BAB II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN

advertisement
BAB II
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
DAN PERILAKU TERPUJI
A.
Pembelajaran Akidah Akhlak
1.
Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
Pengertian pembelajaran secara tekstual sebagaimana yang
tercantum dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah bentuk kata
benda yang berarti proses, cara, menjadikan orang tua makhluk hidup
belajar.1 Pembelajaran berdasarkan makna klasikal berarti proses,
cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan
pengajaran guru mengajar, diartikan sebagai upaya upaya guru
mengorganisasi lingkungan terjadinya pembelajaran. Dengan kata lain
pembelajaran adalah akibat dari adanya sebuah pengajaran sehingga
secara terminologi pengertian pembelajaran intern dengan pengertian
titik beratnya yang berbeda. Kalau pengajaran yang aktif adalah
pendidiknya sedangkan kalau pembelajaran titik beratnya pada
keaktifan anak sebagai peserta didik. Guru mengajarkan dalam
persepektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar
bagi
siswanya
untuk
mempelajarinya.
Jadi
subjek
adalah
siswa.Pembelajaran berpusat pada siswa pembelajaran merupakan
1
Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1995), hlm.14.
23
24
proses organik
dan konstruktif, bukan mekanik seperti halnya
pengajaran.2
Secara terminology pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusunmeliputi
unsur-unsur
manusiawi,
material,
fasilitas,
perlengkapan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.3
Dari uraian di atas maka dapat di jelaskan bahwa pembelajaran
merupakan usaha dasar sengaja dilakukan secara sistematis untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan.Dengan
demikian kegiatan pembelajaran dilukiskan sebagai upaya-upaya guru
yang tujuannya membantu siswa untuk belajar. Oleh karena itu posisi
guru tidak hanya sebagai penyampaian informasi sebagai pengaruh
dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar.
Mata pelajaran akidah akhlak adalah salah satu sub mata pelajaran
pendidikan Agama
Islam di
madrasah,
yang dalam
proses
pembelajarannya bisa dilakukan melalui bimbingan, pengajaran,
latihan, dan pengalaman. Penekanan pembelajaran Akidah Akhlak
bukan
sekedar
pada
penguasaan
ilmunya,
tetapi
bagaimana
menumbuhkan kesadaran peserta didik memiliki akidah dan keluhuran
akhlak yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
2
Agus Supri Jono,Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi Paikem, (Jogjakarta: Pustaka
Pelajar , 2009), hlm. 13.
3
OemarMalik, kurikulum dan pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 57.
25
Akidah berasal dari kata aqaid, bentuk jamak dari akidah yang
berarti kepercayaan atau keyakinan.4 Menurut istilah akidah adalah
ajaran tentang kepercayaan yang di dalamnya berisi mengenai
pengajaran ketawakalan kepada Allah, keyakinan akan pertolongan
kepada Allah,yang diharapkan nantinya dapat mendorong manusia
untuk merasa puas dengan adanya qadha dan qadar.5 Akidah ini
dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bertagama dan beriman
kepada Allah, baik itu kebaikan, keberkahan, dan kenikmatan yang di
dapatkan oleh setiap orang lain.
Adapun kata akhlak menurut bahasa (etimologi) adalah bentuk
jamak dari khuluk (khuluqun) yang berarti budi pekerti sinonimnya
adalah etika dan moral.Etika berasal dari bahasalatin juga, etos yang
berarti kebiasaan.,Moral berasal dari bahasa lartin juga, mores, juga
berarti kebiasaannya.6
Menurut Ahmad Amin, beliau akhlak adalah “ kebiasaan
kehendak”.7 Kehendak itu bila dibiasakan akan menjadi terbiasa itu
yang disebut akhlak. Contoh: bila kehendak itu dibiasakan memberi
maka kebiasaan itu disebut akhlak darmawan.memberi maka
kebiasaan itu disebut akhlak darmawan.
4
Anton M Moeliono, Kasaus Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 772.
Masan Alfat, Akidah akhlak, (Semarang: CV Thoha Putra, 1995), hlm. 100.
6
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islami: Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panji Mas,
1996), hlm. 26.
