Prakiraan Laju Alir Massa pada Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto PRAKIRAAN LAJU ALiR MASSA PADA MODEL FUNGSIONAL SISTEM PENDINGINAN RELUNG REAKTOR (RCCS) MHTGR Oleh: Priyanto Joyosukarto j Abstrak PRAKIRAAN LAJU ALiR MASSA PADA MODEL FUNGSIONAL SISTEM PENDINGINAN RELUNG REAKTOR (RCCS) MHTGR. Prakiraan laju alir massa udara masukan telah dilakukan untuk sistem pendinginan dengan konveksi udara secara alami berupa peralatan eksperimen NADHRS. Sistem ini merupakan model fungsional sederhana dari Reactor Cavity Cooling System (RCCS) MHTGR (Modular High Temparature Gas-cooled Reactor), buatan General Atomic, yang komponen utamanya terdiri dari bagian masukan, plenum-bawah, plenum-atas, sumber panas, kanal pendinginan annular, dan sepasang stack di bagian atasnya. Pada sistem jenis ini, tersedianya laju alir massa udara masukan (mO) yang cukup merupakan faktor keselamatan yang krusial. Beberapa faktor penentu besarnya mo adalah: fluk panas, konfigurasi dan dimensi sistem, sifat permukaan dinding kanal, laju dan arah angin, serta sumbatan penampang aliran. Prakiraan mo dilakukan pada kondisi penampang aliran tersumbat sebagian dan didasarkan pada penyelesaian persamaan keseimbangan momentum aliran gas di dalam kanal berdimensi satu yang dipanasi. Prakiraan dilakukan pada kondisi input listrik 3 x 100 Watt dengan tiga macam harga hambatan keluaran (Ke), masing-masing dengan sebelas macam harga hambatan masukan (~eV. Besarnya hambatan mencerminkan tingkat sumbatan aliran. Hasil studi menyimpulkan bahwa sembarang sumbatan akan meningkatkan hambatan aliran, yang selanjutnya menurunkan mo. Pada Ke=1,10 perubahan ~ef dari 2,00 menjadi 1114,60 (sumbatan 96,67%) telah menurunkan mo dari 8,50x10-3 kg/detik menjadi 1,35x1 0.3 kg/detik. Perubahan yang sarna dari ~ef telah menurunkan mo masing-masing dari 7,29x1 0-3 kg/detik menjadi 1,35x1 0-3 kg/detik pada Ke=6,20 dan 6,11 x1 0-3 kg/detik menjadi 1,35x1 0-3 kg/detik pada Ke=15,00. Hasil studi ini dapat menjadi acuan yang berguna di tengah kelangkaan literatur sejenis untuk desain sistem pendinginan dengan konveksi udara secara ala mi. Abstract PREDICTION OF THE AIR INLET MASS FLOW IN THE MHTGR RCCS FUNCTIONAL MODEL. A mass flow prediction has been carried out for the air natural convection cooling system. The system, which is referred to as NADHRS experimental apparatus, is a simple functional model of the General Atomic's MHTGR RCCS, equipped with inlet channel, lower and upper plenum, heat source, annular cooling channel, and a twin stacks at the upper part. In such a cooling system. the sufficiency of inlet air mass flow rate (mo) is a crucial factor in view of safety. The factors determining mo are heat flux, system dimension and configuration, channel surface characteristic, air velocity and direction, as well as flow blockage. The mass flow prediction is carried out for the partly-blocked flow and was based on the solution of the momentum balance of air flowing inside the heated channel. The prediction of mo was carried out at the electric input of 3 x 100 Watt with three values of outlet flow resistance (Ke), each with eleven values of inlet resistance (Kef), in which each value of K reflects a certain level of blockage. It was found that any flow blockage tends to increase the flow resistance which in turn decreases mo. At Ke=1.10, changes in Kef value from 2.00 to 1114.60 (96,67% blockage) decreases mo from 8,50x10-3 kg/s to 1,35x10-3 kg/so The equal changes of Kef also decreases mo from 7,29x1 0-3 kg/s to 1,35x10.3 kg/s at Ke=6,20, and from 6,11 x1 0.3 kg/s to 1,35x1 0.3 kg/s at Ke=15,OO. In the scarcity of relevant reference, the result of this study might become a valuable one applicable to the design of air natural convection cooling system. ') Bidang Parlisipasi Industri Nasional P2EN -BA TAN """7 Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2. No.3 September 2000.. 