bab 1 pendahuluan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya isu dalam masyarakat menjadi suatu permasalahan yang akan
mempengaruhi jalannya sebuah perusahaan. Banyak isu yang berkembang dalam
masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai visi
dan misi yang ingin dicapai. Jika isu yang berkembang tidak ditanggapi secara
tepat, tidak saja dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi, tetapi dapat juga
membahayakan kelangsungan hidup organisasi (Putra, 2008:1.22). Isu-isu muncul
ketika ada ketidaksesuaian antara pengharapan publik dengan praktek organisasi
yang jika diabaikan bisa berdampak merugikan bagi organisasi. Isu bisa meliputi
masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai (Prayudi, 2007;26).
Hal tersebut dialami oleh perusahaan perkebunan PT. Perkebunan
Nusantara VII (Persero). Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini
bergelut di sektor perkebunan dengan komoditas utama karet, kelapa sawit, tebu
dan teh. Wilayah perkebunan PTPN VII (Persero) tersebar di tiga propinsi yaitu
Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. PTPN VII (Persero) secara produktif
menghasilkan komoditas yang berkualitas dari tahun ke tahun sejak berdirinya
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1996 tanggal 14 Februari
1996. Untuk tetap aktif dan menjadi perusahaan yang terus berkembang, PTPN
VII (Persero) sadar untuk selalu siap dalam menghadapi berbagai tantangan yang
datang dari berbagai publik, baik internal maupun eksternal, termasuk
menanggapi isu-isu yang berkembang di masyarakat yang hidup di sekitar
wilayah PTPN VII (Persero).
Isu yang selama ini berkembang di masyarakat adalah isu-isu yang terkait
dengan kesejahteraan sosial masyarakat. Masyarakat yang hidup di sekitar PTPN
VII (Persero) adalah mereka yang cenderung berpenghasilan rendah. Sehingga hal
tersebut berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup seperti
pangan, sandang dan papan. Selain berpengaruh pada kebutuhan utama,
1 penghasilan yang cenderung rendah juga berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan
akan pendidikan dan kesehatan. Karena masyarakat sekitar PTPN VII (Persero)
tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, sehingga timbul isu dari
masyarakat yang menganggap bahwa keberadaan PTPN VII (Persero) tidak
kunjung menyejahterakan masyarakat. Masyarakat berasumsi bahwa PTPN VII
(Persero) belum memberikan kontribusi kepada masyarakat karena masyarakat
menganggap bahwa PTPN VII (Persero) terlalu sibuk dengan kegiatan
produksinya, sehingga tidak memperhatikan kesejahteraan sosial masyarakat
sekitar. Selama ini PTPN VII (Persero) sudah memberikan beberapa bantuanbantuan sebagai tanggung jawab perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat, namun sepertinya hal itu belum cukup memenuhi keinginan
mereka. Hal inilah yang menjadi dasar munculnya isu kesejahteraan sosial.
Isu-isu kesejahteraan sosial tersebut telah menimbulkan dampak serius
bagi PTPN VII (Persero), berupa pencurian hasil perkebunan, yaitu yang paling
sering berupa pencurian getah karet. Kasus pencurian yang dilakukan oleh
masyarakat diakibatkan karena masyarakat menganggap perusahaan tidak mampu
menjamin kesejahteraan sosial mereka. Masyarakat melakukan pencurian sebagai
protes dan balas dendam kepada perusahaan yang tidak memberi perhatian kepada
mereka.
Terkait hal itu perusahaan mengaku kecolongan. Bapak Arifin, Manager
Distrik Way Sekampung dalam wawancara awal 7 April 2013 mengatakan bahwa
perusahaan sulit melakukan pemantauan, mengingat luas kebun PTPN VII
(Persero) mencapai mencapai 68.105 ha. Dari kasus-kasus yang terjadi
sebelumnya, pelaku pencurian berasal dari masyarakat yang hidup di sekitar
lingkungan perusahaan. Masyarakat sekitar mencuri getah karet dari pohon karet
yang ada di sekitar mereka. Masyarakat mencuri getah karet sebanyak 5 kilogram
hingga 10 kilogram. Hasil pencurian tersebut kemudian dijual ke tengkulaktengkulak liar seharga Rp 11.000,-/kg (sesuai harga standar). Apabila rata-rata
dalam sehari terdapat lima pelaku dan dianggap setiap pelaku mencuri minimal 5
kg per hari, maka bisa diprediksi perusahaan merugi setiap harinya minimal Rp
275.000,-/hari. Kemudian per bulan mencapai Rp 8.250.000,-/bulan dan bahkan
2 per tahunnya perusahaan bisa mengalami kerugian seminimalnya Rp 99.000.000,/tahun. Nominal tersebut tentu bukan angka yang kecil, sehingga kasus pencurian
ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari perusahaan.