7
Ahmad Admin, EtikaIlmu Akhlak,(Jakarta: Bulan Bintang , 1995), 62.
5
26
Menurut Hamzah Ya‟quh menjelaskan bahwa akhlak timbul
sebagai media memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq
dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.8
Menurut Rohman dan Khamzah Ilmu akhlak adalah ilmu yang
membahas tentang perbuatan yang dilakukan manusia, serta
mengajarkan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan
jahat yang harus dihindari dalam pergaulan, baik dengan sesama
manusia maupun dengan Tuhan.
Menurut Imam Ghazali dalam Rohman dan Khamzah Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan
perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Menurut Ahmad Amin dalam Rohman dan Khamzah
Akhlak adalah membiasakan kehendak, ini berarti bahwa apabila
kehendak dibiasakan terhadap sesuatu maka kebiasaan itu akan dapat
membentuk akhlak.9
Menurut Imam Al Ghazali mengemukakan definisi adalah yaitu
“Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.10
Menurut Al Ghazali akhlak mempunyai tiga dimensi:
8
H. Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung CV. Diponegoro, 1985, cet. Ketiga), hlm.11.
Rohman Roli Abdul dan Khamzah M, Menjaga Aqidah dan Akhlak untuk Kelas X
Madrasah Aliyah (Solo PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: 2014) hlm. 28.
10
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.12.
9
27
a. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannya seperti
ibadah dan sehat
b. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pengeluaran
dengan sesamanya
c. Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. Pada
dasarnya al gghazali yang dikutip abudin data dalam bukunybahwa:
“Kepribadian itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan dan pembiasaan”. 11
Dari pengertian di atas dapatlah diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang di bawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang
selalu ada padanya.Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut akhlak
yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai
dengan pembinaannya. Jadi kedua pengertian di atas yaitu “ akidah dan
“akhlak” dapat diketahui bahwa keuanya mempunyai hubungan yang erat,
karena akidah atau imam dan iman berada dalam hati.
Dibuktikan dalil-dalil naqli dan aqi, serta penanaman dan penghayatan
terhadap al-asma al-husna dngan menunjkan ciri-ciri tanda-tanda perilaku
seseorang dalam realita kehidupan individu dan sosial serta pengalaman
akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Secara subtensial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan
mempraktikannya bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan
11
Abudin nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005,cet ke 2), hlm.28
28
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.Akhlak karimah ini
sangat penting untuk dipraktikan dan diciptakan oleh peserta didik dalam
kehidupan individu bermasyarakat dan berbangsa, tercantum dalam rangka
mengantisipasi
dampak
negatif
dari
era
globalisasi
dan
krisi
multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.12Jadi mata
pelajaran akidah akhlak mengandung arti pengajaran yang membicarakan
memberikan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai dari suatu
perbuatan baik dan buruk dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan
yang tidak dicampur keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh
ajaran agama.
Pendidikan
sangat
besar
pengaruhnya
terhadapakhlak
seseorang.Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat
melakukan suatu perubahan pada dirinya. Pelajaran akidah akhlak sangat
strategis untuk diberikan agar peserta didik dapat bertingkah laku, bersikap
terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan)dengan baik.13
Pelajaanakidah akhlak berfungsi memberikan kemampuan dan
ketrampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan
pemahaman, penghayatan, pengalaman akhlak Islami dan nilai-nilai
keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengalaman nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan.
12
Martin Handoko, Motivasi daya penggerakan tingkah laku, (Yogyakarta: Kanisius,
2002), hlm. 64.
13
Mustofa Op.cit, hlm. 109.
29
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran
akidah akhlak dengan mata pelajaran lainnya merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan bahkan saling membantu dan menunjang,
Karena
mata
pelajaran
lainnya
secara
keseluruhan
berfungsi
menyempurnakan tujuan pendidikan. Namun, bahwa tuntutan mata
pelajaran akidah akhlak agak berbeda dengan yang lain, sebab materinya
bukan saja untuk diketahui, dihayati, dan dihafal melainkan juga harus
diamalkan oleh para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.14
2.