117 -134 I. PENDAHULUAN Untuk menjawab tuntutan masyarakat pada era paska kecelakaan TMI-II tahun 1979, beberapa pabrik PL TN telah menghasilkan rancangan (desain) Reaktor Maju (advanced reactor), baik dalam kategori desain evolusioner maupun inovatif untuk digelarkan pada awal milenium ketiga ini. Desain baru ini dicirikan oleh diaplikasikannya konsep pasif untuk sistem keselamatan reaktor, khususnya untuk kelancaran pembuangan panas luruh (decay heat) dan panas sisa (residual heat) dari teras reaktor. Sistem keselamatan tenaga-tenaga alam dasar sebagai tenaga penggerak pasif ini mendayagunakan bekerjanya sistem, yang meliputi evaporasi, gravitasi, konveksi, konduksi, dan radiasi untuk menjamin kelancaran dan keandalan proses pembuangan panas sekaligus untuk menyederhanakan Reactor keselamatan Cavity pasif, Cooling System desain keseluruhan sistem. (RCCS) merupakan yang sa at ini tengah dikembangkan salah satu contoh oleh General Atomic sistem Technology sebagai sistem pembuangan panas luruh dan panas sisa dari teras Modular High Temparature Gas-cooled Reactor (MHTGR) 450 MWt ke atmosfer yang bertindak sebagai pembenam panas akhir (Ultimate Heat disebut juga sebagai pengembangan Sink, UHS) 1). Jenis reaktor Modular Helium untuk menghasilkan Desain RCCS mendayagunakan yang termasuk Reactor kategori Reaktor Maju ini (MHR) dan saat ini tengah dalam tahap uap/panas dan listrik untuk berbagai macam aplikasi 2). ketiga mode perpindahan panas, yaitu radiasi, konduksi, dan konveksi dengan fluida kerja udara untuk membuang panas luruh dan panas sisa dari teras reaktor, dengan diperkuat oleh struktur menyerupai dua buah stack pada bagian atasnya yang berfungsi pembangkit efek stack3.4). Pemanfaatan kombinasi tiga mekanisme pasif perpindahan panas yang diperkuat dengan efek stack seperti pada RCCS ini masih relatif baru sehingga masih banyak masalah yang perlu diteliti ketersediaan tersedianya agar diperoleh kepastian yang tinggi untuk menjamin keandalan sistem. Salah satu masalah yang cukup krusial adalah bagaimana dan menjamin laju alir massa (mass flow rate) udara yang cukup untuk efektivitas pendinginan sistem pad a segala kondisi operasi, khususnya pad a kondisi kecelakaan. Beberapa faktor internal sistem yang menentukan besarnya laju alir massa udara antara lain adalah fluk panas, dimensi dan konfigurasi sistem, ekstemal yang berpengaruh serta sifat permukaan antara lain kemungkinan dinding aliran. Sedangkan faktor sumbatan aliran (flow blockage) serta laju dan arah angin. Faktor internal bersifat relatif tetap dan relatif lebih mudah diperkirakan, namun tidak demikian halnya dengan faktor eksternal yang sangat tergantung kepada kondisi lingkungan. Untuk sifat dan arah angin mungkin bisa diperkirakan dengan tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak demikian halnya dengan kemungkinan sumbatan aliran yang mungkin tidak jelas pola terjadinya. diakibatkan antara Sumbatan lain oleh debu, penampang misil, aliran masukan dan serangga, kesemuanya relatif sulit untuk memperkirakannya. 118 atau dan keluaran benda terbang ini dapat lain yang Meskipun begitu, kemungkinan kegagalan Prakiraan Laju Alir Massa pada Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto fungsi RCCS akibat sumbatan aliran perlu diperkirakan untuk diakomodasikan ke dalam desain. Pad a makalah berikut, yang merupakan bagian pertama dari serial hasil studi tentang sistem keselamatan di dalam sistem pasif Reaktor Maju, akan dibahas hasil prakiraan pendinginan dengan konveksi udara secara alami, yaitu berupa peralatan eksperimen NADHRS (Natural Air Draft Decay Heat Removal fungsional sederhana dari RCCS MHTGR. laju alir massa udara System) yang merupakan model Eksperimen NADHRS ini dilakukan Penulis pada saat mengikuti Program Research Student dan Program Master di Universitas Tokai, Jepang beberapa waktu yang lalu. Prakiraan dilakukan pada kondisi sistem dengan input listrik 3 x 100 