Implementasi Prinsip Larangan Praktik Monopoli Dalam Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Murni Dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura Email : [email protected] Abstrak Salah satu larangan yang dapat dikualifikasikan sebagai pelanggaran UUPU adalah melakukan tindakan praktik monopoli. Ketentuan Pasal 17 UUPU menjadi parameter yuridis untuk mengkualifikasikan suatu tindakan termasuk praktik monopoli atau bukan. Pertimbangan hakim (ratio decidendi) komisioner untuk menetapkan pelanggaran terhadap prinsip larangan praktik monopoli jika terdapat unsur-unsur pasal 17 ayat (2) UUPU yang meliputi: a) non substitution; b) barrier to entry; c) dan market share. Implemetasi prinsip larangan praktik monopoli dalam putusan KPPU harus didasarkan pada ada tidaknya kepentingan umum (public interest) yang dirugikan oleh pelaku usaha. Kata Kunci : Putusan KPPU, Larangan Praktik Monopoli, Persaingan Usaha. Abstract One of the restrictions that can be qualified as a violation UUPU is taking action monopolistic practices . The provisions of Article 17 UUPU become juridical parameters to qualify an act including monopolistic practices or not Consideration of judges ( ratio decidendi ) commissioner to establish a violation of the principle of prohibition of monopolistic practices if there are elements of article 17 paragraph ( 2 ) UUPU which include: a) non- substitution ; b ) barrier to entry ; c ) and market share . Implementation of the principle of the prohibition of monopolistic practices in the Commission 's decision should be based on the existence of public interest (public interest) are harmed by business actors. Keywords :KPPU decision, The prohibition of monopolistic practices, Bussiness Competition Pendahuluan praktik monopoli” juga bukan kata Laranganpraktik monopoli ditem- yang tanpa makna. Bagi pelaku patkan oleh pembentuk undang-un- usaha kata tersebut cukup berarti dang sebagai bagian dari judul terhadap peletakan strategi bisnis Undang-undang Persaingan Usaha dalam perusahaan. Dalam tataran Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya yuridis dalam UUPUterdapat dua disebut dengan UUPU) bukan tanpa kata memiliki kemiripan yang digu- sebab dan alasan. Kata ”Larangan- nakan secara berganti-ganti, yakni 18 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... kata ”monopoli” dan ”praktik mono- 19 Usaha (selanjutnya disebut KPPU). poli”. Kendatipun demikian, dari Dari beberapa larangan yang segi makna kedua istilah tersebut diatur dalam UUPU, terdapat salah terkandung perbedaan yang cukup satu larangan yang dapat dikualifi- mendasar. Kata “praktik monopoli” kasikan sebagai pelanggaran UUPU menjadi adalah melakukan tindakan praktik prinsip larangandalam UUPU sementara itu ”monopoli” monopoli. tidak dijadikan sebagai prinsip lara- UUPU adalah parameter yuridis ngan dalam UUPU. Hal ini menun- untuk jukkan bahwa pada dua kata tersebut tindakan termasuk praktik monopoli memang memiliki arti dan makna atau bukan. KetikaKPPU menemu- yang berbeda. kan salah satu dari kriteria pasal Mengingat sudah menjadi karak- Ketentuan Pasal mengkualifikasikan 17 suatu tersebut telah dilakukan oleh pelaku ter bagi setiap pelaku usaha jika usaha, maka KPPU selalu ingin menguasai pasar dan melakukan penyidikan dan penyeli- memenangkan persaingan didalam dikan kepada pelaku usaha yang pasar, maka tidak bersangkutan. Sebagai lembaga pe- pelaku usaha melakukan segan-segan tinda- ngawas kegiatan berhak untuk pelaku usaha, kan-tindakan yang cenderung meng- KPPU memiliki kewenangan yang abaikan kode etik yang lazim dite- cukup besar terhadap segala bentuk rapkan dalam bisnis bahkan tidak perilaku pelaku usaha yang melang- peduli umtuk melanggar aturan gar Pasal 35 UUPU. hukum. Oleh sebab itu, tidak jarang KPPU memiliki kewenangan beberapa pelaku usaha dihadapkan menangani perkara yang berbeda pada persoalan pelanggaran aturan dengan pengadilan perdata yang hukum, khususnya hukum persai- menangani hak-hak perorangan yang ngan usaha dan menjadi pihak yang bersifat privat, karena perkara yang harus mempertanggung jawabkan ditangani KPPU bersifat publik. Hal segala pelanggarannya ini sesuai dengan tujuan Hukum dihadapan badan yang mengawasi persaingan usaha yang tercantum perilakupelaku usaha di Indonesia, dalam Pasal 3 huruf a, yaitu untuk yaitu Komisi Pengawas Persaingan ”menjaga kepentingan umum dan tindakan 20 Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat” (Anggara, 2009 : 163). Sehingga tugas KPPU harus menjaga kondisi perekonomian nasionalagar tercipta iklim persaingan usaha yang sehat melalui putusan-putusan yang dibuatnya tidak terdistorsi oleh kepentingan kelompok tertentu saja. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan berikut, bagaimanakah implementasi prinsip larangan praktik monopoli dalam putusan KPPU (melalui putusan hakim komisioner) ? Untuk mengkajinya dapat dicermati dari pertimbangan hakim komisioner (ratio decidendi) dalam putusannya. Mencermati rumusan Pasal 17 di atas memberi pemahaman bahwa pelaku usaha akan dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran jika perilakunya memenuhi kualifikasi unsur-unsur dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a, b, Pembahasan 1. monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), apabila: a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya;atau b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau c. pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. Praktik atau c. Unsur-unsur itu bersifat alter- Parameter yang digunakan oleh satu unsur saja seorang pelaku usaha Prinsip Larangan Monopoli Dalam UUPU UUPU untuk mengetahui pelaku usaha melakukan monopoli atau tidak, terdapat dalam Pasal 17 UUPU, disebutkan bahwa, (1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik natif artinya cukup terdapat salah sudah dapat dikualifikasikan sebagai telah melakukan kegiatan praktik monopoli. Pada asasnya segala bentuk kegiatan maupun perjanjian yang dilakukan pelaku usaha jika mengkibatkan praktik monopoli dan 21 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... persaingan usaha tidak sehat adalah tanpa kendali dan pengawasan dari dilarang. Monopoli tidak dilarang negara, tidak lagi mempertimbang- sepanjang kan aspek ekonomi, akhirnya yang tidak mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan terjadi usaha tidak sehat, karena tidak mematikan, yang kuat menghancur- semua monopoli merugikan ada juga kan monopoli menguntungkan persaingan yang seharusnya mem- (aspek positif monopoli). Sedangkan beri kesejahteraan yang maksimal yang dimaksud dengan aspek negatif kepada masyarakat dan kesempatan monopoli adalah pengertian dari yang sama kepada pelaku usaha praktik monopoli itu sendiri, yakni tidak dapat terwujud. yang kegiatan monopoli yang senantiasa menimbulkan inefesiensi persaingan yang lemah, yang maka saling tujuan Berdasarkan pengertian monopoli sumber yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 daya dan kerugian pada masyarakat. UUPU, terkandung dua unsur pen- Monopoli dan persaingan sebagai ting dalam monopoli, yaitu (1) dua konsep yang memiliki sisi positif adanya penguasaan atas produk, dan bagi persaingan dan sisi negatif bagi atau pemasaran barang dan atau atas monopoli hal itu merupakan pandan- penggunaan jasa tertentu, (2) dilaku- gan yang sangat sederhana. Kalau kan oleh satu pelaku usaha atau satu dikaji lebih jauh, kedua konsep itu kelompok pelaku usaha. saling memiliki aspek-aspek positif Adapun bentuk kegiatan pengua- maupun aspek negatif, tergantung saan atas produksi dan pemasaran sasaran apa yang hendak dicapai dari yang dilarang itu memiliki kriteria masing-masing. Misalnya, monopoli sebagai berikut : (1) penguasaan atas yang dilakukan untuk melindungi produksi, sumber daya yang vital dari eksploi- pemasaran produksi atau jasa, (3) tasi pihak-pihak yang mencari keun- barang dan jasa yang berada di tungan sendiri, maka monopoli itu bawah penguasaan itu tidak ada dianggap sebagai sisi positif dari substitusinya di pasar, (4) praktik monopoli. Sebaliknya, persaingan tersebut mengakibatkan terjadinya yang berkonotasi baik bisa beraspek monopoli atau persaingan usaha negatif, jika persaingan itu terjadi tidak sehat (Ginting, 2001 : 68) (2) penguasaan atas Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 22 Hal ini artinya penguasaan atas Konsep praktik monopoli menga- produk dan pemasaran suatu produk- rah si tidak dilarang oleh undang-undang kekuatan ekonomi, artinya terdapat sepanjang tidak meniadakan atau korelasi antara praktik monopoli mengurangi persaingan di pasar dengan pemusatan ekonomi. Pemu- (lessen competition), seperti kasus satan kekuatan ekonomi jangkauan- paling aktual saat ini yang dilakukan nya lebih luas daripada sekedar oleh Carrefour. penguasaan pasar (bidang pemasa- pada pengertian pemusatan Didalam Pasal 1 ayat (2) UUPU ran) karena menyangkut juga pada memuat pengertian dari praktik bidang produksi. Penguasaan pasar monopoli, yang mengandung unsur- mengakibatkan berkurangnya per- unsur : (1) Terjadinya pemusatan saingan (lessen competition) uji kekuatan ekonomi pada satu atau materiilnya melalui struktur pasar lebih pelaku usaha, (2) Terdapat sedangkan penguasaan atau ekonomi menimbulkan konglomera- pemasaran barang atau jasa tertentu, si batu ujinya melalui perilaku pasar. (3) Terjadinya persaingan usaha Untuk membuktikan unsur-unsur tidak sehat, (4) Tindakan tersebut yang terdapat didalam Pasal 17 ayat merugiakan (2)UUPU harus dapat dipenuhi, atas produksi kepentingan umum (Kagramanto, 2007 : 181) pemusatan kekuatan yakni : (1) Tidak terdapat produk Jika dibandingkan dengan kriteria substitusinya, (2) Pelaku usaha lain praktik monopoli terdapat dalam sulit masuk kedalam pasar persai- Pasal 17 ayat (2), yang memuat ngan terhadap produk yang sama unsur-unsur : (1) Melakukan perbua- dikarenakan hambatan masuk yang tan penguasaan atas suatu produk, (2) tinggi, (3) Pelaku usaha lain tersebut Melakukan perbuatan atas pemasa- adalah pelaku usaha yang mempu- ran suatu produk, (3) Penguasaan nyai kemampuan bersaing yang tersebut dapat mengakibatkan terjad- signifikan dalam pasar bersangkutan, inya praktik monopoli, (4) pengua- (4) Satu atau satu kelompok pelaku saan tersebut dapat mengakibatkan usaha telah menguasai lebih dari terjadinya persaingan usaha tidak 50% pangsa pasar suatu jenis produk sehat. (Winardi, 1996 : 457) 23 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... Pengertian unsur-unsur akan tidak terjadi persaingan. Pasar dijelaskan sebagai berikut : yang tidak persaingan, pelaku 1. Produk substitusi usaha Didalam Kamus Ekonomi, substitutional goods benda-benda pengganti, cenderung menentukan harga sesuai dengan kehendak- artinya nya. Sehingga konsumen tidak yaitu memperoleh harga murah yang adanya hubungan antara dua lebih kompetitif