Ruang Lingkup Pelajaran Akidah Akhlak
Pelajaran akidah akhlak berisi bahan pelajaran
yang dapat
mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar pesrta didik untuk dapat
memahami rukun iman dengan sederhana serta pengalaman dan pembiasaan
akhlak islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan landasan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang
pendidikan yang berikutnya.
Ruang lingkup pelajaran Akdah akhlak, dan aspek kisah keteladanan.
Aspek keimanan adalah aspek yang berhubungan dengan keimanan,
meluputi sub-sub aspek diantaranya yaitu : 1) Mengatahui dan meyakini
rukun iman, 2) Beriman kepada Allah Swt, 3) Beriman kepada Malaikat
dan Rasul Allah. Aspek Akhlak adalah aspek yang berhubungan dengan
tingkah laku, meliputi sub-sub aspek diantaranya yaitu: 1) Akhlak di rumah,
di madrasah dan diperjalanan, 2) Akhlak dalam keadaan bersin, menguap,
14
Departemen Agama, kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Madrasah, (Jakarta:
Depag, 2003), hlm. 2.
30
dan meludah, 3) Akhlak dalam keadaan bergaul dengan orang yang lebih
lemah, 4) Akhlak dalam membantu dan menerima tamu, 5) Perilaku akhlak
peribadi yang terpuji, meliputi: rjin, pemaaf, ramah, lemah, lembut,
berterimakasih , dermawan, teliti, rendah hati, taqwa, adil, persaudaraan,
dan persatuan, tanggung jawab, berani menegakkan kebenaran, taat kepada
Allah, dan menghindari akhlak tercela, 6) Akhlak dalam bertangga, 7)
Akhlak dalam berbicara melafalkan, dan membiasakan kalimat thayiban, 9)
Akhlak terhadap orang yang sakit dan syukur nikmat. Aspek kisah
keteladanan adalah aspek yang berhubungan dengan meniru perilaku atau
tingkah laku Nabi, meliputi sub-sub aspek diantaranya yaitu:1)Keteladanan
Nabi Muhammad saw, 2)Kisah Nabi Musa as dan Nabbi Yusuf as, 3) Kisah
Siti Masyitoh dan Ashabul Kahfi.
3.
Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak
a.
Pendekatan
Ada berbagai pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam
merancang dan mengembangkan kegiatan pembelajaran akidah akhlak,
diantaranya lain:
1)
Pendekatan keimanan atau spiritual
Pendekatan keimanan atau spiritual yaitu pembelajaran yang
dikembangkan dengan mengelola rasa dan kemampuan beriman peserta
didik melalui pengembangan kecerdasan spiritual (SQ) dalam menerima
penghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
31
2)
Pendekatan pengalaman
Pendekatan
dikembangkan
pengalaman
dengan
yaitu
paradigm
proses
pedagogic
pembelajaran
refletif
yang
yang
lebih
mengutamakan aktifitas peserta didik untuk menemukan dan memakai
pengalamannya sendiri dalam menerima dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3)
Pendekatan emosional
Pendekatan emosional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan
mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) peserta didik dalam menerima,
menghayati, dan 2) strategi embelajaran untuk mengaktifkan individu
a.
Strategi membaca dengan keras
Membaca dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan
perhatian
secara
mental,
menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan,
dan
merancang diskusi.
b.
Setiap orang adalah guru
Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh
partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini
memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak
sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lain.
32
c.
Menulis pengalaman secara langsung
Menulis dapat membantu peserta didik mereflekasikan pengalamanpengalaman yang telah mereka alami.15
B.
