tahun 2015 - (PPID) KPU

advertisement
TINGKAT MELEK POLITIK PEMILIH PEMULA KABUPATEN
TULANG BAWANG BARAT
(Riset di SMAN 1 Tumijajar, SMKN 1 Pulung Kencana)
Disusun oleh:
SOLIDARITAS UNTUK RAKYAT LAMPUNG
(SUARA LAMPUNG )
Bekrjasama Dengan
KPU KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
TAHUN 2015
1
ABSTRAK
TINGKAT MELEK POLITIK PEMILIH PEMULA KABUPATEN
TULANG BAWANG BARAT RISET DI SMAN 1 TUMJAR, SMKN 1
PULUNG KENCANA.
Terdapat keyakinan bahwa tingkat melek politik warga berpengaruh pada
sikap dan perilaku politik warga negara. Muaranya adalah pada tingkat
kedewasaan perilaku berdemokrasi. Relasi itu bersifat perbandingan lurus, yaitu
semakin tinggi tingkat melek politik warga semakin matang perilaku
demokrasinya, dan sebaliknya. Dengan kata lain, wajah demokrasi sebuah negara
sebagian ditentukan oleh tingkat melek politik warga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : ada tidaknya pengaruh
yang positif dan signifikan antara Pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran
politik siswa kelas XI di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana
kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung
Kencana kabupaten Tulang Bawang Barat 2014/2015 yang terdiri dari 6 kelas
sebanyak 304 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik
proporsional random sampling sejumlah 76 siswa. Teknik pengumpulan data
untuk variabel pemahaman politik (X) menggunakan tes dan data untuk variabel
kesadaran politik(Y) menggunakan metode angket yang bersifat tertutup. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis koefisien korelasi Product
Moment dari Pearson.
2
Pertanyaannya adalah seberapa tinggi/dalam melek politik warganegara?
bagaimana melek politik warga selama ini terbentuk? faktor apa saja yang
mempengaruhi terbentuknya melek politik warga? Kebijakan apa saja yang perlu
dirumuskan untuk meningkatkan melek politik warga? Semuanya terfokus pada
tingkat melek politik pada pemilih pemula.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penelitian ini dapat diselesaikan. Penyusunan penelitian ini ini
telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa penelitian
ini masih
terdapat kekurangan karena
keterbatasan penulis. Dengan segala
rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan riset ini.
Penulis berharap semoga riset ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Tulang Bawang Barat, Juli 2015
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Rumusan.......................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Metode Penelitian.........................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................6
A. Tinjauan Tentang Pemahaman Politik .........................................................6
B. Tinjauan Tentang Kesadaran Politik ..........................................................11
C. Tinjauan Tentang Pendidikan Politik ........................................................15
D. Tinjauan
Tentang Pengaruh Pemahaman politik Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik .........................................19
E. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................................25
BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................29
A. Tempat Penelitian.......................................................................................29
B. Metode Penelitan ........................................................................................30
5
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................32
A. Pengertian Pendidikan Politik.......................................................................32
B. Perilaku Pemilih Akibat Dominasi Media Televisi ......................................38
C. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik ..........................43
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...................................55
A. Kesimpulan ...................................................................................................55
B. Implikasi .......................................................................................................58
C. Saran .............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demokrasi sebagai aspek penting berkaitan dengan pemerintahan dengan
hirarkhi kekuasaan yang terdapat dalam suatu sistem politik negara. Artinya, akan
terdapat sistem politik nasional yang didalamnya terdapat sub sistem politik
daerah dalam bingkai sistem negara yang dianutnya. Pemilahan demokrasi lokal
ini bukan berarti terdapat determinasi wilayah pemberlakuan demokrasi atau
bahkan terdapat perbedaan demokrasi dari induknya. Dalam tulisan ini demokrasi
lokal ditujukan sebagai bagian utuh dari demokrasi di Indonesia. Pemilukada
langsung merupakan wujud nyata asas responsibilitas dan akuntabilitas karena
Pemilukada langsung akan memperkuat legitimasi seorang kepala daerah karena
ia dipilih lansung oleh rakyat.
Dengan Pemilukada langsung maka akan memperkuat legitimasi seorang
kepala daerah karena ia dipilih langsung oleh rakyatnya. Elit politik atau partai
politik tidak bisa lagi menjatuhkan seenaknya seorang kepala daerah (kecuali ia
melakukan tindakan kriminal dan menghianati negara atau makar) karena ia
merupakan pilihan rakyat, suara rakyat adalah pilihan rakyat dan suara rakyat
adalah suara Tuhan (vox populi vox dey).
Pemilih pemula sering kali luput dari perhatian pihak yang melakukan
sosialisasi pemilu. Hingga saat ini pemilih pemula (khususnya remaja dan siswa)
cenderung hanya diangkat sebagai objek dan dihitung sebagai massa potensial
1
untuk mendukung parpol.ada kekhawatiran mengenai tingkat melek politik
pemilih pemula. Sehingga akan mudah membuat terombang-ambing oleh politik
uang (money politic). Oleh karena itu perlu ada perhatian khusus bagi para
pemilih pemula. Sehingga kedepan para pemilih pemula tersebut semakin melek
politik dan memiliki kesadaran politik yang tinggi sehingga bermuara pada tingkat
kedewasaan perilaku berdemokrasi. Dimana korelasinya berbanding lurus, yaitu
semakin tinggi tingkat melek politik
warga semakin matang perilaku
demokrasinya, dan juga sebaliknya rendahnya tingkat melek politik warga maka
perilaku berdemokrasinya belum matang. Dengan kata lain, wajah demokrasi
sebuah negara sebagian ditentukan oleh tingkat melek politik warga.
B. Rumusan Masalah.
1. Sedalam apakah tingkat melek politik dari para Pemilih Pemula di SMAN
1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana ?
2. Bagaimana proses melek politik para Pemilih Pemula di SMAN 1 Tumi
jajar dan SMKN 1 Pulung Kencana selama ini terbentuk ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik para
Pemilih Pemula di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana ?
4. Kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek
politik para Pemilih Pemula di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung
Kencana ?
2
C. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat melek politik dari pemilih pemula
di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
2. Untuk mengetahui proses yng mempengaruhi tingkat melek politik
pemilih pemula di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
3. Untuk merumuskan kebijakan yang efektif dan sesuai agar tingkat melek
politik para pemilih pemula di Kabupaten Tulang Bawang Barat
meningkat.
Kegunaan Penelitian
a) Secara teoritis; Mengetahui seberapa tinggi/ dalam melek politik
masyarakatat Kabupaten Tulang Bawang Barat.
b) Secara praktis
1. Bagi Peneliti ; Hasil penelitian ini dapat
pengetahuan
menambah
informasi dan
tentang Mengetahui seberapa tinggi/ dalam melek politik
masyarakatat Kabupaten Tulang Bawang Barat.
2. Bagi masyarakat ; dapat mengetahui dan memahami bagaimana melek
politik
melek politik masyarakatat Kabupaten Tulang Bawang Barat selama ini
terbentuk
3. Bagi partai politik dan kandidat ; Mengetahui factor apa saja yang
mempengaruhi melek politik melek politik masyarakatat Kabbupaten
Tulang Bawang Barat.
3
4. Bagi penyelenggara: Mengetahui kebijakan apa saja yang perlu
dirumuskan untuk meningkatkan melek politik melek politik masyarakat
Kabupaten Tulang Bawang Barat.
D. Metode Penelitian
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Sebagai penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan
realitas sosial yang ada di masyarakat (Mantra, 2004).
Jenis dan Sumber Data
a. Data primer, data atau informasi dari sumber pertama, biasanya kita sebut
dengan responden. Data atau informasi diperoleh melalui pertanyaan
tertulis dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan menggunakan
metode wawancara.
b. Data sekunder, data yang menggunakan bahan yang bukan dari sumber
pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk
menjawab masalah yang di teliti, atau data yang ada pada Komisi
Pemilihan Umum Daerah kabupaten Tulang Bawang Barat dan Dinas yang
berkaitan.
1. Populasi Dan Sample
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini
4
adalah kehadiran pemilih yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat
pada pelaksanaan pemilihan legislatif kabupaten Tulang Bawang Barat
secara langsung.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh
populasi tersebut. Dari sekian banyak populasi yang ada
tidak
memungkinkan untuk mendata satu persatu calon kehadiran pemilih
pemula yang ada di Kabupaten tulang bawang barat, maka populasi itu
akan diwakili oleh sample yang akan diambil dari beberapa siswa sekolah
di Kabupaten tulang bawang barat.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi, adalah tinjauan langsung ke lokasi penelitian sebelum
diadakannya penelitian atau pencarian data dilapangan.
b. Wawancara, adalah pengambilan data dengan wawancara baik dengan
sample dan KPUD yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
c. Kuesioner, adalah suatu alat yang penting untuk pengambilan data
dalam menggunakan metode pendekatan kualitatif.
BAB II
LANDASAN TEORI
5
A. Tinjauan Tentang Pemahaman Politik.
Pemahaman
(comprehention)
diartikan
sebagai
menjelaskan secara benar tentang objek yang
suatu
kemampuan
diketahui dan dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek dan materi harus dapat menjela skan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.
Menurut Cece Rakhmat dan Didi Suherdi mengatakan bahwa pemahaman
merupakan : untuk memahami bahasa-bahasa atau bahan ajar yang dipelajari.
Dengan kemampuan ini siswa mampu menterjemahkan dan mengorganisasikan
bahan-bahan yang diterima kedalam bahasanya sendiri. Kata-kata kerja yang
digunakan untuk menyampaikan kemampuan ini antara lain menjelaskan,
merumuskan dengan kata -kata sendiri, menyimpulkan dan member Sedangkan
pengertian
pemahaman
menurut
Suharsimi
Arikunto
memperluas,
menyimpulkan, menggeneral isasi, memberi contoh, menuliskan seseorang dapat
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta dan
konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman
adalah
merupakan
suatu
kemampuan
berpikir
seseorang
untuk
dapat
menginterprestasi materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan,
serta merumuskannya dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang
paham berarti mereka mengerti secara benar apa yang diketahuinya.
a. Tingkatan Pemahaman
6
Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif.
Dalam hubungannnya dengan satuan pelajaran, pemahaman sebagai salah satu
aspek yang penting.