dibandingkan benda atau lebih, demikian rupa dengan harga yang ditetapkan. hingga benda x dapat mengganti- Istilah substitusi juga ditemu- kan benda y. Dengan demikian kan pengertian ini dapat dibedakan bersangkutan yang terdapat pada dengan pengertian benda-benda Pasal 1 angka 10 UUPU, disebut- komplementer. Benda komple- kan bahwa: menter berfungsi sebagai benda ”Pasar bersangkutan adalah pasar pelengkap dari benda utama, yang berkaitan dengan jangkauan tetapi tidak menggantikan fung- atau daerah pemasaran tertentu sinya. oleh pelaku usaha atas barang dan didalam definisi pasar Beranjak dari pengertian di atau jasa yang sama atau sejenis atas, terjadinya praktik monopoli atau substitusi dari barang dan didalam pasar ditandai dengan atau jasa tersebut”. adanya satu jenis produk dalam Untuk menilai sifat substitusi pasar yang bersangkutan, tidak dari suatu produk dengan produk ditemukan barang pengganti yang yang lain dapat digunakan dengan menjadi alternatif bagi konsumen menggunakan pendekatan terha- untuk memilih jenis lainnya yang dap elastisitas permintaan dan lebih murah. Akibatnya penjual penawaran melalui analisis prefe- produk tersebut dapat memainkan rensi konsumen. Dalam melaku- harga karena pasarnya berada kan analisis preferensi konsumen dalam penguasaannya. digunakan tiga parameter utama Oleh karena pasar hanya dikuasai satu jenis sebagai alat pendekatan, yaitu barang harga, karakter, dan kegunaan tertentu, maka didalam pasar (fungsi) produk.(Assahinur, 2009 Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 24 : 18) Produk dalam suatu pasar alami industri yang merupakan tidak harus bersifat perfect substi- natural monopoly. tutes, karena sulit untuk menemukannya, oleh sebab itu bisa dengan konsep close substitutes. 3. Penguasaan Pasar (Market Share) Menjadi penguasa dalam Produk dalam suatu pasar tidak suatu jenis pasar merupakan hara- harus memiliki kualitas yang pan dari setiap pelaku usaha, sama, oleh sebab itu, sepanjang dengan menjadi penguasa yang konsumen menentukan bahwa nyata atas suatu pasar berarti produk terkait memiliki karakter pemusatan dan fungsi yang sama, maka telah berada dalam genggaman produk tersebut dapat dikatakan pelaku usaha tersebut. Dengan sebagai substitusi satu dengan kekuatan pasar yang dimilikinya lainnya. Untuk menerapkan Pasal itu pelaku usaha dapat menentu- 1 angaka 10 telah dikeluarkan kan harga barang atau jasa dan peraturan KPPU No.3 Tahun dampak selanjutnya adalah keun- 2009 tentang Pedoman Penerapan tungan yang optimal pasti akan Pasal 1 Angka 10 Tentang Pasar dapat diraihnya. Adapun wujud Bersangkutan. penguasaan kekuatan pasar, ekonomi dilakukan dengan cara: 1). Jual rugi (preda2. Barrier to entry tory Pricing) dengan maksud Bentuk Barrier to entry dapat untuk mematikan pesaingnya, 2). berasal dari dua hal, yaitu dari sisi Melalui pratik penetapan biaya perusahaan dari sisi kebijakan produksi secara curang serta publik dari sisi perusahaan strate- biaya lainnya yang menjadi kom- gi yang diterapkan tidak hanya ponen harga barang, serta, 3). untuk menjaga kekuatan pasarnya Perang harga maupun persaingan melainkan juga mempertahankan harga (Fahmi, 2009 : 139). laba monopolisnya. Sedangkan yang berasal dari kebijakan Berbagai bentuk tindakan penguasaan pasar seperti ini pemerintah biasanya memiliki hanya mugkin dilakukan oleh tujuan tertentu, seperti kondisi pelaku yang usaha memiliki 25 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... market power. Tolok ukur Persaingan Usaha yang selanjutnya penguasaan pasar tidak harus disebut Komisi”, dan didalam Pasal menguasai 100%, 30 ayat (3) disebutkan bahwa, penguasaan sebesar 50% atau ”Komisi bertanggung jawab kepada 75% saja sudah dapat dikatakan Presiden”. Selanjutnya Pasal 34 ayat memiliki market power. (1) menegaskan bahwa, ”Pembentu- sebesar Seperti didalam Pasal 17, kan Komisi serta susunan organisasi, kriteria menguasai pasar diberi- tugas, dan fungsinya ditetapkan kan batas lebih dari 50%, pelaku dengan Keputusan Presiden”. Ak- usaha yang menguasai pasar sebe- hirnya KPPU didirikan pada tanggal sar 50% dapat diduga atau diang- 8 Juli 1999 berdasarkan Keputusan gap melakukan praktik monopoli Presiden Republik Indonesia Nomor yang 75 Tahun 1999 tentang Komisi merugikan kepentingan umum. Pasal 17 bersifat rule of Pengawas reason, untuk dapat membuktikan Dengan adanya kerugian masyarakat perlu Hukum dilakukan berbagai penelitian dan pengawasan terhadap pelaku usaha kajian dari ahli hukum dan ahli berada dalam kewenangan KPPU. ekonomi. Persaingan demikian, penegakan Persaingan Sebagai Usaha. Usaha lembaga serta pengawas kegiatan pelaku usaha, KPPU memi2. KPPU Sebagai Lembaga Pengawasan Kegiatan Pelaku Usaha liki kewenangan yang cukup besar terhadap segala bentuk perilaku pelaku usaha. Kewenangan tersebut meliputi Di Indonesia berwenang lembaga menjalankan penyidikan, penuntutan, yang konsultasi, memeriksa, mengadili, fungsi dan memutus perkara pelanggaran pengawasan kegiatan pelaku usaha hukum adalah Komisi Pengawas Persaingan usaha. Namun bukan berarti tidak Usaha atau disingkat dengan KPPU. ada lembaga lain yang berwenang Pasal 30 ayat (1) UUPU menyebut- menangani perkara monopoli dan kan,”Untuk mengawasi Undang-un- persaingan usaha, Pengadilan Negeri dang ini dibentuk Komisi Pengawas (PN) dan Mahkamah Agung (MA) persaingan oleh pelaku Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 26 juga diberi