Penanganan kasus-kasus pencurian ini ternyata tidak cukup diselesaikan
melalui tindakan hukum. Langkah tersebut tidak akan membuat pelaku pencurian
jera karena kerap kali penangkapan pelaku pencurian menimbulkan aksi lanjutan
berbentuk penolakan dan demonstrasi yang dilakukan secara anarkis seperti
pembakaran pabrik bahkan pembunuhan aparat keamanan yang dilakukan oleh
kerabat pelaku pencurian terhadap pihak PTPN VII (Persero) di beberapa unit
usahanya. Sehingga hal tersebut kemudian menimbulkan isu-isu baru yang
mempengaruhi pemberitaan–pemberitaan negatif tentang PTPN VII (Persero) di
berbagai media. Seperti yang dijelaskan di awal, penyebab aksi pencurian ini
antara lain karena penghasilan masyarakat yang cenderung rendah untuk
mencapai kesejahteraan sosial mereka. Oleh sebab itu, mereka mencuri getah
karet di area perkebunan sebagai penghasilan tambahan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Dari permasalahan di atas, PTPN VII (Persero) melalui unit kehumasannya
yaitu di bagian Sekretariat Perusahaan divisi Urusan Humas dan Protokoler
melakukan pendekatan humas untuk mengelola isu kesejahteraan sosial.. Dengan
strategi kehumasan, PTPN VII (Persero) mengelola isu kesejahteraan sosial
masyarakat sekitar guna menangani kasus pencurian di wilayah perkebunan.
PTPN VII (Persero) sadar jika isu yang tersebar di masyarakat harus segera
dikelola agar tidak menimbulkan dampak–dampak yang tidak diinginkan dan
merugikan perusahaan, terutama kasus-kasus pencurian getah karet di area
perkebunan PTPN VII (Persero).
Strategi kehumasan yang tepat sangat diperlukan sebuah perusahaan untuk
mengelola isu-isu yang berkembang dalam perusahaan. Disanalah, public
relations berperan untuk mengusulkan program-program dan tindakan yang harus
dilakukan dalam mengelola isu kesejahteraan yang terjadi dan berkembang di
masyarakakat. Strategi kehumasan disusun melalui langkah-langkah dan tahapan
tertentu, dimulai dari pengumpulan fakta, mendefinisi permasalahan, perencanaan
3 dan program, aksi dan komunikasi serta evaluasi (Cutlip, Center dan Broom,
2011).
Penelitian ini menjadi penting, karena PTPN VII (Persero) mengalami
masalah serius terkait dengan isu kesejahteraan sosial masyarakat sekitar yang
menjadi penyebab dari aksi pencurian. Jika isu-isu tersebut dibiarkan, tentu saja
akan menganggu kinerja. Oleh sebab itu, penelitian dan kajian mengenai
bagaimana cara PTPN VII (Persero) melakukan strategi kehumasan dalam
mengelola isu kesejahteraan sosial masyarakat terkait permasalahan pencurian
sangat dibutuhkan. Karena strategi kehumasan merupakan suatu hal yang penting
dalam upaya mewujudkan hubungan harmonis antara perusahaan dengan
masyarakat sekitar sehingga keberadaan dan kelangsungan hidup perusahaan terus
terjaga. Pentingnya peran humas dalam manajemen isu merupakan hal yang
menarik untuk dikaji, terlebih hal tersebut adalah upaya untuk menangani suatu
permasalahan yang dalam hal ini adalah kasus pencurian yang terjadi di
perusahaan perkebunan PTPN VII (Persero) wilayah Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah: Bagaimana strategi kehumasan PTPN VII (Persero)
dalam mengelola isu kesejahteraan sosial masyarakat sebagai salah satu upaya
menangani kasus pencurian di unit usaha wilayah lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi kehumasan PTPN VII (Persero) dalam
mengelola isu kesejahteraan sosial.
2. Untuk mengetahui program-program yang dilakukan PTPN VII (Persero)
dalam mengelola isu kesejahteraan sosial sebagai upaya menangani kasus
pencurian karet di unit usaha wilayah Lampung.
3. Untuk mengetahui efektifitas strategi kehumasan PTPN VII (Persero)
dalam mengelola isu kesejahteraan sosial.
4 1.4 Manfaat Penelitian
A. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya kajian ilmu komunikasi
khususnya minat studi public relations di bidang manajemen isu. Selain itu
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya terutama yang berminat untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang
strategi kehumasan dalam manajemen isu.
B. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan kritik yang
membangun terhadap fungsi-fungsi humas, khususnya peran humas dalam
manajemen isu, yang dalam hal ini dilakukan sebagai upaya mengelola isu
kesejahteraan sosial di perusahaan tempat peneliti melakukan penelitian, yaitu
PTPN VII (Persero).
