komunikasi antara orang tua dengan anak dan pengaruhnya

advertisement
KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN
ANAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERILAKU ANAK
(Studi Kasus Di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)
Oleh:
Hilmi Mufidah
103011026811
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul: “Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak dan
Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar
2 Pejaten Jakarta Selatan)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 14 Januari 2008 dihadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam
bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 14 Januari 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Tanggal
Tanda
------------
----------------
Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag
NIP: 150299477
------------
----------------
Penguji I
Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag
NIP: 150299477
------------
----------------
Penguji II
Drs. A. Basuni, M.Ag
NIP: 150186404
------------
----------------
Tangan
Drs. H. A.F. Wibisono, M.A
NIP: 150236009
Mengetahui:
Dekan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A
NIP: 150231365
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK
(Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)
“Skripsi”
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat-syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Disusun Oleh:
HILMI MUFIDAH
NIM: 103011026811
Dibawah Bimbingan
Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA
NIP: 150236009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
: Hilmi mufidah
Tempat/Tgl.Lahir
: Jakarta, 25 Februari 1985
NIM
: 103011026811
Jurusan/ Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: “Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak Dan
Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus
di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)”
Pembimbing
: Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar S1 (Strata 1) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penyusunan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya bukan hasil karya saya
pribadi atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 November 2007
Penulis
Hilmi Mufidah
ABSTRAK
Hilmi Mufidah
103011026811
”Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak Dan Pengaruhnya
Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan)”.
Kebutuhan komunikasi pada setiap individu merupakan kebutuhan yang
sangat vital dalam kehidupannya. Betapa tidak, untuk berhubungan dengan
orang lain saja dibutuhkan komunikasi yang baik. Dalam hal ini, khususnya
komunikasi antara orang tua dengan anak dapat dipandang sebagai suatu usaha
untuk mengetahui, memantau serta mengarahkan perkembangan pada diri anak,
karena sedewasa apapun anak masih benar-benar membutuhkan seseorang yang
dianggapnya lebih dewasa sehingga dapat mengayominya dengan baik. Dengan
menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien antara orang tua-anak ataupun
sebaliknya diharapkan anak dapat berkembang dengan baik secara fisik maupun
psikis. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
komunikasi antara orang tua-anak terhadap perilaku anak.
Dalam penelitian ini metode yang penulis gunakan adalah metode Deskriptif
Analisis. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasional yaitu untuk mencari pengaruh antara kedua variabel. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling,
dimana dalam pengambilan sampel ini penulis mengambil 40 orang siswa-siswi
dari kelas VIII A dan Kelas VIII C, yang dari setiap kelasnya penulis ambil
masing-masing 20 orang. Instrument yang diberikan kepada responden berupa
Quesioner (angket) untuk variabel komunikasi antara orang tua-anak dan
perilaku anak. Dalam mengelola angket ini, penulis menggunakan rumus
prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Selain itu, penulis
memperoleh data penunjang lainnya melalui wawancara kepada guru BK.
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus
Korelasi Product Moment.
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka sampailah kepada
penarikan kesimpulan bahwasanya “terdapat korelasi positif antara komunikasi
orang tua terhadap perilaku siswa kelas VIII A dan C di SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya hasil
perhitungan yang didapat dengan nilai rxy = 0,59 yang terletak pada kategori
diantara 0,40-0,70 yang berarti korelasinya cukup. Dan ini ditunjukkan pada
taraf signifikansi 1% rxy atau ro adalah lebih besar dari pada r tabel
(0,59>0,325), maka pada taraf ini hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa
nol (Ho) ditolak, ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 1% dan 5% terdapat
korelasi positif antara variabel X dan Y.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga
hanya untuk Mu Ya Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini, dengan judul: “Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak dan
Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus di SMP Islam AlAzhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)”
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda kita
Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya serta
pengikutnya sampai hari kiamat nanti.
Berkenaan dengan ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan
penulisan skripsi masih jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan serta
dukungan dari pihak lain, maka tak lupa dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan beribu-ribu untaian kata terima kasih kepada semua pihak yang
selalu memberi dukungan baik moril maupun materil, yaitu:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Abdul Fattah Wibisono MA sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah bersedia memberikan dan meluangkan segenap waktu,
pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta
motivasinya kepada penulis dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
4. Segenap Dosen, staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan
pengetahuannya selama penulis menjalankan perkuliahan.
5. Seluruh staf perpustakaan UIN dan perpustakaan FITK yang telah
menyedikan bermacam buku bacaan sehingga mempermudah penulis dalam
mencari referensi.
6. Bapak Drs. H. Rakimi Ahsan, MA, kepala sekolah SMP Islam Al-Azhar
Pejaten Jakarta Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di lembaga tersebut.
7. Seluruh dewan guru dan karyawan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan khususnya staf TU dan guru BP (ibu Siti Masyitoh S.Pd), yang telah
banyak membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Ayahanda (H. Marwih HD) dan ibunda (Hj. Yohana) tercinta yang telah
bersusah payah mengasuh, mendidik serta membiayai hingga penulis dapat
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
9. Kakakku Nurfadillah, Nanang Kurniawan dan adikku Fitria Sholihah
tersayang serta Kakak iparku Kasyadi yang dengan sabar dan ikhlas telah
memotivasi, membantu serta mendukung keberhasilan belajar penulis.
Keponakanku Fahmi dan Najwa Terima kasih atas canda tawanya.
10. Sayangku, Junaedi yang selalu memberikan nasehat, bantuan serta motivasi
kepada penulis, terima kasih atas segalanya.
11. Sahabat karibku, Ela, Thea, Lily, Uum, Nafis, serta adik kelasku Evi yang
selalu menjadi penyemangat. Terima kasih sahabatku.
12. Kawan-kawan senasib dan seperjuangan terutama kelas E angkatan 2003,
yang telah banyak memberikan pengalaman berharga kepada penulis tentang
indahnya arti sebuah kebersamaan serta persaudaraan.
Hanya harapan dan doa yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT
memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa
dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirul kalam, besar
harapan penulis agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi,
para pendidik serta para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 22 November 2007
Penulis
Hilmi Mufidah
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………….....
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………
v
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………..
1
A. Latar Belakang masalah ………………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………
5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………….
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………...
6
E. Sistematika Penulisan ………………………………………….
7
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS ……………………………………………………
9
A. Kajian Teori …………………………………………………..
9
1. Konsep komunikasi antara orang tua dengan anak ………
9
a. Pengertian Komunikasi Orang Tua dengan Anak …...
9
b. Fungsi Komunikasi …………………………………..
11
c. Syarat-syarat Komunikasi Yang Efektif Antara
Orang Tua dengan Anak ……………………………..
12
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Antara Orang Tua dengan Anak ……………………..
17
2. Konsep Perilaku Anak …………………………………...
19
a. Pengertian Perilaku Anak ……………………………
19
b. Perkembangan perilaku ……………………………...
21
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Anak ….
23
B. Kerangka Berfikir ……………………………………………
27
C. Hipotesis ……………………………………………………..
28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………….
30
A. Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………
30
B. Metode Penelitian …………………………………………….
30
C. Populasi dan Sampel ………………………………………….
30
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………
31
E. Variabel Penelitian ……………………………………………
32
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………………………..
36
BAB IV. HASIL PENELITIAN ………………………………………..
39
A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan ………………………………………………………...
39
1. Sejarah Singkat Berdirinya …………………………………
39
2. Visi dan Misi ……………………………………………….
40
3. Struktur Organisasi …………………………………………
41
4. keadaan Guru dan Karyawan ………………………………
42
5. keadaan Sarana dan Prasarana ……………………………..
44
B. Pengolahan Data ………………………………………………
45
C. Analisis dan Interpretasi Data …………………………...........
62
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………
67
A. Kesimpulan ……………………………………………………
67
B. Saran …………………………………………………………..
67
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
69
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matrik Variabel dan Kisi-kisi Pertanyaan Angket …………..
32
Tabel 2. Skor Pernyataan Dari Setiap Pertanyaan …………………….
36
Tabel 3. Daftar Kepemimpinan Di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan Tahun 1990-sekarang ……………………….
39
Tabel 4. Struktur Organisasi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan ……………………………………………………….
41
Tabel 5. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan ……………………………………………….
42
Tabel 6. Keadaan Siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan tahun 2006-2007 …………………………………….
43
Tabel 7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan ……………………………………………….
44
Tabel 8. Mengajak Anak Untuk Berkomunikasi ……………………..
46
Tabel 9. Menyediakan Waktu Khusus Untuk Berlibur Bersama
Keluarga ……………………………………………………..
46
Tabel 10. Menyediakan Waktu Untuk Santai Bersama anak
dan Keluarga …………………………………………………
47
Tabel 11. Menyediakan Waktu Untuk Makan Bersama anak
dan Keluarga …………………………………………………
47
Tabel 12. Memberikan Pujian, Belaian, Ciuman atau Bentuk Kasih
Sayang Lainnya Kepada Anak ………………………………
47
Tabel 13. Berusaha Menciptakan Kehangatan dan Kenyamanan Kepada
Anak dan Keluarga di Rumah …………………………….....
48
Tabel 14. Selalu Menjadi Teladan/Contoh Yang Baik Bagi
Anak-anaknya di Rumah ……………………………………..
48
Tabel 15. Menanyakan Segala Permasalahan Yang Sedang Dihadapi
Anak ......................................................................................
49
Tabel 16. Merespon/Menanggapi Dengan Baik Jika Anak Sedang
Menceritakan Permasalahannya …………………………….
49
Tabel 17. Membicarakan Masalah Yang Sedang Terjadi Dalam
Keluarga Kepada Anak …………………………………….
49
Tabel 18. Memberi Teguran/Nasehat Ketika Anak Berkata kurang baik
Terhadap Siapa Saja ………………………………………..
50
Tabel 19. Selalu Mencari Kesepahaman Apabila Terjadi Perbedaan
Pendapat Dengan Anak …………………………………….
50
Tabel 20. Berusaha Menjadi Teman Curhat Yang Menyenangkan
Bagi Anak ……………………………………………………
51
Tabel 22. Memberikan Contoh/Teladan Yang Baik Kepada Anak
Dalam Berperilaku …………………………………………...
51
Tabel 22. Terus Memperhatikan dan Memberi Arahan pada
Perubahan-perubahan Yang Terjadi pada Perilaku Anak …..
51
Tabel 23. Menanamkan Nilai-nilai Budi Pekerti Yang Baik
Kepada Anak di Rumah …………………………………….
52
Tabel 24. Menegur/Menasehati ketika Anak Bermalas-malasan
Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu …………………...
52
Tabel 25. Memberikan Penghargaan (Pujian, Ucapan Selamat, Motivasi)
Jika Anak Saya Selalu Berperilaku Baik Terhadap
Siapa Saja …………………………………………………...
53
Tabel 26. Membiarkan Ketika Melihat Anak-anak Bertengkar Dengan
Saudara Kandungnya di Rumah …………………………….
53
Tabel 27. Mementingkan/Sibuk Dengan Pekerjaan Sendiri Di Luar Rumah
Dari Pada Mengurus Anak dan Keluarga …………………….
53
Tabel 28. Selalu Melaksanakan Shalat Wajib Di Awal Waktu …………
54
Tabel 29. Merasa Terpaksa Dalam Melaksanakan Ibadah Shalat ………
54
Tabel 30. Bergegas Berangkat Ke Masjid ketika Adzan
Berkumandang ………………………………………………
55
Tabel 31. Berusaha Bersabar dan Ikhlas Ketika Diberikan Cobaan/Ujian
Dari Allah …………………………………………………….
55
Tabel 32. Membaca “Bismillah”/Doa Ketika Hendak Melakukan
Hal Kebaikan ………………………………………………..
55
Tabel 33. Berdoa dan Berzikir Setelah Melaksanakan Ibadah Shalat …..
56
Tabel 34. Melaksanakan Dengan Senang Hati Ketika Bapak/Ibu
Memerintah Saya ……………………………………………
56
Tabel 35. Meminta Izin dan Mencium Tangan Kedua Orang Tua Ketika
Hendak Berpergian …………………………………………...
57
Tabel36. Berkata Kurang Baik Kepada Bapak/Ibu Ketika
Sedang Kesal ………………………………………………..
57
Tabel 37. Merasa Kesal Apabila Bapak/Ibu Sibuk Dengan Pekerjaannya
Sendiri Hingga Berkurang Perhatiannya ……………………..
57
Tabel 38. Menerima Dengan Ikhlas Ketika Orang Tua Sedang
Memberikan Nasehat …………………………………………
58
Tabel 39. Ketika Berpapasan/Bertemu Dengan Guru, Saya Memberi
Salam Kepadanya …………………………………………….
58
Tabel 40. Tepat Pada Waktunya Datang Ke Sekolah …………………...
59
Tabel 41. Tertidur Atau Bercanda Ketika Guru Sedang Menerangkan
Pelajaran di Dalam Kelas …………………………………...
59
Tabel 42. Merespon Dengan Baik ketika Guru Memberi Teguran …….
60
Tabel 43. Mendapat Teguran dari Guru BP Ketika Melakukan
Kesalahan …………………………………………………...
60
Tabel 44. Menolong Teman Yang Sedang Tertimpa Musibah …………
60
Tabel 45. Selalu Meminta Maaf Kepada Teman Ketika Melakukan
Kesalahan …………………………………………………...
61
Tabel 46. Menegur Teman Yang Berperilaku Kurang Baik ……………
61
Tabel 47. Mengajak Teman Untuk Shalat Berjama’ah Bersama Guru
Di Sekolah ………………………………………………….
62
Tabel 48. Perhitungan Untuk Mengukur Indeks Korelasi Antara Variabel
X dan Y……………………………………………………..
62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak,
karena disanalah anak mulai mengenal segala sesuatunya hingga mereka
menjadi tahu dan mengerti. Di mana semua ini tidak akan terlepas dari tanggung
jawab keluarga terutama orang tua yang memegang peran yang sangat penting
bagi kehidupan anaknya, oleh karena itu orang tua bertanggung jawab atas
proses pembentukan perilaku anak, sehingga diharapkan selalu memberikan
arahan, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anak melalui
interaksi antara orang tua dengan anak dalam lingkungan keluarga.
Tetapi, dewasa ini peranan keluarga (orang tua) sebagai pendidik yang
pertama bagi anak-anaknya nampak semakin terabaikan di masyarakat kita.
Dengan alas an berbagai kesibukan orang tua baik karena desakan kebutuhan
ekonomi, profesi ataupun hobi yang sering menjadi penyebab kurang adanya
kedekatan antara orang tua dengan anak-anaknya. Kondisi demikianlah
yangapabila tidak disadari lama-kelamaan akan menjadi penghalang terhadap
kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya, yang berarti
terganggulah hubungan saling pengaruhi antara keduanya. Sementara kita semua
mengetahui bahwa hubungan yang harmonis antara keduanya di dalam keluarga
akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan anak baik secara fisik
maupun psikis.
Bahkan sedikitnya peran komunikasi keluarga pun semakin berkurang dan
tidak mempunyai arti yang begitu penting, karena sebagian orang tua cenderung
mengalihkan tanggung jawabnya kepada pembantu, sehingga paling tidak
sedikitnya perhatian menjadi berkurang terhadap anak-anaknya karena berbagai
macam kesibukan orang tua yang banyak menyita waktu seperti pekerjaan di
kantor, kegiatan-kegiatan sosial hingga pekerjaannya di rumah. Dan pada
akhirnya tanpa disadari akan berdampak pada hubungan orang tua dengan anak
menjadi sedikit merenggang, sehingga untuk berkomunikasi saja antara
keduanya hanya terjadi beberapa jam saja.
Dalam hal ini, Satu yang perlu diingat oleh para orang tua, bahwa masalah
komunikasi adalah masalah kebiasaan, artinya komunikasi harus dipelihara terus
sejak anak-anak masih berada dalam kandungan ibunya sampai mereka dewasa.
Biasanya orang tua menjadi lengah akan komunikasi dengan anak-anaknya,
justru pada saat anak-anak itu meningkat dewasa, karena pada saat itu orang tua
tengah menanjak karirnya dan perhatian orang tua banyak disita oleh kesibukan
pekerjaan maupun kegiatan-kegiatan sosialnya dan adapula orang tua yang
mempercayakan sepenuhnya karena mereka akan dewasa dengan sendirinya.
