Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku

advertisement
INTERAKSI SIMBOLIK DALAM BERKOMUNIKASI ANTARA SUKU
JAWA DENGAN SUKU BUNGKU
*Hermita**M.Najib Husain***Sirajuddin
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS HALU OLEO, 085298224584
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi simbolik antara Suku
Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu dan untuk
mengetahui bagaimana bentuk-bentuk interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan
Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu. Manfaat penelitian ini adalah
secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kualitatif dan merupakan bahan informasi yang
dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. Secara praktis, penelitian ini
diharapkan dapat menjelaskan interaksi simbolik, khusunya pada Suku Jawa dan
Suku Bungku. Secara Metodologis penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi
bagi peneliti berikutnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wosu Kecamatan Bungku Barat
Kabupaten Morowali, untuk mencapai tujuan yang dimaksud, metode analisis yang
digunakan adalah kualitatif deskriptif, dimana penulis memberikan gambaran tentang
interaksi simbolik dalam berkomunikasi. Penelitian secara jelas dan sistematis.
Kemudian berdasarkan data yang diperoleh baik dari pustaka maupun observasi, yaitu
penelitian langsung di lapangan dengan melakukan wawancara langsung kepada
informan yang dianggap mampu memberikan keterangan yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi yang dilakukan antara Suku
Jawa dengan Suku Bungku di Desa Wosu berjalan dengan sangat baik, serta bentukbentuk interaksinya yang meliputi interaksi simbolik dan non simbolik masingmasing suku memberikan tanggapan yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama
untuk mencapai suatu hubungan yang baik bagi ke dua suku dan berkembangnya
Desa Wosu.
Kata kunci: Interaksi Simbolik, Suku Jawa, Suku Bungku
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 1
ABSTRACT
The objectives of this study was to determine the symbolic interaction between
Javanese with Bungkunese in communicating in Wosu village and to find out how the
forms of symbolic interaction between Javanese with Bungkunese in communicating
in Wosu village. The significance of this study from theoretical research is expected
to enrich the knowledge, especially in the field of qualitative and constitute material
information that may be used in future research. Practically, this study is expected to
explain the symbolic interaction, especially between Javanese and Bungkunese.
Methodologically this study is expected to be a reference for subsequent research.
This research was conducted in the Wosu village, Sub District of West
Bungku, Morowali district, to reach the intended target, the method of analysis used
is qualitative descriptive, where the authors provide an overview the symbolic
interaction in communicating. Research clearly and systematically. Then based on
data obtained either from the literature or observation, namely direct research in the
field by conducting interviews to informants who are considered able to provide
information relating to the matter being investigated.
The results showed that the interaction between Javanese and Bungkunese in
Wosu village went very well, and the forms of interaction that includes symbolic and
non symbolic interaction responded differently by each tribe but have the same goal
to achieve a good relationship for all two tribes and development of Wosu village.
Keywords: Symbolic Interaction, Javanese, Bungkunese
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 2
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai interaksi tentunya membuat kita berfikir apa sebenarnya
interaksi itu, interaksi yaitu hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi
antar hubungan individu yang satu dan individu yang lain. Interaksi yang akan kita
bahas dalam penelitian ini adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik adalah suatu
aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol
yang diberi makna (Mulyana, 2003: 59).
Paham interaksi simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang
aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. Paham interaksi
simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual. Semua interaksi
antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika kita berinteraksi
dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku
apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan
apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksi simbolik, mengarahkan perhatian
kita pada interaksi antar individu, dan bagaiman hal ini dipergunakan untuk mengerti
apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu. Sebagaimana
yang akan kita bahas dalam penelitian ini.
Suku Jawa memasuki Desa Wosu sejak tahun 2009 sampai sekarang. Secara
umum keberadaan masyarakat Suku Jawa merupakan fakta sosial yang tidak bisa
dihilangkan. Meskipun jumlah komunitas Suku Jawa di Desa Wosu sangat minim,
namun keberadaan mereka sangat kontras dengan masyarakat Suku Bungku
umumnya.
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 3
Keberadaan Suku Jawa di Desa Wosu menghuni wilayah transmigrasi.
Kehidupan sosial mereka terkosentrasi pada hubungan dan interaksi sosial budaya di
antara mereka sendiri, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan dunia di luar
komunitas mereka. Sebagai masyarakat yang mendiami wilayah Transmigrasi, Suku
Jawa menghabiskan waktunya dengan beraktivitas di sawah atau ladang, sehingga tak
jarang mereka dijuluki suku pengembara alam karena kebiasaan mereka bercocok
tanam di manapun mereka berada. Berbagai aktivitas bertani tersebut, secara umum
merupakan jenis mata pencaharian utama masyarakat Suku Jawa di Desa Wosu
tersebut.
