Modul Sosiologi [TM10]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Sosiologi
Kelas atau Strata Sosial
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Sosiologi
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
61004
Romiyati Asna, M.Pd
Abstract
Kompetensi
Materi ini menjelaskan mengenai:
1. Definisi strata social menurut para
ahli.
2. Penyebab terjadinya strata social
3. Bentuk-bentuk strata sosial
Diharapkan mahasiswa mampu
memahami:
1. Definsi stara social menurut para
ahli
2. Penyebab terjadinya strata social
3. Bentuk-bentuk strata sosial
Pembahasan
A. Pengertian
Strata sosial secara harfiah berasal dari bahasa latin “stratum” yang berarti tingkatan
dan “socius” yang berarti teman atau masyarakat. Strata sosial menempatkan seorang
individu/kelompok pada kelas – kelas sosial yang berbeda – beda secara hirarki dan
memberikan hak serta kewajiban yang berbeda – beda pula antara individu pada suatu
lapisan sosial lainnya. Strata sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga
dalam masyarakat. Para ahli mendefinisikan strata sosial sebagai berikut :
1. Pitirim A. Sorokin: Strata sosial adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam
lapisan – lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Menurut Pitirim A. Sorokin dalam
bukunya “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu
merupakan ciri tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
2. Drs. Robert M. Z. Lawang: Strata sosial adalah penggolongan orang – orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan – lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
3. Cuber: Mendefinisikan strata sosial sebagai suatu pola yang dtempatkan atas kategori
dari hak – hak yang berbeda. Dari beberapa pengertian diatas mengenai strata sosial
merupakan gejala alami yang tidak mungkin dapat dihilangkan. Munculnya stratifikasi
sosial tersebut merupakan konsekuensi logis dari beberapa faktor yang selalu ada dalam
kehidupan manusia, yaitu berkaitan dengan 1) Keturunan, 2) Kekayaan, 3) Kedudukan,
4) Pendidikan dan 5) Pekerjaan.
Dari beberapa faktor tersebut diatas kita jadi mengenal istilah yang sesungguhnya
tentang pengelompokan masyarakat ke dalam kelas – kelas tertentu, seperti rakyat biasa,
kaum bangsawan, golongan miskin, golongan menengah, golongan kaya, orang desa, orang
kota, pejabat, orang berpendidikan rendah, berpendidikan menengah, berpendidikan tinggi
dan lain sebagainya. Dari pengelompokan tersebut sekaligus menunjukkan bahwa tiap
anggota masyarakat memiliki fungsi dan peran yang berbeda – beda, namun bukan berarti
kelompok yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari kelompok lainnya.
Pengelompokan disini diartikan bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing dan dari kelebihan dan kekurangan itu manusia sudah
sepatutnya saling melengkapi dan bahu membahu agar kelangsungan hidup manusia dapat
berjalan dan terpenuhi dengan baik.
2015
2
Sosiologi
Romiyati Asna, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B. Penyebab Terjadinya Strata Sosial
Setiap orang mempunyai sesuatu dalam dirinya untuk dihargai, bisa berupa
pendidikan, kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, pekerjaan dan lain sebagainya.
Selama manusia masih membeda – bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang
dimilikinya, sudah pasti akan menimbulkan lapisan – lapisan dalam masyarakat. Semakin
banyak kepemilikan sesuatu dalam diri seseorang maka semakin tinggi kedudukan atau
lapisannya dalam masyarakat dan sebaliknya semakin sedikit atau tidak memiliki sama
sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah. Ada beberapa
kriteria yang menyebabkan terjadinya strata sosial:
1. Ukuran Kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
Ukuran kekayaan bisa dilihat dari rumah, mobil pribadi, pakaian dan lain sebagainya.
2. Ukuran Kekuasaan
Seseorang yang memiliki wewenang besar dalam kehidupannya bisa menempati lapisan
paling atas, contohnya presiden, menteri, gubernur hingga kepala desa dan ketua RT
3. Ukuran Kehormatan
Ukuran ini banyak dijumpai di masyarakat tradisional, biasanya orang yang disegani dan
dihormati adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan.
Seseorang yang memiliki derajat pendidikan tinggi menempati posisi teratas. Misalnya
seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya daripada seorang lulusan SMA. Akan tetapi ukuran
ilmu pengetahuan menyebabkan efek negatif karena terkadang bukan mutu ilmu
pengetahuannya yang menjadi ukuran melainkan ukuran gelar kesarjanaannya.
Dari
berbagai macam faktor penyebab terjadinya bisa dikatakan bahwa ukuran status sosial
manusia dikategorikan dalam beberapa kelompok. Hal ini disebabkan manusia hidup tidak
bisa lepas dari kelompok nya dan saling ketergantungan. Maka dari itullah terbentuk status
sosial berbagai kelompok.