Proses menurunnya komunikasi dengan anak-anak biasanya tidak disadari orang
tua, namun sangat dirasakan oleh anak-anak. Dan pada waktu orang tua
menyadari kekurangan ini, keadaan sudah terlanjur parah untuk diselamatkan.
Komunikasi orang tua mesti selalu waspada dan mencoba untuk tidak
melupakan komunikasinya dengan anak-anak, bagaimanapun sibuknya mereka.1
Sebagaimana menurut pendapat Thomas Gordon dalam bukunya “Parent
Effectiveness Training” yang dikutip oleh Alex Sobur, bahwa bila seseorang
mau mendengar pendapat orang lain, maka pendapatnya akan lebih mudah
didengar atau dengan kata lain anak- anak akan lebih tebuka untuk menerima
pendapat orang tua, bila orang tua sendiri mau mendengar pendapatnya terlebih
dahulu.2
Komunikasi yang lancar dan sehat dalam sebuah keluarga merupakan
harapan setiap anggota keluarga, sebab individu dengan individu yang lain di
dalamnya terdapat keterikatan, saling berhubungan dan saling memerlukan.
Oleh karena itu, adanya komunikasi yang lancar dan harmonis dalam keluarga
sangat didambakan oleh setiap anggota keluarga agar terus berlangsung dengan
baik dan intensif. Dan dengan adanya komunikasi yang baik dalam sebuah
keluarga tidak dapat terlepas dari peran kedua orang tua, karena keduanya
mempunyai kewajiban untuk memberikan bimbingan, pendidikan dan contoh
1
Alex Sobur, Anak Masa …, h. 228
Alex Sobur, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), cet. 2,
h. 59
2
yang baik berupa suri tauladan kepada anak-anaknya agar mereka hidup selamat
dan sejahtera.
Firman Allah SWT:

⌧
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6)3
Maksud ayat di atas yaitu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang
yang beriman untuk selalu menjaga dirinya sendiri dan keluarganya dari
perbuatan yang akan dapat menjerumuskannya ke dalam api neraka atau dengan
kata lain orang tua dalam keluarga harus selalu mampu menjaga, membimbing,
mendidik, menjadi teladan yang baik kepada anak agar tidak berperilaku yang
tidak baik atau melakukan suatu hal yang dapat menjerumuskan dirinya pada
kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat, yang kesemuanya itu dibutuhkan
komunikasi (interaksi) yang baik dengan memberikan bimbingan, arahan,
pengawasan serta teladan yang baik kepada mereka.
Menurut pendapat Imam Al-Ghazali Sebagaimana dikutip oleh M. Arifin
dalam bukunya Hubungan Timbal Balik di Lingkungan Sekolah dan Masyarkat,
bahwa:
“Melatih anak adalah suatu hal yang sangat penting sekali, karena anak
sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara
cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia dapat atau
mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada
segala yang dicondongkan padanya. Maka bila ia dibiasakan ke arah
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 951
kebaikan dan diajar kebaikan jadilah ia baik dan berbahagia dunia
akhirat, sebaliknya jika dibiasakan jelek atau dibiarkan dalam kejelekan,
maka celaka dan rusaklah ia”.4
Dengan demikian, jelaslah dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam
pembentukan perilaku anak, baru akan terlihat berhasil bilamana tidak terjadi
jurang pemisah antara orang tua dengan anak, di mana orang tua harus mampu
menjembatani agar komunikasi (interaksi) tetap berjalan dan tercipta dengan
baik dan harmonis dalam keluarga.
Pada hakikatnya dengan adanya komunikasi yang terbuka atau sejajar
tentunya anak akan merasa dirinya dihargai, dicinta, diperhatikan oleh orang
tuanya dan sebagai orang tua, mereka akan tahu bagaimana cara memahami,
mengenali dan membina perilaku anak dengan sebaik-baiknya sehingga mereka
nantinya akan menjadi generasi yang dapat menentukan maju dan mundurnya
akhlak suatu bangsa serta akan timbul adanya sikap saling pengertian antara
keduanya, tentu saja dengan menerima dan mengakrabi sekaligus mengayomi
mereka dengan komunikasi yaitu mengarahkan perkembangan perilaku anak
menjadi positif tentunya yang sesuai dengan tuntutan ajaran islam, baik di
rumah maupun di sekolah. Dan akan sangat terlihat berbeda sekali dengan
adanya komunikasi yang tertutup atau tidak sejajar dalam sebuah keluarga
karena hanya akan membuat anak menjadi tertutup, takut, tidak dihargai, kurang
mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya dan komunikasi pun tidak akan
menjadi proses belajar yang positif bagi keduanya.
Dengan menciptakan komunikasi yang efektif dimana komunikasi tersebut
akan menjanjikan komunikasi antara orang tua dengan anak yang memiliki
kontribusi luar biasa bagi peluang perkembangan perilaku yang positif. Jelasnya,
tujuan dari komunikasi antara orang tua dengan anak yang baik ialah
menciptakan iklim persahabatan yang hangat, sehingga anak merasa nyaman
bersama orang tua.
4
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet. 4, h. 80
Namun dalam hal ini banyak orang tua yang merasa kesulitan dalam
memahami perilaku anak-anaknya yang sering kali terlihat tidak logis dan tidak
sesuai dengan akal sehat, maka untuk memahami anak, membina kehidupan
jasmaniah, kecerdasan, perkembangan sosial dan emosionalnya, orang tua
dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang perilaku mereka, dengan
memandang anak sebagai makhluk sosial dengan segala sesuatu yang mereka
lakukan hanya bertujuan untuk mendapatkan tempat dalam kelompok-kelompok
yang penting dalam hidup mereka yaitu keluarga yang asli.5 Karena disinilah
dasar perilaku anak terbentuk. Dan fakta pun menunjukkan bahwa karena
kesibukan atau banyaknya masalah yang dihadapi orang tua, sehingga perhatian
terhadap anaknya menjadi berkurang dan menyebabkan komunikasi orang tua
dan anak menjadi sedikit terhambat pula. Agar komunikasi senantiasa bebas dan
terbuka, maka pandangan orang tua terhadap anak harus pula bertambah sesuai
dengan perkembangan anak.6
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan
membahasnya yang dituangkan dalam skripsi dengan judul:
“KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK
( Studi Kasus di SMP Islam AL-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, juga pertimbangan efektifitas dan efisiensi
maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan
manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
b. Orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan dan
perkembangan tingkah laku, watak, moral serta kematangan anak.
5
Maurice Balson, Bagaimana Menjadi Orang Tua Yang Baik, (Jakarta: Bumi Askara, 1996),
cet. 2, h. 13-14
6
Alex Sobur, Pembinaan Anak …, cet. 2, h. 57
c. Mengingat pentingnya komunikasi yang efektif dan efisien antara orang
tua dengan anak.
d. Anak adalah generasi muda yang merupakan harapan bangsa dan harus
dipersiapkan dirinya dengan bekal ilmu pengetahuan dan budi pekerti
yang luhur.
e. Kurangnya waktu yang disediakan oleh orang tua untuk menjalin
komunikasi yang efektif dan efisien kepada anak.
f. Perilaku siswa-siswa SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
dalam kehidupan sehari-hari belum maksimal.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya masalah komunikasi antara orang tua dengan anak
dan mengenai perilaku anak serta keterbatasan peneliti untuk membahas secara
lengkap, maka penulis membatasi permasalahan ini pada:
a. Komunikasi yang penulis maksudkan adalah komunikasi yang bersifat
antarpribadi yaitu komunikasi antara orang tua dengan anak yang
dilakukan secara kontinyu (terus-menerus) dalam lingkungan keluarga.
b. Perilaku yang dimaksud adalah gerak-gerik atau tindakan anak pada usia
remaja terhadap Sang Kholiq dan terhadap sesama manusia (guru, orang
tua dan teman).
c. Adapun anak yang dimaksud Siswa-siswi Kelas VIII A dan C SMP
Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan tahun pelajaran 2006-2007,
remaja yang berusia 13-15 tahun.
3. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana komunikasi antara orang tua dengan anak di SMP Islam AlAzhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?
b. Bagaimana perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam AlAzhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dalam kehidupan sehari-hari baik
terhadap Sang Khalik maupun terhadap sesama manusia ?
c. Apakah terdapat pengaruh komunikasi antara orang tua dengan anak
terhadap perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan gambaran mengenai komunikasi antara orang tua
dengan anak dalam keluarga di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan.
b. Untuk memperoleh informasi tentang perilaku siswa-siswi kelas VIII A
dan C di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi antara orang tua
dengan anak terhadap perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP
Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi orang
tua tentang pentingnya komunikasi antara orang tua dengan anak dan
pengaruhnya terhadap perilaku anak dan sebagai kontribusi atau sumbangan
yang berarti bagi penulis, pendidik dan pengelola lembaga pendidikan dalam
mengetahui komunikasi antara orang tua dengan anak dalam sebuah keluarga.
D. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, peneliti membagi dalam lima bab yang terdiri
dari:
Bab I
: PENDAHULUAN, Meliputi; Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan Manfaat
Penelitian, Sistematika Penulisan.
Bab II
: KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS yang terdiri dari dua bagian, yang meliputi; Pertama,
Pengertian Komunikasi Antara Orang tua dengan Anak, Fungsi
Komunikasi, Syarat-syarat komunikasi yang Efektif Antara Orang
Tua dengan Anak, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Antara Orang Tua dengan Anak. Kedua, Pengertian Perilaku Anak,
Perkembangan Perilaku, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Anak.
Bab III : METODOLOGI PENELITIAN yang meliputi; Waktu dan Lokasi
Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik
Pengumpulan Data, Variabel Penelitian, Teknik Pengolahan dan
Analisis Data.
Bab IV : HASIL PENELITIAN yang terdiri dari tiga bagian: pertama,
Gambaran Umum Lokasi Penelitian; Sejarah Singkat Berdirinya,
Visi Misi, Struktur Organisasi, Keadaan Guru dan Karyawan,
Keadaan Sarana dan Prasarana. Kedua, Pengolahan data, Ketiga,
Analisis data dan Interpretasi data.
Bab V
: PENUTUP yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran serta lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Konsep Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak
a. Pengertian Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak
Secara etimologi “kata komunikasi atau communication dalam bahasa
Inggris yang berasal dari kata latin communis yang berarti sama,
communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama
(to make common)”7
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, komunikasi adalah “hubungan”
atau “perhubungan”.8 Sedangkan menurut Pius A. Partanto dan M. Dahlan
Al-Barry, komunikasi diartikan perhubungan, pengakraban, hubungan
timbal balik antar sesame manusia.9 Jadi komunikasi adalah suatu
hubungan timbal balik antar sesama dan terjadi apabila terdapat kesamaan
makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
diterima oleh komunikan.
Secara terminologi “komunikasi” mempunyai berbagai arti yang
bervariasi tergantung dari sudut mana istilah itu akan dijabarkan. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi adalah “Pengiriman dan
Penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat di pahami.10
Dalam kamus komunikasi diberikan pengertian bahwa komunikasi
adalah “Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna
7
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2001), Cet. 3, h. 41
8
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
Cet. 2, h. 18
9
Pius A. Partanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 587
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), Cet. 1, h. 454
sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan,
himbauan, harapan dan tatap muka maupun tak langsung melalui media,
dengan tujuan mengubah sikap dan perilaku”.11 Disamping itu, komunikasi
juga dapat diartikan sebagai proses pemindahan informasi (verbal/non
verbal) dari satu pihak kepada pihak lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan tersebut dapat berupa perhatian, pengertian, penerimaan ataupun
perilaku/tindakan.12
Sven Wahlroos, mengatakan komunikasi sebagai “semua perilaku
membawa pesan yang diterima oleh orang lain. Perilaku itu bisa verbal
atau non verbal.”13 Jadi menurutnya jika pesan yang diterima oleh orang
lain, baik disengaja ataupun tidak maka sebenarnya juga telah terjadi
komunikasi, tanpa adanya pesan yang diterima maka komunikasi tidak
akan terjadi.
Adapun definisi komunikasi menurut pendapat lain yaitu suatu
tingkahlaku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan
lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan
penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang
lain. Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi,
mengenai pikiran dan perasaan-perasaan.14
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka komunikasi
antara orang tua dengan anak yang dimaksud yaitu suatu interaksi yang
dilakukan oleh orang tua dengan anak dalam keluarga untuk memberikan
kehangatan,
kenyamanan,
perhatian,
kasih
sayang,
bimbingan,
memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak dengan menanamkan
nilai-nilai budi pekerti yang baik, yang semua itu bertujuan agar
11
60
12
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), Cet. 1, h.
Irwanto, penyunting Danny I Yatim, Kepribadian, Keluarga dan Narkoba (Tinjauan
Sosial dan Psikologis), (Jakarta: Penerbit Arcan, 1991), Cet. 3, h. 79
13
Sven Wahlroos, Komunikasi Keluarga, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), Cet. 2, h. 3-4
14
James G. Robbins, dkk., Komunikasi Yang Efektif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1986), Cet. 3, h. 1
terbentuknya perilaku yang baik pada anak baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuantujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan lapangan kerja sudah
tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hafied Cangara mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Ilmu Komunikasi, bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu
memahami terlebih dahulu tipe komunikasi, sebab hal itu dapat
membedakan fungsi masing-masing diantaranya yaitu:
1. Tipe komunikasi dengan diri sendiri yang berfungsi untuk
mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan
mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berfikir
sebelum mengambil keputusan.
2. Tipe komunikasi antar pribadi yang berfungsi untuk berusaha
meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari
dan
mengatasi
konflik-konflik
pribadi,
mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan
pengalaman dengan orang lain.
3. Tipe komunikasi public yang berfungsi untuk menumbuhkan
semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang
lain,memberi informasi, mendidik dan menghibur.
4. Tipe komunikasi massa yang berfungsi untuk menyebarluaskan
informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan
ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup
seseorang.15
Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya antara
orang tua dengan anak memiliki kontribusi yang luar biasa bagi keduanya,
karena dengan adanya komunikasi yang efektif dan efisien dan
dilaksanakan
secara
terus-menerus
dapat
menciptakan
keakraban,
keterbukaan, perhatian yang lebih antara keduanya serta orang tua pun
lebih dapat mengetahui perkembangan pada anak baik fisik maupun
15
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu…, h. 55-57
psikisnya. Sebagaimana yang telah dikemukan oleh Hasan Basri,
bahwasanya komunikasi berfungsi sebagai:
1. Sarana untuk mengungkapkan kasih sayang.
2. Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat
yang disampaikan.
3. Sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam
keluarga.
4. Menjadi barometer bagi baik buruknya kegiatan komunikasi dalam
sebuah keluarga.16
Bahkan Onong Uchjana Effendy pun berpendapat bahwa komunikasi
berfungsi untuk: (1) Menginformasikan/to inform, (2) Mendidik/to
educate, (3) Menghibur/to entertain, dan (4) Mempengaruhi/to influence.17
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa uraian di
atas bahwasanya komunikasi yang dianggap sebagai suatu kebutuhan yang
sangat vital dalam kehidupan manusia memiliki beberapa fungsi seperti
yang telah di uraikan di atas dari beberapa pendapat para ahli antara lain
yaitu sebagai suatu sarana untuk mengungkapkan segala perasaan kasih
sayang, perhatian serta dapat menambah keakraban dan keterbukaan antara
orang tua dengan anak/keluarga.
c. Syarat-syarat Komunikasi Yang Efektif Antara Orang Tua
Dengan Anak
Pada hakikatnya, komunikasi yang bisa menguntungkan kedua pihak
ialah komunikasi timbal-balik, yang kedua pihak tersebut terdapat
spontanitas serta keterbukaan. Dalam komunikasi demikian, orang tua
dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan jalan pikiran anak.
Keterbukaan orang tua memungkinkan anak mengubah pendirian,
mendengarkan ungkapan isi jiwa anak dan memahami anak. Ia juga dapat
16
Hasan Basri, Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), Cet. 3, h. 80
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 55
17
menggunakan situasi komunikasi dengan anak untuk berkembang dan
belajar. Dipihak anak, pikirannya akan berkembang, karena anak dapat
mengungkapkan isi hati atau pikirannya, bisa memberi usul-usul dan
pendapat berdasarkan penalarannya.18
Suatu cara yang paling tepat yang harus dilakukan oleh orang tua dalam
berkomunikasi dengan anaknya yaitu menjadi pendengar yang baik, tidak
perlu menyediakan jadwal khusus bagi mereka untuk dapat bertemu dan
berkumpul dengan orang tuanya, karena jadwal tersebut hanya akan
membatasi kebebasan anak dalam mengungkapkan perasaannya. Karena
dengan menjadi pendengar yang baik hubungan orang tua dan anak
kemungkinan besar akan menjadi baik.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh SC. Utami Munandar yang
dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya Pembinaan Anak Dalam
Keluarga, yaitu yang terpenting dalam hubungan orang tua dan anak
bukanlah banyaknya waktu semata-mata yang diberikan pada anak, akan
tetapi bagaimana waktu itu digunakan untuk membentuk hubungan yang
serasi dan hangat serta sekaligus menunjang perkembangan mental dan
kepribadian anak.19
Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Perkembangan Anak,
bahwa ada beberapa ciri orang tua yang komunikatif antara lain, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Melakukan berbagai hal untuk anak.
