6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

advertisement
6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara
Gunungapi Soputan, Sulawesi Utara
KETERANGAN UMUM
Nama Kawah
:
Soputan, K1 dan K2
a.Koordinat
:
01o 06’ 30” LU dan 124 o 43’ BT
b. Geografi
:
Kec. Tombatu, Minahasa, Sulawesi Selatan
Ketinggian
:
dml : 1783,7 m
Kota Terdekat
:
Amurang
Tipe Gunungapi
:
Strato
Lokasi :
Pos Pengamatan Gunungapi :
Desa Maliku, Kec. Tombasian, Kab. Minahasa Selatan
95354 – Sulawesi Utara.
Geografi : 01o 12’ 13,20” LU dan 124 o 40’ 13,86” BT
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Jalan ke arah puncak dengan mudah kita ketemukan dari beberapa arah lereng
gunungapi. Dari Utara yaitu dari Kampung Tombasian Atas Kecamatan Tombasian Dari
Kampung Pinebetengan Kecamatan Tompaso. Dalam waktu 2 jam dapat dicapai Kawah
Masem, selanjutnya dibutuhkan satu jam lagi untuk mencapai puncak G. Soputan. Dari
Timur yaitu dari Kampung Tumaratas atau Kp. Nongan, keduanya di Kecamatan Langoan
Dari Selatan atau Barat : Dari Kampung Silian atau Kp. Winorangenan, Kecamatan
Tombatu. Perkemahan dapat dilakukan dengan baik dekat hulu sungai Masem, bekas
pabrik belerang sebelum perang dunia ke 2. Jarak dari sini ke puncak G. Soputan adalah
lk. 5 km.
Wisata Gunungapi
Letusan G. Soputan terakhir meletus pada Mei 2000 bersifat freatomagmatis, yang
ditandai dengan adanya letusan strombolian berupa semburan material pijar di sekitar
kawah. Fenomena seperti ini tampak menarik jika dilihat pada malam hari. Maka tidak
mengherankan jika banyak wisatawan yang ingin menyaksikan aktifitas letusan ini dari
jarah jauh.
SEJARAH KEGIATAN
TAHUN
1785,
1786,
1819,
1833,
1838,
1845,
1890,
1901
1906
1907
1908 –
1909, 1910
1911, 1912
1913
1915
1917
1923 1924
1925
1947
1966
1984
1991,
1995, 2000
2007
2008
KEJADIAN
Letusan dari kawah puncak
Letusan samping
17 juni- Sepetember, letusan samping menghasilkan aliran lava. Terbentuk kerucut parasit
Aesoput.
5 – 23 Juni Letusan di Aesoupt
Januari – juni, Letusan di Aesoput menghasilkan aliran lava
November – April, Letusan di Aesoput menghasilkan aliran lava
April – Juni, Letusan di Aesoput
April – Juni, Terbentuknya kubah lava Aesoput Weru dan aliran lava ke arah tenggara
November, Letusan di Aesoput
27 November – 18 Januari, Letusan di Aesoput
Tidak ada keterangan
22 – 27 Agustus, Letusan di Aesoput
Mei,
Letusan dari kawah puncak
Disertai pertumbuhan kubah lava
Beberapa jam menjelang letusan 13 Mei 2000, tremor vulkanik terekam secara menerus
dengan amplituda berkisar antara 5 - 31 mm. Tremor letusan terekam hingga di stasiun
seismik G. Lokon (yang berjarak lk. 25 km utara G. Soputan), dengan amplituda maksimum
mencapai 20 mm. Tremor tersebut, yang terekam di pos PGA Lokon hingga tanggal 14 Mei
2000, pukul 19.00, amplitudanya sekitar 1 mm.
Hal serupa terjadi berulang-ulang (letusan pada tanggal 1, 6, 25 dan 30 Juli 2000), setiap
akan terjadi letusan, selalu didahului oleh tremor vulkanik selama 3 - 6 jam (Foto 20, 21 dan
22). Amplitudanya semakin lama semakin besar hingga beberapa menit menjelangletusan
amplitudanya mencapai 45 mm (peak to peak).
