Mendeteksi Dan Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Meike1, Monika2 ABSTRACT: Every children has uniquness and distinction, they blessed with different interest and talent. But parents often understanding talent as a academic talent only, so they only focus in academic, without give attention and develop other talents. Whereas child’s talents not only in academic, but divided in others area, known as multiple inteligence. Talents must be developing for children future. To detecting and developing child’s talents, parents must known their child’s talents and support them with proper stimulation. Beside talent, other important things in life is creativity. Creativity is the important keys in individu success. Creativity must be develop from early childhood, start from family, through learning, education, and parenting. The parent’s role is very important aspect especially in parenting and maximal support for children’s future. Seeing the important of developed talents and creativity, coupled with the large of parents role, so parents in PAUD PKBM Negeri 30 Duri Kepa, proposes the holding of seminar on “Detecting & Developing Children’s Talents and Creativity Optimally Keywords: Talents and Creativity, Multiple Inteligence ABSTRAK: Pada dasarnya setiap anak memiliki keistimewaan dan keunikan masing-masing. Setiap anak dianugerahi minat dan bakat yang berbeda-beda satu sama lain. Namun seringkali, pemahaman orang tua mengenai bakat anak seringkali hanya dipandang sebatas pada bidang akademis saja, sehingga fokus orang tua hanya pada bidang akademis, tanpa memperhatikan dan mengembangkan bakat di bidang lain. Padahal bakat anak tidak hanya terbatas pada bidang akademis saja, melainkan terbagi kedalam beberapa bidang atau yang biasa dikenal dengan istilah multiple inteligence. Bakat perlu dikembangkan terutama untuk bekal hidup anak kelak. Untuk dapat mendeteksi dan mengembangkan bakat anak orang tua perlu mengetahui bakat anak dan kemudian menyediakan stimulasi yang sesuai. Selain bakat, hal yang juga penting untuk kehidupan adalah kreativitas. Kreativitas adalah kunci penting bagi keberhasilan seseorang. Kreativitas harus dikembangkan sejak usia dini, diawali dari dalam keluarga, melalui proses pembelajaran, pendidikan, maupun pengasuhan. Dalam hal ini, peran orang tua sangat diperlukan terutama dalam hal pengasuhan dan pemberian dukungan maksimal demi keberhasilan anak di masa depan. Melihat pentingnya mengembangkan bakat dan kreativitas anak sejak dini, ditambah dengan begitu besarnya peran orang tua bagi pengembangan keduanya, maka para orang tua di PAUD PKBM Negeri 30 Duri Kepa mengajukan usulan diadakannya seminar dengan tema Mendeteksi dan Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak. Sehingga para orang tua dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara mengembangkan bakat dan kreativitas anak dengan optimal. Kata Kunci: Bakat dan Kreativitas, Multiple Inteligence Pendahuluan 1 2 Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara 43 Di daerah Jakarta Barat terdapat banyak PAUD (Pendidikan Anak USia Dini) baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. PAUD tersebut diantaranya adalah PAUD Negeri 30 Duri Kepa, PAUD Bougenvile, PAUD Umi Maya, Rumah Srikandi, PAUD Sholeh, PAUD Permata Bunda, PAUD Ceria, dan sebagainya. PAUD tersebut masing-masing memiliki kurang lebih 30 siswa. Para siswa yang bersekolah di PAUD tersebut sebagian besar berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah, serta tingkat pendidikan orang tua SMA dan sederajat. Pada bulan Desember 2014 dilakukan psikoedukasi tentang Komunikasi Efektif Orang tua – Anak, di PAUD Negeri 30 Duri Kepa Jakarta Barat. Pada lembar evaluasi, orang tua menyampaikan bahwa psikoedukasi seperti ini sangat bermanfaat bagi orang tua. Pihak pengelola PAUD juga mengatakan jika seminar-seminar seperti ini sangat penting untuk menambah pengetahuan orang tua. Pihak pengelola juga meminta agar PAUD lain di sekitar Duri Kepa-Jakarta Barat, juga diperkenankan mengikuti seminarseminar seperti ini. Selain itu, para guru dan orang tua menghimbau agar untuk selanjutnya diberikan seminar/psikoedukasi tentang cara mengembangkan bakat dan kreativitas