1.5 Kerangka Teori
A. Public Relations dalam Perusahaan
Public relations merupakan elemen penting dalam sebuah perusahaan,
terutama dalam
membangun hubungan dengan publik. Secara umum, public
relations adalah sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin
komunikasi antara organisasi dan publik. Public relations bertugas untuk
menyelaraskan kepentingan manajemen perusahaan dengan kebutuhan dan
keinginan publik. Hal ini sejalan dengan deskripsi public relations menurut
Cutlip, Center dan Broom (2011;5) :
“Public relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi
sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual
dan organisasi yang punya kepentingan publik, serta
merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam rangka
mendapatkan pemahan dan penerimaan publik” (Cutlip, Center
dan Broom, 2011; 5)
Tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh tokoh professional
dan akademik di bidang kehumasan, Rex F.Harlow yang lebih kompleks
5 menjelaskan definisi dan tujuan dari public relations (dikutip dalam Cutlip,
Center dan Broom, 2011;5):
“Public relations adalah fungsi manajemen tertentu yang
membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman
bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi
dengan publiknya; PR melibatkan manajemen problem atau
manajemen isu; PR membantu manajemen agar tetap responsive
dan ,mendapat informasi terkini tentang opini publik; PR
mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk
melayani kepentingan publik; PR membantu manajemen tetap
mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif,
dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan dini
untukmengantisipasi arah perubahan (trends); dan PR
menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai
alat utamanya” (Harlow dalam Cutlip, Center dan Broom, 2011;5)
Dari pengertian-pengertian di atas, sangat jelas jika peran public relations
dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan dalam menjaga hubungan yang
harmonis antara perusahaan dan publik. Dalam mewujudkan hal tersebut, public
relations juga berfungsi membantu perusahaan melakukan penyesuaian terhadap
lingkungannya, dengan cara melakukan pertukaran informasi (information
exchange) antara perusahaan dengan masyarakat lingkungan perusahaan, sehingga
perusahaan sebagai sebuah sistem dapat memelihara keseimbangan dan mampu
bertahan dengan baik (Putra, 2008:5.5). Karena tentu saja perusahaan
menginginkan keadaan yang aman untuk mencapai visi dan misi perusahaan
secara maksimal. Dengan adanya public relations maka ancaman-ancaman yang
melanda perusahaan mulai dari internal maupun eksternal perusahaan dapat
diidentifikasi lebih dini, sehingga perusahaan mampu memberikan langkahlangkah yang tepat.
Kemampuan perusahaan dalam menemukan langkah yang tepat,
khususnya dalam merespon lingkungan sekitarnya sejalan dengan yang
diungkapkan oleh PRSA dalam Pernyataan Resmi tentang Hubungan Masyarakat
yang dikutip dari Cutlip, Center, dan Broom (2011:5), Organisasi atau perusahaan
perlu memahami sikap dan nilai masyarakat mereka agar dapat mencapai tujuan
kelembagaan. Tujuan itu sendiri dibentuk oleh lingkungan eksternal. Praktisi
6 humas bertindak sebagai mediator yang membantu menerjemahkan tujuan pribadi
menjadi kebijaksanaan dan tindakan yang masuk akal serta dapat diterima
masyarakat.
Di dalam sebuah perusahaan, public relations memiliki peran strategis
seperti yang diungkapkan oleh Dozier dan Broom yang dikutip oleh (Putra,
2008:1.18) yaitu sebagai sebagai:
1) Expert Prescriber
Dalam kategori ini public relations berperan dalam membantu manajemen
untuk mencari solusi bagi penyelesaian masalah Public relationship yang
dihadapi sebuah organisasi.
2) Communication Facilitator
Sebagai communication facilitator, praktisi humas membantu manajemen
dengan menciptakan kesempatan-kesempatan untuk ‘mendengar’ apa kata publik
serta menciptakan peluang agar publik dapat mengetahui atau mendengar apa
yang diharapkan manajemen.
3) Problem-solving Process Fasilitator
Di kategori ini, praktisi humas melakukan kerjasama dengan bagian lain di
dalam manajemen perusahaan guna memecahkan permasalahan yang terjadi.
4) Communication Technician
Pada peranan ini, praktisi public relations hanya menyediakan layanan
teknis komunikasi untuk organisasi. Sedangkan untuk keputusan teknik
komunikasi yang harus dijalankan diputuskan oleh bagian lain dalam organisasi.
Peranan-peranan tersebutlah yang secara ideal harus dimiliki oleh public
relations di tiap perusahaan. Karena keempat peran public relations tersebut yang
kemudian bersinergis dalam proses manajemen perusahaan.
B. Isu dan Publik dalam Perusahaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, isu diartikan sebagai masalah dan
kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin;
desas-desus. Isu dalam penelitian ini dipahami sebagai adanya ketidaksesuaian
antara pengharapan publik dengan kinerja perusahaan. Chase & Jones
7 menggambarkan “issue” sebagai sebuah masalah yang belum terpecahkan yang
siap diambil keputusannya (an unsettled matter which is ready for decision).
Pakar lain mengatakan bahwa dalam bentuk dasarnya, sebuah “issue“
dapat didefinisikan sebagai ‘sebuah titik konflik antara sebuah organisasi dengan
satu atau lebih publiknya’ (‘a point of conflict between an organization and one
or more of its audicences’). (Regester & Larkin, 2003:42).Sejalan dengan
pendapat dari Harisson (dalam Kriyantono, 2011) yang memberikan definisi
bahwa isu adalah berbagai perkembangan, biasanya di dalam arena publik, yang
jika berlanjut, dapat secara signifikan memengaruhi operasional atau kepentingan
jangka panjang dari perusahaan. Sehingga bisa dibayangkan jika isu bisa menjadi
sebuah awal mula dari munculnya konflik.
Menurut The Issue Management Council, jika terjadi gap antara harapan
publik dengan kebijakan, operasional, produk dan komitmen perusahaan terhadap
publiknya, maka di situlah muncul isu (Galloway & Kwansah-Aidoo dalam
Regester & Larkin, 2008). Secara sederhana bisa dikatakan bahwa isu muncul dan
berkembang ketika ada ketidaksesuaian antara harapan publik dan perusahaan,
yang jika dibiarkan akan membawa dampak buruk bagi organisasi.
