IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman dan skill praja mengenai Identifikasi Potensi Ekonomi Desa dan Peluang Usaha di Desa. Metode : Praktek (mempraktekkan, diskusi, dan tugas terstruktur) 7.1. POTENSI EKONOMI DESA Ekonomi merupakan salah satu sektor yang terpenting dalam hidup dan kehidupan masyarakat desa. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi merupakan salah satu sektor pembangunan yang memiliki peran penting dalam upaya mendorong kemajuan bangsa dan negara. Ekonomi merupakan salah satu sektor pembangunan yang terpenting dalam upaya mendorong kemajuan bangsa dan negara guna mencapai masyarakat yang sejahtera. 73 Pembangunan ekonomi pedesaan adalah kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan di pedesaan untuk mendorong dan mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang mengarah pada upaya peningkatan pendapatan perkapita penduduk desa secara terus-menerus dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Berarti adanya upaya nyata mengembangkan potensi ekonomi untuk menaikkan pendapatan nyata desa dengan menggunakan investasi. Dimana investasi akan melahirkan berbagai perubahan dan memperbesar sumber-sumber produktif yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat desa. Pembangunan ekonomi pedesaan berarti bahwa adanya upaya mengembangkan potensi pendapatan nyata pedesaan dengan menggunakan investasi. Investasi akan melahirkan berbagai perubahan dan memperbesar sumber-sumber produktif yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat. Kehidupan dan kegiatan ekonomi di pedesaan ditandai dengan adanya dominasi usaha yang berskala kecil dan beberapa usaha menengah. Secara umum, usaha ekonomi pedesaan dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) sektor usaha, yaitu (1) sektor pertanian (sektor primer), (2) sektor industri (sektor sekunder), dan (3) sektor jasa (sektor tersier). Unit-unit usaha (terutama usaha skala kecil) di berbagai sektor yang terdapat di pedesaan selama ini relatif sulit berkembang, dikarenakan berbagai permasalahan internal dan eksternal yang selalu menyelubunginya. Diantara permasalahan-permasalahan tersebut adalah rendahnya ketersediaan modal, 74 rendahnya pengetahuan dan keterampilan, teknologi yang masih terbelakang, kemampuan manajemen yang sangat terbatas, keterbatasan akses terhadap pasar dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi dan usaha pengembangan ekonomi pedesaan harus diarahkan pada peningkatan kemampuan usaha ekonomi skala kecil dan menengah tersebut. Kehidupan dan kegiatan ekonomi di desa secara umum masih didominasi oleh usaha yang berskala kecil dan menengah. Sektor usaha yang berkembang di wilayah desa, secara umum : (1) Sektor pertanian dalam arti luas. (2) Sektor industri, yang menonjol adalah industri rumah tangga dan industri berskala menengah. (3) Sektor jasa, seperti perdagangan, pertukangan dan sebagainya. Pada sektor pertanian, usaha ekonomi yang menonjol di wilayah desa adalah pertanian rakyat, peternakan rakyat, dan perikanan rakyat. Sektor industri, usaha ekonomi yang menonjol di wilayah desa adalah industri kecil yang tergolong industri rumah tangga (home industry) seperti kerajinan rakyat, industri makanan dan sebagainya.Sektor jasa, usaha ekonomi yang menonjol di wilayah desa adalah usaha perdagangan, pengangkutan, pertukangan dan berbagai usaha yang berskala kecil sampai berskala menengah. Sektor Pertanian Bagi Indonesia yang merupakan negara agraris, sektor pertanian merupakan bagian terpenting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan untuk 75 mendatangkan devisa bagi negara melalui kegiatan ekspor hasil pertanian atau ekspor hasil industri pengolahan produk pertanian. Aktivitas pertanian subsektor tanaman