TINGKAT MELEK POLITIK PEMILIH PEMULA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT (Riset di SMAN 1 Tumijajar, SMKN 1 Pulung Kencana) Disusun oleh: SOLIDARITAS UNTUK RAKYAT LAMPUNG (SUARA LAMPUNG ) Bekrjasama Dengan KPU KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2015 1 ABSTRAK TINGKAT MELEK POLITIK PEMILIH PEMULA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT RISET DI SMAN 1 TUMJAR, SMKN 1 PULUNG KENCANA. Terdapat keyakinan bahwa tingkat melek politik warga berpengaruh pada sikap dan perilaku politik warga negara. Muaranya adalah pada tingkat kedewasaan perilaku berdemokrasi. Relasi itu bersifat perbandingan lurus, yaitu semakin tinggi tingkat melek politik warga semakin matang perilaku demokrasinya, dan sebaliknya. Dengan kata lain, wajah demokrasi sebuah negara sebagian ditentukan oleh tingkat melek politik warga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara Pemahaman politik terhadap tingkat kesadaran politik siswa kelas XI di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana kabupaten Tulang Bawang Barat 2014/2015 yang terdiri dari 6 kelas sebanyak 304 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik proporsional random sampling sejumlah 76 siswa. Teknik pengumpulan data untuk variabel pemahaman politik (X) menggunakan tes dan data untuk variabel kesadaran politik(Y) menggunakan metode angket yang bersifat tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis koefisien korelasi Product Moment dari Pearson. 2 Pertanyaannya adalah seberapa tinggi/dalam melek politik warganegara? bagaimana melek politik warga selama ini terbentuk? faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik warga? Kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek politik warga? Semuanya terfokus pada tingkat melek politik pada pemilih pemula. 3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penelitian ini dapat diselesaikan. Penyusunan penelitian ini ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan riset ini. Penulis berharap semoga riset ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika. Tulang Bawang Barat, Juli 2015 Penulis 4 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................i ABSTRAK..........................................................................................................ii KATA PENGANTAR ......................................................................................iv DAFTAR ISI ......................................................................................................v BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 B. Rumusan.......................................................................................................2 C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3 D. Metode Penelitian.........................................................................................4 BAB II LANDASAN TEORI............................................................................6 A. Tinjauan Tentang Pemahaman Politik .........................................................6 B. Tinjauan Tentang Kesadaran Politik ..........................................................11 C. Tinjauan Tentang Pendidikan Politik ........................................................15 D. Tinjauan Tentang Pengaruh Pemahaman politik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik .........................................19 E. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................................25 BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................29 A. Tempat Penelitian.......................................................................................29 B. Metode Penelitan ........................................................................................30 5 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................32 A. Pengertian Pendidikan Politik.......................................................................32 B. Perilaku Pemilih Akibat Dominasi Media Televisi ......................................38 C. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik ..........................43 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...................................55 A. Kesimpulan ...................................................................................................55 B. Implikasi .......................................................................................................58 C. Saran .............................................................................................................60 DAFTAR PUSTAKA 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi sebagai aspek penting berkaitan dengan pemerintahan dengan hirarkhi kekuasaan yang terdapat dalam suatu sistem politik negara. Artinya, akan terdapat sistem politik nasional yang didalamnya terdapat sub sistem politik daerah dalam bingkai sistem negara yang dianutnya. Pemilahan demokrasi lokal ini bukan berarti terdapat determinasi wilayah pemberlakuan demokrasi atau bahkan terdapat perbedaan demokrasi dari induknya. Dalam tulisan ini demokrasi lokal ditujukan sebagai bagian utuh dari demokrasi di Indonesia. Pemilukada langsung merupakan wujud nyata asas responsibilitas dan akuntabilitas karena Pemilukada langsung akan memperkuat legitimasi seorang kepala daerah karena ia dipilih lansung oleh rakyat. Dengan Pemilukada langsung maka akan memperkuat legitimasi seorang kepala daerah karena ia dipilih langsung oleh rakyatnya. Elit politik atau partai politik tidak bisa lagi menjatuhkan seenaknya seorang kepala daerah (kecuali ia melakukan tindakan kriminal dan menghianati negara atau makar) karena ia merupakan pilihan rakyat, suara rakyat adalah pilihan rakyat dan suara rakyat adalah suara Tuhan (vox populi vox dey). Pemilih pemula sering kali luput dari perhatian pihak yang melakukan sosialisasi pemilu. Hingga saat ini pemilih pemula (khususnya remaja dan siswa) cenderung hanya diangkat sebagai objek dan dihitung sebagai massa potensial 1 untuk mendukung parpol.ada kekhawatiran mengenai tingkat melek politik pemilih pemula. Sehingga akan mudah membuat terombang-ambing oleh politik uang (money politic). Oleh karena itu perlu ada perhatian khusus bagi para pemilih pemula. Sehingga kedepan para pemilih pemula tersebut semakin melek politik dan memiliki kesadaran politik yang tinggi sehingga bermuara pada tingkat kedewasaan perilaku berdemokrasi. Dimana korelasinya berbanding lurus, yaitu semakin tinggi tingkat melek politik warga semakin matang perilaku demokrasinya, dan juga sebaliknya rendahnya tingkat melek politik warga maka perilaku berdemokrasinya belum matang. Dengan kata lain, wajah demokrasi sebuah negara sebagian ditentukan oleh tingkat melek politik warga. B. Rumusan Masalah. 1. Sedalam apakah tingkat melek politik dari para Pemilih Pemula di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana ? 2. Bagaimana proses melek politik para Pemilih Pemula di SMAN 1 Tumi jajar dan SMKN 1 Pulung Kencana selama ini terbentuk ? 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik para Pemilih Pemula di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana ? 4. Kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek politik para Pemilih Pemula di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana ? 2 C. Tujuan Penelitian. 1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat melek politik dari pemilih pemula di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Untuk mengetahui proses yng mempengaruhi tingkat melek politik pemilih pemula di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 3. Untuk merumuskan kebijakan yang efektif dan sesuai agar tingkat melek politik para pemilih pemula di Kabupaten Tulang Bawang Barat meningkat. Kegunaan Penelitian a) Secara teoritis; Mengetahui seberapa tinggi/ dalam melek politik masyarakatat Kabupaten Tulang Bawang Barat. b) Secara praktis 1. Bagi Peneliti ; Hasil penelitian ini dapat pengetahuan menambah informasi dan tentang Mengetahui seberapa tinggi/ dalam melek politik masyarakatat Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Bagi masyarakat ; dapat mengetahui dan memahami bagaimana melek politik melek politik masyarakatat Kabupaten Tulang Bawang Barat selama ini terbentuk 3. Bagi partai politik dan kandidat ; Mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi melek politik melek politik masyarakatat Kabbupaten Tulang Bawang Barat. 3 4. Bagi penyelenggara: Mengetahui kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek politik melek politik masyarakat Kabupaten Tulang Bawang Barat. D. Metode Penelitian Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang ada di masyarakat (Mantra, 2004). Jenis dan Sumber Data a. Data primer, data atau informasi dari sumber pertama, biasanya kita sebut dengan responden. Data atau informasi diperoleh melalui pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan menggunakan metode wawancara. b. Data sekunder, data yang menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang di teliti, atau data yang ada pada Komisi Pemilihan Umum Daerah kabupaten Tulang Bawang Barat dan Dinas yang berkaitan. 1. Populasi Dan Sample 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini 4 adalah kehadiran pemilih yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat pada pelaksanaan pemilihan legislatif kabupaten Tulang Bawang Barat secara langsung. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut. Dari sekian banyak populasi yang ada tidak memungkinkan untuk mendata satu persatu calon kehadiran pemilih pemula yang ada di Kabupaten tulang bawang barat, maka populasi itu akan diwakili oleh sample yang akan diambil dari beberapa siswa sekolah di Kabupaten tulang bawang barat. 2. Metode Pengumpulan Data a. Observasi, adalah tinjauan langsung ke lokasi penelitian sebelum diadakannya penelitian atau pencarian data dilapangan. b. Wawancara, adalah pengambilan data dengan wawancara baik dengan sample dan KPUD yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat. c. Kuesioner, adalah suatu alat yang penting untuk pengambilan data dalam menggunakan metode pendekatan kualitatif. BAB II LANDASAN TEORI 5 A. Tinjauan Tentang Pemahaman Politik. