7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Operasional Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Definisi Manajemen menurut Irham Fahmi adalah : “Manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari secara komprehensip tentang bagaimana mengarahkan dan mengelola orang-orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang di inginka”. Irham Fahmi, ( 2011 : 2 ). Sebagai perbandingan banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini. Fahmi, I., ( 2011 : 2 ) yaitu : Ricky W. griffin, manajemen merupakan suatu rangkaian aktifitas (perencanaan, pengambilan keputusan dan pengandalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien. George R. Terry & Leslie W. Rue, manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. James A.F. Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan 7 8 penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ensiclopedia of The Social Science, manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi. Mary Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Thomas H. Nelson, manajemen perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan. Namun dari sekian banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam memahami manajemen tersebut, yaitu : Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Definisi Manajemen menurut Sule, E.T & Saefullah, K adalah : “Manajemen merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan” Sule, E.T & Saefullah, K. ( 2010 : 6 ). 2.2 Pengertian Manajemen Operasional 9 Istilah manajemen operasi muncul untuk memperluas pemahaman yang lebih luas tentang proses produksi, dimana proses produksi yang dibahas tidak hanya yang menghasilkan barang dan menimbulakan keuntungan saja, namun juga membahas proses produksi yang menghasilkan jasa dan atau tidak menghasilkan keuntungan. Manajemen operasional menurut Haming M. & Nurnajamuddin M. adalah : “Manajemen operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan dan pengendalian aktifitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar” Haming M. & Nurnajamuddin M. ( 2011 : 3 ). 2.2.1 Unsur Manajemen Operasional Unsur utama dalam pelaksanaan kegiatan manajemen operasional menurut Haming M. & Nurnajamuddin M. ( 2011 : 3 )adalah : a. Manajemen operasional merupakan sebuah proses manajemen sehingga kegiatan awalnya dari aktifitas perencanaan dan berakhir pada aktifitas pengendalian. b. Manajemen operasional mengkaji pengolahan masukan menjadi keluaran tertentu baik barang atau jasa. c. Manajemen operasional bertujuan member nilai tambah atau manfaat yang lebih besar kepada opganisasi atau perusahaan. 10 d. Manajemen operasional merupakan sebuah sistem yang terbangun dari subsistem masukan, subsistem proses pengolahan dan subsistem keluaran. 2.3 Manajemen Persediaan 2.3.1 Pengertian Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tenggang ( lead time ) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif : Manajemen persediaan menurut Kumalaningrum M.P., Kusumawati H., Hardani R.P. adalah “Manajemen persediaan merupakan suatu kegiatan perencanaan dan pengendalian persediaan barang dalam rangka memenuhi prioritas bersaing perusahaan terhadap permintaan konsumen”. Kumalaningrum M.P., Kusumawati H., Hardani R.P. ( 2011 : 144 ). Manajemen persediaan yang akan dibahas disini lebih difokuskan pada manajemen persediaan barang jadi. Manajemen persediaan barang jadi 11 bertujuan agar tingkat persediaan barang jadi cukup, tidak terlalu banyak tetapi tidak terlalu sedikit, sehingga biaya barang jadi ekonomis dan perusahaan tidak kehilangan kesempatan untuk melayani penjualan karena kurangnya persediaan barang jadi. 2.3.2 Pengertian Persediaan Persediaan ( Inventory ), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri ( manufaktur ). Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, pada perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedangkan perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi ( siap untuk dijual ). Definisi persediaan menurut Handoko, T.H adalah : “suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumberdayasumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan”. Handoko, T.H. ( 2010 : 333 ). Persediaan perusahaan dagang merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan. 12 Persediaan mewakili barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan, dalam hal perushaan manufaktur persediaan mewakili, barang yang diproduksi atau yang ditempatkan untuk diproduksi. Dengan demikian persediaan merupakan sesuatu yang tidak bisa ditiadakan dalam proses suatu usaha, walaupun sebenarnya persediaan adalah suatu sumber dana yang menganggur karena sebelum digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain. 2.3.3 Jenis-Jenis Persediaan Jenis-jenis persdiaan menurut Kumalaningrum M.P., Kusumawati H., Hardani R.P. ( 2011 : 144 ). adalah sebagai berikut : a. Persediaan bahan baku ( raw material inventory ), yaitu persediaan terhadap bahan baku yang akan digunakan sebagai materi dasar produksi. Perusahaan melakukan pembelian bahan baku kepada supplier tanpa harus memproses lebih lanjut. b. Persediaan barang dalam proses ( work in process inventory ), yaitu persediaan bahan baku oleh perusahaan namun belum sepenuhnya selesai karena masih menunggu proses produksi selanjutnya. c. Persediaan barang jadi ( finished goods inventory ), yaitu persediaan terhadap barang-barang yang sepenuhnya telah selesai dilakukan proses produksi. Barang hanya menunggu proses pengiriman karena perusahaan akan mendistribusikan kepada konsumen berdasarkan pesanan yang masuk. 13 2.3.4 Fungsi Persediaan Persediaan selain terdiri dari beberapa jenis, persediaan juga memiliki beberapa fungsi yang berbeda-beda. Fungsi persediaan menurut Tita Deitiana, ( 2011 : 187 ) adalah : a. Untuk member stock agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi. b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi. c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas karena membeli dalam jumlah banyak biasanya mendapat diskon. d. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. e. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terhadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman. f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses. Jadi, fungsi persediaan adalah untuk mengatasi ketidakpastian atau mengantisipasi perubahan dalam permintaan serta manjaga kelancaran proses produksi dan menjaga kepuasan pelanggan. 2.3.5 Tujuan Persediaan Beberapa tujuan diadakannya persediaan adalah sebagai berikut : a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian ( misalnya : safety stock ). b. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. c. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran. 14 2.3.6 Biaya-biaya dalam Persediaan Biaya-biaya yang timbul akibat persediaan antara lain : ordering cost, holding cost, set up cost, dan merupakan yang tidak dapat dihindari, tetapi dapat diperhitungkan tingkat efisiensinya di dalam menentukan kebijakan persediaan. a. Biaya pemesanan ( order cost/setup cost ) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok ( supplier ), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan. b. Biaya simpan ( carrying cost/holding cost ) Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi: 1) Biaya memiliki persediaan ( biaya modal ) 2) Biaya gudang. 3) Biaya kerusakan dan penyusutan. 4) Biaya kadaluwarsa. 5) Biaya asuransi. 6) Biaya administrasi dan pemindahan c. Biaya kekurangan persediaan ( stock out cost ) 15 Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen/pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya bahan atau barang adalah harga yang harus dibayar atas barang yang dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier. Sehingga perusahaan dapat menentukan apakah sebaiknya menggunakan harga diskon atau tidak. 