Aspek kognitif ini dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom
(1956) dalam Daryanto yaitu penge tahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian. Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa
dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak
hanya mengetahui suatu masalah tetapi juga mengerti serta memahami dengan apa
yang telah ia pelajari.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pemahaman Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pemahaman siswa menurut Wahyudi
dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan, No.036, Tahun ke-8, Mei 2002 adalah
sebagai berikut :
1) Faktor pertama adalah tingkat usia siswa (tingkat sekolah :SD, SLTP atau
SMU).
2) Faktor kedua adalah pendekatan yang di gunakan guru dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM).
3) Faktor ketiga adalah motivasi siswa.
Demikian tingkat pemahaman pada siswa tersebut tergantung pada diri siswa
itu sendiri dalam mempelajari suatu materi yang diberikan. Semakin tinggi
tingkat usia siswa atau tingkat sekolah, motivasi siswa, dan pendekatan yang
digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar maka semakin tinggi pula
7
tingkatan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan begitu pula
sebaliknya.
c.
Pengertian Politik
Politik Secara etimologis, berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota
atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti
warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara,
politika yang
berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti
kewarganegaraan.
Dari berbagai upaya untuk menjelaskan esensi (pengertian) politik, tampak
bahwa perhatian dan sentral dari
politik adalah penyelesaian konflik antar
manusia, proses pembuatan keputusan-keputusan ataupun pengembangan
kebijakan-kebijakan secara otorit as yang mengalokasikan sumber-sumber dan
nilai-nilai tertentu atau pelaksa naan kekuasaan dan pengaruhnya
didalam
masyarakat.
Menurut Haryono Pengertian politik berdasarkan penggunaannya meliputi
dalam arti kepe ntingan umum dan politik dalam arti kebijaksanaan ( policy).
Penjelasan selengkapnya mengenai dua hal tersebut sebagai berikut :
1) Dalam arti kepentingan umum/segala usaha untuk kepentingan umum, baik
yang berlaku di bawah ke kuasaan negara dipusat maupun didaerah, lazim
disebut politics (bahasa inggris berarti: suatu rangkaian asas/prinsip, keadaan
serta jalan, cara dan alat
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu/suatu keadaan yang kita kehendaki
disertai dengan jalan cara dan
alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan.
8
2) Dalam arti kebijaksanaan (policy) Politik dalam arti kebijaknsanaan ( policy)
adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih
menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keing inan atas keadaan yang
kita kehendaki.
Menurut pendapat Mr. Van der goes van Natern dalam F. Isjwara ntuk
politik aktual yang dihadapi sehari-hari, dan masalah-masalah aktual tentang
negara dan pemerintah. Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh
sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang bera nggapan bahwa politik
tidak hanya berkisar di lingkungan ke kuasaan negara atau tindakan-tindakan
yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan,
manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial,
maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat,
bukanlah
sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus
diselenggarakan sesuai kebutuhan, dan politik harus dapat menjawab tantangan
hari depan. Dengan berpolitik sebenarnya disiapkan suasana di mana cita-cita
dapat diselenggarakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang
menyangkut tujuan-tujuan
tujuan
pribadi
seseorang
dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan
(private
goals)
dan
berhubungan
dengan
kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai
kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan - kegiatan perseorangan. Politik
merupakan kesadaran bermasyarakat
dan politik yang dihadapi dalam
9
permasalahan sehari-hari dalam masya rakat serta tentang negara dan
pemerintahan.
Kehidupan politik sangat mempengaruhi pendidikan, sebaliknya pendidikan
adalah institusi yang penting perananya dalam hal pengembangan bidang politik.
Menurut Coleman dalam Arif Rohman (2009:55) menyebutkan bahwa peranan
sistem persekolahan dalam bidang politik, yaitu: (1) sosialisasi politik, yaitu
sistem persekolahan merupakan institusai untuk sosialisasi peserta didik terhadap
budaya politik nasional; (2) seleksi dan latihan bagi kaum elit dalam bidang
politik; (3) integrasi dan pembangunan kesadaran politik nasional. Sosialisasi
politik merupakan proses yang memberikan kemungkinana bagi seseorang untuk
mengalami internalisasi norma dan nilai suatu sistem politik. Sekolah merupakan
salah satu agen sosialisasi politik yang terpenting. Melalui sekolah, seleksi
dilakukan kepada calon elit politik melalui interaksi dan latihan berdemokrasi dan
kepemimpinan.
Berdasarkan uraian di atas maka pemah aman politik ini dapat dikatakan
sebagai suatu kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat. Dalam hal
ini adalah pemahaman materi politik di se kolah, khususnya pada jenjang sekolah
menengah atas terdapat materi-materi yang dipelajari tentang politik.
d. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik
10
Pemahaman tentang politik adalah suatu
kondisi dimana seseorang
mengerti secara benar dan tahu akan permasalahan yang berhubungan dengan
pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat hubungannya
dengan lingkungan sosial masyarakatnya. Pemahaman politik secara konseptual
diartikan sebagai
suatu kondisi seseorang dalam menangkap
materi yang
berhubungan tentang politik.
B. Tinjauan Tentang Kesadaran Politik
a. Pengertian Kesadaran Politik
Kesadaran adalah suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap sesuatu
hal, sedangkan politik adalah segala hal ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran
politik berarti suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal
negara. Jika kesadaran politik itu berarti tanggap terhadap segala hal ikhwal
kenegaraan, maka apabila kesadaran politik itu harus ditingkatkan berarti harus
lebih tanggap terhadap hal ikhwal kenegaraan.
Manusia yang memiliki rasa tanggungjawab individu dalam menghadapi
problematikanya, di format karakternya oleh perasaan kolektif dan paartisipasif
dalam perjalanan dan pekerjaan masyarakatnya. Dengan kesa daran itu ia benarbenar mengerti dan
mampu menangkap situasi dan kondisi zaman
dan
masyarakat setempat.
Dekat dengan definisi ini adalah analisis Paulo farayeri dalam Ustman
(2000:95) : Kasadaran adalah pengetahuan yang kritis, pandangan yang benar
terhadap realitas dan pemahaman yang baik terhadap dunia dimana manusia itu
11
hidup, kemudian berusaha mengubahnya. Kesadaran adalah instrumen kritis yang
digunakan oleh orang-orang tertindas untuk menyingkap hakekat diri dan mereka
yang menindasnya. Ketika mereka menyadari hakekat penindasan dan mengerti
bahwa ia hanyalah sekedar sandungan yang bisa dilewati, saat itulah awal usaha
mereka menuju pembebasan. Mengerti saja tidak cukup untuk merealisasikan
kebebasan.
Karenanya, ia harus benar-benar
menjadi kekuatan riil yang dapat
menggerakan aksi perjuangan.
Kesadaran politik, sesuai dengan definisi diatas mencakup :
a. pandangan yang komperehensi,
b. wawasan yang kritis,
c. rasa tanggung jawab dan
d. keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau
menghadapi berbagai problematika sosial.
Sedang dari konsepsi politik menurut
(2000:96), kesadaran politik adalah :
Pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi
politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi
problematika masyarakatn ya, memecahkannya, memberikan
keputusan dan
menentukan pendirian ter hadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam
rangka merubah atau mengembangkannya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik
merupakan suatu kondisi seseorang yang tanggap terhadap suatu
pandangan
universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang
12
memungkinkan
seseorang
untuk
mengerti
situasi,
kondisi
problematika
masyarakat, dan dapat memecahkannya.
c. Cara-cara untuk mencapai kesadaran politik
Ada beberapa cara dalam mencapai kesadaran politik yang melalui beberapa hal
yaitu :
1) Arahan politik secara langsung, baik melalui jalur formal maupun non formal,
melalui
penjelasan-penjelasan
politik,
usaha-usaha
bimbingan,
dan
pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir
dan pemimpin politik.
2) Pengalaman politik yang didapatkan dari partisipasi politik.
3) Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca koran
dan buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa.
4) Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis.
5) Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua metode,
yaitu
apprenticeship dan generalisasi . Maka seluruh metode ini
akan
mengantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran politik Kesadaran politik dapat
dipenga ruhi oleh banyak faktor, dalam Ustman faktor yang mempengaruhi
kesadaran politik yang terpenting diantaranya adalah :
1) Jenis kultur politik di mana individu itu tumbuh darinya atau dengan kata
lain, tabiat kepribadian politik yang terbentuk darinya.
13
2) Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat.
3) Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki individu, juga
tingkat pendidikannya.
4) Adanya pemimpin politik/sejumlah tokoh politik yang genius yang mampu
memberikan arahan politik kepada masyarakat luas.
e. Definisi Konseptual Kesadaran Politik
Kesadaran politik adalah suatu kondisi ya ng tanggap mengerti tentang hal
yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik,
yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika
masyarakatnya, memecahkannya , memberikan keputusan dan menentukan
pendirian terhadapnya, yang mendorongn ya untuk bergerak dalam rangka
merubah atau mengembangkannya.
f. Definisi Operasional Kesadaran Politik
Kesadaran politik pada siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator yang
meliputi :
1. Kesadaran dalam menyikapi realita yang terjadi dengan sesuai pandangan
yang terbentuk pada dirinya.
2. Kesadaran untuk membentuk organisasi/gerakan dalam mewujudkan citacita bersama.
3. Kesadaran untuk mengerti akan problema tika politik yang terjadi di
masyarakatnya.
14
4. Kesadaran akan hakikat sikap polit ik dimana individu menjadi sadar dan
mampu memahami peristiwa politik serta
sadar akan peristiwa atau
masalah politik.
C. Tinjauan Tentang Pendidikan Politik
Dalam membahas mengenai kesadaran politik kita juga harus tahu dan
mengerti tentang pendidikan politik, karena kesadaran politik merupakan salah
satu unsur yang terkandung di dalam pendidikan politik.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa di dalam membahas pengertian
pendidikan politik, maka di sana terkandung unsur-unsur diantaranya yaitu (1)
kepribadian politik; (2) kultur politik; (3) lembaga-lembaga pendidikan politik;
(4) kesadaran politik; (5) partisipasi politik; (6) manusia dan warga negara.
a. Pengertian Pendidikan Politik
Pada hakekatnya seca ra sederhana dapat dikat akan bahwa pendidikan
politik adalah pendidikan kesa daran berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik
adalah aktivitas yang bertujua n untuk membentuk dan menumbuhkan orientasiorientasi politik pada individu. Ia meliput i keyakinan konsep yang memiliki
muatan politis, meliputi juga loyalitas dan pera saan politik serta pengetahuan dan
wawasan politik yang menyebabkan se seorang memiliki kesadaran terhadap
persoalan politik dan sikap politik.