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai menjelaskan secara benar tentang objek yang suatu kemampuan diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan materi harus dapat menjela skan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari. Menurut Cece Rakhmat dan Didi Suherdi mengatakan bahwa pemahaman merupakan : untuk memahami bahasa-bahasa atau bahan ajar yang dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima kedalam bahasanya sendiri. Kata-kata kerja yang digunakan untuk menyampaikan kemampuan ini antara lain menjelaskan, merumuskan dengan kata -kata sendiri, menyimpulkan dan member Sedangkan pengertian pemahaman menurut Suharsimi Arikunto memperluas, menyimpulkan, menggeneral isasi, memberi contoh, menuliskan seseorang dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta dan konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah merupakan suatu kemampuan berpikir seseorang untuk dapat menginterprestasi materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan, serta merumuskannya dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang paham berarti mereka mengerti secara benar apa yang diketahuinya. a. Tingkatan Pemahaman 6 Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif. Dalam hubungannnya dengan satuan pelajaran, pemahaman sebagai salah satu aspek yang penting. Aspek kognitif ini dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956) dalam Daryanto yaitu penge tahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui suatu masalah tetapi juga mengerti serta memahami dengan apa yang telah ia pelajari. b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pemahaman Siswa Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pemahaman siswa menurut Wahyudi dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan, No.036, Tahun ke-8, Mei 2002 adalah sebagai berikut : 1) Faktor pertama adalah tingkat usia siswa (tingkat sekolah :SD, SLTP atau SMU). 2) Faktor kedua adalah pendekatan yang di gunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). 3) Faktor ketiga adalah motivasi siswa. Demikian tingkat pemahaman pada siswa tersebut tergantung pada diri siswa itu sendiri dalam mempelajari suatu materi yang diberikan. Semakin tinggi tingkat usia siswa atau tingkat sekolah, motivasi siswa, dan pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar maka semakin tinggi pula 7 tingkatan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan begitu pula sebaliknya. c. Pengertian Politik Politik Secara etimologis, berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan. Dari berbagai upaya untuk menjelaskan esensi (pengertian) politik, tampak bahwa perhatian dan sentral dari politik adalah penyelesaian konflik antar manusia, proses pembuatan keputusan-keputusan ataupun pengembangan kebijakan-kebijakan secara otorit as yang mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai tertentu atau pelaksa naan kekuasaan dan pengaruhnya didalam masyarakat. Menurut Haryono Pengertian politik berdasarkan penggunaannya meliputi dalam arti kepe ntingan umum dan politik dalam arti kebijaksanaan ( policy). Penjelasan selengkapnya mengenai dua hal tersebut sebagai berikut : 1) Dalam arti kepentingan umum/segala usaha untuk kepentingan umum, baik yang berlaku di bawah ke kuasaan negara dipusat maupun didaerah, lazim disebut politics (bahasa inggris berarti: suatu rangkaian asas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu/suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan. 8 2) Dalam arti kebijaksanaan (policy) Politik dalam arti kebijaknsanaan ( policy) adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keing inan atas keadaan yang kita kehendaki. Menurut pendapat Mr. Van der goes van Natern dalam F. Isjwara ntuk politik aktual yang dihadapi sehari-hari, dan masalah-masalah aktual tentang negara dan pemerintah. Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang bera nggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan ke kuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat, bukanlah sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus diselenggarakan sesuai kebutuhan, dan politik harus dapat menjawab tantangan hari depan. Dengan berpolitik sebenarnya disiapkan suasana di mana cita-cita dapat diselenggarakan. Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang menyangkut tujuan-tujuan tujuan pribadi seseorang dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan (private goals) dan berhubungan dengan kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan - kegiatan perseorangan. Politik merupakan kesadaran bermasyarakat dan politik yang dihadapi dalam 9 permasalahan sehari-hari dalam masya rakat serta tentang negara dan pemerintahan. Kehidupan politik sangat mempengaruhi pendidikan, sebaliknya pendidikan adalah institusi yang penting perananya dalam hal pengembangan bidang politik. Menurut Coleman dalam Arif Rohman (2009:55) menyebutkan bahwa peranan sistem persekolahan dalam bidang politik, yaitu: (1) sosialisasi politik, yaitu sistem persekolahan merupakan institusai untuk sosialisasi peserta didik terhadap budaya politik nasional; (2) seleksi dan latihan bagi kaum elit dalam bidang politik; (3) integrasi dan pembangunan kesadaran politik nasional. Sosialisasi politik merupakan proses yang memberikan kemungkinana bagi seseorang untuk mengalami internalisasi norma dan nilai suatu sistem politik. Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi politik yang terpenting. Melalui sekolah, seleksi dilakukan kepada calon elit politik melalui interaksi dan latihan berdemokrasi dan kepemimpinan. Berdasarkan uraian di atas maka pemah aman politik ini dapat dikatakan sebagai suatu kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat. Dalam hal ini adalah pemahaman materi politik di se kolah, khususnya pada jenjang sekolah menengah atas terdapat materi-materi yang dipelajari tentang politik. d. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik 10 Pemahaman tentang politik adalah suatu kondisi dimana seseorang mengerti secara benar dan tahu akan permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat hubungannya dengan lingkungan sosial masyarakatnya. Pemahaman politik secara konseptual diartikan sebagai suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan tentang politik. B. Tinjauan Tentang Kesadaran Politik a. Pengertian Kesadaran Politik Kesadaran adalah suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap sesuatu hal, sedangkan politik adalah segala hal ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran politik berarti suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal negara. Jika kesadaran politik itu berarti tanggap terhadap segala hal ikhwal kenegaraan, maka apabila kesadaran politik itu harus ditingkatkan berarti harus lebih tanggap terhadap hal ikhwal kenegaraan. Manusia yang memiliki rasa tanggungjawab individu dalam menghadapi problematikanya, di format karakternya oleh perasaan kolektif dan paartisipasif dalam perjalanan dan pekerjaan masyarakatnya. Dengan kesa daran itu ia benarbenar mengerti dan mampu menangkap situasi dan kondisi zaman dan masyarakat setempat. Dekat dengan definisi ini adalah analisis Paulo farayeri dalam Ustman (2000:95) : Kasadaran adalah pengetahuan yang kritis, pandangan yang benar terhadap realitas dan pemahaman yang baik terhadap dunia dimana manusia itu 11 hidup, kemudian berusaha mengubahnya. Kesadaran adalah instrumen kritis yang digunakan oleh orang-orang tertindas untuk menyingkap hakekat diri dan mereka yang menindasnya. Ketika mereka menyadari hakekat penindasan dan mengerti bahwa ia hanyalah sekedar sandungan yang bisa dilewati, saat itulah awal usaha mereka menuju pembebasan. Mengerti saja tidak cukup untuk merealisasikan kebebasan. Karenanya, ia harus benar-benar menjadi kekuatan riil yang dapat menggerakan aksi perjuangan. Kesadaran politik, sesuai dengan definisi diatas mencakup : a. pandangan yang komperehensi, b. wawasan yang kritis, c. rasa tanggung jawab dan d. keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau menghadapi berbagai problematika sosial. Sedang dari konsepsi politik menurut (2000:96), kesadaran politik adalah : Pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatn ya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian ter hadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik merupakan suatu kondisi seseorang yang tanggap terhadap suatu pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang 12 memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakat, dan dapat memecahkannya. c. Cara-cara untuk mencapai kesadaran politik Ada beberapa cara dalam mencapai kesadaran politik yang melalui beberapa hal yaitu : 1) Arahan politik secara langsung, baik melalui jalur formal maupun non formal, melalui penjelasan-penjelasan politik, usaha-usaha bimbingan, dan pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir dan pemimpin politik. 2) Pengalaman politik yang didapatkan dari partisipasi politik. 3) Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca koran dan buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa. 4) Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis. 5) Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua metode, yaitu apprenticeship dan generalisasi . Maka seluruh metode ini akan mengantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran politik Kesadaran politik dapat dipenga ruhi oleh banyak faktor, dalam Ustman faktor yang mempengaruhi kesadaran politik yang terpenting diantaranya adalah : 1) Jenis kultur politik di mana individu itu tumbuh darinya atau dengan kata lain, tabiat kepribadian politik yang terbentuk darinya. 13 2) Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat. 3) Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki individu, juga tingkat pendidikannya. 4) Adanya pemimpin politik/sejumlah tokoh politik yang genius yang mampu memberikan arahan politik kepada masyarakat luas. e. Definisi Konseptual Kesadaran Politik Kesadaran politik adalah suatu kondisi ya ng tanggap mengerti tentang hal yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya , memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongn ya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya. f. Definisi Operasional Kesadaran Politik Kesadaran politik pada siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator yang meliputi : 1. Kesadaran dalam menyikapi realita yang terjadi dengan sesuai pandangan yang terbentuk pada dirinya. 