Seiring berjalannya waktu terjadi hubungan antara Suku Jawa dengan Suku
Bungku melalui interaksi. Suku Jawa bukan satu-satunya Suku asing yang pertama
kali memasuki Desa Wosu. Banyak Suku-Suku lain yang sudah lama mendiami Desa
wosu seperti Suku Bugis, Suku Bali, bahkan Suku Toraja, namun dari ketiga Suku
tersebut jarang melakukan interaksi dengan Suku Bungku yang memang Suku asli
Desa Wosu, sehingga setelah Suku Jawa memasuki Desa Wosu dan mendiami daerah
transmigrasi interaksi yang sering terjadi dan sering dilakukan Suku Bungku yaitu
kepada Suku Jawa.
Berdasarkan pemikiran dan uraian yang telah dijelaskan di atas, beberapa hal
yang melandasi alasan penelitian ini dilakukan, secara khusus dapat dikemukakan
sebagai berikut : (1) Suku Jawa merupakan kelompok suku yang ada dan tergolong
minoritas di Desa Wosu yang dengan cepat melakukan interaksi sosial, (2) Suku Jawa
memiliki budaya unik dan berbeda dengan masyarakat lainnya yang dikembangkan
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 4
sebagai kebiasaan hidup dalam beraktifitas di sawah atau ladang, (3) Interaksi sosial
Suku Jawa selalu berorientasi dengan lingkungan pertanian atau perkebunan, (4)
Dalam interaksi simbolik Suku Jawa, segala simbol, bahasa, seni dan interaksi sosial
menyatu membentuk maknanya sebagai suku pengembara alam, (5) Di balik maknamakna tersebut tersimpan filosofi hidup dan keseimbangan hidup antara manusia
dengan alam.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam
berkomunikasi di Desa Wosu dan bagaimana bentuk-bentuk interaksi simbolik antara
Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu, dengan tujuan
untuk mengetahui interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam
berkomunikasi di Desa Wosu dan untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk
interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di
Desa Wosu. Hasil penelitian ini diharapkan agar interaksi yang dilakukan antara Suku
Jawa dengan Suku Bungku di Desa Wosu berjalan dengan sangat baik, dengan
menggunakan tiga konsep kritis Mind (Pikiran), Self (Diri), socieyi (Masyarakat).
Teori Interaksionisme Simbolik
Teori yang digunakan untuk mempelajari interaksi simbolik, dijumpai
pendekatan yang dikenal dengan interaksionisme simbolik (symbolic interactionism).
Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 5
interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah interaksi sosial,
kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interkasi.
METODE PENELITIAN
Subjek dan Informan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Suku Bungku yang
berjumlah 2910, sedangkan Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang,
yang ditetapkan secara purposive sampling, yaitu 5 orang dari Suku Jawa dan 5 orang
dari Suku Bungku, yang terdiridari 2 orang Ketua RT dari masing-masing suku, dan 4
masyarakat biasa dari Suku Bungku serta 4 masyarakat biasa dari SukuJawa.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis
terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis
observasi tersebut diantaranya
yaitu observasi terstruktur,
observasi
partisipan, dan observasi nonpartisipan. Observasi ini dilakukan agar peneliti
dapat menentukan informan yang akan diteliti.
2.
Wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancara,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupans osial yang relatif lama.
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 6
3.
Studi pustaka yaitu dengan cara menelaah berbagai buku-buku referensi,
laporan-laporan, jurnal-jurnal, dan media lainnya yang erat kaitannya dengan
permasalahan penelitian.
4.
Dokumentasi yang merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa foto, gambar atau
data-data lainnya.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana
penulis mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian
mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan gambaran atau data yang didapatkan
ketika penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interaksi simbolik yang dilakukan Suku Jawa dan Suku Bungku bukanlah hal yang
asing lagi Suku Bungku menganggap bahwa Suku Jawa sudah meruPakan bagian
dari mereka, seiring berjalannya waktu kedua Suku tersebut saling memahami dan
menerima akan kebudayaan masing-masing sehingga interaksi yang terjadi berjalan
dengan sangat baik. Dalam teori interaksionisme simbolis yang dikemukakan oleh
Blumer terdapat tiga konsep yaitu Mind, Self, Society. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam penjelasan berikut:
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 7
1.
