PSIKOTIK

advertisement
TUGAS
TINJAUAN PUSTAKA STASE JIWA
disusun oleh:
Koass Jiwa
Periode 28 September-31 Oktober 2015
Pembimbing:
dr. H. Ahmadi NH, Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
PSIKOTIK
PENGERTIAN PSIKOTIK
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh.
ETIOLOGI PSIKOTIK
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan psikotik ini
adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal.Di dalam mengambil riwayat penyakit dan
memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap perubahan atau stres pada lingkungan
interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak
interpersonal tertenu; seringkali, pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat menciptakan
stres yang melanda yang menyebabkan dekompensasi. Demikian juga, tiap keberhasilan atau
kehilangan mungkin merupakan stresor yang penting dalam kasus tertentu.
Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa gejala
psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya, suatu tumor otak)
atau ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah osipitalis dan temporalis
dapat menyebabkan halusinasi.Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi pada orang buta dan
tuli, juga dapat menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham.Lesi yang mengenai lobus
temporalis dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus parietalis, adalah
disertai dengan waham.
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik.Zat yang paling
sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic acid diethylamid
(LSD) – amfetamin, kokain.Mescalin, phencyclidine (PCP), dan ketamin.Banyak zat lain,
termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan halusinasi akibat zat.
GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI (FOLIE A DEUX)
Sifat gangguan menyatakan bahwa perpisahan orang yang tunduk, orang yang memiliki
gangguan psokkotik terbagi, dari orang dominan harus menyebabkan pemilihan dan hilangnya
gejala psikotik.Pada kenyataannya, hal tersebut kemungkinan terjadi kurang dari 40% dari
semua kasus.Sering kali orang yang tunduk memerlukan pengobatan dengan obat antipsikotik,
demikian juga dengan orang yang dominan membutuhkan obat antipsikotik untuk gejala psikoti
yang dideritanya. Karena pasien hampir selalu berasal dari keluarga yang sama, mereka
biasanya berkumpul kembali bersama setelah dipulangkan dari rumah sakit.
KLASIFIKASI GANGGUAN PSIKOTIK
1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a. Skizofrenia
Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala khas
tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal).
b. Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pastidan perkembangan serta perjalanannya biasanya
menyerupai gangguan kepribadian.
c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama (paling
sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling
mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia atau
gangguan efektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang sempurna biasanya
terjadi dala 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari, dan
hanya sebagian kecil dari pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang
menetap dan berhendaya.
e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan sling
mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang menderita waham orisinil (gangguan
psikotik) hanya satu orang, waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan
biasanya menghilang apabila orang-oarang tersebut dipisahkan.Hampir selalu orangorang yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama mempunyai
gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak astupun diantaranya boleh dimasukkan
dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan skizofrenik yang
sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada dalamepisode yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk gangguan
afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik yang tidak
memenuhi criteria gejala untuk gangguan waham menetap.
2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah
dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek
pasien dan yingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu tertentu terdiri dari
peningkatan afekdisertai penembahan energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan
pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas
(depresi).
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya
energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pada
episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2
minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan
jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi berat.
Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari
afek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan,
diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi criteria
gangguan afektif bipolar. (ii)Distimia, cirri esensialnya ialah afek depresif yang
berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk
memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau
tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan distimia.
GEJALA- GEJALA PSIKOTIK
A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut
Gambaran Utama Perilaku

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

Kebingungan atau disorientasi

Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta
marah-marah atau memukul tanpa alas an
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :

Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar
suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)

Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga,
menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)

Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
B. Gangguan Psikotik kronik
Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku utama
yang secara umum ada.

Penarikan diri secara sosial

Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri

Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)

Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :

Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi

Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara

Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan supranatural,
merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal

Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang tak
lazim di dalam tubuhnya

Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran
Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui skizofrenia
Dimana Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya
tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Gejala klinis dari
skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a.
“thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau
“thought insertion or withdrawal”= isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan
“thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b.
“delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c.
Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a.
halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
b.
arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c.
perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d.
gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri
(self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
GANGGUAN PSIKOTIK ATIPIKAL LAIN
Psikosis Autoskopik
Penjelasan klasik mengenai fenomena menyatakan bahwa pada sebagian besar kasus
sindroma tidak progresif maupun tidak menimbulkan ketidakmampuan.
Sindroma Capgras
Gejala sindroma ini berespon terhadap terapi. Tetapi jika pasien memiliki gejala
sindroma Capgras sebagai gejala tunggal dari gangguan psikotiknya, klinisi harus melakukan
pemeriksaan neuropsikologis yang luas untuk mengidentifikasi adanya lesi organik yang
mungkin menyebabkan sindroma.
Sindroma Cotard
Sindroma biasanya berlangsung hanya beberapa hari sampai minggu dan berespon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada gangguan dasar. Bentuk sindroma jangka panjang
biasanya berhubungan dengan sindroma yang menyebabkan demensia, seperti demensia tipe
Alzheimer.
GANGGUAN PSIKOTIK LAIN YANG TIDAK DITENTUKAN
Psikosis Pascapersalinan
Perjalanannya mirip dengan orang pada gangguan mood. Secara spesifik, gangguan
mood biasanya merupakan gangguan episodik, dan pasien dengan psikosis
pascapersalinanmengalami episode gejala lainnya dalam satu atau dua tahun setelah persalinan.
Kehamilan selanjutnya adalah berhubungan dengan peningkatan resiko menderita episode
lainnya.
Gangguan Skizofreniform
Prognosis gangguan skizofreniform adalah bervariasi, sesuai kenyataan yang dijawab di
dalam DSM-IV dengan membedakan pasien dengan dan tanpa ciri prognostik yang baik. Ciri
prognostik baik yang dinyatakan di DSM-IV digali dari literatur. Tetapi keabsahan ciri tersebut
telah dipertanyakan. Konfusi atau kebingungan pada puncak episode psikotik adalah ciri yang
paling baik dihubungkan dengan hasil akhir yang baik. Keabsahan ciri lain masih tidak pasti.
Di samping itu, semakin singkat episode penyakit, semakin baik prognosisnya. Terdapat
resiko bunuh diri yang bermakna. Mereka kemungkinan memiliki suatu periode depresi ringan
setelah periode psikotik, san psikoterapi ditujukan untuk membantu pasien mengerti episode
psikotik tampaknya memperbaiki prognosis dan kecepatan pemulihan pasien.
Perawatan di rumah sakit seringkali diperlukan dalam pengobatan pasien dengan
gangguan skizofreniform.Perawatan di rumah sakit memungkinkan pemeriksaan, pengobatan
dan pengawasan yang efektif terhadap perilaku pasien.Gejala psikotik biasanya dapat diobati
oleh pemberian obat antipsikotik selama tiga sampai enam bulan.Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizofreniform berespon secara jauh lebih cepat
terhadap terapi antipsikotik dibandingkan dengan pasien skizofrenik.Satu penelitian telah
menemukan bahwa kira-kira tigaperempat dari pasien dengan gangguan skizofreniform,
dibandingkan dengan hanya seperlima pasien skizofrenik, berespon terhadap medikasi
antipsikotik dalam delapan hari.Terapi elektrokonvulsif (ECT; electroconvulsive therapy)
mungkin diindikasikan untuk beberapa pasien, khususnya pasien yang dengan ciri katatonik
atau terdepresi yang nyata.Percobaan pemberian lithium (Eskalith), atau valproate (Depakene)
mungkin diperlukan untuk pengobatan dan pencegahan (profilaksis) jika pasien memiliki
episode yang rekuren.Psikoterapi biasanya diperlukan untuk membantu pasien
mengintegrasikan pengalaman psikotik ke dalam pengertiannya tentang pikiran, otak dan
kehidupan.
Gangguan Skizoafektif
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di
pertengahan antara prognosis pasien skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan
mood.Prognosisnya jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, lebih buruk
daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada
pasien dengan skizofrenia.Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif
diperkirakan sekurangnya 10%.
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah
sakit, medikasi, dan intervensi psikososial.Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan psikoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya
diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian
jangka pendek.Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar
berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan.Pasien dengan gangguan skizoafektif,
tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate
(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif.Pasien
dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi
antidepresan.
Gangguan Delusional
Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil.Kurang dari
25% dari semua pasien gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang dari 10% menjadi
gangguan mood. Kira-kira 50% pasien pulih pada follow-uo jangka panjang, 20% lainya
mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami perubahan.
Pasien dengan waham kejar, somatik dan erotik diperkirakan memiliki prognosis yang
lebih baik daripada pasien dengan waham kebesaran dan cemburu.
Gangguan Psikotik Singkat
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang
cukup baik.Kecil kemungkinannya untuk menderita episode selanjutnya dan skizofrenia atau
suatu gangguan mood.
FARMAKOTERAPI
Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus diberikan suatu
obat antipsikotik secara intramuskular.Walaupun percobaan klinik yang dilakukan secara
adekuat dengan sejumlah pasien belum ada, sebagian besar klinisi berpendapat bahwa obat
antipsikotik adalah obat terpilih untuk gangguan delusional.Pasien gangguan delusional
kemungkinan menolak medikasi karena mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian
obat ke dalam system wahamnya.Dokter tidak boleh memaksakan medikasi segera setelah
perawatan di rumah sakit, malahan, harus menggunakan beberapa hari untuk mendapatkan
rapport dengan pasien.Dokter harus menjelaskan efek samping potensial kepada pasien,
sehingga pasien kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam memilih
suatu obat.Seringkali, dokter harus mulai dengan dosis rendah ― sebagai contoh, haloperidol
(haldol) 2 mg ― dan meningkatkan dosis secara perlahan-lahan. Jika pasien gagal berespon
dengan obat pada dosis yang cukup dalam percobaan selama enam minggu, antipsikotik dari
kelas lain harus dicoba. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa pimozide (Orap) mungkin
efektif dalam gangguan delusional, khususnya pada pasien dengan waham somatik.Penyebab
kegagalan obat yang tersering adalah ketidakpatuhan, dan kemungkinan tersebut harus
diperhitungkan.
FARMAKOTERAPI
Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan gangguan
psikotik singkat adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepine.Jika
dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi ― sebagai contohnya, haloperidol
(Haldol) ― biasanya digunakan.Khususnya pada pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk
mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang muda), suatu obat
antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai
profilaksis terhadap gajala gangguan pergerakan akibat medikasi.Selain itu, benzodiazepine
dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis.Walaupun benzodiazepine memiliki sedikit
kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat
efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek samping yang lebih jarang daripada
antipsikotik.Pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai dengan peningkatan agitasi, dan
pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang putus obat (withdrawal seizure), yang
biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi terus menerus. Penggunaan obat lain
dalam terapi gangguan psikotik singkat, walaupun dilaporkan di dalam laporan kasus, belum
didukung oleh penelitian skala besar. Tetapi, medikasi hipnotik seringkali berguna selama satu
sampai dua minggu pertama setelah resolusi episode psikotik.Pemakaian jangka panjang
medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini.Jika medikasi pemeliharaan
diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis.
SKIZOFRENIA
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu primer dan sekunder.
GEJALA
Gejala-Gejala Primer
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu
terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide
lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya “tani” tetapi dikatakan
“sawah”.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan “merah” bila dimaksudkan
“berani”. Atau terdapat “clang association” oleh karena pikiran sering tidak mempunyai
tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau “…dulu waktu hari, jah memang matahari,
lalu saya lari…”.Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak
dapat diikuti dan dimengerti.Hal ini dinamakan inkoherensi.Jalan pikiran mudah dibelokkan
dan hal ini menambah inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, umpamanya
seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga
dimarahi dan dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi.Keadaan ini dinamakan
“blocking”, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai
beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang
berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau “pressure of thoughts”.
Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau
stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi.Pada inkoherensi sering tidak ada
hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada
inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide
timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.
2. Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
· Kedangkalan afek dan emosi (“emotional blunting”), misalnya penderita menjadi acuh tak
acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa
depannya. Perasaan halus sudah hilang.
· Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita
timbul rasa sedih atau marah.
· Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan
paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan “incongruity of affect” dalam
bahasa Belanda hal ini dinamakan “inadequat”.
· Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan, umpamanya
sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa.
Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan
afek dan emosi lain adalah :
§ Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita yang
sedang bermain sandiwara.
§ Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk melakukan
hubungan emosi yang baik (“emotional rapport”). Karena itu sering kita tidak dapat
merasakan perasaan penderita.
§ Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin
terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama ;
atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi
pada afek.
3. Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat
mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu
memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai
mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus.Atau mereka menganggap
hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.
Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan.Perilaku
demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama,
umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk berjabat tangan,
tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan,
tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi sebelum suatu perbuatan selesai
sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari
luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
4. Gejala psikomotor
Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini juga
dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada
penyakit lain.
Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes
atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama
sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang
bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun.Mungkin penderita mutistik.
Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga
oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar
sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia
terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita
menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi; umpamanya menariknarik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa
kali.Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun.Stereotipi
pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat diulang-ulangi. Mannerisme adalah
stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada
mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh.
Otomatisme komando (“command automatism”) sebetulnya merupakan lawan dari
negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam
gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan
ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).
Gejala-Gejala Sekunder
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi penderita
tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh
siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita
berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh
melakukan pekerjaan kasar. waham dibagi dalam dua kelompok yaitu waham primer dan
waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional
interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Hal
ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab
ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata “dunia
akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk
kencing.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut
isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran,
waham dosa, dan sebagainya.
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala
yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan sskizofrenia
ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau
siulan.Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa
(gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang
kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa
ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih
sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat
maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna
atau muka orang yang menakutkan.
Diatas telah dibicarakan gejala-gejala.Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak menurun
pada skizofrenia.Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan
perasaannya.Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau “double personality”, misalnya
penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah
tidak adalagi. Atau pada double personality seakan-akan terdapat kekuatan lain yang
bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan
sesuatu.
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia
seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di
sekitarnya.
Depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala primer.Tetapi
juga ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek dan
kemauan.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia
adalah:
(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untuk skizofrenia. Artinya tidak
ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia.Tiap simptom skizofrenia
mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya.Karena itu
diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat
ini.Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis
skizofrenia.
(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan
sebelumnya (yang lalu).Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe mungkin
berubah.
(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial
budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu
mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai
koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan di
Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat
keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.
KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam
PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi
masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
· Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
· Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity),
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
· Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya.
Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan
social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid
cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik
paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional,
dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak
ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.Pasien skizofrenik paranoid
kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi
social.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan
tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik
· Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
· Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa
muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
· Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary),
namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
· Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu
selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa
tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (selfabsorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai
(grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial,
dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren.
· Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol.
Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and
fragmentary delusions and hallucinations).Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita
memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty
of purpose).Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap
agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan
pikiran pasien.
3. Skizofrenia Katatonik
· Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
· Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan
serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah
atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap
perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
· Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik,
diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang
adanya gejala-gejala lain.
· Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk
skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau
alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan
yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan
medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera
yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated)
Seringkali.Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam
salah satu tipe.PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria
diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
· Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
· Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.
· Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
· Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya); dan
(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria
untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
· Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode
depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap
salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia Residual
· Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
(a) Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan
kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik,
tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe
lain skizofrenia.Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang
tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe
residual.Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak
disertai afek yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
· Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
- gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi,
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup,
dan penarikan diri secara sosial.
· Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada
jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.Jenis ini
timbulnya perlahan-lahan sekali.Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang
memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin
mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila
tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau
penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
PEDOMAN DIAGNOSIS BERDASARKAN PPDGJ III
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga
(PPDGJ III) membagi gejala skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering
terdapat secara bersama-sama untuk diagnosis. Adapun pedoman diagnosis tersebut yaitu:
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar diriny;
dan
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan
tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh
atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginraan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya biasanya bersifat mistik atau mikjizat;
c. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu
atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain.
 Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indra aoa saja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif ayng jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi daya tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fese nonpsikotik prodromal;
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku peribadi (personal behavour), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
TERAPI PENYAKIT SKIZOFRENIA
Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75%
penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika.Kontra indikasi
meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan
thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup.Antara
sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium.Namun kren
lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunan disarankan sebatas obat
penopang.Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah dibanding dengan neuroleptika
bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan
beberapa penderita skizofrenia.
Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial.Hal ini dilakukan dengan
menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya,
dan adanya dukungan social.
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
A.
PENDAHULUAN
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang
dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi
obat).1,2,3 Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik
yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi) Dari sejarahnya, bidang
neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan Psikiatri
dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.1
Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan fungsional
telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut “Gangguan
Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan
Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum
yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.1
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera
atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada
penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder,
seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau sistem tubuh4
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan Mental Organik.
Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala) psikologik atau perilaku
tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik
yang etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun
berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau
Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lamanya
penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran
yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak Organik
menahun (kronik) ialah demensia.2,4
PERBANDINGAN
PENGGOLONGAN
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut :
l. Demensia pada penyakit Alzheimer
1.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini.
1.2.Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
1.3.Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran.
1.4. Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan ( YTT).
2. Demensia Vaskular
2.1.Demensia Vaskular onset akut.
2.2. Demensia multi-infark
2.3 Demensia Vaskular subkortikal.
2.4. Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
2.5. Demensia Vaskular lainnya
2.6. Demensia Vaskular YTT
3. Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
3.1. Demensia pada penyakit Pick.
3.2. Demensia pada penyakit Creutzfeldt – Jakob.
3. 3. Demensia pada penyakit huntington.
3.4. Demensia pada penyakit Parkinson.
3.5. Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
3.6. Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
4. Demensia YTT.
DIAGNOSIS
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada 1-4 sebagai berikut :
1. Tanpa gejala tambahan.
2. Gejala lain, terutama waham.
3. Gejala lain, terutama halusinasi
4. Gejala lain, terutama depresi
5. Gejala campuran lain.
5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
6. Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya
6.1. Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
6.2. Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
6. 3. Delirium lainya.
6.4
DeliriumYTT.
7. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
7.1. Halusinosis organik.
7.2. Gangguan katatonik organik.
7.3. Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
7.4. Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
7.4.1. Gangguan manik organik.
7.4.2. Gangguan bipolar organik.
7.4.3. Gangguan depresif organik.
7.4.4. Gangguan afektif organik campuran.
7.5. Gangguan anxietas organik
7.6. Gangguan disosiatif organik.
7.7. Gangguan astenik organik.
7.8. Gangguan kopnitif ringan.
7.9. Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain YDT.
7.10. Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik YTT.
8. Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan fungsi otak
8.1. Gangguan keperibadian organik
8.2. Sindrom pasca-ensefalitis
8.3. Sindrom pasca-kontusio
8.4. Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
lainnya.
8.5. Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
YTT.
9. Gangguan mental organik atau simtomatik YTT
Menurut Maramis, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut:
1. Demensia dan Delirium
2. Sindrom otak organik karena rudapaksa kepala.
3. Aterosklerosis otak
4. Demensia senilis
5. Demensia presenilis.
6. Demensia paralitika.
7. Sindrom otak organik karena epilepsi.
8. Sindrom otak organik karena defisiensi vitamin, gangguan metabolisme dan intoksikasi.
9. Sindrom otak organik karena tumor intra kranial.
Menurut DSM IV, klasifikasi gangguan mental organik sebagai berikut:
1. Delirium
1.1. Delirium karena kondisi medis umum.
1.2.
Delirium akibat zat.
1.3. Delirium yang tidak ditentukan (YTT)
2. Demensia.
2.1. Demensia tipe Alzheimer.
2.2. Demensia vaskular.
2.3. Demensia karena kondisi umum.
2.3.1.
Demensia karena penyakit HIV.
2.3.2.
Demensia karena penyakit trauma kepala.
2.3.3.
Demensia karena penyakit Parkinson.
2.3.4.
Demensia karena penyakit Huntington.
2.3.5.
Demensia karena penyakit Pick
2.3.6.
Demensia karena penyakit Creutzfeldt – Jakob
2.4. Demensia menetap akibat zat
2.5. Demensia karena penyebab multipeL
2.6. Demensia yang tidak ditentukan (YTT)
3. Gangguan amnestik
3.1.Gangguan amnestik karena kondisi medis umum.
3.2 Gangguan amnestik menetap akibat zat
3.3 Gangguan amnestik yang tidak ditentukan ( YTT )
4. Gangguan kognitif yang tidak ditentukan.
BAB III
ISI
Delirium
Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya
tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif.1,3
Etiologi
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala serupa
yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama dapat berasal
dari penyakit susunan saraf pusat seperti ( sebagai contoh epilepsi ), penyakit sistemik, dan
intoksikasi atau reaksi.3 putus obat maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak di
luar sistem pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan
adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat Area yang terutama terkena adalah formasio
retikularis.1
Penyebab Delirium
Penyakit intrakranial
1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang
2. Trauma otak (terutama gegar otak)
3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).
4. Neoplasma.
1. Gangguan vaskular
Penyebab ekstrakranial
1. Obat-obatan (di telan atau putus),
Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi, Obat antiparkinson. Obat antipsikotik,
Cimetidine, Klonidine. Disulfiram, Insulin, Opiat, Fensiklidine, Fenitoin, Ranitidin,
Sedatif(termasuk alkohol) dan hipnotik, Steroid.
1. Racun
Karbon monoksida, Logam berat dan racun industri lain.
1. Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)
Hipofisis, Pankreas, Adrenal, Paratiroid, tiroid
1. Penyakit organ nonendokrin.
Hati (ensefalopati hepatik), Ginjal dan saluran kemih (ensefalopati uremik),
Paru-paru (narkosis karbon dioksida, hipoksia), Sistem kardiovaskular (gagal jantung, aritmia,
hipotensi).
1. Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau asain folat)
2. Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis.
3. Ketidakseimbangan elektrolit dengan penvebab apapun
4. Keadaan pasca operatif
5. Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
6. Karbohidrat: hipoglikemi.1,3,4
Diagnosis
Kriteria Diagiostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum:
1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan)
dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan
perhatian.
2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam
sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.
1. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau
perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang
telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul.
1. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium
bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis
umum.
Catatan penulisan : Masukkan nama kondisi medis umum dalam Aksis I, misalnya, delirium
karena ensefalopati hepatik, juga tuliskan kondisi medis umum pada Aksis III
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan standar
a. Kimia darah (termasuk elektrolit, indeks ginjal dan hati, dan glukosa)
b. Hitung darah lengkap (CBC) dengan defensial sel darah putih
c. Tes fungsi tiroid
d. Tes serologis untuk sifilis
e. Tes antibodi HIV (human Immunodeficiency virus) f Urinalisa
g. Elektrokardiogram (EKG)
h. Elektroensefalogram (EEG)
i. Sinar X dada
j. Skrining obat dalam darah dan urin
‘I’es tambahan jika diindikasikan :
1. Kultur darah, urin, dan cairan serebrospinalis
2. Konsentrasi B 12, asam folat
3. Pencitraan otak dengan tomografi komputer (CT) atau pencitraan resonansi magnetik
(MRI)
4. Pungsi lumbal dan pemetiksaan cairan serebrospinalis
Gambaran klinis
Kesadaran (Arousal)
Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium, satu pola
ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai
oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium yang berhubungan dengan putus zat
seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik,
seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan
hipertermia. Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi,
katatonik atau mengalami demensia.1
Orientasi
Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan
delirium.Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium yang ringan.
Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain (sebagai contohnya,
dokter, anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus yang berat Pasien delirium jarang
kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.
Bahasa dan Kognisi
Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat berupa
bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan gangguan
kemampuan untuk mengerti pembicaraan Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu
pada pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum Kemampuan untuk menyusun,
mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun ingatan kenangan
yang jauh mungkin dipertahankan. Disarnping penurunan perhatian, pasien mungkin
mempunyai penurunan kognitif yang dramatis sebagai suatu gejala hipoaktif delirium yang
karakteristik.Pasien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan
mungkin mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang kadang paranoid.
Persepsi
Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidak mampuan umum untuk membedakan
stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu
mereka.Halusinasi relatif sering pada pasien delirium.Halusinasi paling sering adalah visual
atau auditoris walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktoris.Ilusi visual dan auditoris adalah
sering pada delirium.
Suasana Perasaan
Pasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana Gejala yang paling
sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana
perasaan lain adalah apati, depresi, dan euforia.
Gejala Penyerta : Gangguan tidur-bangun
Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah tergangga Paling sedikit mengantuk
selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya atau di ruang
keluarga.Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium semata mata
terbalik. Pasien seringkali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, situasi
klinis yang dikenal luas sebagai sundowning.1
Gejala neurologis
Gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan
inkontinensia urin.
Diagnosis Banding
a. Demensia
b. Psikosis atau Depresi
Pengobatan
Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Tujuan
pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan.
Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah
psikosis dan insomnia Obat yang terpilih untuk psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu obat
antipsikotik golongan butirofenon, dosis awal antara 2 – 10 mg IM, diulang dalam satu jam jika
pasien tetap teragitasi, segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau
bentuk tablet dapat dimulai, dosis oral +I,5 kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral
Dosis harian efektif total haloperidol 5 – 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium.
Droperidol (Inapsine) adalah suatu butirofenon yang tersedia sebagai suatu formula intravena
alternatif monitoring EKG sangat penting pada pengobatan ini
Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek, contohnva.
hidroksizine (vistaril) dosis 25 – 100 mg.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi
pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor
penyebab yang relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari I
minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode 3 –
7 hari, walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk menghilang
secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium,
semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Terjadinya delirium
berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama disebabkan
oleb sifat serius dan kondisi medis penyerta.1
DEMENSIA
Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan oleh proses
degeneratif yang progresif dan irreversible yang mengenai arus pikir. Demensia merupakan
sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.
Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan,
bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan,
dan kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruh.
Penyebab
1. Penyakit Alzheimer
2. Demensia Vaskular
3. Infeksi
4. Gangguan nutrisional
5. Gangguan metabolik
6. Gangguan peradangan kronis
1. Obat dan toksin (termasuk demensia alkoholik kronis)
2. Massa intrakranial : tumor, massa subdural, abses otak
3. Anoksia
4. Trauma (cedera kepala, demensia pugilistika (punch-drunk syndrome))
5. Hidrosefalus tekanan normal
Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer :
a. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik
1. Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan untuk
mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).
2. Satu (atau lebih) gangguan kogntif berikut :
a. Afasia (gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi
motorik adalah utuh)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentitikasi benda walaupun fungsi sensorik
adalah utuh)
d. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan, dan
abstrak)
b. Defisit kognitif dalam kriteria al dan a2 masing-masing menyebabkan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari
tingkat fungsi sebelumnya.
c. Defisit tidak terjadi semata-mata hanya selama perjalanan suatu delirium dan menetap
melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat.
d. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa
defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian zat (misalnya suatu
obat yang disalahgunakan).
Kondisi akibat zat
Defisit tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (misalnya, gangguan
depresif berat, skizofrenia)
Kode didasarkan pada tipe onset dan ciri yang menonjol :
1. Dengan onset dini : jika onset pada usia 65 tahun atau kurang
2. Dengan delirium : jika delirium menumpang pada demensia
3. Dengan waham : jika waham merupakan ciri yang menonjol
1. Dengan suasana perasaan terdepresi : jika suasana perasaan terdepresi (termasuk
gambaran yang memenuhi kriteria gejala lengkap untuk episode depresif berat) adalah
ciri yang menonjol. Suatu diagnosis terpisah gangguan suasana perasaan karena kondisi
medis umum tidak diberikan.
2. Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun diatas yang menonjol pada gambaran klinis
sekarang
Sebutkan jika : Dengan gangguan perilaku.
Catatan penulisan juga tuliskan penyakit Alzheimer pada aksis III.
Kriteria Diagnostik untuk Demensia Vaskular :
a. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik,
1. Gangguan daya ingat (ganguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan
untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)
1. Afasia (gangguan bahasa)
2. Apraksia (gangguan untuk mengenali atau melakukan aktivitas motorik ataupun
fungsi motorik adalah utuh)
3. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun
fungsi sensorik adalah utuh)
4. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan, mengorganisasi,
mengurutkan, dan abstrak)
1. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut :
b. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dan
tingkat fungsi sebelumnya.
c. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya, peninggian refleks tendon dalam, respon
ekstensor plantar, palsi pseudo bulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan pada satu ekstremitas)
atau tanda-tanda laboratorium adalah indikatif untuk penyakit serebrovaskular (misalnya, infark
multipel yang mengenai korteks dan substansia putih di bawahnya) yang berhubungan secara
etiologi dengan gangguan.
d. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium
Kode didasarkan pada ciri yang menonjol
1. Dengan delirium :jika delirium menumpang pada demensia
2. Dengan waham jika waham merupakan ciri yang menonjol
3. Dengan suasana perasaan terdepresi : jika suasana perasaan terdepresi (termasuk
gambaran yang memenuhi kriteria gejala lengkap untuk episode depresif berat) adalah
ciri yang menonjol. Suatu diagnosis terpisah gangguan suasana perasaan karena kondisi
medis umum tidak diberikan.
4. Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun di alas yang menonjol pada gambaran klinis
sekarang.
Sebutkan jika : Dengan gangguan perilaku
Catalan penulisan : juga tuliskan kondisi serebrovaskular pada Aksis III.
Pemeriksaan lengkap :
1. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan neorologis lengkap
2. Tanda vital
3. Mini – mental state exemenation ( MMSE )
4. Pemeriksaan medikasi dan kadar obat
5. Skrining darah dan urin untuk alkohol
1. Pemeriksaan fisiologis
1. Elektrolit, glukosa, Ca , Mg.
2. Tes fungsi hati, ginjal
3. SMA -12 atau kimia serum yang ekuivalen
4. Urinalisa
5. Hit sel darah lengkap dan sel deferensial
6. Tes fungsi tiroid
7. FTA – ABS
8. B12
9. Kadar folat
10. Kortikosteroid urine
11. Laju endap eritrosit
12. Antibodi antinuklear, C3C4, anti DSDNA
13. Gas darah Arterial
14. Skrining H I V
15. Porpobilinogen Urin.
7. Sinar-X dada
8. Elektrokardiogram (EKG)
9. Pemeriksaan neurologis
a. CT atau MRI kepala
b. SPECT
c. Pungsi lumbal
d. EEG
10. Tes neuropsikologis
Gambaran Klinis
Gangguan Daya Ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada demensia, khususnya
pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan
demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi
Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, orientasi
dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki Demensia.Sebagai contohnya,
pasien dengan Demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke
kamar mandi.tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan
gangguan pada tingkat kesadaran.
Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia
vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa ditandai oleh
cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat, atau berputar-putar.
Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien
yang terkena.Pasien demensia mempunyai waham paranoid.Gangguan frontal dan temporal
kemungkinan mengalami perubahan keperibadian yang jelas, mudah marah dan m eledak –
ledak.
Psikosis
Diperkirakan 20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 – 40%
memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistematik.
Gangguan Lain
Psikiatrik
Pasien demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis yaitu, emosi yang
ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
Neurologis
Disamping afasia, apraksia dan afmosia pada pasien demensia adalah sering. Tanda neurologis
lain adalah kejang pada demensia tipe Alzheimer clan demensia vaskular.
Pasien demensia vaskular mempunyai gejala neurologis tambahan seperti nyeri kepala, pusing,
pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur.Palsi serebrobulbar, disartria,
dan disfagia lebih sering pada demensia vaskular.
Reaksi yang katastropik
Ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit intelektualnya di
bawah keadaan yang menegangkan, pasien biasanya berusaha untuk mengkompensasi defek
tersebut dengan menggunakan strategi untuk menghindari terlihatnya kegagalan dalam daya
intelektual, seperti mengubah subjek, membuat lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan
cara lain.
Sindroma Sundowner
Ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini
terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada pasien demensia yang
bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil obat psikoaktif.
Diagnosis Banding
1. Serangan iskemik transien
2. Depresi
3. Penuaan normal
Pengobatan
Pendekatan pengobatan umum adalah untuk memberikan perawatan medis suportit, bantuan
emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik
(perilaku yang mengganggu).Pengobatan farmakologis dengan obat yang mempunyai aktivitas
antikolinergik yang tinggi harus dihindari.Walaupun thioridazine (Mellaril), yang mempunyai
aktivitas antikolinergik yang tinggi, merupakan obat yang efektif dalam mengontrol perilaku
pasien demensia jika diberikan dalam dosis kecil.Benzodiazepim kerja singkat dalam dosis
kecil adalah medikasi anxiolitik dan sedatif yang lebih disukai untuk pasien demensia.Zolpidem
(Ambient) dapat digunakan untuk tujuan sedatif.TetrahidroaminoKridin (Tacrine) sebagai suatu
pengobatan untuk penyakit Alzheimer, obat ini merupakan inhibitor aktivitas antikolinesterase
dengan lama kerja yang agak panjang.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada pasien usia 50 – 60 tahun dengan
pemburukan bertahap selama 5 – 10 tahun, yang akhirnya menyebabkan kematian. usia saat
onset dan kecepatan pemburukannya adalah bervariasi diantara tipe demensia yang berbeda dan
dalam
kategori
diagnostik
individual.
GANGGUAN AMNESTIK
Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya ingat yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan. Diagnosis gangguan
amnestik tidak dapat dibuat jika mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif, seperti yang
terlihat pada demensia, atau jika mempunyai gangguan perhatian (attention) atau kesadaran,
seperti yang terlihat pada delirium.
Epidemiologi
Beberapa penelitian melaporkan insiden atau prevalensi gangguan ingatan pada gangguan
spesifik (sebagai contohnya sklerosis multipel).Amnesia paling sering ditemukan pada
gangguan penggunaan alkohol dan cedera kepala.
Penyebab
1. Kondisi medis sistemik
a. Defisiensi tiamin (Sindroma Korsakoff)
b. Hipoglikemia
2. Kondisi otak primer
1. Kejang
2. Trauma kepala (tertutup dan tembus)
3. Tumor serebrovaskular (terutama thalamik dan lobus temporalis)
4. Prosedur bedah pada otak
5. Ensefalitis karena herpes simpleks
6. Hipoksia (terutama usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan
karbonmonoksida)
7. Amnesia global transien
8. Terapi elektrokonvulsif
9. Sklerosis multipel
3. Penyebab berhubungan dengan zat
a. Gangguan pengguanan alkohol
b. Neurotoksin
c. Benzodiazepin (dan sedatif- hipnotik lain)
d. Banyak preparat yang dijual bebas.
Diagnosis
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Amnestik Karena Kondisi Medis Umum.
1. Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang dimanifestasikan oleh gangguan
kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidak mampuan untuk mengingat
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Ganguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dan tingkat fungsi sebelumnya.
3. Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium atau
suatu demensia.
4. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum (termasuk
trauma fisik)
Sebutkan jika :
Transien :
Kronis :
jika gangguan daya ingat berlangsung selama 1 bulan atau kurang
jika gangguan daya ingat berlangsung lebih dari 1 bulan.
Catatan penulisan: Masukkan juga nama kondisi medis umum pada Aksis I, misalnya,
gangguan amnestik karena trauma kepala, juga tuliskan kondisi pada Aksis III. 1
Gambaran Klinis
Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan gangguan daya ingat yang ditandai
oleh gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru (amnesia anterograd) dan
ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang sebelumnya diingat (amnesia
retrograd).Periode waktu dimana pasien terjadi amnesia kemungkinan dimulai langsung pada
saat trauma atau beberapa saat sebelum trauma.Ingatan tentang waktu saat gangguan fisik
mungkin juga hilang.Daya ingat jangka pendek (short-term memory) dan daya ingat baru saja
(recent memory) biasanya terganggu. Daya ingat jangka jauh (remote post memory) untuk
informasi atau yang dipelajari secara mendalam (overlearned) seperti pengalaman maka anakanak adalah baik, tetapi daya ingat untuk peristiwa yang kurang lama ( Iewat dart 10 tahun)
adalah terganggu.
Diagnosis Banding
1. Demensia dan Delirium
2. Penuaan normal
3. Gangguan disosiatif
4. Gangguan buatan
Pengobatan
Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari gangguan amnestik Setelah resolusi
episode amnestik, suatu jenis psikoterapi (sebagai contohnya, kognitif, psikodinamika, atau
suportif dapat membantu pasien menerima pangalaman amnestik kedalam kehidupannya.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Onset mungkin tiba-tiba atau bertahap; gejala dapat sementara atau menetap dan hasil akhir
dapat terentang dari tanpa perbaikan sampai pemulihan lengkap.1
GANCGUAN MENTAL ORGANIK LAIN
EPILEPSI
Definisi
Suatu kejang (seizure) adalah suatu gangguan patologis paroksismal sementara dalam gangguan
patologis paroksismal sementara dalam fungsi cerebral yang disebabkan oleh pelepasan neuron
yang spontan dan luas Pasien dikatakan menderita epilepsi jika mereka mempunyai keadaan
kronis yang ditandai dengan kejang yang rekuren.
Klasifikasi
Dua kategori utama kejang adalah parsial dan umum (generalized). Kejang parsial melibatkan
aktivitas epileptiformis di daerah otak setempat; kejang umum melibatkan keseluruhan otak.
Suatu sistem klasifikasi untuk kejang.
Kejang umum
Kejang tonik klonik umum mempunyai gejala klasik hilangnya kesadaran, gerakan tonik klonik
umum pada tungkai, menggigit lidah, dan inkotinensia. Walaupun diagnosis peristiwa kilat dari
kejang adalah relatif langsung, keadaan pascaiktal yang ditandai oleh pemulihan kesadaran dan
kognisi yang lambat dan bertahap kadang-kadang memberikan suatu dilema diagnostik bagi
dokter psiktatrik di ruang gawat darurat. Periode pemulihan dan kejang tonik klonik umum
terentang dari beberapa menit sampai berjam-jam. Gambaran klinis adalah delirium yang
menghilang secara bertahap. Masalah psikiatrik yang paling sering berhubungan dengan kejang
umum adalah membantu pasien menyesuaikan gangguan neurologis kronis dan menilai efek
kognitif atau perilaku dan obat antiepileptik.
ABSENCES (Petit Mal)
Suatu tipe kejang umum yang sulit didiagnosis bagi dokter psikiatrik adalah absence atau
kejang petitmal. Sifat epileptik dari episode mungkin berjalan tanpa diketahui, karena
manifestasi motorik atau sensorik karakteristik dari epilepsi tidak ada atau sangat ringan
sehingga tidak membangkitkan kecurigaan dokter. Epilepsi petit mal biasanya mulai pada masa
anak-anak antara usia 5 dan 7 tahun dan menghilang pada pubertas. Kehilangan kesadaran
singkat, selama mana pasien tiba-tiba kehilangan kontak dengan hngkungan, adalah
karakteristik untuk epilepsi petit mal; tetapi, pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran atau
gerakan kejang yang sesungguhnya selama episode. Elektroensefalogerafi ( EEG)
menghasilkan pola karakteristik aktivitas paku dan gelombang (spike and wave) tiga kali
perdetik Pada keadaan yang jarang, epilepsi petitmal dengan onset dewasa dapat ditandai oleh
episode psikotik atau delirium yang tiba-tiba dan rekuren yang tampak dan menghilane secara
tiba-tiba Gejala dapat disertai dengan riwayat terjatuh atau pingsan.
Kejang parsial liziane parsial diklasitikasikan sebagai sederhana (tanpa perubahan kesadaran)
atau kompleks (dengan perubahan kesadaran) Sedikit lebih banyak dari setengah semua pasien
dengan kelane parsial mengalami kejang parsial kompleks; istilah lain yang digunakan untuk
kejang parsial kompleks adalah epilepsi lobus temporalis, kejang psikomotor, dan epilepsi
limbik tetapi istilah tersebut bukan merupakan penjelasan situasi klinis yang akurat. Epilepsi
parsial kompleks adalah bentuk epilepsi pada orang dewasa yang paling senngcang mengenai 3
dan 1.000 orang.
Gejala praiktal
Peristiwa praiktal (aura) pada epilepsi parsial kompleks adalah termasuk sensasi otonomik
(sebagai contohnya rasa penuh di perut, kemerahan, dan perubahan pada pernafasan), sensasi
kognitif(sebagai contohnya, deja vu, jamais vu, pikiran dipaksakan, dan keadaan seperti
mimpi). keadaan afektif (sebagai contohnya, rasa takut, panik, depresi, dan elasi) dan secara
klasik. automatisme (sebagai contohnya, mengecapkan bibir, menggosok, dan mengayah)
Gejala Iktal
Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi, dan singkat menandai serangan iktal. Walaupun
beberapa pengacara pembela mungkin mengklaim yang sebaliknya, jarang sesorang
menunjukkan perilaku kekerasan yang terarah dan tersusun selama episode epileptik Gejala
kognitif adalah termasuk amnesia untuk waktu selama kejang dan suatu periode delirium yang
menghilang setelah kejang. Pada pasien dengan epilepsi parsial kompleks, suatu fokus kejang
dapat ditemukan pada pemeriksaan EEG pada 25 sampai 50 % dari semua pasien. Penggunaan
elektroda sfenoid atau temporalis anterior dan EEG pada saat tidak tidur dapat meningkatkan
kemungkinan ditemukannya kelainan EEG. EEG normal multipel seringkali ditemukan dart
seorang pasien dengan epilepsi parsial kompleks; dengan demikian EEG normal tidak dapat
digunakan untuk mneyingkirkan diagnosis epilepsi parsial. kompleks- Penggunaan perekaman
EEG jangka panjang (24 sampai 72 jam) dapat membantu klinisi mendeteksi suatu fokus kejang
pada beberapa pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lead nasofaring
tidak menambah banyak kepekaan pada EEG, dan yang jelas menambahkan ketidaknyamanan
prosedur bagi pasien.
Gejala Interiktal
Gangguan kepribadian Kelainan psikiatrik yang paling sering dilaporkan pada pasien epileptik
adalah gangguan kepribadian, dan biasanya kemungkinan terjadi pada pasien dengan epilepsi
dengan asal lobus temporalis. Ciri yang paling sering adalah perubahan perilaku seksual, suatu
kualitas yang biasanya disebut viskositas kepribadian, religiositas, dan pengalaman emosi yang
melambung. Sindroma dalam bentuk komplitnya relatif jarang, bahkan pada mereka dengan
kejang parsialkompleks dengan asal lobus temporalis. Banyak pasien tidak mengalami
perubahan kepribadian, yang lainnya mengalami berbagai gangguan yang jelas berbeda dari
sindroma klasik.
Perubahan pada perilaku seksual dapat dimanifestasikan sebagai hiperseksualitas;
penyimpangan dalam minat seksual, seperti fetihisme dan transfetihisme; dan yang paling
sering, hiposeksualitas Hiposeksualitas ditandai oleh hilangnya minat dalam masalah seksual
dan dengan menolak rangsangan seksual Beberapa pasien dengan onset epilepsi parsial
kompleks sebelum pubertas mungkin tidak dapat mencapai tingkat minat seksual yang normal
setelah pubertas, walaupunkarakteristik tersebut mungkin tidak mengganggu pasien. Untuk
pasien dengan onset epilepsi parsial kompleks setelah pubertas. perubahan dalam minat seksual
mungkin mengganggu dan mengkhawatirkan.
Gejala viskositas kepribadian biasanya paling dapat diperhatikan pada percakapan pasien, yang
kemungkinan adalah lambat serius, berat dan lamban, suka menonjolkan keilmuan, penuh
dengan rincian-rincian yang tidak penting, dan seringkali berputar-putar. Pendengar mungkin
menjadi bosan tetapi tidak mampu menemukan cara yang sopan dan berhasil untuk melepaskan
diri dari percakapan. Kecenderungan pembicaraan seringkali dicerminkan dalam tulisan pasien,
yang menyebabkan suatu gejala yang dikenal sebagai.
hipergrafia yang dianggap oleh beberapa klinisi sebagai patognomonik untuk epilepsi parsial
komplaks.
Religiositas mungkin jelas dan dapat dimanifestasikan bukan hanya dengan meningkatny peran
serta pada aktivitas yang sangat religius tetapi juga oleh permasalahan moral dan etik yang
tidak umum, keasyikan dengan benar dan salah, dan meningkatnya minat pada
perlahamasalahan global dan filosofi Ciri hiperreligius kadang-kadang dapat tampak seperti
gejala prodromal skizofrenia dan dapat menyebabkan mnasalah diagnositik pada seorang
remaja atau dewasa muda.
Gejala psikotik
Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari psikosis iktal. Episode interpsikotik yang
mirip skizofrenia dapat terjadi pada pasien dengan epilepsi, khususnya yang berasal dan lobus
temporalis Diperkirakan 10 sampal 30 persen dari semua pasien dengan apilepsi partial
kompleks mempunyai gejala psikotik Faktor risiko untuk gejala tersebut adalah jenis kelamin
wanita kidal onset kejang selama pubertas, dan lesi di sisi kiri.
Onset gelala psikotik pada epilepsi adalah bervariasi. Biasanya, gejala psikotik tarnpak pada
pasien yang telah menderita epilepsi untuk jangka waktu yang lama, dan onset gejala psikotik di
dahului oleh perkembangan perubahan kepribadian yang berhubungan dengan aktivitas otak
epileptik gejala psikosis yang paling karakteristik adalah halusinasi dan waham paranoid.
Biasanya. pasien tetap hangat dan sesuai pada afeknya, berbeda dengan kelainan yang sering
ditemukan pada pasien skizofrenik Gejala gangguan pikiran pada pasien epilepsi psikotik paling
sering merupakan gejala yang melibatkan konseptualisasi dan sirkumstansialitas, ketimbang
gejala skizofrenik klasik berupa penghambatan (blocking) dan kekenduran (looseness),
kekerasan. kekerasan episodik merupakan masalah pada beberapa pasien dengan epilepsi
khususnya epilepsi lobus temporalis dan frontalis. Apakah kekerasan merupakan manifestasi
dan kejang itu sendiri atau merupakan psikopatologi interiktal adalah tidak pasti. Sampai
sekarang ini, sebagian besar data menunjukkan sangat jarangnya kekerasan sebagai suatu
fenomena iktal. Hanya pada kasus yang jarang suatu kekerasan pasien epileptik dapat
disebabkan oleh kejang itu sendiri.
Gejala Gangguan perasaan.
Gejala gangguan perasaan, seperti depresi dan mania, terlihat lebih jarang pada epilepsi
dibandingkan gejala mirip skizofrenia. Gejala gangguan mood yang terjadi cenderung bersifat
episodik dan terjadi paling sering jika fokus epileptik mengenai lobus temporalis dan hemisfer
serebral non dominan. Kepentingan gejala gangguan perasaan pada epilepsi mungkin
diperlihatkan oleh meningkatnya insidensi usaha bunuh diri pada orang dengan epilepsi.
Diagnosis
Diagnosis epilepsi yang tepat dapat sulit khususnya jika gejala iktal dan interiktaldari epilepsi
merupakan manifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa adanya perubahan yang bemakna pada
kesadaran dan kemampuan kognitif Dengan demikian, dokter psikiatrik harus menjaga tingkat
kecurigaan yang tinggi selama memeriksa seorang pasien baru dan harus mempertimbangkan
kemungkman gangguan epileptik, bahkan jika tidak ada tanda dan gejala klasik. Diagnosis
banding lain yang dipertimbangkan adalah kejang semu (psudoseizure), dimana pasien
mempunyai suatu kontrol kesadaran atas gejala kejang yang mirip.
Pada pasien yang sebelumnya mendapatkan suatu diagnosis epilepsi, timbulnya gejala psikiatrik
yang baru harus dianggap sebagai kemungkinan mewakili suatu evolusi, timbulnya gejala
epileptiknya.timbulnya gejala psikotik, gejala gangguan mood, perubahan kepribadian, atau
gejala kecemasan (sebagai contohnya, serangan panik) harus menyebabkan klinisi menilai
pengendalian epilepsi pasien dan memeriksa pasien untuk kemungkinan adanya gangguan
mental yang tersendiri. Pada keadaan tersebut klinisi harus menilai kepatuhan pasien terhadap
regimen obat antiepileptik dan harus mempertimbangkan apakah gejala psikotik merupakan
efek toksik dari obat antipileptik itu sendiri.Jika gejala psikotik tampak pada seorang pasien
yang pernah mempunyai epilepsi yang telah didiagnosis atau dipertimbangkan sebagai
diagnosis di masa lalu, klinisi harus mendapatkan satu atau lebih pemeriksaan EEG.
Pada pasien yang sebelumnya belum pernah mendapatkan diagnosis epilepsi.empat
karakteristik hams menyebabkan klinisi mencurigai kemungkinan tersebut; onset psikosis yang
tiba-tiba pada seseorang yang sebelumnya dianggap sehat secara psikologis, onset delirium
yang tiba-tiba tanpa penyebab yang diketahui, riwayat episode yang serupa dengan onset yang
mendadak dan pemulihan spontan, dan riwayat terjatuh atau pingsan sebelumnya yang tidak
dapat dijelaskan.
Pengobatan
karbamazepin ( tegretol) dan Asam valproik (Depakene) mungkin membantu dalam
mengendalikan gejala iritabilitas dan meledaknya agresi, karena mereka adalah obat
antipsikotik tipikal Psikoterapi, konseling keluarga, dan terapi kelompok mungkin berguna
dalam menjawab masalah psikososial yang berhubungan dengan epilepsi. Disamping itu, klinisi
haru; menyadari bahwa banyak obat antiepileptik mempunyai suatu gangguan kognitif derajat
ringan sampai sedang dan penyesuaian dosis atau penggantian medikasi harus dipertimbangkan
jika gejala gangguan kognitif merupakan suatu masalah pada pasien tertentu.
GANGGUAN SOMATOFORM
2.1.
Definisi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan
medis yang adekuat.1
Pada gangguan somatoform, orang memiliki simptom fisik yang mengingatkan pada
gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai
penyebabnya.Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan
emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial
atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari
atau gangguan buatan.1,
2.2.
Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai
tujuan tertentu.Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan
ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolisme
(hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan.1
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut:1
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b. Faktor Psikososial
Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial,
hasilnya adalah menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi atau untuk mensimbolisasikan
suatu perasaan atau keyakinan (contoh: nyeri pada usus seseorang).
2.4. Klasifikasi dan Diagnosis
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi:3
F.45.0 gangguan somatisasi
F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci
F.45.2 gangguan hipokondriasis
F.45.3 disfungsi otonomik somatoform
F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap
F.45.5 gangguan somatoform lainnya
F.45.6 gangguan somatoform YTT
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah
dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian psikiatri,
gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan
hipokondriasis.
F. 45.0 Gangguan Somatisasi
Definisi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik yang
beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada usia
remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara menuntut
perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial
atau pekerjaan.
Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ yang berbeda
seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem menstruasi/seksual,
orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik, gastrointestinal, genitourinaria,
kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang sulit ditandai dan lain sebagainya.
Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya beberapa keluhan fisik yang mengawali
kunjungan ke dokter.Orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang sangat
sering memanfaatkan pelayanan medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh
penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang
diketahui. Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang
itu sering kali menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat
yang sama.
A.
B.
C.
D.
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
Riwayat banyak keluhan fisik, yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode lebih dari beberapa tahun dan menyebabkan pencarian pengobatan atau hendaya
dalam fungsi soaial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya
Tiap kriteria berikut harus memenuhi, dengan gejala individual yang terjadi kapan pun
selama perjalanan dari gangguan:
 4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala,
perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama
hubungan seksual, atau selama miksi)
 2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung,
muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis
makanan)
 1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual,
disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi
berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada
kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau
nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia;
atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
Salah satu (1) atau (2):
 Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan
suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
 Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
Gejala-gejalanya tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Tatalaksana
Tujuan pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan
bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan
obat-obatan yang tidak perlu
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi).
1.
2.
3.
Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial
Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama
Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai
Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial.
1.
2.
3.
Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik
Diberikan hanya bila indikasinya jelas
Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi
Anti anxietas dan antidepressant.
OBAT ANTI – ANXIETAS
1. Golongan Benzodiazepin
 Diazepam (Lovium, Mentalium, Valium dll.)
 Chlordiazepoxide ( Cetabrium, Tensinyl, dll.)
 Bromazepam (Lexotan)
 Lorazepam (Ativan, Renaquil, Merlopan)
 Alprazolam (Xanax, Alganax, Calmlet, dll.)
 Clobazam (Frisium)
2. Golongan Non- Benzodiazepin
 Buspirone (Buspar, Tran-Q, Xiety)
 Sulpiride (Dogmatil-50)
 Hydroxyzine (Iterax)
OBAT ANTI – DEPRESI
1. Golongan Tricyclic Compound
 Amitriptyline (Amitriptyline)
 Imipramine (Tofrani)
 Clomipramine (Anafranil)
 Tianeptine (stablon)
2. Golongan Tetracyclic Compound
 Maprotiline (Ludiomil)
 Mianserin (Tolvon)
 Amoxapine (asendin)
3. Golongan Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI)- Reversible
 Moclobemide (Aurorix)
4. Golongan Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)
 Sertraline (Zoloft)
 Paroxetine (Seroxat)
 Fluvoxamine (Luvox)
 Fluoxetine (Prozac, Nopres)
 Citalopram (Cipram)
5. Golongan atypical Antidepresants
 Trazodone (Trazone)