2. Kesadaran untuk membentuk organisasi/gerakan dalam mewujudkan citacita bersama. 3. Kesadaran untuk mengerti akan problema tika politik yang terjadi di masyarakatnya. 14 4. Kesadaran akan hakikat sikap polit ik dimana individu menjadi sadar dan mampu memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah politik. C. Tinjauan Tentang Pendidikan Politik Dalam membahas mengenai kesadaran politik kita juga harus tahu dan mengerti tentang pendidikan politik, karena kesadaran politik merupakan salah satu unsur yang terkandung di dalam pendidikan politik. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa di dalam membahas pengertian pendidikan politik, maka di sana terkandung unsur-unsur diantaranya yaitu (1) kepribadian politik; (2) kultur politik; (3) lembaga-lembaga pendidikan politik; (4) kesadaran politik; (5) partisipasi politik; (6) manusia dan warga negara. a. Pengertian Pendidikan Politik Pada hakekatnya seca ra sederhana dapat dikat akan bahwa pendidikan politik adalah pendidikan kesa daran berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik adalah aktivitas yang bertujua n untuk membentuk dan menumbuhkan orientasiorientasi politik pada individu. Ia meliput i keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, meliputi juga loyalitas dan pera saan politik serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan se seorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik. 15 Pendidikan Politik di Indonesia merupakan rangkaian usaha untuk memantapkan dan meningkatkan kesadaran politik dan kenegaraan guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa. Pendidikan politik adalah usaha membe ntuk manusia menjadi partisipan yang bertanggung jawab dalam politik (Kartini kartono, 1996:14). b. Lembaga-Lembaga Pendidikan Politik Lembaga-lembaga pendidikan politik terdiri dari lembaga formal dan informal, yaitu : (1) Keluarga (2) Sekolah (3) Kelompok penekan ( pressure Group): seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profe si, organisasi masyarakat, asosiasi- asosiasi dan sebagainya. (4) Media massa. (5) Partai Politik. Sedangkan dalam yang berkaitan dengan metodologi pendidikan politik adalah melalui dua cara : 1) Metode pengajaran tidak langsung, dimana proses untuk mendapatkannya melalui berbagai pe rsiapan dan orientasi secara umum yang ia sendiri tidak harus bersifat politis akan tetapi mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Misalnya melalui: 16 a. Apprenticeship (pemagangan atau pelatihan) dari bebagai aktivitas organisasi individu yang non politis, misalnya kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan. b. Generalization artinya memperluas cakupan ni lai-nilai sosial di berbagai bidang politik yang akhirnya membentuk orientasi politiknya. 2) Metode pengajaran langsung yaitu proses kegiatan yang dengannya terjadi transformasi muatan politik tertentu pada individu, dengan tujuan membentuk orientasi-orientasi politik misalnya: a) Political Learning (Pembelajaran Politik) ya itu berbagai proses kegiatan yang dimaksudkan untuk menstransfer orientasi-orientasi politik kepadsa orang lain, ba ik melalui jalur formal maupun non formal. b) Imitation (meniru) dimana meniru cara hidup pemimpin dan tokoh merupakan sumber penting bagi nil ai-nilai dan orientasi-orientasi politik. c) Pengalaman-pengalaman politik, yakni hal-hal yang diperoleh seseorang melalui partisipasi politik. pendidikan politik siswa harus diajarkan atau dibimbing untuk menilai hakikinya; bermusyawarah, mengajukan argumen-argumen yang baik, dan yang terpenting pendidikan politik terbentuk warga negara yang dapat menilai dirinya sendiri, aktif dalam bermusyarawah, dapat mengajukan pendapat secara rasional, semuanya sebagai wujud dari kecintaannya terhadap kebenaran. 17 Pendidikan politik sebagai bagian pendidikan, secara umum didasari oleh asumsi bahwa pendidikan politik mencakup wa rga negara terhadap kultural serta mempelajari sikap-sikap politik dan prilakunya terhadap politik. that education and political structure of society are closely linked has probably always been recognized (ada keterkaitan yang erat antara pendidikan dan struktuir politik yang Dalam hal ini dijelaskan bahwa setiap pendidikan memiliki ciri politis tertentu yang dirancang untuk membimbing anak- anak dalam mengerjakan segala kegiatannya. Pendidikan politik di sekolah dapat di ajarkan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Salah satu tujuan dari pendidikan politik adalah mendidik agar seseorang tersebut memiliki kesadaran dalam berpolitik dan melek akan politik. Sehingga pada akhirnya melalui pendidikan politik tersebut akan memungkinkan untuk mengubah manusia dari statusnya sebagai warga negara karena terpaksa menjadi warga negara dengan kesadaran. Menurut Rusadi politik, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka terwujudnya warganegara yang baik ( good citizen) yaitu warganegara yang melek politik, memiliki kesadaran politik, dan berpartisipasi dalam kehidupan politik merupakan tujuan utama dari pendidikan politik. D. Tinjauan Tentang Pengaruh Pemahaman Politik Melalui Pendidikan kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik. a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan didalam suatu konsep pendidikan sangatlah perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan 18 baik SD, SMP, maupun SMA serta perguruan tinggi karena Pendidikan Kewarganegaraan dapat mencakup semua aspek pelajaran baik mata pelajaran geografi, sosiologi, sejarah maupun dibidang Antropologi. Oleh karena Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan bernegara seperti yang adalah dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi Pendidikan Kewarganegaraan/civic education adalah program pendidikan/ pembelajaran yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi Warga Negara yang baik sebagaimana ditentukan keharusan/yuridis konstitusional Bangsa/Negara yang bersangkutan. Dalam standar kompetensi kurikulum 2004, ditegaskan bahwa "Pendidikan Kewarganegaraan ( Citizenship Education )" adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang menyangkut tentang warga negara dan negara serta hak dan kewajiban warga negara. Pembelajaran di 19 dalamnya bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta berkesadaran. b. Ruang Lingkup dan Tujuan Materi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah yaitu mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA tercakup beberapa tujuan dan ruang lingkup materi. c. Komponen dalam Pendidikan Kewarganegaraan Dalam aspek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat tiga komponen utama yang harus di miliki. Menurut Branson yang dikutip oleh Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan didalamnya mencakup tiga komponen utama yang perlu dipelajari yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan/kecakapan kewarganegaraan (civic skills) , dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Penjelasan dari tiga komponen diatas adalah sebagai berikut : 1) (Civic Knowledge) Pengetahuan kewarganegaraan Pengetahuan kewarganegaraan ini berka itan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara mengenai hak dan kewajiban warga negara. Dari ranah pengetahuan kewarganegaraan ( civic knowledge) di atas dapat diperinci lagi. Dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah 20 menyatakan bahwa : Knowledge: the content of Civic Educ ation: a). why do we need a goverment?, b). the purpose of goverment, c). constitutional princilples, d). concepts, principles, and values underlying the political, system, i.e.,authority, justice, diversity, rule of law , e). ndividual rights (personal, political, economic), f). responsibilities of citizen, g). role of itizen in a democracy, h). how the cirizen can participate in community decisions. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa isi pengetahuan kewarganegaraan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat diperinci menjadi tentang a). mengapa pemerintahan dibutuhkan, b). tujuan dari pemerintahan, c). prinsip-prinsip yang mendasari konstitusi, konsep, prinsip, dan nilai-nilai yang menjadi dasar politik, d). sistem, kewenangan, keadilan, keaneka ragaman, kepastian hukum, e). hak- hak individu (pribadi, politis, ekonomi), f). tanggungjawab warganegara, g). peran warga negara di dalam suatu demokrasi, h). bagaimana warga negara dapat mengambil bagian di dalam menentukan keputusan. 2) (Civic skills) Keterampilan/kecakapan kewarganegaraan Selain harus menguasai peng etahuan tentang lingkup kewarganegaraan juga harus perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris. CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah menyatakan bahwa : Skills: what a citizen needs to be able to do participate effect ively. a). Critical 21 thinking skills: gather and assess information, clarify an prioritize, identity and assess consequences, evaluate, reflect. b). Partic ipation skills: communicate, negotiate, cooperate, manage conflicts peacefully and fairly, reach consensus. Pendapat di atas dapat diartikan bahwa keterampilan apa yang dibutuhkan warganegara di dalam berpartisipasi secara efektif a). Pemikiran kritis, meliputi keterampilan dalam mengumpulkan dan menilai informasi, menegaskan suatu keutamaan, identitas dan memahami suatu akibat, mengevaluasi, mencerminkan. b). Partisipasi, yang meliputi ketera mpilan: komunikasi, musyawarah, bekerja sama, mengatur konflik dengan damai dan wajar, mencari kesepakatan. 3) (Civic dispositions) Watak atau karakter kewarganegaraan Komponen dasar yang ketiga dari Pe ndidikan Kewarganegaraan adalah (Civic dispositions ) watak atau karakter kewarganegaraan yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Menurut CCE dalam Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah merinci civic despositions Civility, respect for the rights of other individuals, respect for law, honesty, open mindedness, critical mindedness, negotiation and compromise, persistenc e, compasion, patriotism, courage, tolerance of ambiguity diperinci menjadi kesopanan, menghargai hak/ kebenaran individu lain, menghormati hukum, kejujuran, terbuka, kritis, bermusyawarah dan berunding, ketekunan, compasion, patriotisme, keberanian, toleransi. 