BAB II NON GOVERNMENTAL ORGANIZATION DI INDIA A. NGO DI

advertisement
BAB II
NON GOVERNMENTAL ORGANIZATION DI INDIA
A. NGO
DI
INDIA
YANG
BERGERAK
DALAM
BIDANG
PENANGGULANGAN KEKERASAN SEKSUAL
Di India sendiri, terdapat banyak sekali Non Governmental
Organization yang bergerak dalam bidang penanggulangan diskriminasi
gender. Baik itu NGO dalam lingkup lokal, nasional, maupun internasional
seperti UN Women. Dalam bab ini akan dipaparkan Non Governmental
Organization yang bergerak dalam bidang penghapusan diskriminasi
gender di India dengan fokus penanggulangan kekerasan seksual. Adapun
NGO tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sayfty
Sayfty didirikan oleh seorang dokter bernama Shruti
Kapoor pada tahun 2013. Berangkat dari pengalaman
pribadinya sebagai korban kekerasan seksual pada masa
remaja, kepeduliannya untuk dapat menghapuskan kekerasan
seksual di India memotivasinya untuk mendirikan Sayfty.
Program-program yang dilakukan oleh Sayfty bermacammacam. Visi dari Sayfty sendiri adalah untuk membuat hidup
16
jutaan anitaa di India lebih aman dengan membuat wanitawanita India berani untuk melawan kekerasan seksual.
Keamanan tiap wanita adalah hak yang telah dia dapatkan dari
lahir dan oleh karena itu Sayfty berusaha agar wanita India
mampu mendapakan hak tersebut. Beberapa program yang
dijalankan oleh Sayfty adalah :
i.
Gender role discussion
Diskusi ini melibatkan baik perempuan maupun laki-laki.
Founder dari Sayfty berharap dengan dilaksanakannya
program Gender Role Discussion ini dapat menumbuhkan
kepedulian akan kesetaraan gender baik di kalangan wanita
maupun laki-laki India.
ii.
Kampanye
online
dengan
tujuan
untuk
membuat
masyarakat menjadi lebih paham mengenai isu kekerasan
seksual. Kampanye online ini dilakukan melalui media
sosial Sayfty seperti Twitter, Facebook, maupun website
resmi mereka.
iii.
Workshop mengenai perlindungan diri sendiri kepada para
wanita di India.
Workshop ini pertama kali dilakukan di kota New Delhi
India dengan maksud untuk mengedukasi perempuanperempuan cara untuk melindungi diri dari serangan yang
tidak di inginkan. (SayftyTeam, 2013)
17
2. SNEHA
SNEHA adalah singkatan dari Society For Nutritin,
Education and Health Action. Didirikan pada tahun 1990 oleh
seorang dokter kandungan bernama Dr. Armida Fernandez.
Pada tahun tersebut, beliau bekerja dalam sebuah rumah sakit
di Mumbai, India. Banyak pasien berdatangan khususnya yang
menjadi korban hamil di luar nikah. Pasien-pasien tersebut
kebanyakan adalah para wanita yang tinggal di lingkungan
kumuh sehingga kondisi diri dan janinnya sangat tidak terawat.
Berangkat dari kondisi tersebut, akhirya Dr. Fernandez dan tim
nya membentuk SNEHA.
SNEHA sendiri telah berkembang sejak tahun 1990 dan
sekarang mempunyai lebih dari 350 tenaga ahli yang bergerak
dalam bidang kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah
tangga, dan kekerasan pada anak-anak.
Beberapa
program
yang
dijalankan
oleh
SNEHA
diantaranya adalah :
i. Crisis Intervention
Membuka akses konseling jangaka panang kepada para
korban kekerasan, selaini tu SNEHA juga memberikan
akses kepada fasilitas medis, serta membantu dalam
pelaporan kepada pihak polisi.
18
ii.
Pelatihan kepada para pekerja sektor publik
Melatih polisi dan para staff rumah sakit khususnya dalam
bidang kebutuhan wanita dan anak-anak.
iii. Mobilisasi Komunitas
SNEHA bekerjasama dengan komunitas yang bergerak
untuk kesejahteraan perempuan untuk ikut memonitor
keamaan mereka.
iv. Menyediakan laporan serta jurnal-jurnal ilmiah mengenai
kasus kekerasan seksua. Laporan serta jurnal-jurnal iluah
SNEHA dapat diakses melalui website resmi mereka.