Watt, dan pada kondisi aliran dengan berbagai tingkat sumbatan penampang dengan keluaran. Pembahasan pengembangan dalam sistem NADHRS, diawali dengan deskripsi pendekatan prakiraan teoritis terhadap perubahan masukan dan sistem NADHRS, mekanisme hambatan penampang konveksi dilanjutkan alami udara di aliran akibat sumbatan, prakiraan perubahan laju alir massa udara akibat sumbatan, dan diakhiri dengan kesimpulan. II. DESKRIPSI SISTEM NADHRS Pad a Gambar 1 ditunjukkan sedangkan pad a Gambar konsep dasar pembuangan 2 ditunjukkan konfigurasi RCCS. panas dari teras MHTGR, RCCS merupakan sistem pendinginan udara secara konveksi alami yang didesain untuk memindahkan panas dari relung (cavity) reaktor ke atmosfir dengan fluida kerja udara. Komponen utama RCCS meliputi: kanal pendinginan, panel pendinginan, plenum atas dan plenum bawah, serta struktur yang menyerupai stack (chimney) di bagian atasnya yang berfungsi sebagai pembangkit efek stack dan sekaligus bertindak sebagai bagian masukan dan bagian keluaran udara. Aliran udara masuk RCCS semata-mata dipicu oleh meningkatnya suhu panel pendingin sebagai akibat menerima panas dari bejana reaktor. Gambar 2. Konfigurasi Gambar 1. Konsep dasar pemindahan panas pada RCCS 1) 119 RCCS 4) Jumal Pengembangan Sistem Energi Nuklir Vol. 2, No.3 September 2000 : 117 -134 NADHRS seperti ditunjukkan yang sederhana pada Gambar 3 merupakan dari RCCS5.6). Sebagai sumber silinder tembaga berdiameter 160 mm, panjang model fungsional panas (guard vessel) digunakan 450 mm. dan tebal 2 mm yang dipanasi bagian bagian dalamnya dengan tiga buah pemanas (stainless steel sheet heater) masing berdiameter Silinder ini dilapisi isolator panas pada bagian sebuah 1,6 mm dan panjang 3600 mm, masing- dengan total input listrik 3x 100 Watt. bawah, dalam, dan bagian atasnya untuk mengurangi kebocoran panas sehingga diharapkan hanya terjadi perpindahan panas mendatar ke luar ke arah kanal pendinginan. Pad a jarak 20 mm dari permukaan luarnya, dinding acrylic diperhitungkan yang tembus pandang. silinder sumber panas dilingkungi oleh Selanjutnya, jarak sebagai lebar celah (gap) kanal pendinginan. antara permukaan bagian masukan dan Ruang kosong selebar celah dan berbentuk annular antara permukaan silinder dengan permukaan dalam dinding acrylic bertindak sebagai kanal pendinginan channel) yang berfungsi sebagai jalur pendinginan. ini Dinding acrylic ini memanjang ke bawah sepanjang 600 mm dimana bagian ujung bawahnya membentuk plenum-bawah. dua Pad a bagian masukan dipasang luar (cooling papan penyumbat aliran sehingga membentuk penampang masukan (A). Posisi sumbatan berskala ini dapat diubah-ubah sedemikian rupa sehingga luas penampang masukan berubah terhadap luas penampang pads kanal pendinginan (Ao). Nilai awal (A/Ao) adalah 1,50. Satuan: mm 120 relatif Prakiraan Laju Alir Massa pada Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto Oi atas silinder dan kanal pendinginan terpasang triplek ketebalan 10 mm, diameter acrylic. Pada sisi atas plenum-atas plenum-atas berbentuk annular dari 400 mm, dan tinggi 90 mm, serta berdinding terdapat dua buah lubang berdiameter pintu masuk bagi dua buah stack dari bahan acrylic yang berdiri tegak luar dari 100 mm sebagai menjulang ke atas setinggi 1030 mm. Untuk tujuan merubah hambatan keluaran, luas penampang keluaran stack (Ae) dapat dipersempit dengan memasang tertentu sedemikian sumbatan berlobang di bagian tengahnya dengan diameter rupa sehingga Ae berubah relatif terhadap Ao. Pad a kondisi awal, nilai (AJAo) adalah 1,23 yang memberikan harga hambatan keluaran (Ke=1,10). III. PENOEKATAN TEORITIS TERHAOAP MEKANISME KONVEKSI ALAMI UOARA 01 OALAM SISTEM NAOHRS Pada sistem konveksi alami seperti NADHRS, suhu udara di dalam kanal pendinginan akan meningkat bila input listrik (panas) dialirkan ke dalam silinder tembaga. Meningkatnya suhu udara ini akan menurunkan densitasnya sehingga terjadi bed a tekanan