Pengelolaan Nyeri Pre dan Post Operasi Histerektomi pada Ny. S dengan Mioma Uteri Dessy Hary Sartika*, Eko Mardiyaningsih**, Umi Setyoningrum*** Akademi Keperawatan Ngudi waluyo Ungaran ABSTRAK Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien dengan mioma uteri di RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa relaksasi nafas dalam untuk memenuhi kebutuhan mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 1 hari pada Ny. S. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan nyeri berkurang dan tidak menyebabkan masalah komplikasi lain akibat dari adanya mioma yang diderita Ny. S. Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan teknik relaksasi terhadap pengontrolan terjadinya gangguan rasa nyaman nyeri untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien. Kata kunci : pengelolaan nyeri LATAR BELAKANG Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat yang menumpangnya dan dikenal dengan istilah fibromioma, leiomioma / fibroid yang biasanya terjadi pada saluran genitalia umumnya pada traktus genitalis dan sifatnya dipengaruhi oleh produksi hormon. Mioma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis. Mioma uteri dapat berdegenerasi ganas dan ditemukan hanya 0,32 sampai 0,6 % dari seluruh mioma menjadi leiomiosarkoma serta 50-75 % merupakan sarkoma uterus. Keganasan merupakan neoplasma yang perlu diwaspadai dan menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah kejadian penyakit yang berasal dari neoplasma masih terjadi dan angka kejadiannya masih tinggi. Beberapa gejala yang dapat ditemukan pada penderita mioma uteri seperti perdarahan abnormal (menoragia, menometroragia, metroragia), terasa nyeri bila sudah ada torsi bertangkai dan jika submukosa mioma terlahir, gangguan miksi dan defekasi (konstipasi), perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah yang menimbulkan infertilitas, penekanan saluran tuba oleh mioma uteri, sering abortus, anemia (perdarahan) dan nyeri panggul maupun nyeri abdomen yang akut. Nyeri yang dikeluhkan oleh penderita mioma uteri timbul akibat adanya mioma yang sudah bertangkai dan mengalami torsi (Tresnawati, 2013; Setiati, 2012; Hollingworth, 2014; Llewellyn &Jones, 2002). Menurut Farley (2013) & Hollingworth (2014), menyatakan bahwa nyeri abdomen merupakan sensasi yang tidak menyenangkan yang berkisar dari nyeri tajam seperti tusukan pisau sampai tumpul pada area abdomen bagian bawah. Sedangkan nyeri panggul dapat diklasifikasikan menjadi nyeri panggul akut dan nyeri panggul kronis. Gejala nyeri yang dialami oleh penderita fibroid pada umumnya sangat menggangu terhadap kondisi fisik dan tentunya berpengaruh pada aktifitas seharihari. Dari uraian akibat nyeri yang dirasakan oleh penderita fibroid di atas, dapat disimpulkan bahwa nyeri dapat menggangu kenyamanan seseorang sehingga, nyeri mempunyai kesamaan makna dengan gangguan kenyamanan. Kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan tujuan dari pemberian asuhan keperawatan yang utama dan merupakan suatu keadaan yang telah terpenuhi jika klien sudah merasa tentram, lega, dan rileks (Sukarni & Wahyu, 2013; Potter & Perry, 2006). Penatalaksanaan nyeri pada penderita mioma uteri diantaranya penatalaksanaan farmakologik seperti berbagai obat yang dapat digunakan dalam bidang obstetrik untuk menghilangkan rasa nyeri ringan dan tergolong blok saraf atau motorik seperti lidokain, kloroprokain, bupivakain, mepivakain, dan tetrakain. Kemudian senyawa analgesik narkotik yang dapat menurunkan nyeri berat, nyeri persisten, dan nyeri rekuren seperti meperidin dan fentanil. Sedangkan penatalaksanaan non-farmakologik seperti beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri diantaranya seperti mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun, menggosok), makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin atau kompres hangat (bisa menggunakan buli-buli panas), melakukan aktifitas yang menggunakan otot. Teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi juga dapat dilakukan untuk mengalihkan atau menghilangkan rasa nyeri klien baik pada saat sebelum operasi ataupun sesudah menjalani operasi. Teknik ini dapat membantu klien dalam mempertahankan kontrol sepanjang klien merasakan nyeri. Berbagai metode non-farmakologik untuk mengontrol rasa tidak nyaman dapat diterapkan antara lain hipnosis, yoga, sentuhan terapeutik, terapi aroma meliputi penggunaan teh dan jamu-jamuan atau uap yang dapat memberikan efek yang bermanfaat bagi beberapa wanita. Vokalisasi seperti mendengarkan bunyi-bunyian juga bisa dilakukan untuk menurunkan ketegangan, relaksasi dengan bantuan imajiner yang dapat mengarahkan wanita berfikir positif (Perry & Potter, 2006; Bobak, 2005). Berdasarkan data-data