(SNEHA, 2013)
3. CSR (Centre for Social Research)
Didirikan pada tahun 1983 di New Deli, India, CSR
berdedikasi untuk mewujudkan masyarakat yang bebas akan
kekerasan dan menjunjung nilai-nilai keadilan gender melalui
riset sosial. CSR di inisiasi oleh sekelompok pelajar dari
Jawaharlal Nehru Univesity yaitu: Radhakrishnan, Anand
Kumar, Ranjana Kumari, N. Rajaram, Renuka Singh dan
Sudhindra Bhadoria.
Pada awal terbentuknya, CSR bekerja untuk memberikan
kesadaran dan keadilan mengenai kaum tertindas di masyarakat
India. Lambat laun, isu mengenai gender menjadi sebuah
19
fenomena yang membentuk hubungan sosial di India. Maka
dari itu CSR mengubah fokus kerja mereka kedalam hal-hal
yang berkaitan dengan isu gender salah satunya adalah
kekerasan seksual. Pada tahun 1997, CSR yang mendapatkan
dukungan dari European Union mendirikan Gender Training
Institute yang memfasilitasi tak hanya perempuan namun juga
laki-laki dalam membangun pribadi yang melek akan gender.
(CSR, 2017)
Center For Social Research sendiri terbagi kedalam
beberapa divisi yaitu :
i. Research Departement
Research
Departement
bertugas
untuk
mengumpulkan data dengan cara melakukan survey di
berbagai penjuru India. Survey ini dilakukan oleh para tim
ahli yang nantinya akan di publikasikan dalam laporan
tahunan CSR ataupun dalam bentuk digital dan bisa di
akses oleh semua kalangan melalui website mereka.
ii.
Developement Department
Di Developement Department sendiri, CSR bekerja
dengan cara grasroot level dengan melakukan pendekatan
dari bawah kepada para wanita-wanita India. Diharapkan
20
pendekatan ini membuat wanita India menjadi stakeholders
dalam proses perubahan. Dalam menjalankan programprogramnya,
departemen
ini
membaginya
kedalam
beberapa bagian yaitu Political Empowerment, Economic
Empowerment, dan Socio-Legal Empowerment.
iii.
Media and Communication
Dibandingkan dengan departemen lainnya, Media
and Communication Departement ini masih tergolong baru
karena didirikan pada tahun 2010. Para excutive board
merasa perlu dibentuk sebuah wadah advokasi melalui
media karena meningkatnya penggunaan media sosial di
era millenial belakangan ini. Tugas dari Media and
Communications
Department
mengkomunikasikan
sendiri
pesan-pesan
adalah
CSR
untuk
tentang
pemberdayaan perempuan secara konsisten dan efektif
melalui media sosial dan media cetak lainnya.
Selain menggalakkan supporter, departemen ini juga
berusaha untuk merangkul mereka untuk bersama-sama
menggalakkan pemberdayaan bagi kaum perempuan.
Komunikasi yang terjalin pun mengarah saling timbal balik
karena CSR juga mendengarkan apa yang terjadi di
masyarakat melalui dialog-dialog di media mereka.
21
Selanjutnya masukan-masukan tersebut diolah dan di
transformasikan menjadi program-program CSR.
Pada tahun 2015, CSR dan Facebook bekerjasama
dalam project yang bernama #SocialSurfing. Program itu
mempunyai misi untuk menggunakan sosial media sebagai
salah satu alat perubahan sosial dengan cara mengajak
kaum muda untuk menggunakan media sosial secara aman.
Social Surfing sendiri dilaksanakan melalui workshop yang
telah dilakukan lebih dari 70 titik di negara India.
iv.
Gender Training Institute
GTI adalah sebuah program yang di inisasi CSR
pada tahun 1997 untuk memfasilitasi perempuan untuk
mendapatkan hak-haknya melalui pemberian workshop dan
pelatihan yang menjurus kepada isu pemberdayaan
perempuan. Selain melatih perempuan, GTI juga menerima
klien-klien lain baik itu group maupun institusi yang mau
membenahi program mereka dalam rangka peningkatan
kesadaran akan pentingnya pemberdayaan perempuan.