Bagan 1.1
Kemunculan Isu
Aktivitas Organisasi
Isu Gap
Harapan Publik
Sumber: Kriyantono (2011:152)
Dalam konteks ini, beragam hal dalam kehidupan dapat terkait dengan
aktivitas perusahaan dan tumbuh sensitif menjadi isu yang kemudian berkembang
di masyarakat. Isu yang berkembang di masyarakat tentunya bisa dikendalikan
oleh perusahaan, hal tersebut tergantung dari bagaimana public relations dapat
memonitor
lingkungannya
(Kriyantono,
2012:153).
Dengan
memonitor
lingkungan secara sistematik, public relations dapat mengobservasi alur opini
publik terhadap suatu peristiwa sosial yang dimungkinkan dapat mempengaruhi
operasional perusahaan. Secara umum kegiatan memonitor publik ini disebut “the
early warning” atau “the environmental scanning system”. Hal tersebut mencakup
tracking opini publik, termasuk mengkliping pemberitaan media massa dan
8 menggelar diskusi publik. Maka dengan aktivitas tersebut perusahaan melalui
public relations diharapkan memiliki kemampuan untuk memprediksi tentang apa
yang akan terjadi di masa depan.
Isu selalu hadir dalam aktivitas organisasi sebagai akibat dari interaksi
dengan publik dan lingkungan sosial tempat perusahaan berada. Sistem sosial
tidak pernah sepi dari pertarungan simbolik, sehingga public relations diharapkan
proaktif dalam mengelola isu. Dalam mengelola isu, public relations perlu
mengetahui tahapan-tahapan isu. Ada empat tahap perkembangan isu yang perlu
diketahui oleh public relations dalam perusahaan (Regester & Larkin dalam
Kriyantono 2012:159) :
1) Tahap Origin (Potential Stage)
Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya
pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini mereka akan melakukan tindakantindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap penting. Ini adalah tahap
penting yang menentukan apakah isu dapat dimanajemen dengan baik atau tidak.
Public relations dituntut untuk proaktif memonitor (scanning) lingkungannya.
Regester dan Larkin (dalam Kriyantono, 2012:159) mengatakan jika pada tahap
ini isu-isu belum menjadi perhatian pakar dan publik secara luas.
2) Tahap Mediation dan Amplification (Imminent Stage/Emerging)
Pada tahap ini, isu berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai
dukungan publik, yaitu adanya kelompok-kelompok yang saling mendukung dan
memberikan perhatian pada isu-isu tersebut. Kelompok-kelompok tersebut
terbantu berdasarkan pandangan yang sama, sehingga pemikiran tersebut memacu
meluasnya isu. Regester dan Larkin (dalam Kriyantono, 2012:160) mengatakan
jika pada tahap ini sebenarnya organisasi masih dapat menjaga agar isu tidak
membesar, tetapi sering terjadi organisasi kesulitan karena saat isu yang dianggap
penting ternyata muncul isu susulan. Di tahap inilah organisasi harus mampu
mengelola arus informasi dengan menyediakan informasi yang aktual, benar, dan
berbasis data dan membuka saluran komunikasi dua arah. Tujuannya agar isu
tidak membesar melalui pemberitaan media, karena pada tahap ini isu yang
9 berkembang di media masih bersifat sporadic dan hanya dilakukan beberapa
media saja.
3) Tahap Organisasi ( Current Stage dan Critical Stage)
Pada tahap ini, publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan
membentuk jaringan-jaringan.
Isu berkembang menjadi lebih popular karena
media massa memberitakannya berulang kali dengan eskalasi tinggi dan ditambah
dengan interaksi di media sosial dan jaringan. Sehingga isu menjadi diskusi publik
dan munculnya beberapa opini publik. Kelompok-kelompok mulai memprovokasi
publik dengan memberikan komentar-komentar di media massa. Dalam situasi ini,
media massa memegang peran penting karena kemampuannya dalam disemenasi
pesan dan pembentuk opini. Oleh karena itu public relations dituntut untuk selalu
jujur dan terbuka kepada publik dan media massa.
4) Tahap Resolution (Dormant Stage)
Pada tahap ini, organisasi mampu mengatasi isu dengan baik, sehingga isu
diasumsikan telah berakhir sampai seseorang memunculkan isu baru yang ternyata
mempunyai keterkaitan dengan isu sebelumnya atau pada waktu peringatan saat
isu mulai muncul pertama kali. Namun kondisi tersebut dapat memunculkan isu
yang sama kembali jika masih terdapat ketidakpuasan pada publik.
Dengan memahami tahap-tahap isu tersebut, maka diharapkan public
relations akan lebih mudah untuk merencanakan strategi kehumasan yang tepat
dalam manajemen isu. Karena dengan mengenali tahapan isu akan sangat
berpengaruh dengan langkah dan strategi yang akan dilakukan.
C. Public Relations dalam Manajemen Isu
Isu dapat berkembang secara tidak terduga dan bisa menghasilkan hasil
yang tidak diharapkan. Namun pada dasarnya isu dapat diantisipasi (Smudde
dalam Kriyantono 2012;152). Setiap perusahaan mimiliki kesadaran tinggi
tentang peristiwa-peristiwa serta isu-isu yang berpotensi memengaruhi aktivitas
perusahaannya. Oleh sebab itu, isu-isu yang berkembang perlu dimanajemen
dengan baik oleh public relations.
