Peluang Usaha di Wilayah Desa

advertisement
IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI
DI PEDESAAN
7
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan
: ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA
Waktu
: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100
menit).
Tujuan
: Membangun pemahaman dan skill praja mengenai
Identifikasi Potensi Ekonomi Desa dan Peluang
Usaha di Desa.
Metode
: Praktek (mempraktekkan, diskusi, dan tugas
terstruktur)
7.1. POTENSI EKONOMI DESA
Ekonomi
merupakan salah satu sektor yang terpenting dalam hidup dan
kehidupan masyarakat desa. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi merupakan
salah satu sektor pembangunan yang memiliki peran penting dalam upaya
mendorong kemajuan bangsa dan negara. Ekonomi merupakan salah satu sektor
pembangunan yang terpenting dalam upaya mendorong kemajuan bangsa dan
negara guna mencapai masyarakat yang sejahtera.
73
Pembangunan ekonomi pedesaan adalah kegiatan-kegiatan pembangunan
yang dilakukan di pedesaan untuk mendorong dan mengembangkan kegiatan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses yang mengarah pada upaya peningkatan
pendapatan perkapita penduduk desa secara terus-menerus dalam jangka pendek,
jangka
menengah
dan
jangka
panjang.
Berarti
adanya
upaya
nyata
mengembangkan potensi ekonomi untuk menaikkan pendapatan nyata desa
dengan menggunakan investasi. Dimana investasi akan melahirkan berbagai
perubahan dan memperbesar sumber-sumber produktif yang pada gilirannya
meningkatkan pendapatan nyata masyarakat desa.
Pembangunan
ekonomi
pedesaan
berarti
bahwa
adanya
upaya
mengembangkan potensi pendapatan nyata pedesaan dengan menggunakan
investasi. Investasi akan melahirkan berbagai perubahan dan memperbesar
sumber-sumber produktif yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan nyata
masyarakat.
Kehidupan dan kegiatan ekonomi di pedesaan ditandai dengan adanya
dominasi usaha yang berskala kecil dan beberapa usaha menengah. Secara umum,
usaha ekonomi pedesaan dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) sektor usaha, yaitu
(1) sektor pertanian (sektor primer), (2) sektor industri (sektor sekunder), dan (3)
sektor jasa (sektor tersier).
Unit-unit usaha (terutama usaha skala kecil) di berbagai sektor yang
terdapat di pedesaan selama ini relatif sulit berkembang, dikarenakan berbagai
permasalahan internal dan eksternal yang selalu menyelubunginya. Diantara
permasalahan-permasalahan tersebut adalah rendahnya ketersediaan modal,
74
rendahnya pengetahuan dan keterampilan, teknologi yang masih terbelakang,
kemampuan manajemen yang sangat terbatas, keterbatasan akses terhadap pasar
dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi dan usaha
pengembangan ekonomi pedesaan harus diarahkan pada peningkatan kemampuan
usaha ekonomi skala kecil dan menengah tersebut.
Kehidupan dan kegiatan ekonomi di desa secara umum masih didominasi
oleh usaha yang berskala kecil dan menengah. Sektor usaha yang berkembang di
wilayah desa, secara umum :
(1) Sektor pertanian dalam arti luas.
(2) Sektor industri, yang menonjol adalah industri rumah tangga dan industri
berskala menengah.
(3) Sektor jasa, seperti perdagangan, pertukangan dan sebagainya.
Pada sektor pertanian, usaha ekonomi yang menonjol di wilayah desa
adalah pertanian rakyat, peternakan rakyat, dan perikanan rakyat. Sektor industri,
usaha ekonomi yang menonjol di wilayah desa adalah industri kecil yang tergolong
industri rumah tangga (home industry) seperti kerajinan rakyat, industri makanan
dan sebagainya.Sektor jasa, usaha ekonomi yang menonjol di wilayah desa adalah
usaha perdagangan, pengangkutan, pertukangan dan berbagai usaha yang
berskala kecil sampai berskala menengah.
 Sektor Pertanian
Bagi Indonesia yang merupakan negara agraris, sektor pertanian merupakan
bagian terpenting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sampai saat ini sektor
pertanian masih merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan untuk
75
mendatangkan devisa bagi negara melalui kegiatan ekspor hasil pertanian atau
ekspor hasil industri pengolahan produk pertanian. Aktivitas pertanian subsektor
tanaman pangan, peternakan, dan perikanan merupakan sumber pangan nasional
yang sangat penting. Selain itu, sektor pertanian merupakan sektor yang paling
besar menyerap tenaga kerja di wilayah desa maupun dalam skala nasional.