Bersifat cukup permisif dan luwes.
Adil dalam disiplin Menghargai individualitas anak.
Menciptakan suasana hangat, bukan suasana yang penuh
ketakutan.
5. Memberi contoh yang baik.
6. Menjadi teman baik dan menemani anak dalam berbagai
kegiatan.
7. Bersikap baik untuk sebagian besar waktu.
8. Menunjukkan kasih sayang terhadap anak.
9. Menaruh simpati bila anak sedih atau mengalami kesulitan.
10. Berusaha membuat suasana rumah bahagia.
11. Memberi kemandirian yang sesuai dengan usia anak.20
18
Alex Sobur, Anak Masa …, h. 228-229
Alex Sobur, Pembinaan Anak …, h. 49
20
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga), Jilid. 2, h. 219
19
Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila komunikan (anak) dapat
menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan
oleh komunikator (orang tua). Kenyataannya, sering kali gagal untuk
saling memahami. Adapun sumber utama kesalahpahaman dalam
komunikasi adalah cara komunikan (anak) menangkap makna suatu pesan
berbeda dari yang dimaksud oleh komunikator (orang tua), karena
komunikator (orang tua) gagal dalam mengkomunikasikan maksudnya
dengan tepat.
Oleh karena itu, menurut Jhonson (1981) sebagaimana dikutip oleh A.
Supraptik bahwa terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
komunikasi yang efektif, yaitu:
1. Sebagai komunikator harus mengusahakan agar pesan-pesan yang
disampaikan mudah dipahami.
2. Sebagai pengirim pesan (komunikator) harus memiliki kreadibilitas
adalah kadar kepercayaan dan keterandalan pernyataan-pernyataan
pengirim (komunikator) ketelinga penerima (komunikan).
3. Pengirim pesan (komunikator) harus berusaha mendapatkan umpan
balik secara optimal tentang pengaruh pesan dalam diri si
penerima.21
Dalam hal ini terdapat tiga cara yang paling mendasar dalam membina
keakraban dengan anak demi tercapainya komunikasi yang efektif, yaitu;
1. Orang tua harus mencintai anak tanpa pamrih dan sepenuh hati
2. Orang tua harus memahami sifat dan perkembangan anak dan mau
mendengarkan anak
3. Orang tua dapat berlaku kreatif dengan anak dan mampu
menciptakan suasana yang menyegarkan.22
21
A. Supraktiknya, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis, (jogjakarta: Kanisius,
1995), Cet. 1, h. 34
22
Alex Sobur, Komunikasi Orang tua-Anak, (Bandung: Angkasa, 1996), Cet. 1, h. 10
Kemudian ada pendapat lain yang mengatakan bahwa, untuk membina
kelancaran berkomunikasi perlu diperhatikan hal-hal yang cukup
mempengaruhi antara lain:
1. Mudah dimengerti, maksudnya setiap pesan atau informasi yang
akan dismpaikan oleh komunikator (orang tua) kepada komunikan
(anak) hendaknya mudah di terima agar komunikan sendiri
mengerti, paham ataupun dapat menerima dengan jelas apa yang
telah disampaikan oleh komunikator.
2. Tepat
sasaran
komunikasi
dan
waktu,
(interaksi)
maksudnya
komunikator
dalam
(orang
melakukan
tua)
ataupun
komunikan (anak) harus pintar memilih waktu-waktu dan tempat
yang tepat, misalnya orang tua ketika akan memberikan nasehat
ataupun memarahi anak hendaknya melihat situasi atau kondisi
anak dalam keadaan yang memungkinkan orang tua melakukan hal
tersebut atau tidak, sehingga anak pun tidak merasa kesal, terpaksa
atau marah dalam menerima apa yang telah dilakukan oleh orang
tuanya begitupun sebaliknya antara anak kepada orang tuanya.
3. Saling percaya, maksudnya dalam sebuah hubungan khususnya
antara orang tua dengan anak hendaknya harus sama-sama saling
menaruh kepercayaan lebih kepada kedua belah pihak, karena
dengan adanya rasa saling percaya hubungan (komunikasi) antara
orang tua dengan anak pasti akan tercipta menjadi lebih efektif dan
efisien. Tentunya tidak terlepas dari arahan-arahan, pengawasan,
bimbingan serta perhatian dari orang tua untuk anak-anaknya.
4. Mengetahui sikon, maksudnya komunikator (orang tua) harus
mengetahui waktu atau keadaan yang tepat untuk menyampaikan
pesan atau informasi kepada komunikan (anak).
5. Menggunakan
kata-kata
yang
enak,
maksudnya
dalam
berkomunikasi (interaksi) komunikator harus menggunakan katakata yang enak kepada komunikan. Misalnya ketika orang tua
hendak memberikan nasehat, memarahi ataupun yang lainnya
sebaiknya dengan menggunakan kata-kata yang enak, bukanlah
dengan kata-kata (ucapan) yang dapat melukai hati, perasaan atau
harga diri anak, karena akan berdampak pada anak merasa tidak
nyaman atau segan berkomunikasi dengan orang tuanya sendiri
begitupun sebaliknya antara anak dengan orang tuanya.23
Selain itu pun ada beberapa hal yang perlu direkomondasikan oleh
seorang pendidik (orang tua) menurut Ibrahim Amini adalah:
“Memahami anak didik, Berbicaralah dengan bahasa yang mereka
pahami, Jalinlah fondasi hubungan internal yang kukuh, Tunjukkan
sikap positif terhadap anak baik lewat lisan atau perbuatan,
Tunjukkan sikap respek kepadanya, Jangan membeberkan
kekurangan-kekurangannya, Jangan langsung memvonis kesalahan
mereka, Perlakukanlah mereka dengan penuh simpati dan cinta”.24
Haim G. Ginott sebagaimana dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya
Komunikasi
Orang
Tua-Anak,
mengemukakan
bahwa
cara
baru
berkomunikasi dengan anak harus berdasarkan sikap ‘menghormati’ dan
‘keterampilan’. Hal ini mengandung dua arti yaitu, tegur-sapa tidak boleh
melukai harga diri anak maupun orang tua dan orang tua terlebih dahulu
harus menunjukkan sikap pengertian kepada anak, baru kemudian
memberi nasehat.25
Jadi, komunikasi di dalam keluarga mempunyai peran yang sangat
cukup menentukan pada kesejahteraan dan keharmonisan dalam keluarga.
Komunikasi efektif sangat diperlukan oleh anggota keluarga, tidak
efektifnya komunikasi atau tidak adanya komunikasi dapat memberikan
dampak yang tidak diharapkan baik bagi orang tua maupun anak-anak.
Oleh karena itu, agar komunikasi tetap berjalan secara efektif, yang paling
utama orang tua harus memiliki keterampilan untuk mengkomunikasikan
segala sesuatunya kepada anak, kemudian harus sama-sama memiliki rasa
saling menghormati satu sama lainnya serta setiap pembicaraan perlu
23
Hasbullah Husin, Managemen Menurut Islamologi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
Cet. 1, h. 164
24
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Al-Huda, 2006), Cet. 1, h.253-254
25
Alex Sobur, Komunikasi Orang …, h. 10
mencari bahan pembicaraan yang menarik. Selain itu, meluangkan waktu
bersama dan saling memahami dan mengerti keinginan kedua belah pihak
pun pada hakikatnya merupakan syarat utama untuk menciptakan
komunikasi antara orang tua dan anak. Karena dengan adanya waktu
bersama dan sikap saling pengertian barulah keakraban dan keintiman bisa
diciptakan diantara anggota keluarga dan bagaimanapun juga orang tua
tidak akan bisa menjalin komunikasi dengan anak secara efektif jika
mereka sendiri tak pernah bertemu ataupun bercakap-cakap bersama.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Antara
Orang Tua Dengan Anak
Suatu komunikasi yang pertama kali dilakukan oleh seorang anak
adalah dengan orang tuanya, karena komunikasi itu terjadi sejak anak
masih berada dalam kandungan hingga ia lahir sampai ia menginjak usia
dewasa. Jadi, peran orang tua sangatlah penting dalam merangsang anak
bercakap-cakap
secara
akrab.
Melalui
percakapan
dengan
anak,
diharapkan orang tua dapat mengetahui apa yang dibutuhkan olehnya,
bagaimana pendapat anak dan bagaimana pendapat keduanya dapat saling
mengerti apa yang dimaksud. Percakapan seperti ini dapat dilakukan kapan
saja,
yang
penting
adalah
adanya
26
menyenangkan di antara keduanya.
suasana
kebersamaan
yang
Sebagaimana diterangkan dalam
firman Allah SWT dalam surat Al-Israa ayat 23 yang berbunyi:
⌧
☺
⌧
☺
☺
☺
26
Alex Sobur, Anak Masa…, h. 228
⌧
☺
☺
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka janganlah sekalikali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia”. (QS. Al-Israa: 23)27
Maksud ayat di atas menunjukkan bagaimana cara berkomunikasi yang
baik dan efektif baik antara orang tua dengan anak maupun sebaliknya,
dimana dalam ayat ini terdapat suatu pesan untuk seorang anak agar
komunikasi antara keduanya dapat terlaksana dengan baik yaitu anak
hendaknya ketika berkomunikasi (interaksi) dengan orang tua khususnya
dalam berkata-kata jangan sampai melukai hati kedua orang tua apalagi
sampai mengucap kata “ah atau ih”, karena dalam ayat di atas
menunjukkan dengan jelas sekali bahwa seorang anak diperintahkan untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua dan dilarang sekali untuk
mengucapkan kata-kata seperti itu, akan tetapi perlakukanlah dengan
sebaik-baiknya serta berkatalah dengan ucapan yang mulia (baik/sopan).
Keluarga adalah singgasana pertama dan paling utama bagi anak, di
mana mereka pertama kali mengenal segala sesuatunya dan mendapatkan
pendidikan dari kedua orang tuanya. Dalam sebuah keluarga, orang tualah
yang paling sering dan diharapkan mampu mengkomunikasikan nilai-nilai,
sikap serta harapan-harapan keluarga itu pada orang lain. Dalam hal ini
yang harus dilakukan orang tua yaitu melalui peraturan rumah tangga,
reaksi atau respon orang tua terhadap putra-putrinya, nasehat-nasehat, dan
perilaku orang tua sendiri yang dianggap sebagai model bagi putraputrinya.
Untuk itu ada beberapa faktor penting yang menentukan jelas atau
tidaknya informasi yang dikomunikasikan, antara lain:
1. Konsistensi, yaitu informasi yang dapat dipercaya dan relatif lebih
jelas dibanding informasi yang selalu berubah.
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan …, h. 427
2. Keterbukaan, yaitu keterbukaan untuk berdialog, membicarakan
“isi” informasi, mempunyai arti yang sangat penting dalam
mengarahkan perilaku komunikan sesuai yang dikehendaki.
3. Ketegasan, yaitu suatu ketegasan yang tebuka dengan contoh
perilaku konsisten akan memperjelas nilai-nilai, sikap, dan
harapan-harapan orang tua yang dikenakan pada anaknya.
Ketegasan tidak selalu bersifat otoriter, tetapi ketegasan yang
dilakukan orang tua kepada anak akan memberikan jaminan bahwa
orang tua benar-benar mengharapkan anak berperilaku yang
diharapkan orang tua.28
Masalah miss komunikasi yang biasa dihadapi oleh keluarga
kebanyakan disebabkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua dengan
pekerjaan-pekerjaan sosialnya dan kegiatan-kegiatan anak-anak ketika ia
berada disekolah maupun diluar rumah, sehingga waktu mereka (orang
tua-anak) untuk bersama-sama semakin berkurang. Akibatnya, komunikasi
menjadi satu arah, dari orang tua ke anak tanpa adanya kesempatan bagi
anak untuk mengutarakan segala permasalahannya, atau dari anak kepada
orang tua dalam keadaan yang sama.
Oleh karena itu, dalam hal ini orang tua harus pintar-pintar membagi
waktunya untuk tetap menjaga atau menciptakan komunikasi yang efektif
dan efisien secara konsisten (terus-menerus) dengan terus memperhatikan
dan mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak agar mereka
merasa selalu tetap mendapatkan perhatian, kasih sayang dan bimbingan
meskipun pada kenyataannya mereka sadar jika orang tuanya itu memiliki
lebih banyak kesibukannya diluar rumah.
2. Konsep Perilaku Anak
a. Pengertian Perilaku Anak
28
Irwanto, penyunting Danny I Yatim, Kepribadian, Keluarga ..., h. 75-76
Dalam bahasa Inggris kata “perilaku” disebut dengan “behavior” yang
artinya kelakuan, tindak-tanduk, jalan.29 Perilaku juga terdiri dari dua kata
peri dan laku, Peri artinya sekeliling, dekat, melingkupi, 30 sedangkan laku
artinya tingkah laku, perbuatan dan tindak-tanduk.31
Secara etimologis perilaku artinya setiap tindakan manusia atau hewan
yang dapat dilihat.32 Sedangkan secara terminologis perilaku artinya apa
yang dilakukan seseorang.33 Jadi, perilaku adalah tindakan/kelakuan
seseorang atau hewan dalam lingkungan sekelilingnya.
Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa: “Perilaku adalah setiap cara
reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Perilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar.”34
Dari beberapa uraian diatas tentang pengertian perilaku, dapat dipahami
bahwa perilaku itu adalah perbuatan atau tingkah laku manusia yang
bersifat kongkrit atau nyata baik secara reflek maupun secara sadar, baik
jasmaniah ataupun rohaniah. Sebagai contoh, ketika ia menemukan
temannya sedang berkelahi di sekolah maka ia akan segera berperilaku
atau bertindak dengan memisahkannya dan memberitahukan kepada
seorang guru.
Tingkah laku adalah fungsi dari situasi dan hal-hal yang mendahului
situasi tersebut. Dalam hal ini, para ahli Psikologi membedakan tingkah
laku menjadi dua macam yaitu tingkah laku intelektualitas dan tingkah
laku mekanistis atau refleksi.
1. Tingkah laku Intelektualitas atau tinggi, yaitu sejumlah perbuatan
yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan
jiwa dan intelektual. Ciri-ciri utamanya adalah berusaha mencapai
29
80
30
John M. Echol, et al., Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), Cet. 13, h.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1996), Cet. 5, h. 91
31
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo), h. 384
32
Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Tonis, 1982), Cet. 1, h. 9
33
Mar’at, Sikap Manusia Terhadap Perubahan Serta Pengukurannya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982), Cet. 1, h. 9
34
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995), h. 5
tujuan misalnya ketika anak selalu bersikap acuh tak acuh kepada
orang lain atau orang tuanya, padahal apa yang telah ia lakukan itu
mempunyai maksud tertentu yaitu ingin memperoleh perhatian
lebih dari kedua orang tuanya atau orang-orang terdekatnya.
2. Tingkah laku mekanistis atau refleksi, yaitu respon-respon yang
timbul pada manusia secara mekanistis dan tetap. Seperti kedipan
mata sebab terkena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada
anak-anak, seperti menggerakkan kedua tangan dan kaki secara
terus menerus tanpa aturan.35
Perilaku biasanya diasumsikan timbul dari sikap, tetapi bagaimanakah
konsistensi kedua hal tersebut satu sama lain. Untuk mengetahui hal
tersebut maka perlu diketahui pengertian sikap itu sendiri. Sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana
bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari seseorang
dalam kehidupannya.
M. Alisuf Sabri, dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan
bahwa “sikap (attitude) diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk
bereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka,
atau acuh tak acuh”.36 Sumber lain menyatakan bahwa sikap adalah
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
terhadap objek tertentu.37
Oleh karena itu, sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu, artinya
tidak ada sikap tanpa objek. Hal ini sejalan dengan pengertian sikap yang
dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono bahwa sikap adalah
“kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal
tertentu”.38
35
Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), h.