Pikiran (mind)
Pikiran adalah kemampuan idividu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri
tidak hanya satu respon saja tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah
yang kita namakan pikiran melakukan sesuatu berarti memberi respon tertentu, dan
apabila seseorang mempunyai respon tersebut dadalam dirinya, ia mempunyai apa
yang kita sebut pikiran. Pikiran juga melibatkan proses berpikir yang mengarah pada
penyelesaian masalah.
Melihat penjelasan tentang pikiran di atas, dapat kita ketahuai bahwa dalam
kehidupan, manusia selalu berhadapan dengan namanya interaksi dan dalam
berintraksi pastinya komunikasi terjadi antara dua individu maupun kelompok
dimana dalam melakukan sebuah komunikasi tentunya memberikan respon yang
berbeda-beda. Namun berbicara tentang respon, repon juga bisa muncul bukan hanya
pada saat berkomunikasi saja respon juga bisa muncul ketika seseorang melihat
maupun mendengar sesuatu yang belum pernah dilihat maupun didengarnya.Salah
satunya dapat kita ketahuai ketika pertama kali Suku Jawa memasuki Desa Wosu
pada tahun 2009 sebagai transmigran. Sejak pertama kali memasuki Desa Wosu
tentunya desa tersebut terasa asing bagi Suku Jawa terlebih lagi pada saat mereka
mulai bertemu dengan Suku Bungku yang memang masyarkat asli Desa Wosu. Hal
pertama yang muncul dalam pikiran mereka tentunya berbeda-beda ada yang berpikir
negatif dan ada juga yang berpikiran positif.
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 8
2.
Diri (self)
Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai
sebuah objek. Diri adalah dimana orang memberikan taggapan terhadap apa yang ia
tujukan kepada orang lain dan dimana tanggapannya sendiri menjadi bagian dari
tindakannya.
Dalam kehidupan sosial, diri berperan sangat besar dimana diri bisa menjadi
objek maupun subjek tergantung pada penempatannya. Berbicara tentang diri
tentunya memberikan gambaran bagaimana kepribadian dari individu maupun
kelompok-kelompok tertentu. Diri juga berperan dalam sebuah interaksi, baik
interaksi yang dilakukan seseorang dengan diri sendiri maupun interaksi dengan
orang lain, yang artinya seseorang bisa memberikan tanggapan dan bisa merespon
tanggapannya sendiri itulah yang disebut interaksi yang dilakukan seseorang dengan
diri sendiri, dimana ketika ia bertanya tentang hal apapun, suka dan tidaknya dirinya
sendiri yang bisa menjawab.
Kesadaran akan diri antara Suku Jawa dan Suku Bungku di Desa Wosu memberikan
perubahan yang besar terhadap desa tersebut, dimana dari hasil percakapan yang
mereka lakukan terdapat kesepakatan untuk saling menerima satu sama lain. Baik
dari segi cara berkomunikasinya maupun cara berperilaku, dengan demikian hal
tersebut membuat kedua suku ini saling terbuka dan interaksi yang mereka lakaukan
berjalan dengan sangat baik, apa lagi Suku Jawa memang dikenal dengan suku yang
sangat ramah dan mudah bergaul mereka juga tidak mudah tersinggung sehingga
walaupun melihat dan mendengar cara masyarakat Suku Bungku berkomunikasi
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 9
dengan cara yang berbeda dengan mereka tidak membuat mereka bertindak semaunya
dan tidak ingin saling berhubungan.
3.
Masyarakat (society)
Masyarakat berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri.
Masyarakat juga merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan
mempunyai kepentingan yang sama seperti sekolah, keluarga, perkumpulan, dan
negara.
Kehidupan bermasyarakat kita seringkali dihadapakan dengan interaksi. Hal
tersebut dapat dilihat antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dimana kedua Suku
tersebut saling berinteraksi untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Suku Jawa
berada di Desa Wosu sudah sekitar tujuh tahun, dengan jangka waktu yang sudah
cukup lama membuat suku tersebut semakin akrab dengan masyarakat Suku Bungku
a.
Interaksi simbolik
1.
Proses mental
Proses mental adalah suatu proses dimana suatu informasi atau stimuli
diterima oleh indera, diolah oleh pikiran dan menghasilkan output ataupun respons.
Beberapa faktor oleh proses mental adalah informasi, indera, pengantar informasi dan
otak yang berfungsi memilah dan memproses informasi menjadi suatu hasil baik
berupa keputusan ataupun respons.