wewenang untuk mena- perkara yang bersangkutan. ngani perkara persaingan. Penga- Untuk menjaga independensi dan dilan Negeri diberi wewenang untuk integritas anggota Komisi, menangani keberatan terhadap putu- syaratan san KPPU. dan menangani pelangga- Komisi telah dirumuskan dalam ran hukum persaingan yang menjadi Pasal 31 sampai dengan Pasal 34. perkara pidana karena tidak dijalan- Dalam persyaratan tersebut dikehen- kannya putusan KPPU yang sudah in daki anggota-anggota terpilih dan kracht. terpercaya Sedangkan MA diberi untu menjadi (credible). per- anggota Integritas kewenangan untuk menyelesaikan moral dan kepercayaan untuk memi- perkara pelanggaran hukum persai- lih seseorang adalah unsur penting ngan apabila terdapat keberatan atas yang sangat menentukan apalagi putusan PN tersebut dengan menga- sebagai anggota komisi yang terkait jukan kasasi. Putusan MA harus dengan dunia bisnis dan pelaku dijatuhkan dalam waktu 30 hari sejak usaha, maka kepribadian dan integri- permohonan kasasi diterima. tas memegang peranan kunci (plays Pada Pasal 30 ayat (2) menegaskan bahwa, ”Komisi adalah suatu a key role) dalam menangani perkara persaingan. Lembaga Independen yang terlepas Atas dasar peran KPPU sebagai dari pengaruh dan kekuasaan Peme- lembaga pengawas, maka tugas rintah serta pihak lain”. Hal ini berar- yang disandang oleh KPPU didalam ti bahwa KPPU merupakan lembaga Pasal 35. Sebagai tindak lanjut atas yang independen. Hal ini ditegaskan tugas yang dibebankan, KPPU juga lagi dalam Keppres nomor 75 Tahun mempunyai wewenang yang terca- 1999 yang terdapat pada Pasal 6 ayat kup dalam Pasal 36. Jika dicermati (2) bahwa, anggota Komisi yang tugas dan wewenang KPPU dalam menangani perkara dilarang: pasal-pasal tersebut, a. mempunyai hubungan sedarah kewenangan KPPU hanya terbatas sebenarnya atau semenda sampai derajat ke pada tiga dengan salah satu pihak yang meskipun terdapat kewenangan yang berperkara; atau mirip badan penyidik, namun tugas b. mempunyai kepentingan dengan kewenangan administratif, penyidikan, penuntutan dan pemutus 27 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... itu dalam rangka memberikan sanksi mencari kebenaran materiil diperlu- hukuman semata. kan keyakinan KPPU bahwa pelaku Demikian juga dengan kekuatan usaha melakukan atau tidak melaku- hukum dari putusan KPPU mempu- kan perbuatan yang menyebabkan nyai kekuatan eksekutorial, yaitu terjadinya praktik monopoli dan keputusan yang sederajat dengan persaingan tidak sehat. (Wibowo dan keputusan hakim, oleh sebab itu Sinaga, 2005 : 365)dan KPPU mulai putusan langsung melakukan pemeriksaan (pendahulu- dimintakan eksekusi (Fiat Excecutie) an) jika terdapat salah satu indikasi pada yang dari perbuatan berikut ini : (1) Atas berwenang tanpa harus beracara inisiatif Komisi sendiri apabila ada sekali lagi di pengadilan tersebut. dugaan telah terjadinya pelanggaran (Pasal 46 ayat (2) UUPU). Undang-undang Anti Monopoli, (2) administrasi KPPU Pengadilan dapat Negeri Proses penyelidikan dan pemerik- Atas laporan tertulis dari pihak yang saan merupakan salah satu bagian merasa dirugikan;setiap orang yang dari proses beracara di KPPU. mengetahui atau patut diduga telah Hukum acara di KPPU ditetapkan terjadi pelanggaran terhadap Un- pertama kali melalui Surat Keputu- dang-undang Anti Monopoli, (3) san Nomor 05/KPPU/Kep/IX/2000, Atas laporan tertulis dari setiap orang tentang Tata Cara Penyampaian yang mengetahui atau patut diduga Laporan dan Penanganan Dugaan telah terjadi pelanggaran terhadap Pelanggaran Terhadap UU No.5 Undang-undang Tahun 1999. Surat Keputusan terse- (Fuady, 1999 : 104). Anti Monopoli but telah diubah menjadi Peraturan Berdasarkan hasil pemeriksaan Komisi No.1 Tahun 2006, tentang pendahuluan yang diperoleh, jika Tata Cara Penanganan Perkara di hasilnya adalah penetapan untuk KPPU yang mulai efektif berlaku melakukan pemeriksaan lanjutan, pad tanggal 18 Oktober 2006. maka akan dilakukan tindakan Proses penyelidikan dan pemerik- penyelidikan dan pemeriksaan. Pihak saan merupakan prosedur yang dike- yang melaporkan harus memberikan nal dalam hukum pidana yaitu proses identitasnya kepada KPPU dan wajib mencari kebenaran materiil. Dalam dirahasiakan identitas pelapor oleh 28 Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 KPPU. disimpulkan Mekanisme pemeriksaan perkara terhadap adanya Hukum pelanggaran Persaingan. oleh KPPU pada prinsipnya sama Mekanismenya, KPPU akan mem- dengan pemeriksaan bentuk suatu Majelis Komisi untuk dalam hukum acara pidana, namun melakukan pemeriksaan terhadap terdapat sedikit perbedaan dalam hal pelaku usaha dan saksi. Dalam siapa yang dimaksud dengan subyek pemeriksaan tersebut majelis Komisi pelapor dalam perkara persaingan dibantu oleh staf komisi. Jika peme- usaha. Dalam pemeriksaan perkara riksaan perkara dilakukan atas dasar yang didasarkan atas dasar laporan inisiatif komisi, maka pada penulisan adalah pemeriksaan yang dilakukan nomor perkara adalah sama hanya karena adanya laporan dari ma- saja menggunakan tanda I (Inisiatif). pengertian syarakat atau pelaku usaha yang Pemeriksaan perkara dalam persaingan usaha dirugikan oleh tindakan pelaku usaha hukum yang dilaporkan. Setelah menerima terdapat 2 (dua) jenis, yaitu pemerik- laporan, KPPU menetapkan majelis saan pendahuluan dan pemeriksaan komisi yang akan bertugas memerik- lanjutan. Untuk melakukan pemerik- sa dan menyelidiki pelaku usaha saan