Bersamaan dengan terjadinya revolusi hijau, berbagai kemajuan telah
terjadi, termasuk adanya inovasi dan adopsi teknologi baru di bidang pertanian.
Mubyarto dkk. (1988) mengemukakan bahwa pengenalan dan adopsi teknologi
telah menimbulkan revolusi dalam berbagai bidang, tidak saja menyangkut
produksi, tetapi juga pengolahan dan pemasaran.
Di bidang produksi, berkembangnya adopsi berbagai jenis bibit unggul
tanaman. Di bidang pengolahan muncul teknologi baru berupa huller, rice milling,
mesin pengolah minyak sawit, pengolahan ikan dan sebagainya. Hal tersebut diikuti
pula dengan meluasnya pemasaran hasil pertanian, termasuk berkembangnya
bisnis kuliner yang berbahan baku produk pertanian.
 Sektor Industri Pedesaan
Proses industrialisasai melalui pengembangan berbagai industri merupakan
salah
satu
upaya
pembangunan
ekonomi
yang
bertujuan
meningkatkan
pertumbuhan dan pendapatan guna mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
Sebagaimana kita ketahui bahwa industri merupakan salah satu sektor yang
menyediakan lapangan kerja bagi penduduk. Industri merupakan sektor yang
memberikan andil cukup besar dalam mendatangkan devisa bagi negara melalui
76
aktivitas ekspor produk industri. Industri pedesaan merupakan salah satu bagian
penting dalam upaya pengembangan industri nasional.
Jika diamati di wilayah pedesaan, keberadaan industri (umumnya industri
kecil) sangat dibutuhkan bagi pengembangan potensi lokal, pemupukan jiwa
kewirausahaan
masyarakat,
menciptakan
lapangan
kerja,
dan
sekaligus
memberdayakan perekonomian di pedesaan. Kehadiran industri pedesaan juga
dapat membawa implikasi strategis dalam mengurangi atau menekan terjadinya
migrasi penduduk dari desa ke kota.
Soedjito (1987) menggolongkan industri pedesaan ke dalam dua kategori,
yaitu :
(1) Industri “Labour Intensive”. Industri yang menekankan modal utamanya pada :
a. Tenaga kerja, dan
b. Bahan mentah, yang mudah didapat di wilayah pedesaan.
Bukan berarti bahwa modal uang tidak diperlukan, modal uang memang
turut menentukan, akan tetapi dibandingkan dengan kedua modal di atas,
modal uang sangat terbatas jumlahnya. Contoh : Industri Batu Bata, Industri
Genteng dan sebagainya.
(2) Industri “Capital Intensive”. Industri yang menekankan bahwa modal dalam
bentuk uang dan/atau teknologi lebih dominan. Bahan baku berasal dari daerah
lain atau diimpor dari daerah lain bahkan luar negeri. Contoh : Industri pakaian
jadi, Industri Besi dan lain-lain.
Kedua bentuk industri tersebut (labour intensive dan capital intensive)
memberikan dampak yang positif bagi perkembangan wilayah pedesaan. Bentuk
industri yang lebih dominan di wilayah pedesaan adalah industri labour intensive.
77
 Sektor Jasa di Pedesaan
Industri jasa di pedesaan baru dapat dikuasai oleh sebagian kecil penduduk.
Industri jasa yang telah dijalankan-pun masih sangat terbatas pada bidang yang
tertentu
saja,
diantaranya
usaha
perdagangan,
usaha
pertukangan
dan
pengangkutan. Masih terbatasnya jumlah dan jenis usaha bidang jasa yang
berkembang di wilayah desa mungkin berkaitan dengan masih terbatasnya
permintaan atau kebutuhan layanan jasa bagi penduduk di wilayah desa.