dan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan pengelolaan nyeri pre dan post operasi histerektomi atas indikasi mioma uteri pada Ny. S di ruang Bougenville RSUD Ambarawa dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan. METODE PENGELOLAAN Pengkajian Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mendapatkan informasi serta data yang selengkap-lengkapnya mengenai klien baik secara subyektif maupun obyektif. Dalam pengkajian dengan masalah keperawatan resiko maupun aktual nyeri pre dan post operasi histerektomi, harus didukung dengan adanya data mengenai karakteristik nyeri klien. Dalam pemberian terapi nyeri, hal terpenting yang perlu dilakukan pemantauan karakteristik nyeri pre dan post operasi baik secara klinis maupun fisiologis atau dapat diukur menggunakan Numerical Ratting Scale (NRS) merupakan skala yang menggunakan garis lurus dengan rentang angka 0-10 yang digolongkan menjadi: skala 0 dikategorikan dalam bebas nyeri, skala 1-3 termasuk nyeri derajat ringan, 4-6 nyeri derajat sedang, dan 710 adalah nyeri derajat berat. Pemantauan ini dimaksud agar petugas kesehatan dapat mengetahui derajat ambang nyeri sehingga mampu melakukan penurunan nyeri sesuai dengan criteria nyeri dalam batas normal (skala 1-3) (Desen & Japaries, 2011; Rohmah & Walid, 2010; Mc. Caffery, dalam Barker, 2002). Tindakan Keperawatan Rencana keperawatan yang telah disusun oleh penulis adalah berikan posisi yang nyaman pada pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berikan kompres hangat, kaji ulang skala nyeri. Selain tindakan mandiri yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga dilakukan tindakan kolaborasi dalam pemberian analgesik. Posisi yang nyaman dapat menurunkan tegangan otot sehingga dapat menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan kenyamanan. Dengan dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam akan memberikan perasaan kontrol yang kian meningkat pada pasien, dan membantu pasien untuk menyegarkan tubuh kembali, penggunaan kompres hangat mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan sensasi nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Doenges, 2000; Smeltzer, 2002; Perry & Potter, 2005). HASIL PENGELOLAAN Intervensi yang telah disusun kemudian diimplementasikan pada hari berikutnya. Salah satu implementasi yang dilakukan adalah pada mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam tanggal 17 Maret 2014. Pada tanggal 18 Maret 2014 penulis melakukan tindakan kompres hangat dengan menggunakan buli-buli panas di pinggang klien. Implementasi ini dilakukan untuk mengatasi nyeri post operasi histerektomi. Setelah melakukan semua implementasi keperawatan, penulis melakukan evaluasi pada hari Rabu, 19 Maret 2014 dengan kesimpulan masalah teratasi sebagian. PEMBAHASAN Masalah keperawatan nyeri pre dan post operasi pada Ny. S sudah aktual karena melihat dari tanda dan gejala yang sudah memenuhi seluruh batasan karakteristik. Batasan karakteristik mayor (yang harus terdapat) pada diagnosa keperawatan ini adalah komunikasi atau secara subyektif mengungkapkan secara verbal tentang perasaan nyeri atau melaporkan tentang isarat. Sedangkan batasan karakteristik minor (60% 79%) atau secara subyektif antara lain mengatupkan rahang atau pergelangan tangan, perubahan kemampuan untuk melanjutkan kemampuan aktifitas sebelumnya, agitasi, ansietas, peka rangsang, menggosok bagian yang nyeri, postur tidak biasanya, ketidakaktifan fisik atau imobilitas, masalah dengan konsentrasi, mencurigai, perubahan pada pola tidur, rasa takut mengalami cidera, mata sangat terbuka lebar atau tajam, gambaran kurus, mual dan muntah (Wilkinson, 2007 dan Carpenito, 2006). Menurut penulis nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang dialami setiap individu baik karena adanya respon dari dalam tubuh maupun factor ekstrinsik. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh dan bersifat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit apapun (Perry & Potter, 2005; Judha & Fauziah, 2012). Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri menurut Setiati (2013) adalah akan terasa nyeri jika mioma sudah bertangkai hingga mengalami torsi. Menurut penulis, yang menjadi penyebab dari nyeri pada Ny. S berdasarkan pengkajian di atas adalah karena adanya mioma yang terletak di bawah endometrium yang akan mendesak uterus ke arah atas dan menyebabkan nyeri. Jika hal ini tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan berbagai permasalahan kesehatan seperti memperlambat proses penyembuhan, menurunnya peredaran darah ke daerah perifer tubuh, melambatnya metabolisme tubuh dan menurunnya kinerja sistem imun sehingga akan memperparah penyakit yang sedang diderita (Taufan, 2011). Rencana tindakan keperawatan pada hari Senin, 17 