pangan, peternakan, dan perikanan merupakan sumber pangan nasional yang sangat penting. Selain itu, sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar menyerap tenaga kerja di wilayah desa maupun dalam skala nasional. Bersamaan dengan terjadinya revolusi hijau, berbagai kemajuan telah terjadi, termasuk adanya inovasi dan adopsi teknologi baru di bidang pertanian. Mubyarto dkk. (1988) mengemukakan bahwa pengenalan dan adopsi teknologi telah menimbulkan revolusi dalam berbagai bidang, tidak saja menyangkut produksi, tetapi juga pengolahan dan pemasaran. Di bidang produksi, berkembangnya adopsi berbagai jenis bibit unggul tanaman. Di bidang pengolahan muncul teknologi baru berupa huller, rice milling, mesin pengolah minyak sawit, pengolahan ikan dan sebagainya. Hal tersebut diikuti pula dengan meluasnya pemasaran hasil pertanian, termasuk berkembangnya bisnis kuliner yang berbahan baku produk pertanian. Sektor Industri Pedesaan Proses industrialisasai melalui pengembangan berbagai industri merupakan salah satu upaya pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan guna mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Sebagaimana kita ketahui bahwa industri merupakan salah satu sektor yang menyediakan lapangan kerja bagi penduduk. Industri merupakan sektor yang memberikan andil cukup besar dalam mendatangkan devisa bagi negara melalui 76 aktivitas ekspor produk industri. Industri pedesaan merupakan salah satu bagian penting dalam upaya pengembangan industri nasional. Jika diamati di wilayah pedesaan, keberadaan industri (umumnya industri kecil) sangat dibutuhkan bagi pengembangan potensi lokal, pemupukan jiwa kewirausahaan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan sekaligus memberdayakan perekonomian di pedesaan. Kehadiran industri pedesaan juga dapat membawa implikasi strategis dalam mengurangi atau menekan terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota. Soedjito (1987) menggolongkan industri pedesaan ke dalam dua kategori, yaitu : (1) Industri “Labour Intensive”. Industri yang menekankan modal utamanya pada : a. Tenaga kerja, dan b. Bahan mentah, yang mudah didapat di wilayah pedesaan. Bukan berarti bahwa modal uang tidak diperlukan, modal uang memang turut menentukan, akan tetapi dibandingkan dengan kedua modal di atas, modal uang sangat terbatas jumlahnya. Contoh : Industri Batu Bata, Industri Genteng dan sebagainya. (2) Industri “Capital Intensive”. Industri yang menekankan bahwa modal dalam bentuk uang dan/atau teknologi lebih dominan. Bahan baku berasal dari daerah lain atau diimpor dari daerah lain bahkan luar negeri. Contoh : Industri pakaian jadi, Industri Besi dan lain-lain. Kedua bentuk industri tersebut (labour intensive dan capital intensive) memberikan dampak yang positif bagi perkembangan wilayah pedesaan. Bentuk industri yang lebih dominan di wilayah pedesaan adalah industri labour intensive. 77 Sektor Jasa di Pedesaan Industri jasa di pedesaan baru dapat dikuasai oleh sebagian kecil penduduk. Industri jasa yang telah dijalankan-pun masih sangat terbatas pada bidang yang tertentu saja, diantaranya usaha perdagangan, usaha pertukangan dan pengangkutan. Masih terbatasnya jumlah dan jenis usaha bidang jasa yang berkembang di wilayah desa mungkin berkaitan dengan masih terbatasnya permintaan atau kebutuhan layanan jasa bagi penduduk di wilayah desa. Usaha perdagangan didominasi oleh perdagangan hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan sehari-hari penduduk. Usaha pengangkutan, dimana jenis dan jumlah alat transportasi yang digunakan juga masih terbatas. Karena terbatasnya jumlah orang dan barang yang membutuhkan pengangkutan menggunakan sarana transportasi berupa kendaraan bermotor. Mobilitas penduduk keluar masuk wilayah desa masih terbatas. Di masa pendatang, dengan semakin meningkat daan kompleksnya kebutuhan masyarakat seiring dengan kemajuan pembangunan, maka kebutuhan akan berbagai layanan jasa tentu akan semakin meningkat. 