Usaha perdagangan didominasi oleh perdagangan hasil pertanian dan
barang-barang kebutuhan sehari-hari penduduk. Usaha pengangkutan, dimana
jenis dan jumlah alat transportasi yang digunakan juga masih terbatas. Karena
terbatasnya jumlah orang
dan barang
yang membutuhkan pengangkutan
menggunakan sarana transportasi berupa kendaraan bermotor. Mobilitas penduduk
keluar masuk wilayah desa masih terbatas. Di masa pendatang, dengan semakin
meningkat daan kompleksnya kebutuhan masyarakat seiring dengan kemajuan
pembangunan, maka kebutuhan akan berbagai layanan jasa tentu akan semakin
meningkat.
7.2. PELUANG KERJA DAN USAHA DI WILAYAH DESA
 Peluang Kerja di Wilayah Desa
Indonesia merupakan Negara agraris, artinya sektor pertanian memegang
peranan penting dalam pembangunan dan perekonomian nasional. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya potensi usaha di wilayah desa yang bertumpu pada bidang
78
pertanian dalam arti luas, banyaknya jumlah penduduk atau tenaga kerja yang
menekuni usaha bidang pertanian sebagai mata pencahariannya, serta masih
besarnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional.
Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di wilayah desa masih
didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan usaha ekonomi
produktif di wilayah desa masih sangat terbatas ragam, dan cenderung pada
bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas usaha dan mata pencaharian utama
masyarakat di wilayah desa adalah usaha pengelolaan/ pemanfaatan sumber
daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan
pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada,
akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor non-pertanian belum
mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang dengan baik.
Disadari atau tidak sebagian besar desa di Indonesia terdapat kelebihan
tenaga kerja. Namun kelebihan tenaga kerja ini sering kali tidak tampak secara
nyata. Karena mereka tetap bekerja seadanya meskipun dari segi produktivitas
adalah rendah. Artinya, terdapat pengangguran tenaga kerja tidak kentara
(disguised unemployment). Ada kalanya, kelebihan tenaga kerja tidak terjadi
sepanjang tahun. Karena pekerjaan sektor pertanian seringkali bersifat musiman
atau sifat pekerjaannya berkategori hanya cocok untuk pria atau wanita saja.
Pekerjaan yang bersifat musiman, misalnya pertanian bercocok tanam padi.
Pada saat pengolahan tanah semua tenaga kerja (pria dan wanita) turun ke
lahan sawah untuk mengolah tanah (pra tanam). Pada periode pengolahan tanah
seringkali terjadi kesulitan mencari tenaga kerja (kekurangan tenaga kerja). Pada
waktu antara setelah tanam sampai menjelang panen, terjadi kelebihan tenaga
79
kerja. Dimana pada periode ini sebagian besar jumlah tenaga kerja yang ada
tidak memiliki pekerjaan tetap yang dapat memberikan penghasilan yang
memadai. Artinya, pada periode antara setelah tanam dan menjelang panen
sejumlah tenaga kerja di wilayah desa cenderung untuk bekerja seadanya atau
keluar dari desanya mencari pekerjaan ke daerah lain terutama ke perkotaan.
 Peluang Usaha di Wilayah Desa
Dari aspek ekonomi, terdapat adanya indikasi bahwa di wilayah desa masih
kekurangan lembaga yang dapat berperan untuk menampung tenaga kerja yang
tersedia cukup banyak. Untuk menyerap tenaga kerja dibutuhkan keberadaan
lembaga ekonomi yang dapat mendorong kemajuan aktivitas perekonomian di
wilayah desa. Keberadaan lembaga tersebut berkaitan erat dengan ketersediaan
modal dan manajemen.
Penghasilan keluarga penduduk di wilayah pedesaan, seringkali tidak
mencukupi
untuk
memenuhi
berbagai
kebutuhan
keluarga.
Sehingga
penghasilan keluarga yang dapat disisihkan untuk menabung (sebagai modal
atau investasi) sangat kecil atau tidak ada, bahkan besar kemungkinan terjadi
defisit. Artinya, penghasilan keluarga berkorelasi erat dengan pembentukan
modal di wilayah pedesaan.
Pembentukan
modal
mengandung
arti
bahwa
masyarakat
tidak
mempergunakan seluruh aktivitas produktifnya saat ini untuk kebutuhan dan
keinginan konsumtif, akan tetapi hanya menggunakan sebagian saja, sebagian
lainnya dipergunakan untuk pembentukan modal. Yang dimaksud modal di sini
adalah segala bentuk modal nyata yang dapat memcepat meningkatkan manfaat
80
dan upaya yang produktif. Intinya adalah pengalihan sebagian sumber daya yang
ada pada masyarakat saat ini ke tujuan untuk meningkatkan persediaan barang
(atau alat) modal sedemikan rupa sehingga memungkinkan perluasan dan
peningkatan output yang berguna di masa mendatang.
