BAB II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN PERILAKU TERPUJI A. Pembelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak Pengertian pembelajaran secara tekstual sebagaimana yang tercantum dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah bentuk kata benda yang berarti proses, cara, menjadikan orang tua makhluk hidup belajar.1 Pembelajaran berdasarkan makna klasikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran guru mengajar, diartikan sebagai upaya upaya guru mengorganisasi lingkungan terjadinya pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah akibat dari adanya sebuah pengajaran sehingga secara terminologi pengertian pembelajaran intern dengan pengertian titik beratnya yang berbeda. Kalau pengajaran yang aktif adalah pendidiknya sedangkan kalau pembelajaran titik beratnya pada keaktifan anak sebagai peserta didik. Guru mengajarkan dalam persepektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswanya untuk mempelajarinya. Jadi subjek adalah siswa.Pembelajaran berpusat pada siswa pembelajaran merupakan 1 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1995), hlm.14. 23 24 proses organik dan konstruktif, bukan mekanik seperti halnya pengajaran.2 Secara terminology pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusunmeliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.3 Dari uraian di atas maka dapat di jelaskan bahwa pembelajaran merupakan usaha dasar sengaja dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan.Dengan demikian kegiatan pembelajaran dilukiskan sebagai upaya-upaya guru yang tujuannya membantu siswa untuk belajar. Oleh karena itu posisi guru tidak hanya sebagai penyampaian informasi sebagai pengaruh dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar. Mata pelajaran akidah akhlak adalah salah satu sub mata pelajaran pendidikan Agama Islam di madrasah, yang dalam proses pembelajarannya bisa dilakukan melalui bimbingan, pengajaran, latihan, dan pengalaman. Penekanan pembelajaran Akidah Akhlak bukan sekedar pada penguasaan ilmunya, tetapi bagaimana menumbuhkan kesadaran peserta didik memiliki akidah dan keluhuran akhlak yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. 2 Agus Supri Jono,Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi Paikem, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar , 2009), hlm. 13. 3 OemarMalik, kurikulum dan pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 57. 25 Akidah berasal dari kata aqaid, bentuk jamak dari akidah yang berarti kepercayaan atau keyakinan.4 Menurut istilah akidah adalah ajaran tentang kepercayaan yang di dalamnya berisi mengenai pengajaran ketawakalan kepada Allah, keyakinan akan pertolongan kepada Allah,yang diharapkan nantinya dapat mendorong manusia untuk merasa puas dengan adanya qadha dan qadar.5 Akidah ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bertagama dan beriman kepada Allah, baik itu kebaikan, keberkahan, dan kenikmatan yang di dapatkan oleh setiap orang lain. Adapun kata akhlak menurut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari khuluk (khuluqun) yang berarti budi pekerti sinonimnya adalah etika dan moral.Etika berasal dari bahasalatin juga, etos yang berarti kebiasaan.,Moral berasal dari bahasa lartin juga, mores, juga berarti kebiasaannya.6 Menurut Ahmad Amin, beliau akhlak adalah “ kebiasaan kehendak”.7 Kehendak itu bila dibiasakan akan menjadi terbiasa itu yang disebut akhlak. Contoh: bila kehendak itu dibiasakan memberi maka kebiasaan itu disebut akhlak darmawan.memberi maka kebiasaan itu disebut akhlak darmawan. 4 Anton M Moeliono, Kasaus Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 772. Masan Alfat, Akidah akhlak, (Semarang: CV Thoha Putra, 1995), hlm. 100. 6 Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islami: Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), hlm. 26. 7 Ahmad Admin, EtikaIlmu Akhlak,(Jakarta: Bulan Bintang , 1995), 62. 5 26 Menurut Hamzah Ya‟quh menjelaskan bahwa akhlak timbul sebagai media memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.8 Menurut Rohman dan Khamzah Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan yang dilakukan manusia, serta mengajarkan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan jahat yang harus dihindari dalam pergaulan, baik dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan. Menurut Imam Ghazali dalam Rohman dan Khamzah Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Ahmad Amin dalam Rohman dan Khamzah Akhlak adalah membiasakan kehendak, ini berarti bahwa apabila kehendak dibiasakan terhadap sesuatu maka kebiasaan itu akan dapat membentuk akhlak.9 Menurut Imam Al Ghazali mengemukakan definisi adalah yaitu “Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.10 Menurut Al Ghazali akhlak mempunyai tiga dimensi: 8 H. Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung CV. Diponegoro, 1985, cet. Ketiga), hlm.11. Rohman Roli Abdul dan Khamzah M, Menjaga Aqidah dan Akhlak untuk Kelas X Madrasah Aliyah (Solo PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: 2014) hlm. 28. 