pendahuluan ini harus didasar- yang dilaporkan. Dalam menjalan- kan pada laporan masyarakat, pihak kan tugas, majelis komisi dibantu yang dirugikan atau pelaku usaha. oleh staf komisi. Pemeriksaan perka- Berdasarkan ra yang dilakukan atas dasar laporan KPPU menetapkan apakah perlu menggunakan perkara: dilakukan pemeriksaan lanjutan atau Nomor perkara/KPPU-L (laporan)/ tidak. Jika dianggap perlu, maka Tahun, sedangkan perkara yang KPPU akan melakukan pemeriksaan diperiksa bukan atas dasar laporan kepada pelaku usaha yang dilapor- pada nomor perkara tidak terdapat kan. KPPU juga dapat mendengakan kode L (laporan). keterangan saksi, saksi ahli atau nomor acara laporan masyarakat Pemeriksaan atas dasar inisiatif pihak lain yang dianggap memiliki KPPU didasarkan karena adanya keterangan yang diperlukan. Namun dugaan atau indikasi dari hasil dalam melaksanakan tugas pemerik- pengamatan dan persepsi sendiri saan itu KPPU wajib melengkapi Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... dirinya dengan surat tugas. ngan pemeriksaan lanjutan tersebut Di dalam Pasal 41 Hukum Persaingan Usaha 29 dan juga tidak dijelaskan lebih lanjut menekankan apa akibat hukumnya jika jangka bahwa selama melaksanakan tugas waktu 60 hari dan tambahan 30 hari penyelidikan (pemeriksaan pendahu- tersebut tidak dapat dipenuhi oleh luan) KPPU.KPPU dan pemeriksaan lanjutan dalam melakukan pelaku usaha atau pihak lain yang pemeriksaan melalui beberapa taha- diperiksa pan, yaitu: 1). Panggilan, 2). Peme- mempunyai kewajiban menyerahkan alat bukti yang diperlukan dan dilarang menolak untuk riksaan, 3). Pembacaan Putusan. Tahap pemanggilan kepada diperiksa, dilarang menolak mem- pelaku usaha, saksi, atau pihak lain berikan informasi, dan dilarang yang menghambat proses penyelidikan proses pemeriksaan dilaksanakan. dan pemeriksaan (lanjutan) yang Surat panggilan mengundang yang dilakukan KPPU, oleh sebab itu, jika bersangkutan untuk hadir dalam terdapat penolakan dari pelaku usaha proses pemeriksaan. Dalam surat atau pihak lain maka yang bersang- panggilan memuat tanggal, hari, jam kutan akan diserahkan kepada pe- sidang serta tempat persidangan nyidik untuk selanjutnya diproses dilangsungkan. Jika terdapat pelaku sesuai usaha atau saksi yang dipanggil dengan ketentuan yang berlaku. terkait dilakukan sebelum tetapi tidak hadir dalam persidangan Adapun jangka waktu dalam pemeriksaaan lanjutan dapat diancam dengan tindakan tidak diberikan kooperatif yang melanggar Pasal 42, oleh Pasal 43 selambat-lambatnya 60 selanjutnya perkara akan dilimpah- (enam puluh) hari sejak dilakukan kan ke kepolisian (Pasal 41) dengan pemeriksaan lanjutan. Namun jika demikian perkara tersebut sudah diperlukan tambahan waktu karena berubah menjadi perkara pidana. pemeriksaan dirasakan belum selesai masih dapat diperpanjang paling Pada prinsipnya terhadap perkara apapun, pidana, perdata maupun lama 30 (tiga puluh) hari. Tidak persaingan dijelaskan undang-undang dilarang menghambat proses pe- apakah alasan dilakukan perpanja- nyelidikan atau pemeriksaan dengan dalam usaha, setiap orang Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 30 tidak bersedia memberikan informasi terdapat dua tahapan yaitu, pertama, atau alat bukti yang dapat men- pemeriksaan oleh KPPU. Kedua, dukung pemeriksaan. pemberian kesempatan pada pelaku Demikian juga dengan pelaku usaha usaha untuk menyampaikan keteran- tidak boleh menolak memberikan gan atau dokumen. Pemeriksaan informasi maupun alat bukti baik itu pembuktian menetapkan bahwa yang berupa dokumen atau surat-surat dapat dijadikan alat bukti dalam yang menurut KPPU diperlukan pemeriksaan terdiri dari: keterangan dalam penyelidikan atau pemerik- saksi, keterangan ahli, surat dan atau saan. dokumen, jalannya petunjuk, keterangan Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlapor/saksi pelaku usaha. Ketera- KPPU wajib menjelaskan selengkap ngan saksi ahli diperlukan bilamana mungkin dokumen dan alat bukti apa perkara yang diperiksa termasuk saja yang dibutuhkan dalam pemer- katagori perkara rumit. (Fahmi, 2009 iksaan tersebut sehingga pelaku : 209). Apa yang dapat dijadikan usaha dapat bersikap lebih kooperatif sebagai ukuran bahwa suatu perkara dengan mempersiapkan dokumen termasuk ’perkara rumit’ tidak ter- yang diperlukan tepat pada saat dapat pedoman yang dapat dijadikan diperlukan. Demikian juga dengan sebagai acuan dalam mengukur ting- timbal balik dari sikap kooperatif kat kerumitan suatu perkara oleh dari pelaku usaha, maka KPPU dian- KPPU. jurkan pula untuk sesegera mungkin Dalam pemeriksaan pembuktian mengembalikan dokumen data peru- ini diperlukan sikap yang kooperatif sahaan kepada pelaku usaha. dari pihak-pihak yang diperiksa oleh Tahap pemeriksaan meliputi KPPU. Apabila tidak terdapat pemeriksaan administratif, pemerik- kerjasama antar pihak yang diperiksa saan pokok perkara, pemeriksaan dengan KPPU, maka pemeriksaan pembuktian. Prosedur pemeriksaan akan diserahkan kepada badan pe- administratif nyidik umum untuk dilakukan pe- adalah pemeriksaan identitas dan pembacaan hak-hak nyidikan pelaku usaha, saksi atau pihak lain. untuk diperiksa oleh KPPU sekaligus Pemeriksaan terhadap pokok perkara juga diselidiki pelanggarannya terha- terhadap penolakannya 31 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... dap hukum persaingan usaha. Kalau 3. Putusan KPPU Yang Terkait sudah dilimpahkan kepada penyidik Dengan Praktik