Lemahnya kemampuan pembentukan modal oleh penduduk di wilayah desa,
menyebabkan penduduk desa lemah dalam penguasaan modal (dalam artian,
penduduk desa mengalami kekurangan modal dalam menjalankan usahanya).
Hal ini menyebabkan potensi-potensi usaha yang terdapat di wilayah desa tidak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga tidak heran, banyak
diantara penduduk desa yang terlibat sistem ijon yang dilancarkan oknum
tengkulak.
Dari aspek potensi sumber daya yang ada di wilayah pedesaan, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, sebenarnya terbuka peluang usaha yang cukup
menjanjikan di wilayah pedesaan. Peluang usaha yang sangat prospektif adalah
usaha di bidang agribisnis. Arsyad dkk. dalam Soekartawi (1991) menyatakan
bahwa kegiatan agribisnis pada hakekatnya mencakup keseluruhan mata rantai
produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta kegiatan yang ada hubungan
dengan pertanian mulai dari kegiatan menghasilkan dan menyediakan sarana
dan prasarana (atau input) bagi kegiatan pertanian sampai kegiatan usaha
menggunakan hasil (atau output) pertanian sebagai input bagi agroindustri,
perdagangan dan lain-lain. Pertanian dalam arti luas adalah mencakup bercocok
tanam tanaman, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Selain peluang usaha di sektor agribisnis, di wilayah pedesaan juga terbuka
peluang usaha non-pertanian, yakni sektor industri dan jasa. Berbagai peluang
81
usaha di sektor industri adalah industri yang bahan bakunya cukup tersedia di
wilayah pedesaan, seperti industri genteng, industri batu bata atau bata merah,
industri
pengolah
hasil
pertanian,
pertambangan dan lain-lain.
industri
kerajinan,
Berbagai peluang
industri
garmen,
usaha sektor jasa,yang
berpeluang dikembangkan di wilayah pedesaan, diantaranya transportasi,
perdagangan, pariwisata, dan sebagainya.
Seiring dengan masih tingginya potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya fisik dan sosial budaya di wilayah pedesaan, memberi
peluang bagi pengembangan usaha di wilayah pedesaan. Guna memanfaatkan
peluang usaha yang ada di wilayah pedesaan, maka perlu upaya mendorong dan
meningkatkan kualitas serta memajukan spirit dan kemampuan kewirausahaan
bagi penduduk desa.
82
7.3. DAFTAR ISIAN POTENSI EKONOMI DI WILAYAH DESA
1. PRODUK DOMESTIK DESA BRUTO
1. Pertanian
a. Tanaman Padi
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
b. Tanaman Jagung
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
c. Tanaman Kedelai
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
d. Tanaman Kentang
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
e. Tanaman Cabai
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
f. Tanaman ……………..
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
83
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
g. Tanaman ………………
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
h. Tanaman ………………..
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
2. Perkebunan
a. Karet
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
b. Kelapa
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
c. Kelapa Sawit
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
d. Vanili
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
84
e. Cengkeh
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
f. Teh
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
g. Kopi
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
h. ………………….
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
i.
………………….