Setelah kubah lava pertama longsor pada Juli 1995, kemudian diisi dengan kubah lava
berikutnya, yaitu kubah lava Mei 2000. Hasil penyelidikan Solihin A. dkk., Mei 2000,
pertumbuhan kubah lava (pertambahan volumenya) Mei 2000 ini berlangsung sangat cepat.
Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, ketinggian (elevasinya) meningkat/naik lebih dari
50 m. Hal ini dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan pada bulan Juli 1999, dimana
pada saat itu belum terlihat adanya tonjolan kubah lava baru.
25 Oktober,
menyemburkan abu setinggi lebih dari ±1000 m di atas puncak, disertai dengan guguran lava
pijar ke arah barat sejauh ± 1000 m. Kejadian tersebut berlangsung selama ± 2 minggu.
Pada pertengahan November 2007, aktivitas G. Soputan menurun.
5 Juni
Terekam 14 kejadian gempa guguran, 9 kejadian gempa vulkanik dalam (VA) dan 2 kejadian
gempa tektonik, secara visual gunung tertutup kabut.
6 Juni
Pukul 00.00 – 10.00
Terjadi peningkatan jumlah gempa yang mencolok, masing-masing terekam 116 kejadian
gempa vulkanik dalam (VA) dan 120 gempa guguran.
Pukul 08.53 Mulai terekam tremor menerus dengan ampituda antara 5-30 mm.
Pukul 11.07Terjadi letusan yang disertai guguran awan panas hampir kesegala arah dengan
jarak luncur lk. 1500 m. Tinggi asap letusan mencapai lebih dari 2000 m. Abu letusan tertiup
angin ke arah barat, tersebar hingga mencapai Kotamobagu
Pukul 17.00 – 19.00Terlihat sinar api dan kilatan petir di sekitar puncak dengan tinggi lebih
dari 250 m.
Suara gemuruh dan dentumannya terdengar hingga di Pos Lokon di Tomohon yang berjarak
±30 km
7 Juni
Tidak terjadi letusan, namun guguran lava masih terjadi. Pada malam hari terlihat titik–titik
sinar api di sekitar puncak.
Tanggal 26 September – 6 Oktober
Secara visual aktivitas vulkanik yang tampak dari Pos PGA di Maliku berupa hembusan asap
kawah berwarna putih tipis setinggi 25 – 50 meter dari puncak Tanggal 6 Oktober 2008 pukul
00:00 – 06:00 WITA terekam sebanyak 2 kali gempa Vulkanik-Dalam dengan amplituda
antara 5 – 15 mm dan lama gempa 7,5 – 10 detik, serta gempa tremor menerus dengan
amplituda maksimum antara 0,5 – 4 mm.
Pukul 06:00 – 12:00 WITA :
terdengar suara gemuruh dengan intesitas sedang hingga kuat di Pos PGA Maliku pada
pukul 10:10 WITA, kemudian disusul terjadinya letusan abu berwarna kelabu tebal setinggi
1000 meter dari puncak pada pukul 10:45 WITA, letusan ini disertai dengan sinar api setinggi
25 meter.
Pada pukul 14:49 WITA
terjadi letusan asap berwarna putih – kelabu tebal dengan ketinggian antara 1000 – 1500
meter disertai suara gemuruh sedang – kuat. Pada pukul 15:30 WITA kembali terjadi letusan
menerus disertai suara gemuruh, warna asap kelabu tebal dengan ketinggian antara 1000 –
1500 meter dari puncak. Pada pukul 16:45 WITA terekam gempa tremor menerus dengan
amplituda antara 0,5 – 5 mm. Sedangkan suara gemuruh tidak terdengar. Asap kawah
teramati berwarna putih tipis setingi 100 meter dari puncak.
Pukul 18:00-24:00 WITA :
Pada pukul 19:00 WITA terekam gempa tremor menerus dengan amplituda maksimum antara
0,5 – 1 mm. Pada pukul 19:33 WITA terjadi letusan yang disertai suara gemuruh sedang
hingga kuat secara menerus, pada saat yang sama terekam gempa tremor menerus dengan
amplituda maksimum 40 mm. Ketinggian asap letusan tidak dapat teramati karena saat itu
gunung tertutup kabut. Pada pukul 21:08 WITA terjadi letusan abu setinggi 1000 – 1500 meter
dari puncak yang disertai sinar api setinggi 150 meter. Pada pukul 22:02 WITA kembali terjadi
letusan yang disertai guguran lava pijar ke arah barat sejauh 1000 meter. Pada pukul 22:37
WITA terjadi letusan strombolian dengan ketinggian antara 100 – 150 meter dari puncak.