22 Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seorang warga negara harus memiliki pengetahuan kewarg anegaraan yang baik, selanjutnya memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif, dan pada akhirnya pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak yang baik, sehingga menjadi sikap dan kebias aan serta kesadaran akan perilaku dan tindakannya dalam sehari-hari. d. Pengaruh Pemahaman Politik Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Politik Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti proses belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat dilihat dari hasil belajar yang mereka dapatkan. Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah pada tingkat jenjang SMA, yang salah satunya melingkupi materi yaitu mengenai politik ini sebagai salah satu pembelajaran awal mengenal tentang politik. Pemahaman akan materi politik merupakan suatu kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat. Siswa yang memiliki pemahaman materi tentang politik yang mencakup kemampuan untuk mengerti makna dan arti dari bahan yang dipelajari diharapkan akan mempunyai kesadaran akan berpolitik yang baik diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat nanti nya. Adanya pemahaman dalam diri siswa tersebut berasal dari proses belajar dan pendidikan di sekolah, melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, siswa akan memiliki pemahaman yang baik paham akan pentingnya mempela jari politik. Dengan pemahaman yang 23 baik tersebut akan berpenga ruh pada perilaku dan tinda kannya, karena dengan paham akan materi politik nantinya siswa akan sadar politik, seperti yang telah tercantum dalam hakikat program Pendidikan Kewarganegaraan. Jadi dapat disimpulkan bahwa mela lui pembelajaran mengenai materi politik yang salah satunya diberikan lewat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini akan mampu mempeng aruhi proses penanaman kesadaran politik dalam diri siswa. Dengan adanya pendidikan di sekolah khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan ma teri tentang politik ini siswa akan mempunyai pemahaman akan politik sehingga akan berpengaruh pada siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan kesadaran akan politik, serta hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Dalam teori Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan ling kungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang bahwa perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Dari teori ini dapat kita tangkap bahwa dalam membangun suatu pemahaman dapat diperoleh dari sesuatu hal yang biasa dilakukan, juga dari interaksi mereka sehari-hari. Dengan kata lain apabila mereka melakukan suatu kebiasaan dengan kesadaran diri mereka, berarti mereka paham dan mengerti benar apa yang dikerjakan. Dengan demikian bahwa pemahaman yang dimiliki 24 seseorang akan dapat berpengaruh terhadap kesadaran akan tindakan yang dilakukannya. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman politik yang dikaji secara kognitif juga men yangkut sikap seseorang dalam hal ini bahwa pemahaman mendorong tindakan/sikap seseorang yang diwujudkan dalam bentuk kesadaran akan politik dalam lingkungan sekolah diri siswa, baik di maupun masyarakat. Dengan demikian, semakin peserta didik memiliki pemahaman khususnya pemahaman tentang politik maka semakin tinggi tingkat kesadaran politik yang dimilikinya. E. Hasil Penelitian Yang Relevan Pada dasarnya suatu penelitian ini tidak beranjak dari nol murni, akan tetapi pada umumnya telah ada penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu mengetahui penelitian yang terda hulu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah : 1. Dewi Fatimah. Pengaruh pembelajaran pendidikan politik dalam PKn terhadap tingkat kesadaran politik siswa (Studi Deskriptif di Kelas XI SMA Negeri 3 Bandung). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pendidikan politik yang diberikan dalam mata pelajaran PKn memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat kesadaran politik siswa. Keseluruhan aspek pembelajaran seperti sumber ajar, metode ajar, media ajar, dan pola evaluasi yang dijalankan mampu memberikan pengaruh yang positif dalam proses penanaman kesadaran politik siswa. 25 2. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dkk, yaitu Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada; suatu Refleksi School-Based Democracy Education (Studi Kasus Pilkada Provinsi Banten dan Jawa Barat). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada menunjukkan perbedaan yang didasarkan pada pemahaman dan pengalaman belajar konsep berpolitik di tingkat persekolahan. Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh para pakar dan berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan, maka dapat peneliti simpulkan bahwa pemahaman belajar dalam konsep berpolitik pada siswa itu dapat berpengaruh pada penanaman kesadaran politik dalam diri siswa. Pemahaman politik dapat dikatakan se bagai suatu kondisi yang mengerti akan suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahan maupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat. Dengan siswa memiliki pemahaman yang baik mengenai politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral pada akhirnya nanti akan dapat dipraktekan dalam kehidupan baik dalam masyarakat, bangsa maupun negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Ruang lingkup materi PKn lebih banyak menitikberatkan pada disiplin ilmu hukum, kewarganegaraan, dan politik. Pendidikan tentang politik yang ada dalam PKn memiliki misi utama untuk membina siswa agar melek politik. Karena pada hakikatnya merupakan suatu pendidikan yang berupaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan 26 bangsa bagi warga negara de ngan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara. Kesadaran politik adalah suatu kondisi ya ng tanggap mengerti tentang hal yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongn ya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya. Kesadaran politik itu menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Keberadaan generasi muda merupakan asset yang berharga demi keberlangsungan suatu sistem politik. Partisipasi mereka dalam bidang politik sangat diperlukan karena di masa mendatang mereka yang akan memegang kendali terhadap jalannya sistem politik yang berlaku. Oleh karena itu, siswa sebagai bagian dari generasi muda, hendaknya harus mulai ditanamkan pentingnya kesadaran politik dalam diri mereka sedini mungkin. Dengan pemaha man politik yang diberikan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, siswa akan memiliki kesadaran akan politik dan mampu menanamkannya sedini mungkin dalam diri mereka untuk mengenal dan sadar akan politik. 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodelogi berasal dari kata methode dan logos. Methode berarti cara yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan logos berarti ilmu. Metodologi penelitian adalah suatu pengetahuan tentang prosedur 28 atau cara yang mencakup teknik yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya akan dikemukakan metodologi dalam penelitian ini meliputi tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. A. Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan dari masalah yang akan diteliti. Sesuai dengan judul penelitian, penulis melakukan penelitian yang berlokasi di SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana kabupaten Tulang Bawang Barat. Penulis memilih lokasi ini dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Penulis ingin mengetahui apakah pemahaman akan materi politik yang diberikan melalui mata pelajaran Pkn memberikan pengaruh terhadap kesadaran politik dalam diri siswa. 2. Tersedianya data yang berhubungan dengan obyek penelitian. 3. Lokasi tersebut mudah dijangkau dengan cepat serta transportasi mudah sehingga lebih memperlancar jalannya penelitian terutama dalam pengumpulan data yang diperlukan. 2. Metode Penelitian Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan 29 realitas sosial yang ada di masyarakat (Mantra, 2004). Menurut (2010) deskriptif hanya berupaya menggambarkan secara jelas dan sekuensial terhadap pertanyaan penelitian yang telah disusun sebelumnya dan tidak menggunakan hipotesis sebagai petunjuk arah dalam penelitian. Penelitian tentang pendidikan politik sebagai proses komunikasi merupakan penelitian yang berupaya untuk menggali informasi secara mendalam untuk mendeskripsikan pemahaman atas pengetahuan politik pemilih pemula tentang politik, bentuk pendidikan politik yang dilakukan selama ini mengidentifikasi yang berkepentingan dengan pendidikan politik. