PELAKSANAAN RUMUSAN TUJUAN INSTRUKSIONAL DAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI 6 PERCUT SEI TUAN AFRODITA MUNTHE* DAN HALIMATUSSAKDIAH** * Mahasiswa Pendidikan Matematika Ekstensi 2011 FMIPA UNIMED **Dosen MKDK Mata Kuliah Profesi Kependidikan Email : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian kali ini ialah untuk mengetahui apakah guru di sekolah SMP Negeri Percut Sei Tuan mampu menjalankan kompetensi profesional guru dalam mengelola program belajar mengajar yaitu mampu melaksanakan dan merumuskan tujuan konstruksional dan dapat menggunakan metode mengajar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan pelaku yang dapat diamati. Berdasarkan mini riset ini ditemukan ada guru di SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan belum mampu menjalankan dan melaksanakan rumusan tujuan instruksional dan belum mampu menggunakan metode mengajar yang baik. Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa masih terdapat guru yang belum memenuhi salah satu kompetensi profesional guru dalam mengelola program belajar mengajar yaitu dalam menjalankan dan melaksanakan rumusan tujuan instruksional dan menggunakan metode mengajar yang baik dan tepat. Sebaiknya hal ini tidak terjadi lagi pada guru dan calon guru. Kata Kunci: Kompetensi profesional guru, tujuan instruksional, metode mengajar PENDAHULUAN Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu peranan penting guru dalam proses pembelajaran siswa. Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas serta mampu menggunakan metode mengajar yang tepat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan teratur. Sehingga tujuan pendidikan ataupun tujuan materi yang dijalankan dapat teraktualisasikan. Dan ini merupakan salah satu rumusan kompetensi profesional guru. Namun pada saat ini masih banyak guru yang belum memenuhi kompetensikompetensi sebagai profesi guru, seperti halnya seorang guru tidak mampu menyusun dan merumuskan tujuan instruksional pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan tidak mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi pada saat pembelajaran. Yang mana guru hanya mampu menjelaskan dengan cara semaunya, seperti guru tidak fokus dan teratur dalam mengajar sebab tidak mengetahui tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, dan guru tidak memvariasikan model maupun metode mengajar. Akibatnya siswa tidak aktif dan tidak adanya minat belajar. Merumuskan tujuan instruksional dan dapat menggunakan metode mengajar dengan tepat akan menjadikan tercapainya salah satu kompetensi profesional guru yaitu mampu mengelola program belajar mengajar yang terlihat pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan 123 demikian proses belajar mengajar menjadi terkonsepsikan dan teratur. Oleh sebab itu penulis tertarik melakukan miniriset dengan bertemakan Perumusan Tujuan Instruksional dan Penggunaan Metode Mengajar Guru di SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan. Dimana penulis melakukan metode penelitian dengan cara wawancara dan pengamatan didalam kelas maupun di lingkungan sekolah. KAJIAN PUSTAKA Guru merupakan salah satu profesi yang berperan dalam membentuk dan menentukan kualitas SDM di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan SDM berkualitas di masa yang akan datang, maka diperlukan guru yang berkualitas pula. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan meningkatkan kompetensinya. Kompetensi merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat berkinerja unggul. Kompetensi lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan (skill). Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu, kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Dalam tahun 1980-an Depdikbud telah mengadopsi sepuluh kompetensi guru, yang dihasilkan oleh pakar-pakar dalam Proyek Pengembangan Pendidikan (MG). Dengan dikeluarkannya rumusan tersebut oleh instansi yang berwenang maka resmilah perangkat kompetensi yang tercakup di dalamnya menjadi salah satu kompetensi bagi profesi guru di Indonesia, salah satunya yaitu Mengelola program belajar mengajar diantaranya yaitu : 1. Merumuskan Tujuan Instruksional Defenisi Tujuan Instruksional Berbagai defenisi tujuan instruksional disampaikan oleh beberapa tokoh diantanya : Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu, Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang tersamar (covert), Fred Percival dan Henry Ellington (1984), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. 124 Dari beberapa defenisi diatas maka tujuan instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengethuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. Tujuan pengajaran (Instruksional) dikelompokkan menjadi dua yaitu: Tujuan Instruksional Umum (TIU), yang menggariskan hasilhasil dianeka bidang studi yang harus dicapai oleh siswa. Tujuan Instruksional Khusus (TIK).yang merupakan penjabaran TIU yang menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai tujuan pengajaran yang kongkrit dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan dan bertahan lama demi tercapainya tujuan instruksional umum. Dalam pembaharuan system pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk mengetahui tujuan pembelajaran dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu dalam merancang system