Proses terbentuknya strata sosial dapat terjadi melalui dua cara, yaitu:
1. Terjadi secara alamiah selaras dengan pertumbuhan masyarakat. Proses strata sosial
yang terjadi secara alamiah tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan bakat, minat dan
dukungan lingkungan. Misalnya strata sosial yang berkembang berdasarkan wialyah,
seperti pantai, berkembang masyarakat nelayan dan di wilayah pegunungan berkembang
masyarakat petani.
2015
3
Sosiologi
Romiyati Asna, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Terjadi secara sengaja dan dan direncanakan oleh manusia. Proses strata sosial ini
biasanya terbentuk di lembaga – lembaga negara dan organisasi politik. Seperti
pembagian kekuasaan dalam organisasi.
Seperti yang sudah diuraikan dalam
penjelasan diatas, bahwa terbentuknya strata sosial sangat berkaitan dengan nilai – nilai
yang berharga dan terhormat. Standar nilai tersebut berbeda – beda. Hal ini sangat
bergantung dari persepsi seseorang memandang. Namun, secara umum standar nilai
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kriteria, yaitu kriteria ekonomi, kriteria sosial
dan kriteria politik.
C. Bentuk – Bentuk Strata Sosial
1. Strata Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Potensi dan kesempatan yang dimiliki orang berbeda – beda. Ada sebagian orang
yang berpotensi dan memperoleh kesempatan namun ada juga yang tidak memperoleh
kesempatan untuk maju. Dalam kehidupan sehari – hari dapat dilihat bahwa pencapaian,
penguasaan dan kepemilikan seseorang berbeda – beda dan bervariasi. Dari variasi inilah
memunculkan kelas – kelas ekonomi (Economic Classes) tertentu dalam kehidupan
masyarakat. Tolak ukur kelas ekonomi bisa dilihat dari seberapa banyak seseorang memiliki
pendapatan atau kekayaan. Secara garis besar terdapat tiga lapisan masyarakat dipandang
dari sudut ekonomi, yaitu: kelas atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class) dan
Kelas Bawah (Lower Class).
Masyarakat Kelas Atas (Upper Class) merupakan kelompok orang kaya yang hidup
dalam kemewahan dan bergelimangan harta Masyarakat Kelas Menengah (Middle Class)
merupakan kelompok orang yang hidup berkecukupan, yakni kebutuhan hidup utamanya
terpenuhi seperti sandang, pangan dan papan. Sedangkan masyarakat Kelas Bawah (Lower
Class) merupakan kelompok orang miskin yang mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan pokok.
Strata sosial berdasarkan kriteria ekonomi bersifat sangat terbuka,
artinya siapapun berhak untuk berada di posisi tersebut, baik atas, menengah maupun
bawah.
Hal itu tergantung pada kegigihan orang tersebut dalam bekerja untuk memperoleh
kekayaan. Tidak menutup kemungkinan orang kaya bisa saja mengalami kebangkrutan
kemudian ia jatuh miskin, dan sebaliknya tidak mustahil orang miskin dapat mengubah
hidupnya menjadi orang kaya selama orang tersebut mau berusaha dan bekerja keras serta
berhemat dalam hidupnya.
2. Strata Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
Strata sosial berdasarkan kriteria sosial merupakan pengelompokan yang ada di
masyarakat berdasarkan status sosial yang dimilikinya. Status sosial adalah kedudukan
2015
4
Sosiologi
Romiyati Asna, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seseorang dalam suatu hubungan sosial tertentu, biasanya seseorang memiliki lebih dari
satu kedudukan (status sosial). Bisa saja seseorang menduduki jabatan sebagai ketua
parpol sekaligus memiliki jabatan sebagai pejabat negara.
Sehubungan dengan status sosial, Robert M. Z. Lawang mengemukakan dua
pengertian, yaitu status sosial objektif dan subjektif. Secara objektif, status sosial merupakan
suatu tatanan hak dan kewajiban yang secara hirarkis terdapat dalam suatu struktur formal
organisasi. Misal pemimpin parpol akan memiliki hak dan kewajiban tertentu yang melekat
pada status nya. Sedangkan secara subjektif, status sosial merupakan hasil penilaian dari
orang lain terhadap diri seseorang yang berkaitan dengan siapa orang tersebut
berhubungan. Dalam hal ini, secara subjektif seseorang bisa saja memberikan penilaian
terhadap orang lain, apakah lebih tinggi atau lebih rendah statusnya dalam masyarakat.