Kebanyakan klien dari GTI sendiri adalah korporasikorporasi yang akan atau ingin menerapkan hukum
perlindungan bagi wanita di tempat kerja. Diantara klienklien dari :
22
v.
-
Mobile network operator company
-
Federation of Indian Chambers of Commerce
-
Yamaha Motor Company
-
Power Trading Corporation
-
Institute of Cost Accountants India
-
Ambedkar University
-
Delhi Deen Dayal College
-
IDBI Bank
-
Sri Rama Chandra Medical University, dsb.
Gender Matters Blog
Blog ini diprakarsai pada tahun 2010 dengan tujuan untuk
membagikan cerita mengenai korban-koran kekerasan
seksual dan bagaimana cara mereka bangkit dari keadaan
traumatik tersebut. Diharapkan dengan adanya publikasi
dari kisah-kisah tersebut dapat menginspirasi banyak pihak
terutama korban pelaku kekerasan seksual lainnya agar
mampu
bangkit
atau
setidaknya
mempunyai
ruang
mengekspresikan diri.
23
vi.
Resources
Dalam departement Resource sendiri terbagi kedalam empat
bagian khsusu yaitu :
-
Crisis Intervention Centre
-
Cyber Crime Units In India
-
National Laws and Act
-
Service Protection Officer
Keempat bagian tersebut menyediakan sumber informasi
bagi siapa saja yang membutuhkan akses mengenai kantor
ataupun perlindungan hukum mengenai kekerasan seksual.
4. MAJLIS
Majlis
adalah
sebuah
NGO
yang
bergerak
untuk
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan melalui dua sisi.
Yang pertama adalah melalui bidang hukum dan yang kedua
melalui bidang sosial. Didirikan pada tahun 1991, Majlis
bermula
dari
memperhatikan
inisiasi
para
pentingnya
pengacara
yang
mulai
pengacara-pengacara
yang
memperhatikan permasalahan terkait isu-isu gender. Tujuan
utama dari Majlis adalah untuk memperjuangkan hak-hak
kaum perempuan melalui proses hukum. Pengacara yang
tergabung dalam Majlis merupakan ahli hukum yang memang
mempunyai konsentrasi di bidang keadilan gender terutama
24
kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga. (Majlis,
2011)
Namun selain menempuh jalur hukum, organisasi ini juga
memperujuangkan hak kaum perempuan melalui kegiatankegiatan lainnya seperti kampanye dan diskusi publik.
Program-program lain yang Majlis jalankan adalah program
pelatihan kepada para anggotanya untuk lebih memahami
pendekatan hukum yang gendersensitive. (Majlis, 2011)
5. JAGORI
Jagori didirikan pada bulan Agustus 1984 di Delhi, India.
Bermula dari kepedulian salah satu pendiri nya yaitu Abhya
Bhaiya mengenai kondisi perempuan yang tertindas pada saat
itu. Jagori adalah bahasa India yang berarti “Bangunlah,
Perempuan!” Tujuan utama dari Jagori sendiri adalah untuk
membawa kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender pada
masyarakat luas, khusunya masyarakat pedesaan yang tidak
mempunyai akses ke pendidikan yang layak. (Jagori, 2004)
Pada awal
berdirinya
Jagori,
mereka menggunakan
instrumen budaya seperti lagu dan puisi untuk mengenalkan
nilai-nilai
kesetaraan
gender
pada
masyarakat.
Dalam
perkembangannya sampai sekarang, Jagori telah mempunyai
lebih dari 800 film yang menyuarakan tentang hak-hak kaum
25
perempuan, jurnal-jurnal serta berbagai macam program
seperti:
i.
Membantu korban kekerasan seksual untuk melaporkan
kasusnya ke polisi
ii. Memfasilitasi korban kekerasan seksual dalam proses
penyembuhan
iii. Memberikan support secara emosional melalui para ahli
psikolog yang bergabung di Jagori
iv. Menggalakkan kesadaran akan isu-isu gender kepada
pemerintah, polisi, dan media
v.