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 10
Mental juga adalah proses dimana seorang individu maupun kelompokkelompok tertentu memasuki suatu daerah yang asing dan mencoba beradaptasi
dengna lingkungannya yang baru, baik lingkungan tersebut membuat mereka nyaman
maupun tidak. Mental juga berarti ketika seseorang mencoba menerima apa yang
orang lain katakan, dan mencoba memahami keadaan dan tempat dimana mereka
berada. Mental sangat dibutuhkan setiap individu untuk mampu bertahan dimanpun
mereka berada, karena jika mental seorang individu tidak kuat maka dalam menjalani
hari-harinya selalu dikuasai kekhawatiran, dalam hal ini mental yang akan dibahas
dalam penelitian ini yaitu proses mental yang terjadi antara Suku Jawa dengan Suku
Bungku di Desa Wosu, dimana mental dari masing-masing individu itu pasti berbeda
tergantung bagaimana seseorang melihat dan menanggapi apa yang telah mereka
lihat.
b.
Interaksi Non Simbolik
1.
Percakapan
Percakapan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indinesia) adalah
pembicaraan atau perundingan, dan secara linguistik percakapan yaitu satuan
interaksi bahasa antara dua pembicara atau lebih. Percakapan dalam penelitian ini
yaitu percakapan antara Suku Jawa dengan Suku Bungku,dimana dari kedua suku
tersebut memiliki perbedaan dalam melakukan percakapan dengan orang lain. Dalam
melakukan percakapan maupun berkomunikasi Suku Jawa dikenal dengan
kesopanannya namun dalam hal ini bukan berarti Suku Bungku tidak mempunyai
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 11
sopan santun dalam berkomunikasi hanya saja cara pembawaan dalam berkomunikasi
yang membedakan kedua suku tersebut.
Berbeda dengan Suku Jawa, Suku Jawa ketika berkomunikasi lebih
mendahulukan orang yang lebih tua selain itu orang yang lebih muda berbicara ketika
akan menanyakan atau menyampaikan hal yang penting saja. Suku Jawa dikenal
sebagai Suku yang sopan karena dari kecil mereka sudah diajarkan untuk bagaimana
menghargai orang yang sedang berbicara sehingga ketika bertemu dengan mereka,
mereka akan bicara ketika ditegur lebih dulu. Suku Bungku tentu mengajarkan pula
untuk bagaimana menghargai orang yang sedang berbicara namun Suku Bungku
cenderung berbicara kapan saja.
2.
Isyarat
Isyarat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu segala sesuatu
(gerakan tangan, anggukan kepala, dan sebagainya) yang dipakai sebagai tanda atau
alamat. Berbicara mengenai isyarat tentunya berbicara tentang bagaimana seseorang
berkomunikasi menggunakan isyarat-isyarat tertentu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian, penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan diantaranya:
1.
Interaksi yang terjadi antara Suku Jawa dengan Suku Bungku di Desa Wosu
Kecamatan Bugku Barat
berjalan dengan sangat baik, dimana awalnya
kedua suku tersebut masih begitu asing. Namun seiring berjalannya waktu
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 12
kedua suku tersebut sering melakukan interaksi sehingga dengan interaksi
yang sering mereka lakukan membuat hubungan kedua suku tersebut
semakin baik. Hubungan yang baik tentunya diharapkan oleh semua individu
maupun kelompok guna mendapatkan kehidupan yang baik pula, karena
dengan interaksi manusia bisa saling membantu maupun bertukar pikiran
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
2.
Bentuk-bentuk interaksi simbolik membahas tentang bagaimana proses
mental dimana proses mental tersebut terjadi pada setiap orang yang
memasuki daerah baru yang terasa begitu asing sehingga mentalnya akan
berubah menjadi baik maupun kurang baik. Interaksi non simbolik
membahas tentang percakapan serta isyarat yang dilakukan .Suku Jawa
dengan Suku Bungku guna mendapatkan hubungan yang lebih baik melalui
interaksi. Baik secara langsung Maupun dengan isyarat-isyarat tertentu.
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa
Rekatama Media.
Ardisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Berlo, David K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory
and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Charron, Joel M. 1979. Symbolic Interactionism. United States of America. Prentice
Hall Inc.
Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Dillistone, F.W. 1990. The Power Of Symbols. Yogyakarta: Kanisius.
Gary Cronkhite. 1976. Art Communication, Edisi alih Bahasa. Yogyakarta: Liberty.
George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2004.Teori Sosilogi Modern, Jakarta: Prenada
Media,
Johnson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II, Jakarta:
Gramedia.
Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Rosdakarya
---------------------. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
---------------------. 2003.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
---------------------. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nogroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.
Jakarta: Media Elex Koputindo
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 14
Poloma, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Sentosa, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara
.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakatrta: LPFE UI
Turner H. Lynn & West Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika
Widjaja. H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta
i
Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku
Page 15
Download