15
Pendidikan Politik di Indonesia merupakan rangkaian usaha untuk
memantapkan dan meningkatkan kesadaran
politik dan kenegaraan guna
menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa.
Pendidikan politik adalah usaha membe ntuk manusia menjadi partisipan
yang bertanggung jawab dalam politik (Kartini kartono, 1996:14).
b. Lembaga-Lembaga Pendidikan Politik
Lembaga-lembaga pendidikan politik terdiri dari lembaga formal dan informal,
yaitu :
(1) Keluarga
(2) Sekolah
(3) Kelompok penekan ( pressure Group): seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), organisasi profe si, organisasi masyarakat, asosiasi- asosiasi dan
sebagainya.
(4) Media massa.
(5) Partai Politik.
Sedangkan dalam yang berkaitan dengan metodologi pendidikan politik
adalah melalui dua cara :
1) Metode pengajaran tidak langsung, dimana proses untuk mendapatkannya
melalui berbagai pe rsiapan dan orientasi secara umum yang ia sendiri tidak
harus bersifat politis akan tetapi mempengaruhi perkembangan kepribadian
individu. Misalnya melalui:
16
a. Apprenticeship (pemagangan atau pelatihan) dari bebagai aktivitas organisasi
individu
yang
non
politis,
misalnya
kelembagaan
atau
organisasi
kemasyarakatan.
b. Generalization artinya memperluas cakupan ni lai-nilai sosial di berbagai
bidang politik yang akhirnya membentuk orientasi politiknya.
2) Metode pengajaran langsung yaitu proses kegiatan yang dengannya terjadi
transformasi muatan politik
tertentu pada individu, dengan
tujuan
membentuk orientasi-orientasi politik misalnya:
a) Political Learning (Pembelajaran Politik) ya itu berbagai proses kegiatan
yang dimaksudkan untuk
menstransfer orientasi-orientasi
politik
kepadsa orang lain, ba ik melalui jalur formal maupun non formal.
b)
Imitation (meniru) dimana meniru cara hidup pemimpin dan tokoh
merupakan sumber penting bagi nil ai-nilai dan orientasi-orientasi
politik.
c) Pengalaman-pengalaman politik, yakni hal-hal yang diperoleh seseorang
melalui partisipasi politik.
pendidikan politik siswa harus diajarkan atau dibimbing untuk menilai
hakikinya; bermusyawarah, mengajukan argumen-argumen yang baik, dan yang
terpenting pendidikan politik terbentuk warga negara yang dapat menilai dirinya
sendiri, aktif dalam bermusyarawah, dapat mengajukan pendapat secara rasional,
semuanya sebagai wujud dari kecintaannya terhadap kebenaran.
17
Pendidikan politik sebagai bagian pendidikan, secara umum didasari oleh
asumsi bahwa pendidikan politik mencakup wa rga negara terhadap kultural serta
mempelajari sikap-sikap politik dan prilakunya terhadap politik. that education
and political structure of society are closely linked has probably always been
recognized (ada keterkaitan yang erat antara pendidikan dan struktuir politik yang
Dalam hal ini dijelaskan bahwa setiap pendidikan memiliki ciri politis tertentu
yang dirancang untuk membimbing anak- anak dalam mengerjakan segala
kegiatannya.
Pendidikan politik di sekolah dapat di ajarkan melalui mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Salah satu tujuan dari pendidikan politik adalah
mendidik agar seseorang tersebut memiliki kesadaran dalam berpolitik dan melek
akan politik. Sehingga pada akhirnya melalui pendidikan politik tersebut akan
memungkinkan untuk mengubah manusia dari statusnya sebagai warga negara
karena terpaksa menjadi warga negara dengan kesadaran.
Menurut Rusadi
politik, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik
rakyat dan agar mereka terwujudnya warganegara yang baik ( good citizen) yaitu
warganegara yang melek politik, memiliki kesadaran politik, dan berpartisipasi
dalam kehidupan politik merupakan tujuan utama dari pendidikan politik.
D. Tinjauan Tentang Pengaruh Pemahaman Politik Melalui Pendidikan
kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik.
a.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan didalam suatu konsep pendidikan sangatlah
perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan
18
baik SD, SMP, maupun SMA serta perguruan tinggi karena Pendidikan
Kewarganegaraan dapat mencakup semua aspek pelajaran baik mata pelajaran
geografi, sosiologi, sejarah maupun dibidang Antropologi. Oleh karena
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan
moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan bernegara seperti yang adalah
dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk
bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku sebagai pola tindak
yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi
Pendidikan Kewarganegaraan/civic education adalah program pendidikan/
pembelajaran yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan
(humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering)
manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi Warga Negara yang baik
sebagaimana ditentukan keharusan/yuridis konstitusional Bangsa/Negara yang
bersangkutan.
Dalam standar kompetensi kurikulum 2004, ditegaskan bahwa "Pendidikan
Kewarganegaraan ( Citizenship Education )" adalah merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD
1945.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang menyangkut tentang warga
negara dan negara serta hak dan kewajiban warga negara. Pembelajaran di
19
dalamnya bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang berpartisipasi aktif dan
bertanggung jawab serta berkesadaran.
b. Ruang Lingkup dan Tujuan Materi Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah yaitu mulai
dari tingkat SD, SMP hingga SMA tercakup beberapa tujuan dan ruang
lingkup materi.
c. Komponen dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam aspek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat tiga
komponen utama yang harus di miliki. Menurut Branson yang dikutip oleh
Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah berdasarkan kompetensi yang
perlu dikembangkan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan didalamnya
mencakup tiga komponen utama yang perlu dipelajari yaitu pengetahuan
kewarganegaraan
(civic
knowledge),
keterampilan/kecakapan
kewarganegaraan (civic skills) , dan watak atau karakter kewarganegaraan
(civic
dispositions). Penjelasan dari tiga komponen diatas adalah sebagai
berikut :
1) (Civic Knowledge) Pengetahuan kewarganegaraan
Pengetahuan kewarganegaraan ini berka itan dengan kandungan atau apa
yang seharusnya diketahui oleh warga negara mengenai hak dan kewajiban
warga negara. Dari ranah pengetahuan kewarganegaraan ( civic knowledge) di
atas dapat diperinci lagi. Dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah
20
menyatakan bahwa : Knowledge: the content of Civic Educ ation: a). why do we
need a goverment?, b). the purpose of goverment, c). constitutional princilples,
d). concepts, principles, and values
underlying the political, system,
i.e.,authority, justice, diversity, rule of law , e). ndividual rights (personal,
political, economic), f).
responsibilities
of citizen, g).
role of itizen in a
democracy, h). how the cirizen can participate in community decisions.
Dari
pendapat
di
atas
dapat
diartikan
bahwa
isi
pengetahuan
kewarganegaraan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat diperinci menjadi
tentang a). mengapa pemerintahan dibutuhkan, b). tujuan dari pemerintahan, c).
prinsip-prinsip yang mendasari konstitusi, konsep, prinsip, dan nilai-nilai yang
menjadi dasar politik, d).
sistem, kewenangan, keadilan, keaneka ragaman,
kepastian hukum, e). hak- hak individu (pribadi, politis, ekonomi), f). tanggungjawab warganegara, g). peran warga negara di dalam suatu demokrasi, h).
bagaimana warga negara dapat
mengambil bagian di dalam menentukan
keputusan.
2) (Civic skills) Keterampilan/kecakapan kewarganegaraan
Selain harus menguasai peng etahuan tentang lingkup kewarganegaraan juga
harus perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris.
CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah menyatakan bahwa :
Skills: what a citizen needs to be able to do participate effect ively. a). Critical
21
thinking skills: gather and assess information, clarify an prioritize, identity and
assess consequences, evaluate, reflect. b). Partic ipation skills: communicate,
negotiate, cooperate, manage conflicts peacefully and fairly, reach consensus.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa keterampilan apa yang dibutuhkan
warganegara di dalam berpartisipasi secara efektif a). Pemikiran kritis, meliputi
keterampilan dalam mengumpulkan dan menilai informasi, menegaskan suatu
keutamaan, identitas dan memahami suatu akibat, mengevaluasi, mencerminkan.
b). Partisipasi, yang meliputi ketera mpilan: komunikasi, musyawarah, bekerja
sama, mengatur konflik dengan damai dan wajar, mencari kesepakatan.
3) (Civic dispositions) Watak atau karakter kewarganegaraan
Komponen dasar yang ketiga dari Pe ndidikan Kewarganegaraan adalah (Civic
dispositions ) watak atau karakter kewarganegaraan yang mengisyaratkan pada
karakter publik maupun privat yang
penting bagi pemeliharaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional.
Menurut CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah merinci
civic despositions Civility, respect for the rights of other individuals, respect for
law, honesty,
open mindedness, critical mindedness,
negotiation and
compromise, persistenc e, compasion, patriotism, courage,
tolerance of
ambiguity diperinci menjadi kesopanan, menghargai hak/ kebenaran individu
lain,
menghormati hukum, kejujuran, terbuka, kritis, bermusyawarah dan
berunding, ketekunan, compasion, patriotisme, keberanian, toleransi.
22
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seorang warga
negara harus memiliki pengetahuan kewarg anegaraan yang baik, selanjutnya
memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif,
dan pada akhirnya
pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak
yang baik, sehingga menjadi sikap dan kebias aan serta kesadaran akan perilaku
dan tindakannya dalam sehari-hari.
d.
Pengaruh Pemahaman
Politik
Dalam
Pendidikan
Kewarganegaraan
Terhadap Kesadaran Politik
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti proses
belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat dilihat dari hasil
belajar
yang
mereka
dapatkan.
Melalui
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah pada tingkat jenjang SMA, yang salah satunya
melingkupi materi yaitu mengenai politik ini sebagai salah satu pembelajaran
awal mengenal tentang politik. Pemahaman akan materi politik merupakan suatu
kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat.
