Marie Hannastry. F14052500. Pola Penyebaran Air Rembesan Di Dalam Tubuh Model Tanggul Berbahan Tanah Gleisol. Di bawah bimbingan: Nora H. Pandjaitan dan Erizal. RINGKASAN Tanggul merupakan salah satu bentuk dari bendungan urugan homogen. Dikatakan demikian, karena tanggul mempunyai bahan pembuat dan bentuk yang hampir sama dengan bendungan. Hampir semua tanggul dibuat dengan bahan tanah yang hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butiran tanahnya) hampir seragam. Pembuatan tanggul merupakan salah satu usaha dalam konservasi tanah dan air. Tanggul dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari banjir yang disebabkan oleh sungai atau laut. Tanggul yang dibangun diharapkan tetap kuat dan kokoh terhadap gaya - gaya yang ditimbulkan akibat tergenangnya air di dalam waduk sesuai umur ekonomis tanggul. Salah satu masalah yang sering terjadi pada bendungan urugan, termasuk tanggul adalah adanya rembesan pada tubuh bendungan tersebut. Rembesan ini mempunyai pengaruh yang dapat merusak stabilitas bangunan karena terangkutnya bahan – bahan halus sehingga dapat menyebabkan terjadinya piping. Jika hal ini sudah terjadi, maka terbentuklah lajur rembesan (jaringan aliran) antara bagian hulu dan hilir bangunan. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menganalisis pola penyebaran rembesan (seepage) dan panjang zona basah di dalam tubuh tanggul melalui pengamatan di laboratorium dengan menggunakan model tanggul. Pola penyebaran rembesan dianalisis dengan metode grafis dan program Geoslope (Seep/W), kemudian hasilnya diperbandingkan. Model tanggul yang dibuat direncanakan untuk mengkontrol kedalaman air kurang dari 1.5 m dengan lebar atas minimum tanggul 1.5 m. Tanggul yang direncanakan merupakan model dengan skala 1 : 12. Pemadatan tanah dilakukan dengan uji pemadatan standar (proctor test). Dari hasil uji pemadatan tersebut diperoleh kadar air optimum sebesar 35.92% dan rata-rata berat isi kering maksimum ( dmax) sebesar 1.20 g/cm3. Nilai kadar air optimum tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan uji pemadatan pada kotak (uji tumbuk manual) yang selanjutnya menjadi nilai perbandingan untuk melakukan pemadatan tanah pada model tanggul. Pada uji tumbuk manual didapatkan RC (Ratio Compaction) sebesar 90.60% dengan jumlah tumbukan per lapisan sebanyak 160 tumbukan dan tinggi jatuhan sebesar 30 cm. Pada penelitian ini juga didapatkan rata-rata nilai permeabilitas lapangan sebesar 1.94 cm/jam, sedangkan rata-rata hasil uji permeabilitas pada tanggul setelah dijenuhkan adalah sebesar 0.13 cm/jam. Dari pengamatan secara langsung diperoleh panjang zona basah rata-rata 22.11 cm, sedangkan dengan metode grafis diperoleh 12.22 cm, dan dengan program Geoslope sebesar 18.44 cm. Waktu rata-rata aliran air sampai keluar di outlet adalah 119 menit. Debit yang masuk melalui inlet sebesar 87.5 ml/det dan debit yang keluar di outlet 0.458 ml/det. Ketiga metode yang digunakan menghasilkan nilai panjang zona basah yang berbeda-beda. Namun, metode pengamatan langsung dan program geo-slope menghasilkan nilai yang berdekatan, sedangkan metode grafis menghasilkan nilai yang jauh berbeda. Hal ini disebabkan metode grafis tidak memperhitungkan sifat fisik dan mekanik tanah. Dengan metode grafis setiap model tanggul (dengan berbagai jenis tanah) yang sama dimensinya akan menghasilkan panjang zona basah yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, penyebaran air rembesan berdasarkan rumus empiris menghasilkan panjang zona basah yang lebih kecil dibandingkan dengan metode pengamatan langsung dan program Seep/W. Garis – garis ekuipotensial terbentuk pada daerah hulu tanggul dan tegak lurus dengan garis aliran. Garis freatik yang merupakan batas antara tanah jenuh dan tidak jenuh merupakan muka air rembesan pada tubuh tanggul. Setiap lapisan tanah yang berada di bawah garis freatik akan jenuh oleh air yang merembes. Air yang merembes membentuk garis aliran mulai dari lereng hulu tanggul dimana air mulai masuk dan merembes sampai pada hilir model tanggul. Garis freatik merupakan garis yang pertama kali menyentuh lereng hilir tanggul dan membentuk zona basah. Kata kunci : model tanggul, pemadatan, pola penyebaran air rembesan, panjang zona basah, geo- slope. ii