Mirtazapine (Remeron)
Prognosis
Dubia et malam. Pasien susah sembuh walau sudah mengikuti pedoman pengobatan.
Sering kali pada pasien wanita berakhir pada percobaan bunuh diri.
Psikiatri
1.
GangguanSomatoform
No ICPC-2
: P75. Somatizationdisorder
No ICD-10
: F45 Somatoformdisorders
Tingkat Kemampuan
:4A
MasalahKesehatan
Gangguan somatoform merupakan suatu kelompok kelainan psikiatrik yang manifestasinya
dapat berupa berbagai gejala fisik yang dirasakan signifikan oleh pasien namun tidak
ditemukan penyebabnya secara medis.Walaupun tidak ada kondisi medis yang serius, gejalagejala yang dirasakan oleh pasien dengan gangguan somatoform sangat mengganggu dan
berpotensi menimbulkan distres emosional.Peran dokter di pelayanan kesehatan primer pada
kasus gangguan somatoform sangat penting. Keberhasilan dokter dalam mengeksklusi
kelainan medis, mendiagnosis gangguan somatoform dengan tepat, dan menatalaksana akan
sangat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi rujukan yang tidak perlu,
dan menghindarkan pasien dari pemeriksaan medis yang berlebihan atau merugikan.
Hasil Anamnesis(Subjective)
Keluhan
Pasien biasanya datang dengan keluhan fisik tertentu. Dokter harus mempertimbangkan
diagnosis gangguan somatoform bila terdapat beberapa karakteristik berikutini:
1. Keluhan atau gejala fisikberulang,
2. Dapat disertai dengan permintaan pemeriksaanmedis,
3. Hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya kelainan yang dapat menjelaskan
keluhantesebut,
4. Onset dan kelanjutan dari keluhan berhubungan erat dengan peristiwa kehidupan yang
tidak menyenangkan ataukonflik-konflik,
5. Pasien biasanya menolak upaya untuk membahas kemungkinan adanya
penyebabpsikologis,
6. Dapat terlihat perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang tidak
puas karena tidak berhasil membujuk dokter menerima persepsinyabahwa
keluhan yang dialami merupakan penyakit fisik dan memerlukan pemeriksaan lebihlanjut.
Selain untuk menegakkan diagnosis, anamnesis dilakukan untuk menggali pemahaman dan
persepsi pasien mengenai kondisi yang dialaminya.Seringkali tujuan ini baru dapat dicapai
setelah beberapa kali pertemuan.Dokter harus mengklarifikasi keluhan-keluhan pasien hingga
dicapai kesamaan persepsi.Selain itu, perlu pula digali harapan dan keinginan pasien,
keyakinan dan ketakutan yang mungkin pasien miliki, serta stresor psikososial yang mungkin
dialami dan menjadi penyebabgangguan.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana(Objective)
Tidak ada pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang spesifik yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis gangguan somatoform.Pemeriksaan fisis dan penunjang dilakukan
untuk mengeksklusi kelainan organik yang dianggap relevan dengan keluhan
pasien.Pemeriksaan penunjang yang terlalu berlebihan perlu dihindari agar tidak menambah
kekhawatiranpasien.
Penegakan Diagnosis(Assessment)
Dokter layanan primer harus memikirkan diagnosis gangguan somatoform bila pada pasien
terdapat keluhan dengan karakteristik sebagaimana yang telah dijelaskan pada halaman
sebelumnya (lihat poin Hasil Anamnesis (Subjective)).Dalam praktik sehari-hari, dokter
dapat menggunakan kuesioner khusus sebagai alat bantu skrining gangguan somatoform.
Salah satu contohnya adalah Patient Health Questionnaire 15 (PHQ-15). Berikut ini adalah
langkah-langkah pendekatan terhadap keluhan fisik pasien hingga dokter sampai pada
kesimpulan diagnosis gangguan somatoform:
1. Mengeksklusi kelainanorganik
Keluhan dan gejala fisik yang dialami oleh pasien perlu ditindaklanjuti sesuai dengan
panduan tatalaksana medis terkait, dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang yangrelevan.
2. Mengeksklusi gangguan-gangguan psikiatri yang tergolong dalam kelompok dan blok
yang hirarkinya lebihtinggi.
Penegakkan diagnosis gangguan psikiatrik dilakukan secara hirarkis. Dalam
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, gangguan somatoform
memiliki kode F45 dan merupakan blok penyakit yang termasuk dalam kelompok
F40-F48, yaitu gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan yang
berkaitan dengan stres. Dengan demikian, pada kasus gangguan somatoform, dokter perlu
mengeksklusi gangguan mental organik (F00-F09), gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif (F10-F19), skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan
waham (F20-F29), serta gangguan suasana perasaan atau mood atau afektif (F30-F39).
Pada blok F40-F48 sendiri, dokter perlu terlebih dahulu
memastikan ada tidaknya tanda-tanda gangguan ansietas (F40-F41), obsesif kompulsif
(F42), reaksi stres dan gangguan penyesuaian (F43), dan gangguan disosiatif atau
konversi (F44). Gangguan somatoform tidak dapat ditegakkan bila gejala dan tanda pada
pasien memenuhi kriteria diagnostik gangguan di hirarki yang lebihtinggi.
3. Mengeksklusi kondisi factitious disorder danmalingering
Pada kondisi factitious disorder, pasien mengadopsi keluhan-keluhan fisik, tanpa ia
sadari, sebagai upaya memperoleh keuntungan internal, misalnya: untuk mendapat
perhatian lebih dari orang-orang tertentu di sekitarnya. Berbeda halnya dengan kondisi
malingering, di mana pasien sengaja atau berpura-pura sakit untuk memperoleh
keuntungan eksternal, misalnya: agar terhindar dari tanggung jawab atau kondisi tertentu,
atau untuk memperoleh kompensasi uang tertentu). Pada gangguan somatoform, tidak ada
keuntungan yang coba didapat oleh pasien.Keluhan-keluhan yang disampaikan juga
bukan sesuatu yang disengaja, malahan adanya keluhan-keluhan tersebut dipicu,
dipertahankan, dan diperparah oleh kekhawatiran dan ketakutan tertentu (Oyama et
al.2007).
4. Menggolongkan ke dalam jenis gangguan somatoform yangspesifik Blok
gangguan somatoform terdiriatas:
a. F45.0. Gangguansomatisasi
b. F45.1. Gangguan somatoform takterinci
c. F45.2. Gangguanhipokondrik
d. F45.3. Disfungsi otonomiksomatoform
e. F45.4. Gangguan nyeri somatoformmenetap
f. F45.5. Gangguan somatoformlainnya
g. F45.6. Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan(YTT)
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
Tujuan dari tatalaksana gangguan somatoform adalah mengelola gejala dan bukan
menyembuhkan, karena pada dasarnya tidak ada kelainan medis yang dialami oleh pasien.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar pengelolaan pasien dengan gangguan somatoform:
1. Dokter harus menerima bahwa pasien memang betul-betul merasakan gejala pada
tubuhnya dan memahami bahwa gejala-gejala tersebut mengganggu pasien. Dokter perlu
melatih diri untuk tidak terlalu prematur menganggap pasien berpura-pura (malingering)
tanpa didukung bukti yang kuat. Kunci utama tatalaksana gangguan somatoform adalah
membangun kemitraan dengan dan kepercayaan daripasien.
2. Bila terdapat kecurigaan adanya gangguan somatoform, dokter perlu mendiskusikan
kemungkinan ini sedini mungkin dengan pasien. Bila diagnosis gangguan somatoform
sudah ditegakkan, dokter perlu mendiskusikannya denganpasien.
3. Dokter perlu mengedukasi pasien mengenai gangguan yang dialaminya dengan berempati
4.
5.
6.
7.
8.
9.
dan menghindari konfrontasi. Dokter harus menunjukkan kesungguhan untuk membantu
pasien sebaik-baiknya, tanpa memaksa pasien untuk menerima pendapatdokter.
Pemeriksaan medis dan rujukan ke layanan sekunder yang tidak perlu harus dihindari.
Bila ada gejala baru, dokter perlu berhati-hati dalam menganjurkan pemeriksaan
ataurujukan.
Dokter harus memfokuskan penatalaksanaan pada fungsi pasien sehari-hari, bukan gejala,
serta pada pengelolaan gejala, bukanpenyembuhan.
Dokter perlu menekankan modifikasi gaya hidup dan reduksi stres. Keluarga pasien dapat
dilibatkan dalam tatalaksana bila memungkinkan dan diperlukan. Pasien mungkin perlu
dibantu untuk mengindentifikasi serta mengelola stres secara efektif, misalnya dengan
relaksasi, breathing control. Peningkatan aktifitas fisik dapat disarankan untuk
mengurangi fatigue dannyeri muskuloskeletal
Bila gangguan somatoform merupakan bagian dari kelainan psikiatrik lain, dokter harus
mengintervensi dengantepat.
Dokter perlu menjadwalkan pertemuan yang reguler sebagai follow-up. Pertemuan dapat
singkat saja, misalnya 1 kali setiap bulan selama 5 – 10 menit, terutama untuk memberi
dukungan dan reassurance. Dokter perlu membatasi dan menghindari konsultasi via
telepon atau kunjungan-kunjungan yang bersifat mendesak.
Dokter perlu berkolaborasi dengan psikiater bila diperlukan, misalnya saat penegakan
diagnosis yang sulit, menentukan adanya komorbid psikiatrik lain, atau
terkaitpengobatan.
Non-medikamentosa
Cognitive behavior therapy (CBT) merupakan salah satu tatalaksana yang efektif untuk
mengelola gangguan somatoform. Dalam CBT, dokter memposisikan diri sebagai mitra yang
membantu pasien. Tahap awal dari CBT adalah mengkaji masalah pasien dengan tepat dan
membantu pasien mengidentifikasi hal-hal yang selama ini menimbulkan atau memperparah
gejala fisik yang dialami, misalnya distorsi kognitif, keyakinan yang tidak realistis,
kekhawatiran, atau perilaku tertentu.Tahap selanjutnya adalah membantu pasien
mengidentifikasi dan mencoba alternatif perilaku yang dapat mengurangi atau mencegah
timbulnya gejala-gejala fisik, yang dikenal sebagai behavioralexperiments.
Medikamentosa
Penggunaan obat harus berdasarkan indikasi yang jelas.Hanya sedikit studi yang
menunjukkan efektifitas yang signifikan dari penggunaan obat-obat untuk tatalaksana
gangguan somatoform.Antidepresan dapat diberikan bila terdapat gejala-gejala depresi atau
ansietas yangmengganggu.
Prognosis
1. Ad vitam
:Bonam
2. Ad functionam
:Dubia
3. Ad sanationam
:Dubia
Sebagian pasien tidak menunjukkan respon positif atas tatalaksana yang dilakukan dan
gangguan somatoform terus berlanjut bahkan hingga seumur hidup. Kondisi ini diperkirakan
terjadi pada 0,2 – 0,5% anggota populasi. Diagnosis dan tatalaksana dini dapat memperbaiki
prognosis dan mengurangi hambatan pada fungsi sosial dan okupasisehari-hari.
2. Demensia
No. ICPC-2
: P70Dementia
No. ICD-10
: F03 Unspecifieddementia
Tingkat Kemampuan
:3A
MasalahKesehatan
Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik progresif, ditandai
dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk daya ingat (memori), daya pikir, daya
tangkap (komprehensi), kemampuan belajar, orientasi, kalkulasi, visuospasial, bahasa dan
daya nilai.Gangguan kognitif biasanya diikuti dengan deteriorasi dalam kontrolemosi,
hubungan sosial danmotivasi.
Pada umumnya terjadi pada usia lanjut, ditemukan pada penyakit Alzhaimer, penyakit
serebrovaskular, dan kondisi lain yang secara primer dan sekunder mempengaruhiotak.
HasilAnamnesis(Subjective)
Keluhan
Keluhan utama adalah gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru
dialami, dan kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan sering lupa terhadap
kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil, pada akhirnya lupa mengingat nama sendiri
ataukeluarga.
FaktorRisiko
Usia> 60 tahun(usialanjut).
Riwayatkeluarga.
Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakitjantung), atau
diabetesmellitus.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana(Objective)
PemeriksaanFisik
1. Kesadaran sensoriumbaik.
2. Penurunan dayaingat yang bersifat kronik dan progresif. Gangguan fungsi otak terutama
berupa gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti afasia, aphrasia, serta adanya
kemunduranf ungsi kognitifeksekutif.
3. Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya gangguan neurologik atau
penyakitsistemik
Pemeriksaanpenunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan adanya kondisi medis yang
menimbulkan dan memper berat gejala.Dapat dilakukan Mini Mental State
Examination(MMSE).
Penegakan Diagnostik(Assessment)
DiagnosisKlinis
Pemeriksaan dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
KriteriaDiagnosis
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu
kegiatan harianseseorang
2. Tidak ada gangguankesadaran
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enambulan
PenatalaksanaanKomprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
a. Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik, lakukan aktifitas fisik sederhana
seperti senam otak, stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi tekatekisilang, bermaincatur.
b. Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagipasien.
c. Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan, dan lain-lain) untuk
mengoptimalkan aktivitas independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan
mengembangkan keterampilan, serta meminimalisasi kebutuhan akanbantuan.
d. Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang milik pribadinya,
mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender harian, dapat
menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat, mengenal lingkungan sekitar,
beri pujian jika dapat menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana dan
jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu gunakan isyarat atau sentuhanlembut.
2. Farmakologi
a. Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: donepzil, galantamine dan
rivastigmine) atau memantine secara rutin untuk semua kasus demensia.
Pertimbangkan pemberiannya hanya pada kondisi yang memungkinkan diagnosis
spesifik penyakit Alzheimer ditegakkan dan tersedia dukungan serta supervisi adekuat
oleh spesialis serta pemantauan efek samping oleh pelakurawat.
b. Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan antipsikotik dosis rendah, seperti
Haloperidol 0,5 – 1mg/hari.
KriteriaRujukan
1. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaanlanjutan.
2. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan dirinya atau
oranglain.
3.
Insomnia
No. ICPC-2
: P06 Sleepdisturbance
No. ICD-10
: G47.0 Disorders of initiating
andmaintainingsleep(insomnias)
Tingkat Kemampuan
:4A
MasalahKesehatan
Insomnia adalah gejala atau gangguan dalam tidur, dapat berupa kesulitan berulang untuk
mencapai tidur, atau mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur yang buruk.Pada
kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik
mental (psikiatrik) ataufisik.
Secara umum lebih baik membuat diagnosis gangguan tidur yang spesifik bersamaan dengan
diagnosis lain yang relevan untuk menjelaskan secara kuat psikopatologi dan
ataupatofisiologinya.
Hasil Anamnesis(Subjective)
Keluhan
Sulit masuk tidur, sering terbangun di malam hari atau mempertahankan tidur yang optimal,
atau kualitas tidur yangburuk.
FaktorRisiko
1. Adanya gangguan organik (seperti gangguan endokrin, penyakitjantung).
2. Adanya gangguan psikiatrik seperti gangguan psikotik, gangguan depresi, gangguan
cemas, dan gangguan akibat zatpsikoaktif.
FaktorPredisposisi
1.
2.
3.
4.
5.
Sering bekerja di malam hari.
Jam kerja tidakstabil.
Penggunaan alkohol, cafein atau zat adiktif yangberlebihan.
Efek sampingobat.
Kerusakan otak, seperti: encephalitis, stroke, penyakitAlzheimer
Penegakan Diagnostik(Assessment)
DiagnosisKlinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkananamnesis.
PedomanDiagnosis
1. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur
yangburuk
2. Gangguan terjadi minimal tiga kali seminggu selama minimal satubulan.
3. Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada
malam hari dan sepanjang sianghari.
4. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
DiagnosisBanding
Gangguan Psikiatri, Gangguan Medikumum, Gangguan Neurologis, Gangguan Lingkungan,
GangguanRitmesirkadian.
Komplikasi
Dapat terjadi penyalahgunaan zat.
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
1. Pasien diberikan penjelasan tentang faktor-faktor risiko yang dimilikinya dan pentingnya
untuk memulai pola hidup yang sehat dan mengatasi masalah yang menyebabkan
terjadinyainsomnia.
2. Untuk obat-obatan, pasien dapat diberikan Lorazepam 0,5 – 2 mg atau Diazepam 2-5 mg
pada malam hari. Pada orang yang berusia lanjut atau mengalami gangguan medik umum
diberikan dosis minimalefektif.
Konseling dan Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga agar mereka dapat memahami tentang
insomnia dan dapa tmenghindari pemicu terjadinyainsomnia.
KriteriaRujukan
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan perbaikan, atau apabila terjadi
perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien dirujuk kefasilitas kesehatan sekunder
yang memiliki dokter spesialis kedokteranjiwa.
Prognosis
Prognosis pada umumnyabonam
4.
Gangguan Campuran Anxietas danDepresi
No. ICPC-2
: P74Anxiety Disorder (anxietystate)
No. ICD-10
: F41.2 Mixed Anxiety and DepressionDisorder
Tingkat Kemampuan :3A
MasalahKesehatan
Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas (kecemasan) dan depresi
bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup
beratuntuk dapat ditegakannya suatu diagnosis tersendiri.Untuk gejala anxietas, beberapa
gejala autonomik harus ditemukan, walaupun tidak terusmenerus, di samping rasa cemas
atauk hawatirberlebihan.
Hasil Anamnesis(Subjective)
Keluhan
Biasanya pasien datang dengan keluhan fisik seperti: nafas pendek/cepat, berkeringat,
gelisah, gangguan tidur, mudah lelah, jantung berdebar, gangguan lambung, diare, atau
bahkan sakit kepala yang disertai dengan rasa cemas/khawatir berlebihan.
Allo dan Auto Anamnesistambahan:
1. Adanya gejala seperti minat dalam melakukan aktivitas/semangat yang menurun, merasa
sedih/ murung, nafsu makan berkurang atau meningkat berlebihan, sulit berkonsentrasi,
kepercayaan diri yang menurun,pesimistis.
2. Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan terdapat stresor kehidupan.
3. Menyingkirkan riwayat penyakit fisik dan penggunaan zat (alkohol, tembakau, stimulan,
danlain-lain)
FaktorRisiko
1. Adanya faktorbiologis yang mempengaruhi, antara lain hiper aktivitas sistem
noradrenergik,faktorgenetik.
2. Ciri kepribadian tertentu yang imatur dan tidak fleksibel, seperti ciri kepribadian
dependen, skizoid, anankastik, cemasmenghindar.
3. Adanya streskehidupan.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana(Objective)
PemeriksaanFisik
Respirasi meningkat, tekanan darah dapat meningkat, dan tanda lain sesuai keluhan fisiknya.
Pemeriksaanpenunjang
Laboratorium dan penunjang lainnya tidak ditemukan adanya tanda yang
bermakna.Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding
sesuai keluhanfisiknya.
Penegakan Diagnostik(Assessment)
DiagnosisKlinis
Diagnosis klinisditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kriteria diagnosis
berdasarkan ICD 10, yaitu:adanya gejala-gejala kecemasan dan depresi yang timbul bersamasama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup beratuntuk