Perilaku Terpuji
Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia yang
mempunyi bentangan sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, belajar,menulis, membaca, dan sebagainya. 16
Perilaku terpuji adalah segala perbuatan,tingkah laku termasuk
beribadah dmana seolah-olah Allah melihat segala yang dilakukan, jika
tidak melihatnya maka wajib yakin bahwa sesungguhnya dia maha
melihat.17Perilaku terpuji pada dasarnya perilaku terpuji pada dasarnya
dilakukan untuk memndekatkan diri kepada Allah, dalam segala
perbuatanyangdiniatkan ibadah dan ikhlas.Secara umum perilaku terpuji
pada siswa merupakan reaksi yang ditentukan oleh siswa dalam bentuk
bahasa atau gerakan utuh, perilaku siswa dapat dilihat serta diamatibaik
ketika ia dalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
Pada dasarnya perilaku terpuji wajib diterapkan dalam segala hal, baik
dalam hubungan sesama manusia dilingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat maupun dlam hubungan dengan Allah dalam bentuk pengabdian
seseorang hamba.Hal tersebut dapat mengingatkankita bahwa Allah melihat
15
Departemen Agama, Kegiatan Pembelajaran Aqidah akhlak Madrasah Ibdtidaiyah,
hlm.31-40
16
Notoatmodjo, dkk, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jkarta: Badan Penerbit
Kesehatan Masyarakat Unifersitas Indonesia, 1985), hlm. 25
17
Jamaludin Kafie, Tuntunan Pelaksanaan Rukun Islam dan Ikhsan, (Surabaya : AlIkhlas, 1986), hlm. 223.
33
segala sesuatu yang kitalakukan baik dan buruknya hanya dia yang maha
tau.
Pendidikan Agama Islam yang dapat melahirkan perilaku terpuji pada
siswa akan menghindarkan manusia dari keungkinan terjebak ada kesesatan
dan kehancuran. Dalam kaitan ini pendidikan agama islam diharapkan dapat
tetap concern terhadap masyarakatnya. Secara umum, perilaku siswa dapat
dibentuk melalui pendidikan agama islam disekolah. Namun, sekolah bukan
satu-satunya sarana yang berperan dalam mewujudkan perilaku terpuji
siswa.Sekolah, terutama guru PAI tidak bisa bekerja sendiri dalam
mewujudkan berperilaku terpuji pada siswa, tetapi justru harus bekerjasama
dengan masyarakat tempat siswa tersebut berada.18
Sisi lain dari peserta didik juga perlu kita ketahui dari kode etik yang
dimiliki. Sifat-sifat dank ode etik peserta didik merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Al-Ghozali, yang dikutip oleh Fadhiyah Hasan
Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu:
1.
Belajar niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.(QS. Al-An-„
am: 162, al-Dzariyat:56).
2.
Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi
(QS. Adha-Dhuha: 4).
3.
Bersikap tawadlu‟ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan
pribadi untuk kepentingan pendidiknya.
18
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galisa,
2003), hlm. 68.
34
4.
Menjaga pikiran pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga
yang utuh dan mendalam dalam belajar.
5.
Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi
mmaupun untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela
(madzmumah).
6.
Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang
mudah menuj pelajaran yang sukar atau dari ilmu yang fardlu „ain menuju
ilmu yang fardlu kifayah (QS.al-Insyiqaq:19).
7.
Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
8.
Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai
makhluk Allah SWT. , Sebelum memasuki ilmu duniawi.
9.
Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu
yang bermanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi
keselamatan hidup dunia akhirat.
10.
Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tindaknya
orang sakit terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode
madzab yang diajarkan oleh pendidik-pendidik padaumumnya, serta
diperkenankan bagi bagi peserta didik untuk mengikuti kesenian yang baik19
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perilaku anak menjadi kurang baik,
oleh karena itu faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi empat baik,
yaitu:
19
Amin, Pembelajaran Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara 2006), hlm.17
35
a.
Faktor-faktor yang ada didalam anak itu sendiri, antara lain:
1)
Predesporing, faktor yaitu faktor kelainan yang dibawa sejak lahir,
seperti cacat keturunan, fisik maupun psikis.
2)
Lemahnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
3)
Kurangnya dasar-dasar keagamaan di dalam diri, sehingga sukar
menukar norma luar atau memilih norma yang baik di lingkungan
masyrakat.
b.
Faktor-faktor yang berasal dari lingkungan keluarga, antara lain:
1)
Anak kurang mendapatkan kasih saying dan perhatian orang tua.
2)
Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, sehingga tidak mampu
mencukupi kebutuhan.
3)
c.
20
Kehidupan orang tua yang tidak harmonis.
Faktor-faktor yang berasal dari masyarakat, antara lain:
1)
Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekuen.
2)
Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan
3)
Kurangnya pengawasan terhadap remaja.