Siswa yang memiliki pemahaman materi tentang politik yang mencakup
kemampuan untuk mengerti makna dan arti dari bahan yang dipelajari diharapkan
akan mempunyai kesadaran akan berpolitik yang baik diterapkan di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat nanti nya. Adanya pemahaman dalam diri
siswa tersebut berasal dari proses belajar dan pendidikan di sekolah, melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, siswa akan memiliki pemahaman
yang baik paham akan pentingnya mempela jari politik. Dengan pemahaman yang
23
baik tersebut akan berpenga ruh pada perilaku dan tinda kannya, karena dengan
paham akan materi politik nantinya siswa akan sadar politik, seperti yang telah
tercantum dalam hakikat program Pendidikan Kewarganegaraan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa mela lui pembelajaran mengenai materi
politik yang salah satunya diberikan
lewat mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan ini akan mampu mempeng aruhi proses penanaman kesadaran
politik dalam diri siswa. Dengan adanya pendidikan di sekolah khususnya
Pendidikan Kewarganegaraan dengan ma teri tentang politik ini siswa akan
mempunyai pemahaman akan politik sehingga akan berpengaruh pada siswa
untuk mendapatkan pengetahuan dan kesadaran akan politik, serta hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.
Dalam teori Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh
manipulasi dan interaksi aktif anak dengan ling kungan. Pengetahuan datang dari
tindakan.
Teori
perkembangan
Piaget
mewakili
konstruktivisme,
yang
memandang bahwa perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak
secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Dari teori ini dapat kita tangkap bahwa dalam membangun suatu
pemahaman dapat diperoleh dari sesuatu hal yang biasa dilakukan, juga dari
interaksi mereka sehari-hari. Dengan kata lain apabila mereka melakukan suatu
kebiasaan dengan kesadaran diri mereka, berarti mereka paham dan mengerti
benar apa yang dikerjakan. Dengan demikian bahwa pemahaman yang dimiliki
24
seseorang akan dapat berpengaruh terhadap kesadaran akan tindakan yang
dilakukannya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemahaman politik yang dikaji secara kognitif juga men yangkut sikap seseorang
dalam hal ini bahwa pemahaman mendorong tindakan/sikap seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk kesadaran akan politik dalam
lingkungan sekolah
diri siswa, baik di
maupun masyarakat. Dengan demikian, semakin peserta
didik memiliki pemahaman khususnya pemahaman tentang politik maka semakin
tinggi tingkat kesadaran politik yang dimilikinya.
E. Hasil Penelitian Yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian ini tidak beranjak dari nol murni, akan
tetapi pada umumnya telah ada penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa
perlu mengetahui penelitian yang terda hulu. Berdasarkan hal tersebut maka
penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah :
1. Dewi Fatimah. Pengaruh pembelajaran pendidikan politik dalam PKn terhadap
tingkat kesadaran politik siswa (Studi Deskriptif di Kelas XI SMA Negeri 3
Bandung). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa
pendidikan politik yang diberikan dalam mata pelajaran PKn
memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat kesadaran politik siswa.
Keseluruhan aspek pembelajaran seperti sumber ajar, metode ajar, media ajar,
dan pola evaluasi yang dijalankan mampu memberikan pengaruh yang positif
dalam proses penanaman kesadaran politik siswa.
25
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dkk, yaitu Tingkat Kesadaran Politik
Pemilih Pemula dalam Pilkada; suatu Refleksi School-Based
Democracy
Education (Studi Kasus Pilkada Provinsi Banten dan Jawa Barat).
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa tingkat kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada
menunjukkan perbedaan yang didasarkan pada pemahaman dan pengalaman
belajar konsep berpolitik di tingkat persekolahan.
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh para pakar dan
berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa pemahaman belajar dalam konsep berpolitik pada siswa itu dapat
berpengaruh pada penanaman kesadaran politik dalam diri siswa.
Pemahaman politik dapat dikatakan se bagai suatu kondisi yang mengerti
akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahan maupun
kewarganegaraan dalam bermasyarakat. Dengan siswa memiliki pemahaman yang
baik mengenai politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan
moral pada akhirnya nanti akan dapat dipraktekan dalam kehidupan baik dalam
masyarakat, bangsa maupun negara.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
diajarkan di sekolah. Ruang lingkup materi PKn lebih banyak menitikberatkan
pada disiplin ilmu hukum, kewarganegaraan, dan politik.
Pendidikan tentang politik yang ada dalam PKn memiliki misi utama untuk
membina siswa agar melek politik. Karena pada hakikatnya merupakan suatu
pendidikan yang berupaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan
26
bangsa bagi warga negara de ngan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara.
Kesadaran politik adalah suatu kondisi ya ng tanggap mengerti tentang hal
yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik,
yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika
masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan
pendirian terhadapnya, yang mendorongn ya untuk bergerak dalam rangka
merubah atau mengembangkannya.
Kesadaran politik itu menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Keberadaan generasi muda
merupakan asset yang berharga demi keberlangsungan suatu sistem politik.
Partisipasi mereka dalam bidang politik sangat diperlukan karena di masa
mendatang mereka yang akan memegang kendali terhadap jalannya sistem politik
yang berlaku. Oleh karena itu, siswa
sebagai bagian dari generasi muda,
hendaknya harus mulai ditanamkan pentingnya kesadaran politik dalam diri
mereka sedini mungkin. Dengan pemaha man politik yang diberikan melalui mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, siswa akan memiliki kesadaran akan
politik dan mampu menanamkannya sedini mungkin dalam diri mereka untuk
mengenal dan sadar akan politik.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodelogi berasal dari kata methode dan logos. Methode berarti cara
yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan logos
berarti ilmu. Metodologi penelitian adalah suatu pengetahuan tentang prosedur
28
atau cara yang mencakup teknik yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya
akan dikemukakan metodologi dalam penelitian ini meliputi tempat dan waktu
penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
A. Tempat Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan
dari masalah yang akan diteliti. Sesuai dengan judul penelitian,
penulis
melakukan penelitian yang berlokasi di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung
Kencana kabupaten Tulang Bawang Barat. Penulis memilih lokasi ini dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1.
Penulis ingin mengetahui apakah pemahaman akan materi politik yang
diberikan melalui mata pelajaran Pkn
memberikan pengaruh terhadap
kesadaran politik dalam diri siswa.
2. Tersedianya data yang berhubungan dengan obyek penelitian.
3.
Lokasi tersebut mudah dijangkau dengan cepat serta transportasi mudah
sehingga lebih memperlancar jalannya
penelitian terutama dalam
pengumpulan data yang diperlukan.
2. Metode Penelitian
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Sebagai penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan
29
realitas sosial yang ada di masyarakat (Mantra, 2004). Menurut (2010) deskriptif
hanya berupaya menggambarkan secara jelas dan sekuensial terhadap pertanyaan
penelitian yang telah disusun sebelumnya dan tidak menggunakan hipotesis
sebagai petunjuk arah dalam penelitian.
Penelitian tentang pendidikan politik sebagai proses komunikasi merupakan
penelitian yang berupaya untuk menggali informasi secara mendalam
untuk
mendeskripsikan pemahaman atas pengetahuan politik pemilih pemula tentang
politik, bentuk pendidikan politik yang dilakukan selama ini mengidentifikasi
yang berkepentingan dengan pendidikan politik. Sumber data dalam penelitian
ini terdiri dari:
Data Primer, yang diambil dari :
a. Kuesioner yang disebar kepada responden
b. Observasi terhadap obyek penelitian
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian adalah:
a. Peraturan yang terkait dengan Pemilihan Umum.
b. Dokumen dan publikasi yang terkait mengenai pemilu di kabupaten tulang
bawang barat.
c. Kertaskerja/TOR/Proposal/laporan kegiatan pendidikan pemilih/sosialisasi
yang diselenggarakan oleh KPU maupun pihak lain
30
d. Kuesioner yang disebar kepada responden Observasi obyek b.
penelitian
Interviews yang untuk mengungkapkan tanggapan dan pendapat pemilih
pemula mengenai sistem pemilihan umum, alasan berpartisipasi dlm pemilu,
sumber informasi pemilu yang mereka peroleh
a. Wawancara, dengan melakukan Tanya jawab secara aktif kepada
narasumber dengan
menggunakan panduan wawancara memperoleh
informasi yang tidak dapat iungkapkan melalui observasi.
b. Focus Group Discussion digunakan untuk memperoleh informasi secara
terarah dan interaktif akan topik penelitian dengan melibatkan kelompok
sasaran dan pihak-pihak yang terkait.
c. Dokumentasi, dengan menggali informasi dari pelbagai dokumen tertulis
terkait dengan pemilihan umum
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Politik
Dalam belajar politik dengan metode pendidikan politik bersifat dialogis,
terbuka, rasional atau penyadaran. Di sekolah, lewat PKn arahannya yaitu
pada menumbuhkan
atau agar anak menjadi efektif bagi bangsanya. Kegiatan
31
yang dilakukan terutama terletak pada berpartisipasi memperoleh informasiinformasi
politik,
misalnya
membaca
buku-buku
teks,
mengikuti
perkembangan lewat media massa elektronik dan non-elektronik, dll.
Pendidikan
politik
jelas
berbeda
dengan
indoktrinasi
politik,
yang
merupakan belajar politik yang bersifat monolog bukan dialog, lebih
mengutamakan pembangkitan emosi, dan lebih merupakan pengarahan politik
untuk dukungan kekuatan politik (mobilisasi politik) dari pada meningkatkan
partisipasi politik. Indoktrinasi politik ini pada umumnya dilakukan oleh
rezim otoriter atau totaliter untuk mempertahankan status- quo, partai politik
juga pada umumnya lebih banyak menggunakan indoktrinasi politik dari pada
pendidikan politik.
Pendidikan politik pada hakekatnya merupakan bagian dari pendidikan
orang dewasa sebagai upaya edukatif yang intensional, disengaja dan
sistematis untuk membentuk individu sadar politik dan mampu menjadi
pelaku
politik
yang bertanggung jawab secara etis/moril
dalam mencapai
tujuan-tujuan politik.
Pendidikan politik merupakan aktivitas pendidikan diri (mendidik dengan
sengaja diri sendiri) yang terus menerus berproses di dalam person, sehingga
orang yang bersangkutan lebih mampu memahami dirinya sendiri dan situasikondisi lingkungan sekitarnya.