anak, karena informasi ini sangat dibutuhkan orangtua dalam membimbing anak-anaknya. Berangkat dari usulan para orang tua tersebut, maka dirasa perlu memberikan materi tentang cara-cara mengembangkan bakat dan kreativitas anak. Berbicara mengenai bakat, pada dasarnya setiap anak memiliki keistimewaan dan keunikan masing-masing. Setiap anak dianugerahi minat dan bakat yang berbedabeda satu sama lain. Bakat merupakan potensi dalam anak yang harus dirangsang terlebih dahulu sehingga dapat terlihat sebagai suatu kecakapan, pengetahuan, dan ketrampilan khusus yang menjadi bekal hidupnya kelak (Novita, 2007). Pemahaman orang tua mengenai bakat anak seringkali hanya dipandang sebatas pada bidang akademis saja, sehingga fokus orang tua hanya pada bidang akademis, tanpa memperhatikan dan mengembangkan bakat di bidang lain. Padahal bakat anak tidak hanya terbatas pada bidang akademis saja, melainkan terbagi kedalam beberapa bidang atau yang biasa dikenal dengan istilah multiple inteligence. Untuk mendeteksi dan mengembangkan bakat anak diperlukan stimulasi dari orang tua maupun stimulasi dari lingkungannya. Selain itu, diperlukan juga sarana dan prasarana pendidikan di rumah, seperti buku bacaan, alat musik, alat olahraga, atau mainan edukatif. Setelah mengetahui bakat anak, orang tua sebaiknya mengarahkan bakat anaknya tersebut agar bisa berkembang dan berprestasi, dengan cara menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan bakat itu, karena bakat anak akan berkembang jika mendapat dukungan dari lingkungannya (Novita, 2007). Bakat erat kaitannya dengan kecerdasan. Menggali potensi kecerdasan inilah yang menjadi dasar teori multiple intelligence yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Menurutnya, kecerdasan merupakan kemampuan untuk menangkap situasi serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita. Gardner menegaskan bahwa tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada adalah anak yang menonjol pada salah satu atau beberapa jenis kecerdasan (Kusmayadi, 2011) Teori multiple intelligence menyatakan bahwa inteligensi terdiri dari sejumlah konstruk yang masing-masing dapat berdiri sendiri-sendiri. Sejumlah konstruk tersebut 44 adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. (Kusmayadi, 2011) Anak yang cerdas dalam bidang linguistik memiliki ciri-ciri: sangat berminat ketika melihat buku, cepat mempelajari perbendaharaan kata , tidak mengalami banyak kesulitan dalam permainan kata, sering bertanya tentang arti kata, saat dalam perjalanan, sering memperhatikan atau membaca papan reklame atau spanduk, suka menuliskan sesuatu yang dianggap berkesan, suka menceritakan secara lengkap peristiwa yang dialaminya, dan hal lain yang terkait dengan ketrampilan berbahasa (Kusmayadi, 2011) Anak yang cerdas dalam bidang logika matematika memiliki ciri-ciri antara lain: suka menghitung angka-angka, selalu mencari pola keteraturan atau urutan logis dari segala sesuatu, senang mengukur, mengklasifikasi, menjumlahkan. Anak yang cerdas dalam bidang visual spasial memiliki ciri-ciri antara lain: menyukai objek berwarna, mampu mengingat jalan yang pernah dilaluinya dengan baik, lebih suka menggambar objek yang pernah dilihat, daripada menceritakannya, senang bermain puzzle, maze, teka-teki visual lainnya, suka melihat buku bacaan yang banyak gambarnya, suka mengamati benda dan memahaminya dengan cermat. (Kusmayadi, 2011) Anak yang cerdas dalam bidang kinestetik jasmani memiliki ciri-ciri antara lain: suka olah raga, tidak betah duduk berlama-lama, suka mengerjakan pekerjaan tangan, misalnya bermain clay, origami, merakit mainan, dsb. Anak yang cerdas dalam bidang musikal memiliki ciri-ciri antara lain: senang bernyanyi atau bermain alat musik, bisa membedakan nada musik yang fals atau tidak nyaman didengar, suka mendengarkan musik (di radio/kaset/CD), cepat belajar memainkan alat musik, sering bersenandung, cepat mengingat nada atau lirik lagu, suka mengetuk-ngetuk atau melantunkan lagu sambil belajar atau bermain. (Kusmayadi, 2011) Anak yang cerdas dalam bidang interpersonal memiliki ciri-ciri antara lain: sering didatangi teman-teman untuk diajak bermain, kehadirannya ditunggu-tunggu, menyukai olahraga kelompok (seperti sepak