Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Husna Hidayati*) Raharjo Apriyatmoko**)Dwi Novitasari**) *) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen PSiK STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Rematik merupakan penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada system muskuloskeletal. Manajemen nyeri pada lansia menderita rematik bertujuan untuk mengurangi nyeri atau menghilangkan nyeri pada lansia. Rematik disebabkan olehbe berapa faktor resiko seperti genetik, hormon sex dan kondisi lingkungan.Nyeri merupakan perasaan atau sensasi tidak nyaman yang menandakan adanya kerusakan sel dalam tubuh atau inflamasi. Salah satu cara menurunkan tingkat nyeri rematik dengan kompres daun belimbing wuluh. Belimbing wuluh memiliki sifatan algesik sehingga dapat menurunkan nyeri. Hasil studi pendahuluan didapatkan jumlah lansia adalah 96 orang dan sebagian besar (80%) lansia menderita rematik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kompres daun belimbing wuluh terhadap tingkat nyeri rematik pada lansia. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan Desain Non Randomized Control Group Pretest Posttest Design.Sampel dalam penelitian ini adalah 36 lansia yang menderita rematik yang dibagi dalam dua kelompok (control dan eksperimen) dengan teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling.Analisa data menggunakan analisa univariat berdasarkan ukuran tengah dan distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Uji Wilcoxon Dan Uji Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat nyeri rematik pada kelompok eksperimen dan kelompok control saat posttest yaitu nilai p-value = 0,001 <ɑ (0,05) yang dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penderita rematik dapat menerapkan kompres daun belimbing wuluh untuk menurunkan tingkat nyeri rematik. Kata kunci : Tingkat Nyeri, Kompres Daun Belimbing Wuluh, Rematik, Lanjut Usia ABSTRACT Rheumatoid artrhritis isan abnormality injointpain and stiffness in the musculoskeletal system. The managementof painin elderlywith rheumatoid arthritisaimstoreduceoreliminatepain in elderly. Rheumatism is caused by some risk factors such as genetic, sex hormones and environmental condition. Pain is an uncomfortsble feeling or sensation indicating cell damages in the body or inflammation. One way to reduce pain level is by using belimbing wuluh leaves. Belimbing wuluh leaves has analgesic which can reduce pain. The results ofpreliminarystudy get 96 elderlies totally and most of them (80%) had rheumatoid arthritis. The purpose of this research was to know effect of belimbing wuluh leaves toward pain levels of rheumatoid arthritis. The research was quasy-experimentaldesign with nonrandomizedcontrol grouppretestposttestdesign.The samples inthis study were36elderlies whosuffered fromarthritisdividedintotwogroups(control andexperimental)the sampling technique used purposive sampling. Univariate analysis was based on the mean and frequency distribution and bivariate analysis used the Wilcoxon test and Mann-Whitney U test. The results showed that there were differences in the pain level of rheumatoid arthritis in the experimental group and the control group in the posstestgetting p-value=0,001 <α (0,05) so there wasa difference in the pain levels of arthritis in the experimental group and the control group. Patients with rheumatoid arthritis are expected to apply the compress of belimbing wuluh leaves to reduce pain level of arthritis. Keywords: Level of Pain, belimbing wuluh leaves, Rheumatoid arhthitis, Elderly 1 PENDAHULUAN Banyak penyakit yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh proses penuaan, usia, status pekerjaan, makanan dan aktivitas fisik adalah penyakit hipertensi, diabetes mellitus, kardiovaskuler dan penyakit rematik. Salah satu golongan penyakit rematik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan nyeri pada persendian dan tulang yang biasa dikeluhkan lansia akibat nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas adalah Rematik (Sakina, 2013). Rematik merupakan penyakit autoimun yang progresif, melibatkan organ, dan sistem tubuh keseluruhan pada perempuan yang memiliki hormon estrogen.Hormon ini merangsang autoimun, sehingga menimbulkan rematik.Semakin tinggi kandungan estrogen, semakin tinggi pula terkena rematik (Handono & Isbagyo, 2005).Rematik termasuk dalam kelompok penyakit reumatologi, yang menunjukkan suatu kondisi dengan nyeri dan kaku yang menyerang anggota gerak atau sistem muskuloskeleton (sendi, otot, tulang maupun jaringan sendi).Rematik banyak jenisnya, termasuk diantaranya asam urat (gout artritis) yang merupakan jenis rematik yang paling