1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Iklan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Iklan dikenal berperan sebagai salah satu sarana komunikasi untuk
mengomunikasikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas melalui
berbagai jenis media. Namun, tanpa disadari oleh kebanyakan orang, di balik
peranan iklan tersebut, terdapat suatu unsur yang tersirat dan tidak dapat dipahami
secara langsung ketika iklan ditayangkan, dilihat, didengar, atau dibaca.
Kemunculan suatu iklan tidak pernah memungkiri adanya unsur pesan yang
merupakan dasar penyampaian komunikasi dari produsen untuk mengenalkan
merek dan produknya ke masyarakat luas, terutama target pasar mereka. Setiap
iklan adalah sebuah pesan, yaitu bahwa iklan mengandung suatu sumber yang
mengeluarkannya, yaitu perusahaan yang menghasilkan produk yang diluncurkan
(dan dibangga-banggakan), suatu titik resepsi-penerimaan, yaitu publiknya, dan
suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu.1
Jika dilihat dari kondisi periklanan zaman sekarang, semakin banyak
metode yang digunakan untuk beriklan, baik secara ATL (Above The Line), BTL
(Below The Line), dan TTL (Through The Line). Adapun tujuan yang menjadi
alasan mengapa seseorang beriklan, terdiri atas tiga alasan, yaitu untuk
menginformasikan, menyadarkan, dan membujuk (to inform, to aware, to
1
Roland Barthes, Petualangan Semiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007,
281.
1
2
persuade) masyarakat untuk menggunakan atau mengonsumsi produk yang
mereka tawarkan. Media beriklan yang mudah dan paling banyak mendapat
perhatian lebih dari masyarakat saat ini adalah media televisi (TV), yang mana
memang hampir seluruh masyarakat di Indonesia dapat menjangkaunya. Sistem
penyebaran informasi yang dimiliki oleh media televisi pun lebih luas
dibandingkan media lainnya. Pemanfaatan media di tengah-tengah masyarakat
pun cenderung dimanfaatkan oleh anak-anak muda, yang mana, dalam usia muda
manusia senang mencari tahu banyak informasi, baik untuk kepentingan edukasi
ataupun non edukasi. Hal tersebut dapat menjadi kesempatan bagi biro iklan
maupun produsen untuk memuat sebuah iklan televisi bagi produk yang mereka
tawarkan dalam bentuk video dengan durasi penayangan selama lima sampai tiga
puluh detik (tergantung dengan tujuan pembuatan iklan). Di dalam iklan berdurasi
lima sampai tiga puluh detik itulah terdapat unsur-unsur pemaknaan yang
merupakan bagian dari suatu rangkaian pesan iklan yang disampaikan. Orang tahu
bahwa setiap pesan adalah penyatuan satu wilayah ekspresi atau significant dan
satu wilayah isi atau signifie. Padahal, jika memeriksa satu kalimat iklan
(analisisnya akan sama saja untuk teks-teks yang lebih panjang), maka orang akan
segera melihat bahwa kalimat semacam itu sesungguhnya mengandung dua
pesan.2
Maka dari itu, suatu pesan yang ada pada iklan tidak hanya sekedar
menjadi suatu informasi bagi masyarakat, namun, terdapat makna yang
disampaikan secara tersirat untuk masyarakat yang dijadikan audience pada iklan
2
Ibid.
3
ini. Peneliti mengutip dari beberapa pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau
konsep makna milik Wendell Johnsosn (1951, dalam DeVito, 1997:123-125) yang
menawarkan sejumlah implikasi bagi komunikasi antarmanusia, yakni bahwa
makna ada di dalam diri manusia, makna berubah, makna membutuhkan acuan,
penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna, makna tidak terbatas
jumlahnya, dan makna dikomunikasikan hanya sebagian.3 Maka dari itu,
disimpulkan bahwa unsur pemaknaan tersebut berasal dari manusia itu sendiri
yang memberi makna, bukan berasal dari objek yang ada.
