6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Disiplin Belajar 2.1.1.1 Pengertian Disiplin Disiplin merupakan hal yang harus diterapkan dalam setiap usaha manusia untuk mencapai suatu tujuan. Disiplin terkait dengan perilaku dan mental seseorang dalam kemampuannya menyesuaikan dengan kehidupan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Singgih D. Gunarsa dalam Bekti Ari (2006) disiplin berarti sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Menurut Bernadib (1982) dalam Dwi Palupi (2004) disiplin adalah masalah pengawasan diri dalam hubungannya dengan keseimbangan antara disiplin yang ditumbuhkan oleh diri sendiri dengan pengawasan dari luar. Disiplin yang wajar seperti memberikan arahan untuk melakukan hal sesuai dengan pemanfaatan waktu, kegiatan, dan pekerjaan secara cermat. Memanfaatkan waktu secara teratur dan terstruktur merupakan hal yang terdapat dalam displin yang diawasi oleh diri sendiri. Disiplin merupakan syarat penting dalam pendidikan pendidikan. 6 yang menentukan berhasilnya 7 Dari segi positif konsistensi disiplin mempunyai beberapa beberapa nilai yang dan penting dan dapat memacu proses belajar serta membantu anak belajar peraturan dan membantu anak dalam belajar peraturan. Dengan demikian anak yang mendapat disiplin yang konsisten mempunyai semangat dan motivasi belajar yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai standar yang disesuaikan secara sosial, dari pada mereka yang tidak disiplin dan tidak konsisten. Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukan kesediaan untuk menepati dan mematuhi peraturan dan mendukung ketentuan tata tertib, peraturan serta nilai kaidah yang berlaku. Disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Perkembangan pada anak sangat dipengaruhi oleh faktor “ajar” atau pendidikan. Disiplin selalu berkaitan dengan sikap, yaitu kesediaan bereaksi atau bertindak terhadap obyek atau keadaan tertentu. Disipin selain berkaitan dengan penguasaan diri juga berkaitan dengan rasa tanggung jawab. Orang yang disiplin cenderung patuh, mendukung, dan mempertahankan peraturan dan nilai yang berlaku. Disiplin dikembangkan dengan menumbuhkan kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan dan nilai yang selalu dianutnya, walau tanpa pengawasan atau sanksi (Ensiklopedia, 1989), dalam Bekti Ari (2006). Dari semua pendapat mengenai disiplin yang telah dikemukakan, maka dari situ dapat ditarik sebuah rumusan mengenai disiplin adalah suatu sikap yang menjunjung ketaatan dan ketertiban dalam menggunakan 7 8 waktu dengan penuh tanggung jawab sehingga dapat mencapai segala sesuatu dalam waktu yang telah ditentukan atau ditargetkan. 2.1.1.2 Unsur-unsur Disiplin Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005) menyatakan bahwa disiplin terdiri dari empat unsur yaitu: peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. 1. Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan peraturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama.oleh karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing-masing individu. Untuk hal ini individu lebih ditekankan pada siswa. 2. Hukuman Hukuman berasal dari kata kerja latin, “punier”. Hukuman berarti menjatuhkan pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaransebagai ganjaran atau pembalasan. 8 9 3. Penghargaan Penghargaan merupakan setiap bentuk hadiah untuk suatu hasilyang baik. Penghargaan. Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupakata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Banyak orang yang merasa bahwapenghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa yang dilakukan. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif, sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik dan dapat menambah rasa harga diri anak. 4. Konsistensi Konsisten berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan demikian konsistensi merupakan suatu kencenderungan menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk menghadapi keburtuhan perkembangan yang berubah. Konsisten mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu 9 10 peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar anak. Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah. Menurut Bekti Ari (2006) beberapa unsur yang terkandung dalam disiplin adalah sebagai berikut: 1. Taat Taat artinya selalu patuh pada peraturan yang berlaku. Ketaatan di dalam disiplin belajar diperlukan supaya setiap waktu yang ada hanya untuk belajar dengan diimbangi dengan kegiatan lain. 2. Tetib Tertib berarti mengerjakan kegiatan dengan kesadaran secara sistematis (terarah) yaitu di dalam kegiatan belajar sebaiknya siswa menentukan arah tujuan dari belajarnya sehingga dengan begitu akantercapai hasil yang efektif dan efisien 3. Tanggung jawab Tanggung jawab adalah kegiatan yang dikerjakan dengan penuh rasa memiliki dan rasa menjaga agar setiap kegiatan yang dikerjakan betul-betul dapat dipercaya kebenarannya.Pada saat belajar diperlukan adanya rasa tanggung jawab dari dalam diri siswa supaya pada saat belajar menumbuhkan rasa meliki 10 11 kewajiban untuk belajar sehingga akan membuat siswa lebih fokus pada pelajaran bukan hal lain. Jadi dapat pahami bahwa unsur dari disiplin adalah peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi dan dalam disiplin siswa akan memiliki sikap yang menjunjung ketaatan, ketertiban dalam menggunakan waktu dengan penuh tanggung jawab. 