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari: Data Primer, yang diambil dari : a. Kuesioner yang disebar kepada responden b. Observasi terhadap obyek penelitian Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian adalah: a. Peraturan yang terkait dengan Pemilihan Umum. b. Dokumen dan publikasi yang terkait mengenai pemilu di kabupaten tulang bawang barat. c. Kertaskerja/TOR/Proposal/laporan kegiatan pendidikan pemilih/sosialisasi yang diselenggarakan oleh KPU maupun pihak lain 30 d. Kuesioner yang disebar kepada responden Observasi obyek b. penelitian Interviews yang untuk mengungkapkan tanggapan dan pendapat pemilih pemula mengenai sistem pemilihan umum, alasan berpartisipasi dlm pemilu, sumber informasi pemilu yang mereka peroleh a. Wawancara, dengan melakukan Tanya jawab secara aktif kepada narasumber dengan menggunakan panduan wawancara memperoleh informasi yang tidak dapat iungkapkan melalui observasi. b. Focus Group Discussion digunakan untuk memperoleh informasi secara terarah dan interaktif akan topik penelitian dengan melibatkan kelompok sasaran dan pihak-pihak yang terkait. c. Dokumentasi, dengan menggali informasi dari pelbagai dokumen tertulis terkait dengan pemilihan umum BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Politik Dalam belajar politik dengan metode pendidikan politik bersifat dialogis, terbuka, rasional atau penyadaran. Di sekolah, lewat PKn arahannya yaitu pada menumbuhkan atau agar anak menjadi efektif bagi bangsanya. Kegiatan 31 yang dilakukan terutama terletak pada berpartisipasi memperoleh informasiinformasi politik, misalnya membaca buku-buku teks, mengikuti perkembangan lewat media massa elektronik dan non-elektronik, dll. Pendidikan politik jelas berbeda dengan indoktrinasi politik, yang merupakan belajar politik yang bersifat monolog bukan dialog, lebih mengutamakan pembangkitan emosi, dan lebih merupakan pengarahan politik untuk dukungan kekuatan politik (mobilisasi politik) dari pada meningkatkan partisipasi politik. Indoktrinasi politik ini pada umumnya dilakukan oleh rezim otoriter atau totaliter untuk mempertahankan status- quo, partai politik juga pada umumnya lebih banyak menggunakan indoktrinasi politik dari pada pendidikan politik. Pendidikan politik pada hakekatnya merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa sebagai upaya edukatif yang intensional, disengaja dan sistematis untuk membentuk individu sadar politik dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung jawab secara etis/moril dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Pendidikan politik merupakan aktivitas pendidikan diri (mendidik dengan sengaja diri sendiri) yang terus menerus berproses di dalam person, sehingga orang yang bersangkutan lebih mampu memahami dirinya sendiri dan situasikondisi lingkungan sekitarnya. Dapat diartikan bahwa pada dasarnya pendidikan politik memiliki tujuan mendidik dan mengatur diri sendiri untuk dapat berproses menjadi manusia 32 dewasa dalam mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan-tujuan politik dan telah memikirkan resiko yang akan didapat dari apa yang telah dilakukan. Di sekolah, anak banyak belajar pengetahuan, nilai, sikap, dan perilaku politik secara eksplisit, terutama melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Melalui mata pelajaran PKn, anak diajarkan mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara, sistem politik, otonomi daerah, partai politik, budaya politik, dsb. Melalui elajaran ini, anak diharapkan pada gilirannya dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan negaranya. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan politik maupun politik pendidikan itu sendiri, maka kedudukan pendidikan politik sangatlah strategis. Affandi menyatakan pendidikan politik political socialization dan citizenship training Kantaprawira education political memandang pendidikan politik sebagai salah satu fungsi struktur politik dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Dalam perspektif ini, pendidikan politik merupakan metode untuk melibatkan rakyat dalam sistem politik melalui partisipasinya dalam menyalurkan tuntutan dan dukungannya. Affandi menyatakan bahwa pendidikan politik dianggap penting oleh hampir semua masyarakat dan dianggap sebagai penentu perilaku politik seseorang. Penilaian ini didasarkan pada maksud pendidikan politik sebagai alat untuk mempertahankan sikap dan norma politik dan meneruskannya 33 dari satu generasi ke generasi berikutnya, baik melalui akulturasi informal maupun melalui pendidikan politik yang direncanakan untuk menunjang stabilitas sistem politik. Brownhill dan Smart, menarik sebuah proposisi bahwa pendidikan politik adalah proses pendidikan untuk membina siswa agar mampu memahami, menilai, dan mengambil keputusan tentang berbagai permasalahan dengan cara-cara yang tepat dan rasional, termasuk dalam menghadapi masalah yang bias maupun isu yang controversial. Pengetahuan politik akan membawa orang pada tingkat partisipasi tertentu. Dalam politik seseorang tidak hanya dituntut mengembangkan pengetahuan juga harus mengembangkan aspek sikap dan keterampilan. Perpaduan ketiga aspek tersebut menurut Crick & Porter political literacy aspek pengetahuan seseorang dikatakan melek politik apabila sekurang- kurangnya menguasai tentang: (1) informasi dasar tentang siapa yang memegang kekuasaan, dari mana uang berasal, bagaimana sebuah institusi bekerja; (2) bagaimana melibatkan diri secara aktif dalam memanfaatkan pengetahuan; (3) kemampuan memprediksi secara efektif bagaimana cara memutuskan sebuah issu; (4) kemampuan mengenal tujuan kebijakan secara baik yang dapat dicapai ketika issu (masalah) telah terpecahkan; (5) kemampuan memahami pandangan orang lain dan pembenahan mereka tentang tindakannya dan pembenaran tindakan dirinya sendiri. Kemampuan tadi tentu saja berbeda pada setiap orang bergantung pada tingkat melek politiknya. 34 Dari aspek keterampilan (skills) seseorang dikatakan melek politik jika ia tidak hanya berperan sebagai penonton yang baik, tetapi mereka mampu berpartisipasi aktif atau bahkan menolak secara positif. Seseorang yang melek politik pun memiliki toleransi terhadap pandangan orang lain dan dapat memikirkan perubahan dan bagaimana metode yang tepat untuk menguasainya. Alfian menganalisis keberhasilan pendidikan politik ditinjau dari dua dimensi. Dimensi pertama berupa gambaran jelas tentang sistem politik ideal yang diinginkan. Dimensi kedua, ialah realitas atau keadaan sebenarnya dari masyarakat itu sendiri yang langsung diperbandingkan dengan tuntutan-tuntutan sistem politik ideal tadi. Keberhasilan pendidikan politik tentunya akan melahirkan masyarakat yang melek politik (political literacy) dan masyarakat yang melek politik akan mampu berpartisipasi secara berkualitas. Untuk berhasilnya politik pendidikan maka pemerintah seyogyanya melakukan pendidikan politik. Pendidikan politik disini bukan harus dimaknai oleh pembelajaran dipersekolahan saja melainkan juga dapat dilakukan melalui proses sosialisasi politik. Sosialisasi politik haruslah dilakukan secara lebih luas yaitu melibatkan lebih banyak orang dan dilaksanakan secara dialogis-interaktif bukan indoktrinatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa sedikit kesadaran politik pada siswa SMA Negeri 1 Karanganyar semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 dipengaruhi oleh hasil pemahaman politik melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, 35 sedangkan pada umumnya sebagian besar lagi dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Adapun faktor yang mempengaruhi Kesadaran politik yaitu diantaranya budaya, kultur politik, perubahan kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki dari tingkat pendidikannya. Berdasarkan hal tersebut, maka pemahaman politik merupa kan salah satu faktor yang termasuk dapat mempengaruhi kesadaran politik pada siswa, karena pemahaman yang dimiliki siswa sebagai kemampuan/kecak apan yang peroleh dari belajar di sekolah. Kesadaran politik menurut -nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya . Berarti disini kesadaran hubungannya dengan sikap maupun tindakan yang akan dilakukannya. tersebut dapat ditafsirkan bahwa lembaga pendidikan sebagai salah satu wahana proses belajar mengajar dengan hasil akhir dari kegiatan tersebut yaitu suatu pemahaman yang diperoleh dsri pembelajaran dengan hasil akhir nilai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kemampuan dari peserta didik. Karena dari pemahaman yang diperoleh dari para siswa akan dapat memberikan bekal serta pengetahuan di dalam menentukan sikap dan tindakannya dengan bentuk kesadaran dalam diri mereka. Pemahaman politik di sekolah sebagai salah satu yang diperlukan dalam meningkatkan kesadaran politik bagi siswa . Kesadaran politik itu menyangkut pengetahuan, minat dan perhati an seseorang terhadap li ngkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diar tikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan atau 36 pembangunan. Kesadaran politik berbanding lurus dengan pendidikan politik di masyarakat itu sendiri, dimana semakin kuat pendidikan politik dalam masyarakat maka kesadaran politiknya juga semakin kuat. Dengan kesadaran politik yang tinggi, diharapkan ada pemulihan sistem yang berpegang erat pada pancasil a dan mengusahakan kesejahteraan bersama. Dan ketika tingkat kesadaran berpolit ik masyarakat sudah tinggi, maka niscaya dengan sendirinya sistem demokrasi akan berjalan, dengan tentunya didasari sikap patriotisme dan nasionalisme yang ada. Pengetahuan dan pemahaman warga negara terhadap konsep-konsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting untuk dibangun, karena tanpanya kesadaran politik yang kritis tidak mungkin ditumbuhkan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpul kan bahwa hasil penelitian yang peneliti lakukan di SMA Negeri 1membuktikan bahwa hasil Pemahaman politik melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh terhadap kesadaran politik pada siswa. B. Perilaku Pemilih akibat dominasi mediaTelevisi. Argumen tentang kapitalis media televisi yang mendominasi perilaku politikpemilih dapat dijawab dari literatur-literatur yang menjelaskan bahwa televisi memiliki kekuatan “magis” untuk mempengaruhi perilaku pemilih. Meskipun belum ada yang secara spesifik menjelaskan pengaruhnya terhadap perilaku politik (pemilih pemula), namun berbagai Studi menunjukkan bahwa televisi memegang peranan yang cukup tinggi dalam membentuk opini publik 37 yang kemudian terejawantahkan dalam perilaku masyarakat secara keseluruhan. Putnam menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara parisipasi politik, tingkat kepercayaan masyarakat, dan tayangan televisi. Dominasi televisi sebagai sumber berita sosial politik semakin dipertegas dari data yang dipaparkan oleh Eurobarometer dan American National Election Studies yang menjelaskan bahwa televisi menjadi sumber informasi sosial politik primer di berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat. Bila dipandang dari sudut dominasi media massa, maka televisi selain sebagai sumber informasi yang dominan, juga menjadi aspek paling penting dalam pembentukan perilaku politik masyarakat. Karena, melanjutkan apa yang disampaikan oleh Putnam di awal, bahwa semakin dominan televisi sebagai sumber informasi, maka semakin mempertegas struktur kekuasaan kapitalis media dalam penguasaan perilaku pemilih yang dalam Studi ini difokuskan untuk pemilih pemula. Gavin juga menjelaskan bahwa media televisi menjadi sumber utama berita ekonomi masyarakat di Inggris. Sumber berita (news) dari berbagai stasiun televisi di Inggris sangat kuat dampaknya dalam berbagai pemilihan umum. Ketika banyak stasiun televisi memberitakan kondisi ekonomi yang buruk, secara perlahan pilihan masyarakat pada pemilu terarahkan oleh kandidat yang memperjuangkan aspek-aspek ekonomi. Hal ini disebabkan oleh berita yang disampaikan telah membentuk apa yang disebut oleh Gavin sebagai rational decisions. Dengan adanya pembentukan rational decisions oleh berbagai televisi, secara otomatis membentuk pula perilaku politik pemilih di Inggris yang dilihat dari hasil pilihan pada pemilu di Inggris. 