Tanggal 7 Oktober 2008 : secara visual teramati asap berwarna putih tebal dengan ketinggian
antara 500 – 1500 meter dari puncak. Sinar api teramati dengan ketinggian 50 – 150 meter.
Guguran lava pijar teramati mencapai jarak luncur 500 meter dari pusat kegiatan ke arah barat
dan baratlaut. Dari rekaman seismograf menunjukkan terjadi 7 kali gempa letusan dengan
amplituda maksimum antara 7 – 16 mm dan lama gempa antara 20 – 65 detik. Gempa tremor
menerus terekam dengan amplituda maksimum berfluktuasi antara 0,5 hingga 40 mm.
Perioda Letusan
Periode letusan G. Soputan yang terpanjang adalah 47 tahun dan yang terpendek
adalah 1 tahun. Sifat letusan G. Soputan umumnya dalam satu periode kegiatan terjadi
beberapa kali letusan dengan selang waktu antara beberapa minggu hingga beberapa
bulan. Seperti yang terjadi pada tahun 1908, 1913, 1915, 1923, 1982 dan 1984, 2000 dan
2008
GEOLOGI
Morfologi
Geomorfologi G. Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga
satuan morfologi yang meliputi satuan morfologi tubuh gunungapi, satuan morfologi
perbukitan dan morfologi dataran. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi tersebar di bagian
timur dan selatan, meliputi tubuh-tubuh Gunung Riendengan, Temboa, Kelelondei dan
Manimporok, deretan gunung tersebut membentuk sesar normal di sebelah timur G.
Soputan. Tubuh lain yang termasuk morfologi ini adalah G. Soputan-Aeseput, dan G.
Kelewung di sebelah selatan. Di puncak G. Soputan terdapat Sub satuan Morfologi Kubah
Lava yang termasuk dalam Satuan morfologi Tubuh Gunungapi.
Satuan Morfologi Perbukitan merupakan satuan morfologi yang paling luas
penyebarannya, menempati bagian sebelah utara, barat, dan baratdaya G. Soputan.
Satuan ini umumnya membentuk perbukitan yang memanjang dan bergelombang,
umumnya merupakan bagian kaki dari satuan Morfologi Tubuh Gunungapi.
Satuan Morfologi Dataran mempunyai penyebaran yang paling kecil yang hanya
terletak di daerah dataran Pantai Teluk Amurang dan di daerah Pinabetengan Kecamatan
Tompaso, sebelah timurlaut G. Soputan. Satuan ini memperlihatkan morfologi yang datar
dengan kemiringan lereng yang rendah sekali (0 – 50).
