. b. Persentase Tumbuh Persentase keberhasilan tumbuh yang dilakukan terhadap 40 stek tanaman nilam dengan menggunakan zat pengatur tumbuh alami dari campuran tauge dan EM4, menunjukkan hasil persentase tumbuh sebesar 100% pada hari ke-10 dengan jumlah tanaman yang berhasil tumbuh sebanyak 40 stek tanaman nilam. Data perhitungan presentase keberhasilan tumbuh stek tanaman nilam dapat dilihat seperti dibawah ini : % keberhasilan tumbuh = % keberhasilan tumbuh = M XPO DK W DQDPDQKLGXS M XPO DK VW HN\ DQJ GLW DQDP X 100% X 100% = 100% B. Pembahasan Hasil pengamatan pemberian ZPT alami dari campuran tauge dan EM4 terhadap stek tanaman nilam yang dilakukan selama 10 hari memberikan hasil yang sangat baik, karena dari 40 stek tanaman nilam yang digunakan untuk penelitian ini seluruhnya berhasil memunculkan tunas baru. Organ vegetatif (termasuk tunas, daun dan batang) berasal dari tunas ujung dan tunas samping batang, yang mulai dari sumbu embrio di dalam biji. Tunas lateral atau ketiak terletak pada ketiak daun. Pertumbuhan daun baru dapat pula berasal dari tunas liar yang mungkin terbentuk di dalam kambium batang atau lingkaran tepi batang. Temperatur, cahaya dan faktor-faktor lain terbukti mampu mempengaruhi perkembangan plastokron. Dalam lingkungan yang konstan plumula daun muncul pada ujung batang dengan laju yang konstan untuk suatu genotipe tanaman. Tumbuhan 26 memproduksi hormon auksin dalam jaringan meristem aktif, yaitu jaringan tumbuhan yang memiliki sel aktif yang dapat membelah dengan cepat. Jaringan meristem pada tumbuhan, misalnya tunas di ketiak daun, pucuk tanaman, daun muda, dan buah. Setelah diproduksi dalam jaringan tersebut, auksin akan menyebar ke seluruh bagian tumbuhan dengan arah penyebaran dari bagian atas tumbuhan ke bagian bawah hingga mencapai titik tumbuh dari suatu tanaman (Gardner dkk, 2008). Menurut Soeprapto (1992), tauge mengandung asam amino esensial yang merupakan sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tumbuhan yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Asam amino yang terkandung dalam tauge antara lain triptofan 1,35%, treonin 4,50%, fenilalanin 7,07%, metionin 0,84%, lisin 7,94%, leusin 12,90%, isoleusin 6,95%, valin 6,25%. Hal ini diperkirakan karena kandungan senyawa fitokimiawi yaitu kanavanin sejenis asam amino yang terkandung dalam tauge hingga berpengaruh terhadap pertumbuhan terpacunya munculnya tunas baru pada tanaman nilam. Pada ekstrak tauge terdapat zat pengatur tumbuh yang berperan dalam kemunculan tunas baru pada tunas stek tanaman nilam yaitu Indole Acetic Acid (IAA) atau auksin. Indole Acetic Acid (IAA) biasanya tidak dipindahkan melalui tabung tapis floem atau melalui xylem, tapi terutama melalui sel parenkim yang bersinggungan dengan berkas pembuluh. IAA akan akan bergerak melalui tabung tapis jika diberikan diberikan pada permukaan daun. Menurut Sriyanti dan Wijayani (1994), pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan adanya indikasi bahwa auksin dapat 27 menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang diikuti menurunnya tekanan dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai dengan kenaikkan volume sel. Dengan adanya sintesa protein maka dapat digunakan sebagai sumber energi dalam pertumbuhan. Pada konsentrasi rendah (sesuai kebutuhan tanaman), auksin dapat merangsang pertumbuhan tunas dan akar. Asam amino yang terkandung di dalam tauge dibantu oleh EM4 untuk menyediakan molekul-molekul organik sederhana agar dapat diserap langsung oleh tanaman misalnya asam amino, karena EM4 dapat memfermentasikan bahan organik dengan melepaskan hasil fermentasi berupa gula, asam amino dan senyawa organik lainnya. Selain itu keberhasilan tumbuh stek nilam ini juga mungkin dikarenakan oleh khasiat dari EM4 yang terkandung di ZPT alami yaitu untuk menyediakan unsur hara dan nutrisi yang dibutuhkan tanaman seperti yang ada di dalam (Anonim, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurlianti dkk, mengenai pertumbuhan stek nilam, mendapatkan hasil bahwa stek nilam yang diperlakukan tanpa perendaman memiliki persentase daya tumbuh yang rendah yaitu 76,7%. Dan stek nilam yang mendapat perlakuan perendaman dengan menggunakan air bersih memiliki persentase daya tumbuh mencapai 86,7% (Anonim, 2013). Persentase keberhasilan tumbuh pada stek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) ini yang mencapai 100% diduga karena memang tanaman nilam merupakan tanaman yang gampang tumbuh ditambah lagi 28 dengan pemberian perlakuan dengan menggunakan ZPT alami ini memiliki kandungan zat-zat yang dapat mempercepat kemunculan tunas. 