dapat ditegakkannya suatu diagnosistersendiri.
1. Gejala-gejala kecemasan antaralain:
a. Kecemasan atau khawatir berlebihan, sulitberkonsentrasi
b. Ketegangan motorik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tegang, tidak dapat santai
c. Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat berlebihan, sesak nafas, mulut
kering,pusing, keluhan lambung,diare.
2. Gejala-gejala depresi antara lain: suasana perasaan sedih/murung, kehilangan
minat/kesenangan (menurunnya semangat dalam melakukan aktivitas), mudah, lelah,
gangguan tidur, konsentrasi menurun, gangguan pola makan, kepercayaan diri yang
berkurang, pesimistis , rasa tidak berguna/rasabersalah
DiagnosisBanding
Gangguan Cemas (Anxietas) Organik, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Zat, Gangguan Depresi, Gangguan Cemas Menyeluruh, Gangguan Panik,
GangguanSomatoform
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
1. Non-farmakologi
a. Konseling dan edukasi pada pasien dankeluarga
 Karena gangguan campuran cemas depresi dapat mengganggu produktivitas
pasien, keluarga perlu memahami bahwa hal ini bukan karena pasien malas atau
tidak mau mengerjakan tugasnya, melainkan karena gejala-gejala penyakitnya
itu sendiri, antara lain mudah lelah
serta hilang energi. Oleh sebab itu, keluarga perlu memberikan dukungan agar
pasien mampu dan dapat mengatasi gejalapenyakitnya.
 Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang-kadang memerlukan pengobatan
yang cukup lama, diperlukan dukungan keluarga untuk memantau agar pasien
melaksanakan pengobatan dengan benar, termasuk minum obat setiaphari.
b. IntervensiPsikososial
 Lakukan penentraman (reassurance) dalam komunikasi terapeutik, dorong pasien
untuk mengekspresikan pikiran perasaan tentang gejala dan riwayatgejala.
 Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan psikologis, termasuk
bagaimana faktor perilaku, psikologik dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi
gejala somatik yang mempunyai dasarfisiologik.
 Bicarakan dan sepakati rencana pengobatandan follow-up, bagaimana menghadapi
gejala, dan dorong untuk kembali keaktivitasnormal.
 Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafasdalam)
 Anjurkan untuk berolah raga teratur atau melakukan aktivitas yang disenangi serta
menerapkan perilaku hidupsehat.
 Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan manajemen stres denganbaik.
2. Farmakologi:
a. Untuk gejala kecemasan maupun depresinya, diberikan antidepresan dosis rendah,
dapat dinaikkan apabila tidak ada perubahan yang signifikan setelah 2-3 minggu:
fluoksetin
1x10-20
mg/hari
atau
sertralin
1x25-50
mg/hariatauamitriptilin 1x12,5-50 mg/hariatau imipramin1- 2x10-25 mg/hari.
Catatan: amitriptilin dan imipramin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lansia karena efek
hipotensi ortostastik (dimulai dengan dosis minimal efektif).
b. Pada pasien dengan gejala kecemasan yang lebih dominan dan atau dengan gejala
insomnia dapat diberikan kombinasi fluoksetin atau sertralin dengan antianxietas
benzodiazepin. Obat-obatan antianxietas jenis benzodiazepin yaitu: diazepam 1x2-5
mg atau lorazepam 1-2x0,5-1 mgatauklobazam 2x5-10 mgataualprazolam 2x 0,250,5mg. Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin ditappering-off perlahan,
sementara antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum ditappering-off. Hatihati potensi penyalah gunaan pada alprazolam karenawaktu paruh yangpendek.
KriteriaRujukan
Pasien dapat dirujuk setelah didiagnosis mengalami gangguan ini, terutama apabila gejala
progresif dan makin bertambah berat yang menunjukkan gejala depresi seperti pasien
menolak makan, tidak mau merawat diri, ada ide/tindakan bunuh diri; atau jika tidak ada
perbaikan yang signifikan dalam 2-3 bulanterapi.
Prognosis
Pada umumnya prognosis gangguan ini adalahbonam.
5.
GangguanPsikotik
No. ICPC-2
: P98PsychosisNOS/other
No.ICD-10 PC
Kemampuan
: F20 ChronicPsychoticDisorderTingkat
:3A
MasalahKesehatan
Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya berat dalam menilai realita,
berupa sindroma (kumpulan gejala), antara lain dimanifestasikan dengan adanya halusinasi
danwaham.
Hasil Anamnesis(Subjective)
Keluhan
Pasien mungkin datang dengankeluhan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sulit berpikir/sulitberkonsentrasi
Tidak dapat tidur, tidak maumakan
Perasaan gelisah, tidak dapat tenang,ketakutan
Bicara kacau yang tidak dapatdimengerti
Mendengar suara orang yang tidak dapat didengar oleh oranglain
Adanya pikiran aneh yang tidak sesuairealita
Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau, perilaku kekerasan
Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri denganbaik
Alo dan Auto Anamnesistambahan:
Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam tinggi, kejang, trauma
kepala) dan penggunaan zat psikoaktif sebagai penyebab timbulnyakeluhan.
FaktorRisiko
1. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, antara lain hiperaktivitas sistem
dopaminergik dan faktorgenetik.
2. Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian skizoid, paranoid,
dependen.
3. Adanya stresorkehidupan.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana(Objective)
PemeriksaanFisik
Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik dari psikotiknya
(gangguan mental organik).Selain itu pasien dengan gangguan psikotik juga sering terdapat
gangguan fisik yang menyertai karena perawatan diri yangkurang.
PemeriksaanPenunjang
1. Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang menyertai untuk
menyingkirkan diagnosis banding gangguan mentalorganik.
2. Apabila ada kesulitan dalam merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut
maka pada faskes primer yang mampu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang
sesuai seperti: darah perifer lengkap, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal,
serta radiologi danEKG.
Penegakan Diagnostik(Assessment)
DiagnosisKlinis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kriteria
diagnosis berdasarkan ICD 10-PC,yaitu:
1. Halusinasi (terutama halusinasi dengar); merupakan gangguan persepsi (persepsi
palsu), tanpa adanya stimulus sensori eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada setiap
panca indra, yaitu halusinasi dengar, lihat, cium, raba, dan rasa.
2. Waham (delusi);merupakan gangguan pikiran, yaitu keyakinan yang salah, tidak sesuai
dengan realita dan logika, namun tetap dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan
cara apapun serta tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh: waham kejar, waham
kebesaran, waham kendali, wahampengaruh.
3.
4.
5.
6.
7.
Perilaku kacau atauaneh
Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau dan tidak dimengerti)
Agitatif
Isolasi sosial (socialwithdrawal)
Perawatan diri yangburuk
DiagnosisBanding
1.
2.
3.
4.
Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, PsikosisEpileptik)
Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat(Napza)
Gangguan Afektif Bipolar/ GangguanManik
Gangguan Depresi (dengan gejalapsikotik)
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
1. IntervensiPsikososial
a. Informasi penting bagi pasien dankeluarga
 Agitasi dan perilaku aneh merupakan gejala gangguan mental, yang juga
termasuk penyakitmedis.
 Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi perjalanan penyakit
jangka panjang sulit diprediksi. Pengobatan perlu dilanjutkan meskipun setelah
gejalamereda.
 Gejala-gejala dapat hilang timbul. Diperlukan antisipasi dalam menghadapi
kekambuhan. Obat merupakan komponen utama dalam pengobatan. Minum
obat secara teratur akan mengurangi gejala-gejala dan mencegahkekambuhan.
 Dukungan keluarga penting untuk ketaatberobatan (compliance) dan
rehabilitasi.
 Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan yang berharga untuk
pasien dankeluarga.
b. Konseling pasien dankeluarga
 Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga dan minta dukungan
mereka. Terangkan bahwa minum obat secara teratur dapat mencegah
kekambuhan. Informasikan bahwa obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan
tiba-tiba tanpa persetujuan dokter. Informasikan juga tentang efek samping
yang mungkin timbul dan cara penanggulangannya.
 Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di
pekerjaan dan aktivitas harianlain.
 Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian,
berpenampilan dan berperilakupantas).
 Menjaga keselamatan pasien dan orang yg merawatnya pd faseakut:
- Keluarga atau teman harus menjagapasien.
- Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (misalnya makan danminum).
- Jangan sampai mencederaipasien.
 Meminimalisasi stres danstimulasi:
- Jangan mendebat pikiran psikotik (anda boleh tidak setuju dengan
keyakinan pasien, tetapi jangan mencoba untuk membantah bahwa pikiran
itu salah). Sedapat mungkin hindari konfrontasi dankritik.
- Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat, istirahat dan menghindari
stres dapatbermanfaat.
 Agitasi yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan
rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yangaman.
2. Farmakologi
a. Berikan obat antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau Risperidon 2x 1- 3
mg/hari atau Klorpromazin 2-3 x 100-200 mg/hari. Untuk haloperidol dan
risperidon dapat digabungkan dengan benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3 x 5 mg,
lorazepam 1-3 x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi dan memberikan efek sedasi.
Benzodiazepin dapat ditappering-off setelah 2-4 minggu. Catatan: klorpromazin
memiliki efek samping hipotensiortostatik.
b. Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat diberikan injeksi intra muskular
haloperidol kerja cepat (short acting) 5 mg, dapat diulangi dalam 30 menit - 1 jam
jika belum ada perubahan yang signifikan, dosis maksimal 30 mg/hari. Atau dapat
juga dapat diberikan injeksi intra muskular klorpromazin 2-3 x 50 mg. Untuk
pemberian haloperidol dapat diberikan tambahan injeksi intra muskular diazepam
untuk mengurangi dosis ntipsikotiknya dan menambah efektivitas terapi. Setelah
stabil segera rujuk keRS/RSJ.
c. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat dipertimbangkan untuk
pemberian injeksi depo (jangka panjang) antipsikotik seperti haloperidol decanoas
50 mg atau fluphenazine decanoas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½ ampul terlebih
dulu untuk 2 minggu, selanjutnya injeksi 1 ampul untuk 1 bulan. Obat oral jangan
diberhentikan dahulu selama 1-2 bulan, sambil dimonitor efek samping, lalu obat
oral turunkanperlahan.
d. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor, kekakuan, akinesia, dapat
diberikan triheksifenidil 2-4 x 2 mg; jika timbul distonia akut berikan injeksi
diazepam atau difenhidramin, jika timbul akatisia (gelisah, mondar mandir tidak
bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis antipsikotik dan berikan betablocker, propranolol 2-3 x 10-20mg.
3. Kunjungan Rumah (homevisit)
Kunjungan rumah dilakukan sesuai indikasiuntuk:
a. Memastikan kepatuhan dan kesinambunganpengobatan
b. Melakukan asuhankeperawatan
c. Melakukan pelatihan bagi pelakurawat
KriteriaRujukan
1. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik ke fasyankes sekunder yang
memiliki pelayanan kesehatan jiwa setelah dilakukan penatalaksanaanawal.
2. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap karena berpotensi
membahayakan diri atau orang lain segera dirujuk setelah penatalaksanaan awal.
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kedokteran
Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang memerlukan intervensi
psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara lain di rumah sakit umum, rumah
sakit jiwa, klinik dan sentra primer. Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran,
perasaan dan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain: (Elvira,
Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010)
a. Kondisi gaduh gelisah
b. Tindak kekerasan (violence)
c. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
d. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
e. Delirium
Evaluasi
Menilai kondisi pasien yang sedang dalam krisis secara cepat dan tepat aadalah tujuan utama
dalam melakuka evaluasi kedaruratan psikiatrik. Tindakan segera yang harus dilakukan
secara tepat adalah:
a. Menentukan diagnosis awal
b. Melakukan identifikasi faktor-faktor presipitasi dan kebutuhan segera pasien
c. Memulai terapi atau merujuk pasien ke fasilitas yang sesuai
Dalam proses evaluasi, dilakukan:
1. Wawancara Kedaruratan Psikiatrik
Wawancara dilakukan lebih terstruktur, secara umum fokus wawancara ditujukan
pada keluhan pasien dan alasan dibawa ke unit gawat darurat.Keterangan tambahan
dari pihak pengantar, keluarga, teman atau polisi dapat melengkapi informasi,
terutama
pada
pasien
mutisme,
tidak
kooperatif,
negativistik
atau
inkoheren.Hubungan dokter-pasien sangat berpengaruh terhadap informasi yang
diberikan. Karenanya diperlukan kemampuan mendengar, melakukan observasi dan
melakukan interpretasi terhadap apa yang dkatakan ataupun yang tidak dikatakan oleh
pasien, dan ini dilakukan dalam waktu yang cepat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan psikiatrik standar meliputi: riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan
status mental, pemeriksaan status fisik/neurologik dan jika perlu pemeriksaan
penunjang. Yang pertama dan terpenting yang harus dilakukan oeh seorang dokter di
unit gawat darurat adalah menilai tanda-tanda vital pasien.Tekanan ddarah, suhu, nadi
adalah
sesuatu
yang
mudah
diukur
dan
dapat
memberikan
informasi
bermakna.Misalnya seorang yang gaduh gelisah dan mengalami halusinasi, demam,
frekuensi nadi 120 per menit dan tekanan darah meningkat, kemungkinan besar
mengalami delirium dibandingkan dengan suatu gangguan psikiatrik. Lima hal yang
harus ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:
a. Keamanan pasien
Sebelum mengevaluasi pasien, dokter harus dapat memastikan bahwa situasi
di UGD, jumlah pasien di ruangan tersebut aman bagi pasien.Jika intervensi
verbal tidak cukup atau kontraindikasi, perlu dipikirkan pemberian obat atau
pengekangan.
b. Medik atau psikiatrik?
Penting bagi dokter untuk menilai apakah kasusnya medik, psikiatrik atau
kombinasi keduanya, sebab penanganannya akan jauh berbeda. Kondisi medik
umum seperti trauma kepala, infeksi berat dengan demam inggi, kelainan
metabolisme, intoksikasi atau gejala putus zat seringkali menyebabkan
gangguan
fungsi
mental
yang
menyerupai
gangguan
psikiatrik
umumnya.Dokter gawat darurat tetap harus menelusuri semua kemungkinan
penyebab gangguan fungsi mental yang tampak.
c. Psikosis
Yang penting bukanlah penegakan diagnosisnya, tetapi seberapa jauh
ketidakmampuannya dalam menilai realita dan buruknya tilikan.Hal ini dapat
mempengaruhi sikapnya terhadap pertolongan yang kita berikan serta
kepatuhannya dalam berobat.
d. Suicidal atau homicidal
Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus dobservasi secara
ketat.Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau pikiran
bunuh diri harus selalu ditanyakan kepada pasien.
e. Kemampuan merawat diri sendiri
Sebelum memulangkan pasien, harus dipertimbangkan apakah pasien mampu
merawat
dirinya
sendir,
mampu
menjalankan
saran
yang
dianjurkan.Ketidakmampuan pasien dan atau keluarganya untuk merawat
pasien di rumah merupakan salah asatu indikasi rawat inap.
Adapun INDIKASI RAWAT INAP antara lain adalah:
a. Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain,
b. Bila perawatan di rumah tidak memadai, dan
c. Perlu observasi lebih lanjut.
PROSES DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS RIWAYAT PSIKIATRI
2. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda vital
d. Kepala (mata, THT)
e. Thorak/ dada (jantung, paru)
f. Abdomen (hepar, lien)
g. Urogenital
h. Ekstremitas
B. PEMERIKSAAN NEUROLOGI
a. Kaku kuduk
b. N. cranial
c. Motorik
d. Sensorik
e. Reflex fisiologis
f. Reflex patologis
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ TAMBAHANTes psikologi/ psikiatri, EEG, EKG,
Rontgen, CT scan, Lab, dll
4. FORMULASI DIAGNOSIS (Intisari dari: pemeriksaan riwayat psikiatri, pemeriksaan
status mental, PF, Pemeriksaan penunjang)
5. DIAGNOSIS MULTI AKSIAL
Aksis I
: Gangguan Klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Aksis II
: Gangguan kepribadian (onset > 18 tahun)
Retardasi Mental ( onset< 18 tahun)
Aksis III : Kondisi medik umum
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan/stresor
Aksis V : Penilaian Fungsi secara global
6. TERAPI
 Farmakoterapi
 Psikoterapi
7. TINDAK-LANJUT
 Evaluasi terapi
 Evaluasi diagnosis
PEMERIKSAAN RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis: dengan siapa? Apa hubungan dengan penderita?
No
Item yang dinilai
Nilai
2
1.
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilaksanakan
3.
Menanyakan Identitas penderita
4.
a. Nama Pasien
b. Umur
c. Status perkawinan
d. Jenis kelamin
e. Pekerjaan
f. Latar Belakang etnis/agama
Menanyakan Keluhan utama
5.
Riwayat Penyakit Sekarang
a.
b.
c.
d.
6.
Onset
Gejala Klinis/ gejala lain
Factor Pencetus
Hendaya 4 fungsi(peran,waktu luang,pekerjaan
dan perawatan diri)
e. Perjalanan penyakit(perkembangan/durasi)
f. Stressor
g. Faktor memperberat dan memperingan
RPADA
a. Psikiatrik
Pernah mengalami sakit seperti ini? Obatnya apa?
b. Medis
Pernah mempunyai penyakit medis atau bedah
yang berat atau trauma berat yang memerlukan
perawatan di RS?
c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan zat lain.
Jumlah dan frekuensi pemakaian
1
0
7.
Riwayat Pribadi
a. Kehamilan dan Persalinan
 Apakah
terdapat
masalah
dengan
kehamilan dan persalinan ibu.
 Apakah terdapat cidera saat kelahiran
 Bagaimana keadaan emosi dan fisik ibu
saat pasien lahir.
 Apakah terdapat masalah kesehatan saat
ibu hamil.
 Apakah ibu menggunakan alkohol dan zat
saat hamil.
b. Masa anak – anak awal ( usia 1 s/d 3 tahun)
 Kebiasaan makan
 Minum ASI atau botol
 Masalah makan
 Perkembangan awal
 Berjalan
 Berbicara
 Perkembangan bahasa
 Perkembangan motorik
 Pola tidur
 Toilet training
 Usia
 Sikap orang tua
 Gejala masalah perilaku
 Menghisap ibu jari
 ngompol
 Kepribadian saat anak- anak
 Pemalu
 Overaktif
c. Masa anak – anak tengah (usia 3 s/d 11 tahun)
 Bagaimana prestasi belajarnya? Dan
bagaimana hubungan dengan teman
sebaya nya?
d. Masa anak – anak akhir (pubertas sampai
masa remaja)
 Hubungan sosial
 Riwayat sekolah
 Perkembangan kognitif dan motorik