antara udara di setiap titik pada ketinggian yang sarna di dalam dan di luar sistem sehingga di dalam sistem timbul gaya apung (buoyancy force). Gaya apung yang juga diperkuat oleh efek stack pad a bagian atas sistem ini akan mengangkat massa udara ke atas meninggalkan kanal pendinginan dan bergerak ke luar sistem. Sebagai akibatnya, pada saat yang sarna pada bagian masukan akan timbul pumping power yang menghisap Sebaliknya, berbagai maupun sumbatan perubahan penampang masuk massa udara luar ke dalam sistem. bentuk penampang aliran, aliran akan menimbulkan karakteristik hambatan permukaan kanal, aliran dan penurunan tekanan. Aliran udara masuk ke sistem akan terjadi bila gaya apung dapat mengatasi hambatan aliran sepanjang kanal, atau tenaga dorong gaya apung (buoyancy driving head) harus dapat mengatasi total penurunan tekanan (pressure losses) di dalam sistem agar terjadi aliran masuk massa udara ke dalam sistem. Pada menjelaskan Selanjutnya bagian proses berikut timbulnya berdasarkan akan dikembangkan gaya apung dan sebuah penurunan pendekatan tekanan teoritis di dalam untuk sistem. pendekatan tersebut akan dilakukan prakiraan besarnya perubahan hambatan aliran dan perubahan laju alir massa udara di dalam sistem NADHRS sebagai akibat terjadinya sumbatan pada penampang aliran. III. 1. Distribusi Suhu Udara di Dalam Kanal Pendinginan Pada Gambar 4 ditunjukkan proses pemanasan udara di dalam kanal pendinginan dengan panjang H (m). Dengan menganggap bahwa udara secara termal merupakan gas ideal (a thermally perfect gas), maka pada kondisi ini berlaku persamaan berikut.7) p = p/RT = 353,12fT (01 ) 121 Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2. No.3 September 2000 : 117 -134 Berturut-turut p adalah densitas udara (kg/m3), p adalah tekanan udara (N/m1, T adalah suhu absolut (oK), R adalah konstanta gas universal (N M/ kg. oK). Selanjutnya, bila dianggap tidak terjadi perubahan tekanan di dalam kana! pendingin, maka berlaku persamaan berikut. PoT 0 = P1 T 1 = P2T 2 = P T Untuk satuan panjang z (m), maka rapat daya panas liniernya, q'(z) dinyatakan sebagai berikut. q' (z) = qo Cos (7t/H) z dimana qo adalah fluk panas (W/m3). Selanjutnya, input panas Q diasumsikan dikenakan secara merata sepanjang kana! pendinginan sehingga diperoleh distribusi suhu yang uniform yang dapat dinyatakan sebagai berikut. ql(Z)=g Selanjutnya, kecepatan H Z bila Ao (m1 dan Vo (m/detik) masing-masing adalah penampang aliran dan aliran udara masuk kanal pendinginan, To adalah suhu mutlak (oK), Cp adalah kapasitas panas udara (kJ/kg oK) yang berharga 1,0057 kJ/kg oK pada 300 oK, maka kenaikan suhu (~Tb) pada ketinggian z (m) dinyatakan sebagai berikut. dimana Sedangkan suhu bulk (Tb) pada ketinggian z (m) dinyatakan sebagai berikut. Tb = To + LlTb 122 Prakiraan Laju Alir Massa pada Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto Ao, To, PO,PO, Cp Gambar 4. Pemanasan Udara di Dalam Kanal Pendinginan III. 2. Perhitungan Gaya Apung Udara OJOalam Sistem 111.2.1. Gaya Apung Udara di Dalam Kanal Pendinginan Sebagai akibat pemanasan udara di dalam kanal pendinginan. maka akan terjadi penurunan densitas udara yang pada akhirnya menimbulkan gaya apung (Zp). Besarnya gaya apung L\Zp(z) yang bekerja di dalam kanal pendinginan sepanjang ~z dapat diturunkan dari Persamaan (02) sebagai berikut: p(z) = To (07) Po T(z) To (Po-~ = Po 9 (1 --) Po)9 LlZ To To+ Llz a -z Vo 123 (08) Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2, No.3 September 2000.. 117 -134 Integrasi Persamaan ( 08 ) akan diperoleh keseluruhan gaya apung yang bekerja di sepanjang kana! pendingin (Zp). H J H- 1 -az dz °1+- VoTo Bila suku Maka Persamaan (09) dapat ditulis sebagai berikut. Selanjutnya, besarnya Zp= Po9 (H-H*)= gaya apung Po9 H (1- sebagai H* H fungsi laju alir massa udara yang masuk ke kanal pendinginan dapat dinyatakan sebagai berikut. Zp= Q Po 9 H moC pTo- 111.2. 