Peta geologi G. Soputan
GEOFISIKA
Seismik
2008-01-01
2008-01-16
2008-01-31
2008-02-15
2008-03-01
2008-03-16
2008-03-31
2008-04-15
2008-04-30
2008-05-15
2008-05-30
2008-06-14
2008-06-29
2008-07-14
2008-07-29
2008-08-13
2008-08-28
2008-09-12
2008-09-27
2008-10-12
2008-10-27
2008-11-11
2008-11-26
2008-12-11
2008-12-26
2009-01-10
2009-01-25
2009-02-09
2009-02-24
2009-03-11
2009-03-26
2009-04-10
2009-04-25
2009-05-10
2009-05-25
2009-06-09
2009-06-24
Jumlah Gempa
2008-01-01
2008-01-16
2008-01-31
2008-02-15
2008-03-01
2008-03-16
2008-03-31
2008-04-15
2008-04-30
2008-05-15
2008-05-30
2008-06-14
2008-06-29
2008-07-14
2008-07-29
2008-08-13
2008-08-28
2008-09-12
2008-09-27
2008-10-12
2008-10-27
2008-11-11
2008-11-26
2008-12-11
2008-12-26
2009-01-10
2009-01-25
2009-02-09
2009-02-24
2009-03-11
2009-03-26
2009-04-10
2009-04-25
2009-05-10
2009-05-25
2009-06-09
2009-06-24
Jumlah Gempa
2008-01-01
2008-01-16
2008-01-31
2008-02-15
2008-03-01
2008-03-16
2008-03-31
2008-04-15
2008-04-30
2008-05-15
2008-05-30
2008-06-14
2008-06-29
2008-07-14
2008-07-29
2008-08-13
2008-08-28
2008-09-12
2008-09-27
2008-10-12
2008-10-27
2008-11-11
2008-11-26
2008-12-11
2008-12-26
2009-01-10
2009-01-25
2009-02-09
2009-02-24
2009-03-11
2009-03-26
2009-04-10
2009-04-25
2009-05-10
2009-05-25
2009-06-09
2009-06-24
Jumlah Gempa
20
5
5
2009-06-29
2009-06-03
2009-05-08
2009-04-12
2009-03-17
20
2009-02-19
40
2009-01-24
2008-12-29
2008-12-03
80
2008-11-07
Amax
2008-10-12
2008-09-16
2008-08-21
2008-07-26
2008-06-30
2008-06-04
Jml
2008-05-09
2008-04-13
2008-03-18
100
2008-02-21
2008-01-26
Jumlah Gempa
menerus
60
seismograf rusak
0
60
50
40
30
20
10
0
Amax ( mm )
Kegempaan G. Soputan dari tahun 2008 hingga Oktober 2009 digambarkan
sebagai berikut :
Grafik Harian Gem pa Trem or Harm onik G. Soputan 2008 - 2009
20
Grafik Harian Gem pa Vulkanik B G. Soputan 2008 - 2009
15
10
seismograf
rusak
0
Grafik Harian Gem pa Vulkanik A G. Soputan 2008 - 2009
108
15
10
seismograf
0
150
Grafik Harian Gem pa Guguran G. Soputan 2008 - 2009
120
90
60
30
seismograf
0
Geomagnet
G. Soputan dan sekitarnya memiliki relief magnetik yang bervariasi. Di bagian barat
berelief rendah sedangkan relief tinggi menempati bagian tengah - selatan membentuk
lengkungan tapal kuda ke arah utara. Daerah ini adalah komplek G. Manimporok dan G.
Riendengan.
Puncak G. Soputan mempunyai harga anomali berkisar pada 400 nT, yang
merupakan relief rendah juka dibandingkan dengan komplek G. Manimporok dan G.
Riendengan yang masing-masing mempunyai harga anomali 1100 nT dan 700 nT. Dilihat
dari kenampakan morfologi puncak G. Soputan tinggi akan tetapi harga kemagnetannya
rendah. Hal ini erat hubungannya dengan terbentuknya puncak G. soputan dimana
material-material baru mempunyai arah remanen magnetik yang berbeda-beda selama
proses pembentukan puncak tersebut.
DEFORMASI
Dari hasil pengukuran Tiltmeter serta hubungannya dengan kejadian letusan,
terlihat untuk komponen radial dan tangensial tidak jelas perubahannya baik sebelum
maupun sesudah letusan, yang paling terlihat dari komponen temperatur, dari dua
kejadian letusan, terjadinya letusan bukan saat temperatur tinggi tetapi setelah temperatur
tinggi kemudian turun. Munculnya sinar api pada 12 – 16 Maret 2008 berada pada posisi
komponen tangensial dan temperatur tertinggi hal ini setelah temperatur turun tidak diikuti
Rekaman Tiltmeter periode Oktober
2007 – April 2008
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
Tangensial (Mcrad)
Letusan 11-15 Aug 07
Temperatur (Cdeg)
826
Let. 25 Okt 07
12 - 16 Maret 08
Sinar Api
824
822
820
818
816
10
-10
0
Radial (Mcrad)
Radial (Mcrad)
20
-10
-20
-30
55
50
45
40
35
30
25
20
-15
-20
-25
4/18/2007 18:40
7/31/2007 20:32
Januari - September 2007
Rekaman Tiltmeter Periode Januari –
September 2007
Temperature (C Deg)
Tangesial (Mcrad)
oleh suatu letusan.