38 Basis dari rational decisions adalah informasi yang disajikan oleh media televisi di Inggris mampu mengambil peran agar relevan dengan penilaian dan penafsiran warga negara secara keseluruhan. Televisi sebagai sumber berita di Inggris, sangat mendominasi pembentukan persepsi publik. Pola yang demikian menggambarkan bahwa televisi di Inggris memegang peranan yang dominan terhadap pembentukan perilaku politik, bahkan bagi isu-isu ekonomi sekalipun. Hargreaves dan Thomas, tentang media yang menjadi sumber informasi bagi Berdasarkan data tersebut, tampak bahwa menyajikan data masyarakat di Inggris. televisi menempati posisi utama dengan 65% masyarakat yang menjadikanya sebagai sumber berita. Selanjutnya, radio dengan 16%, Pers media cetak 15% , sumber berita di internet menguasai 2% konsumen berita, dan 1% masyarakat mendapatkan sumber berita dari perbincangan mulut ke mulut. Kuatnya dominasi televisi dalam mempengaruhi perilaku politik masyarakat juga ditunjukkan dari hasil survey yang dilakukan oleh American Citizen Participation Study tahun 1990. Dari data survey tersebut, dijelaskan bahwa pemilih Amerika Serikat yang menyaksikan televisi lebih dari 3,2 jam per hari mengalami efek depresi dan cenderung tidak melakukan pemberian suara saat pemilihan umum dilaksanakan. Efek depresi tersebut diakibatkan oleh tayangantayangan televisi yang mengecewakan dan membuat masyarakat menjadi pesimis dalam menjalani kehidupan politik di negaranya. Dari data American Citizen Participation Study tersebut jelaslah bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan 39 yang positif antara tayangan berita televisi terhadap perilaku politik pemilih di Amerika Serikat. Data menunjukkan bahwa televisi menjadi media yang mendominasi komunikasi politik di Taiwan. Analisis Chang tersebut, berdasarkan pada analisis konten, survey, dan experiment pada tiga periode studi. Dari studi-studi tersebut, bisa saya ambil kesimpulan bahwa memang televisi menjadi fokus utama dalam Studi Chang tentang efek televisi dan komunikasi politik interpersonal. Chang membagi sumber media dalam berbagai kategori, yaitu stasiun televisi tidak berbayar, televisi kabel, televisi kabel illegal, iklan di televisi, dan acara interaktif di televisi. Penggunaan televisi sebagai media komunikasi politik di Taiwan semakin kuat. Hal itu dibuktikan dari adanya penggunaan stasiun televisi untuk kampaye pemilu di Taiwan. Cerita berbeda datang dari Singapura, manajemen media massa termasuk televisi di Singapura memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara-negara kebanyakan. Sistem pemerintahan di Singapura yang membatasi demokrasi dan kebebasan hidup, berdampak pula bagi kebebasan pers di negeri tersebut. Adanya anggapan perdana menteri Lee Kuan Yew dan sebagian besar kalangan menganggap bahwa pola demokrasi ala barat dapat memicu adanya konflik etnis dan sosial di Singapura. Atas dasar anggapan tersebut, ditengarai sebagai argumen dasar untuk melakukan pembatasan kebebasan pers yang juga berdampak bagi perilaku politik masyarakat Singapura. 40 Adanya pembatasan kebebasan pers semakin menguat tatkala menjelang pemilihan umum, ketika tensi aktifitas dan emosi politik sedang meningkat. Menurut saya, pembatasan ini sangatlah berdampak bagi pola perilaku politik masyarakat Singapura, terutama berkaitan dengan sikap kritis dan “melek” politik masyarakat disana. Pembatasan kebebasan pers mengakibatkan pengetahuan dan pemahaman politik masyarakat Singapura juga akan terbatasi. Salah satu studi empiris efek media terhadap perilaku politik masyarakat di Singapura pernah dilakukan oleh Gunther dan Ang, hasil penelitian Gunther dan Ang menunjukkan tentang sensor tayangan televisi di Singapura. Data yang berasal dari wawancara face-to-face dengan 506 orang secara random tersebut menunjukkan bahwa berita-berita negatif tentang pemerintah yang sudah disensor mengakibatkan penurunan intensitas opini publik terkait penilaian negatif kepada pemerintahan. Sederhananya, segala hal yang menampilkan sisi negatif pemerintah tidak serta merta mendapat respon negatif dari masyarakat, hal ini dikarenakan masyarakat tidak mengetahui dan memahami sisi negatif pemerintahanya. Data penelitian oleh Gunther dan Ang jelas menunjukkan besarnya pengaruh televisi bagi perilaku politik masyarakat di Singapura. Meskipun dalam cara memandang yang berbeda dengan negara-negara lainya, pembatasan kebebasan pers Singapura sudah berimplikasi bagi terbatasnya perilaku politik masyarakat Singapura untuk mengkritik atau bahkan mengetahui sisi negatif kinerja pemerintahanya. Diskursus ini menambah referensi bahwa tidak selalu negara demokrasi liberal yang bisa menjadi objek penelitian yang menarik terkait 41 pengaruh dominasi televisi terhadap perilaku politik masyarakat. Jepang merupakan salah satu contoh negara yang menujukkan betapa besarnya pengaruh televisi terhadap perilaku politik masyarakat. Awal kemunculan stasiun televisi di Jepang pada tahun 1926 ketika lahir stasiun televisi pertama dengan nama Nippon Hoso Kyokai (NHK), kemunculan stasiun televisi NHK sekaligus menandai awal berkembangnya komunikasi politik menggunakan media televisi. Puncak kebangkitan masa-masa awal perkembangan televisi terjadi pada tahun 1953, ketika NHK dan beberapa stasiun televisi komersil bermunculan di Jepang. C. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik 1) Sosialisasi Politik Menurut Rush dan Althoff, sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi- reaksinya terhadap gejalagejala politik. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimana individu berada, selain itu juga ditentukan oleh interaksi pengalamanpengalaman serta kepribadiannya. Oleh karena itu, sosialisasi politik dalam beberapa hal merupakan konsep/kunci sosiologi politik, antara lain: a. Ketiga konsep lain mengenai partisipasi, pengrekrutan dan komunikasi erat berkaitan dengan sosialisasi politik. Partisipasi dan pengrekrutan merupakan 42 variabel-variabel dependen yang parsial dari sosialisasi dan komunikasi, karena keduanya menyajikan elemen dinamis dalam sosialisasi. b. Sosialisasi politik memperlihatkan interaksi dan interdependensi perilaku sosial dan perilaku politik. Sebagai akibat wajar yang penting dari interaksi dan interdependensinya, ia menunjukkan interdependensi dari ilmu-ilmu sosial pada umumnya, sosiologi, dan ilmu politik pada khususnya. Karena berkaitan dengan proses internalisasi nilai, proses pendidikan atau sosialisasi politik akan bergantung pada tatanan nilai yang menjadi acuannya. Sherman, , melihat sosialisasi politik dalam tiga perspektif, yakni: a) Perspektif konsensus, yakni sosialisasi politik dipandang sebagai membentuk masyarakat dengan membentuk cara kepribadian- kepribadian demokratis yang akan menjadi pendukung demokrasi. Sebaliknya dari perspektif ini adalah perspektif konflik. Perspektif konflik yang melihat sosialisasi sebagai gambaran keinginan golongan atas yang kuat yang menguasai pendidikan dan media. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa masyarakat tidak dibentuk semata-mata oleh kepercayaan (juga perasaan) dari dalam saja, melainkan juga dipengaruhi oleh kekuatan dari luar, baik kultural maupun struktural. b) Perspektif konstruksi sosial, yakni sosialisasi politik mempunyai beberapa pengaruh, tetapi pengaruh itu lebih mengembangkan bayangan demokrasi daripada yang sesungguhnya. Perdebatan kalangan politisi dipandang kalangan pendukung perspektif ini 43 sebagai bagian dari mesin pemerintahan sebagai usaha mempertahankan kedudukan melalui penciptaan kesadaran yang keliru (false consciousness) di kalangan masyarakat. c) Perspektif humanisme, yakni pandangan ekstrem dalam melihat perilaku manusia dipengaruhi baik oleh sosialisasi dan internalisasi maupun oleh kekuatan dalam dan luar. Pandangan humanisme menganggap bahwa individu mempunyai kapasitas inteligensi, kreativitas, analisis, dan imajinasi serta kemampuan untuk memahami tekanan dan menetapkan situasi serta mengubahnya dengan cara yang dianggap penting Menanggapi perspektif yang berlainan, Sherman, mengambil jalan tengah dengan beranggapan bahwa manusia secara kuat dipengaruhi oleh proses sosialisasi dan paksaan dari luar. Namun bagaimanapun tak diragukan lagi bahwa mereka mempunyai kapasitas untuk memilih di antara berbagai alternatif dan bahkan untuk mengubah keadaan di sekitarnya. Pendidikan Kewarganegaraan Bagian dari Sosialisasi Politik PKn sebagai Pendidikan Politik yang dilakukan di sekolah merupakan bagian dari sosialisasi politik. Sosialisasi memperkenalkan politik sistem merupakan politik pada suatu seseorang, proses dan bagaimana bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik yang ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimana individu berada. Oleh karena itu, sosialisasi politik dalam beberapa merupakan konsep sosiologi politik. 