2. Gaya Apung Udara di Bagian Stack Bila suhu udara masuk ke stack adalah T H (oK) dan massa jenisnya PH (kg/m3) maka besarnya gaya apung (Zs) di bagian stack dengan panjang L (m) dapat dinyatakan sebagai berikut. Zs= (po -PH) 9 L= Po9 L l-E!!Po Mempertimbangkan Persamaan (02) tentang sifat gas ideal maka Persamaan (13) dapat ditulis sebagai berikut. Zs= PoQ L 1-- To TH ) = (14) PoQ L 124 ~ Prakiraan Laju Alir Massa pads Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto Selanjutnya, gaya apung di bagian stack sebagai fungsi laju alir massa udara masuk ke kana I pendingin (mo) dinyatakan sebagai: Zs= To Po9 L (15) Po9 LI r;;) 1+-2-moCpro III. 2. 3. Total Gaya Apung Udara di Dalam Sistem Gaya apung di dalam sistem merupakan gabungan dari gaya apung di dalam kanal pendinginan dan di bagian stack, yaitu: z = Zp + Zs +--~ =PoQH + Jj moC pro Po9 L + -_JL moC pTo Bila selanjutnya didefinisikan parameter baru berikut, aH Q To CppoAoTo =b maka z= Selanjutnya, Po9 H [ 1 - digunakan b t~l+ parameter number, He) dan intensitas + PogL Vn baru yang disebut sebagai angka pemanasan pemanasan (heating intensity, HJ yang masing-masing (heating dinyatakan sebagai berikut. b Q H e =-= V " C pPoAoToVo Q yr.- Hi = Q m" atau H H, .=~ -I (21 ) 125 --1 Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2, No.3 September 2000.. 117 -134 Dalam hal ini, intensitas pemanasan massa udara yang mengalir menunjukkan jumlah panas yang diserap oleh per satuan di dalam kanal pendinginan. Sedangkan angka pemanasan menunjukkan perbandingan jumlah panas yang diserap oleh per satuan massa udara terhadap entalphi stagnasi awalnya. 111.3. Penurunan Tekanan Udara di Dalam Sistem Pemahaman terhadap perubahan tekanan sepanjang sistem merupakan faktor yang sangat penting yang mendasari antara lain disebabkan perhitungan laju alir massa udara. Penurunan tekanan ini oleh perubahan kecepatan akibat perubahan penampang aliran serta akibat kenaikan suhu akibat gesekan dan pemanasan. aliran udara di dalam kanal pendinginan Gambar 5 mendeskripsikan NADHRS sebagai sebuah kondisi pipa sepanjang L (m) dengan penampang aliran A (m1, yang dipanasi dengan fluk panas Q (W/m3), panjang basah Pf (m), koefisien turun tekanan karena perubahan penampang K, dan koefisien gesekan permukaan (friction loss) f. L PI TI Pz Tz Kz pz KI PI Pr Gambar 5. Aliran Udara di Dalam Kanal yang Dipanasi Beserta Parameter Terkait. Dengan memandang aliran udara di dalam sistem NADHRS sebagai aliran dengan angka Mach rendah maka besarnya penurunan tekanan stat is (Ps) dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.8) \ +2( L (22) ~ 111.3.1. Penurunan Tekanan Udara di Bagian Kanal Pendinginan Seperti ditunjukkan pada Gambar 3, bagian masukan kanal pendinginan berada di dalam sistem, dan berada pada suatu ketinggian di atas bagian masukan sistem. Pada item 111.2.1 telah digunakan index 0 untuk parameter 126 aliran udara di bagian masukan kanal Prakiraan Laju Alir Massa pada Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto pendinginan. yaitu A01 Too Vo. dan mo- Dengan menerapkan Persamaan (22) untuk kondisi bagian masukan kanal pendinginan maka besarnya penurunan tekanan udara sepanjang kanal pendinginan dapat dinyatakan sebagai berikut. 2po OPP=~ ( -.m ) T 1--'-+2 Ks1 +1¥1 [ Ao (--1T2 ~ T1 Bila udara dianggap sebagai gas ideal maka RT 0 = pJp1 sehingga berlaku persamaan berikut. RT (m J 2 = 2P:- A:- ~( ~ Po Mempertimbangkan 2 = 0,5 Po Vo 2 Ao bentuk dari kanal pendinginan luar O2 dan diameter din ding dalam yang annular dengan diameter 01 maka berlaku persamaan dinding berikut untuk koefisien gesekan aliran sepanjang kanal pendinginan. f [ !.!!!