274
36
37
38
94
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Jaya, 1995), Cet. 1, h. 83
R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), Cet. 2, h. 41
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h.
Dengan demikian jelaslah bahwa sikap itu tumbuh dan berkembang
seperti halnya pola-pola perilaku jiwa dan emosi yang lain berdasarkan
reaksi individu terhadap situasi yang dialami di rumah, sekolah dan
masyarakat luas atau objek tertentu. Dan keadaan serupa ini berjalan
menurut pola-pola tingkah laku yang khas yang berhubungan erat dengan
reaksi emosional yang bersangkutan. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila kualitas sikap dari segi intensitasnya berbeda-beda. Karena sikap
merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku (berperilaku).
b. Perkembangan Perilaku
Perkembangan pribadi manusia menurut Ilmu Psikologi berlangsung
sejak terjadinya konsepsi sampai mati, yaitu sejak terjadinya pertemuan
sperma dan sel telur (konsepsi) sampai mati, individu senantiasa
mengalami perubahan-perubahan atau pertumbuhan.39
Perkembangan yang dimaksud adalah suatu proses tertentu secara terus
menerus dan proses yang menuju kedepan dan tidak dapat begitu saja
dapat diulang kembali, atau secara umum diartikan sebagai serangkaian
perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur, progresif, jalinmenjalin, dan terarah kepada kematangan dan kedewasaan. Adapun
perkembangan perilaku yang dimaksud di sini yaitu perkembangan
perilaku anak pada usia remaja awal yang berkisar (antara usia 13-15
tahun).
Masa remaja adalah masa kritis dalam perkembangan individu; karena
pada masa ini, individu (remaja) banyak mengalami konflik yang berasal
dari dirinya dan lingkungannya. Konflik tersebut timbul karena perubahanperubahan yang terjadi pada fisik yang sudah mulai menunjukkan dewasa.
Dan masa remaja pun merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
yang salah satunya yang ditandai oleh ketergantungan total kepada orang
tua atau orang dewasa lainnya. Remaja belum merupakan individu yang
39
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Jaya, 1996), Cet. 2, h. 10
mandiri benar, remaja masih memerlukan orang tua atau orang dewasa
lainnya untuk membimbing dan mengarahkan mereka.
Dan pada usia ini akan timbul kebutuhan yang kuat untuk dapat
berkomunikasi, mereka tampak selalu ingin tahu, ingin mempunyai banyak
teman dan sebagainya. Karena keluarga merupakan lingkungan yang
terdekat maka mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap
keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya,
keluarga terutama orang tua atau orang dewasa lain diharapkan bisa
menjadi figur atau pribadi yang dapat memberikan arah, memantau,
mengawasi
dan
membimbing
mereka
dalam
menghadapi
permasalahannya.40 Dalam hal ini orang tua yang mereka (remaja) anggap
sebagai orang yang lebih dewasa dan benar-benar yang sangat mereka
butuhkan, maka harus bisa menjalin komunikasi yang efektif dan efisien.
Pada masa remaja awal ini, mereka banyak mengalami perubahanperubahan fisik yang sangat mempengaruhi perilakunya. Masa ini pula
yang diistilahkan oleh M. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi
Perkembangan dengan masa negatif yang diekspresikan sebagai berikut:
1. Negatif dalam prestasi, baik jasmani maupun prestasi mental
2. Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari
masyarakat maupun dalam bentuk agresif terhadap
masyarakat.41
Dapat pula dikatakan bahwa pada masa remaja adalah suatu masa
transisi (peralihan) yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak kepada
masa remaja awal. Ini berarti anak-anak pada masa ini harus meninggalkan
segala sesuatunya yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus
mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru sebagai pengganti dari
sikap yang ditinggalkannya. Akibat sifat peralihan ini remaja bersikap
Ambivalensi, disatu pihak ingin diperlakukan seperti orang dewasa, di lain
pihak segala kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya pada
anak-anak. Oleh karena itu pada masa perkembangan perilaku anak ini
40
41
Irwanto, penyunting Danny I Yatim, Kepribadian, Keluarga ..., h. 80
M. Alisuf Sabri, Psikologi …, h. 159
diperlukan sekali suatu komunikasi yang intensif dan efektif antara orang
tua-anak dengan adanya keterbukaan, keakraban dan perhatian orang tua
terhadap anaknya, begitupun sebaliknya antara anak dengan orang tuanya.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Anak
Pembentukan perilaku tidak akan terjadi dengan sendirinya meskipun
perilaku itu dibawa sejak lahir, tetapi perilaku dalam diri seseorang dapat
terbentuk melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi manusia dengan
obyek-obyek tertentu secara berulang-ulang dan perilaku pada setiap diri
seseorang pasti ada yang mempengaruhi baik itu yang berasal dari dalam
dirinya (intern) ataupun yang berasal dari luar dirinya (ekstern).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku
seseorang menurut P. Sondang Siagian adalah sebagai berikut:42
1. Faktor Genetik adalah faktor keturunan atau unsur bawaan ialah
proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir yang merupakan
warisan dari orang tuanya, berupa ciri-ciri atau sifat secara fisik,
serta kemampuan berupa bakat, sifat pemarah atau penyabar dan
lain-lain sebagainya. Yang kesemuanya itu merupakan potensi
dasar atau faktor bawaan yang akan mempengaruhi proses
perkembangan anak.
2. Faktor Lingkungan adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam
rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan
sekolah dan masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di
mana semuanya sebagai tempat bernaung, sebagai tempat
memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai tempat untuk
menemukan
panutan
yang
akan
dijadikan
teladan
dalam
berperilaku.
Sedangkan menurut Yedi Kurniawan dalam bukunya Pendidikan Anak
Sejak Dini Hingga Masa Depan mengatakan bahwa: ”Pada dasarnya setiap
42
P. Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta:
Gunung agung, 1985), Cet. 3, h. 54-57
individu berperilaku dimotivasi oleh dua kebutuhan yang saling berkaitan,
yaitu: Kebutuhan untuk diterima oleh kelompok atau orang lain di
sekitarnya dan Kebutuhan menghindari diri dari penolakan atau orang lain
di sekitarnya”.
Oleh karena itu, dalam memenuhi segala kebutuhan perilaku yaitu
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:
1. Faktor pembawaan dan kelahiran yang cenderung memberi corak
dan perilaku tertentu pada yang bersangkutan.
2. Faktor keluarga dimana lingkungan keluarga banyak berperan
dalam menghiasi perilaku anak.
3. Faktor pengalaman dalam masyarakat sekitar, karena watak
manusia sangat dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan
dan norma-norma sosial, kebudayaan, konsep-konsep, gaya hidup,
bahasa dan keyakinan yang dipeluk oleh masyarakat.43
Manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi manusia adalah
makhluk yang dinamis selalu mengalami perubahan-perubahan yang mana
perubahan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang berasal
dari lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Adapun faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1). Lingkungan Keluarga
Peran keluarga dalam pembentukan dan perkembangan perilaku anak
sangat dominan, terkait dengan upaya orang tua dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dan efisien secara konsisten (terus-menerus)
dengan memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan, arahan serta
teladan yang baik dalam berperilaku. Prosesnya berlangsung pada masa
pra dan pasca lahir.
Kasih sayang dan pengertian pentingnya menjalin komunikasi dari
orang tua kepada anak sangat meninggalkan bekas positif dalam
perkembangan anak. Didikan orang tua pada masa kecilnya adalah cermin
43
Yedi Kurniawan, (ed), Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Tinjauan Islam
dan Permasalahannya), (Jakarta: CV. Firdaus, 1992), h. 18
potretnya di masa mendatang. Pelaksanaan komunikasi yang efektif dan
efisien di dalam keluarga meliputi perhatian, keterbukaan, keakraban, serta
keteladanan orang tua dalam berperilaku dengan melatih dan membiasakan
anak untuk bertingkah laku yang baik sesuai dengan perkembangannya.
Menurut pendapat para ahli bahwa perilaku sesorang banyak
dipengaruhi oleh kondisi dalam rumah tangga di mana ia bernaung.
Bahkan ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah
terbentuk ketika masih berada dalam kandungan sang ibu. Arah lebih
lanjut pembentukan kepribadian ditentukan dalam kehidupan keluarga.
Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka
perilaku sesorang akan bersifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat.
Sifat yang positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak
kerjasama dengan orang lain, tidak egois dan memiliki rasa simpatik.
Sebaliknya jika seseorang yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang
positif. sebaliknya kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis,
tingkat toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan
perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang
anti pati.
Oleh karena itu peran orang tua penting sekali di mana orang tua harus
bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang
dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan
masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan
melarang
terhadap
perbuatan-perbuatan
yang
tidak
baik
atau
menganjurkan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik secara terusmenerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis.
2). Lingkungan Sekolah
Di
mana
lingkungan
sekolah
ini
juga
merupakan
pengaruh
perkembangan perilaku anak. Corak hubungan antara guru dengan siswa
atau antara siswa dengan siswa akan banyak mempengaruhi aspek-aspek
kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan.
Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan formal
dalam hal ini adalah sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang
tidak hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu guna dipergunakan
sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat
pembinaan sikap mental dan perilaku sosial yang baik sehingga dari
lembaga pendidikan lahir para generasi penerus yang tidak hanya memiliki
segudang ilmu pengetahuan tetapi juga diringi dengan memiliki sikap atau
tindakan (perilaku) yang menjadi harapan orang tua, guru dan masyarakat
disekitarnya.
3). Lingkungan Masyarakat
Dalam hal ini, lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses
perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan
mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik.
Sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang
berarti pengaruhnya baik, dan sangat menunjang perkembangan suatu
potensi. Atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan
akan menghambat atau merusak perkembangan anak. Oleh karena itu
tugas orang tua atau guru untuk menciptakan atau menyediakan
lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan perilaku
anak.
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwasanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan
perilaku seseorang/anak ialah dapat dipengaruhi dari faktor pembawaan
(hereditas) dan lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat). Jadi
jelaslah perkembangan dan pembentukan perilaku anak itu bisa
dipengaruhi dari faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri (intern)
ataupun dari luar dirinya (ekstern) seperti beberapa faktor yang telah
diuraikan di atas, dimana beberapa faktor di atas menjadi satu-kesatuan
yang harus adanya keseimbangan antara satu sama lainnya.
B. Kerangka Berpikir
Komunikasi antara orang tua dengan anak yang penulis maksud adalah
proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai
paduan berpikir dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan,
imbauan dan sebagainya yang dilakukan orang tua kepada anaknya secara
lansung untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Komunikasi yang dilakukan
yaitu komunikasi antar pribadi yang dilakukan secara tatap muka yang bertujuan
untuk mengubah sikap dan tingkah laku anak (komunikan)
Pada hakikatnya komunikasi merupakan faktor yang paling penting dalam
kehidupan sosial antar manusia. Sebagian besar waktu manusia digunakan untuk
berkomunikasi. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan
tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan
manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang
intinya adalah komunikasi.
Oleh karena itu, dalam lingkungan keluarga komunikasi antara orang tua
dengan anak memiliki peran yang sangat penting dalam membina dan
membimbing serta memberikan contoh yang baik dalam perkembangan dan
pembentukan perilaku anak yang semua itu dipengaruhi oleh pola atau bentuk
komunikasi yang orang tua ciptakan dalam keluarga. Itu berarti, hanya dengan
komunikasi cara yang efektif dan efisien untuk pembentukan dan perkembangan
perilaku anak menjadi lebih baik. Karena ada beberapa hal yang bisa dicapai
melalui komunikasi, yaitu: terciptanya keterbukaan, perhatian yang lebih,
pengertian antara satu sama lainnya, rasa penerimaan dan sebagainya. Dengan
demikian, secara umum komunikasi dapat dikatakan gagal jika apa yang ingin
dituju atau dicapai dengan adanya komunikasi tersebut tidak tercapai.
Sedangkan perilaku setiap individu pasti ada yang mempengaruhinya, baik
itu yang berasal dari dalam dirinya sendiri (intern) maupun yang berasal dari
luar diri seseorang itu sendiri (ekstern). Komunikator (orang tua) yang selalu
memberikan kehangatan, kenyamanan, bimbingan, perhatian serta menjadi
teladan yang baik bagi komunikan (anak) dengan berusaha selalu menjalin atau
menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien secara konsisten (terus-
menerus) maka hal ini sedikitnya akan memberikan pengaruh positif pada
perilaku anaknya. Tentunya ia akan memiliki perilaku yang baik yang sesuai
dengan ajaran agama Islam dan yang menjadi harapan kedua orang tua dan
semua orang, sehingga terbentuk generasi muda yang bukan hanya berbakat
tetapi juga memiliki perilaku yang baik dan sehat.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau dengan kata lain pendapat seorang
peneliti yang sedang melakukan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya
dalam pengalaman. Hipotesa dibagi menjadi dua yaitu hipotesa alternatif dengan
diberikan simbol (Ha) dan hipotesa nihil (Ho). Adapun hipotesa alternatif dan
hipotesa nol (nihil) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha (Hipotesa Alternatif)
:
Terdapat korelasi (pengaruh) positif yang
signifikan antara komunikasi orang tua dengan
perilaku anak
Ho (Hipotesa Nihil)
: Tidak terdapat korelasi (pengaruh) yang signifikan
antara komunikasi orang tua dengan perilaku anak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Azhar 2, yang bertempat di
jalan siaga raya Pejaten Barat Pasar Minggu-Jakarta Selatan. Adapun waktu
penelitian ini dilaksanakan terhitung dari bulan September-November 2007.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian sering juga disebut sebagai metodologi penelitian.
Sedangkan maksud dari kata metodologi itu sendiri adalah “cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan
untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang
terpercaya, dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu
rencana untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu.44
Dalam pengumpulan data-data untuk penelitian ini, penulis menggunakan
metode penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan. Adapun dalam
penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah: “keseluruhan objek
penelitian”.45 Sedangkan menurut S. Margono, populasi adalah “seluruh data
yang menjadi perhatian kita dalam ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya.46 Jadi populasi terdiri
atas sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian yang dari padanya
terkandung informasi yang diketahui.
44
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodolgi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada,1999), Cet. 2, h. 10
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hlm. 108
46
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet. 5,
hlm. 118
Jumlah siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
adalah berjumlah 151 siswa yang terdiri dari kelas A,B,C dan D. Sedangkan
dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa-siswi kelas VIII A dan
C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan. Sedangkan yang dimaksud
dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut
Suharsimi Arikunto bahwa jika objek penelitian yang dipilih lebih dari 100
orang, maka sampel yang diambil antara 10-15 atau 20-25% atau lebih.47
Maka dalam penelitian ini cara yang digunakan dalam pengambilan sampel
yaitu dengan Random Sampling yaitu secara acak untuk memudahkan perolehan
dan pelaksanaan data yang diambil dari lokasi penelitian. Dan dalam penelitian
ini penulis hanya mengambil sampel 25 % dari dua kelas yaitu kelas VIII A dan
VIII C dengan jumlah 40 orang, yang diambil dari setiap kelasnya sebanyak 20
siswa kelas VIII A dan 20 siswa kelas VIII C.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode penelitian
lapangan (Field Research) yaitu, mengumpulkan data dengan cara langsung ke
lapangan dengan melakukan observasi dan penyebaran angket dan interview
(wawancara).
a. Obsevasi, yaitu suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengmati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.48
Dalam hal ini penulis mengamati langsung untuk mengetahui objekobjek penelitian secara langsung di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten.
b. Interview (wawancara), yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih betatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan.49 Adapun pihak yang diwawancarai ialah guru BK untuk
mengetahui lebih jelas komunikasi antara orang tua dengan anak dalam
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 112
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, Cet. 4, h. 120
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 83
48
keluarga dan perilaku keberagamaan siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan.
c. Angket, yaitu suatu daftar pertanyaan mengenai suatu masalah atau
bidang yang diteliti untuk diisi oleh responden, yang diberikan kepada
siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan dan angket juga akan dibagikan kepada orang tua siswa.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Komunikasi orang tua dengan anak sebagai variabel independent
(bebas), yaitu masukan yang memberi pengaruh tehadap perilaku anak
variabel yang disimbolkan dengan huruf (X). orang tua sebagai pendidik
yang paling utama selalu menciptakan komunikasi yang efektif dan
efisien dengan keluarga khususnya anak atas kesadarannya sendiri.