Salah satu produk yang memanfaatkan promosinya melalui televisi adalah
rokok. Produk ini juga digandrungi oleh kalangan anak-anak muda. Namun,
bentuk dan cara produk rokok untuk beriklan sangat berbeda dengan iklan produk
lainnya. Khusus produk ini (rokok) memiliki suatu peraturan tersendiri untuk
tidak menayangkan wujud maupun citra dari rokok itu sendiri, karena pada
dasarnya produk ini adalah produk yang dilarang untuk dikonsumsi oleh segala
jenis usia dan jenis kelamin. Adapun peraturan mengenai pengiklanan produk
rokok telah diatur oleh lembaga-lembaga seperti AMLI, APPINA, ASPINDO,
ATVLI, ATVSI, GPBSI, PPPI, PRSSNI, SPS, dan Yayasan TVRI dalam Etika
Periklanan Indonesia (EPI) pasal 2 ayat 2.2 tentang “Rokok dan Produk
Tembakau”. 4 Namun demikian, rokok tetap melakukan kegiatan periklanan dan
memiliki tujuan untuk beriklan, yaitu supaya banyak masyarakat dapat mengenali
produknya atau setidaknya masyarakat mengenali merek produk rokok tersebut,
3
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,
258-259.
4
Dewan Periklanan Indonesia, Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata
Cara Periklanan Indonesia). Jakarta: 2007, 26.
4
karena di dalam suatu iklan rokok yang dirancang secara visual masih dapat
menampilkan atau menyebutkan merek rokok tersebut, tetapi tidak boleh
dinyatakan bahwa itu adalah iklan produk rokok.
Hal tersebut cukup memberi tuntutan tersendiri bagi suatu biro iklan dalam
membuat sebuah iklan yang kreatif dan membuat suatu strategi penyampaian
pesan yang benar sehingga tetap dapat menaati peraturan yang ada dan membuat
masyarakat dapat tetap mengenali produk rokok dan merek yang diiklankan
sehingga diciptakanlah sistem signifikasi yang dibangun ke dalam nama merek
dan logo dipindahkan secara kreatif ke teks iklan. Dan teks iklan kini cenderung
menjadi bagian dari kebudayaan umum. Integrasi ke dalam arus utama ini
dilanjutkan dan dikukuhkan oleh kampanye iklan, yang dapat didefinisikan
sebagai penciptaan sistematis serangkaian iklan dan pariwara yang sedikit
berlainan dan didasarkan pada tema, tokoh, jingle, dan lain-lain yang sama.
Kampanye iklan dapat dibandingkan dengan tema dan bentuk variasi musik –
dimana ada satu tema dengan banyak variasi. 5
Penayangan suatu iklan rokok cenderung menampilkan gaya hidup dan
seringkali menggunakan laki-laki sebagai endorsernya, yang mana laki-laki
senantiasa dianggap sebagai perokok terbanyak dibandingkan wanita. Hal tersebut
juga diterapkan dalam periklanan produk rokok merek “Sampoerna U-Mild”.
Iklan TVC terbaru mereka pada tahun 2014 dirancang dalam bentuk versi
“sukses”. Di mana mereka menampilkan kehidupan beberapa laki-laki yang
bersahabat dan menjalani keseharian mereka dengan terus merasa bahagia. Di
5
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2011, 310.
5
dalam iklan TVC Sampoerna U-Mild ini pun jelas dimuat berbagai hal yang dapat
dikritisi oleh peneliti. Iklan ini berbicara panjang lebar mengenai “sukses”, apa itu
sukses dan bagaimana penggambarannya? Peneliti mengkritisi beberapa hal dalam
iklan dan membongkar apa makna “sukses” menurut iklan ini jika dibandingkan
dengan makna sukses pada umumnya di masyarakat. Sukses terasa begitu mudah
untuk diraih pada iklan TVC Sampoerna U-Mild versi “sukses”. Setiap pesan
“sukses” yang disampaikan secara audio maupun visual memiliki makna
tersembunyi yang diciptakan oleh pembuat iklan sebagai strategi untuk
mempromosikan produk yang ada sebagai salah satu program pemasaran pemilik
produk (produsen). Jika faktor budaya populer dijadikan acuan dalam pembuatan
pesan iklan “sukses” tersebut, maka pesan “sukses” itu dapat merasuki pikiran
masyarakat untuk memperlakukan “sukses” sebagaimana yang ditunjukkan oleh
media. Budaya populer dari bangsa barat yang dinilai atraktif di mata bangsa
Indonesia (terlebih oleh kaum muda) terlihat kental pada pesan “sukses” iklan
tersebut, yang mana menunjukkan sukses sebagai suatu hal yang terjadi demi
menyenangkan dan memuaskan keinginan diri sendiri. Hal ini dinilai karena
budaya populer melawan suatu proses sehingga menimbulkan budaya masyarakat
konsumtif.
Setiap jenis iklan rokok pasti memiliki daya tariknya sendiri, karena ia
berbeda dengan iklan produk lainnya. Hal ini membuat penulis tertarik untuk
membahas mengenai iklan rokok sebagai objek penelitian. Ditambah lagi
ketertarikan penulis dalam hal menganalisa suatu makna yang terdapat di dalam
iklan. Iklan rokok ‘Sampoerna U-Mild’ membuat iklannya dengan versi ‘sukses’.