Maret 2014 jam 12.00 WIB adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil skala nyeri menjadi 1- 3, Pasien tidak tampak meringis. Rencana yang telah disusun oleh penulis adalah kaji derajat nyeri dan kualitasnya, monitor TTV klien, bimbing klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan atau teknik distraksi, berikan posisi yang nyaman, lakukan kompres hangat di bagian perut yang nyeri, kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat analgesik. Menurut Intervensi yang telah disusun kemudian diimplementasikan pada hari Selasa, 18 Maret 2014. Salah satu implementasi yang dilakukan adalah mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Penulis juga mengkaji karakteristik nyeri. Hasil evaluasi pada Rabu, 19 Maret 2014 pada jam 11.00 WIB klien mengatakan bahwa nyerinya sudah berkurang. Dari data objektif didapatkan skala nyeri menjadi 3, klien tampak rileks, nyeri muncul saat luka disentuh. Dengan menganalisa data diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa masalah nyeri pada Ny. S sudah teratasi dan intervensi dapat dipertahankan dan dilanjutkan. Hal yang menjadi hambatan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah klien kurang mampu secara fisik dalam menggerakkan badannya yaitu dalam memiringkan badannya. Namun dalam pelaksanaan tindakan keperawatan klien sangat kooperatif sehingga beberapa implementasi dapat berjalan dengan lancar. KESIMPULAN Hasil Pengelolaan yang penulis dapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari yaitu dari hasil pengkajian awal yang dilakukan penulis kepada Ny. S data yang didapat yaitu klien mengatakan nyeri di perut bagian bawah sampai menjalar ke pinggang dengan skala nyeri 6, nyeri muncul saat klien menggerakkan badannya, nyeri yang dirasakan klien seperti ditusuk-tusuk, dan hilang timbul setiap 20 menit sekali. Hasil pengkajian pada hari kedua setelah menjalankan operasi histerektomi yaitu klien mengatakan nyeri diluka operasi dengan skala 7 dan nyeri muncul terus - menerus. Namun setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari penulis melakukan evaluasi pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 10.30 WIB dengan kondisi Ny. S sudah membaik, tetapi Ny. S masih tampak lemah karena kondisi luka operasi histerektomi yang masih belum boleh dibuka karena masih hari kedua setelah operasi dan pergerakan tubuh Ny. S masih terbatas. Pada hari itu Ny. S masih merasakan nyeri karena adanya luka operasi histerektomi sehingga klien masih memerlukan pengawasan, perawatan, dan pelayanan dari petugas kesehatan dan tidak lepas dari perhatian dan dukungan keluarga. Sehubungan dengan hal tersebut, disarankan untuk perawat RSUD Ambarawa agar menguasai mengenai konsep-konsep keperawatan maternitas, khususnya pada pasien dengan nyeri dan mampu menerapkannya di lapangan kerja. REFERENSI Bobak, Irene. M., Lowdermilk. Deitra Leonard., Jensen Margaret D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. (Wijayarini, Maria A., Anugerah Petter I, Penerjemah.). Jakarta: EGC. Carpenito, Lynda J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Text Book: Hand Book Of Nursing Diagnosis. (Monica Ester, Penerjemah). Jakarta: EGC. Doenges, Marilynn E. & Moorhouse, Mary Frances. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Doenges, M., E., Moorhouse, M., F., Geissler, A., C. (2000). Rencana asuhan keperawatan (edisi 4). (I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Penerjemah.). Jakarta: EGC. Farley, Cindy L. & Tharpe, Nell L. (2013). Kapita Selekta Praktik Klinik Kebidanan. (Dwi Widiarti., Estu Tiar., Fruriolina Ariani., Renata Komalasari, Penerjemah.). Jakarta: EGC. Hollingworth, Tony. (2014). Diagnosa Banding dalam Obstetri & Ginekologi A-Z. (dr. Aryandhito Widhi Nugroho, Penerjemah.). Jakarta: EGC. Judha, M., Sudarti., Fauziah, Afroh. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika. NANDA. (2012-2014). Diagnosa keperawatan: definisi dan klasifikasi (Made Sumarwati, Nike Budhi Subekti, Penerjemah.). Jakarta: EGC. Setiati, E. (2012). Kenali Penanganan Tumor dan Kanker pada Wanita. Yogyakarta: Pustaka Rama. Smeltzer, Suzanne C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. (Andry Hartono, H. Y. Kuncara, Elyna S. Laura Siahan, & Agung Waluyo, Penerjemah.). Jakarta: EGC. Sukarni K, Icemi. & Wahyu P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Potter, A. Patricia & Perry, A. G. (2006). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Edisi 4). (Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina Hany dan Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta: EGC. Wilkinson, J. M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Edisi 7. (Widyawati, Syahirul Alimi, Elsi Dwihapsari, Intan Sari Nurjanah, Penerjemah.). Jakarta: EGC.