50
45
40
35
30
25
20
12/11/2007 8:33 2/8/2008 21:46
4/4/2008 11:01
Okt 2007 - April 2008
Dari hasil Tiltmeter nampak pada saat terjadi letusan (Agustus dan Oktober 2007),
komponen tangensial dan radial tidak memberikan perubahan yang signifikan sebelum,
sesudah dan pada saat terjadi letusan, yang terlihat terjadi perubahan yang signifikan
adalah komponen temperatur. Letusan terjadi setelah temperatur mencapai maksimal
(mendekati angka 50ºC) lalu turun. Kalau melihat posisi tiltmeter di lapangan yang
ditempatkan di puncak Aesoput bahwa panas tertinggi yang terekam yaitu pada jarak
paling pendek antara sumber panas saat bergerak menuju puncak Gunungapi Soputan.
Lokasi
Tiltmeter
Ilustrasi jarak antara Tiltmeter dengan sumber panas
Dari ilustrasi tersebut bisa dijelaskan bahwa sumber panas bergerak dari D1, D2,
D3, D4, D5 dan D6. Panas tertinggi terekam pada jarak terpendek yaitu di D4 dan setelah
itu sumber panas bergerak mendekati puncak menjauh dari tiltmeter sehingga panas yang
terekam seolah-oleh menurun dan pada saat jarak terpendek juga merupakan tekanan
tertinggi.
Potensial Diri
Penyelidikan anomali potensial diri (SP) oleh E. Kusdinar Abdurahman, pada April Mei 1992 menunjukkan, pada lintasan Tumaratas - Puncak Soputan secara umum di titiktitik yang terletak di bagian kaki G. Soputan sampai ketinggian 1145 meter
memperlihatkan pola anomali negatif jika dibanding dengan harga potensial diri (SP) di
bagian puncak. Hal ini mungkin akibat adanya resapan air akibat gravitasi karena
batuannya terdiri dari batuan piroklastik dan efek resapan panas akibat aktifitas G.
Soputan tidak berpengaruh besar terhadap bagian kaki.
Pada lintasan Rendengan - Silian, pola profil SP yang dihasilkan variasinya tidak
banyak - tidak terlihat pola anomali positif yang menonjol. Hal ini diduga resapan air akibat
gravitasi cukup tinggi, mungkin ada struktur yang mengontrolnya.
Pada lintasan Puncak Soputan - Silian, anomali posistif terlihat jelas di daerah
puncak yang terletak pada ketinggian 1675 meter. Pada Lintasan Puncak Soputan - G.
Kedewung, anomali positif terlihat jelas pada ketinggian 1345 meter, dan di bagian puncak
menunjukkan pola anomali posistif.
Secara umum pola anomali positif yang extrim hanya terlihat di bagian puncak G.
Soputan, kemungkinan besar disebabkan oleh aktifitas G. Soputan itu sendiri. Secara
teoritis hal ini akibat adanya proses elektro thermalï dan elektro kimia.
GEOKIMIA
Kimia Batuan
1.
Lava dari ujung aliran lava 1966 di lereng baratlaut G. Soputan basalt porfi (Saefudin,
1970)
2.
Lava kubah 1966 puncak Soputan : basalt (Saefudin, 1970)
3.
Lava dari ujung lava 1966 di puncak sebelah timur dekat lidah lava lama : olivin basalt
(Manalu, 1970)
4.
Lava 1966 di lembah antara G. Soputan dengan G. Manimporok basalt porfir
(Saefudin, 1970).