10 Ada dua esensi dari manajemen isu : (1) identifikasi dini atas isu yang
berpotensi memengaruhi organisasi, dan (2) respons strategis yang didesain untuk
mengurangi atau memperbesar konsekuensi dari isu tersebut (Cutlip, Center dan
Broom, 2011;24). Selain itu, manajemen isu mencakup identifikasi isu, analisis
isu, menentukan prioritas, memilih program starategi, mengimplementasikan
program aksi dan komunikasi, serta mengevaluasi efektivitasnya. Manajemen isu
juga merupakan proses menutup “kesenjangan antara tindakan korporat dengan
ekspektasi stakeholder” (Chase yang dikutip oleh Cutlip, Center dan Broom,
2011;24).
Definisi detail tentang manajemen isu juga dikemukakan oleh Coathes,
Jarrat and Heinz (seperti dikutip oleh Kriyantono, 2011:162):
“Manajemen isu adalah aktivitas yang diorganisasi (dalam suatu
organisasi) untuk mengidentifikasi munculnya kecenderungankecenderungan (situasi) atau isu-isu yang dimungkinkan
(diprediksi) memengaruhi aktivitas organisasi dalam beberapa
tahun ke depan (termasuk dalam jangka pendek) dan membangun
strategi organisasi untuk meresponsnya. Pada masa lalu, banyak
organisasi yang terlambat dalam mengidentifikasi dan merespons
isu, bahkan kebanyakan responsnya lebih bersifat reaktif (bukan
preventif/proaktif)”
Dari definisi-definisi di atas jelas terlihat bahwa perusahaan perlu
menerapkan manajemen isu guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan
merugikan perusahaan. Perusahaan yang menerapkan manajemen isu adalah
mereka yang memiliki komitmen bahwa publik adalah mitra mereka. Kemitraan
yang baik antara perusahaan dan publik tercipta melalui kegiatan komunikasi.
Melalui kegiatan komunikasi, maka diharpakan tercipta mutual understanding
antara perusahaan dan masyarakat.
Secara umum, ada lima tahapan manajemen isu. Regester dan Larkin
(dalam Kriyantono; 2012;165) membagi tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Isu
Public relations mengenali isu-isu yang diasumsikan dapat memengaruhi
organisasi. Tujuan identifikasi isu adalah untuk menempatkan prioritas awal atas
11 berbagai isu yang muncul. Proses identifikasi dalam tahap ini dapat menggunakan
beberapa cara, antara lain:
a) Polling opini, secara berkala public relations menyediakan berbagai
daftar pertanyaan yang disebarkan kepada publik melalui beragam
media seperti majalah internal, newsletter dan sebagainya.
b) Focus Group Discussion, public relations aktif menjalin komunikasi
dengan para pemuka pendapat (opinion leader).
c) Monitoring
berita-berita
media,
dengan
mengkliping
atau
mengumpulkan pemberitaan-pemberitaan perusahaan yang diberitakan
media.
d) Menampung opini publik internal sebagai media untuk menyampaikan
aspirasi.
e) Melakukan management by walking around dengan mengunjungi dan
mengobrol dengan kelompok publik untuk menampung aspirasi.
2. Analisis Isu
Tahapan ini mencakup upaya menganalisis penyebab isu dan kemungkinan
dalam memengaruhi perusahaan. Dengan analisis isu, perusahaan bisa mengetahui
isu yang sebenarnya muncul, penyebabnya dan dari mana sumbernya. Public
relations bisa menggunakan kriteria : seberapa besar dampak yang diakibatkan
dan seberapa besar jumlah publik yang terlibat dan dipengaruhi isu.
3. Pilihan Strategi Perubahan Isu
Dalam tahap ini public relations mulai merumuskan program-program
yang bisa dilakukan organisasinya untuk merespons isu tersebut. Tahap ini
dimulai dari respon perusahaan terhadap isu yang dihadapi. Respons diartikan
sebagai pencerminan posisi perusahaan terhadap isu, artinya program-program
kegiatan tersebut diaplikasikan untuk mempresentasikan tujuan-tujuan dan opini
perusahaam terhadap isu dan memengaruhi publik terhadap isu.
4. Program Penanganan Isu
Pada tahap ini perusahaan mulai memutuskan kebijakan yang mendukung
perubahan yang diinginkan untuk membuat program serta strategi dalam
penanganan isu. Tahap ini biasa dikenal dengan program komunikasi terintegrasi.
12 Public relations melibatkan dan berkonsistensi dengan strategi departemen
lainnya, seperti marketing, keuangan ataupun human resources. Tahap ini
merupakan tahap pelaksanaa program (issue action program).
5. Evaluasi Hasil
Setelah semua tahapan di atas, maka evaluasi dilakukan untuk mengetahui
bagaimana implementasi program dilakukan. Dengan evaluasi maka perusahaan
bisa melihat efektifitas langkah yang dilakukan. Karena semakin lama isu
berkembang, semakin sedikit pilihan yang tersedia dan semakin mahal biayanya
(Regester & Larkin, 2003).