bola, basket), daripada olahraga tunggal (seperti renang, jogging), menyukai permainan untuk mengisi waktu bersama, seperti: monopoli, daripada video games, senang berada di tengah kerumunan orang. Anak yang cerdas dalam bidang intrapersonal memiliki ciri-ciri antara lain: mampu memahami berbagai perasaan, senang berdiam diri untuk menenangkan diri dan tidak mau diganggu orang lain, mampu bersikap tegas, suka melakukan kegiatan sendiri, olahraga atau permainan yang diminati lebih ke permainan atau olahraga tunggal, seperti flying fox, suka mencatat peristiwa berkesan dalam buku harian (Kusmayadi, 2011) Anak yang cerdas dalam bidang naturalis memiliki ciri-ciri antara lain: suka memelihara binatang peliharaan, senang diajak berkemah, atau melihat pemandangan alam, senang berada di lingkungan alam terbuka, seperti pantai, pegunungan, suka menanam bunga di pot atau halaman rumah, suka diajak ke tempat-tempat seperti observatorium atau peneropongan bintang, taman bunga/buah. (Kusmayadi, 2011) Hal yang juga tidak kalah penting untuk diperhatikan orang tua adalah kreativitas anak. Kreativitas adalah suatu pemikiran atau gagasan yang ditindaklanjuti dengan upaya kerja keras sehingga dapat menghasilkan suatu karya nyata yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain (masyarakat) (Munandar, 1997). Orang yang kreatif ditandai dengan karakteristik humor imajinatif, konsentrasi pada tugas, terbuka terhadap ide dan pengalaman baru, dan mampu bekerja sama dengan orang lain (Negara, Prihanto & Sinambela, 2000). Kreativitas adalah kunci penting tidak hanya terbatas bagi kemajuan seseorang tetapi juga bagi kesejahteraan suatu bangsa. 45 Kreativitas harus dikembangkan sejak usia dini, diawali dari dalam keluarga, melalui proses pembelajaran, pendidikan, maupun pengasuhan. Dalam hal ini, peran orang tua sangat diperlukan terutama dalam hal pengasuhan dan pemberian dukungan maksimal demi keberhasilan anak di masa depan (Santrock, 1999). Orang tua adalah agen penting dalam perkembangan anak di rumah karena orang tua adalah guru bagi anak-anaknya yang mendidik anak dari sisi kognitif, afektif, maupun konatif. Kreativitas bisa ditumbuhkan melalui prose pembelajaran, pendidikan, dan pengasuhan dalam keluarga (Dariyo, 2013). Kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Orang tua harus memberikan dukungan maksimal demi keberhasilan anak di masa depan (Santrock, 1999). Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kreativitas anak? Dariyo (2014) menyatakan bahwa faktor pengasuhan orang tua dan dukungan social adalah hal yang penting dilakukan dalam kaitannya dengan mengembangkan kreativitas. Pola Asuh Orang Tua. Foni (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengasuhan orang tua yang demokratis memiliki hubungan positif dengan kreativitas anak. Kreativitas tumbuh berkembang dalam suatu lingkungan keluarga bila orang tua memberi ruang gerak bagi anak-anak untuk melakukan eksplorasi dan pengembangan potensi anak secara terus-menerus tanpa terlalu banyak melarang. Untuk mengembangkan kreativitas anak, dalam kaitanya dengan pola asuh, orang tua hendaknya: (1). Tidak terlalu banyak melarang anak, karena terlalu banyak larangan akan mematikan kreativitas, (2). Jangan membanding-bandingkan anak. Anak yang sering dibanding-bandingkan akan memunculkan rasa tidak percaya diri, tidak nyaman, pasif, dan menarik diri. Hal ini tentunya dapat menghambat kreativitas anak, (3). Tidak menuntut anak sesuai keinginan orang tua, (4). Mau mendengarkan ide anak. Dengan mau mendengarkan, anak akan menjadi lebih bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, atau gagasan, (5). Lakukan kegiatan yang dapat memicu kreativitas anak dengan cara yang santai, bukan dengan paksaan atau tekanan. Dukungan Sosial. Dacey & Lennon (1999) menyatakan bahwa dukungan sosial bermanfaat untuk mendorong seseorang mencapai tujuan tertentu. Dukungan sosial mampu menstimulasi gagasan atau ide seseorang sehingga individu tersebut mengerahkan segala kemampuannya demi mencapai prestasi terbaik. Dengan dukungan sosial, akan banyak manfaat positif yang didapat. Dukungan sosial dapat berupa dukungan fisik, informasi, instrument, psikoemosional, dan jaringan kerja (Sarafino, 1999). Bagi