Monopoli. umum, maka akan merubah status 3.1. Perkara hukum perkara yang ditangani dari PU-I/2003 tentang Jasa Peti perkara administrasi (kasus persai- Kemas Oleh PT. Jakarta ngan dengan ancaman hukuman International Cargo Terminal administrasi) menjadi kasus pidana Kasus ini berawal dari hasil moni- (terkena ancaman hukuman pidana). toring yang dilakukan oleh KPPU Setelah dilakukan tahapan peme- terhadap Nomor kegiatanusaha 04/KP- dalam riksaan dan pemeriksaan lanjutan bidang jasa terminal pelayanan bong- telah rangkaian kar muat petikemas di Pelabu- proses pemeriksaan sebelum dijatuh- hanTanjung Priok Jakarta Utara kan putusan oleh KPPU. Keseluru- yang dilakukan oleh PT. JAKARTA han proses tersebut memakan waktu INTERNATIONAL 60 (enam puluh) hari atau setelah TERMINAL, disingkat dengan PT diperpanjang selama 30 (tiga puluh) JICT dan KERJA SAMA OPERASI hari lagi. Putusan KPPU tentang TERMINAL PETIKEMAS KOJA, adanya pelanggaran praktik monopo- disingkat dengan KSOTPK KOJA, li dan persaingan usaha tidak sehat terhadap PT. (PERSERO) PELABU- harus dibacakan dalam sidang yang HAN INDONESIA II, disingkat dinyatakan terbuka untuk umum oleh dengan PT. PELINDO II. selesai seluruh CONTAINER majelis Komisi yang beranggotakan Dari hasil monitoring KPPU, di sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta anggota putusan Utara diduga terjadi praktikmonopoli KPPU harus segera diberitahukan dan atau persaingan usaha tidak sehat kepada pelaku usaha yang diputus dalam melanggar tersebut berupa petikan pelayananbongkar muat petikemas. putusannya, dan menurut Pasal 43 Fakta-fakta yang diperoleh di lapan- ayat (4), yang dimaksud dengan gan menunjukkan bahwa kegiatan pemberitahuan itu adalah menyam- usaha jasa terminal pelayanan bong- paikan petikan putusan KPPU). karmuat petikemas di Pelabuhan Komisi. Hasil bidang jasa terminal Tanjung Priok Jakarta Utara jika Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 32 dihubungkan dengan Pasal 26 ayat wewenangnya agar klausuldi dalam (1)Undang-undang Nomor 21 Tahun authorization agreement dihilangkan 1992 tentang Pelayaran,yang mene- atau disesuaikan dengan jiwa,sema- tapkan bahwa, ”penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada BadanUsaha Milik Negara, yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku” ngat serta tujuan Hukum Persaingan. Sedangkan didalam Pasal 26 ayat (2)dinyatakan bahwa, ”badan hukum Indonesia dapat diikutsertakan dalam penyelenggaraan pelabuhan umum atas dasar kerja sama dengan BUMN yangmelaksanakan pengusahaan pelabuhan” Berdasarkan penjelasan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992, bahwa, ”keikutsertaan badan hukum Indonesia dalam bekerja sama dengan BUMN dalam penyelenggaraan pelabuhan umumantara lain terhadap kegiatan jasa unit terminal peti kemas di pelabuhan, lapanganpenumpukan, penundaan, dan lain sebagainya. Sedangkan kegiatan penyediaanjasa kolam pelabuhan dalam rangka keselamatan hanya dapat dilakukan olehBUMN” PT PELINDO III adalah pemegang hak pengelolaan pelabuhan umum sebagaimana diaturdidalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1991, telah memberikan konsesi pengelolaan terminal petikemas kepada PT JICT dengan jaminan bahwa tidak akanada pembangunan terminal petikemas sebagai tambahan dari Unit TerminalPetikemas I, Unit Terminal Petikemas II, dan Unit Terminal Petikemas III sebelumtercapainya throughput sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari kapasitas rancangbangunnya sebesar 3,8 juta. Adanya klausul authorization agreement tersebut termasuk salah satu bentuk perjanjian ekslusif yang dilarang oleh undang-undang sebab dapat menimbulkan hambatan strategis yang nyata bagi para pelaku usaha baru yangakan memasuki KPPU telah menyampaikan saran pasar bersangkutan pelayanan bong- kepadaMeneg BUMN tertanggal 19 kar muat petikemas di pelabu- Pebruari 2003 yang pada pokoknya hanTanjung Priok. Hal ini ditegaskan mengharapkanMenteri bersangkutan bahwauntuk mendapatkan pelayanan menggunakan segala pengaruh dan bongkar muat petikemasdi pelabu- 33 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... han Tanjung Priok mereka harus untuksecara bersama-sama melaku- mengikatkan diri pada kontrak yang- kan penguasaan produksi dan atau bersifat adanya pemasaran barangdan atau jasa kontrak yang mengikat tersebut, yang dapat mengakibatkan praktik maka mereka tidakakan dilayani PT monopoli dan atau persainganusaha JICT tidak sehat” ekslusif. dan Berdasarkan KSO Tanpa TPK fakta-fakta KOJA. tersebut Selanjutnya menyatakan bahwa menunjukkan bahwa PT JICT telah PT JICT secara sah dan meyakinkan melakukan penguasaan pasar pada telah melanggar Pasal 17 ayat (1) dan pasar bersangkutansebagaimana Pasal 25 ayat (1) huruf c.Mencermati dimaksud pada Pasal 17 ayat (2) pengaturan pasal tentang monopoli huruf c. dan penyalahgunaan posisi dominan Berdasarkan pertimbangan terse- yang terdapat dalam Hukum Persai- but, maka Majelis Komisi menilai ngan Usaha masing-masing diatur dan berpandanganbahwa esensi dari dalam Pasal 17 dan Pasal 25. Dengan Agreement menggunakan pendekatan rule of bukan merupakancerminan kerjasa- reason larangan penguasaan pangsa ma sebagaimana dimaksud di dalam pasar sebesar 50% didalam Pasal 17 Pasal 26 ayat (2) melainkan bentuk dan 59% serta 75% didalam Pasal 25 transaksi pelimpahan kewenangan dirasakan terlalu besar(Anggraini, ataupun transaksi pelimpahan Hak 2010 : 474). Sebab penguasaan