Maslah emosional dan fisik
Seksualitas
e. Masa dewasa
i.
Riwayat pekerjaan
 jumlah dan lama pekerjaan
 alasan pindah kerja
 perubahan status pekerjaan
ii.
Riwayat perkawinan
 Sudah pernah menikah sebelumnya?
 Hubungan dengan istri/ suami
bagaimana?
iii.
Riwayat militer
 Pernah masuk akademi militer?
iv.
Riwayat pendidikan
 Pendidikan terakhir apa?
 Ada kendala tidak?
v.
Keagamaan
 Mengikuti aliran agama tertentu
tidak?
vi.
Aktivitas sosial
 Sering mengikuti kegiatan sosial
atau tidak?
vii.
Situasi hidup sekarang
viii.
Riwayat hukum
f. Riwayat Psikoseksual
g. Riwayat Keluarga
h. Riwayat mimpi dan fantasi
 Tema mimpi yang paling sering
apa?
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PASIEN Autoanamnesa
A. Gambaran umum
a. Penampilan: postur, ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, kuku  tampak
sehat, tampak sakit, agak sakit, seimbang, kelihatan tua, kelihatan muda,
kusut, seperti anak-anak, kacau, cemas (tangan lembab, keringat di dahi,
postur tegang, mata lebar)
b. Tingkah laku: manerisme, tiks, gerakan isyarat, stereotipik, ekopraksia,
hiperaktivitas, dll. Cara berjalan, ketangkasan, kegelisahan, dan manifestasi
fisik lainnya harus digambarkan
Macam-macam Tingkah laku yang bisa diamati pada pasien :
a. Stereotype : Gerakan yang bertahan dalam satu atau dua macam type
gerakan yang terus menerus diulang untuk waktu yang lama tanpa tujuan
yang jelas
b. Manireren : grakan bermacam macam tapi kesemuanya aneh dan
keanehannya sering menarik perhatian di sekelilingnya
c. Echolalia : selalu menirukan apa yang diucapkan orang lain
d. Echopraxia : selalu menirukan apa yang dilakukan orang lain.
c. Sikap terhadap pemeriksa: bekerja sama, bersahabat, penuh perhatian,
tertarik, datar, merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, menyenagkan,
mengelak, berlindung, rigid, curiga, tegang, aktif, pasif, katalepsi ( sikap yang
berlebihan dalam satu kedudukan saja untuk jangka waktu lama , aneh, tidak
ada tujuan dan tidak masuk akal)
B. Emosi : Afek dan Mood
a. Afek : sesuai, tidak sesuai, terbatas, tumpul, datar, sejalan mood, tidak
sejalan mood  disimpulkan oleh pemeriksa dari ekspresi wajah pasien
b. Mood
- Mood disforik
: Mood yang tidak menyenangkan
- Mood eutimik
: Mood dalam rentang normal
- Mood yang meluap luap (expansive mood)
- Anhedonia
: Hilangnya minat dan terhadap aktivitas rutin
- Mood yang irritable : Mudah diganggu dan dibuat marah
c. Kesesuaian : afek sesuai/ tidak sesuai. Cotoh ketidaksesuaian afek: afek datar
sambil berbicara tentang dorongan pembunuhan
C. Pembicaraan (kualitas dan kuantitas)
a. Kualitas
: berespon normal terhadap petunjuk dari wawancara, fasih,
suka mengomel, cepat, lambat, ragu-ragu, emosional, dariamatis, emosional
b. Kuantitas
: banyak bicara (logorrhea), sedikit bicara (poverty of speech)
c. Gangguan bicara : tergagap-gagap (disartria), spontan/tidak
D. Gangguan persepsi
a. Ilusi
Adalah suatu persepsi panca indera disebabkan adanya rangsang panca indera
yang ditafsirkan salah.Seperti contoh seorang penderita dengan perasaan yang
bersalah menginterpretasikan suara gesekan daun dengan suara yang
mendekatinya.5 jenis ilusi yaitu ilusi visual, akustik, olfaktorik, gustatorik dan
taktil.
b. Halusinasi
Adalah pesepsi panca indera tanpa rangsang rangsang reseptor dari panca
indera.
Jenis halusinasi yaitu :
a. Halusinasi akustik dibedakan 2 yaitu akoasma (suara berisik) dan phonema
(membentuk kata jelas)
b. Halusinasi penglihatan (visual)
c. Halusinasi gustatorik (pengecapan)
d. Halusinasi taktil (perabaan)
e. Halusinasi haptik (seolah bersinggungan secara fisik)
c. Depersonalisasi
Adalah suatu gangguan persepsi berupa merasa dirinya berubah
d. Derealisasi
Adalah suatu gangguan persepsi berupa merasa dirinya/sekelilingnya atau
lingkungannya berubah.
E. Proses pikiran
a. Bentuk pikir
Dibagi menjadi 2 yaitu
a. Realistik : Berpikir sesuai kenyataan dan realitas yang ada
b. Autistik : Pikiran yang tidak realistis / dereistik
b. Arus pikir
Macam –macamnya yaitu :
a. Flight of Ideas
: Pikiran yang meloncat loncat. Pokok fikiran susul
menyusul dengan cepat.
b. Inkoherensi
: Dalam satu kalimat hanya kumpulan kata kata dan
tidak ada artinya.
c. Blocking
: Sering dijumpai pada skizofrenia, tiba-tiba arus fikiran
terhenti tapi setelah itu kembali seperti semula
d. Dst masih banyak lagi baca di simptomatologi kuning
c. Isi pikir
Macam-macamnya yaitu :
- Delusi/ waham : suatu keyakinan atau fikiran yang salah, bertentangan
dengan kenyataan , dibangun di atas unsure yang tidak berdasarkan logika,
individu tidak mau melepaskannya.
Sifat waham ada 5 yaitu :
1. Selalu mengenai diri sendiri (egosentris)
2. Selalu bertentangan dengan realitas
3. Selalu bertentangan dengan logika / fikiran sehat
4. Penderita percaya seratus persen kepada kebenarannya fikirannya
5. Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekali pun dengan jalan yang
logis dan rasional.
Macam–macam waham yang biasa muncul dan dikenali:
1. Waham kebesaran
2. Waham berdosa
3. Waham dikejar/ presekutorik
4. Waham curiga/ rujukan
5. Waham cemburu
6. Waham hypochondarii
- Obsesi
F.
G.
H.
I.
Adalah suatu fikiran yang bersifat terpaku, terus menerus mengganggu,
mendesak ke taraf kesadaran dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita
sendiri
- Fobia
Adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang bersifat irrasional yang
diakui ketidakbenarannya oleh penderita tetapi tetap menguasai jalan
pikirannya.Biasanya tertuju pada objek dan situasi tertentu.
Sensorium dan kognisi
a. Kesadaran: komposmentis, somnolen, stupor, koma, letargi, kewaspadaan,
keadaan fuga (fugue state)
b. Orientasi (tempat, waktu, personal, situasi)
c. Daya ingat
i. Tingkat daya ingat (segera, baru saja, agak lama, lama/jauh)
ii. Gangguan daya ingat: hypermnesia, amnesia, dan paramnesia
(konfabulasi, de javu dan jamais vu)
d. Konsentrasi
e. Perhatian  kemampuan berhitung atau mengeja kata secara mundur, atau
menyebutkan 5 benda yang dimulai huruf tertentu (sesuaikan dengan latar
pendidikan), mengeja kata DUNIA dibalik  hypervigilitas (perhatian yang
berpindah-pindah obyek), hypovigilitas (kurang perhatian terhadap
sekitarnya), autisme (hidup dalam fikirannya sendiri dan tidak ada perhatian
terhadap sekelilingnya)
f. Kemampuan baca-tulis  pasien diminta membaca perintah dan melakukan
sesuai perintah yang ditulis. Pasien diminta menulis kalimat yang sederhana
tetapi lengkap (sesuaikan dengan latar belakang pendidikan)
g. Kemampuan visuospasial  pasien diminta mencontoh gambar missal
segitiga, persegi, dll
h. Pikiran abstrak
Misalnya dengan menanyakan arti dari peribahasa
Pengendalian impuls/ instink apakah pasien dapat mengendalikan impuls seksual,
agresif, dan impuls lainnya. Biasanya dapat diperkirakan dari informasi dalam riwayat
pasien sekarang dan dari perilaku yang diobservasi selama wawancara
Pertimbangan/ pendapat apakah pasien mengerti kemungkinan akibat dari
perilakunya? Contoh: apa yang akan dilakukan pasien jika ia mencium bau asap di
dalam ruang bioskop yang penuh?
Tilikan derajat kesadaran dan pengertian bahwa mereka sakit
a. Penyangkalan penyakit sama sekali
b. Agak menyadari bahwa mereka sakit dan membutuhkan bantuan tetapi dalam
waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
c. Sadar bahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain
d. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan sesuatu yang tidak diketahui pada diri
pasien
e. Tilikan intelektual
: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau
kegagalan dalam penyesuaian sosial adalah disebabkan oleh perasaan
irrasional atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan
pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa depan
f. Tilikan emosional sesungguhnya
: kesadaran emosional tentang motif dan
perasaan di dalam diri pasien dan orang yang penting dalam kehidupannya,
yang dapat menyebabkan perubahan dasar dalam perilaku
J. Reliabilitas kesan dokter terhadap data yang didapat dari anamnesa dan riwayat
psikiatri serta pemeriksaan penunjang bisa dipercaya atau tidak.
CONTOH PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1.
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2.
Pemeriksaan daya ingat
Daya ingat segera
Tolong diingat nomor telepon saya 794854 (angka bisa diganti dengan benda atau
kata)
Nb: pasien disuruh mengulang angka yang telah disebutkan setelah beberapa waktu
kemudian (dalam beberapa detik atau menit)
Daya ingat jangka pendek
Tadi pagi sarapan apa? Tadi kesini naik apa?
Nb: peristiwa yang telah lewat beberapa hari atau bulan
Daya ingat ingat jangka panjang
Dulu SD dimana?lahir tahun berapa?
Nb: peristiwa yang telah lama terjadi
3.
Pemeriksaan Konsentrasi
Coba hitung mundur dari 100-7, hasilnya dikurangi 7 lagi, begitu seterusnya hingga
saya bilang cukup
Bila angka tidak bisa  pakai bulan atau hari
4.
Pemeriksaan Mood
Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini? Apakah sedih? Cemas? Takut? Gamapang
marah?
5.
Pemeriksaan pikiran abstrak
6.
 Apakah arti peribahasa “ada udang dibalik batu”?
 Apakah arti “tong kosong berbunyi nyaring”?
Pemeriksaan orientasi
Orientasi waktu
Sekarang pagi atau sore?
Orientasi tempat
Kita sedang dimana?
Orientasi orang
Siapa yang mengantar anda kemari? Siapa orang yang memeriksa pasien?
Orientasi situasional
Kita disini sedang apa?
7.
Pemeriksaan Tilikan
Mengapa anda dibawa ke RSJ?
Apakah anda meraas sakit?
CONTOH PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1.
Pemeriksaan Halusinasi Akustik/Auditorik