Tabel Hasil Analisis Kimia
Lava 1966
SiO2
Al2O3
Fe2O3
FeO
MnO
MgO
CaO
Na2O
K2O
o
H2O 100 C
TiO2
P2O5
SO3
Hilang dibakar
1
48,42 %
20,35
4,81
5,66
0,03
8,18
4,26
5,00
0,23
0,15
1,06
0,00
0,01
1,55
2
49,74 %
20,43
2,96
9,04
0,03
6,76
3,33
5,28
0,21
0,14
1,06
0,03
0,01
1,20
3
47,70 %
20,82
2,65
9,95
0,03
7,91
4,41
4,53
0,20
0,12
0,94
0,00
0,01
0,80
4
48,79 %
19,73
3,82
8,89
0.03
8,11
3,56
4,89
0,21
0,19
1,09
0,03
0,01
1,40
Lava
Mei 2000
49,06 %
17,78
12,07
0,20
6,20
10,51
2,54
0,36
0,14
0,94
0,25
-
Pengamatan Visual dan Geokimia
Analisis cuplikan dari G. Soputan baik air, gas maupun batuan dilakukan di Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Analisis cuplikan
air dan batuan dilakukan dengan metoda spektrofotometri serapan atom terhadap unsurunsur logam (kation), sedangkan anionnya dianalisis dengan metoda spektrometri warna
(kolorimetri) ataupun volumetri. Analisis cuplikan gas menggunakan metoda kromatografi
gas terhadap unsur-unsur gas yang tidak terlarut dalam larutan NaOH, sedangkan unsurunsur gas yang terlarut dalam larutan NaOH dianalisis secara volumetri.
Analisa Cuplikan Gas
Unsur
H2
O2 + Ar
N2
CO2
SO2
H2S
HCl
HF
NH3
H2O
Suhu, ºC
Solfatara
K. Masem
Mei’08
Solfatara
K. Masem
Juli’08
Solfatara
K.
Masem
Nov’08
Bubble
K.
Masem
Mei’08
Bubble
K.
Masem
Nov’08
0,04
0,00
0,72
1,49
0,18
0,26
0,09
0,00
0,09
0,02
0,00
0,19
0,71
0,02
0,15
0,02
0,00
1,34
0,00
6,26
74,26
6,04
6,68
5,27
0,00
0,15
0,045
0,000
0,057
1,121
0,160
0,173
0,001
0,000
0,01
0,01
0,00
0,003
2,273
0,305
0,66
0,001
2,381
97,95
98,88
94,962
0,00
97,466
Pinggir Danau
Kawah
Masem Juli’08
0,01
0,00
0,38
1,95
0,10
0,35
0,10
0,00
0,21
96,90
Bualan
Bukit Kasih
Mei’08
0,005
2,59
12,51
67,90
0,00
2,75
14,18
0,00
0,06
0,00
0,977
Hasil analisa cuplikan gas.(Dalam satuan %V)
Unsur
Fumarola
Bukit Kasih
Mei’08
0,00
0,06
0,24
1,98
0,06
0,06
0,01
0,00
0,002
97,58
Fumarola
Bukit Kasih
Juli’08
3,00.E-4
0,80.E-4
0,02
0,84
0,002
0,04
0,01
0,00
0,04
99,05
H2
O2 + Ar
N2
CO2
SO2
H2S
HCl
HF
NH3
H2O
Suhu, ºC
Hasil analisa cuplikan gas.(Dalam satuan %V)
Fumarola
Bukit Kasih
Nov’08
0,001
0,000
0,017
1,338
0,406
0,151
0,002
0,000
0,725
97,360
Analisa Cuplikan Air
Unsur
Kawah
Masem
Mei’08
Kawah
Masem
Juli’08
Kawah
Masem
Nop’08
Kali
Masem
Mei’08
Kali
Masem
Juli’08
Kali
Masem
Nop’08
SiO2
97,92
58,34
51,10
101,96
125,10
123,40
Al
19,43
15,93
10,82
24,96
101,20
75,20
Fe
11,03
7,83
5,87
1,53
59,92
7,92
Ca
43,32
44,83
26,25
40,09
95,65
103,20
Mg
38,20
28,25
13,51
6,44
45,70
25,70
Na
10,40
11,29
15,57
13,86
16,24
91,7
K
0,39
0,41
0,26
0,80
1,11
1,17
Mn
0,70
0,45
0,22
0,25
1,04
0,59
NH3
1,50
0,91
0,002
1,28
1,70
0,002
Cl
7,67
0,00
17,65
57,56
0,00
17,65
SO4
527,37
457,20
334,50
454,98
1.966,09
1.116,9
HCO3
-
-
-
-
-
-
CO2
338,95
278,22
27,19
338,95
2.371,26
76,45
H2S
0,00
4,13
-
3,25
3,44
-
B
0,00
0,59
-
0,34
0,56
2,72
pH lab.