4)
Pengaruh norma-norma baru diluar.20
Hasan Langgulung, Pembelajaran Pendidikan, (Bandung: Remaja, Rosda Karya,1993), hlm.45
36
d.
Faktor-faktor yang berasal dari sekolah.
1)
Faktor guru.
Guru yang mengajar dengan asal-asalan, sering membolos akan
berakibatburuk bagi peserta didiknya.Peserta didik akan berbuat
sekehendaknya sendiri tanpa ada perhatian dari gurunya.
2)
Faktor fasilitas pendidikan
Dengan kurangnya fasilitas pendidikan akan menyebabkan
terhalangnya penyaluran bakat dan keinginan siswa.
3)
Norma-norma pendidikan dan kekompakan
Jika diantara guru terhadap perbedaan norma dalam cara
mendidik maka hal ini akan menjadi sumber timbulnya perilaku anak
yang kurang baik.
4)
Kekurangan guru
Dengan
berkurangnya
jumlah
guru
maka
akan
terjadi
penggabungan kelas sehingga dapat menyebabkan guru kesulitan
mengatasi kelas, hal ini akan mengakibatkan guru kelelahan, bahkan
stress dan belajar mengajar kurang efektif, kelas menjadi kacau dan
dapat berdampak buruk bagi para peserta didik.21
Proses Perkembangan Perilaku
Ada dua metode untuk mengembangkan perilaku yaitu Shapingada
dua (membentuk perilaku) dan modeling (pemodelan).
21
Muhamad Ali,Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Al-gasindo,2005),hlm
29.
37
a.
Shaping digunakan bila membimbing siswa menuju pencapaian tujuan
dengan
memberikan
reinforcement
pada
langkah-langkah
menuju
keberhasilan.
Reincement dan extitention merupakan alat untuk menciptakan perilaku
operan yang baru dengan memastikan perilaku ahir yang diinginkan dan
membuat analisis tugas, langkah apa saja yang harus dicapai pada perlakuan
ini, kemudian Reinforcer hanya diberikan pada tingkah laku yang
diinginkan. Proses ini dinamakan shaping, karena menyangkut embentukan
respon yang bermacam-macam.
b.
Modeling adalah suatu bentuk belajar yang dapat diterangkan secara tepat
oleh classical conditioning maupun operantconditioning. Dalam modeling
seorang siswa belajar tingkah laku dengan menyaksikan orang lain yakni
meniru yang di lakukan model tersebut.
Prosedur Mengubah Perilaku
Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk mengendalikan
suatu menghilangkan perilaku.
a.
Reinforeing competing behaviors (memperkuat perilaku bersaing).
Cara ini digunakan untuk menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan, seorang guru mengabaikan perilaku peserta didik yang mengacu
dan memuji perilaku peserta didik yang baik.
38
b.
Extinetion (penghapusan).
Merupakan proses dimana suatu operan yang telah terbentuk bahwa
selama permulaan tahap Extinotion perilaku yang tidak diinginkan akan
menjadi lebih buruk jika tidak segera diperbaiki.
c.
Santiation (pemuasan terhadap suatu keinginan)
Merupakan suatu metode untuk memperlemahkan perilaku dengan
cara mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara terus menerus.
22
d.
.
Changing the stimulus environment (mengubah lingkungan stimuli)
Metode ini dilakukan melihat beberapa perilaku dapat dikendalikan
dengan mengubah kondisi stimulus yang mempengaruhinya.
e.
Panisment (hukuman)
Hukuman dapat menekan perilaku yang tidak diinginkan dalam waktu
singkat.Metode ini harus digunakan secara bijaksana dan diikuti dengan
Reiforcement.23
Proses pengembangan dan pembentukan perilaku yang akan dilakukan
pada tiap siswa tentu saja akan berbeda satu sama lain. Tindakan yang
diambil harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik.
Seseorang guru hendaknya paham akan hal tersebut agar dapat
menyelesaikan permasalahan dalam diri peserta didik demi terwujudnya
perilaku terpuji.
22
Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), hlm. 141
Jamal Ma’ mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi, (Jogjakarta: Diva Press,2002), hlm 23
23
Download