seorang anak, dukungan sosial dari orang tua sangatlah penting. Piirto (2009) menyatakan bahwa ketika seorang anak merasakan dukungan sosial dari orang tua, maka hal ini akan mendorong anak untuk mampu bersungguh-sungguh berupaya untuk meraih keberhasilan. Sebagai bentuk dukungan sosial orang tua kepada anak, berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan: (1). Memberikan contoh baik pada anak, (2). Ajaklah anak berjalan-jalan bukan hanya sekedar bermain tetapi juga berikan bimbingan, (3). Ijinkan anak untuk ikut aktivitas alam, (4). Menyediakan sarana permainan yang menumbuhkan kreativitas anak. Selain 9 hal yang telah disebutkan diatas, ada 1 hal lagi yang perlu dilakukan orang tua dalam kaitannya dengan pengembangan kreativitas anak, yaitu memberikan sarapan yang bergizi. Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa sarapan akan membuat anak menjadi lebih berkonsentrasi, memiliki daya pikir dan daya ingat yang lebih baik. Lebih lincah dan memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Hasil penelitian juga 46 menunjukkan bahwa prestasi belajar anak yang sarapan akan lebih baik dibanding yang tidak sarapan. Pengasuhan orang tua, dukungan sosial, serta pemenuhan kebutuhan fisik (sarapan) pada anak, berperan penting untuk mengembangkan kreativitas anak. Lingkungan keluarga, sebagai lingkungan primer adalah agen utama dalam mengembangkan kreativitas anak. Kreativitas bisa ditumbuhkan melalui proses pembelajaran, pendidikan, dan pengasuhan dalam keluarga (Dariyo, 2013). Kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Orang tua harus memberikan dukungan maksimal demi keberhasilan anak di masa depan (Santrock, 1999). Penelitian Foni (2000) menyatakan bahwa pengasuhan orang tua memiliki hubungan positif dengan kreativitas anak. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak dengan menerapkan pola pendidikan dan pengasuhan yang tepat sejak dini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah orang tua hanya memahami bakat anak terbatas pada bidang akademis saja, sehingga orang tua hanya terfokus pada pengembangan kemampuan akademis saja dan mengabaikan bakat dan kreativitas dibidang lain. Tujuan kegiatan adalah: (1). Memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai multiple inteligence serta bagaimana cara mengembangkan bakat sesuai dengan kemampuan masing-masing anak, (2). Memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai pentingnya mengembangkan kreativitas anak sejak dini beserta bagaimana tips praktis mengembangkan kreativitas anak. Manfaat dalam penelitian ini adalah: Orang tua dan guru PAUD dapat mengenali multiple inteligence masing-masing anak serta mengetahui bagaimana cara mengembangkan bakat dan kreativitas sesuai dengan dengan bakat masing-masing anak. Metode Penelitian Psikoedukasi kepada orang tua mengenai mengembangkan bakat dan kreativitas anak diberikan dalam bentuk pemberian seminar, yang diselenggarakan pada hari Kamis, 2 April 2015 bertempat di PAUD PKBM Negeri 30 Duri Kepa, yang terletak di Duri Kencana Timur 117 Kelurahan Duri Kepa – Kecamatan Kebon Jeruk – Jakarta Barat. Peserta seminar sebanyak 22 orang yang terdiri dari orang tua / wali dan guru PAUD PKBM Negeri 30 dan sekitarnya. Dalam merancang kegiatan seminar ini, tim PKM UNTAR yang beranggotakan dua orang dosen, dibantu tiga orang mahasiswa, terlebih dahulu melakukan survey melalui angket yang diisi oleh para peserta seminar sebelumnya. Dari hasil pengolahan data yang didapat dari angket tersebut, tampak bahwa tema bakat dan kreativitas paling banyak diminati. Setelah menyampaikan hasil survey dan berdiskusi dengan pihak PAUD maka disepakati diadakan seminar dengan judul “Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak”. Pelaksanaan kegiatan seminar terbagi dalam beberapa sesi. Sesi pertama adalah pembukaan oleh perwakilan PAUD PKBM Negeri 30, sesi kedua dan ketiga adalah sesi penyampaian materi, sesi keempat adalah diskusi dan tanya jawab, dimana pada sesi ini para peserta diajak aktif terlibat melalui diskusi dan tanya jawab. Kegiatan seminar diakhiri dengan sesi penutup, berupa pembagian souvenir bagi para peserta yang aktif dan foto bersama. 