Selain itu, mereka pun (orang tua) harus sadar bahwa komunikasi itu
merupakan suatu bentuk kebutuhan setiap individu sebagai makhluk
sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya
2. Perilaku anak sebagai varibel dependent (terikat), yaitu hasil dari
hubungan independent yang disimbolkan dengan huruf (Y). maka,
perilaku anak dalam penelitian ini menjadi salah satu dampak yang
terjadi setelah orang tua menciptakan komunikasi yang efektif dan
efisien secara konsisten (terus-menerus). Dalam penelitian ini perilaku
anak diartikan sebagai sikap atau tindakan/perbuatan baik terhadap Sang
Kholik maupun terhadap sesama manusia (orang tua, guru, dan teman).
Tabel., 1
Matrik Variabel dan Kisi-kisi Pertanyaan Angket
N
Variabel
Indikator
O
1
No
Item
Komunikasi
a. Keakraban
orang tua dengan
•
Orang tua mengajak anak untuk
1
Jumlah
anak sebagai
variabel (X)
berkomunikasi
•
Orang tua menyediakan waktu khusus
2
untuk berlibur bersama anak dan keluarga
•
Orang tua meluangkan waktu untuk santai
bersama anak dan keluarga
•
Orang tua menyediakan waktu untuk
makan bersama anak dan keluarga
•
3
4
7
Orang tua memberikan pujian, belaian,
ciuman atau bentuk kasih sayang lainnya
5
kepada anak
•
Orang tua berusaha menciptakan
kehangatan dan kenyamanan kepada anak
6
dan keluarga di rumah
•
Orang tua selalu menjadi teladan/contoh
yang baik bagi anak-anaknya di rumah
7
b. Keterbukaan
•
Orang tua menanyakan segala
permasalahan yang sedang dihadapi oleh
8
anak
•
Orang tua merespon/menanggapi dengan
baik jika anak sedang menceritakan
9
permasalahannya
•
Orang membicarakan masalah yang
sedang terjadi dalam keluarga kepada anak
10
dan keluatga
•
Orang tua memberi teguran/nasehat,
ketika anak berkata kurang baik terhadap
siapa saja
•
11
Orang tua selalu mencari kesepahaman
apabila terjadi perbedaan pendapat dengan
12
6
anak
•
Orang tua menjadi teman curhat yang
menyenangkan bagi anak dan keluarga di
13
rumah
c. perhatian
•
Orang tua memberikan contoh/teladan
yang baik kepada anak dalam berperilaku
•
14
Orang tua selalu memperhatikan dan
memberi arahan pada perubahan-
15
perubahan yang terjadi pada perilaku anak
•
Orang tua selalu menanamkan nilai-nilai
budi pekerti yang baik kepada anak di
16
7
rumah
•
Orang tua menegur/menasehati ketika
anak bermalas-malasan dalam
17
melaksanakan shalat lima waktu
•
Orang tua selalu memberikan penghargaan
(pujian, ucapan selamat atau motivasi),
18
jika anak berperilaku baik terhadap siapa
pun
•
Orang tua membiarkan ketika melihat
anak-anak bertengkar dengan saudara
kandungnya di rumah
•
19
Orang tua selalu mementingkan/sibuk
dengan pekerjaannya sendiri di luar rumah
dari pada mengurus anak dan keluarga di
20
rumah
2
Perilaku
1. Sikap anak terhadap Sang Kholik
keberagamaan
• Anda selalu melaksanakan shalat diawal
anak sebagai
waktu
21
variabel (Y)
• Anda merasa terpaksa dalam
melaksanakan shalat
22
• Anda bergegas berangkat ke masjid ketika
adzan berkumandang
23
6
• Anda berusaha bersabar dan ikhlas ketika
diberikan cobaan/ujian dari Allah SWT
24
• Anda membaca “Bismillah”/doa ketika
hendak melakukan hal kebaikan
25
• Anda berdoa dan berzikir setelah
melaksanakan ibadah shalat
26
2. Sikap anak terhadap sesama manusia,
terdiri dari:
a. Terhadap orang tua
•
Anda melaksanakan dengan senang hati
ketika bapak/ibu memerintah saya
•
Anda meminta izin dan mencium tangan
kedua orang tua ketika hendak berpergian
•
28
Anda berkata kurang baik kepada
bapak/ibu, ketika anda sedang kesal
•
27
Anda merasa kesal apabila bapak/ibu
sibuk dengan pekerjaannya sendiri hingga
29
5
30
berkurang perhatiannya
•
Anda menerima dengan ikhlas ketika
orang tua anda sedang memberikan
31
nasehat
b. Terhadap guru
•
Ketika anda berpapasan/bertemu dengan
guru, anda memberi salam kepadanya
•
Anda tepat pada waktunya datang ke
sekolah
32
5
33
•
Anda tertidur atau bercanda ketika guru
34
sedang menerangkan pelajaran
•
Anda merespon dengan baik ketika guru
35
memberi teguran
•
Anda mendapat teguran dari guru BP
36
ketika melakukan kesalahan
c. Terhadap teman
•
Anda menolong teman yang sedang
37
tertimpa musibah
•
Anda selalu meminta maaf kepada teman
38
saya ketika melakukan kesalahan
•
Anda menegur teman yang berperilaku
39
kurang baik
•
Anda mengajak teman untuk shalat
berjama’ah di sekolah bersama guru
40
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, untuk teknik pengukuran dari angket ini menggunakan
kuesioner dengan bobot nilai sesuai dengan jenis pertanyaannya. Adapun setiap
jawaban mempunyai point tersendiri untuk menghitung data tentang penelitian
ini dengan menggunakan angket, penulis memberi skor pada setiap jawaban
yaitu sebagai berikut:
Tabel., 2
Skor Pertanyaan dari setiap pertanyaan
Pernyataan
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
(+)
4
3
2
1
(-)
1
2
3
4
4
Kemudian rumus untuk mengolah data sebagai berikut:
1). Deskriptif prosentase menggunakan rumus:
P = F x 100 %
N
Keterangan:
P
= Angka prosentase
F
= Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya
N
= Number cases (jumlah/banyaknya individu)
Dalam menetapkan ada atau tidaknya pengaruh komunikasi orang tua dengan
anak terhadap perilaku anak, ketentuan skala prosentase yang penulis gunakan
adalah:
100 %
: Seluruhnya
90 % - 99 %
: Hampir seluruhnya
60 – 89 %
: Sebagian Besar
51 – 59 %
: Lebih dari setengah
50 %
: Setengah
40 – 49 %
: Hampir setengah
10 – 39 %
: Sebagian sekali
1–9%
: Sedikit sekali
0%
: Tidak ada sama sekali50
2). Korelasi product moment dari pearson, untuk uji hipotesa dan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel X dan variabel Y, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
rxy
50
= {N∑xy – (∑x)(∑y)}
———————————————
√ {N∑x² - (∑x²)} {Ny² - (∑y²)}
Ahmad Supardi, dkk., Metodologi Riset, (Bandung: IAIN SGD, 1984), Cet. 1, h. 52
Keterangan:
rxy
= Angka indeks korelasi “r” product moment
N
= Jumlah subjek
∑xy
= Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
∑x
= Jumlah hasil skor x
∑y
= Jumlah hasil skor y
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan adalah sebuah lembaga
pendidikan yang berdiri di atas lokasi yang strategis, tenang dan nyaman.
Berdiri sejak tanggal 16 juli 1990 yang menempati lokasi di jalan Siaga Raya
Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan adalah sebagai kampus II di bawah
naungan YPI Al-Azhar Bagian Pendidikan Jl. Sisingamangaraja Kebayoran
Baru Jakarta Selatan dengan izin operasional Depdikbud No. Kep. 705p/101
A1/I/91 sebagai Sekolah Umum Swasta Islam.
Gedung yang didirikan diatas tanah wakaf: Drg. Mohamad Isa seluas 1735
m² ini, selain diperuntukkan bagi SMP Islam Al-Azhar 2, juga untuk tingkat
SMA yang dilengkapi dengan fasilitas, sarana, prasarana yang memadai untuk
menunjang bagi proses kegiatan sekolah.
SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten bersama para guru, tata usaha dan karyawan
menata diri, memacu prestasi baik intra maupun ekstra kurikuler. Alhamdulillah
dengan usaha-usaha yang dilakukan, pada akhirnya di awal tahun 1994 SMP
Islam Al-Azhar 2 Pejaten dengan keputusan Dirjen Pendidikan Dasar Menengah
Depdikbud No. 186 a/I01 B1/1/93 memperoleh STATUS DISAMAKAN,
selanjutnya pada tanggal 09 Desember 2006 status SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan berubah menjadi TERAKREDITASI: A (amat baik).
Berikut ini daftar kepemimpinan kepala sekolah dan wakilnya yang terhitung
dari tahun 1990-sekarang:
Tabel., 3
Daftar kepemimpinan di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan Tahun 1990-sekarang
No
Kepsek
Wakasek
periode
1
Drs. Sardi Salim
-
1990-1995
2
Drs. Mardi
-
1995-2000
3
Drs. Slamet Iskandar
-
2000-2005
4
Drs. H. Rakimi Ahsan, MA
Drs. Sri Hartoyo
2005-sekarang
2. Visi dan Misi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
a. Visi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
Unggul dalam Standard Nasional Pendidikan berdasarkan Iman dan
Taqwa dan mewujudkan cendikiawan muslim yang bertakwa dan
berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, cerdas, cakap dan terampil,
percaya pada diri sendiri, memiliki kepribadian yang kuat, berwatak
pejuang dan memiliki pula kemampuan untuk mengembangkan diri dan
keluarganya serta bertanggung jwab atas pembangunan ummat dan
bangsa.
b. Misi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
1) Mengembangkan sikap akhlakul karimah murid, melalui terciptanya
suasana religius di lingkungan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten.
2) Melaksanakan kegiatan akademis yang unggul, modern dan efektif.
3) Mengembangkan potensi murid secara optimal melalui kegiatan intra
dan ekstra kurikuler.
4) Mengembangkan manajemen pendidikan yang amanah, transparan dan
professional.
5) Terus-menerus mengoptimalkan SDM dan fasilitas pendidikan melalui
pengembangan kerjasama dengan pihak-pihak terkait.
3. Struktur Organisasi dan keadaan guru serta karyawan SMP
Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan yang dikepalai oleh beberapa
orang yang telah diberikan kepercayaan untuk menjabat sebagai kepala sekolah
yang terhitung sudah empat orang yang menjabat sebagai pemimpin (kepsek)
dari tahun 1990-sekarang. Lembaga pendidikan tersebut pada saat ini dikepalai
oleh Bpk. Drs. H Rakimi Ahsan, MA dengan wakil Bpk. Drs. Sri Hartoyo, yang
menjabat kurang lebih selama 3 tahun hingga sekarang ini. Adapun di bawah ini
adalah struktur organisasi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.
Tabel., 4
Struktur Organisasi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
YPI
KEPSEK
JAMIYYAH
TU
KEAGAMAAN
WAKASEK
KURIKULUM
KEMURIDAN
TANSEK/HUMAS
AVA
PERPUST
GURU/WALI
KELAS
LAB
GURU
PEMBINA
MURID
4. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan
Kemudian mengenai keadaan guru-guru di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan, terkadang terjadi pemindahan atau mutasi yaitu beberapa orang
guru akan dipindahkan tugasnya ke lembaga Pendidikan Al-Azhar lainnya yang
tentunya masih berada di bawah naungan YPI AL-Azhar. Di bawah ini daftar
guru-guru yang berada di SMP Islam AL-Azhar 2 Pejaten tahun 2007.
Tabel., 5
Keadaan guru dan karyawan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan
1
Drs. H. Rakimi Ahsan, MA
L
/
P
L
2
Drs. Sri Hartoyo
L
S-1 FPIPS (1992)
Wakasek
3
Wedoyoto, BA
L
S-M FISIP (1962)
Guru KTK-PLKJ
4
Drs. M. Arsyad
L
S-1 FKIP (1990)
Guru PPKN
5
Cherchi Iskandar
L
S-1 FPBS (2005)
Guru KTK-PLKJ
No
Nama Guru dan
Karyawan
Pendidikan
Tahun
Jabatan
S-2 Tarbiyah (2002)
Kep. Sekolah
6
Dra. Reni Susanti
P
S-1 FPIPS (1994)
Guru IPS (Sejarah)
7
Dra. Yenny Farida
P
S-1 FPBS (1989)
Guru B. Indonesia
8
Priyadi Suprapto, S.Pd
L
S-1 FKIP (1993)
Guru B. Indonesia
9
Elvira Rosanti, S.Pd
P
S-1 FPMIPA (1997)
Guru IPA (Fisika)
10
Dra. Dewi Rizawati
P
S-1 FPMIPA (1992)
Guru Matematika
11
Sugino, S.Pd
L
S-1 FPMIPA (1993)
Guru Biologi
12
Ilmi Kharisah, S.Pd
P
S-1 FPBS (1997)
Guru B. Inggris
13
Drs. Mukhtarom
L
S-1 IKIP (1994)
Guru Geografi
14
Drs. Sirajuddin M. Nur
L
S-1 Tarbiyah (1992)
Guru Al-Qur’an
15
Drs. Ponco Sulistyo
L
S-1 IKIP (1994)
Guru Penjaskes
16
Ade Supratman
L
S-M FMIPA (1978)
Guru Matematika
17
Drs. H. Syahroni
L
S-1 Tarbiyah (1992)
Guru Agama
18
Ahmad Wahyudi, S.Pd
L
S-1 FPBS (2000)
Guru B. Inggris
19
Bambang Syaefuddin, S.Ag
L
S-1 Tarbiyah (2001)
Guru Agama
20
Siti Marzukoh, S.Pd
P
S-1 Tarbiyah (2001)
Guru Matematika
21
Burhanuddin
L
S-M FMIPA (1992)
Guru Fisika
22
Siti Masyitoh, S.Pd
P
S-1 FKIP (2000)
Guru BK
23
Drs. Takhril
L
S-1 Tarbiyah (1989)
Guru Matematika
24
Hj. Naziah, S.Pd
P
S-1 FKIP (2004)
Guru BK
25
M. Sahdi Rosidi, S.Pd
L
S-1 FPBS (1992)
Guru Agama
26
Nanang Kuswara
L
S-1 I. Komputer (2002)
Guru Komputer
27
Afif Ahmad Faisal
L
S-1 I. Komputer (2004)
Guru Komputer
28
Drs. Slamet Iskandar
L
S-1 FISP (1997)
Guru Geografi
29
Asmawati
P
SMEA (1980)
Tata Usaha
30
Junaedi
L
S-1 FKIP (2004)
Tata Usaha
31
Syamsul Arifin, MK
L
SMA (1986)
Tata Usaha
32
Ujang Sukarma
L
SD (1968)
Karyawan
33
Nasroni
L
SMK (1993)
Satpam
34
Ahmad Idris
L
S-1 F. Hukum (2004)
Satpam
35
Muhammad Maulana
L
STM (1999)
Satpam
Adapun mengenai keadaan siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan tahun 2006-2007 adalah sebagai berikut:
Tabel., 6
Keadaan Siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
Tahun 2006-2007
No
1
2
3
kelas
VII
A,B,C,D
VIII
A,B,C,D
XI
A,B,C,D
Jumlah
lk
82
93
63
238
Pr
76
58
69
203
Jumlah
158
151
132
441
Dari data di atas tampak terlihat jelas bahwa jumlah siswa-siswinya
mengalami kemunduran karena diakibatkan terlalu banyaknya lembaga sekolah
SLTA yang semakin menjamur, sehingga dapat terlihat jelas oleh mata kepala
kita bahwa daya saing antar sekolah terjadi dimana-mana, terbukti sekali bahwa
orang tua siswa lebih banyak memilih anak-anaknya untuk masuk ke sekolahsekolah negeri yang ada, namun dengan keadaan yang seperti ini SMP Islam
AL-Azhar 2 Pejaten tak pernah henti-hentinya untuk lebih meningkatkan
kualitas dan kuantitasnya.