Advokasi kebijakan dan pengawasan dalam implementasi
kebijakan tersebut
Selain itu, di Jagori sendiri terdapat badan yang bernama
The Resource Center dimana badan tersebut menangani
pengolahan data mengenai kebutuhan dan hak-hak perempuan,
perkembangan kasus kekerasan seksual di India, dan lain
sebagainya. Keseluruhan data tersebut biasanya Tim Jagori
publikasikan melalui jurnal-jurnal ataupun buku yang dapat di
akses melalui situs website mereka.
Dalam rangka upaya pencegahan terjadinya kekerasan
seksual pada perempuan, Jagori mempunyai program yang
bernama Violence Intervention. Rogram ini dituangkan dalam
berbagai macam kerangka kerja salah satunya adalah
26
memfasilitasi para anggota dan masyakarakat di India untuk
mendapatkan pelatihan bela diri. Program ini dilaksnakan
semenjak tahun 2013 atas inisiasi dari salah satu founder
Jagori.
B. TANTANGAN
YANG
DI
HADAPI
OLEH
NGO
DALAM
MENANGGULANGI PERMASALAHAN KEKERASAN SEKSUAL
DI INDIA
Tantangan yang dihadapi oleh para NGO dalam memperjuangkan
penghapusan diskriminasi gender khususnya dalam isu kekerasan seksual
sangatlah beragam. Terlebih lagi sistem dan norma di masyarakat India
yang membuat permasalahan ini menjadi semakin kompleks. Adapun
tantangan yang dihadapi oleh para NGO tersebut apabila di rangkum
adalah sebagai berikut (SayftyTeam, 2013) :
1. Mengubah mindset yang sudah mengakar selama berabad-abad
Selama ini masyarakat di India beranggapan bahwa wanita
memang mempunyai derajat dan kasta yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki. Hal itu membuat ruang gerak
wanita menjadi sangat terbatas. Di dalam praktek berumah
tangga contohnya. Laki-laki dapat dengan sewenang-wenang
untuk menceraikan istrinya apabila ia sudah tidak “suka”
27
dengannya. Selain itu anggapan bahwa wanita adalah makhluk
lemah semakin memperburuk keadaan.
2. Mengajarkan nilai-nilai penghormatan kepada wanita sejak dini
Karena
budaya
patriarki
masih
mengakar
kuat
di
masyarakat India, maka perempuan pun di nomor duakan dari
mereka lahir. Banyak sekali kasus penguburan hidup-hidup
bayi perempuan terutama di keluarga kurang mampu karena
dianggap sebagai sebuah tanda kesialan. Sebagai sebuah awal,
perempuan perlu lebih dihormati di rumah mereka.
Masyarakat pada umumnya harus berhenti melihat wanita
hanya sebagai objek dari keinginan atau sesuatu yang dapat
mereka kontrol. Pria seharusnya tidak diperbolehkan untuk
melegitimasi kekejaman seksual sebagai “hak”. Mentalitas
bahwa pemerkosaan adalah kesalahan seorang perempuan
karena ia memilih untuk berpakaian dengan cara tertentu atau
menjalani
hidup
tertentu
harus
diberantas.
Masyarakat
patriarkal dan munafik yang mengklaim untuk memberdayakan
perempuan hanya untuk merendahkan mereka, harus mulai
menghargai perempuan dan benar-benar menerima mereka
sebagai anggota masyarakat yang setara.
Pemerkosaan tidak boleh dikaitkan dengan seorang
perempuan kehilangan kehormatannya; baik pria maupun
28
perempuan perlu memahami hal itu. Itulah satu-satunya cara
perempuan akan benar-benar aman di rumah mereka dan di
jalan.
3. Mengajak masyarakat untuk ikut bergerak.
Di India sendiri, masih sangat sedikit orang-orang yang
peduli akan hak-hak kaum perempuan sehingga untuk
mengajak masyarakat luas ikut serta dalam memperjuangakan
hak-hak kaum perempuan menjadi pekerjaan yang tidak
mudah.
4. Mengubah sistem yang ada dalam masyarakat
Sebagaimana perbedaan ras berperan besar dalam berbagai
tindak kejahatan di Amerika, perbedaan kasta seringkali
menjadi faktor penting terjadinya kekerasan seksual di India.