2,87
2,74
2,77
3,01
2,00
2,83
DHL,
µmhos/cm.
1400
1000
936
920
3600
1596
Keterangan: (Kecuali pH dan DHL semua unsur/senyawa dalam satuan mg/L)
Hasil analisis kima air dari Danau Kawah Masem, Kali Masem di Gunung Soputan dan sekitarnya.
MAP
Bukit
Kasih
Mei’08
MAP.
Bukit
Kasih
Juli’08
MAP.
Bukit
Kasih
Nop’08
Bukit
Kasih
(bualan)
Mei’08
Bualan di
Bukit
Kasih
Juli’08
Bualan di
Bukit
Kasih
Nop’08
SiO2
256,80
242,10
230,90
315,70
270,80
298,90
Al
49,06
52,98
25,72
37,01
35,28
36,51
Fe
15,87
15,21
17,46
27,68
27,63
22,98
Ca
40,90
46,25
67,60
76,25
96,10
78,80
Mg
2,05
3,30
11,98
5,43
9,16
9,76
Na
47,50
118,50
63,25
175,40
199,70
236,60
K
10,46
12,83
6,82
7,71
9,14
7,34
Mn
0,32
0,30
0,60
0,61
0,66
0,64
NH3
1,43
1,62
0,004
2,59
2,94
0,009
Cl
76,75
9,98
46,05
422,13
0,00
314,68
SO4
1277,23
1.506,07
967,03
1283,31
1.500,75
1.616,38
HCO3
-
-
-
-
-
-
CO2
1977,23
1.915,09
127,53
2033,72
1.847,29
229,80
H2S
1,95
6,16
-
0,65
2,28
-
B
0,07
3,98
3,32
0,31
12,72
5,54
pH lab.
1,94
2,5
2,19
1,91
3,0
2,01
DHL,
µmhos/cm.
4400
3800
4800
5000
4400
8500
Unsur
Keterangan: (Kecuali pH dan DHL semua unsur/senyawa dalam satuan mg/L)
Hasil analisis kima air dari Mata Air Panas (MAP) dan bualan di Bukit Kasih
Hasil Analisis Kimia Batuan
Hasil analisis kimia batuan dari contoh-contoh batuan lava Gunung Soputan dan
sekitarnya ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini.
Unsur
Aesoput - I Lava baru 6
Juni 2008
Aesoput - II
SiO2
Al2O3
49,29
18,78
51,16
18,22
Fe2O3
10,88
10,74
CaO
8,68
8,71
MgO
6,94
5,87
Na2O
3,17
3,15
K2O
0,39
0,40
MnO
0,19
0,19
TiO2
0,89
084
P2O5
0,51
0,19
H2O
0,16
0,20
HD
0,00
0,00
Hasil analisis kima batuan lava Gunung Soputan dan sekitarnya, konsentrasi dalam % berat.
Hasil Analisis Kimia Batuan
Komposisi kimia batuan lava baru hasil letusan Gunung Soputan 6 Juni 2008 yang
diambil di puncak Aesoput adalah sebagai berikut (dalam satuan % berat): SiO2 : 49,29
%, Al2O3 : 18,78 %, Fe2O3 : 10,88 %, CaO : 8,68 %, MgO: 6,94 %, Na2O : 3,17 %, K2O :
-
0,39 %, MnO : 0,19 %, TiO2 : 0,89 %, P2O5 : 0,51 %, H2O : 0,16 %, HD : 0 %.
MITIGASI BENCANA GEOLOGI
Sistem Pemantauan
Pemantauan G. Soputan dilakukan secara menerus baik visual maupun
kegempaannnya dari Pos Pengamatan yang terletak di Desa Maliku, lebih kurang. 12,5
km sebelah baratlaut G. Soputan
Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan mengamati cuaca dan aktivitas G. Soputan,
meliputi tinggi, warna dan tekanan asap yang keluar dari kawah G. Soputan.