2.4 Metode Penilaian dan Pencatatan Persediaan Dalam sistem persediaan kita mengenal metode penilaian persediaan yang tujuannya untuk mengalokasikan total biaya persediaan antara biaya yang tersisa dan biaya yang terjual. Serta sistem pencatatan persediaan yang berguna untuk menyimpan catatan pembelian yang dilakukan persediaan agar terhindar dari salah tafsir atau untuk penyediaan mengenai jumlah persediaan yang akurat. Metode penilaian persediaan yang paling umum dalam menentukan nilai suatu bahan yang diambil dari persediaan dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : a. First In First Out ( FIFO ) 16 Metode ini berdasarkan pada perkiraan / asumsi bahwa barang yang telah terjual dinilai berdasarkan harga perolehan barang pada saat pertama. Dengan demikian persediaan akhir dinalai berdasarakn atas jumlah persediaan yang tersisa dengan harga perolehan terakhir, metode ini secara langsung akan berdampak pada harga pokok penjualan menaikan laba dan menaikan pajak. b. Last In First Out ( LIFO ) Metode ini berdasarkan pada perkiraan/asumsi bahwa barang yang telah terjual dinilai berdasarkan harga perolehan barang pada saat terakhir. Dengan demikian persediaan akhir dinilai berdasarkan atas jumlah persediaan yang tersisa dengan harga perolehan pertama, dampak dari penggunaan metode ini mempunyai pengaruh yang berlawanan pada laba dan pajak disbanding FIFO. c. Weight Average Cost ( harga rata-rata tertimbang ) Metode ini didasarkan pada harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing tingkat harganya. Dengan demikian persediaan dinilai berdasarkan pada harga rata-rata. Sedangkan dalam melakukan pencatatan ada 2 metode yang dapat digunakan yaitu : a. Metode Fisik/Periodic 17 Metode ini menghasilkan perhitungan fisik ( stock opname ) pada tanggal penyusanan laporan keuangan, perhitungan tersebut diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemungkinan diperhitungkan dalam harga pokok. Dalam metode ini persediaan barang tidak di ikuti dalam buku-buku, dalam pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. b. Metode Buku / Perpetual Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendirisendiri yang merupakan buku pembantu persediaan, setiap perubahan dalam persediaan di ikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat di ketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. 2.5 Model Economic Order Quantity ( EOQ ) Kuantitas pemesanan ekonomis dalam jumlah yang harus dipesan pada suatu waktu tertentu dalam jumlah tertentu berdasarkan tingkat persediaan yang tersedia diperusahaan. Metode EOQ menunjukan jumlah unit yang dipesan setiap kali pesan ( lot size) yang akan menimbulkan total biaya persediaan minimal. Kumalaningrum M.P., Kusumawati H., Hardani R.P. ( 2011 : 146 ). Jadi, pengertian EOQ menyiratkan arti yang sederhana yaitu menentukan jumlah barang yang harus dipesan dan frekuensi pembelian agar biaya persediaan yang diperoleh seminimal mungkin. 18 Dalam menggunakan EOQ hanya digunakan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya yang lain tidak relevan untuk dipertimbangkan, karena biaya kekurangan persediaan dan biaya perubahan kapasitas tidak akan terjadi apabila permintaan konstan. Dan harga barang atau bahan diasumsikan tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu, ketiga biaya tersebut tidak akan mempengaruhi keputusan berapa jumlah yang harus dipesan maupun kapan harus melakukan pemesanan kembali. Jadi EOQ dapat dihitung dengan menggunakan tiga cara yaitu dengan menggunakan table, dengan grafik dan menggunakan rumus matematika. Pendekatan dengan menggunakan table dan grafik tidaklah sederhana dan hasilnya bisa tidak tepat. Tingkat pemakaian Tingkat perrsediaan kuantitas pesanan = Q (tingkat persediaan maksimum) Persediaan rata-rata Yang dimiliki (Q/2) persediaan minimum 0 waktu Gambar 2.1 Penggunaan persediaan dari waktu ke waktu Gambar di atas menunjukan grafik pemakaian persediaan dengan permintaan jumlah yang dipesan konstan dari waktu ke waktu, persediaan turun pada sebuah tingkat yang seragam dari waktu ke waktu. Setiap kali tingkat 19 persediaan mencapai jumlah 0, maka pesanan yang baru ditempatkan dan diterima, dan tingkat persediaan melompat kembali ke Q unit. Proses ini berlanjut dan tidak terbatas dari waktu ke waktu. Rumus EOQ 2.S.D Q= H Keterangan : EOQ : Kuantitas pemesanan ekonomis D : Kebutuhan per tahun S : Biaya pemesanan per pesanan H : Biaya penyimpanan per tahun Biaya Total (Total Cost -TC) Biaya total Biaya tahunan