Adanya tahapan-tahapan dalam manajemen isu, maka diharapkan
perusahaan akan mampu mengelola dan menangani isu dengan baik. Mengelola
isu dalam hal ini sama artinya dengan proses manajemen isu. Bagaimana isu
mampu diatasi melalui berbagai tahapan untuk kemudian menjadi sesuatu yang
membawa kebaikan bagi perusahaan. Oleh sebab itu penerapan manajemen isu
dalam perusahaan semakin menguatkan fungsi boundary spanning (perentang
batas) yang dimiliki public relations. Dimana public relations bertujuan untuk
mengadaptasi perusahaan pada kendala-kendala dan kemungkinan-kemungkinan
yang ditemukan dalam lingkungan yang tak dapat dikendalikan oleh organisasi
(Hodge & Anthony dalam Putra, 2008:5.5). Sebagai mediator antara publik dan
perusahaan, public relations juga mempunyai kesempatan berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan dalam kelompok manajemen puncak.
Ada beberapa tujuan dalam manajemen isu yang berhubungan erat dengan
praktek public relations (Heath dan Coombs dalam Prayudi 2007;25-39), yaitu:
1) Untuk memahami isu, sebab yang memunculkan isu dan hubungannya
yang mempengaruhi bagaimana isu akan diputuskan. Terkait dengan
perusahaan perkebunan, memahami isu ini berarti public relations mulai
menyadari kemunculan isu- isu dan mulai meretaskan sebab dan akibat
dari munculnya isu yang melanda perusahaan.
2) Untuk memonitor situasi – mendengarkan kritik dan lainnya yang
menentukan posisi isu. Posisi isu mulai dirumuskan oleh public relations
13 dengan melihat situasi dan mendengarkan kritik dari berbagai pihak
terutama dari masyarakat sekitar area perkebunan.
3) Untuk memahami apa yang mereka katakan dan motif dan kepentingan
mereka. Dalam hal ini public relations berkomunikasi untuk memahami
keinginan
dan
kepentingan
masyarakat
agar
isu
tidak
semakin
berkembang. Selain itu public relations mulai merumuskan hasil
pendekatan tersebut sebagai rumusan untuk mengelola isu.
4) Untuk menginformasikan, meyakinkan bahwa fakta utama yang relevan
dengan isu tersedia bagi publik seiring dengan mereka memikirkan isu.
Hal ini dilakukan oleh public relations sebagai wujud pendekatan kepada
masyarakat untuk mengkalirifikasi permasalahan yang terjadi sekaligus
untuk memikirkan strategi pengelolaan isu.
5) Untuk membujuk (meyakinkan) publik mengenai beberapa posisi dan
untuk dibujuk sebagai konsekuensinya, sehingga penyelesaian terbaik
dapat diambil; untuk memotivasi publik agar isu diselesaikan dan untuk
memotivasi pubik mengurangi protes begitu isu diselesaikan.
6) Untuk terlibat dalam pembuatan keputusan dan negosiasi untuk
menyatukan kepentingan, mengurangi konflik, dan menyelesaikan
masalah. Public relations akan menumpahkan pandangan-pandangannya
dan ikut membuat keputusan dalam memilih langkah dan strategi yang
diambil guna mengelola isu.
7) Untuk menciptakan kembali makna yang menyatukan kepentingan,
mereduksi konflik dan menyelesaikan masalah isu.
D. Strategi dan Model Komunikasi Public Relations dalam Manajeme Isu
Merujuk pada pendapat Grunig & Hunt (seperti dikutip oleh Putra,
2008:2.19) bahwa public relations pada dasarnya adalah manajemen komunikasi
antara sebuah organisasi dengan berbagai publiknya, maka kegiatan humas pada
dasarnya adalah kegiatan pengelolaan program-program komunikasi yang
dijalankan perusahaan. Program-program komunikasi tersebut dijalankan guna
14 membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan berbagai publiknya
sekaligus menyelesaikan isu serta konflik yang mungkin terjadi.
Berkaitan dengan strategi yang akan dijalankan perusahaan tersebut,
Jacobus (1992) menjelaskan mengenai komponen dalam membentuk strategi
sebuah perusahaan (Corporate Strategy):
1) Secara makro, lingkungan perusahaan tersebut akan dipengaruhi oleh
unsur - unsur; kebijakan umum, budaya yang dianut, sistem perekonomian
dan teknologi yang dikuasai oleh perusahaan bersangkutan.
2) Secara mikro, tergantung dari; misi perusahaan, sumber-sumber daya
guna lainnya dikuasai, sistem pengorganisasian dan rencana atau program
dalam jangka waktu pendek maupun panjang, serta tujuan dan sasaran
yang hendak dicapai.
Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi yang akan
digunakan dalam mengelola isu perlu mempertimbangakan elemen-elemen makro
dan mikro seperti yang telah dipaparkan. Selain itu konsep strategis perusahaan
juga dikemukakan oleh Cutlip, Center dan Broom (2011:352), sebuah pemikiran
strategis adalah memprediksi atau menentukan tujuan masa depan yang
diharapkan, menentukan kekuatan apa yang akan membantu atau menghalangi
upaya mengejar tujuan, dan merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang
diharapkan tersebut.
Dalam perusahaan khususnya manajemen isu, public relations bertugas
untuk merespons isu, yang diartikan sebagai pencerminan posisi perusahaan
terhadap isu yang nantinya strategi dan program perusahaan tersebut dapat
diaplikasikan untuk mempresentasikan tujuan-tujuan dan opini perusahaan
terhadap isu dan memengaruhi publik terhadap isu tersebut. Menurut Regester &
Larkin (2008:66) ada tiga strategi yang harus dilakukan dalam tahap ini
1) Adaptive change strategy adalah strategi terbuka terhadap perubahan,
mengantisipasi perubahan dan menawarkan dialog konstruktif untuk
menggapai kompromi dan akomodasi.