-. = AD Selanjutnya dari Persamaan (4) diperoleh persamaan-persamaan berikut. a TH =To +-H Vo ~=l+ aH To VATo T aH ~=1+0,5n Too 0 Bila keseluruhan koefisien turun tekanan sepanjang bagian masukan dinyatakan sebagai Ki~r' dan koefisien turun tekanan karena perubahan penampang aliran menuju ke plenum alas dinyatakan sebagai Ks. maka dengan Persamaan (23) akan diperoleh persamaan memasukkan Persamaan (24) sampai (29) ke berikut untuk penurunan tekanan di dalam kanal pendinginan. oP p = O,5poVo +0,5~ VaTu ) +2{( 127 + aH -1 VoTo, +KS( +- aH VtJTtJ ) r :1 Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2, No.3 September 2000.. 117 -134 + O,5aH VoTo 111.3.2. Penurunan , Tekanan Udara di Bagian Stack Penurunan tekanan di bagian stack terjadi karena perubahan penampang aliran masuk ke stack ( K les), karena sifat permukaan bahan stack aliran keluar disesuaikan Dengan meninggalkan kondisi setempat, menganggap besarnya stack aliran laju alir massa (Ke yaitu masuk udara s ), dan karena perubahan penampang Persamaan (21) tetap A, = As I T = T, = T2 = T H ke stack adalah aliran m = AoVop" = A.,Vsp., berlaku dan dianggap mantab sehingga di sini, (steady diperoleh dengan uniform. state) maka persamaan untuk penurunan tekanan di bagian stack sebagai berikut. RTs ms 8Ps = -=-- PfSL fS+Ke+K /.' As 2 =O,5Po(~) 111.3.3. Penurunan (vo2+~Vo)(%fs+Ke+KiS) Tekanan Udara di Bagian Masukan Dalam kaitan ini, yang dimaksud penampang masukan yang berhubungan bagian masukan adalah bagian sistem mulai dari dengan udara luar sampai pada pintu masuk kanal pendinginan. Penurunan tekanan pada bagian masukan ini utamanya terjadi karena perubahan penampang aliran masuk ke sistem (K i '), gesekan (/' ) sepanjang H' dan karena perubahan penampang permukaan bahan plenum aliran masuk ke kanal bawah pendingin- an (K $, ). Dengan menerapkan Persamaan (22) pada kondisi bagian masukan akan diperoleh persamaan berikut untuk penurunan tekanan di bagian masukan. 2 8Pd = RTo :.-1 "1- 2 Ks' RTo +-:-- m RTo( m +--2po lA; )K I Ad) Suku pertama dari Persamaan (32) adalah turun tekanan menuju kanal pendinginan yang timbul akibat percepatan aliran masuk ke kana! pendinginan. Suku ke dua adalah turun tekanan 128 (t)'( K'or + Prakiraan Laju Alir Massa pede Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto di tern pat yang sarna yang tirnbul akibat perubahan penarnpang aliran pada kanal pendingin. Suku ke tiga adalah turun tekanan di bagian plenum bawah. Suku terakhir adalah turun tekanan yang diakibatkan oleh aliran rnasuk udara luar ke dalarn sistern NADHRS. Penyelesaian lebih lanjut terhadap Persarnaan (32) akan diperoleh: OPd=O,SPoVo2(1 + Ks')+ Bila digunakan koefisien Kie! yang dinyatakan efektif penurunan sebagai tekanan ., Ao K;ef= l+Ks +(~) penurunan sepanjang K 1 bagian masukan sebagai berikut. I Maka besarnya A H' (4/') + I D'e Ai Ao O,SpoVo2 tekanan -H' (~ ) K, 2 ~A.+ I sepanjang Ao bagian masukan dapat dinyatakan sebagai berikut. III. 3. 4. Total Penurunan Tekanan Udara di Dalam Sistem Total penurunan tekanan sepanjang sistem (oP) bisa diperoleh dengan menjumlahkan penurunan tekanan di bagian masukan. kanal pendinginan, dan stack sehingga persamaan berikut. oP =OPd + OPp+ OPS Is +Ke +K, =O,5p H Ki~f + Kp + De"(j H +~(js)+KeJ As (aH o,SPol-r:-, 129 + diperoleh ~ Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2, No.3 September 2000 : 117 -134 IV. PERHITUNGAN LAJU ALIR MASSA UDARA Kecepatan menyamakan aliran udara masuk ke kanal pendinginan (Va) ditentukan besarnya tenaga dorong gaya apung pada Persamaan dengan (18) dengan besarnya penurunan tekanan pada Persamaan (36) sebagai berikut. z= oP 1 + Po9 to PogL b ,', +~.. V- [ aH H Ao (- ) Kp +2+-(2fH)+ (- ] ( KiS +-(4fS')+K. O.Spo To ] ., .PjSL De As ) V~ A.S' Selanjutnya harga Vo ditentukan dengan cara iterasi di dalam komputer dengan menentukan batas ketelitian. Laju alir massa udara masuk ke kanal pendinginan (mo. kg/detik) ditentukan dengan persamaan berikut. mo = PoAoVo dimana Po dihitung dengan Persamaan (01) pada suhu To. V. PRAKIRAAN PERUBAHAN HAMBATAN UDARA AKIBAT SUMBATAN ALl RAN DAN PERU BAHAN LAJU ALIR MASSA PENAMPANG Pada bagian sebelumnya digunakan ALiRAN notasi K untuk menunjukkan koefisien turun tekanan akibat perubahan