INTERAKSI SIMBOLIK DALAM BERKOMUNIKASI ANTARA SUKU JAWA DENGAN SUKU BUNGKU *Hermita**M.Najib Husain***Sirajuddin Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIVERSITAS HALU OLEO, 085298224584 [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu dan untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu. Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kualitatif dan merupakan bahan informasi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan interaksi simbolik, khusunya pada Suku Jawa dan Suku Bungku. Secara Metodologis penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wosu Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali, untuk mencapai tujuan yang dimaksud, metode analisis yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dimana penulis memberikan gambaran tentang interaksi simbolik dalam berkomunikasi. Penelitian secara jelas dan sistematis. Kemudian berdasarkan data yang diperoleh baik dari pustaka maupun observasi, yaitu penelitian langsung di lapangan dengan melakukan wawancara langsung kepada informan yang dianggap mampu memberikan keterangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi yang dilakukan antara Suku Jawa dengan Suku Bungku di Desa Wosu berjalan dengan sangat baik, serta bentukbentuk interaksinya yang meliputi interaksi simbolik dan non simbolik masingmasing suku memberikan tanggapan yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama untuk mencapai suatu hubungan yang baik bagi ke dua suku dan berkembangnya Desa Wosu. Kata kunci: Interaksi Simbolik, Suku Jawa, Suku Bungku i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 1 ABSTRACT The objectives of this study was to determine the symbolic interaction between Javanese with Bungkunese in communicating in Wosu village and to find out how the forms of symbolic interaction between Javanese with Bungkunese in communicating in Wosu village. The significance of this study from theoretical research is expected to enrich the knowledge, especially in the field of qualitative and constitute material information that may be used in future research. Practically, this study is expected to explain the symbolic interaction, especially between Javanese and Bungkunese. Methodologically this study is expected to be a reference for subsequent research. This research was conducted in the Wosu village, Sub District of West Bungku, Morowali district, to reach the intended target, the method of analysis used is qualitative descriptive, where the authors provide an overview the symbolic interaction in communicating. Research clearly and systematically. Then based on data obtained either from the literature or observation, namely direct research in the field by conducting interviews to informants who are considered able to provide information relating to the matter being investigated. The results showed that the interaction between Javanese and Bungkunese in Wosu village went very well, and the forms of interaction that includes symbolic and non symbolic interaction responded differently by each tribe but have the same goal to achieve a good relationship for all two tribes and development of Wosu village. Keywords: Symbolic Interaction, Javanese, Bungkunese i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 2 PENDAHULUAN Berbicara mengenai interaksi tentunya membuat kita berfikir apa sebenarnya interaksi itu, interaksi yaitu hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi antar hubungan individu yang satu dan individu yang lain. Interaksi yang akan kita bahas dalam penelitian ini adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2003: 59). Paham interaksi simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. Paham interaksi simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual. Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksi simbolik, mengarahkan perhatian kita pada interaksi antar individu, dan bagaiman hal ini dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu. Sebagaimana yang akan kita bahas dalam penelitian ini. Suku Jawa memasuki Desa Wosu sejak tahun 2009 sampai sekarang. Secara umum keberadaan masyarakat Suku Jawa merupakan fakta sosial yang tidak bisa dihilangkan. Meskipun jumlah komunitas Suku Jawa di Desa Wosu sangat minim, namun keberadaan mereka sangat kontras dengan masyarakat Suku Bungku umumnya. i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 3 Keberadaan Suku Jawa di Desa Wosu menghuni wilayah transmigrasi. Kehidupan sosial mereka terkosentrasi pada hubungan dan interaksi sosial budaya di antara mereka sendiri, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan dunia di luar komunitas mereka. Sebagai masyarakat yang mendiami wilayah Transmigrasi, Suku Jawa