Seismik
Aktifitas kegempaan G. Soputan dan sekitarnya dipantau secara menerus dari Pos
PGA Soputan, dengan menggunakan seismograf Kinnemetrics PS-2. Sensor gempa
(seismometer) L4C vertikal, diletakkan di G. Aesoput (01 0 07’ 21,20” LU 1240 44’ 30,00”
BT) dan di bukit Rindengan sekitar 4,5 km sebelah utara puncak. Gempa dari stasiun
Rindengan langsung ditransmisikan ke pos G. Lokon (di Kakaskasen - Tomohon) yang
berfungsi sebagai Pos Regional Center.
Hasil kegempaan dari stasiun di G. Aesoput, selain dapat direkam di Pos PGA
Soputan di Maliku juga dapat direkam di Pos PGA Lokon di Tomohon (mulai Mei 2002
menjadi regional Center untuk wilayah Sulawesi Utara). Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pemantauan (terutama kegempaan) dan mempercepat alur komunikasi
pemantauan (aktifitas kegempaan G. Soputan) dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi di Bandung, maupun dengan instansi terkait di sekitar Minahasa, jika
terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan mengenai kegiatan G. Soputan, mengingat
sarana dan prasarana komunikasi di Pos PGA Lokon lebih lengkap dan yang di luarpun (di
Tomohon) mudah dijangkau.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Pendahuluan
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat
kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan kegiatan gunungapi. Peta ini
menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur
penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini
disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, hasil penelitian dan studi
lapangan. Berdasarkan tingkat kegiatan, sejarah kegiatan dan frekwensi erupsinya, G
Soputan
diklasifikasikan
sebagai
gunungapi
yang
sering
meletus.
Berdasarkan
Standardisasi Nasional Indonesia nomor SNI 13-4689-1998, Peta Kawasan Rawan
Bencana G. Soputan dibagi dalam tiga tingkatan dari rendah ke tinggi yaitu: Kawasan
Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana III.
Kawasan Rawan Bencana III
Kawasan Rawan Bencana III dibagi dua bagian yaitu kawasan yang berpotensi
terlanda:
1. Aliran massa, seperti: aliran lava, guguran lava dan kemungkinan awan panas.
2. Lontaran, seperti: hujan abu lebat, dan bom gunungapi.
Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan Rawan Bencana II dibedakan menjadi dua yaitu kawasan yang berpotensi
terlanda:
1. Aliran massa berupa: aliran lava, gas racun, kemungkinan awan panas dan lahar
2. Jatuhan piroklastik termasuk lontaran batu (pijar) dan hasil erupsi freatik.
Kawasan Rawan Bencana I
Letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan
abu dan kemungkinan lontaran batu (pijar).
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kawasan rawan bencana terhadap lahar. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai di
dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.
2. Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan
kemungkinan terkena lontaran batu (pijar).
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Soputan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman E.K., Laporan Penyelidikan Metode Potensial Diri (SP) Gunung
Soputan, Sulawesi Utara 1992, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung 1992
Djuhara A.,Suganda O.K., Pemetaan Daerah Bahaya G. Soputan Kabupaten
Minahasa Propinsi Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, Bandung Juli
1991
Hadisantono, R. D dkk, Pemetaan Kawasan Rawan Bencana G. Soputan, Sulawesi
Utara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2006
Kusumadinata, K.,. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi,
Bandung, hal. 648 – 656.
Solihin A., dkk, Laporan Pengamatan Kegiatan Letusan G. Soputan, Sulawesi Utara,
Direktorat Vulkanologi, Bandung Agustus 2000
Palgunadi S., Laporan Penyelidikan Magnit Gunung Soputan, Sulawesi Utara 1992,
Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung 1992
Suganda, O.K., dkk, Laporan Penelitian Deformasi Gunung Soputan, Sulawesi Utara
Dengan Metode EDM, 1998
Suganda, O.K., dkk, Laporan Penyelidikan Deformasi G. Soputan (SULUT) dengan
metode EDM, Januari 1999
Mawardi R., Wahyuningsih R., Laporan Penyelidikan Petrokimia Gunungapi
Soputan, Juni 1994
Solihin A., dkk, Evaluasi Kegiatan G. Soputan, Sulawesi Utara, Bulan Mei 2001,
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Juli 2001
Yohana T., dkk., Laporan Penyelidikan Gayaberat G. Soputan, Arsip Direktorat
Vulkanologi, Bandung 1992
Download