5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan
Dalam meningkatkan dan melaksanakan proses kegiatan sekolah untuk lebih
efektif dan efisien, tentunya perlu adanya faktor pendukung jalanya suatu proses
kegiatan tersebut yaitu salah satunya sarana dan prasarana. Untuk menunjang
pelaksanaan tersebut di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sangat
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang tersedia di lembaga tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel., 7
Keadaan sarana dan prasarana SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan
No
Jenis Fasilitas
Jumlah
1
Ruang Kepala Sekolah
1
2
Ruang BP
1
3
Ruang Tata Usaha
1
4
Ruang Kelas
12
5
Ruang AVA
1
6
Ruang PSB
1
7
Perpustakaan
1
8
Ruang Guru
1
9
Ruang Pembinaan Keagamaan
1
10
Ruang Kesenian
1
11
Ruang Osis
1
12
Lab. Kimia
1
13
Lab. Biologi
1
14
Lab. Fisika
1
15
Lab. Komputer
1
16
Koperasi
1
17
WC Guru
6
18
WC Siswa
6
19
Kantin sekolah
3
20
Poliklinik
1
21
Masjid
1
22
Lapangan Upacara
1
23
Lapangan olah raga
2
24
Kebun Sekolah
25
Area Parkir
1
26
Papan Tulis
12
27
Ruang Foto Copy
1
28
Pos Satpam
1
29
Bank Bukopin
1
B. Pengolahan Data
Pada pembahasan sebelumnya penulis telah kemukakan bahwa salah satu
teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket. Angket yang
penulis sebarkan berjumlah 40 angket yang dibagikan kepada sampel sebanyak
40 untuk siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan. Dan angket yang penulis telah sebarkan terdiri dari dua komponen
pertanyaan yang berjumlah 20 pertanyaan untuk siswa-siswi dan 20 pertanyaan
pun disebarkan untuk orang tua dari siswa yang penulis jadikan sebagai sampel
dan disusun berdasarkan pokok penelitian dan indikator dari variabel yang
diteliti, yaitu mengenai komunikasi antara orang tua dengan anak dan perilaku
anak. Teknik pengukuran dari penelitian ini dengan menggunakan kuesioner
dengan bobot nilai sesuai dengan jenis pertanyaannya.
Setelah dilakukan tahap penelitian yang meliputi teknik wawancara dan
penyebaran angket, maka untuk langkah selanjutnya pendeskripsian data, yaitu
gambaran dari semua data yang penulis peroleh dari hasil penelitian. Kemudian
data yang disajikan dalam penelitian ini adalah hasil dari penyebaran angket
mengenai komunikasi antara orang tua dengan anak dan perilaku keberagamaan
anak yang di peroleh dari responden siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam
Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan. Adapun hasil pengolahan angket adalah
sebagai berikut:
I. Komunikasi orang tua dengan anak (X)
a. Keakraban
Tabel., 8
Orang tua mengajak anak untuk berkomunikasi
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1 Selalu
35
87,5 %
Sering
4
10 %
Kadang-kadang
1
2,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (87,5 %) orang tua
yang menjawab selalu, setengah lagi (10 %) menjawab sering dan sebagian kecil
(2,5 %) adapula yang menjawab kadang-kadang. Maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa secara keseluruhan orang tua siswa-siswi SMP Islam AlAzhar 2 Pejaten Jakarta selatan selalu mengajak anak untuk berkomunikasi.
Tabel., 9
Orang tua menyediakan waktu khusus untuk berlibur bersama anak dan
keluarga
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
2 Selalu
18
45 %
Sering
14
35 %
Kadang-kadang
8
20 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (45 %) orang tua
menjawab selalu menyedikan waktu khusus untuk berlibur bersama anak dan
keluarga, sebagian lagi (35 %) menjawab sering dan sebagian kecil (20 %) ada
yang menjawab kadang-kadang. Dengan demikian, dapat disimpulkan mayoritas
orang tua murid SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mengatakan
bahwa selalu menyediakan waktu khusus untuk berlibur bersama anak dan
keluarga.
Tabel., 10
Orang tua meluangkan waktu untuk santai bersama anak dan keluarga
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
3 Selalu
25
62,5 %
Sering
10
25 %
Kadang-kadang
5
12,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (62,5 %) orang tua
menjawab selalu meluangkan waktu untuk santai bersama anak dan keluarga,
setengah lagi (25 %) menjawab sering dan sebagian kecil (12,5 %) ada yang
menjawab kadang-kadang. Maka dapatlah disimpulkan orang tua siswa-siswi
SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar selalu
meluangkan waktu untuk santai bersama anak dan keluarga.
Tabel., 11
Orang tua menyediakan waktu untuk makan bersama anak dan keluarga
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
4 Selalu
21
52,5 %
Sering
12
30 %
Kadang-kadang
7
17,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (52,5 %) orang tua
menjawab selalu menyediakan waktu untuk makan bersama anak dan keluarga,
setengah lagi (30 %) menjawab sering dan sebagian kecil (17,5 %) adapula yang
menjawab kadang-kadang. Maka penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar
orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan selalu
menyediakan waktu untuk makan bersama anak dan keluarga.
Tabel., 12
Orang tua memberikan pujian, belaian, ciuman atau bentuk kasih sayang
lainnya kepada anak
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
5 Selalu
26
65 %
Sering
7
17,5 %
Kadang-kadang
7
17,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas bahwa hampir setengah (65 %) orang tua menjawab selalu
memberikan pujian, belaian, ciuman atau bentuk kasih sayang lainnya kepada
anak, setengah lagi (17,5 %) menjawab sering dan kadang-kadang. Maka
dapatlah diambil kesimpulan bahwa orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar
2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar selalu memberikan pujian, belaian,
ciuman dan seterusnya.
Tabel., 13
Orang tua berusaha menciptakan kehangatan dan kenymanan kepada
anak dan keluarga di rumah
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
6 Selalu
32
80 %
Sering
7
17,5 %
Kadang-kadang
1
2,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (80 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (17,5 %) menjawab sering dan sebagian kecil
(2,5 %) adapula yang menjawab kadang-kadang. Dengan demikian, penulis
dapat menyimpulkan bahwa orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan selalu berusaha untuk menciptakan kehangatan dan
kenyamanan kepada anak dan keluarga di rumah.
Tabel., 14
Orang tua selalu menjadi teladan/contoh yang baik bagi anak-anaknya di
rumah
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
7 Selalu
23
57,5 %
Sering
11
27,5 %
Kadang-kadang
6
15 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (57,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (27,5 %) menjawab sering dan sebagian kecil
(15 %) siswa menjawab kadang-kadang. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mayoritas
selalu menjadi teladan/contoh yang baik bagi anak-anaknya di rumah.
b. Keterbukaan
Tabel., 15
Orang tua menanyakan segala permasalahan yang sedang dihadapi oleh
anak
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
8 Selalu
25
62,5 %
Sering
10
25 %
Kadang-kadang
5
12,5 %
Tidak pernah
0
-
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (62,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (25 %) menjawab sering dan sebagian kecil
(12,5 %) siswa menjawab kadang-kadang. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
sebagian besar selalu menanyakan segala permasalahan yang dihadapi oleh
anak.
No
9
Tabel., 16
Orang tua merespon/menanggapi dengan baik jika anak sedang
menceritakan permasalahan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
29
72,5 %
Sering
10
25 %
Kadang-kadang
1
2,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (72,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (25 %) menjawab sering dan sebagian kecil (2,5
%) siswa menjawab kadang-kadang. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mayoritas
selalu merespon atau menanggapi dengan baik jika anak sedang menceritakan
permasalahannya.
Tabel., 17
Orang tua membicarakan masalah yang sedang terjadi dalam keluarga
kepada anak dan keluarga
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
10 Selalu
10
25 %
Sering
4
10 %
Kadang-kadang
20
50 %
Tidak pernah
6
15 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (50 %) orang tua
menjawab kadang-kadang, setengah lagi (25 %) menjawab selalu dan sebagian
kecil (10 %) menjawab sering. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
sebagian besar kadang-kadang membicarakan masalah yang sedang terjadi
dalam keluarga kepada anak.
Tabel., 18
Orang tua memberi nasehat/teguran, ketika anak berkata kurang baik
terhadap siapa saja
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
11 Selalu
36
90 %
Sering
4
10 %
Kadang-kadang
0
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (90 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (10 %). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mayoritas
selalu menjadi teladan/contoh yang baik bagi anak-anaknya di rumah.
Tabel., 19
Orang tua selalu mencari kespahaman apabila terjadi perbedaan pendapat
dengan anak
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
12 Selalu
18
45 %
Sering
11
27,5 %
Kadang-kadang
11
27,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (45 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (27,5 %) menjawab kadang-kadang dan sering.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua siswa-siswi SMP Islam AlAzhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian selalu mencari kesepahaman apabila
terjadi perbedaan pendapat dengan anak.
Tabel., 20
Orang tua selalu menjadi teman curhat yang menyenangkan bagi anak
dan keluarga di rumah
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
13 Selalu
25
62,5 %
Sering
8
20 %
Kadang-kadang
7
17,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (62,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (20 %) menjawab kadang-kadang dan sebagian
kecil (17,5 %) menjawab sering. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang
tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar
selalu menjadi teman curhat yang menyenangkan bagi anak dan keluarga di
rumah.
c. Perhatian
Tabel., 21
Orang tua memberikan contoh/teladan yang baik kepada anak dalam
berperilaku
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
14 Selalu
29
72,5 %
Sering
8
20 %
Kadang-kadang
3
7,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (72,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (20 %) menjawab sering dan sebagian kecil (7,5
%) menjawab kadang-kadang. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua
siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar selalu
memberikan contoh/teladan yang bai kepada anak dalam berperilaku.
Tabel., 22
Orang tua selalu memperhatikan dan memberi arahan pada perubahanperubahan yang terjadi pada perilaku anak
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
15 Selalu
31
77,5 %
Sering
7
17,5 %
Kadang-kadang
2
5%
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (77,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (17,5 %) menjawab sering dan sebagian kecil (5
%) menjawab kadang-kadang. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua
siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mayoritas selalu
memperhatikan dan memberikan arahan pada perubahan-perubahan yang terjadi
pada perilaku anak.
Tabel., 23
Orang tua selalu menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik kepada
anak di rumah
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
16 Selalu
35
87,5 %
Sering
5
12,5 %
Kadang-kadang
0
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (87,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (12,5 %) menjawab sering. Maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan mayoritas selalu menanamkan nilai-nilai budi pekerti
yang baik kepada anak.
Tabel., 24
Orang tua menegur/menasehati, ketika anak bermalas-malasan dalam
melaksanakan shalat lima waktu
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
17 Selalu
32
80 %
Sering
6
15 %
Kadang-kadang
2
5%
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (80 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (15 %) menjawab sering dan sebagian kecil (5
%) menjawab kadang-kadang. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua
siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mayoritas selalu
menegur/menasehati, ketika anak bermalas-malasan dalam melaksanakan shalat
lima waktu.
Tabel., 25
Orang tua selalu memberi penghargaan (pujian, ucapan selamat atau
motivasi), jika anak berperilaku baik terhadap siapa pun
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
18 Selalu
23
57,5 %
Sering
14
35 %
Kadang-kadang
3
7,5 %
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (57,5 %) orang tua
menjawab selalu, setengah lagi (35 %) menjawab sering dan sebagian kecil (7,5
%) menjawab kadang-kadang. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua
siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mayoritas selalu
meemberi penghargaan (pujian, ucapan selamat atau motivasi) jika anak
berperilaku baik terhadap siapa saja.
Tabel., 26
Orang tua membiarkan ketika melihat anak-anak bertengkar dengan
saudara kandungnya di rumah
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
19 Selalu
1
2,5 %
Sering
1
2,5 %
Kadang-kadang
11
27,5 %
Tidak pernah
27
67,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (67,5 %) orang tua
menjawab tidak pernah, setengah lagi (27,5 %) menjawab kadang-kadang dan
sebagian kecil (2,5 %) menjawab selalu dan sering. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan mayoritas tidak pernah membiarkan ketika melihat anak-anak
bertengkar dengan saudara kandungnya di rumah.
Tabel., 27
Orang tua selalu mementingkan/sibuk dengan pekerjaannya sendiri di luar
rumah daripada mengurus anak dan keluarga di rumah
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
20 Selalu
0
Sering
2
5%
Kadang-kadang
7
17,5 %
Tidak pernah
31
77,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (77,5 %) orang tua
menjawab tidak pernah, setengah lagi (17,5 %) menjawab kadang-kadang dan
sebagian kecil (5 %) menjawab sering. Maka dapat disimpulkan bahwa orang
tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan mayoritas tidak
pernah mementingkan/sibuk dengan pekerjaannya sendiri di luar rumah
daripada mengurus anak dan keluarga di rumah.
II. Perilaku anak (Y)
a. Sikap Anak terhadap Sang Khalik
Tabel., 28
Anda selalu melaksanakan shalat wajib diawal waktu
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
21 Selalu
23
57,5 %
Sering
10
25 %
Kadang-kadang
2
5%
Tidak pernah
5
12,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lebih dari setengah (57,5 %) siswa
yang menjawab selalu melaksanakan shalat di awal waktu, setengah lagi (25 %)
siswa yang menjawab sering melaksanakan shalat di awal waktu dan adapula
siswa yang menjawab tidak pernah dengan hasil (12,5 %). Maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan sebagian besar selalu melaksanakan shalat wajib di awal waktu.
No
22
Tabel., 29
Anda merasa terpaksa dalam melaksanakan shalat
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
9
22,5 %
Sering
9
22,5 %
Kadang-kadang
12
30 %
Tidak pernah
10
25 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hamper setengah (30 %) dari siswa
menjawab kadang-kadang merasa terpaksa dalam melaksanakan shalat, sebagian
lagi (25 %) menjawab tidak pernah dan (22,5 %) siswa menjawab selalu dan
sering merasa terpaksa dalam melaksanakan shalat. Maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa sebagian kecil siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan merasa terpaksa dalam melaksanakan shalat.
No
23
Tabel., 30
Anda bergegas berangkat ke masjid ketika adzan berkumandang
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
23
57,5 %
Sering
10
25 %
Kadang-kadang
3
7,5 %
Tidak pernah
4
10 %
Jumlah
40
100 %
Pada tabel di atas penulis dapat melihat bahwa sebagian besar (57,5 %) siswa
menjawab selalu bergegas berangkat ke masjid ketika adzan berkumandang,
sebagian lagi (25 %) menjawab sering serta terdapat sebagian kecil (10 %) yang
menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas
siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan selalu bergegas
berangkat ke masjid ketika adzan berkumandang.
Tabel., 31
Anda berusaha bersabar dan ikhlas ketika diberikan cobaan/ujian dari
Allah SWT
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
24 Selalu
9
22,5 %
Sering
8
20 %
Kadang-kadang
16
40 %
Tidak pernah
17
17,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (40 %) siswa
menjawab kadang-kadang berusaha bersabar dan ikhlas ketika diberikan
cobaan/ujian dari Allah dan lebih dari setengah (42,5 %) siswa menjawab selalu
dan sering, serta ada sebagian kecil (17,5 %) siswa yang menjawab tidak pernah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar selalu berusaha bersabar dan ikhlas
ketika di berikan cobaan/ujian dari Allah.
Tabel., 32
Anda membaca “Bismillah”/doa ketika hendak melakukan hal kebaikan
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
25 Selalu
9
22,5 %
Sering
10
25 %
Kadang-kadang
10
25 %
Tidak pernah
11
27,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir sebagian (27,5 %) siswa
menjawab tidak pernah membaca “Bismillah”/doa ketika hendak melakukan hal
kebaikan, sebagian lagi (25 %) menjawab kadang-kadang, serta sebagian kecil
(22,5 %) siswa menjawab selalu. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi
kadang-kadang membaca “Bismillah” ketika hendak melakukan hal kebaikan.
No
26
Tabel., 33
Anda berdoa dan berzikir setelah melaksanakan ibadah shalat
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
23
57,5 %
Sering
10
25 %
Kadang-kadang
3
7,5 %
Tidak pernah
4
10 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (57,5 %) siswa
menjawab selalu berdoa dan berzikir setelah melaksanakan ibadah shalat dan
hampir setengah (25 %) menjawab sering dan sebagian kecil (10 %) menjawab
tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa-siswi SMP Islam
Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan selalu berdoa dan berzikir setelah
melaksanakan ibadah shalat.
b. Sikap anak terhadap sesame manusia
- terhadap orang tua
Tabel., 34
Anda melaksanakan dengan senang hati ketika bapak/ibu memerintah
anda
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
27 Selalu
20
50 %
Sering
15
37,5 %
Kadang-kadang
3
7,5 %
Tidak pernah
2
5%
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (50 %) siswa
menjawab selalu melaksanakan dengan senang hati ketika orang tua
memerintahnya dan setengah lagi (37,5 %) siswa menjawab sering serta sebagia
kecil (5 %) siswa menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapatlah
disimpulkan bahwa mayoritas siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar Pejaten Jakarta
Selatan selalu merasa senang hati ketika orang tua memerintahnya.