Sistem kasta di India sudah terpatri sejak seorang individu
terlahir ke dunia. Kasta keluarga menentukan banyak hal dalam
kehidupan warga India, seperti pekerjaan, tingkat kesucian
rohani dan kelas sosial.
Susunan kasta adalah Brahmana yang disandang para
rohaniawan, Ksatria untuk orang pemerintahan, Waisya untuk
para petani dan nelayan serta Sudra disandang oleh golongan
pelayan.
29
Golongan kasta paling bawah sering dipandang sebelah
mata karena dianggap mengotori kesucian orang lain dan
terlahir untuk dieksploitasi.
Sekitar 200 juta orang berjuang melawan sistem kasta yang
tak adil. Mereka menentang sistem kasta menamakan diri kasta
Dalit, yang berarti hancur karena penindasan namun tetap
bertahan. Sejak kemerdekaan, India menyetujui kebijakan yang
mengijinkan generasi pertama kasta Dalit untuk menjadi
dokter, pengacara dan orang pemerintahan.
Namun, mayoritas kasta Dalit masih hidup dalam
diskriminasi dengan desa, tempat beribadah bahkan sekolah
yang
terpisah.Upaya
masyarakat
kasta
Dalit
untuk
mendapatkan kesempatan yang sama, baik sekolah, pekerjaan
atau hak memilih, selalu beresiko tinggi bagi dan tak jarang
menimbulkan kejahatan seksual bagi kaum perempuan kasta
Dalit.
Menurut penelitian Gerakan Nasional HAM Dalit, sekitar
67 persen perempuan Dalit mengalami kekerasan seksual. Biro
Catatan Kejahatan Nasional mencatat di Uttar Pradesh, empat
perempuan
Dalit
menjadi
korban
pemerkosaan,
dua
diantaranya meninggal dunia. (CNN, 2014)
Setiap hari, dua rumah penyandang kasta Dalit dibakar.
Tingginya tingkat kejahatan terhadap warga kasta Dalit
30
membuat mereka membisu dan tak mampu menentang sistem
kasta.
Sistem kasta seringkali menjadi alasan pelaku kekerasan
seksual terbebas dari segala hukuman. Menurut pelapor khusus
PBB, Rashida Manjoo, kekerasan seksual di India juga
didorong oleh budaya patriarki yang dijunjung tinggi oleh
seluruh lembaga penegak keadilan, mulai dari pejabat
kepolisian, jaksa dan pejabat peradilan.
Budaya patriarki juga menjadikan status perempuan di
India semakin terpinggirkan dan sulit mendapatkan keadilan.
Kasus pemerkosaan terhadap kasta Dalit tentu mempermalukan
pemerintah India karena dianggap tidak mampu melindungi
warganya sendiri. Kenyataan bahwa sistem kasta telah menjadi
masalah
struktural
membuat
pemerintah
India
harus
membenahi penerapan sistem kasta mulai dari kepolisian
hingga sistem peradilan.
Kebisuan atas tindak pemerkosaan berbalut sistem kasta di
India harus dihentikan. Berbagai gerakan menuntut keadilan
HAM di Amerika Serikat dan Afrika Selatan telah berhasil, dan
sudah
saatnya
diperjuangkan.
hak
asasi
warga
kasta
Dalit
juga
Perempuan Dalit dengan berbagai latar
belakang profesi seperti aktivis, budayawan, artis, telah
31
membuat gerakan di Asia Selatan untuk mengakhiri kekerasan
seksual karena perbedaan kasta.
Gerakan ini bukan hanya memperjuangkan kebebasan
perempuan di India, tetapi juga memperjuangkan hak asasi para
korban pemerkosaan di seluruh dunia.
5. Memastikan bahwa hukum yang berlaku di India menghukum
secara tegas pelaku tindak kekerasan seksual.
Dalam kebanyakan kasus, para korban kekerasan seksual
tidak berani untuk melaporkan perkosaan atau tindakan lain
terhadap dirinya karena mereka beranggapan bahwa hukuman
yang di jalankan pun tidak membuat para pelaku jera. Sistem di
India pun masih sangat tidak efektif dan sering kali para
pelapor diusir saat melaporkan kasusnya.
32
Download