2) Reactive change strategy adalah strategi berdasarkan ketidakinginan
perusahaan untuk mengubah kebijakannya, karena perusahaan sudah
15 menganggap kebijaknnya yang dilakukan selama ini sudah mampu
meredam isu yang ada.
3) Dynamic respons strategy adalah strategi yang bertujuan untuk
mengantidisipasi dan membentuk arah pembuatan kebijakan publik
dengan menentukan kampanye yang akan dilaksanakan.
Pandangan lain tentang strategi dijelaskan berdasarkan permasalahan yang
ada, strategi humas yang digunakan menurut Smith (2005) terdiri dari dua yakni
proaktif yang terdiri dari strategi action (meliputi performa lembaga, partisipasi
audience, special event, aliansi dan koalisi, sponsorship, philanthropy, dan
activism) dan strategi komunikasi (publisitas, newsworthy informations, dan
transparent communications) serta strategi reaktif yang terdiri dari strategi preempative action, strategi offensive respon, strategi defensive respon, strategi
pengelakan, strategi vocal commiseration, strategi rectifying behavior, dan
strategi inaction. Strategi proaktif tidak hanya meng-cover dari luar saja tapi juga
menelusuri sampai ke dalamnya hingga akhirnya menemukan langkah
antisipasinya. Untuk strategi reaktif, humas tidak memberikan celah pada isu-isu
tersebut untuk berkembang, dimana strategi ini merupakan langkah sigap dan
tanggap humas terhadap munculnya berbagai isu.
Selain merumuskan strategi pengelolaan isu, public relations juga harus
memahami model public relations yang akan diimplementasi dalam penyampaian
pesan ke publik. Karena keterlibatan public relations dalam manajemen isu
memungkinkan implementasi model komunikasi dua arah, baik asimetris maupun
simetris dan mengurangi penggunaan model komunikasi satu arah, keagenan pers
dan informasi publik (Prayudi, 2007). Lebih rinci model public relations yang
dikemukakan oleh Grunig and Hunt dapat dipahami sebagai berikut :
16 Tabel. 1.1
Model Public Relations
Model
Karateristik Press Agentry Tujuan Propaganda Hakekat Komunikasi Model Komunikasi Hakekat Penelitian One‐way; kebenaran penuh tak penting Sumber –
penerima Sedikit Public Information Penyebaran informasi Two Way Asymmetric Persuasi ilmiah Two Way Simmetric Saling pengertian One‐way; kebenaran penting Two‐way; Dampak tak berimbang Two‐way : Dampak berimbang Sumber –
penerima Sumber – Penerima Sedikit; keterbacaan, kepembacaan Formatif, evaluative, tentang sikap Kelompok –
Kelpompok Formatif, evaluative tentang pemahaman Sumber : Grunig and Hunt (dalam Putra, 2008)
1.6 Kerangka Konsep
Dari banyaknya kemungkinan isu yang muncul, penelitian ini akan fokus
terhadap isu kesejahteraan sosial yang terjadi di PTPN VII (Persero) wilayah
Lampung. Dimana isu kesejahteraan sosial muncul ketika ada ketidaksesuaian
antara pengharapan publik dengan praktek organisasi yang jika diabaikan bisa
berdampak merugikan bagi organisasi. Isu bisa meliputi masalah, perubahan,
peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai (Prayudi, 2007;26).
Pengelolaan isu kesejahteraan sesuai akan diidentifikasi melalui Teori
Manajemen Isu oleh Regester Larkin (2003) yang mencakup tahap identifikasi
isu, analisisi isu, strategi perubahan isu, implementasi program dan evaluasi.
Dalam hal ini humas berperan penting dalam proses pengelolaan isu, sehingga
pada tahap pilihan strategi, strategi diidentifikasi melalui srtategi kehumasan.
Strategi kehumasan yang dikaji dalam penelitian ini mencakup strategi proaktif &
reaktif seperti dikutip oleh Smith (2005), yang di dalamnya mencakup rencana
tindakan (aksi) dan komunikasi kehumasan yang dilakukan perusahaan dalam
mengelola isu kesejahteraan sosial. Strategi kehumasan yang diteliti difokuskan
kepada pengelolaan isu kesejahteraan sosial terhadap masyarakat sebagai upaya
untuk menangani kasus pencurian.
17 Sedangkan pada kajian kasus pencurian, peneliti hanya mengidentifikasi
kasus pencurian sebagai tindakan para pelaku mengambil getah karet milik
perusahaan tanpa izin atau dan dengan sembunyi-sembunyi. Peneliti membahas
pencurian hanya sebagai dampak dari berkembangnya isu kesejahteraan sosial,
karena pada dasarnya penelitian ini terfokus hanya untuk mengkaji bagaimana
strategi kehumasan PTPN VII (Persero) dalam mengelola isu kesejahteraan sosial
yang berkembang selama ini.
Konsep inilah yang akan digunakan dalam penelitian terhadap PTPN VII
(Persero) untuk mengetahui bagaimana PTPN VII (Persero) mengelola isu
kesejahteraan sosial yang dilakukan sebagai upaya menangani kasis pencurian
getah karet di wilayah Lampung.