popular dan banyak diderita penduduk Indonesia (Wijayakusuma, 2006). Penyakit ini menyebabkan banyak keluhan yang diderita oleh pasien diantaranya nyeri yang dapat menyerang lutut, pergelangan tangan, kaki, dan di berbagai persendian lainnya.Keluhan yang disebabkan penyakit ini sering menyebabkan kualitas hidup pasien menjadi sangat menurun.Selain menurunkan kualitas hidup, rematik juga meningkatkan beban sosial ekonomi bagi para penderitanya (Wenni, 2002). Nyeri sendi dan kecacatan akibat osteoarthritis (penyakit tulang dan sendi) ini menjadi penyebab utama menurunnya kualitas hidup, karena sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.Keluhan pada sendi dimulai dengan kaku dan pegal pada saat bangun pagi, yang umumnya hanya berlangsung sebentar lalu hilang setelah digerak-gerakkan, kemudian timbul rasa nyeri pada sendi yang baru dipakai dan hilang setelah istirahat. Lama-kelamaan rasa nyeri pada sendi-sendi itu terasa terusmenerus, walaupun sendi yang terserang digerakkan secara ringan atau bahkan pada waktu istirahat, pada sebagian orang jika sendi yang terserang digerakkan, akan timbul bunyi seperti tulang beradu (Santoso & Ismail, 2009). Penanganan penderita rematik difokuskan pada cara mengontrol rasa sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan meningkatkan atau mempertahankan fungsi dan kualitas hidup. Menurut American Collage Rheumatology, penanganan untuk rematik dapat meliputi terapi farmakologis (obat-obatan), nonfarmakologis dan tindakan operasi (Purwoastuti, 2009). Tindakan nonfarmakologis untuk penderita nyeri rematik diantaranya adalah kompres, baik itu kompres dingin dan kompres hangat.Kompres dingin dan kompres hangat dapat menghilangkan nyeri (Potter, 2005).Tindakan nonfarmakologis juga dapat dilakukan dengan terapi daun belimbing wuluh (Harmanto, 2007). Tanaman belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat alami.Daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas farmakologi yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri dan sebagai antiinflamasi (Sudarsono dkk, 2002). Tanaman daun belimbing wuluh Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 2 memiliki kandungan kimia yaitu: kalium oksalat, flavonoid, pektin, tannin, asam galat dan asam ferulat (Soedibyo, 1998). Kandungan kimia alami yang terdapat pada daun belimbing wuluh yang diduga memiliki aktivitas antiinflamasi adalah flavonoid dan saponin (Sudarsono dkk, 2002). Berdasarkan data dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kompres daun belimbing wuluh terhadap tingkat nyeri rematik pada lansia di unit rehabilitasi sosial wening wardoyo ungaran METODEPENELITIAN Penelitianinimerupakanjenispenelitia neksperimen semu(Quasi Experimen) denganrancanganpenelitianNon Randomized Control Group Pretest Posttest Designyaitupada design ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dipilih secara non random, dalam penelitian ini kelompok eksperimen diberi perlakuan dan diukur sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol diukur sebelum dan sesudah perlakuan tetapi tidak diberikan perlakuan(Notoatmodjo, 2012). Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut: 01 X 02 03 04 Gambar 1 Skema Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami nyeri rematikdi Unit RehabilitasiSosialWeningWardoyoUngarans ebanyak 96 lansia.Sampel penelitian, untuk kasus lansia dengan tingkat nyeri sedang dan berat). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan non probability sampling yaitusebanyak 18 sampel, dengan kriteria inklusi yaitu Lansia yang menderita nyeri rematik berusia 60– 74 tahun Bersediamenjadiresponden dan kooperatif. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, alat yang digunakan adalah lembar observasi.Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16. Analisis bivariatdilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi kompres daun belimbing wuluh terhadap tingkat nyeri rematik pada lansia. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Tingkat Nyeri sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol Tabel 4.1 :Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Sebelum Diberikan Perlakuan Pada Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Tingka t Nyeri Kelompok Perlakuan Frekuensi Persentase Kelompok Kontrol Frekuensi berat sedang ringan 12 6 0 66,7% 33,3% 0% 9 9 0 Persentas e 50,0% 50,0% 0% Total 18 100,0 18 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tingkat nyeri yang dialami responden sebelum diberikan kompres daun belimbing wuluh yaitu pada tingkat sedang dan berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 orang responden pada kelompok eksperimen sebagian besar responden termasuk