Dapat diartikan bahwa pada dasarnya pendidikan politik memiliki tujuan
mendidik dan mengatur diri sendiri untuk dapat berproses menjadi manusia
32
dewasa
dalam
mengambil
keputusan
untuk
melakukan
sesuatu
demi
mencapai tujuan-tujuan politik dan telah memikirkan resiko yang akan
didapat dari apa yang telah dilakukan.
Di sekolah, anak banyak belajar pengetahuan, nilai, sikap, dan perilaku
politik
secara
eksplisit,
terutama
melalui
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Melalui mata pelajaran PKn, anak diajarkan
mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara, sistem politik, otonomi
daerah, partai politik, budaya politik, dsb. Melalui elajaran ini, anak
diharapkan pada gilirannya dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan
berbangsa dan negaranya.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan politik maupun politik
pendidikan itu sendiri, maka kedudukan pendidikan politik sangatlah strategis.
Affandi
menyatakan
pendidikan
politik
political
socialization dan citizenship training Kantaprawira
education
political
memandang pendidikan
politik sebagai salah satu fungsi struktur politik dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi
secara maksimal dalam sistem politiknya. Dalam perspektif ini, pendidikan
politik merupakan metode untuk melibatkan rakyat dalam sistem politik melalui
partisipasinya
dalam menyalurkan tuntutan dan dukungannya.
Affandi
menyatakan bahwa pendidikan politik dianggap penting oleh hampir semua
masyarakat
dan
dianggap
sebagai
penentu
perilaku
politik
seseorang.
Penilaian ini didasarkan pada maksud pendidikan politik sebagai alat untuk
mempertahankan
sikap
dan
norma
politik dan meneruskannya
33
dari satu
generasi ke generasi berikutnya, baik melalui akulturasi informal maupun
melalui pendidikan politik yang direncanakan untuk menunjang stabilitas
sistem politik. Brownhill dan Smart, menarik sebuah proposisi bahwa
pendidikan politik adalah proses pendidikan untuk membina siswa agar mampu
memahami, menilai, dan mengambil keputusan tentang berbagai permasalahan
dengan cara-cara yang tepat dan rasional, termasuk dalam menghadapi
masalah yang bias maupun isu yang controversial.
Pengetahuan politik akan membawa orang pada tingkat partisipasi
tertentu. Dalam politik seseorang tidak hanya dituntut mengembangkan
pengetahuan juga harus mengembangkan aspek sikap dan keterampilan.
Perpaduan ketiga aspek tersebut menurut Crick & Porter political literacy aspek
pengetahuan seseorang dikatakan melek politik apabila sekurang- kurangnya
menguasai tentang: (1) informasi dasar tentang siapa yang memegang
kekuasaan, dari mana uang berasal, bagaimana sebuah institusi
bekerja; (2)
bagaimana melibatkan diri secara aktif dalam memanfaatkan pengetahuan; (3)
kemampuan memprediksi secara efektif bagaimana cara memutuskan sebuah
issu; (4) kemampuan mengenal tujuan kebijakan secara baik yang dapat
dicapai ketika issu (masalah) telah terpecahkan; (5) kemampuan memahami
pandangan orang lain dan pembenahan mereka tentang tindakannya dan
pembenaran tindakan dirinya sendiri. Kemampuan tadi tentu saja berbeda
pada setiap orang bergantung pada tingkat melek politiknya.
34
Dari aspek keterampilan (skills) seseorang dikatakan melek politik jika
ia tidak hanya berperan sebagai penonton yang baik, tetapi mereka mampu
berpartisipasi aktif atau bahkan menolak secara positif.
Seseorang yang melek politik pun memiliki toleransi terhadap pandangan
orang lain dan dapat memikirkan perubahan dan bagaimana metode yang tepat
untuk menguasainya. Alfian menganalisis keberhasilan pendidikan politik
ditinjau dari dua dimensi. Dimensi pertama berupa gambaran jelas tentang sistem
politik ideal yang diinginkan. Dimensi kedua, ialah realitas
atau
keadaan
sebenarnya dari masyarakat itu sendiri yang langsung diperbandingkan
dengan tuntutan-tuntutan sistem politik ideal tadi.
Keberhasilan pendidikan politik tentunya akan melahirkan masyarakat
yang melek politik (political literacy) dan masyarakat yang melek politik
akan mampu berpartisipasi secara berkualitas. Untuk berhasilnya politik
pendidikan maka pemerintah seyogyanya melakukan pendidikan politik.
Pendidikan
politik
disini
bukan
harus
dimaknai
oleh
pembelajaran
dipersekolahan saja melainkan juga dapat dilakukan melalui proses sosialisasi
politik. Sosialisasi politik haruslah dilakukan secara lebih luas yaitu
melibatkan lebih banyak orang dan dilaksanakan secara dialogis-interaktif
bukan indoktrinatif.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa sedikit
kesadaran politik pada siswa SMA Negeri 1 Karanganyar semester gasal tahun
pelajaran 2014/2015 dipengaruhi oleh hasil pemahaman politik melalui mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
35
sedangkan pada umumnya sebagian
besar lagi dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Adapun faktor yang
mempengaruhi Kesadaran politik yaitu diantaranya
budaya,
kultur politik, perubahan
kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki dari tingkat
pendidikannya. Berdasarkan hal tersebut, maka pemahaman politik merupa kan
salah satu faktor yang termasuk dapat mempengaruhi kesadaran politik pada
siswa, karena pemahaman yang dimiliki siswa sebagai kemampuan/kecak apan
yang peroleh dari belajar di
sekolah. Kesadaran politik menurut -nilai dan
orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi
problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan
menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam
rangka merubah atau mengembangkannya . Berarti disini kesadaran hubungannya
dengan sikap maupun tindakan yang akan dilakukannya. tersebut dapat ditafsirkan
bahwa lembaga pendidikan sebagai salah satu wahana proses belajar mengajar
dengan hasil akhir dari kegiatan tersebut yaitu suatu pemahaman yang diperoleh
dsri pembelajaran dengan hasil akhir nilai sebagai tolok ukur untuk mengetahui
kemampuan dari peserta didik. Karena dari pemahaman yang diperoleh dari para
siswa akan dapat memberikan bekal serta pengetahuan di dalam menentukan
sikap dan tindakannya dengan bentuk kesadaran dalam diri mereka.
Pemahaman politik di sekolah sebagai salah satu yang diperlukan dalam
meningkatkan kesadaran politik bagi siswa . Kesadaran politik itu menyangkut
pengetahuan, minat dan perhati an seseorang terhadap li ngkungan masyarakat
dan politik. Tingkat kesadaran politik diar tikan sebagai tanda bahwa warga
masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan atau
36
pembangunan. Kesadaran politik berbanding lurus dengan pendidikan politik di
masyarakat itu
sendiri, dimana semakin kuat pendidikan
politik dalam
masyarakat maka kesadaran politiknya juga semakin kuat.
Dengan kesadaran politik yang tinggi, diharapkan ada pemulihan sistem
yang berpegang erat pada pancasil a dan mengusahakan kesejahteraan bersama.
Dan ketika tingkat kesadaran berpolit ik masyarakat sudah tinggi, maka niscaya
dengan sendirinya sistem demokrasi akan berjalan, dengan tentunya didasari sikap
patriotisme dan nasionalisme yang ada.
Pengetahuan dan pemahaman warga
negara terhadap konsep-konsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting
untuk dibangun, karena tanpanya kesadaran politik yang kritis tidak mungkin
ditumbuhkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpul kan bahwa hasil penelitian yang
peneliti lakukan di SMA Negeri 1membuktikan bahwa hasil Pemahaman politik
melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh terhadap
kesadaran politik pada siswa.
B. Perilaku Pemilih akibat dominasi mediaTelevisi.
Argumen tentang kapitalis media televisi yang mendominasi perilaku
politikpemilih dapat dijawab dari literatur-literatur yang menjelaskan bahwa
televisi memiliki kekuatan “magis”
untuk
mempengaruhi perilaku pemilih.
Meskipun belum ada yang secara spesifik menjelaskan pengaruhnya terhadap
perilaku politik (pemilih pemula), namun berbagai Studi menunjukkan bahwa
televisi memegang peranan yang cukup tinggi dalam membentuk opini publik
37
yang kemudian terejawantahkan dalam perilaku masyarakat secara keseluruhan.
Putnam menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara parisipasi
politik, tingkat kepercayaan masyarakat, dan tayangan televisi.
Dominasi televisi sebagai sumber berita sosial politik semakin dipertegas
dari data yang dipaparkan oleh Eurobarometer dan American National Election
Studies yang menjelaskan bahwa televisi menjadi sumber informasi sosial politik
primer di berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat. Bila dipandang dari sudut
dominasi media massa, maka televisi selain sebagai sumber informasi yang
dominan, juga menjadi aspek paling penting dalam pembentukan perilaku politik
masyarakat. Karena, melanjutkan apa yang disampaikan oleh Putnam di awal,
bahwa semakin dominan televisi sebagai sumber informasi, maka semakin
mempertegas struktur kekuasaan kapitalis media dalam penguasaan perilaku
pemilih yang dalam Studi ini difokuskan untuk pemilih pemula.
Gavin juga menjelaskan bahwa media televisi menjadi sumber utama berita
ekonomi masyarakat di Inggris. Sumber berita (news) dari berbagai stasiun
televisi di Inggris sangat kuat dampaknya dalam berbagai pemilihan umum.
Ketika banyak stasiun televisi memberitakan kondisi ekonomi yang buruk, secara
perlahan pilihan masyarakat pada pemilu terarahkan oleh
kandidat yang
memperjuangkan aspek-aspek ekonomi. Hal ini disebabkan oleh berita yang
disampaikan telah membentuk apa yang disebut oleh Gavin sebagai rational
decisions. Dengan adanya pembentukan rational decisions oleh berbagai televisi,
secara otomatis membentuk pula perilaku politik pemilih di Inggris yang dilihat
dari hasil pilihan pada pemilu di Inggris.
38
Basis dari rational decisions
adalah informasi yang disajikan oleh media
televisi di Inggris mampu mengambil peran agar relevan dengan penilaian dan
penafsiran warga negara secara keseluruhan.