penampang aliran. Dalam pengertian yang lebih umum, parameter K ini juga dapat dipandang sebagai koefisien hambatan aliran. Dengan menggunakan Persamaan (34) telah diperkirakan besarnya perubahan hambatan bagian masukan untuk berbagai tingkat sumbatan sebagaimana perbandingan pendinginan sumbatan masukan antara ditunjukkan penampang (A/Ao). Perubahan sebesar 96,67% pada Gambar 6. Tingkat sumbatan dinyatakan masuk harga ke sistem terhadap penampang (A/Ao) dari 1,50 menjadi dari kondisi awal telah meningkatkan 0,05, harga atau masuk aliran dihitung berdasarkan metode yang diperoleh 130 kanal peningkatan efektif hambatan (~ef) dari 2,00 menjadi 1114,60. Dalam hal ini harga ~ef untuk berbagai penampang sebagai bentuk dari Referensi 9. Analisis Prakiraan Laju Alir Massa pada Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukarto terhadap Gambar 6 menunjukkan seiring dengan Persamaan meningkatnya bahwa hambatan aliran pada bagian masukan sumbatan (37) telah diperkirakan pendinginan penampang besarnya aliran. Selanjutnya, meningkat dengan bantuan laju alir massa udara (mo) masuk ke kanal sistem NADHRS dengan input listrik 3x100 Watt, pada berbagai tingkat sumbatan pada bagian masukan, dan pada tiga kondisi hambatan penampang keluaran stack (Ke), yaitu RUN-1 untuk kondisi panampang kondisi penampang kondisi penampang keluaran stack tanpa sumbatan (Ke=1,10), RUN-2 untuk keluaran stack disumbat sebagian sehingga Ke=6,20, dan RUN-3 untuk keluaran stack disumbat sebagian sehingga disajikan harga beberapa parameter lain yang digunakan Ke=15,00. Pada Tabel-1 sebagai masukan untuk prakiraan harga mo. Prakiraan harga mo diawali dengan proses iterasi untuk menghitung ketelitian 0,001. berbagai Hasil prakiraan macam harga hambatan perubahan harga mo ditunjukkan masukan Vo dengan pada Gambar (~er> dengan hambatan keluaran 7 untuk (Ke) sebagai parameter. 1200 c: ~ ~ --Series 1000 1 In co E c: 800 .! OJ ~ ~ 600 c:~ co~ ... -; 400 c: S co E '" 200 co :I: 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Tingkat 0.3 sumbatan 0.35 0.4 0.5 0.75 1.5 (A1/Ao) Gambar 6. Pengaruh Sumbatan Terhadap Hambatan Aliran pada Bagian Masukan 131 ~ I~Panas WILumiah lLJ 0.4 Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2, No.3 September 2000.. 117. 134 Tabel 1. Harga Beberapa Parameter yang Dipakai Sebagai Masukan Dalam Prakiraan Harga Laju Alir Massa Udara. No Parameter (satuan) 6T-I~~p_~~ (kW) bocorkeluarsistem(~} HL 03 I Koefisien gesekan p~~ukaan stack 04 I Koefis~~esekan permukaan kanal D~dlnginan 05 _I~fisien f~ RUN-! RUN-2 RUN-3 0.3000 10.0000 0.0040 0.3000 ] 0.0000 0.0040 0.0258 0.6500 6.2000 293.200 ].0300 0.]000 0.3000 ] 0.0000 0.0040 0.0258 0.0258 turun tekanandi D~~ masukstack 06 I Koefisien turun tekanan di Dintu KeJUarstack- 07 I SUhuud~luar (OK) ~ L 08 09 slack (buah) 11 Koefisienturun tekanandi pintu keluarkana! pendi~~an Diametersilinder sumberp~s{m) 13 I~~er dinding luar kana!pendingi~(!!!L N Kp ~ !:?J H [II 16 Harga Simbol Koefisienturuntekananefektif sepanjangbagian masukan Kief 0.6500 1.1000 293.200 1.0300 0.1000 2 1.2933 0.1600 0.2000 0.4000 0.0261 2 ] .2933 0,]600 0.2000 0.4000 0.026] 8 IV IV ~ ~ ~ 41 "C IV U) U) 'C IV "CI ~ E .. ~ ~ 'b ... ~ 'CU' -J 7 6 5 4 3 2 1 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 Tingkat sumbatan 0.35 0.5 0.75 1.5 (AlAo) Gambar 7. pengaruh Sumbatan Masukan Terhadap Laju Alir Massa Udara (Hambatan Keluaran Sebagai Parameter) 132 ]5.000 293.100 1.0300 0.1000 2 1.2933 0.1600 0.2000 0.4000 0.0261 SepertidisajikanpadaGambar6 9 .. 