belajar yang akan dilakukannya, langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Adapun manfaat tujuan instruksional adalah: Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode) mengajar, Siswa mengetahui arah belajarnya, Setiap guru mengetahui batasbatas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antar guru, Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa, Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai criteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran. Telah disebutkan bahwa tujuan instruksional adalah tujuan yang menyatakan adanya sesuatu yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh siswa setelah pengajaran, siswa tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan ataupun melakukannya. Contoh: Sebelum ada pengajaran, siswa belum bisa menyelesaikan proses perhitungan, sesudah dilakukan pengajaran maka siswa dapat menyelesaikan soal-soal perhitungan. Dalam merumuskan tujuan instruksional ada beberapa syarat yang harus diperhatikan: Harus berpusat pada perubahan tingkah laku peserta didik, harus berisikan tingkah laku operasional, harus berisikan makna dari pokok bahasan yang diajarkan pada saat itu. 125 2. Menggunakan Metode Mengajar - Pengertian Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan keterampilan, dan sikap ( kognitif, efektif). Khusus metode mengajar di dalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh factor tujuan, factor siswa, factor situasi, dan factor guru itu. Didalam penggunaan metode ada beberapa syarat- syarat sebagai berikut: Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meransang keinginan siswa untuk dapat belajar lebih lanjut, untuk melakukan eksplorasi dan inovasi (pembangunan) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh penngetahuan melalui usaha pribadi. Metode mengajar yang dipergunakan dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau stuasi yang nyata dan bertujan. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari- hari. - Macam- macam Metode Mengajar dan Penggunaannya Metode ceramah Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap kelasnya. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan. Metode ceramah adalah metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak di gunakan guru dalam dunia pendidikan. Metode Tanya jawab Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya. Metode ini banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, baik di lingkungan keluarga, masyarakat 126 maupun sekolah. Dan metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan- kekurangan pada metode ceramah, dikarenakan apabila suatu penjelasan guru yang belum dimengerti, maka siswa/anak didik dapat langsung menanyakan pada guru. Metode diskusi Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi. Metode pemberian tugas belajar (resitasi) Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam hal ini guru memberikan tugas pada murid untuk maju ke depan kelas untuk mendemonstrasikan apa yang diajarkan guru. Dalam pendidikan agama sering digunakan metode ini terutama dalam hal yang bersifat praktis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang materi pelajaran yang telah diterimanya. Metode demontrasi dan eksperimen Metode Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang bersifat praktis, misalnya : Bagaimana cara yang benar dalam melaksanakan ibadah sholat, baik cara memulai, mengerjakan maupun cara mengakhiri shalat serta apa saja yang disunnahkan dan membatalkannya. Metode sosiodrama dan bermain peran Metode ini menampilkan symbolsimbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa 127 melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka. Metode karyawisata Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untuk menambah dan memperluas wawasan obyek yang dipelajari tersebut ( sesuai dengan bidangnya). Misalnya untuk pelajaran pendidikan geografi siswa dapat diajak ke obyek pemukiman transmigrasi atau obyek morfologi. Untuk pelajaran pendidikan sejarah, siswa dapat diajak ke situs sejarah. Untuk pelajaran pendidikan ekonomi siswa dapat diajak mengunjungi pabrik, atau obyek kegiatan ekonomi. Metode Test Ialah metode mengajar dengan jalan memberikan tes kepada anak – anak untuk mengetahuikemampuan anak dalam suatu kegiatan pelajaran. Biasanya dilakukan setelah sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada anak-anak tes disusun dengan bentuk tes objektif, tes diberikan kepada semua anak dengan bahan yang sama. Metode Drill Metode mengajar dengan mempergunakan latihan-latihan secara intensif dan berulangulang adalah memberikan latihan tertulis kepada anak karena bahan pelajaran baru sedikit sedang waktu ujian semakin mendekat. Metode Infiltrasi Metode ini disebut juga metode susupan, selipan maksudnya antipati atau jiwa ajaran tertentu diselipkan atau diselundupkan kedalam sesuatu. Mata pelajaran pada waktu guru menerangkan pelajaran tersebut misalkan jiwa agama kita selipkan pada waktu mengajar umum. Metode Gotong Royong Metode gotong royong ialah metode yang dilakukan dengan bekerja sama antara beberapa orang anak untuk menyelesaikan suatu tugas atau masalah. Metode ini disebut juga metode kelompok atau metode berregu dan metode kelompoknya disebut studi club, studi grup. Metode Survey Metode yang dilakukan dengan mengadakan