Televisi sebagai sumber berita di Inggris, sangat mendominasi pembentukan
persepsi publik. Pola yang demikian menggambarkan bahwa televisi di Inggris
memegang peranan yang dominan terhadap pembentukan perilaku politik, bahkan
bagi
isu-isu ekonomi sekalipun. Hargreaves dan Thomas,
tentang media yang menjadi sumber informasi bagi
Berdasarkan data tersebut, tampak bahwa
menyajikan data
masyarakat di Inggris.
televisi menempati posisi utama
dengan 65% masyarakat yang menjadikanya sebagai sumber berita. Selanjutnya,
radio dengan 16%, Pers media cetak 15% , sumber berita di internet menguasai
2% konsumen berita, dan 1% masyarakat mendapatkan sumber berita dari
perbincangan mulut ke mulut.
Kuatnya dominasi televisi dalam mempengaruhi perilaku politik masyarakat
juga ditunjukkan dari hasil survey yang dilakukan oleh
American Citizen
Participation Study tahun 1990. Dari data survey tersebut, dijelaskan bahwa
pemilih Amerika Serikat yang menyaksikan televisi lebih dari 3,2 jam per hari
mengalami efek depresi dan cenderung tidak melakukan pemberian suara saat
pemilihan umum dilaksanakan. Efek depresi tersebut diakibatkan oleh tayangantayangan televisi yang mengecewakan dan membuat masyarakat menjadi pesimis
dalam menjalani kehidupan politik di negaranya. Dari data American Citizen
Participation Study tersebut jelaslah bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan
39
yang positif antara tayangan berita televisi terhadap perilaku politik pemilih di
Amerika Serikat.
Data menunjukkan bahwa televisi menjadi media yang mendominasi
komunikasi politik di Taiwan. Analisis Chang tersebut, berdasarkan pada analisis
konten, survey, dan experiment pada tiga periode studi. Dari studi-studi tersebut,
bisa saya ambil kesimpulan bahwa memang televisi menjadi fokus utama dalam
Studi Chang tentang efek televisi dan komunikasi politik interpersonal. Chang
membagi sumber media dalam berbagai kategori, yaitu stasiun televisi tidak
berbayar, televisi kabel, televisi kabel illegal, iklan di televisi, dan acara interaktif
di televisi.
Penggunaan televisi sebagai media komunikasi politik di Taiwan semakin
kuat. Hal itu dibuktikan dari adanya penggunaan stasiun televisi untuk kampaye
pemilu di Taiwan. Cerita berbeda datang dari Singapura, manajemen media massa
termasuk televisi di Singapura memiliki karakteristik yang berbeda dengan
negara-negara kebanyakan.
Sistem pemerintahan di Singapura yang membatasi demokrasi dan kebebasan
hidup, berdampak pula bagi kebebasan pers di negeri tersebut. Adanya anggapan
perdana menteri Lee Kuan Yew dan sebagian besar kalangan menganggap bahwa
pola demokrasi ala barat dapat memicu adanya konflik etnis dan sosial di
Singapura. Atas dasar anggapan tersebut, ditengarai sebagai argumen dasar untuk
melakukan pembatasan kebebasan pers yang juga berdampak bagi perilaku politik
masyarakat Singapura.
40
Adanya pembatasan kebebasan pers semakin menguat tatkala menjelang
pemilihan umum, ketika tensi aktifitas dan emosi politik
sedang meningkat.
Menurut saya, pembatasan ini sangatlah berdampak bagi pola perilaku politik
masyarakat Singapura, terutama berkaitan dengan sikap kritis dan “melek” politik
masyarakat disana. Pembatasan kebebasan pers mengakibatkan pengetahuan dan
pemahaman politik masyarakat Singapura juga akan terbatasi.
Salah satu studi empiris efek media terhadap perilaku politik masyarakat di
Singapura pernah dilakukan oleh Gunther dan Ang, hasil penelitian Gunther dan
Ang
menunjukkan tentang sensor tayangan televisi di Singapura. Data yang
berasal dari wawancara face-to-face dengan 506 orang secara random tersebut
menunjukkan bahwa berita-berita negatif tentang pemerintah yang sudah disensor
mengakibatkan penurunan intensitas opini publik terkait penilaian negatif kepada
pemerintahan. Sederhananya, segala hal yang menampilkan sisi negatif
pemerintah tidak serta merta mendapat respon negatif dari masyarakat, hal ini
dikarenakan
masyarakat
tidak mengetahui
dan memahami
sisi negatif
pemerintahanya.
Data penelitian oleh Gunther dan Ang jelas menunjukkan besarnya pengaruh
televisi bagi perilaku politik masyarakat di Singapura. Meskipun dalam cara
memandang yang berbeda dengan negara-negara lainya, pembatasan kebebasan
pers Singapura sudah berimplikasi bagi terbatasnya perilaku politik masyarakat
Singapura
untuk
mengkritik atau bahkan mengetahui sisi negatif kinerja
pemerintahanya. Diskursus ini menambah referensi bahwa tidak selalu negara
demokrasi liberal yang bisa menjadi objek penelitian yang menarik terkait
41
pengaruh dominasi televisi terhadap perilaku politik
masyarakat. Jepang
merupakan salah satu contoh negara yang menujukkan betapa besarnya pengaruh
televisi terhadap perilaku politik masyarakat. Awal kemunculan stasiun televisi
di Jepang pada tahun 1926 ketika lahir stasiun televisi pertama dengan nama
Nippon Hoso Kyokai (NHK), kemunculan stasiun televisi NHK sekaligus
menandai awal berkembangnya
komunikasi
politik
menggunakan media
televisi. Puncak kebangkitan masa-masa awal perkembangan televisi terjadi pada
tahun 1953, ketika NHK dan beberapa stasiun televisi komersil bermunculan di
Jepang.
C. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik
1) Sosialisasi Politik
Menurut Rush dan Althoff, sosialisasi politik merupakan suatu proses
bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana
orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi- reaksinya terhadap gejalagejala politik. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi
dan kebudayaan dimana
individu berada, selain itu juga ditentukan oleh interaksi pengalamanpengalaman serta kepribadiannya. Oleh karena itu, sosialisasi politik dalam
beberapa hal merupakan konsep/kunci sosiologi politik, antara lain:
a. Ketiga konsep lain mengenai partisipasi, pengrekrutan dan komunikasi erat
berkaitan dengan sosialisasi politik. Partisipasi dan pengrekrutan merupakan
42
variabel-variabel dependen yang parsial dari sosialisasi dan komunikasi,
karena keduanya menyajikan elemen dinamis dalam sosialisasi.
b. Sosialisasi politik memperlihatkan interaksi dan interdependensi
perilaku
sosial dan perilaku politik. Sebagai akibat wajar yang penting dari
interaksi dan interdependensinya, ia menunjukkan interdependensi
dari
ilmu-ilmu sosial pada umumnya, sosiologi, dan ilmu politik pada khususnya.
Karena berkaitan dengan proses internalisasi nilai, proses pendidikan atau
sosialisasi
politik
akan
bergantung
pada
tatanan
nilai
yang
menjadi
acuannya. Sherman, , melihat sosialisasi politik dalam tiga perspektif, yakni:
a) Perspektif konsensus, yakni sosialisasi politik dipandang sebagai
membentuk
masyarakat
dengan
membentuk
cara
kepribadian- kepribadian
demokratis yang akan menjadi pendukung demokrasi. Sebaliknya dari
perspektif ini adalah perspektif konflik.
Perspektif konflik yang melihat sosialisasi sebagai gambaran keinginan
golongan atas yang kuat yang menguasai pendidikan
dan media. Hal ini
didasarkan atas anggapan bahwa masyarakat tidak dibentuk semata-mata
oleh
kepercayaan
(juga
perasaan)
dari dalam saja, melainkan juga
dipengaruhi oleh kekuatan dari luar, baik kultural maupun struktural.
b) Perspektif konstruksi sosial, yakni sosialisasi politik mempunyai beberapa
pengaruh, tetapi pengaruh itu lebih mengembangkan bayangan demokrasi
daripada yang sesungguhnya. Perdebatan kalangan politisi dipandang
kalangan
pendukung
perspektif
ini
43
sebagai
bagian
dari
mesin
pemerintahan sebagai usaha mempertahankan kedudukan melalui penciptaan
kesadaran yang keliru (false consciousness) di kalangan masyarakat.
c)
Perspektif humanisme, yakni pandangan ekstrem dalam melihat
perilaku
manusia dipengaruhi baik oleh sosialisasi dan internalisasi maupun oleh
kekuatan dalam dan luar. Pandangan
humanisme
menganggap
bahwa
individu mempunyai kapasitas inteligensi, kreativitas, analisis, dan imajinasi
serta kemampuan untuk memahami tekanan dan menetapkan situasi serta
mengubahnya dengan cara yang dianggap penting
Menanggapi perspektif yang berlainan, Sherman, mengambil jalan tengah
dengan beranggapan bahwa manusia secara kuat dipengaruhi oleh proses
sosialisasi dan paksaan dari luar. Namun bagaimanapun tak diragukan lagi
bahwa mereka mempunyai kapasitas untuk memilih di antara berbagai
alternatif dan bahkan untuk mengubah keadaan di sekitarnya.
Pendidikan Kewarganegaraan Bagian dari Sosialisasi Politik
PKn sebagai
Pendidikan Politik yang dilakukan di sekolah merupakan bagian dari sosialisasi
politik.
Sosialisasi
memperkenalkan
politik
sistem
merupakan
politik pada
suatu
seseorang,
proses
dan
bagaimana
bagaimana
orang
tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala
politik yang ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimana
individu berada. Oleh karena itu, sosialisasi politik dalam beberapa
merupakan konsep sosiologi politik.
44
hal
Apabila ilmuwan-ilmuwan politik kurang sekali memperhatikan sosialisasi
politik atau mereka terlalu menerima sebagaimana adanya, para antropolog,
psikologi sosial, dan sosiolog sudah mengetahuinya sebagai konsep yang penting
dan dari disiplin- disiplin ilmu inilah kemudian dapat disimpulkan tiga
definisi awal mengenai sosialisasi, antara lain:
1) Pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku yang
menanamkan pada individu keterampilan- keteranpilan (termasuk ilmu
pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan
peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan, sejauh
peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.
2) Segenap proses dengan mana individu yang dilahirkan dengan banyak
sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan
tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi
kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari
kelompoknya.
3)
Komunikasi dengan dan dipelajari dari manusia lainnya, dengan
siapa
individu itu secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum.