44 hal Apabila ilmuwan-ilmuwan politik kurang sekali memperhatikan sosialisasi politik atau mereka terlalu menerima sebagaimana adanya, para antropolog, psikologi sosial, dan sosiolog sudah mengetahuinya sebagai konsep yang penting dan dari disiplin- disiplin ilmu inilah kemudian dapat disimpulkan tiga definisi awal mengenai sosialisasi, antara lain: 1) Pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku yang menanamkan pada individu keterampilan- keteranpilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari. 2) Segenap proses dengan mana individu yang dilahirkan dengan banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya. 3) Komunikasi dengan dan dipelajari dari manusia lainnya, dengan siapa individu itu secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum. Dari beberapa definisi di atas dapat diketengahkan beberapa segi penting sosialisasi. Pertama, sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman, atau seperti memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dalam batas-batas yang luas; dan lebih khusus lagi 45 berkenaan dengan pengetahuan atau informasi, motif-motif (nilai-nilai) dan sikap- sikap. Ketiga, sosialisasi itu tidak perlu dibatasi sampai pada usia kanak-kanak dan masa remaja saja (sekalipun pada usia tersebut merupakan periode-periode yang paling penting dan berarti), akan tetapi sosialisasi itu tetap berlanjut sepanjang kehidupan. Selain itu, sosialisasi merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik secara implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial. Menurut Cholisin, cara belajar politik yang termasuk dalam tipe sosialisasi politik langsung antara lain: a) Imitation (meniru); Belajar politik dengan metode meniru ini paling banyak dilakukan, baik oleh orang tua, muda, pandai, bodoh. Modal dasarnya adalah adanya mobilisasi atau komunikasi, tanpa adanya dilaksanakan. Contohnya, anak-anak pada kedua hal ini sulit untuk umumnya memilih partai politik meniru pilihan orang tuanya. b) Anticipatory socialization (sosialisasi antisipatori); Metode belajar politik dengan metode ini pada dasarnya dengan cara menyiapkan diri tentang peranan politik yang diinginkan. Misalnya, orang tua, guru dapat mendefinisikan peranan warga negara yang baik, sehingga anak dapat mengantisipasi peran yang dituntut oleh sistem politik nasionalnya. c) Political education (Pendidikan politik); Dalam belajar politik dengan metode pendidikan politik bersifat dialogis, terbuka, rasional atau penyadaran. Di sekolah, lewat PKn arahannya yaitu 46 pada menumbuhkan atau agar anak menjadi efektif bagi bangsanya. Kegiatan yang dilakukan terutama terletak pada berpartisipasi memperoleh informasi-informasi politik, misalnya membaca buku-buku teks, mengikuti perkembangan lewat media massa elektronik dan non- elektronik, dll. Pendidikan politik jelas berbeda dengan indoktrinasi politik, merupakan belajar politik yang bersifat monolog bukan dialog, yang lebih mengutamakan pembangkitan emosi, dan lebih merupakan pengarahan politik untuk dukungan kekuatan politik (mobilisasi politik) dari pada meningkatkan partisipasi politik. Indoktrinasi politik ini pada umumnya dilakukan oleh rezim otoriter atau totaliter untuk mempertahankan status-quo, partai politik juga pada umumnya lebih banyak menggunakan indoktrinasi politik dari pada pendidikan politik. d) Political experience (pengalaman politik); Metode ini sering ditafsirkan secara tumpang tindih dengan konsep pendidikan politik pada pengalaman politik. Penekanannya pada orang yang sedang belajar politik (disosialisasikan) sedangkan pada pendidikan politik pada yang sedang mensosialisasikan (socializer). Pengalaman politik tidak mesti positif misalnya pengalaman yang pahit melakukan kontak dengan pejabat terlibat dalam pembuatan keputusan yang otoriter dapat menyebabkan partisipan menjadi frustasi, bermusuhan dan mengasingkan diri dari proses politik. 47 Dari bahasan mengenai sosialisasi politik di atas, jika dikaitkan dalam pembelajaran PKn dapat dilakukan dengan sosialisasi politik, terutama dalam penyampaian materi, penggunaan metode, dan penggunaan media pembelajaran PKn yang diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi proses pembelajaran PKn dalam lapangan. Jika dikaitkan dengan pembelajaran PKn, proses pembelajaran PKn ini merupakan kategori sosialisasi politik secara langsung, karena dalam kegiatan belajar mengajar pembelajaran PKn dapat secara langsung dan gamblang memperkenalkan kegiatan- kegaiatan dan penyelesaian kasus-kasus politik yang real dan relevan sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari pembelajaran PKn tanpa harus menghafal teks dipahami dengan konsepsi yang benar, dapat disajikan dalam kegiatan belajar dengan benar, serta menarik. Guru juga dituntut untuk dapat menguasai materi yang terkandung dalam PKn. Kegiatan tersebut ditujukan untuk para penerima pesan, dalam hal ini peserta didik dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara. Selain itu, sosialisasi politik juga memiliki tipe dalam pelaksanaannya, antara lain: 1) Tipe sosialisasi politik tak langsung Dalam hal ini, yang termasuk dalam kategori tipe sosialisasi politik tak langsung adalah sebagai berikut: a) Interpersonal transference (pengalihan hubungan pribadi); Menurut tipe ini, pengalaman hubungan sebagai anak dalam keluarga dan sebagai pelajar dalam sekolah, akan dikembangkan dalam hubungannya 48 dengan figure penguasa. Maksudnya, ada kecenderungan yang bersifat tetap bahwa hubungan dengan penguasa merupakan pengulangan dari apa yang telah dilakukannya pada pengalaman pertama kali dalam kehidupannya. Misalnya, jika pada pengalaman pertama kali (dalam keluarga atau sekolah) melakukan hubungan yang bersifat kooperatif, maka hal ini akan dilanjutkan pada waktu melakukan hubungan dengan penguasa. Ini berarti, kontak pertama anak dengan penguasa nonpolitik, khususnya orang tua akan menjadikan kesiapan dalam kontak dengan dunia politik dan figure penguasa. b) Apprenticeship (magang); Menurut tipe ini, aktivitas-aktivitas non politik praktek/magang untuk aktivitas politik. Contohnya, dipandang organisasi sebagai pembentuk pribadi seperti Pramuka, organisasi siswa, dll adalah bentuk yang penting dalam pembelajaran politik. c) Generalization; Menurut tipe ini, kepercayaan dasar dan pola-pola nilai budaya yang merupakan nilai umum (general value), bukan obyek politik tertentu, biasanya sebagai referensi ke arah memainkan peranan yang besar dalam menentukan struktur atau pola-pola budaya politik. Contohnya, pandangan mengenai sifat manusia hakekatnya baik, maka mudah menimbulkan sikap percaya atau berprasangka baik terhadap penguasa, atau tokoh politik. 2) Tipe sosialisasi politik langsung Dapat dikatakan bentuk sosialisasi politik langsung apabila seseorang menerima mempelajari nilai-nilai informasi, sikap, pandangan-pandangan, 49 keyakinan- keyakinan mengenai politik secara eksplisit. Misalnya, individu secara eksplisit mempelajari budaya politik, sistem politik konstitusi, partai politik, dsb. Pola belajar politik atau sosialisasi politik menurut teori sistem diarahkan untuk memlihara dan mengembangkan sistem politik ideal yang ingin dibangun bangsanya. Bagi bangsa Indonesia sistem politik ideal yang hendak dibangun adalah sistem politik demokrasi pancasila, maka arah sosialisasi politik adalah pada sistem politik ini. Sistem politik demokratis yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum di tentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. PKn sebagai pendidikan politik di sekolah, maka konsekuensinya akan mengutamakan tipe sistem politik langsung. Isi sosialisasi mengutamakan orientasi politik yang bersifat eksplisit, yang kemudian diprogram sebagaimana yang tercermin dalam kurikulum, pola belajar politik bersifat terbuka, rasional, dan arahnya untuk mewujudkan warga negara yang baik. Dari penjelasan tentang tipe sosialisasi politik di atas, maka jelaslah bahwa pembelajaran PKn merupakan tipe sosialisai politik langsung. Karena dalam penerapannya, pembelajaran PKn mengajarjan materi yang mencakup tentang hubungan antara negara dengan warga negara serta pengenalan berbagai aktivitas politik yang dilakukan oleh aktor politik. Pembelajaran PKn juga lebih 50 bersifat interdisipliner (berbagai bidang; ekonomi, sosial, budaya, dll) dan lebih menekankan pada dialog dari pada monolog, karena dalam hal ini warga negara dituntut untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi politik yang dilakukan dalam pembelajaran PKn melalui pendidikan politik. Adapun metode yang digunakan dalam menjelaskan materi pembelajaran yang berhubungan dengan pendidikan politik secara eksplisit/ langsung, antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan metode meniru, sosialisasi antisipatori, pendidikan politik, dan pengalaman politik. Sehingga, siswa dapat menganalisis kejadian yang dijelaskan mengenai politik/ pendidikan politik. Metode belajar politik yang lain yang termasuk tipe sosialisasi politik langsung, seperti: imitasi, sosialisasi antisipatori, dan pengalaman politik dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran politik melalui PKn. Begitu pula tipe sosialisasi politik tak langsung, seperti transfer interpersonal, magang dan generalisasi, dapat dimanfaatkan untuk menunjang PKn. Dari pembahasan mengenai hubungan sosialisasi dengan PKn, jelaslah akan dapat membantu perkembangan pendidikan politik, dalam hal ini mengembangkan budaya politik melalui pembelajaran politik di sekolah melalui PKn dengan metode imitasi, sosialisasi antisipatori, dan pengalaman politik di lapangan. Di samping alasan ideologis dan rasional, pendidikan politik sering pula berbeda karena dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berlainan. Dari sudut 51 ini, para pendukung berkepentingan untuk pendidikan politik berasal dari kalangan yang mempertahankan status quo sampai pada kelompok radikal yang kurang menyukai tatanan politik dan meyakini pendidikan politik dapat menghancurkan tatanan tersebut. Di sinilah terletak arti bahwa pendidikan politik bagi suatu sistem politik. Pendidikan politik tidak saja akan menentukan efektivitas sebuah sistem politik karena mampu melibatkan para warganya, tetapi juga dapat memberi corak pada kehidupan bangsa di waktu yang akan datang melalui upaya meneruskan proses internalisasi nilai politik yang dianggap relevan pada orientasi pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dengan pandangan hidup bangsa. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, dapat direkomendasikan bahwa posisi studi tentang pendidikan politik adalah kontribusi pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan politik sebagai sosialisasi politik di dalam membangun warga negara yang partisipatif. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik terhadap pembentukan political literacy dalam beberapa analisa, yakni kontribusi kompetensi Kewarganegaraan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terhadap pengembangan kemampuan melek politik siswa merupakan suatu pengembangan dari tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membentuk siswa yang tahu dan paham akan kehidupan berbangsa dan bernegaranya dimana siswa dibekali dengan pengetahuan sistem politik Indonesia dan diajarkan tentang bagaimana partisipasi seharusnya. 52 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 53 Berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi hasil penelitian serta pembahasan di bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pemahaman politik terhadap kesadaran politik pada siswa kelas XI SMAN 1 Tumijajar dan SMKN 1 Pulung Kencana kabupaten Tulang bawang barat semester gasal tahun pelajaran 2014/2015. Cara-cara untuk mencapai kesadaran politik ada beberapa cara dalam mencapai kesadaran politik yang melalui beberapa hal yaitu : 1) Arahan politik secara langsung, baik melalui jalur formal maupun non formal, melalui penjelasan-penjelasan politik, usaha-usaha bimbingan, dan pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir dan pemimpin politik. 2) Pengalaman politik yang didapatkan dari partisipasi politik. 3) Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca korandan buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa. 4) Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis. 5) Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua metode, yaitu apprenticeship dan generalisasi . Maka seluruh metode ini akan mengantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik. Pendidikan politik adalah usaha membentuk manusia menjadi partisipan yang bertanggung jawab dalam politik. b. Lembaga-Lembaga Pendidikan Politik Lembaga-lembaga pendidikan poli tik terdiri dari lembaga formal dan informal, yaitu : 54 (1) Keluarga (2) Sekolah (3) Kelompok penekan ( pressure Group): seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profe si, organisasi masyarakat, asosiasi- asosiasi dan sebagainya. (4) Media massa. (5) Partai Politik. Jadi dapat disimpulkan bahwa mela lui pembelajaran mengenai materi politik yang salah satunya diberikan lewat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini akan mampu mempeng aruhi proses penanaman kesadaran politik dalam diri siswa. Dengan adanya pendidikan di sekolah khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan ma teri tentang politik ini siswa akan mempunyai pemahaman akan politik sehingga mendapatkan pengetahuan akan berpengaruh pada siswa untuk dan kesadaran akan politik, serta hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pada dasarnya suatu penelitian ini tidak beranjak dari nol murni, akan tetapi pada umumnya telah ada penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu mengetahui penelitian yang terdahulu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah : 1. Dewi Fatimah. Pengaruh pembelajaran pendidikan politik dalam PKn terhadap tingkat kesada ran politik siswa (Studi Deskriptif di Kelas XI SMA Negeri 3 Bandung). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan 55 diketahui bahwa pendidikan politik yang diberikan dalam mata pelajaran PKn memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat kesadaran politik siswa. Keseluruhan aspek pembelajaran sepe rti sumber ajar, metode ajar, media ajar, dan pola evaluasi yang dijalankan mampu memberikan pengaruh yang positif dalam proses penanaman kesadaran politik siswa. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dkk, yaitu Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada; suatu Refleksi School-Based Democracy Education (Studi Kasus Pilkada Provinsi Banten dan Jawa Barat). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada menunjukkan perbedaan yang didasarkan pada pemahaman dan pengalaman belajar konsep berpolitik di tingkat persekolahan. Selain daripada itu, Perilaku Pemilih akibat dominasi media televise. Argumen tentang kapitalis media televisi yang mendominasi perilaku politikpemilih dapat dijawab dari literatur-literatur yang menjelaskan bahwa televisi memiliki kekuatan “magis” untuk mempengaruhi perilaku pemilih. Meskipun belum ada yang secara spesifik menjelaskan pengaruhnya terhadap perilaku politik (pemilih pemula), namun berbagai Studi menunjukkan bahwa televisi memegang peranan yang cukup tinggi dalam membentuk opini publik yang kemudian terejawantahkan dalam perilaku masyarakat secara keseluruhan. Putnam menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara parisipasi politik, tingkat kepercayaan masyarakat, dan tayangan televisi. 56 Begitu halnya dari pembahasan mengenai hubungan sosialisasi dengan PKn, jelaslah akan dapat membantu perkembangan pendidikan politik, dalam hal ini mengembangkan budaya politik melalui pembelajaran politik di sekolah melalui PKn dengan metode imitasi, sosialisasi antisipatori, dan pengalaman politik di lapangan. Di samping alasan ideologis dan rasional, pendidikan politik sering pula berbeda karena dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berlainan. Dari sudut ini, para pendukung berkepentingan untuk pendidikan politik berasal dari kalangan yang mempertahankan status quo sampai pada kelompok radikal yang kurang menyukai tatanan politik dan meyakini pendidikan politik dapat menghancurkan tatanan tersebut. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka menimbulkan beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemahaman politik mempunyai pengaruh ya ng positif dan signifikan terhadap tingkat kesadaran politik pada siswa. Maka implikasi teoritisnya adalah bahwa semakin meningkatnya pemahaman mengenai politik secara maksimal maka akan menambah wawasan siswa yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bersikap dan bertindak dengan penuh kesadaran. Meningkatnya pemahaman siswa tentang politik khususnya 57 dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah maka siswa akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang akan menumbuhkan kesadaran diri siswa dalam politik. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan penelitian yang telah dil akukan, bahwa pemahaman politik mempunyai peranan dalam menumbuhkan kesadaran politik siswa. Dari hasil hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru maupun orang tua di dalam memotivasi dan mengarahkan siswa supaya lebih rajin dan bersungguhsungguh di dalam belajar khususnya menge nai pengetahuan politik di sekolah melalui mata pelajaran yang diberikan yaitu salah satunya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan agar siswa lebih paham tentang politik. Dengan meningkatnya hasil pengetahuan dan pemahaman mengenai politik maka secara maksimal akan menambah wawasan siswa tentang penanaman nilai yang bisa dijadikan pedoman dalam tindakan serta sikap yang dilakukan. Maka diharapkan guru, orang tua, dan lingkungan dapat berperan aktif sebagai unsur terkait untuk dapat mendukung, menumbuhkan dalam penanaman kesadaran politik siswa. C. Saran Sesuai dengan hasil ke simpulan dan implikasi ya ng telah diuraikan diatas, maka dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran penulis menyampaikan saran sebagai berikut 58 1. Bagi Siswa Siswa hendaknya memiliki pemahaman politik yang baik karena dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan siswa dapat mempunyai kesadaran politik yang yang baik pula. 2. Bagi Guru Guru sebagai pendidik hendaknya memberi motivasi siswa dalam belajar untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa supaya pemahaman khususnya pemahamaan akan politik siswa lebih meningkat sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kesadaran politik yang lebih baik. Guru juga hendaknya lebih memberikan semacam pengayaan maupun tugas-tugas yang dapat mendukung dalam meningkatkan pemahaman politik bagi siswa. 3. Bagi Sekolah Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi siswa dalam memperoleh suatu pemahaman dalam belajar. Oleh sebab kepada pihak sekolah itu disarankan untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana di sekolah dalam hubungannya untuk meningkatkan pemahaman tentang politik misalnya adanya buletin, mading tentang berita seputar politik maupun bukubuku yang disediakan di perpustakaan sekolah. Serta yang paling terpenting ad alah mnciptakan suasana belajar yang kondusif, disiplin dan inovatif agar dapat memberikan dorongan atau semangat kepada siswa dan mendukung guna mendapatkan pemahaman khususnya politik dalam belajar di sekolah. 59 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. 60 Ali, Novel,. Peradaban Komunikasi Politik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999. Ahdiyana, 2009, sebagai wahana Politik, Ilmiah dalam rangka Dies Natalis XXX 13 2009. Andrain,Cahrles 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta Fenyapwain, Marlein, Pengaruh Iklan Politik dalam pemilukada 54 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Januari- April 2014. Fenyapwain, Marlein, Pengaruh Iklan Politik dalam pemilukada 54 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Januari- April 2014. Hinkle James R, , Causes of Voter Choice : An Analysis of the 2004 Presidential Elections and the Choice of American Voters to re-elect George W. Bush to the Office of President, 2004. Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,edisi pertama Graha Ilmu Yogyakarta, 2006. Nursal, Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu, PT.Gramedia Pustaka Noris, Pippa, 2005. Nasiwan, 2005, Model Pendidikan Politik : Studi kasus PKS DPD Sleman, Yogyakarta, Cakrawala November, XXIV. Nugraha Jati, Susilastuti, Asep Saepudin, Arif 2009, Model Pendidikan Politik 61 Perempuan, LPPM, UPN “Veteran” Yogyakarta. Rahman, Arifin. 1998. Sistem Politik Indonesia. Surabaya: SIC. Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990). Putra, Fadillah. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004. Sugiono, Faktor yang Mempegaruhi Pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung. 2000. 62