menghabiskan waktunya dengan beraktivitas di sawah atau ladang, sehingga tak jarang mereka dijuluki suku pengembara alam karena kebiasaan mereka bercocok tanam di manapun mereka berada. Berbagai aktivitas bertani tersebut, secara umum merupakan jenis mata pencaharian utama masyarakat Suku Jawa di Desa Wosu tersebut. Seiring berjalannya waktu terjadi hubungan antara Suku Jawa dengan Suku Bungku melalui interaksi. Suku Jawa bukan satu-satunya Suku asing yang pertama kali memasuki Desa Wosu. Banyak Suku-Suku lain yang sudah lama mendiami Desa wosu seperti Suku Bugis, Suku Bali, bahkan Suku Toraja, namun dari ketiga Suku tersebut jarang melakukan interaksi dengan Suku Bungku yang memang Suku asli Desa Wosu, sehingga setelah Suku Jawa memasuki Desa Wosu dan mendiami daerah transmigrasi interaksi yang sering terjadi dan sering dilakukan Suku Bungku yaitu kepada Suku Jawa. Berdasarkan pemikiran dan uraian yang telah dijelaskan di atas, beberapa hal yang melandasi alasan penelitian ini dilakukan, secara khusus dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Suku Jawa merupakan kelompok suku yang ada dan tergolong minoritas di Desa Wosu yang dengan cepat melakukan interaksi sosial, (2) Suku Jawa memiliki budaya unik dan berbeda dengan masyarakat lainnya yang dikembangkan i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 4 sebagai kebiasaan hidup dalam beraktifitas di sawah atau ladang, (3) Interaksi sosial Suku Jawa selalu berorientasi dengan lingkungan pertanian atau perkebunan, (4) Dalam interaksi simbolik Suku Jawa, segala simbol, bahasa, seni dan interaksi sosial menyatu membentuk maknanya sebagai suku pengembara alam, (5) Di balik maknamakna tersebut tersimpan filosofi hidup dan keseimbangan hidup antara manusia dengan alam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu dan bagaimana bentuk-bentuk interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu, dengan tujuan untuk mengetahui interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu dan untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk interaksi simbolik antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dalam berkomunikasi di Desa Wosu. Hasil penelitian ini diharapkan agar interaksi yang dilakukan antara Suku Jawa dengan Suku Bungku di Desa Wosu berjalan dengan sangat baik, dengan menggunakan tiga konsep kritis Mind (Pikiran), Self (Diri), socieyi (Masyarakat). Teori Interaksionisme Simbolik Teori yang digunakan untuk mempelajari interaksi simbolik, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan interaksionisme simbolik (symbolic interactionism). Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 5 interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah interaksi sosial, kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interkasi. METODE PENELITIAN Subjek dan Informan Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Suku Bungku yang berjumlah 2910, sedangkan Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang, yang ditetapkan secara purposive sampling, yaitu 5 orang dari Suku Jawa dan 5 orang dari Suku Bungku, yang terdiridari 2 orang Ketua RT dari masing-masing suku, dan 4 masyarakat biasa dari Suku Bungku serta 4 masyarakat biasa dari SukuJawa. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan. Observasi ini dilakukan agar peneliti dapat menentukan informan yang akan diteliti. 2. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancara, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupans osial yang relatif lama. i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 6 3. Studi pustaka yaitu dengan cara menelaah berbagai buku-buku referensi, laporan-laporan, jurnal-jurnal, dan media lainnya yang erat kaitannya dengan permasalahan penelitian. 4. Dokumentasi yang merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa foto, gambar atau data-data lainnya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana penulis mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan gambaran atau data yang didapatkan ketika penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Interaksi simbolik yang dilakukan Suku Jawa dan Suku Bungku bukanlah hal yang asing lagi Suku Bungku menganggap bahwa Suku Jawa sudah meruPakan bagian dari mereka, seiring berjalannya waktu kedua Suku tersebut saling memahami dan menerima akan kebudayaan masing-masing sehingga interaksi yang terjadi berjalan dengan sangat baik. Dalam teori interaksionisme simbolis yang dikemukakan oleh Blumer terdapat tiga konsep yaitu Mind, Self, Society. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan berikut: i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 7 1. Pikiran (mind) Pikiran adalah kemampuan idividu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran melakukan sesuatu berarti memberi respon tertentu, dan apabila seseorang mempunyai respon tersebut dadalam dirinya, ia mempunyai apa yang kita sebut pikiran. Pikiran juga melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Melihat penjelasan tentang pikiran di atas, dapat kita ketahuai bahwa dalam kehidupan, manusia selalu berhadapan dengan namanya interaksi dan dalam berintraksi pastinya komunikasi terjadi antara dua individu maupun kelompok dimana dalam melakukan sebuah komunikasi tentunya memberikan respon yang berbeda-beda. Namun berbicara tentang respon, repon juga bisa muncul bukan hanya pada saat berkomunikasi saja respon juga bisa muncul ketika seseorang melihat maupun mendengar sesuatu yang belum pernah dilihat maupun didengarnya.Salah satunya dapat kita ketahuai ketika pertama kali Suku Jawa memasuki Desa Wosu pada tahun 2009 sebagai transmigran. Sejak pertama kali memasuki Desa Wosu tentunya desa tersebut terasa asing bagi Suku Jawa terlebih lagi pada saat mereka mulai bertemu dengan Suku Bungku yang memang masyarkat asli Desa Wosu. Hal pertama yang muncul dalam pikiran mereka tentunya berbeda-beda ada yang berpikir negatif dan ada juga yang berpikiran positif. i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 8 2. Diri (self) Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah dimana orang memberikan taggapan terhadap apa yang ia tujukan kepada orang lain dan dimana tanggapannya sendiri menjadi bagian dari tindakannya. Dalam kehidupan sosial, diri berperan sangat besar dimana diri bisa menjadi objek maupun subjek tergantung pada penempatannya. Berbicara tentang diri tentunya memberikan gambaran bagaimana kepribadian dari individu maupun kelompok-kelompok tertentu. Diri juga berperan dalam sebuah interaksi, baik interaksi yang dilakukan seseorang dengan diri sendiri maupun interaksi dengan orang lain, yang artinya seseorang bisa memberikan tanggapan dan bisa merespon tanggapannya sendiri itulah yang disebut interaksi yang dilakukan seseorang dengan diri sendiri, dimana ketika ia bertanya tentang hal apapun, suka dan tidaknya dirinya sendiri yang bisa menjawab. Kesadaran akan diri antara Suku Jawa dan Suku Bungku di Desa Wosu memberikan perubahan yang besar terhadap desa tersebut, dimana dari hasil percakapan yang mereka lakukan terdapat kesepakatan untuk saling menerima satu sama lain. Baik dari segi cara berkomunikasinya maupun cara berperilaku, dengan demikian hal tersebut membuat kedua suku ini saling terbuka dan interaksi yang mereka lakaukan berjalan dengan sangat baik, apa lagi Suku Jawa memang dikenal dengan suku yang sangat ramah dan mudah bergaul mereka juga tidak mudah tersinggung sehingga walaupun melihat dan mendengar cara masyarakat Suku Bungku berkomunikasi i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 9 dengan cara yang berbeda dengan mereka tidak membuat mereka bertindak semaunya dan tidak ingin saling berhubungan. 3. Masyarakat (society) Masyarakat berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat juga merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama seperti sekolah, keluarga, perkumpulan, dan negara. Kehidupan bermasyarakat kita seringkali dihadapakan dengan interaksi. Hal tersebut dapat dilihat antara Suku Jawa dengan Suku Bungku dimana kedua Suku tersebut saling berinteraksi untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Suku Jawa berada di Desa Wosu sudah sekitar tujuh tahun, dengan jangka waktu yang sudah cukup lama membuat suku tersebut semakin akrab dengan masyarakat Suku Bungku a. Interaksi simbolik 1. Proses mental Proses mental adalah suatu proses dimana suatu informasi atau stimuli diterima oleh indera, diolah oleh pikiran dan menghasilkan output ataupun respons. Beberapa faktor oleh proses mental adalah informasi, indera, pengantar informasi dan otak yang berfungsi memilah dan memproses informasi menjadi suatu hasil baik berupa keputusan ataupun respons. i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 10 Mental juga adalah proses dimana seorang individu maupun kelompokkelompok tertentu memasuki suatu daerah yang asing dan mencoba beradaptasi dengna lingkungannya yang baru, baik lingkungan tersebut membuat mereka nyaman maupun tidak. Mental juga berarti ketika seseorang mencoba menerima apa yang orang lain katakan, dan mencoba memahami keadaan dan tempat dimana mereka berada. Mental sangat dibutuhkan setiap individu untuk mampu bertahan dimanpun mereka berada, karena jika mental seorang individu tidak kuat maka dalam menjalani hari-harinya selalu dikuasai kekhawatiran, dalam hal ini mental yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu proses mental yang terjadi antara Suku Jawa dengan