dalam kategori tingkat nyeri sberat yaitu 12 orang responden (66,7%) dan dalam kategori tingkat nyeri sedang sebanyak 6 orang responden (33,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol termasuk dalam kategori tingkat nyeri berat sebanyak 9 orang responden (50,0%) dan dalam kategori tingkat nyeri sedang sebanyak 9 orang responden (50,0%). (ringan, Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 3 2. Tingkat nyeri sesudah diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Tabel 4.2 :Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Setelah Diberikan Perlakuan Pada Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Tingka t Nyeri berat sedang ringan Total Kelompok Perlakuan Frekue nsi 0 12 6 Persentase 18 Kelompok Kontrol Persentase 0% 66,7% 33,3% Frekue nsi 10 8 0 100,0 18 100,0 55,6% 44,4% 0% Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat nyeri yang dialami responden setelah diberikan kompres daun belimbing wuluh yaitu pada tingkat sedang dan ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 orang responden pada kelompok eksperimen sebagian besar responden termasuk dalam kategori tingkat nyerisedang yaitu 12 orang responden (66,7%) dan dalam kategori tingkat nyeri ringan sebanyak 6 orang responden (33,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden termasuk dalam kategori tingkat nyeri berat yaitu 10 orang responden (55,6%) dan dalam kategori tingkat nyeri sedang sebanyak 8 orang responden (44,4%). B. Analisis Bivariat 1. Uji homogenitas Tabel 4.3 Kesetaraan Tingkat Nyeri Sebelum Diberikan Kompres Daun Belimbing Wuluh pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Variabel Tingkat Nyeri kelompok n Mea n Rank Z 18 17,0 0 0,89 5 18 20,0 0 kontrol eksperimen pvalue 0,371 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan kompres daun belimbing wuluhmean rank tingkat nyeri kelompok eksperimen sebesar 20,00, sedangkan kelompok kontrol sebesar 17,00. Berdasarkan hasil uji Mann Whitney U-Test, didapatkan hasil bahwa nilai Zsebesar -0,895 dengan p-value 0,371> α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebelum diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Ini juga menunjukkan bahwa kedua kelompok dinyatakan homogen atau setara sebelum dilakukan penelitian, sehingga dapat dibandingkan. 2. Perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh pada kelompok eksperimen Tabel 4.4 Analisis Perbedaan Tingkat Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan Kompres Daun Belimbing Wuluh Pada Kelompok Eksperimen. Variabel Tingkat Nyeri perlakuan Sebelum Setelah n 18 18 Mean Rank 0,00 Z 3,784 p-value 0,0001 9,50 Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa Mean Rank tingkat nyeri sebelum diberikan kompres daun belimbing wuluh pada kelompok perlakuan yaitu 0,00dan setelah diberikan kompres daun belimbing wuluh menjadi 9,50.Berdasarkan uji Wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar 3,784 dengan p-value sebesar 0,0001< α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh pada kelompok eksperimen di Unit Rehabilitasi Social Wening Wardoyo Ungaran. 3. Perbedaan Tingkat Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Belimbing Wuluh Kompres Daun Pada Kelompok Kontrol Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 4 Tabel 4.5 Analisis Perbedaan Tingkat nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan kompres daun belimbing wuluh Pada Kelompok Kontrol. Variabel Tingkat Nyeri Kontrol n Sebelum Mean Rank 3,00 18 Setelah 18 Z 1,00 0 p-value 0,317 3,75 Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa Mean Rank tingkat nyeri sebelum diberikan kompres daun belimbing wuluh pada kelompok kontrol yaitu 3,00 dan setelah diberikan kompres daun belimbing wuluh menjadi 3,75.Berdasarkan uji Wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar -1,000 dengan p-value sebesar 0,317 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. 4. Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Tabel 4.6 Analisis Pengaruh kompres daun belimbing wuluh Terhadap Tingkat nyeri rematik pada lansia Di unit rehabilitasi sosial wening wardoyo Ungaran, 2015. Variabel Kelompok n Tingkat Stres eksperimen Kontrol 18 18 Median (minimummaksimum) 5,00 (2-6) 7,00 (5-9) p-value 0,001 Berdasarkan hasil uji Mann Whitney U-Test pada tabel 4.6 dapat diketahui nilai tengah tingkat nyeri setelah diberikan kompres daun belimbing wuluh kelompok eksperimen yaitu 5,00 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 6, sedangkan nilai tengah tingkat nyeri setelah diberikan kompres daun belimbing wuluh kelompok kontrol yaitu 7,00 dengan nilai minimum 5 dan maksimum 9. Berdasarkan uji Mann Whitney UTest, didapatkan p-value