2.1.1.3 Pengertian Disiplin Belajar Dalam berdisiplin belajar seorang siswa perlu menerapkan beberapa hal yang wajib dilaksanakannya yaitu seorang siswa wajib mengikuti proses belajar mengajar yang terjadi di dalam lingkungan belajarnya (sekolah) sesuai jam belajar yang telah ditetapkan karena dengan mengikuti proses belajar mengajar sepenuhnya maka hal tersebut tidak akan membuat siswa ketinggalan pelajaran. Dalam hal ini di harapkan siswa dapat bersikap aktif sehingga akan terbentuk interaksi yang seimbang antara guru dengan siswa. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang di ajarkan akan tetapi di perlukan adanya ketaatan terhadap tata-tertib sehingga meskipun di dalam kelas para siswa bersikap aktif akan tetapi keaktifan para siswa tersebut tidak keluar dari jalur pokok bahasan yang sedang diajarkan. 11 12 Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna dan berprestasi dalam bidang pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari pengertian disiplin menurut Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005) yaitu suatu cara masarakat untuk mengajarkan anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Menurut Prijodarminto (1994) dalam Herli Febriana (2005) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Belajar menurut Effendi dan Praja (1985) dalam Herli Febriana (2005) adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan, sikap dan sesuatu yang baru sebagai hasil pengalaman. Para siswa kirannya juga perlu berdisiplin dalam waktu sehingga para siswa dapat membagi waktu yang secara seimbang antara waktu untuk belajar dengan waktu untuk hal yang lain seperti waktu untuk bermain dengan pembagian waktu yang tepat. Siswa tidak akan merasa bosan di dalam belajar sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami bahan pembelajaran yang dipelajarinya. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa disiplin belajar adalah keteraturan dan ketaatan siswa dalam menggunakan dan memanfatkan waktu belajar baik disekolah maupun di rumah meliputi mendengarkan, membaca, dan mengamati yang mana hal tersebut dapat menghasilkan perubahan perilaku yang baru sebagai hasil 12 13 dari interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005) indikator disiplin belajar adalah sebagai berikut: Disiplin belajar di sekolah memiliki indikator sebagai berikut: 1) Patuh dan taat terhadap tata tertib belajar di sekolah 2) Persiapan belajar 3) Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran 4) Menyelesaikan tugas tepat waktu Disiplin belajar di rumah memiliki indikator sebagai berikut: 1) Memiliki rencan atau jadwal belajar 2) Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung 3) Ketaatan dan keteraturan dalam belajar 4) Perhatian terhadap materi pelajaran 2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1 Belajar Whittaker dalam Gunartomo (2003) dalam Dwi Palupi (2004) mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana perilaku ditimbulkan atau diubah melalui latiham atau pengalaman. Selanjutnya Purwanto (1999) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam perilaku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Supaya perubahan yang dialami seseorang sebagai hasil belajar dan bersifat menetap karena itu perubahan 13 14 yang terjadi berupa sesuatu yang baru atau sebagai penyempurnaan terhadap hal yang dihadapi. Belajar menurut Slameto (1995) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sutu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan. Sardiman dalam Sunarto (2009) mengemukakan belajar dalam pengertian luas adalah kegiatan psiko fisik menuju perkembagan pribadi seutuhnya. Sedangkan menurut Syaiful B. Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar harus menghasilkan perubahan yaitu dapat menyesuaikan diri, sikap, dan tingkah laku. Suatu perubahan yang dapat menyesuaikan diri, sikap, dan tingkah laku tersebut merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar dan disengaja. Dari beberapa pendapat diatas dapat dirumuskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan yaitu dapat menyesuaikan diri, sikap, dan tingkah laku, yang pada prinsipnya individu mempunyai sesuatu yang baru. 14 15 2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Slameto (1998) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi faktor intern dan eksteren sebagai berikut: a. Faktor interen Adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar. Faktor Interen meliputi: 1. Faktor Jasmaniah Proses belajar siswa akan terganggu apabila kesehatan siswa terganggu. Selain siswa tersebut akan merasa cepat lelah, kurang konsentrasi, mudah pusing ataupun gangguan indera lainnya, cacat tubuh juga dapat mempengarhui belajarnya. 2. Faktor Psikologis Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat dan kematangan. 3. Faktor Kelelahan Kelelahan dapat di bedakan menjadi dua macamyaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk memperhatikan sesuatu hilang. b. Faktor Ekstern 15 16 Adalah faktor yang mempengaruhi siswa yang berasal dari lingkungan meliputi: 1. Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum,relasi guru dengan siswa, reasi antar siswa, disiplin sekolah serta tugas-tugas. 3. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Kemudian menurut Winkel (1989) belajar merupakan aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Garry dan Kingley (1970) dalam Bekti Ari (2006) menyatakan belajar adalah proses perubahan perilaku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. 