Dari beberapa definisi di atas dapat diketengahkan beberapa segi penting
sosialisasi. Pertama, sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil
belajar, belajar dari pengalaman, atau seperti memberikan indikasi umum hasil
belajar tingkah laku individu dalam batas-batas yang luas; dan lebih khusus lagi
45
berkenaan dengan pengetahuan atau informasi, motif-motif (nilai-nilai) dan
sikap- sikap. Ketiga, sosialisasi itu tidak perlu dibatasi sampai pada usia
kanak-kanak dan masa remaja saja (sekalipun pada usia tersebut merupakan
periode-periode yang paling penting dan berarti), akan tetapi sosialisasi itu
tetap berlanjut sepanjang kehidupan. Selain itu, sosialisasi merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik secara implisit
maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.
Menurut Cholisin, cara belajar politik yang termasuk dalam tipe sosialisasi
politik langsung antara lain:
a) Imitation (meniru);
Belajar politik dengan metode meniru ini paling banyak dilakukan, baik
oleh orang tua, muda, pandai, bodoh. Modal dasarnya adalah adanya
mobilisasi
atau
komunikasi,
tanpa
adanya
dilaksanakan. Contohnya, anak-anak pada
kedua hal ini sulit untuk
umumnya memilih partai politik
meniru pilihan orang tuanya.
b) Anticipatory socialization (sosialisasi antisipatori);
Metode belajar politik dengan metode ini pada dasarnya dengan cara
menyiapkan diri tentang peranan politik yang diinginkan. Misalnya, orang tua,
guru dapat mendefinisikan peranan warga negara yang baik, sehingga anak dapat
mengantisipasi peran yang dituntut oleh sistem politik nasionalnya.
c) Political education (Pendidikan politik);
Dalam belajar politik dengan metode pendidikan politik bersifat dialogis,
terbuka, rasional atau penyadaran. Di sekolah, lewat PKn arahannya yaitu
46
pada menumbuhkan
atau agar anak menjadi efektif bagi bangsanya.
Kegiatan yang dilakukan terutama terletak pada berpartisipasi memperoleh
informasi-informasi politik, misalnya membaca buku-buku teks, mengikuti
perkembangan lewat media massa elektronik dan non- elektronik, dll.
Pendidikan
politik
jelas
berbeda
dengan
indoktrinasi
politik,
merupakan belajar politik yang bersifat monolog bukan dialog,
yang
lebih
mengutamakan pembangkitan emosi, dan lebih merupakan pengarahan politik
untuk dukungan kekuatan politik (mobilisasi politik) dari pada meningkatkan
partisipasi politik. Indoktrinasi politik ini pada umumnya dilakukan oleh rezim
otoriter atau totaliter untuk mempertahankan status-quo, partai politik juga
pada
umumnya lebih banyak menggunakan indoktrinasi politik dari pada pendidikan
politik.
d) Political experience (pengalaman politik);
Metode ini sering ditafsirkan secara tumpang tindih dengan konsep
pendidikan politik pada pengalaman politik. Penekanannya
pada orang yang
sedang belajar politik (disosialisasikan) sedangkan pada pendidikan politik
pada yang sedang mensosialisasikan (socializer). Pengalaman politik tidak
mesti positif misalnya pengalaman yang pahit melakukan kontak dengan
pejabat
terlibat
dalam
pembuatan
keputusan
yang
otoriter
dapat
menyebabkan partisipan menjadi frustasi, bermusuhan dan mengasingkan diri
dari proses politik.
47
Dari bahasan mengenai sosialisasi politik di atas, jika dikaitkan dalam
pembelajaran PKn dapat dilakukan dengan sosialisasi politik, terutama dalam
penyampaian materi, penggunaan metode, dan penggunaan media pembelajaran
PKn yang diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi proses pembelajaran
PKn dalam lapangan. Jika dikaitkan dengan pembelajaran PKn, proses
pembelajaran PKn ini merupakan kategori sosialisasi politik secara langsung,
karena dalam kegiatan belajar mengajar pembelajaran PKn dapat
secara
langsung dan gamblang memperkenalkan kegiatan- kegaiatan dan penyelesaian
kasus-kasus politik yang real dan relevan sehingga siswa dapat dengan mudah
mempelajari pembelajaran PKn tanpa harus menghafal teks dipahami dengan
konsepsi yang benar, dapat disajikan dalam kegiatan belajar dengan benar, serta
menarik. Guru juga dituntut untuk dapat menguasai materi yang terkandung
dalam PKn. Kegiatan tersebut ditujukan untuk para penerima pesan, dalam hal ini
peserta didik dapat memiliki kesadaran berdemokrasi
dalam kehidupan
bernegara.
Selain itu, sosialisasi politik juga memiliki tipe dalam pelaksanaannya, antara
lain:
1) Tipe sosialisasi politik tak langsung
Dalam hal ini, yang termasuk dalam kategori tipe sosialisasi politik tak langsung
adalah sebagai berikut:
a) Interpersonal transference (pengalihan hubungan pribadi);
Menurut tipe ini, pengalaman hubungan sebagai anak dalam keluarga dan
sebagai pelajar dalam sekolah, akan dikembangkan dalam hubungannya
48
dengan figure penguasa. Maksudnya, ada kecenderungan yang bersifat tetap
bahwa hubungan dengan penguasa merupakan pengulangan dari apa yang
telah dilakukannya pada pengalaman pertama kali dalam kehidupannya.
Misalnya, jika pada pengalaman pertama kali (dalam keluarga atau sekolah)
melakukan hubungan yang bersifat kooperatif, maka hal ini akan dilanjutkan
pada waktu melakukan hubungan dengan penguasa. Ini berarti, kontak
pertama anak dengan penguasa nonpolitik, khususnya orang tua akan
menjadikan kesiapan dalam kontak dengan dunia politik dan figure penguasa.
b) Apprenticeship (magang);
Menurut
tipe
ini,
aktivitas-aktivitas
non
politik
praktek/magang untuk aktivitas politik. Contohnya,
dipandang
organisasi
sebagai
pembentuk
pribadi seperti Pramuka, organisasi siswa, dll adalah bentuk yang penting
dalam pembelajaran politik.
c) Generalization;
Menurut tipe ini, kepercayaan dasar dan pola-pola nilai budaya yang
merupakan nilai umum (general value), bukan
obyek
politik
tertentu,
biasanya
sebagai
referensi
ke
arah
memainkan peranan yang besar dalam
menentukan struktur atau pola-pola budaya politik. Contohnya, pandangan
mengenai sifat manusia hakekatnya baik, maka mudah menimbulkan sikap
percaya atau berprasangka baik terhadap penguasa, atau tokoh politik.
2) Tipe sosialisasi politik langsung
Dapat dikatakan bentuk sosialisasi politik langsung apabila seseorang
menerima
mempelajari nilai-nilai informasi, sikap, pandangan-pandangan,
49
keyakinan- keyakinan mengenai politik secara eksplisit. Misalnya, individu
secara eksplisit mempelajari budaya politik, sistem politik konstitusi, partai
politik, dsb.
Pola
belajar
politik
atau
sosialisasi
politik
menurut
teori
sistem
diarahkan untuk memlihara dan mengembangkan sistem politik ideal yang
ingin dibangun bangsanya. Bagi bangsa Indonesia sistem politik ideal yang
hendak
dibangun
adalah
sistem politik demokrasi pancasila, maka arah
sosialisasi politik adalah pada sistem politik ini.
Sistem politik demokratis yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan
umum di tentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara
efektif
oleh
rakyat
dalam
pemilihan-pemilihan
berkala
yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik. PKn sebagai pendidikan politik di sekolah,
maka konsekuensinya akan mengutamakan tipe sistem politik langsung. Isi
sosialisasi mengutamakan orientasi politik yang bersifat eksplisit, yang
kemudian diprogram sebagaimana yang tercermin dalam kurikulum, pola belajar
politik bersifat terbuka, rasional, dan arahnya untuk mewujudkan warga
negara yang baik.
Dari penjelasan tentang tipe sosialisasi politik di atas, maka jelaslah bahwa
pembelajaran PKn merupakan tipe sosialisai politik langsung. Karena dalam
penerapannya, pembelajaran PKn mengajarjan materi yang mencakup tentang
hubungan antara negara dengan warga negara serta pengenalan berbagai
aktivitas politik yang dilakukan oleh aktor politik. Pembelajaran PKn juga lebih
50
bersifat interdisipliner (berbagai bidang; ekonomi, sosial, budaya, dll) dan lebih
menekankan pada dialog dari pada monolog, karena dalam hal ini warga negara
dituntut
untuk
berpartisipasi
dalam
kegiatan
sosialisasi
politik
yang
dilakukan dalam pembelajaran PKn melalui pendidikan politik.
Adapun metode yang digunakan dalam menjelaskan materi pembelajaran
yang berhubungan dengan pendidikan politik secara eksplisit/ langsung,
antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan metode meniru, sosialisasi
antisipatori, pendidikan politik, dan pengalaman politik. Sehingga, siswa
dapat menganalisis kejadian yang dijelaskan mengenai politik/ pendidikan
politik.
Metode belajar politik yang lain yang termasuk tipe sosialisasi politik
langsung, seperti: imitasi, sosialisasi antisipatori, dan pengalaman politik
dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran politik melalui PKn.
Begitu
pula
tipe
sosialisasi
politik
tak
langsung,
seperti
transfer
interpersonal, magang dan generalisasi, dapat dimanfaatkan untuk menunjang
PKn.
Dari pembahasan mengenai hubungan sosialisasi dengan PKn, jelaslah
akan dapat membantu perkembangan pendidikan politik, dalam hal ini
mengembangkan budaya politik melalui pembelajaran politik di sekolah
melalui PKn dengan metode
imitasi, sosialisasi antisipatori, dan pengalaman politik di lapangan.
Di samping alasan ideologis dan rasional, pendidikan politik sering pula
berbeda karena dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berlainan. Dari sudut
51
ini,
para
pendukung
berkepentingan
untuk
pendidikan
politik
berasal
dari
kalangan
yang
mempertahankan status quo sampai pada kelompok
radikal yang kurang menyukai tatanan politik dan meyakini pendidikan
politik dapat menghancurkan tatanan tersebut.
Di sinilah terletak arti bahwa pendidikan politik bagi suatu sistem politik.