0.6500 Prakiraan Laju Alir Massa pada Model Fungsional Sistem Pendinginan Relung Reaktor (RCCS) MHTGR Priyanto Joyosukalto Analisis terhadap Gambar 7 menunjukkan bahwa laju alir massa udara semakin menurun seiring dengan meningkatnya sumbatan aliran pad a bagian masukan. Disamping itu, laju alir massa udara juga menurun seiring dengan meningkatnya keluaran (penampang keluaran stack). Peningkatan 96,67% kondisi awal telah meningkatkan 2,00 sampai 1114,60. Selanjutnya, sumbatan sumbatan penampang pada bagian masukan sampai besarnya harga-efektif hambatan masukan (Kied dari pada kondisi Ke=1,10 (RUN-1), Ke=6,20 (RUN-2), dan Ke=15,00 (RUN-3), perubahan harga ~ef terse but telah menurunkan besarnya laju alir massa udara berturut-turut 1,35x10-3 kg/detik, dari 8,50x10-3 kg/detik dan 6,11x10-3 kg/detik massa udara pada harga ~ef = ke 1 ,35x1 0-3 kg/detik, ke 1,35x10-3 kg/detik. 1114,60 lebih disebabkan 7,29x1 0-3 kg/detik ke Kesamaan harga laju alir karena pada sa at penghitungan harga Va digunakan batas ketelitian iterasi 0,001 dengan pertimbangan efisiensi dan tingkat ketelitian hasil iterasi. VI. KESIMPULAN Telah dilakukan pengembangan pendekatan teoritis (analitis) terhadap mekanisme konveksi alami udara di dalam sistem pendinginan yang diperkuat dengan efek stack, dengan contoh sistem berupa peralatan ekperimen NADHRS yang merupakan model fungsional dari RCCS MHTGR. memperkirakan Selanjutnya, persamaan-persamaan yang dihasilkan digunakan untuk besarnya perubahan hambatan aliran dan laju alir massa udara pada sistem tersebut pad a kondisi penampang aliran yang tersumbat (blockage). Hasil prakiraan menunjukkan bahwa sembarang penyumbatan pada penampang masukan dan, atau pada penampang keluaran akan meningkatkan hambatan aliran yang pada akhirnya akan menurunkan laju alir massa udara yang masuk ke sistem. Pad a sistem NADHRS, dengan input listrik sebesar 3 x 100 Watt, maka peningkatan sumbatan penampang masukan sampai 96,67% kondisi awal telah meningkatkan masukan (K1.f) dari 2,00 sampai 1114,60. Selanjutnya, K.=15,00 perubahan harga K;et terse but telah menurunkan berturut-turut dari kg/detik, 8,50x10-3 kg/detik dan 6,11 x1 0-3 kg/detik berkurangnya hambatan pada kondisi K.=1, 10, K.=6,20, ke 1 ,35x1 0-3 kg/detik, dan besarnya laju alir massa udara 7,29x1 0-3 kg/detik ke 1 ,35x1 0-3 ke 1 ,35x1 0-3 kg/detik Dengan demikian kemungkinan terhadap besarnya harga-efektif meningkatnya hambatan aliran serta potensi risikonya pasokan massa udara merupakan secara serius ke dalam desain sistem pendinginan hal yang dengan konveksi harus diperhitungkan udara secara ala mi. Pendekatan teoritis dalam studi ini, khususnya Persamaan (34) dan (37) dapat menjadi acuan untuk maksud terse but sekaligus melengkapi literatur dalam bidang ini yang nampaknya masih langka. 133 5. 8. Jumal PengembanganEnergi Nuklir Vol. 2, No.3 September 2000: 117 -134 DAFTAR PUSTAKA DILLING, D.A., et. al., Passive Decay and Residual Heat Removal Sponsored by the US DOE, under contract No. DE-AC03-89SF1788, 2. SHENOY, A., Modular Helium Reactor for non-electric Application, in MHTGR, Washington, Work 1990. IAEA-Advisory Group Meeting, Jakarta, 1995. 3. HILLS, R.P., Air Natural Circulation Decay Heat Removal for Small Gas-cooled Study Sponsored GCRA/BEC/81-202, by the US DOE and Gas-cooled Reactor Associates, Reactor, under contract no. Washington, 1990. 4. GENERAL ATOMIC TECHNOLOGY, Seminar on Modular High Temperature Gas-cooled Reactor, Tokyo, October 30,1992. JOYOSUKARTO, P., Fenomena Aliran Terbalik Pad a Sistem Pendinginan Udara Secara Konveksi Alami, Seminar Keenam Teknologi dan Keselamatan PL TN serta Fasilitas Nuklir, Jakarta, 10-11 Oktober 2000. 6. JOYOSUKARTO, P., Investigasi Eksperimental Terhadap Fenomena Aliran Terbalik Pada Sistem Pendinginan Udara Secara Konveksi Alami, Seminar Reaktor Temperatur Tinggi Ke V, Yogyakarta, 22 Nopember 2000. 7. FU, G. et. al., Heat Transfer and Friction Factor Behaviour in the Mixed Convection Regime for Air Up-flow in a Heated Vertical Pipe, AIChE Heat Transfer Confrence, Minneapolis, MN, Symp. Series 382, Vol. 87, pp. 326-335, 1993. MELESE, G. and KATS, R., Thermal and Flow Design of Helium-Cooled Reactor, ANS, Illinois, 1984. 9. IDELCHICK, I.E., Handbook of Hydraulic Resistance, Hemisphere Publishing Co., New York, 1986. 134 Kembali ke Jurnal