10 Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.12. 9 27 a. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannya seperti ibadah dan sehat b. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pengeluaran dengan sesamanya c. Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. Pada dasarnya al gghazali yang dikutip abudin data dalam bukunybahwa: “Kepribadian itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan dan pembiasaan”. 11 Dari pengertian di atas dapatlah diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang di bawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada padanya.Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi kedua pengertian di atas yaitu “ akidah dan “akhlak” dapat diketahui bahwa keuanya mempunyai hubungan yang erat, karena akidah atau imam dan iman berada dalam hati. Dibuktikan dalil-dalil naqli dan aqi, serta penanaman dan penghayatan terhadap al-asma al-husna dngan menunjkan ciri-ciri tanda-tanda perilaku seseorang dalam realita kehidupan individu dan sosial serta pengalaman akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara subtensial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikannya bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan 11 Abudin nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005,cet ke 2), hlm.28 28 menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.Akhlak karimah ini sangat penting untuk dipraktikan dan diciptakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu bermasyarakat dan berbangsa, tercantum dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisi multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.12Jadi mata pelajaran akidah akhlak mengandung arti pengajaran yang membicarakan memberikan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai dari suatu perbuatan baik dan buruk dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampur keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadapakhlak seseorang.Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Pelajaran akidah akhlak sangat strategis untuk diberikan agar peserta didik dapat bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan)dengan baik.13 Pelajaanakidah akhlak berfungsi memberikan kemampuan dan ketrampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan pemahaman, penghayatan, pengalaman akhlak Islami dan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengalaman nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. 12 Martin Handoko, Motivasi daya penggerakan tingkah laku, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 64. 13 Mustofa Op.cit, hlm. 109. 29 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran akidah akhlak dengan mata pelajaran lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan saling membantu dan menunjang, Karena mata pelajaran lainnya secara keseluruhan berfungsi menyempurnakan tujuan pendidikan. Namun, bahwa tuntutan mata pelajaran akidah akhlak agak berbeda dengan yang lain, sebab materinya bukan saja untuk diketahui, dihayati, dan dihafal melainkan juga harus diamalkan oleh para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.14 2. Ruang Lingkup Pelajaran Akidah Akhlak Pelajaran akidah akhlak berisi bahan pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar pesrta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengalaman dan pembiasaan akhlak islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan yang berikutnya. Ruang lingkup pelajaran Akdah akhlak, dan aspek kisah keteladanan. Aspek keimanan adalah aspek yang berhubungan dengan keimanan, meluputi sub-sub aspek diantaranya yaitu : 1) Mengatahui dan meyakini rukun iman, 2) Beriman kepada Allah Swt, 3) Beriman kepada Malaikat dan Rasul Allah. Aspek Akhlak adalah aspek yang berhubungan dengan tingkah laku, meliputi sub-sub aspek diantaranya yaitu: 1) Akhlak di rumah, di madrasah dan diperjalanan, 2) Akhlak dalam keadaan bersin, menguap, 14 Departemen Agama, kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Madrasah, (Jakarta: Depag, 2003), hlm. 2. 30 dan meludah, 3) Akhlak dalam keadaan bergaul dengan orang yang lebih lemah, 4) Akhlak dalam membantu dan menerima tamu, 5) Perilaku akhlak peribadi yang terpuji, meliputi: rjin, pemaaf, ramah, lemah, lembut, berterimakasih , dermawan, teliti, rendah hati, taqwa, adil, persaudaraan, dan persatuan, tanggung jawab, berani menegakkan kebenaran, taat kepada Allah, dan menghindari akhlak tercela, 6) Akhlak dalam bertangga, 7) Akhlak dalam berbicara melafalkan, dan membiasakan kalimat thayiban, 9) Akhlak terhadap orang yang sakit dan syukur nikmat. Aspek kisah keteladanan adalah aspek yang berhubungan dengan meniru perilaku atau tingkah laku Nabi, meliputi sub-sub aspek diantaranya yaitu:1)Keteladanan Nabi Muhammad saw, 2)Kisah Nabi Musa as dan Nabbi Yusuf as, 3) Kisah Siti Masyitoh dan Ashabul Kahfi. 3. Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak a. Pendekatan Ada berbagai pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam merancang dan mengembangkan kegiatan pembelajaran akidah akhlak, diantaranya lain: 1) Pendekatan keimanan atau spiritual Pendekatan keimanan atau spiritual yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan mengelola rasa dan kemampuan beriman peserta didik melalui pengembangan kecerdasan spiritual (SQ) dalam menerima penghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 31 2) Pendekatan pengalaman Pendekatan dikembangkan pengalaman dengan yaitu paradigm proses pedagogic pembelajaran refletif yang yang lebih mengutamakan aktifitas peserta didik untuk menemukan dan memakai pengalamannya sendiri dalam menerima dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pendekatan emosional Pendekatan emosional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) peserta didik dalam menerima, menghayati, dan 2) strategi embelajaran untuk mengaktifkan individu a. Strategi membaca dengan keras Membaca dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merancang diskusi. b. Setiap orang adalah guru Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lain. 32 c. Menulis pengalaman secara langsung Menulis dapat membantu peserta didik mereflekasikan pengalamanpengalaman yang telah mereka alami.15 B. Perilaku Terpuji Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia yang mempunyi bentangan sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, belajar,menulis, membaca, dan sebagainya. 16 Perilaku terpuji adalah segala perbuatan,tingkah laku termasuk beribadah dmana seolah-olah Allah melihat segala yang dilakukan, jika tidak melihatnya maka wajib yakin bahwa sesungguhnya dia maha melihat.17Perilaku terpuji pada dasarnya perilaku terpuji pada dasarnya dilakukan untuk memndekatkan diri kepada Allah, dalam segala perbuatanyangdiniatkan ibadah dan ikhlas.Secara umum perilaku terpuji pada siswa merupakan reaksi yang ditentukan oleh siswa dalam bentuk bahasa atau gerakan utuh, perilaku siswa dapat dilihat serta diamatibaik ketika ia dalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Pada dasarnya perilaku terpuji wajib diterapkan dalam segala hal, baik dalam hubungan sesama manusia dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat maupun dlam hubungan dengan Allah dalam bentuk pengabdian seseorang hamba.Hal tersebut dapat mengingatkankita bahwa Allah melihat 15 Departemen Agama, Kegiatan Pembelajaran Aqidah akhlak Madrasah Ibdtidaiyah, hlm.31-40 16 Notoatmodjo, dkk, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jkarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Unifersitas Indonesia, 1985), hlm. 25 17 Jamaludin Kafie, Tuntunan Pelaksanaan Rukun Islam dan Ikhsan, (Surabaya : AlIkhlas, 1986), hlm. 223. 33 segala sesuatu yang kitalakukan baik dan buruknya hanya dia yang maha tau. Pendidikan Agama Islam yang dapat melahirkan perilaku terpuji pada siswa akan menghindarkan manusia dari keungkinan terjebak ada kesesatan dan kehancuran. Dalam kaitan ini pendidikan agama islam diharapkan dapat tetap concern terhadap masyarakatnya. Secara umum, perilaku siswa dapat dibentuk melalui pendidikan agama islam disekolah. Namun, sekolah bukan satu-satunya sarana yang berperan dalam mewujudkan perilaku terpuji siswa.Sekolah, terutama guru PAI tidak bisa bekerja sendiri dalam mewujudkan berperilaku terpuji pada siswa, tetapi justru harus bekerjasama dengan masyarakat tempat siswa tersebut berada.18 Sisi lain dari peserta didik juga perlu kita ketahui dari kode etik yang dimiliki. Sifat-sifat dank ode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Al-Ghozali, yang dikutip oleh Fadhiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu: 1. Belajar niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.(QS. Al-An-„ am: 162, al-Dzariyat:56). 2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi (QS. Adha-Dhuha: 4). 3. Bersikap tawadlu‟ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidiknya. 18 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galisa, 2003), hlm. 68. 34 4. Menjaga pikiran pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga yang utuh dan mendalam dalam belajar. 5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi mmaupun untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). 6. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah menuj pelajaran yang sukar atau dari ilmu yang fardlu „ain menuju ilmu yang fardlu kifayah (QS.al-Insyiqaq:19). 7. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari 8. Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk Allah SWT. , Sebelum memasuki ilmu duniawi. 9. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia akhirat. 10. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tindaknya orang sakit terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode madzab yang diajarkan oleh pendidik-pendidik padaumumnya, serta diperkenankan bagi bagi peserta didik untuk mengikuti kesenian yang baik19 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perilaku anak menjadi kurang baik, oleh karena itu faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi empat baik, yaitu: 19 Amin, Pembelajaran Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara 2006), hlm.17 35 a. Faktor-faktor yang ada didalam anak itu sendiri, antara lain: 1) Predesporing, faktor yaitu faktor kelainan yang dibawa sejak lahir, seperti cacat keturunan, fisik maupun psikis. 2) Lemahnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. 3) Kurangnya dasar-dasar keagamaan di dalam diri, sehingga sukar menukar norma luar atau memilih norma yang baik di lingkungan masyrakat. b. Faktor-faktor yang berasal dari lingkungan keluarga, antara lain: 1) Anak kurang mendapatkan kasih saying dan perhatian orang tua. 2) Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan. 3) c. 20 Kehidupan orang tua yang tidak harmonis. Faktor-faktor yang berasal dari masyarakat, antara lain: 1) Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekuen. 2) Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan 3) Kurangnya pengawasan terhadap remaja. 4) Pengaruh norma-norma baru diluar.20 Hasan Langgulung, Pembelajaran Pendidikan, (Bandung: Remaja, Rosda Karya,1993), hlm.45 36 d. Faktor-faktor yang berasal dari sekolah. 1) Faktor guru. Guru yang mengajar dengan asal-asalan, sering membolos akan berakibatburuk bagi peserta didiknya.Peserta didik akan berbuat sekehendaknya sendiri tanpa ada perhatian dari gurunya. 2) Faktor fasilitas pendidikan Dengan kurangnya fasilitas pendidikan akan menyebabkan terhalangnya penyaluran bakat dan keinginan siswa. 3) Norma-norma pendidikan dan kekompakan Jika diantara guru terhadap perbedaan norma dalam cara mendidik maka hal ini akan menjadi sumber timbulnya perilaku anak yang kurang baik. 4) Kekurangan guru Dengan berkurangnya jumlah guru maka akan terjadi penggabungan kelas sehingga dapat menyebabkan guru kesulitan mengatasi kelas, hal ini akan mengakibatkan guru kelelahan, bahkan stress dan belajar mengajar kurang efektif, kelas menjadi kacau dan dapat berdampak buruk bagi para peserta didik.21 Proses Perkembangan Perilaku Ada dua metode untuk mengembangkan perilaku yaitu Shapingada dua (membentuk perilaku) dan modeling (pemodelan). 21 Muhamad Ali,Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Al-gasindo,2005),hlm 29. 37 a. Shaping digunakan bila membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan memberikan reinforcement pada langkah-langkah menuju keberhasilan. Reincement dan extitention merupakan alat untuk menciptakan perilaku operan yang baru dengan memastikan perilaku ahir yang diinginkan dan membuat analisis tugas, langkah apa saja yang harus dicapai pada perlakuan ini, kemudian Reinforcer hanya diberikan pada tingkah laku yang diinginkan. Proses ini dinamakan shaping, karena menyangkut embentukan respon yang bermacam-macam. b. Modeling adalah suatu bentuk belajar yang dapat diterangkan secara tepat oleh classical conditioning maupun operantconditioning. Dalam modeling seorang siswa belajar tingkah laku dengan menyaksikan orang lain yakni meniru yang di lakukan model tersebut. Prosedur Mengubah Perilaku Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk mengendalikan suatu menghilangkan perilaku. a. Reinforeing competing behaviors (memperkuat perilaku bersaing). Cara ini digunakan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan, seorang guru mengabaikan perilaku peserta didik yang mengacu dan memuji perilaku peserta didik yang baik. 38 b. Extinetion (penghapusan). Merupakan proses dimana suatu operan yang telah terbentuk bahwa selama permulaan tahap Extinotion perilaku yang tidak diinginkan akan menjadi lebih buruk jika tidak segera diperbaiki. c. Santiation (pemuasan terhadap suatu keinginan) Merupakan suatu metode untuk memperlemahkan perilaku dengan cara mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara terus menerus. 22 d. . Changing the stimulus environment (mengubah lingkungan stimuli) Metode ini dilakukan melihat beberapa perilaku dapat dikendalikan dengan mengubah kondisi stimulus yang mempengaruhinya. e. Panisment (hukuman) Hukuman dapat menekan perilaku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat.Metode ini harus digunakan secara bijaksana dan diikuti dengan Reiforcement.23 Proses pengembangan dan pembentukan perilaku yang akan dilakukan pada tiap siswa tentu saja akan berbeda satu sama lain. Tindakan yang diambil harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik. Seseorang guru hendaknya paham akan hal tersebut agar dapat menyelesaikan permasalahan dalam diri peserta didik demi terwujudnya perilaku terpuji. 22 Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), hlm. 141 Jamal Ma’ mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi, (Jogjakarta: Diva Press,2002), hlm 23 23