6
Hal ini cukup menjadi kontradiksi bagi penulis karena pada dasarnya rokok adalah
produk terlarang untuk dikonsumsi oleh semua jenis kalangan manusia, namun,
biro iklan yang mengurus iklan Sampoerna U-Mild membuat iklan dengan konsep
“sukses”. Mengapa biro iklan membuat konsep sukses pada iklan rokok?
Sedangkan, diantara seluruh iklan rokok yang ditayangkan di Indonesia, baik di
media cetak maupun media elektronik tidak seberani iklan TVC Sampoerna UMild yang menyatakan langsung poin dari konsep iklannya. Hampir seluruh iklan
rokok hanya sebatas membuat iklan dengan konsep dan bahasa yang general,
tidak seperti iklan TVC Sampoerna U-Mild yang menggunakan kata “sukses”
yang bagi peneliti tidak pantas dipakai untuk iklan sebuah produk rokok. Maka,
untuk membongkar setiap makna sukses yang tersembunyi dalam iklan televisi
Sampoerna U-Mild, dapat dianalisis secara semiotik. Studi semiotik mengenai
periklanan telah menjadi studi yang sangat populer. Fokus dasar pada studi ini
tentu saja adalah pandangan terhadap periklanan sebagai sebuah sistem yang
menciptakan tanda.6
1.2.Fokus Penelitian
Penggunaan sukses yang terdapat pada iklan TVC Sampoerna U-Mild
versi “sukses” menunjukkan mengenai kebahagiaan dan keberhasilan di dalam
hidup. Iklan tersebut menggunakan beberapa laki-laki sebagai modelnya di mana
laki-laki senantiasa diidentikan dengan sisi macho, kuat, aktif, dan serba bisa. Di
6
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2011, 294
7
dalam iklan tersebut, ditayangkan bahwa apapun yang dihadapi oleh mereka
selalu diselesaikan dengan santai dan berakhir dengan hasil yang memuaskan diri
mereka.
Untuk menganalisis iklan TVC Sampoerna U-Mild versi “sukses” ini,
peneliti menggunakan model teori Roland Barthes, di mana Barthes menganalisis
iklan berdasarkan pesan yang dikandungnya, bagaimana memaknai sebuah pesan
iklan sebagai suatu bentuk komunikasi. Maka dari itu, peneliti menetapkan suatu
fokus dari penelitian ini yang menjadi pertanyaan, diantaranya yaitu:
a. Bagaimana penanda dan petanda kategori sukses dalam iklan TVC
Sampoerna U-Mild versi “sukses”?
b. Bagaimana pemaknaan sukses dalam iklan TVC Sampoerna U-Mild
versi “sukses”?
c. Bagaimana mitos sukses dalam iklan TVC Sampoerna U-Mild versi
“sukses”?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui:
a. Penanda dan petanda kategori sukses dalam iklan TVC Sampoerna
U-Mild versi “sukses”
b. Pemaknaan sukses dalam iklan TVC Sampoerna U-Mild versi
“sukses”
c. Mitos sukses dalam iklan TVC Sampoerna U-Mild versi “sukses”
8
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Adapun manfaat dari penelitian ini secara akademis, diantaranya:
a. Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pembelajaran
mengenai analisis semiotika pada bidang ilmu komunikasi, terutama
bagian komunikasi pemasaran dan periklanan dalam menganalisa suatu
iklan audio visual
b. Dapat menjadi salah satu referensi atau studi perbandingan mengenai
analisis semiotika iklan rokok
1.4.2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat dari penelitian ini secara praktis, yaitu diharapkan
berguna bagi pihak biro periklanan dan produsen produk dalam membuat atau
merancang suatu iklan dengan memperhatikan setiap pemaknaan yang terdapat di
dalamnya dan membuat suatu strategi periklanan yang kreatif dan menarik dengan
tepat.
9
1.4.3. Manfaat Sosial
Adapun manfaat yang dapat diterima bagi masyarakat, yaitu menambah
pengetahuan pada masyarakat yang membaca penelitian ini bahwa adanya makna
yang terdapat pada iklan, menyadari masyarakat bahwa iklan tidak hanya
bertujuan untuk menjual dan mengenalkan produk, namun sesungguhnya terdapat
berbagai aspek tersembunyi yang dapat digali dan dimaknai secara mendalam.
Terlebih pada iklan rokok, yang memang sangat ketat diatur dalam beriklan.
Download