16 17 Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku secara keseluruhan setelah berinteraksi dengan lingkungan. 2.1.2.3 Cognitif Domain (ranah kognitif) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam dalam ranah kognitif. Ranah ini berisikan perilakuperilaku yang menekannkan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom dalam Sudjono (2008) membagi domain kognitif kedalam enam tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: bagian pertama berupa pengetahuan (kategiri 1) dan bagian kedua berupa kemampuan dan keterampilan intelektual (katergori 2-6). a) Mengingat (remember) Mengingat adalah kemampuann seseorang untuk mengingatingat kembali atau mengenali kembali. Berisikan kemampuan untuk mengingat istilah, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan disiplin belajar siswa, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi kualitas, karakteristik disiplin yang baik, standar dari disiplin. 17 18 b) Memahami (understand) Memahami adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dikatakan memahi apabila dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian lebih rinci mengenai suatu hal dengan menggunakan kata-katannya sendiri. Aspek ini satu level di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. c) Menerapkan (apply) Menerapkan adalah kesanggupan untuk menerapkan atau menggunakan gagasan. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, yang terdapat dalam penerapan kerja. Sebagai contoh informasi tentang penyebab siswa tidak sering terlambat masuk kelas, seseorang yang berada dalam tingkat ini akan mampu merangkum dan menggabarkan penyebab turunnya disiplin siswa dalam belajar dalam bentuk mean. d) Analisis (analyze) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian yang satu dengan bagian-bagian yang lain. 18 19 Analisis terdiri mengorganisir, dari menyusun mengurikan, ulang, membandingkan, mengubah struktur, mengerankkan, menyusun outline, mengintegrasikan. e) Evaluasi/menilai (evaluate) Menilai adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi. Dalam tahap ini siswa akan mampu menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji membenarkan, menyalahkan. Dalam jenjang ini dihadapkan pada beberapa pilihan sehingga siswa akanmemilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteris yang ada. f) Mencipta (create) Mencipta adalah kemampuan untuk merancang, membangun, menrencanaka, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan mengubah. 2.1.2.4 Pengertian Prestasi Belajar Belajar di sekolah merupakan suatu proses produksi dengan berbagai tahapan di mana setiap tahapan akan menghasilkan produk dengan berbagai ciri, sifat dan kualitas yang mempengaruhi dari tahapan berikutnya. Keefektifan proses belajar di sekolah di jadikan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar. Hasil dari 19 20 usaha belajar inilah yang lazimnya disebut prestasi belajar. Prestasi belajar menurut Dewanto (1976) dalam Bekti Ari (2006) menjadi sasaran evaluasi bagi murid yang meliputi: sikap (ranah afektif), penguasaan materi pelajaran (ranah kognitif), dan kecakapankecakapan atau skill (ranah Psikomotor) secara lebih spesifik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) menyebutkan prestasi adalah hasilyang telah dicapai (dari yang telah dilakukan dan dikerjakan). Menurut W.J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Arif Gunarso dalam Setyowati (2006) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan Suryabrata (1988) menyatakan bahwa prestasi belajar diwujudkan dengan nilai baik, dengan menggunakan lambang A, B, C, D, dan E untuk menunjukan kelakuan, kerajinan, kerapian, dan kegiatan ekstrakulikuler. Untuk penilaian kemampuan atau prestasi dalam dalam mata pelajaran dengan menggunakan skala 0 sampai 10. Jadi dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. 20 21 2.1.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Perbedaan kemampuan dari tiap-tiap siswa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berbeda-bedanya prestasi. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah (Winkel, 1989). 1. Faktor Internal Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar, seperti faktor psikologis meliputi kecerdasan, minat, motivasi, perhatian,ingatan, dan berfikir. Apabila ada salah satu bagian dari faktor psikologis tersebut makla dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Sedang faktor fisiologis meliputi penglihatan, pendengaran, kesehatan, gizi. Apabila ada salah satu faktor yang terganggu maka dapat mempengaruhi prestasi anak. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang bersumber dari luar subyek yang belajar, seperti instruksional yang meliputi kurikulum, bahan pelajaran, guru pengajar, metode penyajian serta lingkungan belajar yang meliputi lingkungan alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. 21 22 3. Faktor Situasional Faktor situasional antara lain: 1) Keadaan musim atau iklim sering menciptakan kondisi psikis dan atau kondisi fisik pada gurudan siswa yang kurang menguntungkan. 2) Keadaan waktu yang mencakup jumlah hari dan jumlah jam setiap hari dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3) Keadaan politik ekonomi Keadaan yang labil dan berubah-ubah membuat guru dan murid menjadi gelisah dan cemas, sehingga timbul kondisi psikis yang tidak menguntungkan. Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada tiga yaitu: internal atau yang berasal dari subyek belajar, eksternal atau yang berasal dari luar subyek, dan situasional atau keadaan waktu, musim, dan keadaan politik. 22 23 2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu pelajaran yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi penting dikarenakan merupakan pendidikan moral, budi pekerti, serta tinkah laku sebagai anak bangsa Indonesia. Pendidikan tingkah laku menyangkut kepribadian siswa yang menunjukan kedisiplinan sebagai seorang siswa yang menjadi bagian dari bangsa dan Negara ini. Menurut Mawardi (2009) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban warganegara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan pada pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran PKn yang ada dalam KTSP 2006 mempunyai tujuan mata (BNSP, 2006) adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan. 2. Mimiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab. 3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan normanorma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakatdan bernegara. 23 24 4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia. 5. Berinteraksi denganbangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pendidikan terkusus sebagai salah satu mata pelajaran yang digunakan dalam pendidikan formal di sekolah memiliki peran untuk membangun watak, karakter, sikap dan potensi lain termasuk pengetahuan dan keterampilan demi terwujudnya tujuan bangsa. Adanya permasalahan yang terjadi dalam pendidikan dewasa ini, salah satu permasalahan adalah menurunnya tatakarma kehidupan sosial, etika moral dalam praktek kehidupan sekolah yang menimbulkan akibat negativ yang merisaukan masyarakat. Akibat tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan norma kehidupan agama dan social kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk perlakuan siswa yangkurang hormat kepada guru dan staf sekolah, kurang disiplin dan kurang menaati tata tertib sekolah, kurang menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, terjadi perkelahian antar pelajar, dan lain-lain. Dari kejadian tersebut, maka misi pendidikan yang hendak diwujudkan saat ini adalah mengembangkan budi pekerti luhur yang terintegrasikan dalam setiap mata pelajaran yang ada termasuk salah satunya PKn supaya dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. 24 25 Dari berbagai pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang didalamnya mencakup aspek pengetahuan kewarganegaraan, aspek keterampilan kewarganegaraan, watak atau karakter kewarganegaraan, serta dapat digunakan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang mengetahui kepribadian bangsa dan negara ini. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Holoman Manurung (1998) dengan judul “Signifikan Antara Kedisiplinan Dengan Prestasi Belajar” menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motif prestasi belajar dan disiplin belajar dengan koefisiensi korelasi 0,85 dalam kontribusi motivasi internal dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar matematika PLTP FPM ikim Medan. 2. Penelitian yang lain dilakukan oleh Riningsih (2001) menyatakan korelasi positif yang signifikan antara keteraturan belajar dengan prestasi belajar. Dalam penelitan tersebut diperoleh koefisiensi korelasi sebesar 0,908 yang menunjukan bahwa apabila seseorang teratur dan disiplin dalam belajar akan memperoleh prestasi yang baik. 3. Dalam penelitian Liliek Rahayu (2009) dengan judul Hubungan gaya pengasuhan orangtua, disiplin belajar, dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa SMA N di kota Malang menyatakan ada hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar belajar pada siswa dengan harga koefisien korelasinya sebesar 0,60. 25 26 2.3 Kerangka Berfikir Disiplin Prestasi belajar di belajar kelasa dan PKn di rumah Gambar 4.1 Disiplin belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha untuk mendaptkan prestasi yang tinggi. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi, akan mampu untuk bertanggung jawab dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Siswa dapat membagi waktu dengan baik saat belajar, bermain, dan melaksanakan kegiatan lain. Pembagian waktu yang rumit ini dapat dijanlankan dengan baik saat siswa mempunyai manajemen waktu yang baik yaitu dengan disiplin. Ketika diisiplin sudah tertanam didalam kehidupan siswa atau peserta didik maka dalam mengikuti proses belajar maka siswa tidak akan kesulitan untuk menyesuaikan dengan proses pembelajaran. Siswa yang memiliki disiplin belajar akan lebih aktif di kelas dan memiliki mental yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan siswa sudah memiliki persiapan saat 26 27 harus berhadapan dengan pembelajaran. Lain hanya dengan siswa yang tidak memiliki disiplin belajar akan terlihat lalai dalam proses pembelajaran misalnya lupa mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Siswa akan kurang dapat menyesuaikan dengan proses pembelajaran dikarenakan siswa belum mempunyai persiapan untuk menyesuaikan dengan pembelajaran yang ada. Dari sini akan terlihat hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri sendiri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, dan prestasi ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan dan positif antara disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngadirejo Tahun Ajaran 2011/2012. 27