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pemupukan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
3. Peternakan
a. Ternak Sapi
 Jumlah
: ……………. ekor
 Hasil per ekor
: Rp. ……………
 Biaya per ekor
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
85
b. Ternak Kerbau
 Jumlah
: ……………. ekor
 Hasil per ekor
: Rp. ……………
 Biaya per ekor
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
c. Ternak Domba
 Jumlah
: ……………. ekor
 Hasil per ekor
: Rp. ……………
 Biaya per ekor
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
d. Ternak Ayam
 Jumlah
: ……………. ekor
 Hasil per ekor
: Rp. ……………
 Biaya per ekor
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
e. Ternak Bebek
 Jumlah
: ……………. ekor
 Hasil per ekor
: Rp. ……………
 Biaya per ekor
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
f. Ternak ……………………
 Jumlah
: ……………. ekor
 Hasil per ekor
: Rp. ……………
 Biaya per ekor
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
g. Ternak ……………………
 Jumlah
: ……………. ekor
 Hasil per ekor
: Rp. ……………
 Biaya per ekor
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
4. Perikanan
a. Tambak Udang
 Luas
: ……………. Ha
86
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
b. Kolam Ikan
 Luas
: ……………. Ha
 Hasil per Ha
: Rp. ……………
 Biaya per Ha
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
c. Keramba Ikan
 Jumlah Keramba
: ……………. Unit
 Hasil per Unit
: Rp. ……………
 Biaya per Unit
: Rp. ……………
Terdiri dari : Biaya Bibit
Biaya Pakan
Biaya Obat-obatan
Dan lain-lain
d. Perikanan Tangkapan
 Jumlah Perahu/Kapal
: ……………. Unit
 Hasil per Unit
: Rp. ……………
 Biaya per unit
: Rp. ……………
Terdiri dari : Bahan Bakar
Biaya Alat
Biaya Operasional
Dan lain-lain
e. Usaha Perikanan lainnya
 Luas
:
 Hasil per Ha
:
 Biaya per Ha
:
Terdiri dari : …………………
…………………
…………………
atau
 Jumlah
:
 Hasil per Unit
:
 Biaya per unit
:
Terdiri dari : …………………
…………………
…………………
……………. Ha
Rp. ……………
Rp. ……………
……………. Unit
Rp. ……………
Rp. ……………
5. Industri
a. Industri Pangan
 Jumlah
 Total Nilai Produksi
 Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan
 Total Nilai Bahan Pendukung yang
87
: ……………. Unit
: Rp. ……………
: Rp. ……………

: Rp. ……………
: ………….. Orang
Digunakan
Total Tenaga yang Diserap
b. Industri Pakaian
 Jumlah
 Total Nilai Produksi
 Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan
 Total Nilai Bahan Pendukung yang
Digunakan
 Total Tenaga yang Diserap
c.
Industri Meubel
 Jumlah
 Total Nilai Produksi
 Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan
 Total Nilai Bahan Pendukung yang
Digunakan
 Total Tenaga yang Diserap
d. Industri …………………………..
 Jumlah
 Total Nilai Produksi
 Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan
 Total Nilai Bahan Pendukung yang
Digunakan
 Total Tenaga yang Diserap
e. Industri …………………………...
 Jumlah
 Total Nilai Produksi
 Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan
 Total Nilai Bahan Pendukung yang
Digunakan
 Total Tenaga yang Diserap
: ……………. Unit
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: ………….. Orang
: ……………. Unit
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: ………….. Orang
: ……………. Unit
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: ………….. Orang
: ……………. Unit
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: Rp. ……………
: ………….. Orang
6. Industri Jasa
a. Jasa Transportasi
 Jumlah
 Total Daya Angkut
:
Orang
Barang
 Total Nilai Per Perjalanan
 Total Hasil
 Total Tenaga yang Diserap
b. Jasa Perdagangan
 Jumlah
 Total Nilai Perdagangan :
Hasil Bumi
Hasil Industri
 Total Nilai Omzet per Tahun
 Total Tenaga yang Diserap
c. Jasa Konstruksi
88
:
:
:
:
:
:
……………. Unit
. …………… Orang
…………….. Ton
Rp. ……………
Rp. ……………
………….. Orang
:
:
:
:
:
……………. Unit
Rp. ……………
Rp. ……………
Rp. ……………
………….. Orang




Jumlah
Total Nilai Kontrak
Total Nilai Omzet per Tahun
Total Tenaga yang Diserap
:
:
:
:
……………. Unit
Rp. ……………
Rp. ……………
………….. Orang