Tabel., 35
Anda meminta izin dan mencium tangan kedua orang tua ketika hendak
berpergian
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
28 Selalu
17
42,5 %
Sering
8
20 %
Kadang-kadang
9
22,5 %
Tidak pernah
6
15 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (42,5 %) siswa yang
menjawab selalu meminta izin dan mencium tangan kedua orang tua ketika
hendak berpergian, hampir setengah (22,5 %) siswa menjawab kadang-kadang
dan sebagian kecil menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa
mayoritas siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan selalu
meminta izin dan mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berpergian.
Tabel., 36
Anda berkata kurang baik kepada bapak/ibu, ketika anda sedang kesal
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
29 Selalu
0
Sering
4
10 %
Kadang-kadang
33
82,5 %
Tidak pernah
3
7,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (82,5 %) siswa
menjawab kadang-kadang berkata kurang baik ketika sedang kesal kepada orang
tua, dan setengah lagi (10 %) menjawab sering serta sebagia kecil (7,5 %) ada
yang menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswasiswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan kadang-kadang berkata
kurang baik ketika sedang kesal kepada orang tua.
Tabel., 37
Anda merasa kesal apabila bapak/ibu sibuk dengan pekerjaannya sendiri
hingga berkurang perhatiannya
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
30 Selalu
10
25 %
Sering
17
42,5 %
Kadang-kadang
4
10 %
Tidak pernah
9
22,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (42,5 %) siswa
menjawab sering merasa kesal apabila orang tua sibuk dengan pekerjaannya
sendiri hingga berkurang perhatiannya, setengah lagi (22,5 %) menjawab tidak
pernah dan sebagian kecil (10 %) menjawab kadang-kadang. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan sering merasa kesal apabila orang tua sibuk dengan
pekerjaannya sendiri hingga berkurang perhatiannya.
Tabel., 38
Anda menerima dengan ikhlas, ketika orang tua anda sedang memberikan
nasehat
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
31 Selalu
18
45 %
Sering
16
40 %
Kadang-kadang
4
10 %
Tidak pernah
2
5%
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (45 %) siswa
menjawab selalu menerima dengan ikhlas ketika orang tua sedang memberikan
nasehat, setengah lagi (10 %) menjawab kadang-kadang dan sebagian kecil (5
%) ada yang menjawab tidak pernah. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sebagian besar siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan selalu
menerima dengan ikhlas ketika orang tua sedang memberikan nasehat.
- terhadap guru
Tabel., 39
Ketika anda berpapasan/bertemu dengan guru, anda memberi salam
kepadanya
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
32 Selalu
22
55 %
Sering
13
32,5 %
Kadang-kadang
5
5%
Tidak pernah
0
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (55 %) siswa
menjawab selalu memberi salam ketika berpapasan/bertemu dengan guru,
setengah lagi (32,5 %) menjawab sering dan sebagian kecil (5 %) ada yang
menjawab kadang-kadang. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa
siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan selalu memberi
salam ketika berpapasan/bertemu dengan guru.
No
33
Tabel., 40
Anda tepat pada waktunya ketika datang ke sekolah
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
18
45 %
Sering
4
10 %
Kadang-kadang
5
12,5 %
Tidak pernah
13
32,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa hampir setengah (45 %) siswa menjawab
selalu tepat pada waktunya datang ke sekolah, setengah lagi (32,5 %) menjawab
tidak pernah dan sebagian kecil (12,5 %) ada yang menjawab kadang-kadang.
Maka dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan sebagian besar selalu tepat pada waktunya datang ke sekolah.
Tabel., 41
Anda tertidur atau bercanda ketika guru sedang menerangkan pelajaran
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
34 Selalu
2
5%
Sering
11
27,5 %
Kadang-kadang
25
62,5 %
Tidak pernah
2
5%
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (62,5 %) siswa
menjawab
kadang-kadang
tertidur
dan
bercanda
ketika
guru
sedang
menerangkan pelajaran, setengah lagi (27,5 %) menjawab sering dan sebagian
kecil (5 %) ada yang juga menjawab tidak pernah. Maka dapatlah disimpulkan
bahwa mayoritas siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
kadang-kadang tertidur dan bercanda ketika guru sedang menerangkan
pelajaran.
No
35
Tabel., 42
Anda merespon dengan baik ketika guru memberi teguran
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
10
25 %
Sering
8
20 %
Kadang-kadang
18
45 %
Tidak pernah
4
10 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (45 %) siswa
menjawab kadang-kadang merespon dengan baik ketika guru memberi teguran,
setengah lagi (25 %) menjawab sering dan sebagian kecil (10 %) ada yang
menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kadangkadang siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan merespon
dengan baik ketika guru memberi teguran.
Tabel., 43
Anda selalu mendapat teguran dari guru BP, ketika anda melakukan
kesalahan
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
36 Selalu
7
17,5 %
Sering
3
7,5 %
Kadang-kadang
28
70 %
Tidak pernah
2
5%
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (70 %) siswa
menjawab kadang-kadang mendapat teguran dari guru BP ketika melakukan
kesalahan, setengah lagi (17,5 %) ada yang menjawab selalu dan sebagian kecil
(5 %) ada yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat penulis
simpulkan bahwa mayoritas kadang-kadang siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan mendapat teguran dari guru BP ketika melakukan
kesalahan.
- terhadap teman
No
37
Tabel., 44
Anda selalu menolong teman yang sedang tertimpa musibah
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
7
17,5 %
Sering
1
2,5 %
Kadang-kadang
31
77,5 %
Tidak pernah
1
2,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (77,5 %) siswa
menjawab kadang-kadang menolong teman yang sedang tertimpa musibah,
setengah lagi (17,5 %) menjawab selalu dan sebagian kecil (2,5 %) ada yang
menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi SMP Islam
Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar kadang-kadang menolong
teman yang sedang tertimpa musibah.
Tabel., 45
Anda selalu meminta maaf kepada teman anda, ketika melakukan
kesalahan
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
38 Selalu
5
12,5 %
Sering
2
5%
Kadang-kadang
31
77,5 %
Tidak pernah
2
5%
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (77,5 %) siswa
menjawab kadang-kadang meminta maaf kepada teman ketika melakukan
kesalahan, setengah lagi (12,5 %) siswa menjawab selalu dan sebagian kecil (5
%) juga ada yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa mayoritas siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
kadang-kadang meminta maaf ketika melakukan kesalahan dengan teman.
No
39
Tabel., 46
Anda selalu menegur teman yang berperilaku kurang baik
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
Selalu
7
17,5 %
Sering
5
12,5 %
Kadang-kadang
18
45 %
Tidak pernah
10
25 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lebih dari setengah (45 %) siswa
menjawab kadang-kadang menegur teman yang berperilaku kurang baik,
setengah lagi (25 %) menjawab tidak pernah dan sebagian kecil (12,5 %) dari
siswa ada yang menjawab sering. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sebagian besar siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
kadang-kadang menegur teman yang berperilaku kurang baik.
Tabel., 47
Anda selalu mengajak teman untuk shalat berjama’ah di sekolah bersama
guru
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
40 Selalu
6
15 %
Sering
7
17,5 %
Kadang-kadang
16
40 %
Tidak pernah
11
27,5 %
Jumlah
40
100 %
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lebih dari setengah (40 %) siswa
menjawab kadang-kadang mengajak teman untuk shalat berjama’ah di sekolah
bersama guru, setengah lagi (27,5 %) menjawab tidak pernah dan sebagian kecil
(15 %) dari siswa ada yang menjawab selalu. Maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan kadang-kadang mengajak teman untuk shalat berjama’ah
bersama guru di sekolah.
C. Analisis dan Interpretasi Data
Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara
signifikan terdapat korelasi positif antara komunikasi orang tua dengan anak
terhadap perilaku anak. Kemudian penulis menganalisa data dengan melakukan
uji hipotesa, dan uji hipotesa ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
Product Moment. Rumus ini digunakan untuk mencapai koefisien korelasi
antara dua variabel, yaitu variabel X dan Y dengan di tetapkan 40 siswa-siswi
kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagai
sampel yang telah berhasil dihimpun. Sebagaimana tertera pada tabel sebagai
berikut:
Tabel., 48
Perhitungan untuk memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X
dan Variabel Y
Responden
X
Y
X²
Y²
XY
1.
65
49
4225
2401
3185
2.
62
53
3844
2809
3286
3.
75
47
5625
2209
3525
4.
68
52
4624
2704
3536
5.
66
66
4356
1764
3432
6.
62
42
3844
2209
2604
7.
65
49
4225
2401
3185
8.
62
53
3844
2809
3286
9.
76
44
5776
1936
3344
10.
58
48
3364
2304
2784
11.
73
47
5329
2209
3431
12.
64
48
4096
2304
3072
13.
76
47
5776
2209
3572
14.
49
54
2401
2916
2646
15.
76
48
5776
2304
3648
16.
62
51
3844
2601
3162
17.
71
47
5041
2209
3337
18.
72
52
5184
2704
3744
19.
62
47
3844
2209
2914
20.
77
48
5929
2304
3696
21.
74
41
5476
1681
3034
22.
74
45
5476
2025
3330
23.
74
51
5476
2601
3774
24.
70
45
4900
2025
3150
25.
75
45
5625
2025
3375
26.
74
48
5476
2304
3552
27.
71
52
5041
2704
3692
28.
74
59
5476
3481
4366
29.
75
46
5625
2116
3450
30.
76
46
5776
2116
3496
31
66
44
4356
1764
2904
32
72
49
5184
2401
3528
33
66
47
4356
2209
3102
34
77
41
5929
1681
3157
35
75
51
5625
2601
3825
36
74
54
5476
2916
3996
37
72
48
5184
2304
3456
38
78
50
6084
2500
3900
39
74
47
5476
2209
3478
40
80
44
6400
1936
3520
N=40
∑X=2812
∑Y=1913
X²=199364
Y²=93114
∑XY=135474
Dari tabel di atas diperoleh N=40, ∑X=2812, ∑Y=1913, X²=199364,
Y²=93114, ∑XY=135474. maka dapat dicari angka korelasi (rxy) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
rxy =
N∑XY - ∑X∑Y
———————————————
√ {N∑X² - (∑X²) } {N∑Y² - (∑Y²) }
=
40 x 135474 – (2812) (1913)
———————————————
√ (40 x 199364 – (2812)² (40 x 93114 – (1913)²
=
5418960 – 5379356
——————————————————
√ (7974560 – 7907344) (3724560 – 3659569)
=
39604
————————
√ 67216 x 64991
=
39604
————————
√ 4368435056
=
39604
66094,1378
= 0,59
Kemudian dari hasil koefisien di atas dapat dilihat bahwa antara komunikasi
orang tua dengan anak dan perilaku positif anak terdapat pengaruh atau korelasi
yang cukup. Sebagaimana Drs. Anas Sudijono mengatakan dalam bukunya
Pengantar Statistik Pendidikan, membagi kriteria korelasi koefisien sebagai
berikut:
0,00-0,20
= Hampir tidak ada korelasi
0,20-0,40
= Korelasi rendah
0,40-0,70
= Korelasi cukup
0,70-0,90
= Korelasi tinggi
0,90-1,00
= Korelasi sangat tinggi.
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa analisa tentang pengaruh komunikasi
orang tua terhadap perilaku anak terdapat korelasi positif dengan nilai 0,59 yang
terletak antara 0,40–0,70 dengan hasil korelasi cukup. Maka dapat dinyatakan
bahwa korelasi antara variabel X dan Y yaitu terdapat pengaruh, dengan
demikian:
Ha
: Terdapat korelasi positif antara komunikasi orang tua dengan anak
terhadap perilaku anak.
Ho
: Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara komunikasi
orang tua dengan anak terhadap perilaku anak.
Dan untuk menguji hipotesis tersebut, maka “r” obsevasi (ro) yang diperoleh
dari perhitungan statistik jika dibandingkan dengan “r” dalam tabel nilai “r”
product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau
degrees of freedom (df) dengan menggunakan rumus dibawah ini:
Diketahui r hitung = 0,59
df
= N – nr
= 40 – 2 = 38
keterangan:
df
= Degrees of Freedom
N
= Number of cases
Nr
= Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Dengan df sebesar 38 lalu dikonsultasikan kepada tabel nilai (rt) pada taraf
signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%. Maka dengan df sebesar 38
itu, diperoleh harga “r” pada tabel rt yaitu pada taraf signifikansi 5% = 0,325
dan pada taraf 1% =0,481.
Ternyata rxy atau ro pada taraf signifikansi 5% lebih besar dari r table
(0,59>0,325), maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nol (Ho) ditolak
sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa taraf signifikansi
5% memang terdapat korelasi positif antara variabel X dan Y.
Kemudian pada taraf signifikansi 1% rxy atau ro adalah lebih besar dari pada
r table (0,59>0,481), maka pada taraf signifikansi 1% pun hipotesa nol (Ho)
ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima, dan ini berarti bahwa pad taraf
signifikansi 1% juga terdapat korelasi positif antara variabel X dan Y.
Dari hasil penelitian ini, maka dapat penulis simpulkan bahwa hipotesa
alternatif (Ha) yang menyatakan adanya korelasi positif yang cukup antara
komunikasi orang tua dengan anak terhadap perilaku anak diterima. Dan
berdasarkan pada deskripsi dan analisis data di atas penulis dapat memberikan
interpretasi, bahwa terdapat korelasi positif antara komunikasi orang tua dengan
anak terhadap perilaku anak kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan. Ini ditunjukkan dengan taraf signifikansi 1% dan 5% rxy atau ro
adalah lebih besar dari pada r tabel (0,59>0,325), maka pada taraf signifikansi
1% ini hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nol (Ho) ditolak, yang
berarti bahwa taraf signifikansi 1% terdapat korelasi positif yang cukup antara
variabel X dan Y.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan proses penelitian yang telah penulis lakukan mengenai
pengaruh komunikasi orang tua terhadap perilaku anak di SMP Islam AlAzhar 2 Pejaten Jakarta Selatan. Maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Komunikasi antara orang tua dengan anak di SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan berjalan dan terlaksana cukup baik, hal ini dapat
dilihat dari hasil angket variabel X dan dari hasil wawancara yang
penulis lakukan.
2. Sebagian besar siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan memiliki perilaku cukup baik. Dapat dilihat dari
hasil yang penulis peroleh pada tabel prosentase mengenai perilaku
mereka sehari-hari terhadap Sang Khalik dan terhadap sesama seperti
sikap atau tindakan mereka terhadap Allah Swt, orang tua, guru dan
teman dalam kehidupan sehari-hari yang tergolong cukup baik.
3. Terdapat korelasi positif komunikasi antara orang tua dengan anak
terhadap perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2
Pejaten Jakarta Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya hasil
perhitungan yang didapat dengan nilai rxy = 0,59 yang terletak pada
kategori (0,40 – 0,70) yang berarti korelasinya termasuk ke dalam
korelasi cukup.
B. Saran
Dengan tidak bermaksud menggurui, penulis dapat memberikan saran
yang mudah-mudahan bisa bersifat membangun yang berdasarkan pada hasil
kesimpulan di atas, yaitu:
1. Bagi siswa, hormatilah dan ingatlah selalu nasehat dari orang tua serta
jalinlah komunikasi yang sebaik-baiknya dengan orang tua.
2. Bagi orang tua yang bertanggung jawab atas masa depan perkembangan
anak-anaknya, hendaknya lebih memperhatikan, memantau atau
mengarahkan gerak-gerik/tingkah laku anak yaitu dengan meningkatkan
kembali kesadarannya untuk menjalin komunikasi yang lebih intensif
dengan menyediakan waktu untuk bersama keluarga. Dan orang tua pun
harus menyadari bahwa segala apapun yang dimiliki anak adalah
prioritas pertama, karena bagimanapun juga anak adalah anugerah yang
terindah dan sebagai titipan Allah SWT yang harus diperihara serta
dijaga dengan sebaik-baiknya karena sedewasa apapun mereka masih
tetap membutuhkan seseorang yang dapat mengayomi, membimbing,
mengarahkan dan menjadi teladan bagi dirinya.