Berdasarkan kriteria sosial, masyarakat dapat digolongkan ke dalam berbagai kelas
sosial. Contoh nyata dari kelas sosial dapt dilihat pada sistem kasta yang terdapat di
Masyarakat Hindu Bali, dimana kasta terbagi dalam empat bagian, yaitu Brahmana, Ksatria,
Waisya dan Sudra. Kasta Brahmana merupakan lapisan sosial yang terdiri dari para
pendeta dan ahli agama Hindu. Kasta Ksatria merupakan lapisan sosial yang terdiri dari
kaum bangsawan. Kasta Waisya adalah lapisan sosial yang terdiri dari masyarakat petani
dan pedagang. Sedangkan Kasta Sudra merupakan lapisan sosial paling bawah yang terdiri
dari para pekerja kasar seperti tukang batu, tukang kayu, dsb.
Kasta merupakan strata sosial yang bersifat tertutup, artinya jika seseorang terlahir
sebagai Kasta Sudra, maka selamanya orang tersebut akan menjadi seorang Sudra sampai
ke keturunan berikutnya dan seterusnya. Demikian juga dengan Kasta Brahmana, Kasta
Ksatria dan Kasta Waisya. Meskipun sistem kasta dalam masyarakat Bali tidak terlalu ketat
dalam memisahkan antara kasta satu dengan kasta lain, teapi sistem kasta tersebut
berpengaruh pada sistem adab dan tata cara pergaulan sehari – hari.
Misal, Kasta Brahmana dilarang melakukan perkawinan dengan seorang kasta yang
lebih rendah dibawahnya. Status sosial dalam sistem kasta juga bersifat keturunan, kasta
merupakan status sosial yang diwariskan dari leluhurnya. Dengan demikian, kasta bisa
dikatakan sebagai status bawaan (ascribed status), yang sangat berbeda dengan status
yang diusahakan (achieved status). Pada masyarakat modern, status sosial didapat
berdasarkan usaha (achieved status), menurut William J. Goode, achieved status terbentuk
berdasarkan tingkatan, yaitu : 1. Profesional (Professional), 2. Pengusaha (Bussines), 3.
Karyawan Kantor (White Collar), 4. Pekerja Terampil (Skilled), 5. Pekerja Semi Terampil
(Semiskilled),6. Jasa Domestik dan Perorangan (Domestic and Personal Service), 7.
Tenaga Kasar Nonpertanian (Nonfarm Labor).
2015
5
Sosiologi
Romiyati Asna, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Status sosial ini bersifat terbuka bagi siapa saja dan bisa saja seseorang memiliki
atau mencapai salah satu atau lebih status sosial tersebut asalkan mau bekerja dan
berusaha dengan sungguh – sungguh untuk meraihnya.
3. Strata Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Strata sosial berdasarkan kriteria politik merupakan penggolongan masyarakat
berdasarkan tingkat kekuasaan yang dimiliki. Semakin besar kekuasaan yang dimiliki, maka
akan semakin tinggi pula statusnya di masyarakat. Pada dasarnya kekuasaan merupakan
kemampuan seseorang untuk bisa mempengaruhi pihak atau orang lain agar mengikuti
segala kehendak dan kemauannya.
Dengan demikian akan terdapat dua kutub dalam kekuasaan, yaitu yang menguasai
dan yang dikuasai. Dan diantara yang menguasai dan dikuasai tedapat batas – batas yang
sangat tegas yang menimbulkan stratifikasi kekuasaan. Bentuk – bentuk kekuasaan terdiri
dari bermacam – macam, namun terdapat satu pola umum yaitu sistem kekuasaan selalu
menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan pola perilaku yang ada dalam masyarakat.
Dalam hubungan ini, Mac Iver mengemukakan tiga pola umum sistem stratifikasi
kekuasaan, yaitu:
1. Tipe Kasta. Pola ini dapat dilihat pada sistem kekuasaan yang ada di kerajaan –
kerajaan.
2. Tipe Oligarkhis. Pola tipe oligarkhis menggambarkan adanya garis pemisah yang tegas
antara tiap – tiap lapisan, akan tetapi diferensiasi antara stratifikasi tersebut tidak terlalu
kaku. Artinya lapisan bawah dari sistem ini masih bisa berusaha untuk mencapai lapisan
diatasnya.
3. Tipe Demokratis. Pola tipe demokratis ditandai dengan garis pemisah antara tiap – tiap
lapisan kekuasaan yang bisa berubah – ubah. Setiap orang memiliki kesempatan untuk
memperoleh kekuasaan tertentu dengan usaha, kemampuan dan juga karena
keberuntungan.
2015
6
Sosiologi
Romiyati Asna, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
www.wikipedia.org
2015
7
Sosiologi
Romiyati Asna, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download