2.
Apakah anda mendengar bisikan atau suara tetapi tidak ada orang yang
berbicara didekat anda (tidak ada sumbernya)
 Sering? Berapa kali? (frekuensi)
 Mendengarnya saat apa? (dalam keadaan sadar)
 Suaranya didengar dimana? Ditelinga? (diterima oleh panca indaria)
Pemeriksaan Halusinasi Visual

3.
Apakah anda pernah melihat sesuatu yang gaib? Seperti melihat sinar,
orang yang sudah meninggal, bayangan hitam?
 Apakah sering? Berapa kali dalam sehari?
 Melihatnya saat sedang apa? Apakah sekarang juga melihat? (dalam
keadaan sadar, bukan mimpi saat tidur)
 Melihat dengan mata?
Pemeriksaan Waham Curiga/rujukan/referensi

4.
Bila ada orang berkumpul, apakah anda merasa sedang mereka
bicarakan?
 Anda yakin?
 Mengapa mereka membicarakan anda? (alasan realistik/tidak)
Pemeriksaan Waham Kejar/Persekutorik

5.
Apakah anda merasa ada orang yang bersekongkol hendak mencelakakan
anda?
 Anda yakin? Mengapa? (alasan yang realistik/tidak)
 Apakah ada yang membuntuti/ memata-matai anda?
 Apakah anda merasa ada yang hendak membunuh anda?
Pemeriksaan Waham Kebesaran



Apakah anda keturunan raja? Raja mana? Anda yakin?
Apakah anda punya keahlian tertentu yang orang lain tidak bisa?
Apakah anda orang kaya? Berapa rumah anda? Anda yakin? Bagaimana
caranya anda bisa kaya? Anda bekerja apa? Gajinya berapa? (realistik
atau tidak)
ANAMNESIS
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dari pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Menanyakan identitas penderita
a. Nama pasien
b. Umur
c. Status perkawinan
d. Alamat
e. Pekerjaan
f. Latar belakang etnis / agama
4. Menanyakan keluhan utama
5. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Onset
b. Gejala klinis
c. Faktor pencetus
d. Pemenfaatan waktu luang (hendaya empat fungsi)  perawatan diri,
hubungan sosial, dan pekerjaan
e. Perkembangan / durasi
f. Sering muncul / hilang timbul / berapa lama ?
6. Riwayat Penyakit Dahuku
a. Psikiatrik
i. Pernah mengalami sakit seperti ini ?
b. Medis
i. Pernah punya penyakit medis berat yang memerlukan perawatan di
RS ?
c. Riwayat kecelakaan / trauma pada kepala ?
d. Riwayat penggunaan alkohol, narkoba dan obat2an lainnya ?
i. Apa yang digunakan ?
ii. Jumlah dan frekuensi penggunaan ?
iii. Kapan mulai pakai dan kapan terakhir pakai
7. Riwayat Pribadi
a. Kehamilan dan Persalinan
i. Apakah terdapat masalah dengan kehamilan dan persalinan ibu.
ii. Apakah terdapat cidera saat kelahiran
iii. Bagaimana keadaan emosi dan fisik ibu saat pasien lahir.
iv. Apakah terdapat masalah kesehatan saat ibu hamil.
v. Apakah ibu menggunakan alkohol dan zat saat hamil.
b. Masa kanak-kanak awal (usia 1-3 tahun)
i. Kebiasaan makan
1. Minum ASI atau botol
2. Masalah makan
ii. Perkembangan awal
1. Berjalan
2. Berbicara
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan motorik
5. Pola tidur
iii. Toilet training
1. Usia
2. Sikap orang tua
iv. Gejala masalh perilaku
1. Menghisap ibu jari
2. Ngompol
v. Kepribadian saat anak- anak
1. Pemalu
2. Overaktif
c. Masa kanak-kanak tengah (3-11 tahun)
i. Bagaimana prestasi belajarnya di sekolah ?
ii. Apakah selama di sekolah punya banyak teman ?
d. Masa kanak-kanak akhir (pubertas-remaja)
i. Hubungan sosial
ii. Riwayat sekolah
iii. Perkembangan kognitif dan motorik
iv. Maslah emosional dan fisik
v. Seksualitas
e. Masa dewasa
i. Riwayat pekerjaan
1. Pernah bekerja menjadi apa ?
2. Bagaimana kesannya dengan pekerjaan tersebut ?
3. Hubungan dengan teman kerja bagaimana ?
4. Puas dengan pekerjaan tersebut ?
ii. Riwayat perkawinan
1. Sudah pernah menikah sebelumnya ?
2. Hubungan dengan istri/ suami bagaimana ?
iii. Riwayat militer
1. Pernah masuk akademi militer ?
2. Pernah tinggal di wilayah konflik / peperangan ?
3. Ada trauma terhadap perang / konflik / tentara ?
iv. Riwayat pendidikan
1. Pendidikan terakhir apa ?
2. Ada kendala tidak ?
v. Keagamaan
1. Agama nya apa ?
2. Ibadahnya taat ?
vi. Aktivitas sosial
1. mengikuti kegiatan sosial atau tidak ?
8. Situasi hidup sekarang
9. Riwayat hukum
a. Pernah berurusan dengan kepolisian ?
b. Pernah ditangkap polisi kemudian dipenjara ? Kapan dan karena apa ?
10. Riwayat Psikoseksual
11. Riwayat Keluarga
a. Keluarga apa juga ada yang menderita seperti ini ?
12. Riwayat mimpi dan fantasi
a. Tema mimpi yang paling sering apa ?
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL SKIZOFRENIA
1. Penampilan
 Postur
 Ketenangan
 Pakaian
 Kebersihan
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
 Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) / Mutisme (tidak berbicara);
 Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
diperngaruhi oleh stimuli eksternal);
 Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)
 Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan atau pergerakan kearah yang
berlawanan);
 Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
 Fleksibilitas cerea/ waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar) dilakukan oleh pemeriksa
 Gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap
perintah) dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
 Stereotipi : perilaku tak berarti yang dilakukan secara berulang-ulang :
menggerak-gerakkan kaki, memainkan tangan, mengetuk-ngetukkan jari
3. Sikap terhadap pemeriksa
 Kooperatif
 Bersahabat
 Tertarik
 Apatis
 Menghindar
4. Emosi / Mood dan Afek
 Emosi / Mood
i. Depresi
ii. Kecewa
iii. Mudah marah/ irritabel
iv. Labil
v. Ketakutan
vi. Disforik  perasaan yang tidak menyenangkan
 Afek
i. Terbatas
ii. Tumpul
iii. Datar
 Kesesuaian
5. Bicara
 Kualitas
i. Disartria
ii. Gagap
iii. Disprosodia
iv. Bicara kacau
 Kuantitas
i. Miskin bicara
ii. Banyak bicara
iii. mutisme
6. Gangguan persepsi
Halusinasi
Halusinasi adalah Persepsi panca indera yang timbul tanpa adanya rangsang
pada reseptor-reseptor panca indera. Adapun macam-macam halusinasi yakni :
- Halusinasi Akustik (Pendengaran) Phonema
Mendengar suara-suara jelas yang membentuk kata-kata atau kalimat
 Apa pernah mendengar suara-suara yang tidak ada/tidak diketahui
sumbernya?
 Suaranya tersebut berupa kata-kata (halusinasi auditorik phonema) atau
tidak membentuk kata-kata (halusinasi auditorik akoasma) ?
 Jika halusinasi auditorik phonema
o Kenal tidak itu suara siapa ?
o Bunyi bisikan-bisikannya seperti apa ?
7. Depersonalisasi
8. Derealisasi
9. Pikiran (proses atau bentuk pikiran, arus pikiran, dan isi pikiran)
10. Sensorium dan kognisi
- Kesadaran
- Orientasi
- Pikiran abstrak
- Pengendalian impuls
11. Tilikan, tilikan ada enam, namun bisa dikategorikan menjadi 2 kelompok besar,
 Baik
 Buruk
12. Tanyakan
a. Ada waham ?
i. Though of echo
 Pernah merasakan ada pikiran-pikiran yang berulang-ulang dalam
kepala ?
ii. Though of insertion or witerhadapariawal
 Pernah merasakan ada pikiran dari luar yang tiba-tiba masuk ke dalam
pikiran anda ?
 Pernah merasakan tiba-tiba isi pikiran anda diambil keluar dari pikiran
anda ?
iii. Though broadcasting
 Pernah merasakan bahwa semua orang mengetahui apa yang anda
pikirkan / isi pikiran anda tersiar ke semua orang dan diketahui oleh
umum ?
iv. Delusion of control
 Pernah merasakan bahwa diri anda dikendalikan oleh kekuatan
tertentu ?
v. Delusion of influence
 Pernah merasakan bahwa diri anda dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu ?
vi. Delusion of passivity
 Pernah merasa bahwa anda merasa tidak berdaya atau pasrah terhadap
suatu kekuatan tertentu ?
vii. Waham magic/ mistik
 Pernah merasa bisa menggerakkan gunung, menembus tembok,
mematikan matahari, dll
b. Ada halusinasi auditorik ?
Dan waham-waham lain seperti waham kebesaran, waham curiga,
waham presekutorik, waham cemburu dll.
F.32 DEPRESI
F32.0 Episode Depresi Ringan (2U + 2L)
 Minimal 2 gejala utama + 2 gejala lainnya
 Berlangsung minimal 2 minggu
 Sedikit kesulitan dalam aktivitas sosial dan pekerjaan
F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatik
F32.1 Episode Depresi Sedang (2U + 3L)
 Minimal 2 gejala utama + 3 gejala lainnya
 Berlangsung minimal 2 minggu
 Kesulitan nyata kegiatan sosial, pekerjaan dan rumah tangga
F32.10 = tanpa gejala somatic
F32.11 = dengan gejala somatic
F32.2 Episode Depresi Berat tanpa gejala psikotik (3U + 4L)
 Minimal 3 gejala utama + 4 gejala lainnya
 Berlangsung minimal 2 minggu. Bila gejala sangat berat onset bisa > cepat atau < 2
minggu
 Tidak mampu aktivitas sosial, pekerjaan dan rumah tangga
F32.3 Episode Depresi Berat dengan gejala psikotik (3U + 4L)
 Minimal 3 gejala utama + 4 gejala lainnya
 Berlangsung minimal 2 minggu. Bila gejala sangat berat onset bisa lebih cepat atau <2
minggu
 Tidak mampu aktivitas sosial, pekerjaan dan rumah tangga
 Ada waham, halusinasi atau stupor depresif
 Waham mengenai waham dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan
pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu.
 Halusinasi auditorik (suara yang menghina, menuduh) atau halusiansi olfaktorik (bau
menusukdaging busuk)
 Pikiran mengenai pandangan negative tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi
pikiran tentang kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri dan kematian
 retardasi psikomotor yang berat bisa jadi stupor
 Jika diperlukan, waham atau halusiansi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood-congruent)
F32.8 Episode Depresi Lainnya
F32.9 Episode Depresi YTT
CONTOH SKENARIO DEPRESI :
Karyawati berumur 23 tahun merasa sedih, hilang minat dan kegembiraan,
kurang semangat dan tidur terganggu, keluhan tersebut dialami kurang lebih 1
bulan ini. Sebelumnya ia di PHK. Kini ia dibawa ke dokter karna mencoba
bunuh diri. Sosialisasi nya terganggu, menjadi pendiam dan malas mengerjakan
tugas serta kadang menangis sendiri
Anamnesis :
a.
b.
c.
d.
Salam
Mempersilahkan masuk dan duduk
Memperkenalkan diri
Menanyakan identitas pasien
 Nama
 Usia
 Status perkawinan
 Pekerjaan
 Agama
e. Keluhan Utama (ex : pusing-pusing) atau (ex: merasa pegal-pegal kecapean)
f. Amati keseluruhan pasien yang mengarah ke gejala depresi (afek, suara, tanda fisik
dsb) *status mental*
Retardasi psikomotor, menggegamkan tangan, menarik – narik rambut,
memiliki postur yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan,
pandangan mata yang putus asa dan memalingkan pandangan
Cara bicara orang yang depresi menunjukan volume dan kecepatan bicara yang
menurun, merespon pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukan respon
melambat pada pertanyaan.
g. RPS
 Onset / “sejak kapan terasa pusing-pusing atau pegelnya”
 Faktor pencetus  AKSIS IV
“Bapak/Ibu sebelumnya melakukan kegiatan apa sehingga timbul pusingpusing atau pegal-pegal?” atau “Bapak/Ibu ada permasalahan yang akhir2 ini
dipikirkan atau lagi banyak pikiran?”
a. Masalah keluarga “primary support group”
b. Masalah lingkungan sosial
c. Masalah pendidikan
d. Masalah pekerjaan
e. Masalah perumahan
f. Masalah ekonomi
g. Dll
h. Masalah kesehatan lain
 Gejala klinis lainnya
“Apakah ada keluhan lain selain keluhan utama(pusing) seperti demam,
batuk, pilek, mual dll”  untuk menDD dengan penyakit klinis
a. ADA = gangguan klinis  masuk IPADA
b. TIDAK ADA  tanyakan gangguan mayor minor depresi + tanyakan
waktunya (ingat! Gejala mayor - minor minimal 2 minggu baru bisa
disebut depresi! Bisa kurang dari 2 minggu apabila gejala sangat berat
dan menonjol)
1. GEJALA MAYOR / UTAMA
a. Afek depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energy atau mudah lelah atau menurunnya
aktifitas
2. GEJALA MINOR / LAINNYA
a. Perhatian dan konsentrasi berkurang
b. Harga dan kepercayaan diri kurang
c. Perasaan bersalah dan tidak berguna
d. Pesimistik, masa depan suram
e. Nafsu makan berkurang
f. Gangguan tidur
g. Gagasan sampai tindakan bunuh diri
 Ada hendaya atau masalah pemanfaatan waktu luang (selama sakit)
a. Hendaya waktu luang
“Selama sakit kegiatan waktu luang dipakai buat apa saja?Masih sering
menjalankan hobi atau tidak?”
b. Hendaya pekerjaan
“Selama sakit bisa menjalankan pekerjaan atau tidak ?”
c. Hendaya perawatan diri
“Selama sakit bisa mandi/makan sendiri atau tidak ?”
d. Hendaya sosial
g.
”Selama sakit masih sering berkumpul atau ngobrol dengan teman-teman atau
tidak ?”
 Perkembangan atau durasi
“Sudah berapa lama?”
“Selama (missal 3 minggu) apakah gejala membaik atau semakin memberat”
RPADA
“Apakah dulu bapak/ibu pernah punya keluhan seperti sekarang?