29 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang menggunakan 40 stek tanaman nilam lalu direndam dengan ZPT alami dari campuran tauge dan EM4, maka diperoleh hasil bahwa kecepatan tumbuh terjadi pada hari ke-6 dengan jumlah sebanyak 7 stek, serta keefektifan penyerapan ZPT alami ini terjadi pada hari ke-8 yakni sebanyak 10 stek. Dan setelah 10 hari persentase pertumbuhan mencapai 100% setelah seluruh stek nilam berhasil tumbuh. B. Saran Untuk memacu pertumbuhan stek tanaman nilam dapat menggunakan campuran tauge dan EM4 sebagai zat pengatur tumbuh alami. Dan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan konsentrasi dan lamanya waktu perendaman yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. 30 DAFTAR PUSTAKA Abidin. 2003. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung IPKI. Bandung. Anonim. 2014. Membuat ZPT Organik http://adyyiwa.blogspot.com/2014/05/membuat-zpt-organik.html. Diakses Tanggal 27 November 2014. Anonim. 2013. Budidaya Nilam. http://disbun.jatimprov.go.id. Diakses Tanggal 29 November 2014 Anonim. 2013. Respon Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Terhadap Aplikasi Ekstrak Bawang Merah http://agroqua.unihaz.ac.id Diakses Tanggal 15 Agustus 2015. Anonim. 2012. EM4 (Effective Microorganism 4) Bakteri dan Nutrisi Penyubur Tanah. http://mulanovich.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Desember 2014. Daniel. 2012. Prospek Bertanam Tanaman Nilam. Pustaka Baru, Yogyakarta. Djuarnani. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agro Media Pustaka, Depok. Gardner, Pearce dan Mitchell. 2008. Terjemahan Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta. Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Rajawali Pers, Jakarta. Indriani, YH. 2003. PT. Songgolangit Persada. Jakarta. Indrianto. 2011. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Berkecambah Benih Tanjung. Penelitian Bogor, Bogor. Daya Rukmana, R. 2004. Prospek Agribisnis Dan Teknik Budidaya Nilam. Kanisius. Yogyakarta. Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Santoso, HB.1990. Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius, Yogyakarta. Soeprapto, HS. 1992. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta. Sriyanti, D. H. dan A, Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan “Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Kanisius, Yogyakarta. 31 Sujanaatmaja dan Ukun. 2006. Pemanfaatan Limbah Dan Bahan Alam Hayati Untuk Produksi Biostimulant-fitohormon: Perangsang Pertumbuhan Tanaman Pangan Dan Hortikultura Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran. Bandung. 32 LAMPIRAN 33 Lampiran 1. Bahan pembuatan ZPT alami Gambar 1. Tauge 1 kg Gambar 2. EM4 10 ml Gambar 3. Air bersih 1 l Gambar 4. Gula merah 1 ons 34 Lampiran 2. Proses pembuatan ZPT alami Gambar 5. Mencuci tauge Gambar 6. Menghaluskan tauge Gambar 7. Merebus gula merah Gambar 8. Menuangkan tauge yang telah diblender ke baskom Gambar 9. Memasukkan EM4 Gambar 10. Memasukkan gula merah cair 35 Gambar 11. Mengaduk tauge yang telah dicampur gula merah cair dan EM4) dan yang sudah jadi Gambar 12. ZPT yang sudah jadi didiamkan selama 14 hari, lalu disaring dan yang sudah jadi 36 Lampiran 3. Persiapan sungkup dan persiapan media Gambar 13. Memasang plastik pada sungkup Gambar 14. Sungkup yang sudah selesai 37 Gambar 15. Mengambil tanah untuk mengisi polibag Gambar 16. Mengisi tanah ke polibag 38 Gambar 17. Memasukkan dan menyusun polibag yang sudah diisi tanah ke dalam sungkup 39 Lampiran 4. Persiapan stek, perendaman dan penanaman Gambar 18. Memotong stek nilam Gambar 19. Mencampur ZPT dengan air 40 Gambar 20. Merendam stek nilam ke ZPT selama 90 menit Gambar 21. Menanam stek nilam yang sudah direndam ZPT alami 41 Gambar 22. Stek nilam yang sudah ditanam Gambar 23. Stek nilam 10 hari setelah tanam