47 Pada sesi penyampaian materi, materi yang disampaikan meliputi: (1). Mendeteksi dan Mengembangkan Bakat Anak, (2). Tips Praktis Mengembangkan Kreativitas Anak. Kedua materi tersebut disampaikan oleh dua narasumber, dalam waktu kurang lebih 90 menit. Di tengah-tengah penyampaian materi, peserta juga dipersilahkan untuk secara aktif menyampaikan pendapat, pertanyaan atau permasalahan berkaitan dengan materi yang disampaikan. Sepanjang sesi penyampaian materi banyak peserta yang aktif berinteraksi dengan narasumber, demikian pula dalam sesi diskusi dan tanya jawab. Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, semakin banyak peserta yang terlibat aktif mengajukan pertanyaan, menambahkan jawaban narasumber berdasarkan pengalaman masing-masing, dst nya. Sebagai bentuk apresiasi kepada para peserta yang aktif, pada sesi penutup dipilih lima orang peserta yang mendapatkan souvenir dari penyelenggara. Para peserta juga diminta untuk mengisi angket evaluasi sebagai dasar penyelenggaraan kegiatan berikutnya. Hasil dan Pembahasan Seminar dengan pokok bahasan “Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak” ini, dilaksanakan pada: Kamis, 2 April 2015. Total peserta adalah 22 orang, yang terdiri dari orang tua wali murid dan guru dari PAUD PKBM Negeri 30 Duri Kepa – Jakarta Barat. Para peserta tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan seminar karena pemilihan tema seminar ditentukan berdasarkan permintaan para peserta. Suasana seminar tampak sangat menyenangkan, para peserta tidak malu bertanya, mengemukakan pengalaman dan pendapat. Sesi diskusi dan tanya jawab berlangsung cukup lama dikarenakan tingginya antusiasme para peserta, termasuk para guru PAUD sendiri. Para peserta juga mengisi angket berkaitan dengan bagaimana penilaian peserta terhadap kegiatan seminar ini dan usulan mengenai rencana tema kegiatan serupa di kemudian hari. Pada kesempatan ini, tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara (PKM – UNTAR) juga memberikan sumbangan berupa mainan edukasi yang dapat digunakan bersama di sekolah sebagai sarana pengembangan kreativitas. Sumbangan mainan edukasi ini erat kaitannya dengan materi mengenai Tips Praktis Mengembangkan Kreativitas Anak, dimana salah satu tips yang dapat dilakukan adalah pemberian mainan yang dapat mengembangkan atau memacu kreativitas anak. Selain erat kaitannya dengan materi, pemberian sumbangan mainan edukasi kepada pihak sekolah diharapkan juga dapat digunakan bersama-sama bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama pada anak didik PAUD untuk Sumbangan mainan edukasi tersebut diterima langsung oleh Pimpinan PKBM Negeri 30. Simpulan dan Implikasi Berdasarkan dari observasi yang dilakukan selama seminar berlangsung, oleh tim dari UNTAR dan dari para guru PAUD yang hadir, ditambah dengan kualitas pertanyaan dan diskusi, dapat disimpulkan bahwa para peserta mendapat banyak pemahaman baru mengenai bakat dan kreativitas anak. 48 Dari angket evaluasi yang dibagikan, para peserta juga menyatakan puas dan senang serta berharap akan ada seminar serupa di masa mendatang dengan tema yang berbeda. Daftar Pustaka Dacey, J.S & Lennon, K.M. 1999. Understanding Creativity. San Fransisco: Josey – Bass Dariyo, A. 2014. The Role of Parent Support On Creativity Improvement of The Creative People. Procedding (tidak diterbitkan): Seminar Nasional: Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Bangsa. Malang: Universitas Merdeka Malang Foni. 2000. Hubungan Pengasuhan Demokratis dengan Kreativitas Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Kusmayadi, I. 2011. Membongkar kecerdasan anak: Mendeteksi bakat dan potensi anak sejak dini. Jakarta: Gudang Ilmu. Munandar, S.U. 1997. Strategi Pengembangan Keberbakatan & Kreativitas. Jakarta: Grassindo. Negara,C.S., Prihantono, F.X.S., & Sinambela. F.S. 2000. Analisa Faktor-faktor Pembentuk Kreativitas pada Tim Kreatif Biro Iklan di Surabaya. Anima, 15 (3), 280 – 292. Novita, W. 2007. Serba serbi anak: yang perlu diketahui seputar anak dari dalam kandungan hingga masa sekolah. Jakarta: Gramedia. Piirto, J. 2009. Gifted and Talented. Texas: Prufrock Press. Santrock, J.W. 1999. Lifespan Development. Boston : Mc.Graw Hill. Sarafino. 1999. Health Psychology. Boston : McGraw – Hill. 49