minimum Kurva untuk biaya penyimpanan dan setup total Kurva biaya penyimpanan Kurva biaya setup (atau pesanan) 20 Koantitas pesanan optimum Kuantitas pesanan Gambar 2.2 Biaya total sebagai fungsi kuantitas pesanan Dari gambar di atas menunjukan ukuran pemesanan yang optimum Q* merupakan kuantitas yang akan meminimalkan biaya total tersebut. Ketika kuantitas pesanan meningkat, jumlah pesanan total yang ditempatkan dalam satu tahun akan berkurang. Dengan demikian, ketika kuantitas pesanan miningkat, biaya setup atau biaya pemesanan tahunan akan berkurang. Tetapi ketika kuantitas pesanan meningkat, biaya penyimpanan akan meningkat karena persediaan yang dipertahankan lebih besar dari rata-rata. Kuantitas pesanan yang optimum terjadi pada titik dimana kurva biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bersilangan. Dengan model EOQ, kuantitas pesanan yang optimum akan terjadi pada sebuah titik dimana biaya setup total sama dengan total biaya penyimpanan. Langkah yang perlu dilakukan adalah a. Membuat sebuah persamaan untuk biaya setup atau biaya pemesanan b. Membuat persamaan untuk biaya penyimpanan c. Menentukan biaya setup yang sama dengan biaya penyimpanan d. Menyelesaikan persamaan untuk kuantitas pesanan yang optimum Rumus TC TC : H (Q/2) + S (D/Q) 21 Keterangan : TC : Total biaya persediaan H Q/2 : Total biaya penyimpanan S D/Q : Total biaya pemesanan 2.6 Re Order Point ( ROP ) Definisi Re-Order Point menurut Heizer, J. & Render, B. adalah : “Merupakan suatu tingkat atau titik persediaan dimana tindakan harus diambil untuk pengisian kembali persediaan barang”yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali”. Heizer, J. & Render, B. ( 2009 : 99 ) Jadi, pemesanan kembali dilakukan agar pada saat pesanan tersebut datang, persediaan bahan baku masih berada di atas safety stock. Sama dengan jumlah yang harus dipunyai bila persediaan baru datang dan penggunaan bahan yang diperkirakan selama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan persediaan baru. Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam Economic Order Quantity ( EOQ ) tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor yang 22 mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah -Lead Time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead time. a. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu. b. Persediaan Pengaman ( Safety Stock ), yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi. Definisi Safety Stock menurut Heizer, J. & Render, B. adalah : “Persediaan penyelamat atau persediaan pengaman ( safety stock ) adalah persediaan tambahan yang mengizinkan terjadinya ketidaksamaan pengiriman sebuah penyangga” Heizer, J. & Render, B. ( 2009 : 100 ) Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya stock out disebabkan karena pesanan bahan baku tidak datang tepat pada waktunya. Perusahaan berproduksi melebihi rencana yang telah ditentukan sehingga jumlah pemakaian bahan baku dalam produksi lebih besar daripada perencanaan ( peramalan ) pemakaian bahan baku. 23 Model persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah pesanan bersifat seketika. Dengan kata lain diasumsikan bahwa : Suatu perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaan untuk barang tertentu tersebut mencapai nol perusahaan akan meneriman barang yang dipesan dengan segera. Bagaimanapun, waktu antara penempatan penerimaan sebuah pesanan, yang disebut sebagai lead time, atau waktu pengiriman. Dengan dimikian, keputusan kapan untuk memesan pada umumnya dinyatakan dalam kaitan dengan sebuah titik pemesanan ulang ( reorder point )- tingkat persediaan dimana pemesanan harus dilakukan ( lihat gambar 2.3 ) Tingkat persediaan (unit) Q* Tingkat kemiringan = unit/hari = d ROP (unit) } Lead time = L Gambar 2.3 Kurva titik pemesanan ulang ROP : ( LT x AU ) + SS Keterangan : ROP : Re Order Point Waktu (hari) 24 Tingkat persediaan dimana perusahaan harus memesan kembali LT : Lead Time Waktu pemesanan sampai penerimaan persediaan AU : Average Usage Pemakaian rata-rata dalam satuan waktu tertentu SS : Safety Stock Tingkat atau besarnya persediaan