7.2. PELUANG KERJA DAN USAHA DI WILAYAH DESA Peluang Kerja di Wilayah Desa Indonesia merupakan Negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan dan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari besarnya potensi usaha di wilayah desa yang bertumpu pada bidang 78 pertanian dalam arti luas, banyaknya jumlah penduduk atau tenaga kerja yang menekuni usaha bidang pertanian sebagai mata pencahariannya, serta masih besarnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di wilayah desa masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah desa masih sangat terbatas ragam, dan cenderung pada bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas usaha dan mata pencaharian utama masyarakat di wilayah desa adalah usaha pengelolaan/ pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor non-pertanian belum mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang dengan baik. Disadari atau tidak sebagian besar desa di Indonesia terdapat kelebihan tenaga kerja. Namun kelebihan tenaga kerja ini sering kali tidak tampak secara nyata. Karena mereka tetap bekerja seadanya meskipun dari segi produktivitas adalah rendah. Artinya, terdapat pengangguran tenaga kerja tidak kentara (disguised unemployment). Ada kalanya, kelebihan tenaga kerja tidak terjadi sepanjang tahun. Karena pekerjaan sektor pertanian seringkali bersifat musiman atau sifat pekerjaannya berkategori hanya cocok untuk pria atau wanita saja. Pekerjaan yang bersifat musiman, misalnya pertanian bercocok tanam padi. Pada saat pengolahan tanah semua tenaga kerja (pria dan wanita) turun ke lahan sawah untuk mengolah tanah (pra tanam). Pada periode pengolahan tanah seringkali terjadi kesulitan mencari tenaga kerja (kekurangan tenaga kerja). Pada waktu antara setelah tanam sampai menjelang panen, terjadi kelebihan tenaga 79 kerja. Dimana pada periode ini sebagian besar jumlah tenaga kerja yang ada tidak memiliki pekerjaan tetap yang dapat memberikan penghasilan yang memadai. Artinya, pada periode antara setelah tanam dan menjelang panen sejumlah tenaga kerja di wilayah desa cenderung untuk bekerja seadanya atau keluar dari desanya mencari pekerjaan ke daerah lain terutama ke perkotaan. Peluang Usaha di Wilayah Desa Dari aspek ekonomi, terdapat adanya indikasi bahwa di wilayah desa masih kekurangan lembaga yang dapat berperan untuk menampung tenaga kerja yang tersedia cukup banyak. Untuk menyerap tenaga kerja dibutuhkan keberadaan lembaga ekonomi yang dapat mendorong kemajuan aktivitas perekonomian di wilayah desa. Keberadaan lembaga tersebut berkaitan erat dengan ketersediaan modal dan manajemen. Penghasilan keluarga penduduk di wilayah pedesaan, seringkali tidak mencukupi untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Sehingga penghasilan keluarga yang dapat disisihkan untuk menabung (sebagai modal atau investasi) sangat kecil atau tidak ada, bahkan besar kemungkinan terjadi defisit. Artinya, penghasilan keluarga berkorelasi erat dengan pembentukan modal di wilayah pedesaan. Pembentukan modal mengandung arti bahwa masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktivitas produktifnya saat ini untuk kebutuhan dan keinginan konsumtif, akan tetapi hanya menggunakan sebagian saja, sebagian lainnya dipergunakan untuk pembentukan modal. Yang dimaksud modal di sini adalah segala bentuk modal nyata yang dapat memcepat meningkatkan manfaat 80 dan upaya yang produktif. Intinya adalah pengalihan sebagian sumber daya yang ada pada masyarakat saat ini ke tujuan untuk meningkatkan persediaan barang (atau