sebesar 0,001 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kompres daun belimbing wuluh terhadap tingkat nyeri rematik pada lansia di Unit Rehabilitasi Social Wening Wardoyo Ungaran. PEMBAHASAN Hasil temuan pada penelitian tingkat nyeri yang dialami responden adalah bervariasi yakni sedang dan berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 orang responden sebagian besar responden termasuk dalam kategori tingkat nyeri berat yaitu12 orang responden (66,7%) dan dalam kategori tingkat nyeri sedang sebanyak 6 orang responden (33,3%), sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 18 orang responden yang termasuk dalam kategori tingkat nyeri berat yaitu 9 orang responden (50,0%) dan dalam kategori tingkat nyeri sedang sebanyak 9 orang responden (50,0%). Seperti yang dikemukakan oleh Sakina (2013) salah satu penyakit yang berhubungan dengan nyeri pada persendian dan tulang yang biasa dikeluhkan lansia akibat nyeri dirasakan sangan mengganggu aktivitas adalah rematik.Nyeri merupakan perasaan atau sensasi tidak nyaman yang menandakan adanya kerusakan sel dalam tubuh atau inflamasi (radang). Nyeri timbul karena tubuh menerima stimulus atau rangsangan yang berupa rangsang mekanik (trauma, terpukul, teriris, cubitan), panas (cahaya matahari, api, listrik), dan kimia (makanan atau minuman, penyakit). Nyeri sesungguhnya adalah respon tubuh yang disebabkan adanya salah satu atau beberapa rangsangan yang mengenai bagian tubuh (Andarmoyo, 2010). Hasil penelitian tingkat nyeri yang dialami responden pada kelompok kontrolantara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan masih tetap sama yaitu tingkat nyeri sedang dan tingkat nyeri berat dimana dari 18 responden sebagian Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 5 responden termasuk dalam kategori tingkat nyeri sedang yaitu 9 orang responden (50,0%) dan dalam kategori tingkat nyeri berat sebanyak 9 orang responden (50,0%). Tingkat nyeri yang dialami oleh kelompok control tidak mengalami perubahan dikarenakan pada saat penelitian kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan pada saat yang bersamaan dengan kelompok eksperimen, tetapi diberikan perlakuan diluar jadwal penelitian yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil uji menggunakan uji Wilcoxon pada tabel 4.5 dapat diketahui nilai mean rank tingkat nyeri sebelum diberikan kompres daun belimbing wuluh kelompok kontrol yaitu 3,00 dan nilai mean rank pada kelompok kontrol setelah perlakuan adalah 3,75 dan didapatkan hasil nilai p-value adalah 0,317 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres daun belimbing wuluh pada kelompok kontrol pada lansia yang mengalami nyeri rematik. Tidak terjadi penurunan tingkat nyeri rematik pada lansia dikarenakan pada kelompok kontrol tidak diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh. Nyeri sendi akibat rematik terjadi karena proses peradangan pada selaput bagian dalam kapsul pembungkus sendi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2010) dalam penelitiannya di Surabaya menyatakan bahwa nyeri dan kaku sendi merupakan gejala yang paling banyak dikeluhkan penderita rematik terutama pada lansia.Rematik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun apabila otot bagian yang menderita tidak dapat dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Nyeri merupakan kejadian ketidaknyamanan yang dalam perkembangannya akan mempengaruhi berbagai komponen dalam tubuh. Efek nyeri dapat berpengaruh terhadap fisik, perilaku, dan pengaruhnya pada aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian didapatkan, tingkat nyeri yang dialami responden bervariasi yakni tingkat nyeri sedang dan tingkat nyeri berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 orang responden sebagian besar responden termasuk dalam kategori tingkat nyeri berat yaitu 12 responden (66,7%) dan dalam kategori tingkat nyeri sedang sebanyak 6 responden (33,3%). Berdasarkan uji Mann Whitney UTest pada tabel 4.6 dapat diketahui nilai tengah tingkat nyeri setelah diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh pada kelompok eksperimen adalah 5,00 dengan nilai minimum adalah 2 dan nilai maksimum adalah 6, sedangkan nilai tengah tingkat nyeri setelah perlakuan pada kelompok control yaitu 7,00 dengan nilai minimum adalah 5 dan nilai maksimum adalah 9 serta didapatkan nilai p-value sebesar 0,001 < α (0,05). Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri setelah diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada lansia dengan nyeri rematik. Ini juga berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompres daun belimbing wuluh terhadap tingkat nyeri rematik pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Penuruna tingkat nyeri tersebut sesuai dengan teori Khomsa (2007) yaitu salah satu intervensi non farmakologis yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri dalam menurunkan tingkat nyeri yaitu dengan melakukan kompres daun belimbing wuluh pada pasien untuk menurunkan tingkat nyeri rematik.Kompres daun belimbing wuluh merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk mengurangi nyeri rematik. Daun belimbing wuluh memiliki kandungan zat alami saponin (glikosida) yang dapat mengurangi Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 6 peradangan dan sebagai analgesic untuk menurunkan tingkat nyeri rematik pada lansia dan manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 15 menit setelah dikompres. KESIMPULAN 1. Ada pengaruh terapi kompres daun belimbing wuluh terhadap tingkat nyeri rematik pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran dengan nilai p-value 0,001 < α (0,05) 2. Tingkat nyeri rematik tertinggi sebelum mendapat terapi kompres daun belimbing wuluh adalah 8 dan tingkat nyeri terendah adalah 5 dengan nilai rata-rata yang didapatkan adalah 6,78 3. Tingkat nyeri rematik tertinggi setelah mendapat terapi kompres daun belimbing wuluh adalah 6 dan tingkat nyeri terendah adalah 2 dengan nilai rata-rata yang didapatkan adalah 4,44 4. Perbedaan tingkat nyeri rematik pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres daun belimbing wuluh adalah nilai meank rank sebelum terapi adalah 0,00 dan nilai mean rank setelah terapi adalah 9,50 dengan nilai Z adalah 3,784 dan nilai p-value adalah 0,000 DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, S. (2006).Pengaruh Terapi Non-Farmakologi (Imaginasi Terbimbing) Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Cesarea Pada Ibu Primipara Hari 12.Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Www.Cendikiascolar.Com. Andarmoyo, S. (2013).Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: ArRuzz Media Effendi, (2010).Pengaruh relaksasi benson terhadap perubahan tingkat nyeri pasien rematik dikelurahan koto panjang ikur koto wilayah kerja puskesmas air dingin kecamatan koto tangah padang Fatimah, (2013).pengaruh pemberian relaksasi guided imagery terhadap nyeri punggung bawah (low back Hidayat A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Junaidi, I.( 2012). Rematik Dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Kozier B., Erb G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5. Jakarta: EGC. Martono, H., & Pranaka.(2011). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Maulana, (2012).Pengaruh Pemberian Tekhnik Relaksasi Imajinasi Terhadap Tingkat Nyeri Pasca Operasi Prostat: Di Rumah Sakit Bedah Bengkala Serang Banten. Mubarak W., Chayatin N. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta: EGC. Nugroho, W. (2012).Keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: EGC Potter P. A., Perry A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Purwoastuti,E. (2009).Waspadai Gangguan Rematik. Kanisius. Yogyakarta Smeltzer S. C., Bare G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Suddarth, B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 7 Notoamodjo, S. (2012).Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2009).Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: alfabeta. Sugiyono.( 2012).Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: alfabeta. Sunyoto, D. (2012). Statistik kesehatan: analisis data dengan perhitungan manual dan program SPSS. Yogyakarta: Nuha Medika. Sunyoto, D. (2012). Statistik non parametrik untuk kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sunyoto, D. (2012). Statistik kesehatan analisis data dengan perhitungan manual dan program spss. Yogyakarta: Nuha Medika. Suyanto.(2011). Metodologi dan aplikasi penelitian keperawatan. Yogyakarta: nuha medika. Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Efendy & Makhfudli. (2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika Khomsan, (2007).Terapi Jus Untuk Rematik Dan Asam Urat Cetakan Ke IV. Jakarta:Puspa Swara. Devi Susanti, (2014). Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunanskala Nyeri Arthritis Rheumatoid Pada Lansia Di Ptsw Kasih Saying Batu Sangkar. Sakina, A. (2013).Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Rematik Di Panti Sosial Tresna Wherda Ilomata Kota Gorontalo Wijayakusuma,H. (2006) .Atasi Asam Urat Dan Ramatik Ala Hembing.Jakarta:Puspa Swara Nursalam.(2008). Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Jakarta : Salemba Medika Pengaruh Terapi Kompres Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tingkat Nyeri Rematik Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 8