pasar Monopoli dengan memberikan jami- bukan nan untuk menguasai 75% (tujuh hukum anti monopoli, jika puluh lima persen) pangsa pasar pada tersebut dapat juga diraih melalui pasar bersangkutan.dari PT PELIN- aktivitas monopoli alamiah atau legal DO sebagai BUMN. berdasarkan persaingan pasar yang klausul Authorization KPPU mempertimbangkan unsur- merupakan pelanggaran posisi fair dan sehat(Gellhor dan Kovacic, unsur pelanggaran Hukum Persai- 1994 : 121-122) ngan yang terdapat dalam Pasal 4, 3.2. Perkara Nomor 03/KPPU-L yaitu /2004 tentang Pengadaan Holo- ”pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain gram Pita Cukai oleh PT. Pura Nusapersada 34 Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 Kasus ini berawal dari laporan yang sejenis sulit masuk menjadi yang diterima KPPU tertanggal 19 pemasok hologram pita cukai kepada Januari perusahaan Perum Peruri. Ini artinya didalam sebagai terlapor I dan II diduga pasar bidang cetak hologram pitacu- melakukan dalam kai telah terjadi hambatan masuk pengadaan hologram pita (barrier to entry) yang diciptakan cukai. Terlapor I adalah Perusahaan oleh pelaku usaha yang sangat berpe- Umum Percetakan Uang Republik luang menimbulkan terjadinya prak- Indonesia (Perum Peruri) dan Ter- tik monopoli dan atau persaingan lapor II adalahPT Pura Nusapersada. usaha tidak sehat yang dilarang oleh Kedua perusahaanmembuat kesepa- hukum persaingan usaha. rangka 2004. Dua kesepakatan katan bahwa pasokan hologram pita Oleh sebab itulah KPPU kemudi- cukai kepada Perum Peruri selama an melakukan serangkaian pemerik- ini akan dilakukan olehPT Pura Nu- saan pendahuluan untuk mendapat- sapersada saja. kan bukti-bukti yang diperlukan. Kesepakatan mereka buat pada Setelah dilakukan beberapa kali tanggal9 Mei 1995 tertuang dalam pemeriksaan pendahuluan yaitu pada Surat Perjanjian Nomor SP-302/V/ tanggal 17 Maret 2004, 19 Maret 1995/204/DM/V/95. Kesepakatan itu 2004, dan 1 April 2004 Tim Pemerik- tidak ada batas waktunya serta telah sa mendapat pelanggaran persetujuan dari oleh menemukan adanya terhadap indikasi ketentuan Ditjen Bea dan Cukai pada tahun Pasal 17 ayat (1), Pasal17 ayat (2) 1995. Adanya perjanjian tersebut huruf b dan Pasal 25 ayat (1) huruf c menyebabkan penguasaan produksi UUPU. hologrampita cukai rokok terpusat Pemeriksaan pendahuluan dilaku- pada satu pelaku usaha saja yaitu PT kan terhadap Pelapor, Terlapor I dan Pura Nusapersada. Akibatnya PT Terlapor II.dan Ditjen Bea dan Pura Nusapersada akan menjadi Cukai. Dari serangkaian pemerik- pemasok tunggal hologram pitacukai saan pendahuluan tersebut dapat pada Perusahaan Umum Percetakan disimpulkan bahwa 1). Pelapor me- Uang Republik Indonesia (Perum rupakan badan usaha yang mempro- Peruri) sementara pelaku usaha lain duksi hologram tetapi masih mulai 35 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... memasarankan dan belum melaku- Pasal , 17 ayat (2) huruf b dan Pasal kan usaha komersiil, 2). Terlapor I 25 ayat (1) huruf c UUPU. Pasal 17 mempunyai tugas untuk mencetak menentukan adanya praktik monopo- uang kertas dan uang logam serta li dan Pasal 25 tentang penyalahgu- mencetak dokumen sekuriti yang naan posisi dominan oleh Terlapor I menyangkut keamanan negara.Ter- dan Terlapor II. lapor I mengikutsertakan Terlapor II Oleh karena itu, Tim Pemeriksa dalam hal mencetak dan melekatkan merekomendasikan agar pemerik- hologram pada pita cukai, 3). Ter- saan dilanjutkan ke Pemeriksaan lapor II memiliki kegiatan mempro- Lanjutan duksi hologram pitacukai dan memi- kegiatan yang dilakukanoleh PT Pura liki pesaing potensial Nusapersadasebagai PT Mitra dengan alasan bahwa Terlapor II Sakti, PT Sumber Cakung, PT Royal adalah akibat adanya perjanjian Standar, PT Semarang Packaging kerjasama pengadaan hologrampita Industry. Terlapor II tidak keberatan cukai antara Perum Peruri danPT jika dalam Pura Nusapersadatelah menyebab- pengadaan hologram pita cukai, 4). kan timbulnya hambatan masuk Ditjen Bea dan Cukai menyatakan (entry barrier) bagi produsenholo- bahwa perjanjian tersebut dapat gram lain yang berpeluang menim- dibatalkan melalui bulkan praktik monopoli. Atas dasar tender dengan syarat-syarat tertentu rekomendasi Tim Pemeriksa terse- asalkan ada jaminan kepastian keter- but, KPPU mengeluarkan Penetapan sediaan pita cukai. Ditjen Bea dan Komisi Cukai bahwa PU/IV/2004 tanggal 6 April2004 pengadaan pita cukai berhologram untuk melanjutkan Perkara Nomor tidak dilakukan melalui konsorsium 03/KPPU-L/2004 ke Pemeriksaan karena pengawasannya sulit. Lanjutanterhitung sejak tanggal 6 dilakukan juga tender selanjutnya menegaskan Setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, akhirnya Tim Pemeriksa berkesimpulan bahwa terdapat Nomor 08/PEN/KP- April 2004 sampai dengan tanggal 2 Juli 2004. Pemeriksaan Lanjutan telah indikasi adanya pelanggaran terha- beberapa dilakukan oleh Komisi dap ketentuan Pasal 17 ayat (1), antara lain pada tanggal 17 Mei Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 36 2004, 24 Mei 2004, 31 Mei 2004, 8 cetak dan pelekatan hologram pada Juni 2004,9 Juni 2004,dan 10 Juni Terlapor I dengan alasan Terlapor II 2004. tidak dapatmengembangkan teknolo- Selama tahap pemeriksaan lanjutan diperiksa tiga buah perusa- gi haan hologram pitacuka sebagai inefisiensi serta sebenarnya tidak saksi, Ditjen Bea dan Cukai dan keberatan untuk mengubah perjanji- Botasupal (Badan Koordinasi Pem- an Tahun 1995 apabila