penelitian suatu masalah dengan mengmpulkan data-data yang diperlukan dan langsung terjun kemasyarakat. Metode Wawancara Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab atau wawancara antara kedua pihak yang langsung berhadapan muka. Metode Problem Solving Metode yang digunakan dengan cara langsung menghadapi masalah mengetahui dengan sejelas-jelasnya dan menemukan kesukarankesukarannya sehingga dapat dipecahkan. Metode Proyek Prinsipnya usaha dengan metode problem solving hanya lebih kompleks sebab dilakukan dengan metode survey, 128 wawancara, metode kelompok. Satu kelompok dibagibagi dalam beberapa unit. Metode Dikte Metode yang dilakukan dengan jalan mendekte pelajaran (kuliah) untuk dicatat oleh murid, metode ini lazim dipaki perguruan tinggi. METODE MINI RISET a. Metode Penelitian Dalam artikel ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orangorang dan pelaku yang dapat diamati. Sama halnya menurut arif Furchan, Pendekatan kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri. b. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan. c. Sampel Sampel penelitian adalah Bapak Ikhwanul, S.Pd yang mengajar bidang studi Matematika dikelas VII-6 SMP Negeri Percut Sei Tuan. d. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014 dan 28 Maret 2014. PEMBAHASAN Pengelolaan program belajar mengajar sangat berperan penting dalam tercapainya hasil proses pembelajaran, dimana jika program belajar mengajar telah disusun sebelum menjalankan proses belajar mengajar akan menjadikan seorang guru dapat menjalankan tujuan pembelajaran yang tersusun dalam tujuan instruksional dan dapat menjalankan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang ingin diajarkan. Sehingga proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan teratur. Dari hasil miniriset yang dilakukan di SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan terhadap guru yang mengajar khususnya di Kelas VII-6 yang membahas tentang materi Sudut dan Besaran Sudut, yaitu terlihat guru tidak menjalankan program belajar mengajar yang sesuai dengan semestinya, guru tidak mempersiapkan bagaimana jalannya pembelajaran dan tidak mempersiapkan bahan dan alat yang ingin ditampilkan pada saat pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran, guru membentuk siswa belajar dengan berkelompok dan berdiskusi kemudian mengatakan nantinya akan menunjuk dua kelompok untuk presentasi didepan kelas, tetapi guru tidak mengarahkan jalannya diskusi karena guru sibuk mempersiapkan dan memasang infokus, akibatnya waktu banyak habis terbuang dan siswa tidak benar-benar berdiskusi didalam kelompoknya, dan tidak semua siswa dapat memahami materi yang diberikan sehingga hal ini menjadikan tidak tercapainya tujuan instruksional pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Kemudian pada saat pembelajaran, guru tidak mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas seperti yang telah dikatakan sebelumnya. Sehingga model dan metode 129 pembelajaran tidak terlaksana yang mana terlihat model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tetapi tidak menggunakan tipe pada model pembelajaran kooperatif, dan metode yang digunakan diskusi, ceramah dan demonstrasi tetapi tidak berjalan dengan baik. Sehinnga terlihat bahwa guru belum mampu merumuskan tujuan instruksional, sebab jika guru mampu merumuskan tujuan instruksional maka ia akan mampu menjalankan rumusan tujuan instruksional dengan baik. Dan guru belum mampu menggunakan metode mengajar yang baik karena jalannya pembelajaran tidak terarah dan tidak bertujuan. Perlu diketahui jika rumusan tujuan instruksional tercapai dan guru dapat menggunakan metode mengajar yang tepat dan baik maka pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan bermakna bagi siswa sehingga tujuan pendidikan dan tujuan materi yang bersangkutan akan tercapai pula yang mana terlihat dari tingkah laku, hasil belajar dan pemahaman yang menunjukkan ke arah yang lebih baik atau berkembangnya pengetahuan siswa. merumuskan dan menjalankan tujuan instruksional dan menggunakan metode pengajaran yang baik dan tepat. Sehingga peneliti/penulis mengharapkan bagi pembaca agar tidak terjadinya hal seperti penelitian ini dan dapat memperbaiki permasalahanpermasalahan yang terjadi. Terkhususnya kepada kita mahasiswa pendidikan keguruan yang masih dalam tahap menjadi seorang guru. Sebaiknya kita dapat menjadikan hal ini sebagai pembelajaran untuk kita kedepannya agar dapat benarbenar memiliki dan memenuhi kompetensi profesional guru. RUJUKAN Arikunto, S.(1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Wau, Yasaratodo. 2014. Profesi Kependidik an Edisi Revisi.Medan:UNIMED PRESS http://www.artikelbagus.com/2011/06/tuj uan-instruksional-evaluasipendidikan.html http://ujangjaka48.wordpress.com/2013/0 3/07/makalah-metode-mengajar/ KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa di SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan pada salah satu guru bidang studi matematika terlihat belum mampu merumuskan dan menjalankan tujuan instruksional dan belum mampu menggunakan dan menjalankan metode pengajaran yang baik dan tepat terhadap suatu proses pembelajaran. Sehingga masih terdapat guru yang belum memenuhi salah satu kompetensi profesional guru yaitu dalam mengelola program belajar mengajar seperti 130