alat) modal sedemikan rupa sehingga memungkinkan perluasan dan peningkatan output yang berguna di masa mendatang. Lemahnya kemampuan pembentukan modal oleh penduduk di wilayah desa, menyebabkan penduduk desa lemah dalam penguasaan modal (dalam artian, penduduk desa mengalami kekurangan modal dalam menjalankan usahanya). Hal ini menyebabkan potensi-potensi usaha yang terdapat di wilayah desa tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga tidak heran, banyak diantara penduduk desa yang terlibat sistem ijon yang dilancarkan oknum tengkulak. Dari aspek potensi sumber daya yang ada di wilayah pedesaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sebenarnya terbuka peluang usaha yang cukup menjanjikan di wilayah pedesaan. Peluang usaha yang sangat prospektif adalah usaha di bidang agribisnis. Arsyad dkk. dalam Soekartawi (1991) menyatakan bahwa kegiatan agribisnis pada hakekatnya mencakup keseluruhan mata rantai produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta kegiatan yang ada hubungan dengan pertanian mulai dari kegiatan menghasilkan dan menyediakan sarana dan prasarana (atau input) bagi kegiatan pertanian sampai kegiatan usaha menggunakan hasil (atau output) pertanian sebagai input bagi agroindustri, perdagangan dan lain-lain. Pertanian dalam arti luas adalah mencakup bercocok tanam tanaman, peternakan, perikanan dan kehutanan. Selain peluang usaha di sektor agribisnis, di wilayah pedesaan juga terbuka peluang usaha non-pertanian, yakni sektor industri dan jasa. Berbagai peluang 81 usaha di sektor industri adalah industri yang bahan bakunya cukup tersedia di wilayah pedesaan, seperti industri genteng, industri batu bata atau bata merah, industri pengolah hasil pertanian, pertambangan dan lain-lain. industri kerajinan, Berbagai peluang industri garmen, usaha sektor jasa,yang berpeluang dikembangkan di wilayah pedesaan, diantaranya transportasi, perdagangan, pariwisata, dan sebagainya. Seiring dengan masih tingginya potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya fisik dan sosial budaya di wilayah pedesaan, memberi peluang bagi pengembangan usaha di wilayah pedesaan. Guna memanfaatkan peluang usaha yang ada di wilayah pedesaan, maka perlu upaya mendorong dan meningkatkan kualitas serta memajukan spirit dan kemampuan kewirausahaan bagi penduduk desa. 82 7.3. DAFTAR ISIAN POTENSI EKONOMI DI WILAYAH DESA 1. PRODUK DOMESTIK DESA BRUTO 1. Pertanian a. Tanaman Padi Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain b. Tanaman Jagung Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain c. Tanaman Kedelai Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain d. Tanaman Kentang Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain e. Tanaman Cabai Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain f. Tanaman …………….. Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan 83 Biaya Obat-obatan Dan lain-lain g. Tanaman ……………… Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain h. Tanaman ……………….. Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain 2. Perkebunan a. Karet Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain b. Kelapa Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain c. Kelapa Sawit Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain d. Vanili Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain 84 e. Cengkeh Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain f. Teh Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain g. Kopi Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain h. …………………. Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain i. …………………. Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pemupukan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain 3. Peternakan a. Ternak Sapi Jumlah : ……………. ekor Hasil per ekor : Rp. …………… Biaya per ekor : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain 85 b. Ternak Kerbau Jumlah : ……………. ekor Hasil per ekor : Rp. …………… Biaya per ekor : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain c. Ternak Domba Jumlah : ……………. ekor Hasil per ekor : Rp. …………… Biaya per ekor : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain d. Ternak Ayam Jumlah : ……………. ekor Hasil per ekor : Rp. …………… Biaya per ekor : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain e. Ternak Bebek Jumlah : ……………. ekor Hasil per ekor : Rp. …………… Biaya per ekor : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain f. Ternak …………………… Jumlah : ……………. ekor Hasil per ekor : Rp. …………… Biaya per ekor : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain g. Ternak …………………… Jumlah : ……………. ekor Hasil per ekor : Rp. …………… Biaya per ekor : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain 4. Perikanan a. Tambak Udang Luas : ……………. Ha 86 Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain b. Kolam Ikan Luas : ……………. Ha Hasil per Ha : Rp. …………… Biaya per Ha : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain c. Keramba Ikan Jumlah Keramba : ……………. Unit Hasil per Unit : Rp. …………… Biaya per Unit : Rp. …………… Terdiri dari : Biaya Bibit Biaya Pakan Biaya Obat-obatan Dan lain-lain d. Perikanan Tangkapan Jumlah Perahu/Kapal : ……………. Unit Hasil per Unit : Rp. …………… Biaya per unit : Rp. …………… Terdiri dari : Bahan Bakar Biaya Alat Biaya Operasional Dan lain-lain e. Usaha Perikanan lainnya Luas : Hasil per Ha : Biaya per Ha : Terdiri dari : ………………… ………………… ………………… atau Jumlah : Hasil per Unit : Biaya per unit : Terdiri dari : ………………… ………………… ………………… ……………. Ha Rp. …………… Rp. …………… ……………. Unit Rp. …………… Rp. …………… 5. Industri a. Industri Pangan Jumlah Total Nilai Produksi Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan Total Nilai Bahan Pendukung yang 87 : ……………. Unit : Rp. …………… : Rp. …………… : Rp. …………… : ………….. Orang Digunakan Total Tenaga yang Diserap b. Industri Pakaian Jumlah Total Nilai Produksi Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan Total Nilai Bahan Pendukung yang Digunakan Total Tenaga yang Diserap c. Industri Meubel Jumlah Total Nilai Produksi Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan Total Nilai Bahan Pendukung yang Digunakan Total Tenaga yang Diserap d. Industri ………………………….. Jumlah Total Nilai Produksi Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan Total Nilai Bahan Pendukung yang Digunakan Total Tenaga yang Diserap e. Industri …………………………... Jumlah Total Nilai Produksi Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan Total Nilai Bahan Pendukung yang Digunakan Total Tenaga yang Diserap : ……………. Unit : Rp. …………… : Rp. …………… : Rp. …………… : ………….. Orang : ……………. Unit : Rp. …………… : Rp. …………… : Rp. …………… : ………….. Orang : ……………. Unit : Rp. …………… : Rp. …………… : Rp. …………… : ………….. Orang : ……………. Unit : Rp. …………… : Rp. …………… : Rp. …………… : ………….. Orang 6. Industri Jasa a. Jasa Transportasi Jumlah Total Daya Angkut : Orang Barang Total Nilai Per Perjalanan Total Hasil Total Tenaga yang Diserap b. Jasa Perdagangan Jumlah Total Nilai Perdagangan : Hasil Bumi Hasil Industri Total Nilai Omzet per Tahun Total Tenaga yang Diserap c. Jasa Konstruksi 88 : : : : : : ……………. Unit . …………… Orang …………….. Ton Rp. …………… Rp. …………… ………….. Orang : : : : : ……………. Unit Rp. …………… Rp. …………… Rp. …………… ………….. Orang Jumlah Total Nilai Kontrak Total Nilai Omzet per Tahun Total Tenaga yang Diserap : : : : ……………. Unit Rp. …………… Rp. …………… ………….. Orang d. Industri Jasa Lainnya (Katering, Persewaan, Rumah Kontrakan dan lain-lain) Jumlah : ……………. Unit Total Nilai Omzet per Tahun : Rp. …………… Total Tenaga yang Diserap : ………….. Orang 