bertentangan berantasan Dari dengan Undang-undang Nomor 5 serangkaian pemeriksaan lanjutan Tahun1999, 4). Terlapor I, Terlapor II dapat disimpulkan berikut ini : 1). dan Ditjen Bea dan Cukai serta PT Para Saksi pada umumnya adalah KertasPadalarang telah mengadakan perusahaan yang bergerak dalam pertemuan yang menyepakati peru- bidang usaha percetakan hologram bahanperjanjian Pengadaan Holo- pitacukai dan atau percetakan biasa, gram untuk Cetakan Pita Cukai. Uang Palsu). percetakan dokumen sekuriti seperti hologram Proses dan akan produksi pita terjadi cukai materai, akte perkawinan dan buku berhologram dalam praktiknya tidak nikah serta percetakan hologram efisien karena pita cukai berholo- untuk plat nomor kendaraan bermo- gram tidak dibuat sepenuhnya oleh tor dimensi, Terlapor I, tetapi ada bagian seperti 2).Botasupal memiliki tugas dan hologramdibuat oleh Terlapor II dan wewenang melakukan pengawasan pada bagian kertas pita cukai dibuat dan pembinaan terhadap percetakan oleh PT Kertas Padalarang. Perma- dokumen sekuriti serta memberikan salahan ijin dan rekomnedasi kepada produ- pengadaan pita cukai berhologram sen dan distributor hologram. Bota- sebenarnya lebih banyak karena supal belum memberikan rekomen- keterlambatan pengiriman dan atas dasi ijin usaha/operasi dokumen keterlambatantersebut Perum Peruri sekuriti dengan dikenakan penalti sehingga Ditjen alasan Pelapor masih mengambil Bea dan Cukai sebenarnya setuju mesin master dari luar negeri, 3). apabila pengadaan hologram pita Terlapor II menerangkan bahwa cukai terbuka melalui tender namun tidak bersedia menempatkan mesin kendalanya adalah adanya perjanjian dan cap-cap kepada tiga Pelapor pokok dalam dalam 37 Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik... ekslusif antara Terlapor I dan Ter- Selanjutnya memerintahkan kepada lapor II, sedangkan kewenangan Terlapor I dan Terlapor II untuk untuk membatalkan perjanjian terse- menghentikan kegiatanyang menga- but bukan beradapada Ditjen Bea dan kibatkan terjadinya praktik monopoli Cukai tetapi berada pada kedua pihak dan atau persaingan usaha tidaksehat yang melakukan perjanjian.. dalam pengadaan hologram pada pita Botasupal telah memberikan cukai dengan cara membatalkan ijin usaha/operasi SuratPerjanjian Nomor SP-302/V/ dokumensekuriti kepada 5 (lima) 1995. Juga memerintahkan kepada perusahaan PT Terlapor I untuk membuka pasar Sumber Cakung, PTKarya Aroma pengadaan hologram pada pita cukai Sejati, PT Royal Standar, PT Pura dengan Barutama dan PT Pura Nusapersada yang sama kepada setiap pelaku selaku pabrik hologram serta satu usaha agen hologram yaitu PT. Mitra pengadaan hologram pada pita cukai Sakti.. Sedangkan perusahaan holo- melalui tender yang terbuka dan gram yang dapat memenuhi seluruh- transparan, selambat-lambatnya un- kebutuhan hologram pita cukai yang tuk pengadaan hologram pada pita berjumlah 17 (tujuh belas) Milyar cukai tahun anggaran 2005. rekomendasi hologram yaitu memberikan untuk turut kesempatan serta dalam keping hanya 2 (dua) perusahaan Analisis putusan dari perkara yaitu PT Pura Nusapersada dan PT diatas sebagai berikut : 1). Perum Karya Aroma Sejati. Peruri dan PT Pura Nusapersada Berdasarkan bukti-bukti dan fakta terbukti melakukan praktik praktik hukum yang ada, maka Majelis monopoli, 2). Perum Peruri dan PT Komisi menutuskan : Perum Peruri Pura Nusapersada melanggar Pasal sebagai Terlapor I dan PT Pura Nu- 17 ayat (1 dan (2) huruf b, 3). Perum sapersada sebagai Terlapor II terbuk- Peruri dan PT bagi pelaku usaha lain ti secara sah dan meyakinkan me- yang Pura Nusapersada menciptakan langgar pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) hambatan masuk hendak ikut tender. huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, namun tidak terbukti Simpulan melanggar pasal 25 ayat (1) huruf c. Implementasi putusan KPPU 38 Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015 terhadap prinsip larangan praktik monopoli dalam memutus perkara persaingan usaha didasarkan pada ada tidaknya kepentingan umum (public interest) yang dirugikan oleh pelaku usaha. Pertimbangan hakim (ratio decidendi) komisioner untuk menetapkan pelanggaran terhadap prinsip larangan praktik monopoli adalah adanya unsur pasal 17 ayat (2) UUPU yang meliputi: a)non substitution; b) barrier to entry; c) dan market share. Dalam beberapa perkara persaingan usaha KPPU telah menerapkan prinsip tersebut sebagai pertimbangan hukum dalam memutus. Daftar Rujukan A.F. Lubis, et. al., 2009, Hukum Persaingan Usaha, Antara Teks dan Konteks, Indonesia :Support of Deutsche Gesellschaft fuur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH. D. Wibowo dan H. Sinaga, 2005, Hukum Acara Persaingan Usaha, Jakarta :Raja Grafindo Persada. E. Gellhorn & W. E. Kovacic, 1994, Antitrust Law and Economic, Minnesota :West Publishing Co. E. R. Ginting, 2001, Hukum Antimonopoli Indonesia, Analisis dan Perbandingan UU Nomor 5 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti. L. B. Kagramanto, 2007, Persekongkolan Tender Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha, Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Winardi, 1996, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Bandung: Mandar Maju Stefino Anggara, Komisi Pengawas Persaingan Usaha dan Peradilan Khusus (Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman), Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 1 Tahun 2009, Jakarta