d. Industri Jasa Lainnya (Katering, Persewaan, Rumah Kontrakan dan lain-lain)
 Jumlah
: ……………. Unit
 Total Nilai Omzet per Tahun
: Rp. ……………
 Total Tenaga yang Diserap
: ………….. Orang
2. PENDAPATAN PER KAPITA
1. Pertanian
Jumlah Rumah Tangga Petani
Jumlah Total Anggota Rumah Tangga Petani
Jumlah Rumah Tangga Buruh Tani
Jum lah Total Anggota Rumah Tangga Buruh
Tani
2. Industri
Jumlah Rumah Tangga Industri
Jumlah Total Anggota Rumah Tangga Industri
Jumlah Rumah Tangga Buruh
Jum lah Total Anggota Rumah Tangga Buruh
3. Industri Jasa
Jumlah Rumah Tangga Industri
Jasa
Jumlah Total Anggota Rumah Tangga Industri
Jasa
Jumlah Rumah Tangga Buruh
Jum lah Total Anggota Rumah Tangga Buruh
: ……… Rumah Tangga
: ……… Orang
: ……… Rumah Tangga
: ……… Orang
: ……… Rumah Tangga
: ……… Orang
: ……… Rumah Tangga
: ……… Orang
: ……… Rumah Tangga
: ……… Orang
: ……… Rumah Tangga
: ……… Orang
3. PENGUASAAN ASET EKONOMI OLEH MASYARAKAT
1. Aset Tanah
Tidak Memiliki Tanah
Memiliki Tanah Kurang dari 0,1 Ha
Memiliki Tanah antara 0,1 – 0,2 Ha
Memiliki Tanah antara 0,2 – 0,3 Ha
Memiliki Tanah antara 0,2 – 0,3 Ha
Memiliki Tanah antara 0,3 – 0,4 Ha
Memiliki Tanah antara 0,4 – 0,5 Ha
Memiliki Tanah antara 0,5 – 0,6 Ha
Memiliki Tanah antara 0,6 – 0,7 Ha
Memiliki Tanah antara 0,7 – 0,8 Ha
Memiliki Tanah antara 0,8 – 0,9 Ha
Memiliki Tanah antara 0,9 – 1,0 Ha
Memiliki Tanah Lebih dari 1,0 Ha
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
2. Aset Sarana Transportasi
: ………. Orang
Memiliki Ojek
89
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Memiliki Becak
Memiliki Andong/Dokar
Memiliki Kapal Motor
Memiliki Bus
Memiliki Mini Bus
Memiliki Sepeda
Memiliki Sepeda Motor
Memiliki Mobil
Memiliki Perahu/Sampan
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
3. Aset Industri dan Mesin Pertanian
:
:
:
:
:
Memiliki Penggilingan Padi
Memiliki Traktor
Memiliki Pabrik Pengolah Hasil Pertanian
Memiliki Kapal Penangkap Ikan
Memiliki Mesin Bubut
Dan lain-lain
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
4. Rumah Menurut Dinding
Rumah Berdinding Tembok
Rumah Berdinding Kayu
Rumah Berdinding Bambu
Rumah Semi Permanen
:
:
:
:
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
:
:
:
:
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
:
:
:
:
:
:
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
………. Keluarga
5. Rumah Menurut Lantai
Rumah Berlantai Keramik
Rumah Berlantai Semen
Rumah Berlantai Kayu
Rumah Berlantai Tanah
6. Kepemilikan Barang Berharga
Jumlah Total Keluarga
Jumlah Keluarga Memiliki TV
Jumlah Keluarga Memiliki Sepeda Motor
Jumlah Keluarga Memiliki Mobil
Jumlah Keluarga Memiliki Ternak Besar
Jumlah Keluarga Memiliki Ternak Kecil
Jumlah Keluarga Memiliki Barang Berharga
Lainnya
: ………. Keluarga
7. Mata Pencaharian
Buruh Tani
Petani
Pedagang/Wiraswasta/Pengusaha
Pengrajin
Pegawai Negeri
Penjahit
Montir
90
:
:
:
:
:
:
:
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
:
:
:
:
:
:
:
Sopir
Pramuwisma
Karyawan Swasta
Kontraktor
Tukang Kayu
Tukang Batu
Guru Swasta
Dan lain-lain
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
………. Orang
4. ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN
Jumlah Angkatan Kerja (15 - 60 tahun)
Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun
yang Masih Sekolah
Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun
yang Menjadi Ibu Rumah Tangga
Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun
yang Bekerja Penuh
Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun
yang Bekerja Tidak Tentu
Jumlah Penduduk Usia 15 - 60 tahun
yang Tidak Bekerja
91
: ………. Orang
: ………. Orang
: ………. Orang
: ………. Orang
: ………. Orang
: ………. Orang
7.4. LATIHAN
1. Peserta pelatihan secara berkelompok mempraktekkan Identifikasi Potensi
Ekonomi di Wilayah Pedesaan.
2. Peserta pelatihan secara Individu membuat paper tentang Identifikasi
Potensi Ekonomi di Wilayah Pedesaan serta Peluang Usaha dan Kerja di
Wilayah Pedesaan.
92
Download