Pendidikan politik tidak saja akan menentukan efektivitas sebuah sistem
politik karena mampu melibatkan para warganya, tetapi juga dapat memberi
corak pada kehidupan bangsa di waktu yang akan datang melalui upaya
meneruskan proses internalisasi nilai politik yang dianggap relevan pada
orientasi pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dengan pandangan
hidup bangsa.
Berdasarkan
penelitian-penelitian
terdahulu
yang
relevan,
dapat
direkomendasikan bahwa posisi studi tentang pendidikan politik adalah
kontribusi pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan politik sebagai
sosialisasi politik di dalam membangun warga negara yang partisipatif.
Pendidikan
kewarganegaraan
sebagai
pendidikan
politik
terhadap
pembentukan political literacy dalam beberapa analisa, yakni kontribusi
kompetensi Kewarganegaraan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
terhadap pengembangan kemampuan melek politik siswa merupakan suatu
pengembangan dari tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membentuk siswa
yang tahu dan paham akan kehidupan berbangsa dan bernegaranya dimana
siswa dibekali dengan pengetahuan sistem politik Indonesia dan diajarkan
tentang bagaimana partisipasi seharusnya.
52
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
53
Berdasarkan hasil analisis data dan
interpretasi hasil
penelitian serta
pembahasan di bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang positif
dan signifikan antara pemahaman politik terhadap kesadaran politik pada siswa
kelas XI SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana kabupaten Tulang
bawang barat semester gasal tahun pelajaran 2014/2015.
Cara-cara untuk mencapai kesadaran politik
ada beberapa cara dalam
mencapai kesadaran politik yang melalui beberapa hal yaitu :
1) Arahan politik secara langsung, baik melalui jalur formal maupun non formal,
melalui penjelasan-penjelasan politik, usaha-usaha bimbingan, dan pengajaran
pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir dan pemimpin
politik.
2) Pengalaman politik yang didapatkan dari partisipasi politik.
3) Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca
korandan buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa.
4) Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis.
5) Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua metode,
yaitu
apprenticeship dan generalisasi . Maka seluruh metode ini
akan
mengantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik.
Pendidikan politik adalah usaha membentuk manusia menjadi partisipan yang
bertanggung jawab dalam politik.
b. Lembaga-Lembaga Pendidikan Politik
Lembaga-lembaga pendidikan poli tik terdiri dari lembaga formal dan informal,
yaitu :
54
(1) Keluarga
(2) Sekolah
(3) Kelompok penekan ( pressure Group): seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), organisasi profe si, organisasi masyarakat, asosiasi- asosiasi dan
sebagainya.
(4) Media massa.
(5) Partai Politik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa mela lui pembelajaran mengenai materi politik
yang salah satunya diberikan lewat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
ini akan mampu mempeng aruhi proses penanaman kesadaran politik dalam diri
siswa.
Dengan
adanya
pendidikan
di
sekolah
khususnya
Pendidikan
Kewarganegaraan dengan ma teri tentang politik ini siswa akan mempunyai
pemahaman akan politik sehingga
mendapatkan pengetahuan
akan berpengaruh pada siswa untuk
dan kesadaran akan
politik, serta hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.
Pada dasarnya suatu penelitian ini tidak beranjak dari nol murni, akan tetapi
pada umumnya telah ada penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu
mengetahui penelitian yang terdahulu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian
yang relevan untuk penelitian ini adalah :
1. Dewi Fatimah. Pengaruh pembelajaran pendidikan politik dalam PKn terhadap
tingkat kesada ran politik siswa (Studi Deskriptif di Kelas XI SMA Negeri 3
Bandung). Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan
55
diketahui
bahwa pendidikan politik yang diberikan dalam mata pelajaran PKn
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat kesadaran politik
siswa. Keseluruhan aspek pembelajaran sepe rti sumber ajar, metode ajar,
media ajar, dan pola evaluasi yang dijalankan mampu memberikan pengaruh
yang positif dalam proses penanaman kesadaran politik siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dkk, yaitu Tingkat Kesadaran Politik
Pemilih Pemula dalam Pilkada; suatu Refleksi School-Based Democracy
Education (Studi Kasus Pilkada Provinsi Banten dan Jawa Barat).
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa tingkat kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada
menunjukkan perbedaan yang didasarkan
pada pemahaman dan pengalaman
belajar konsep berpolitik di tingkat persekolahan.
Selain daripada itu, Perilaku Pemilih akibat dominasi media televise.
Argumen
tentang
kapitalis
media
televisi
yang
mendominasi
perilaku
politikpemilih dapat dijawab dari literatur-literatur yang menjelaskan bahwa
televisi memiliki kekuatan “magis”
untuk
mempengaruhi perilaku pemilih.
Meskipun belum ada yang secara spesifik menjelaskan pengaruhnya terhadap
perilaku politik (pemilih pemula), namun berbagai Studi menunjukkan bahwa
televisi memegang peranan yang cukup tinggi dalam membentuk opini publik
yang kemudian terejawantahkan dalam perilaku masyarakat secara keseluruhan.
Putnam menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara parisipasi
politik, tingkat kepercayaan masyarakat, dan tayangan televisi.
56
Begitu halnya dari pembahasan mengenai hubungan sosialisasi dengan
PKn, jelaslah akan dapat membantu perkembangan pendidikan politik, dalam
hal ini mengembangkan budaya politik melalui pembelajaran politik di
sekolah melalui PKn dengan metode
imitasi, sosialisasi antisipatori, dan pengalaman politik di lapangan.
Di samping alasan ideologis dan rasional, pendidikan politik sering pula
berbeda karena dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berlainan. Dari sudut
ini,
para
pendukung
berkepentingan
untuk
pendidikan
politik
berasal
dari
kalangan
yang
mempertahankan status quo sampai pada kelompok
radikal yang kurang menyukai tatanan politik dan meyakini pendidikan
politik dapat menghancurkan tatanan tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian
di atas maka menimbulkan beberapa
implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pemahaman politik mempunyai pengaruh ya ng positif dan signifikan terhadap
tingkat kesadaran politik pada siswa. Maka implikasi teoritisnya adalah bahwa
semakin meningkatnya pemahaman mengenai politik secara maksimal maka akan
menambah wawasan siswa yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam
bersikap dan bertindak dengan penuh kesadaran. Meningkatnya pemahaman
siswa
tentang
politik
khususnya
57
dalam
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah maka siswa akan memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas yang akan menumbuhkan kesadaran diri siswa dalam politik.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan
penelitian yang telah dil akukan, bahwa pemahaman politik
mempunyai peranan dalam menumbuhkan kesadaran politik siswa. Dari hasil
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru maupun orang tua di
dalam memotivasi dan mengarahkan siswa supaya lebih rajin dan bersungguhsungguh di dalam belajar khususnya menge nai pengetahuan politik di sekolah
melalui mata pelajaran yang diberikan yaitu salah satunya pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan agar siswa lebih paham tentang politik. Dengan
meningkatnya hasil pengetahuan dan pemahaman mengenai politik maka secara
maksimal akan menambah wawasan siswa tentang penanaman nilai yang bisa
dijadikan pedoman dalam tindakan serta sikap yang dilakukan. Maka diharapkan
guru, orang tua, dan lingkungan dapat berperan aktif sebagai unsur terkait untuk
dapat mendukung, menumbuhkan dalam penanaman kesadaran politik siswa.
C. Saran
Sesuai dengan hasil ke simpulan dan implikasi ya ng telah diuraikan diatas,
maka dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran penulis menyampaikan
saran sebagai berikut
58
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya memiliki pemahaman politik yang baik karena dengan
adanya pemahaman tersebut diharapkan siswa dapat mempunyai kesadaran
politik yang yang baik pula.
2. Bagi Guru
Guru sebagai pendidik hendaknya memberi
motivasi siswa dalam belajar
untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa supaya pemahaman khususnya
pemahamaan akan politik siswa lebih meningkat sehingga mampu menciptakan
sumber daya manusia yang memiliki kesadaran politik yang lebih baik. Guru
juga hendaknya lebih memberikan semacam pengayaan maupun tugas-tugas
yang dapat mendukung dalam meningkatkan pemahaman politik bagi siswa.
3. Bagi Sekolah
Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi siswa dalam
memperoleh suatu pemahaman dalam belajar. Oleh sebab
kepada pihak sekolah
itu disarankan
untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana di
sekolah dalam hubungannya untuk meningkatkan pemahaman tentang politik
misalnya adanya buletin, mading tentang berita seputar politik maupun bukubuku yang disediakan di perpustakaan sekolah. Serta yang paling terpenting ad
alah mnciptakan suasana belajar yang kondusif, disiplin dan inovatif agar
dapat memberikan dorongan atau semangat kepada siswa dan mendukung
guna mendapatkan pemahaman khususnya politik dalam belajar di sekolah.
59
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.
60
Ali, Novel,. Peradaban Komunikasi Politik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1999.
Ahdiyana, 2009, sebagai wahana Politik, Ilmiah dalam rangka Dies Natalis
XXX 13
2009.
Andrain,Cahrles 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta
Fenyapwain, Marlein, Pengaruh Iklan Politik dalam pemilukada 54 Jurnal Ilmu
Komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Januari- April 2014.
Fenyapwain, Marlein, Pengaruh Iklan Politik dalam pemilukada 54 Jurnal Ilmu
Komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Januari- April 2014.
Hinkle James R, , Causes of Voter Choice : An Analysis of the 2004 Presidential
Elections and the Choice of American Voters to re-elect George W. Bush
to the Office of President, 2004.
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,edisi pertama
Graha
Ilmu Yogyakarta, 2006.
Nursal,
Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu, PT.Gramedia
Pustaka Noris, Pippa, 2005.
Nasiwan, 2005, Model Pendidikan Politik : Studi
kasus PKS DPD Sleman,
Yogyakarta,
Cakrawala November, XXIV.
Nugraha Jati, Susilastuti, Asep Saepudin, Arif 2009, Model Pendidikan
Politik
61
Perempuan, LPPM, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Rahman, Arifin. 1998. Sistem Politik Indonesia. Surabaya: SIC.
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara
Berkembang,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1990).
Putra, Fadillah. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2004.
Sugiono, Faktor yang Mempegaruhi Pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah
Langsung. 2000.
62
Download