3. Bagi pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan hubungan antara
orang tua dengan anak ataupun sebaliknya, baik itu yang terjalin baik
atau kurang baik antara anak dengan orang tuanya, dan dapat
memberikan jalan keluar atau solusi yang baik terhadap permasalahan
yang sedang mereka (siswa) hadapi sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amini Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006.
Arifin M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah
dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Balson Maurice, Bagaimana Menjadi Orang Tua Yang Baik, Jakarta: Bumi
Askara, 1996.
Basri Hasan, Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: Tonis, 1982.
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo.
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tarjamah, Bandung: Gema Risalah Press,
1989
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Echol M. Jhon, et al., Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1996.
Effendy Uchjana Onong, Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju, 1989.
Gunarsa D. Singgih, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1995.
Hadjar Ibnu, Dasar-dasar Metodolgi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1999.
Hurlock B. Elizabeth, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, Jilid. 2
Husin Hasbullah, Managemen Menurut Islamologi, Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
Irwanto, penyunting Danny I Yatim, Kepribadian Keluarga dan Narkoba
(Tinjauan Sosial dan Psikologis), Jakarta: Penerbit Arcan, 1991.
Kurniawan Yedi, (ed), Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan,
(Tinjauan Islam dan Permasalahannya), Jakarta: CV. Firdaus, 1992.
Langgulung Hasan, Azas-Azas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1998
Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001.
Mar’at, Sikap Manusia Terhadap Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1982.
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Partanto A. Pius, dkk., Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1996.
Poerdarmawinta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1982.
Robbins G. James, dkk., Komunikasi Yang Efektif, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu
Jaya, 1986.
Sabri Alisuf. M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Jaya, 1995
---------, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Jaya, 1996.
Sarwono Wirawan Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,
1984
Shihab Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1986.
Siagian Sondang. P, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi,
Jakarta: Gunung agung, 1985.
Sobur Alex, Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa
---------, Komunikasi Orang tua-Anak, Bandung: Angkasa, 1996.
---------, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1988.
Soetarno. R, Psikologi Sosial, Yogyakarta: Kanisius, 1993
Sudijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003.
Supardi Ahmad, dkk., Metodologi Riset, Bandung: IAIN SGD, 1984.
Supraktik Ahmad, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis, Jogjakarta:
Kanisius, 1995
im Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Ciputat: FITK, 2007
Wahlroos Sven, Komunikasi Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 1999.
ANGKET UNTUK ORANG TUA MENGENAI KOMUNIKASI
ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK
(Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)
Kepada Yth: Bapak/Ibu/Wali murid
Di Tempat
Assalamualaikum wr, wb
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir kuliah yaitu penulisan skripsi, saya
adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, mengharapkan kesediaan
bapak/ibu untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan dan saya berharap agar bapak/ibu memilih jawaban yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Disamping itu saya beritahukan bahwa:
1. Jawaban yang bapak/ibu berikan penulis akan jamin kerahasiaannya.
2. Pengisian angket ini tidak berpengaruh terhadap nilai rapot anak bapak/ibu.
3. Diharapkan bapak/ibu menjawab pertanyaan yang saya berikan dengan
jawaban yang sesuai. Akhir kalam, saya ucapkan terima kasih.
BIODATA RESPONDEN
Nama orang tua
:
Nama siswa
:
Kelas
:
I. komunikasi Orang Tua Dengan anak (X)
1. Apakah bapak/ibu mengajak anak untuk berkomunikasi?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Apakah bapak/ibu menyediakan waktu khusus untuk berlibur bersama anak
dan keluarga?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Apakah bapak/ibu meluangkan waktu untuk santai bersama anak dan
keluarga?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Apakah bapak/ibu menyediakan waktu untuk makan bersama anak dan
keluarga?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
5. Apakah bapak/ibu memberikan pujian, belaian, ciuman atau bentuk-bentuk
kasih sayang lainnya kepada anak?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Apakah bapak/ibu berusaha menciptakan kehangatan dan kenyamanan kepada
anak dan keluarga di rumah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
7. Apakah bapak/ibu selalu menjadi teladan/contoh yang baik bagi anak-anak di
rumah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Apakah bapak/ibu menanyakan segala permasalahan yang sedang dihadapi
oleh anak?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Apakah bapak/ibu merespon/menanggapi dengan baik jika anak sedang
menceritakan permasalahannya?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Apakah bapak/ibu membicarakan masalah yang sedang terjadi dalam
keluarga kepada anak dan keluarga?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
11. Apakah bapak/ibu memberi teguran/nasehat ketika anak berkata kurang
sopan terhadap siapa saja?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
12. Apakah bapak/ibu selalu mencari kesepahaman apabila terjadi perbedaan
pendapat dengan anak?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
13. Apakah bapak/ibu berusaha menjadi teman curhat yang menyenangkan bagi
anak dan keluarga di rumah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
14. Apakah bapak/ibu memberikan contoh/teladan yang baik kepada anak dalam
berperilaku?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
15. Apakah bapak/ibu terus memperhatikan dan memberi arahan pada
perubahan-perubahan yang terjadi pada perilaku anak?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
16. Apakah bapak/ibu selalu menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik
kepada anak di rumah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
17. Apakah bapak/ibu menegur/menasehati ketika anak bermalas-malasan dalam
melaksanakan shalat lima waktu?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
18. Apakah bapak/ibu selalu memberikan penghargaan (pujian, ucapan selamat,
motivasi) jika anak berperilaku baik terhadap siapa saja?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
19. Apakah bapak/ibu membiarkan ketika melihat anak-anak bertengkar dengan
saudara kandungnya di rumah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
20. Apakah bapak/ibu selalu mementingkan/sibuk pekerjaannya sendiri di luar
rumah daripada mengurus anak dan keluarga di rumah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
ANGKET UNTUK SISWA MENGENAI PERILAKU
POSITIF ANAK
(Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)
Petunjuk pengisian
• Mulailah dengan membaca “Basmallah” sebelum memberikan jawaban
•
•
•
•
Berilah tanda silang (X) pada jawaban a,b,c, atau d
Jawablah sesuai dengan yang anda alami dan rasakan, karena kami akan
merahasiakan identitas anda.
Jawaban yang anda berikan tidak akan mempengaruhi prestasi anda di
sekolah
Terima kasih kami ucapkan atas partisipasi anda dalam memberikan
jawaban dengan baik dan akhiri dengan membaca “Hamdallah”
BIODATA RESPONDEN
Nama
:
Kelas
:
II. Perilaku Anak (Y)
21. Apakah anda selalu melaksanakan shalat wajib diawal waktu?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
22. Apakah anda merasa terpaksa dalam melaksanakan ibadah shalat?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
23. Apakah anda bergegas berangkat ke masjid ketika adzan berkumandang?
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
24.Apakah anda selalu berusaha bersabar dan ikhlas ketika diberikan
cobaan/ujian dari Allah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
25. Apakah anda selalu membaca “Bismillah”/doa ketika hendak melakukan hal
kebaikan?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
26. Apakah anda selalu berdoa dan berzikir setelah melaksanakan ibadah shalat?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
27. Apakah anda melaksanakan dengan senang hati ketika bapak/ibu
memerintah anda?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
28. Apakah anda meminta izin dan mencium tangan kedua orang tua anda,
ketika hendak berpergian?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
29. Apakah anda berkata kurang baik kepada bapak/ibu, ketika anda sedang
kesal?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
30. Apakah anda merasa kesal apabila bapak/ibu sibuk dengan pekerjaannya
sendiri hingga berkurang perhatiannya?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
31.Apakah anda menerima dengan ikhlas, ketika orang tua anda sedang
memberikan nasehat?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
32. Apakah ketika anda berpapasan/bertemu dengan guru, anda selalu memberi
salam kepadanya?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
33. Apakah anda tepat pada waktunya datang ke sekolah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
34. Apakah anda tertidur atau bercanda ketika guru sedang menerangkan
pelajaran di dalam kelas?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
35. Apakah anda merespon dengan baik ketika guru memberi teguran?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
36. Apakah anda selalu mendapat teguran dari guru BP, ketika anda melakukan
kesalahan?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
37. Apakah anda selalu menolong teman yang sedang tertimpa musibah?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
38. Apakah anda selalu meminta maaf kepada teman anda, ketika melakukan
kesalahan?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
39. Apakah anda selalu menegur teman yang berperilaku kurang baik?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
40. Apakah anda pernah mengajak teman untuk shalat berjama’ah di sekolah
bersama para guru?
a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
PEDOMAN WAWANCARA
Hari/Tanggal
:
Tempat
:
Waktu
:
Yang diwawancarai
:
Jabatan
:
Yang mewawancarai
:
PERTANYAAN
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan?
2. Bagaimana sarana dan prasarana di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
Selatan?
3. Berapa jumlah guru dan karyawan yang ada sekarang di SMP Islam AlAzhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?
4. Berapa jumlah siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan
yang ada sekarang (2006-2007)?
5. Sudah berapa lama bapak/ibu menjabat sebagai kepala sekolah dan
bagaimana penilaian bapak terhadap perilaku siswa selama berada
lingkungan sekolah?
6. Menurut bapak/ibu, apakah ada pengaruh antara komunikasi orang tua
terhadap perilaku positif anak?
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Selasa, 30 September 2007
Tempat
: Ruang PSB
Waktu
: 08.30 – 09.00
Yang diwawancarai
: Siti Masyitoh, S.Pd
Jabatan
: Guru BP
Yang mewawancarai
: Hilmi Mufidah
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjabat sebagai guru BP dan bagaimana
menurut penilaian ibu dengan perilaku siswa selama berada lingkungan
sekolah?
Jawaban
Saya mengajar kurang lebih sudah 4 tahun di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten
Jakarta Selatan, kemudian untuk masalah penilaian saya mengenai perilaku
siswa-siswi selama berada di sekolah. Pada dasarnya mereka itu adalah
anak-anak yang baik akan tetapi mereka termasuk anak-anak yang
manja/kurang mandiri, masih harus selalu diingatkan misalnya mengenai
masalah jadwal les, remedial dll, karena mereka itu sebagian besar berasal
dari kalangan keluarga menengah ke atas, mungkin yang masih menjadi
masalah pada perilaku mereka di sekolah yaitu masalah ketertiban dalam
memakai jilbab yng juga masih perlu diingatkan kembali sama seperti
sekolah-sekolah yang lain, jika terjadi perkelahian menurut saya yang
menjadi penyebabnya adalah terjadi kesalahpahaman terutama pada siswasiswi kelas 1 dan itu pun biasa terjadi di bulan-bulan pertama 1,2 atau
sampai 3 bulan saja karena memang mereka berasal dari latar belakang
sekolah yang berbeda-beda jadi masih perlu beradaptasi antar sesamanya,
sedangkan masalah perilaku siswa-siswi kepada guru, menurut saya pribadi
mereka masih menghormati kami sebagai guru, meskipun itu ada siswa yang
tidak atau kurang hormat kepada guru itu penyebabnya adalah
kesalahpahaman dan kesenjangan usia yang terjadi antara guru dengan siswa
atau dapat dikatakan dua generasi yang masih belum terjembatani akan
tetapi perbandingannya kecil dengan siswa yang menghormati guru. Untuk
masalah perilaku siswa yang lainnya menurut saya sebagai guru BP di
sekolah ini sudah cukup baik.
Pertanyaan
2. Menurut bapak/ibu, faktor apa saja yang mempengaruhi kurang intensifnya
komunikasi antara orang tua dengan anak?
Jawaban
Dalam masalah faktor apa saja yang mempengaruhi kurang intensifnya
komunikasi antara orang tua dengan anak, menurut saya khususnya di SMP
Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan, karena mengingat rata-rata para
orang tua di Al-Azhar 2 ini ialah berasal dari kalangan menengah ke atas dan
sebagian besar orang tuanya mempunyai pekerjaan di luar rumah baik itu
sebagai pengusaha, pejabat, karyawan ataupun yang lainnya, sehingga waktu
untuk bersama-sama keluarga terkadang menjadi berkurang, biasanya di
minggu-minggu efektif mereka kurang waktu untuk bertemu, hanya pada
hari sabtu jam 3 setelah pulang sekolah karena di Al-Azhar hari sabtu anakanak belum libur sekolah. Jadi waktu untuk berkumpul bersama hanya
setengah hari sabtu dan minggu saja, itupun bagi orang tua yang libur pada
hari itu. Kurang intensifnya jika jadwal bertemunya ketika anak berangkat
ke sekolah mereka yang mengantar, atau ketika anak pulang sekolah mereka
belum pulang atau ketika pagi-pagi anak akan berangkat ke sekolah mereka
belum bangun atau sudah berangkat lebih awal. Jadi pada intinya faktor
yang mempengaruhi kurang intensifnya komunikasi antara orang tua dengan
anak di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan ini adalah dalam
masalah waktu yang tesedia.
Pertanyaan
3. Menurut bapak/ibu, apakah ada pengaruh antara komunikasi orang tua
terhadap perilaku positif anak?
Jawaban
Selama ini menurut pandangan saya pribadi komunikasi orang tua sangatsangat akan mempengaruhi perilaku positif siswa, walaupun kita bisa
menggunakan bahasa secara tertulis misalnya orang tua meninggalkan
pesan, contohnya “nak, kamu jangan seperti itu berkelahi atau yang
lainnya”, kalau orang tua yang langsung berbicara itu biasanya akan lebih
terdengar atau didengar oleh anak dan akan lebih diingat. Artinya orang tua
disini benar-benar berbicara kepada anak tersebut bukan hanya berbicara
lewat kertas saja. Berbicara (komunikasi) dengan timbal balik akan lebih
efektif karean ketika orag tua berbicara, anak lebih bisa menjawab dalam arti
bukan membantah akan tetapi mendiskusikan sehingga akan lebih
mempengaruhi perilaku mereka (anak). Dengan demikian, orang tua disini
harus bisa mengenal atau mengerti apakah anaknya berpontensi untuk
berkomunikasi lewat telfon saja atau secara langsung, akan tetapi lebih baik
di gunakan kedua-duanya.
Pertanyaan
5. Menurut pandangan ibu, apakah orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar
2 Pejaten ini sudah semaksimal mungkin membimbing dan mengarahkan
nak untuk berperilaku positif?
Jawaban
Menurut saya pribadi sebagai guru BP di sekolah ini, setiap orang tua siswasiswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar insya
Allah sudah melakukan semaksimal mungkin yang terbaik untuk anakanaknya, dan kalaupun ada mungkin hanya beberapa yang mempercayakan
sepenuhnya anak dewasa dengan sendirinya atau sepenuhnya pada sekolah
atau. Memang komunikasi bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak
seperti lewat pesan tertulis tetapi ada juga orang tua yang lebih melakukan
komunikasi dengan anaknya secara lisan/langsung. Padahal dalam masalah
ini seharusnya orang tua harus mengerti kondisi anak-anaknya lebih bisa
berkomunikasi secara langsung atau tidak, akan tetapi sebaiknya untuk lebih
efektif orang tua harus bisa lebih menggunakan keduanya.
Pertanyaan
6. Mengingat kondisi yang seperti ini yaitu sebagian besar orang tua siswasiswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dari kalangan
menengah ke atas dan kebanyakan orang tua murid memiliki kesibukan di
luar rumah, bagaimana cara yang terbaik menurut ibu pribadi sebagai guru
BP untuk mengatasinya/solusinya?
Jawaban
Dalam masalah ini, adalah suatu keuntungan bagi Al-Azhar karena
kebetulan di lembaga ini menyediakan fasilitas telefon yang fungsinya yaitu
untuk melakukan konfirmasi dengan orang tua siswa-siswi yang bermasalah
di sekolah atau datang ke rumah-rumah (Home Visit) untuk bertemu
langsung dengan orang tua yang semua itu sudah mendapat tunjangan (di
biayai) dari pihak sekolah. Jika ini di bilang suatu keuntungan bagi AlAzhar, karena dengan adanya fasilitas tersebut akan memudahkan bagi guruguru khususnya saya sebagai guru BP, dan biasanya sebagian orang tua akan
selalu memenuhi panggilan dari sekolah, kalau pun ada mungkin hanya
sebagian saja dari orang tua siswa-siswi yang kurang respek sehingga untuk
datang ke sekolah hanya sekali atau dua kali saja. Jadi pada intinya, cara
atau solusi yang terbaik dari pihak sekolah dengan menyediakan fasilitas
telefon dengan tujuan untuk mempermudah melakukan konfirmasi antara
pihak sekolah dengan orang tua siswa, karena memang yang biasanya
digunakan di Al-Azhar ialah fasilitas telefon.
Download