Suku Bungku di Desa Wosu, dimana mental dari masing-masing individu itu pasti berbeda tergantung bagaimana seseorang melihat dan menanggapi apa yang telah mereka lihat. b. Interaksi Non Simbolik 1. Percakapan Percakapan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indinesia) adalah pembicaraan atau perundingan, dan secara linguistik percakapan yaitu satuan interaksi bahasa antara dua pembicara atau lebih. Percakapan dalam penelitian ini yaitu percakapan antara Suku Jawa dengan Suku Bungku,dimana dari kedua suku tersebut memiliki perbedaan dalam melakukan percakapan dengan orang lain. Dalam melakukan percakapan maupun berkomunikasi Suku Jawa dikenal dengan kesopanannya namun dalam hal ini bukan berarti Suku Bungku tidak mempunyai i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 11 sopan santun dalam berkomunikasi hanya saja cara pembawaan dalam berkomunikasi yang membedakan kedua suku tersebut. Berbeda dengan Suku Jawa, Suku Jawa ketika berkomunikasi lebih mendahulukan orang yang lebih tua selain itu orang yang lebih muda berbicara ketika akan menanyakan atau menyampaikan hal yang penting saja. Suku Jawa dikenal sebagai Suku yang sopan karena dari kecil mereka sudah diajarkan untuk bagaimana menghargai orang yang sedang berbicara sehingga ketika bertemu dengan mereka, mereka akan bicara ketika ditegur lebih dulu. Suku Bungku tentu mengajarkan pula untuk bagaimana menghargai orang yang sedang berbicara namun Suku Bungku cenderung berbicara kapan saja. 2. Isyarat Isyarat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu segala sesuatu (gerakan tangan, anggukan kepala, dan sebagainya) yang dipakai sebagai tanda atau alamat. Berbicara mengenai isyarat tentunya berbicara tentang bagaimana seseorang berkomunikasi menggunakan isyarat-isyarat tertentu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian hasil penelitian, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan diantaranya: 1. Interaksi yang terjadi antara Suku Jawa dengan Suku Bungku di Desa Wosu Kecamatan Bugku Barat berjalan dengan sangat baik, dimana awalnya kedua suku tersebut masih begitu asing. Namun seiring berjalannya waktu i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 12 kedua suku tersebut sering melakukan interaksi sehingga dengan interaksi yang sering mereka lakukan membuat hubungan kedua suku tersebut semakin baik. Hubungan yang baik tentunya diharapkan oleh semua individu maupun kelompok guna mendapatkan kehidupan yang baik pula, karena dengan interaksi manusia bisa saling membantu maupun bertukar pikiran dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 2. Bentuk-bentuk interaksi simbolik membahas tentang bagaimana proses mental dimana proses mental tersebut terjadi pada setiap orang yang memasuki daerah baru yang terasa begitu asing sehingga mentalnya akan berubah menjadi baik maupun kurang baik. Interaksi non simbolik membahas tentang percakapan serta isyarat yang dilakukan .Suku Jawa dengan Suku Bungku guna mendapatkan hubungan yang lebih baik melalui interaksi. Baik secara langsung Maupun dengan isyarat-isyarat tertentu. i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 13 DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa Rekatama Media. Ardisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Berlo, David K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston. Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Charron, Joel M. 1979. Symbolic Interactionism. United States of America. Prentice Hall Inc. Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Dillistone, F.W. 1990. The Power Of Symbols. Yogyakarta: Kanisius. Gary Cronkhite. 1976. Art Communication, Edisi alih Bahasa. Yogyakarta: Liberty. George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2004.Teori Sosilogi Modern, Jakarta: Prenada Media, Johnson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II, Jakarta: Gramedia. Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Rosdakarya ---------------------. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. ---------------------. 2003.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. ---------------------. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nogroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Media Elex Koputindo i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 14 Poloma, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sentosa, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara . Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakatrta: LPFE UI Turner H. Lynn & West Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika Widjaja. H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta i Interaksi Simbolik Suku Jawa dan Suku Bungku Page 15