1.7 Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode
studi kasus deskriptif. Metode penelitian studi kasus merupakan suatu penelitian
empiris yang menyelidiki fenomena yang terjadi dalam konteks kehidupan nyata,
dimana tidak ada batas antara fenomena dengan konteks secara tegas dan
menggunakan banyak sumber (Yin, 2012). Menurut Walizar (1990) penelitian
deskriptif merupakan suatu cara melakukan pengamatan dimana indikatorindikator adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan secara
lisan maupun tulisan. Menjadi menarik karena pada faktanya masih sedikit
perusahaan yang menerapkan manajemen isu dalam perusahaannya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara mendalam strategi
kehumasan PTPN VII (Persero) dalam mengelola isu kesejahteraan sosial melalui
berbagai bentuk kinerja kehumasan yang dilakukan sehingga terlihat fakta objektif
yang menjelaskan perihal keefektifan program komunikasi kehumasan beserta
opini solutifnya.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Tanjung
18 Karang, Bandar
Lampung.
Waktu : 10 Mei – 10 Juni 2013
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian studi kasus, Yin (2012) menyatakan
dokumentasi, wawancara dan observasi merupakan sumber bukti atau data yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi serta data yang relevan dengan
penelitian kualitatif.
Tabel 1.2:
Teknik Pengumpulan Data
No 1. 2. Teknik Pengumpulan Data Dokumentasi Wawancara Tujuan Dokumen bertujuan untuk mendukung informasi dari sumber‐sumber lain. Hasil studi dokumentasi akan menghasilkan data‐data mengenai proses strategi public relations dalam pengelolaan isu berupa hasil rapat tim, hasil riset tim, anggaran, jadwal pelaksanaan dan sebagainya. Wawancara merupakan proses tanya jawab dengan bertatap muka dengan informan yang bertujuan untuk menggali informasi yang mencakup hal‐hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Berikut daftar narasumbernya : 1. Tinjauan Umum Perusahaan : Ir. Yulita Ratna Karyati (Ketua Bagian Umum dan PKBL) 2. Tinjauan Umum Public Relations : Sonny Soediastanto, SH (Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan), Sandri (Ketua Urusan Humas dan Protokoler) 3. Tinjauan Isu Kesejahteraan Sosial : Sonny Soediastanto, SH (Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan), M. Arifin, SP (Manajer Distrik Way Sekampung), Ir. Yulita Ratna Karyati (Ketua Bagian Umum dan PKBL) 4. Strategi Kehumasan Manajemen Isu : Sandri (Ketua Urusan Humas dan Protokoler), Ade (Sinder Umum UU Kedaton). AA. Putra Wahyu G (Kepala Bagian Manajemen Resiko) 5. Masyarakat : Wagimin (Kepala Desa Way 19 Jenis Data Catatan, transkrip, buku, surat kabar, berita, majalah, notulen rapat, dsb. Pendapat dari berbagai narasumber tentang perusahaan dan informasi strategi humas dalam mengelola isu kesejahteraan sosial di PTPN VII (Persero). Galih, Kedaton), Ibu Jumiranti (Kepala Dusun Sabahbalau, Kedaton) dan Sukemi (warga setempat) Observasi Langsung 3. Observasi langsung bertujuan untuk mengumpulkan data. Peneliti akan mengamati secara langsung kinerja, sistem kerja, dan segala kegiatan bagian kehumasan PTPN VII(Persero). Catatan dari pengamatan peliti yang mencakup mencakup kronologi kejadian, lokasi dan sebagainya C. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2007: 244) yang dimaksudkan dengan analisis data
adalah proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh
dari wawancara, observasi,
dan
dokumentasi di lapangan. Selain itu juga
dilakukan perbandingan antara data yang diperoleh dengan suatu pola yang sudah
dibuat dari beberapa teori yang telah disusun, yang biasa disebut pattern
matching.
Dalam penelitian ini, analisis data disederhanakan dengan beberapa
tahapan sebagai berikut. (1) mengindentifikasi data yang diperoleh dari lapangan,
melalui teknik wawancara, observasi, maupun dokumentasi, yang bersumber dari
hasil penelitian yang di lakukan di lapangan. (2) Tahap ini peneliti akan
mengklasifikasikan data yang masuk menjadi dua kategori yaitu data-data yang
berhubungan dengan isu kesejahteraan sosial yang berkembang di masyarakat dan
strategi kehumasan dalam mengelola isu yang dilakukan public relations di PTPN
VII (Persero).(3) Pada tahap ini peneliti melakukan interpretatif data dengan
memaknai dan menelaah ulang informasi atau data yang di dapatkan dilapangan.
Triangulasi data turut digunakan untuk menguji keabsahan data dengan tujuan
menghindari bias data antara yang satu dengan yang lain. (4) Pada tahapan ini
peneliti melakukan analisis komperhensif untuk menghubungkan data yang satu
dengan yang lainnya agar keseluruhan data dapat ditelaah secara jelas dan
terperinci. Hasil data yang di dapatkan akan dari analisis data ini diperlukan untuk
dapat memecahkan pertanyaan penelitian mengenai strategi kehumasan PTPN VII
(Persero) dalam mengelola isu kesejahteraan sosial sebagai upaya menangani
kasus pencurian getah karet di wilayah PTPN VII(Persero).
20 
Download