2. PENDAPATAN PER KAPITA 1. Pertanian Jumlah Rumah Tangga Petani Jumlah Total Anggota Rumah Tangga Petani Jumlah Rumah Tangga Buruh Tani Jum lah Total Anggota Rumah Tangga Buruh Tani 2. Industri Jumlah Rumah Tangga Industri Jumlah Total Anggota Rumah Tangga Industri Jumlah Rumah Tangga Buruh Jum lah Total Anggota Rumah Tangga Buruh 3. Industri Jasa Jumlah Rumah Tangga Industri Jasa Jumlah Total Anggota Rumah Tangga Industri Jasa Jumlah Rumah Tangga Buruh Jum lah Total Anggota Rumah Tangga Buruh : ……… Rumah Tangga : ……… Orang : ……… Rumah Tangga : ……… Orang : ……… Rumah Tangga : ……… Orang : ……… Rumah Tangga : ……… Orang : ……… Rumah Tangga : ……… Orang : ……… Rumah Tangga : ……… Orang 3. PENGUASAAN ASET EKONOMI OLEH MASYARAKAT 1. Aset Tanah Tidak Memiliki Tanah Memiliki Tanah Kurang dari 0,1 Ha Memiliki Tanah antara 0,1 – 0,2 Ha Memiliki Tanah antara 0,2 – 0,3 Ha Memiliki Tanah antara 0,2 – 0,3 Ha Memiliki Tanah antara 0,3 – 0,4 Ha Memiliki Tanah antara 0,4 – 0,5 Ha Memiliki Tanah antara 0,5 – 0,6 Ha Memiliki Tanah antara 0,6 – 0,7 Ha Memiliki Tanah antara 0,7 – 0,8 Ha Memiliki Tanah antara 0,8 – 0,9 Ha Memiliki Tanah antara 0,9 – 1,0 Ha Memiliki Tanah Lebih dari 1,0 Ha : : : : : : : : : : : : : ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang 2. Aset Sarana Transportasi : ………. Orang Memiliki Ojek 89 : : : : : : : : : Memiliki Becak Memiliki Andong/Dokar Memiliki Kapal Motor Memiliki Bus Memiliki Mini Bus Memiliki Sepeda Memiliki Sepeda Motor Memiliki Mobil Memiliki Perahu/Sampan ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang 3. Aset Industri dan Mesin Pertanian : : : : : Memiliki Penggilingan Padi Memiliki Traktor Memiliki Pabrik Pengolah Hasil Pertanian Memiliki Kapal Penangkap Ikan Memiliki Mesin Bubut Dan lain-lain ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang 4. Rumah Menurut Dinding Rumah Berdinding Tembok Rumah Berdinding Kayu Rumah Berdinding Bambu Rumah Semi Permanen : : : : ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga : : : : ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga : : : : : : ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga ………. Keluarga 5. Rumah Menurut Lantai Rumah Berlantai Keramik Rumah Berlantai Semen Rumah Berlantai Kayu Rumah Berlantai Tanah 6. Kepemilikan Barang Berharga Jumlah Total Keluarga Jumlah Keluarga Memiliki TV Jumlah Keluarga Memiliki Sepeda Motor Jumlah Keluarga Memiliki Mobil Jumlah Keluarga Memiliki Ternak Besar Jumlah Keluarga Memiliki Ternak Kecil Jumlah Keluarga Memiliki Barang Berharga Lainnya : ………. Keluarga 7. Mata Pencaharian Buruh Tani Petani Pedagang/Wiraswasta/Pengusaha Pengrajin Pegawai Negeri Penjahit Montir 90 : : : : : : : ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang : : : : : : : Sopir Pramuwisma Karyawan Swasta Kontraktor Tukang Kayu Tukang Batu Guru Swasta Dan lain-lain ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang ………. Orang 4. ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN Jumlah Angkatan Kerja (15 - 60 tahun) Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun yang Masih Sekolah Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun yang Menjadi Ibu Rumah Tangga Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun yang Bekerja Penuh Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun yang Bekerja Tidak Tentu Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun yang Tidak Bekerja 91 : ………. Orang : ………. Orang : ………. Orang : ………. Orang : ………. Orang : ………. Orang 7.4. LATIHAN 1. Peserta pelatihan secara berkelompok mempraktekkan Identifikasi Potensi Ekonomi di Wilayah Pedesaan. 2. Peserta pelatihan secara Individu membuat paper tentang Identifikasi Potensi Ekonomi di Wilayah Pedesaan serta Peluang Usaha dan Kerja di Wilayah Pedesaan. 92