Riwayat Psikiatrik
“Apakah bapak/ibu pernah punya gangguan jiwa?”
 Riwayat Medis
“Apakah bapak/ibu punya sakit missal DM, hipertensi atau penyakit lain?”
 Riwayat penggunaan alkohol dan zat lain
“Apakah bapak/ibu mengkonsumsi alkohol , narkoba dll?”
h. Riwayat Pribadi
 Kehamilan dan persalinan
 Dulu lahirnya normal atau sesar?
 Dulu lahirnya cukup bulan/premature?
 Apa terdapat masalah/penyakit selama kehamilan? (infeksi, perdarahan,
keguguran, eklamsi, preeklamsi, cacat)
 Apa ibu menggunakan alkohol atau obat-obatan lain selama kehamilan?
 Masa anak- anak awal (sampai usia 3 tahun)
 Masa anak – anak pertengahan (usia 3-11tahun)
 Masa anak – anak akhir (pubertas sampai masa remaja)
 Masa dewasa
 Riwayat pekerjaan
“Sudah bekerja/belum?
“Riwayat di PHK”
“Lingkungan kerja sesuai/tidak dengan diri penderita”
“Masalah dengan bos/client/teman kerja”
“Pekerjaan keinginan sendiri/tidak”
 Riwayat perkawinan dan persahabatan
“Sudah nikah/belum?”
“Saat nikah usia berapa?”
“Berapa kali pernikahan / berapa kali bercerai?”
“Istrinya sesuai keinginan/tidak”
“Masalah rumah tangga lain  masalah ekonomi, tempat tinggal, ipar”
 Riwayat kemiliteran
“Pernah/tidak ikut pendidikan militer?”
“Trauma akan suatu peperangan”
 Riwayat pendidikan
“Pendidikan terakhir ?”
“Prestasi yang diraih?”
 Keagamaan
“Agamanya apa?”
“Apakah sikap keluarga ketat/longgar dalam keagamaannya”
“Ikut perkumpulan keagamaan yang fanatik sehingga mempengaruhi
kehidupan penderita?”
 Aktivitas sosial
“Punya banyak teman atau tidak?”
“Teman spesial atau sahabat?”
“Teman-temannya banyak sejenis atau lawan jenis?”
 Situasi hidup sekarang
“Pasien tinggal dengan siapa?”
“Apakah terdapat ruangan privasi”
“Jumlah anggota keluarga”
“Jumlah tanggungan dan kebutuhan”
 Riwayat hukum
“Pernah ditangkap polisi atau berurusan dengan polisi?”
“Pernah dipenjara? Dengan kasus apa?”
“Berapa kali”
i. Riwayat Psikoseksual
“Kapan mulai pubertas (menstruasi atau mimpi basah)”
“Riwayat masturbasi:
j. Riwayat keluarga
“Apakah keluarga ada yang punya penyakit serupa?”
“Apakah penderita termasuk antisosial dalam keluarga”
k. Riwayat mimpi dan fantasi
“Apakah penderita mempunyai mimpi yang menakutkan dan berulang?”
“Mimpinya kira-kira artinya apa?”
Pemeriksaan Fisik Depresi :
1. Gambaran Umum
2. Emosi/Mood dan Afek
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL DEPRESI
1. Penampilan
 Postur
 Ketenangan
 Pakaian
 Kebersihan
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
 Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) / Mutisme (tidak berbicara);
 Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
diperngaruhi oleh stimuli eksternal);
 Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)
 Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan atau pergerakan kearah yang
berlawanan);
 Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
 Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

3.
4.
5.
6.
7.
8.
Gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap
perintah) dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
 Stereotipi : perilaku tak berarti yang dilakukan secara berulang-ulang :
menggerak-gerakkan kaki, memainkan tangan, mengetuk-ngetukkan jari
Sikap terhadap pemeriksa
 Kooperatif
 Bersahabat
 Tertarik
 Apatis
 Menghindar
Emosi / Mood dan Afek
 Emosi / Mood
i. Depresi
ii. Kecewa
iii. Mudah marah
iv. Labil
v. Ketakutan
 Afek
i. Terbatas
ii. Tumpul
iii. Datar
 Kesesuaian
Bicara
 Kualitas ( kurang atau cukup)
i. Disartria
ii. Gagap
iii. Disprosodia
iv. Bicara kacau ( gangguan arus pikir, bisa terdapat asosiasi longgar, inkoherensi,
dll)
 Kuantitas ( kurang atau cukup)
i. Miskin bicara
ii. Banyak bicara
iii. mutisme
Gangguan persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi adalah Persepsi panca indera yang timbul tanpa adanya rangsang
pada reseptor-reseptor panca indera. Adapun macam-macam halusinasi yakni :
i. Halusinasi Akustik (Pendengaran) Phonema
Mendengar suara-suara jelas yang membentuk kata-kata atau kalimat
 Apa pernah mendengar suara-suara yang tidak ada/tidak diketahui sumbernya?
 Suaranya tersebut berupa kata-kata (halusinasi auditorik phonema) atau tidak
membentuk kata-kata (halusinasi auditorik akoasma) ?
 Jika halusinasi auditorik phonema
o Kenal tidak itu suara siapa ?
o Bunyi bisikan-bisikannya seperti apa ?
Depersonalisasi
Derealisasi
9. Daya Ingat
10. Perhatian dan konsentrasi
11. Sensorium dan kognisi
 Kesadaran
 Orientasi
 Pikiran abstrak
 Pengendalian impuls
12. Tilikan, tilikan ada enam, namun bisa dikategorikan menjadi 2 kelompok besar,
 Baik
 Buruk
Pemeriksaan penunjang :
Diagnosis Banding Depresi :
Dalam menegakkan suatu gangguan depresi, diagnosis lain perlu dipikirkan, seperti
adanya gangguan organik, intoksikasi atau ketergantungan zat dan abstinensia,
distimia, siklotimia, gangguan kepribadian, berkabung dan gangguan
penyesuaian
Terapi : (Dosis ada di belakang)
1. SSRI (Dariug of Choice)
- Fluoxetine
- Flufoxamine
- Paroxetine
- Sertraline
2. MAO inhibitor
- moclobemide
3. Heterosklikik (tri/tetrasiklik)
- Tetrasiklik (Amoxapine, mianserin, maprotiline
- Trisklik ex : amytriptilin, imipramine, clomipramine
4. Atipikal
- Trazone
- Trazodone
Pemberian anti depresan dilakukan melalui tahapan – tahapan, yaitu dosis initial, titrasi,
stabilisasi, maintenance dan tapering off, dimana dosis dan lama pemberiannya
berbeda-beda.
ANXIETY
1. F.40.1 Gangguan panic (Anxietas Paroksismal Episodik)
Poin pertanyaan yang harus ditanyakan untuk menegakkan diagnosis diatas
sesuai panduan PPDGJ adalah
1. Apakah anda memiliki ketakutan pada subjek tertentu (benda, hewan, keadaan)
hingga anda mencoba menghindarinya?  Tujuan pertanyaan ini adalah untuk
menyingkirkan diagnosis fobia, baik fobia benda tertentu, ataupun fobia sosial.
a. Jika Iya, tanyakan :
- Onset (Sejak kapan),
- Kronologi
- Faktor pencetus, peringan
- Apakah sudah mencoba mencari pengobatan
psikiatri
- Gejala lain?
- Aktivitas apakah masih bisa berjalan lancar dan dilakukan sendiri
- Bagaimana pemanfaatan waktu luangnya
b. Jika Tidak, lanjut ke pertanyaan no 2 untuk tegakkan diagnosis F.40.1
2. Sudah berapa lama anda alami kecemasan seperti itu (onset). (dapat ditegakkan bila
sudah alami gejala kira-kira dalam sebulan)
3. Pada keadaan apa saja sering merasa gejala cemas seperti itu muncul ? Apakah
benar-benar pada keadaan mengancam ataukah sebenernya keadaan yang biasa aja
tapi uda bikin reaksi cemas yang berlebihan?
4. Apakah kecemasan itu muncul pada 1 kejadian tertentu ataukah di setiap kejadian
atau bahkan di saat-saat tak terduga?
5. Pernahkah gangguan itu muncul setelah membayangkan keadaan tertentu yang
membuat anda cemas?
2. F.41.1 (Gangguan Cemas Menyeluruh)
Poin pertanyaan yang wajib ditanyakan sesuai panduan PPDGJ adalah
1. Sudah berapa lama anda alami gejala seperti ini? Sejak kapan?Apakah sudah
dalam waktu mingguan bahkan berbulan bulan? (Onset) . Apakah berlangsung
setiap hari?
2. Tanyakan gejala klinis, Gejala yang Nampak pada F.41.1 ada 3 , yaitu :
a. Kecemasan ( khawatir nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, susah
konsentrasi)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala , mulut kering)
3. Apabila ada gejala2 depresi, baik ringan, sedang maupun berat, yang sifatnya
sementara (beberapa hari saja) tidak membatalkan diagnosis utama gangguan
cemas menyeluruh. Selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif (F.32)
Apabila gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri, maka kemungkinan DD mengarah ke F.41.2.Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi.
3 . F.43.1. Gangguan Stress Pasca Trauma
1. Apakah pernah mengalami kejadian yang membuat anda sedih jika
membayangkannya atau tidak ingin mengingat –ingat lagi? (sering terdapat
flashbacks atau terbayang2 kondisi atau peristiwa)
2. Jika Iya, tanyakan sudah berapa lama (tanyakan onset). (bisa ditegakkan bila
sudah ada 6 bulan).
3.
4. Jika boleh tau apa kejadiannya? (untuk mengarahkan ke kronologi)
5. Apakah Merasa terus terbayang baying tentang kejadian tersebut sampai terbawa
mimpi dan merasakan lagi kejadian tersebut?
6. Tanyakan apabila ada gangguan otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala , mulut kering)
7. Lihat apakah ada kelainan afek dan tingkah laku (stereotype, fleksibilitas cerea)
8. Untuk poin ke 5, 6 tidak harus ada. Karna tidak khas
UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS GANGGUAN CEMAS JUGA
WAJIB MENANYAKAN STATUS PSIKIATRI DAN SIMPTOMATOLOGI
1 YANG MENGARAH KE DIAGNOSIS
CONTOH SKENARIO ANXIETAS
Perempuan usia 20 tahun datang ke rumah sakit karena sering berdebar,
kepala pusing, disertai keringat dingin ( hiperaktivitas otonom). Ia sering
merasa khawatir, ketakutan, dan cemas (gejala psikis) sering disertai badan
sakit semua, kencang di daerah tengkuk dan gemetar (ketegangan motorik).
Pemeriksaan lebih lanjut muncul bila penderita berada di keramaian
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL ANXIETAS
1. Penampilan
 Postur
 Ketenangan
 Pakaian
 Kebersihan
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
 Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) / Mutisme (tidak berbicara);
 Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
diperngaruhi oleh stimuli eksternal);
 Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)
 Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan atau pergerakan kearah yang
berlawanan);
 Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);

3.
4.
5.
6.
Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
 Gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap
perintah) dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
 Stereotipi : perilaku tak berarti yang dilakukan secara berulang-ulang :
menggerak-gerakkan kaki, memainkan tangan, mengetuk-ngetukkan jari
Sikap terhadap pemeriksa
 Kooperatif
 Bersahabat
 Tertarik
 Apatis
 Menghindar
Emosi / Mood dan Afek
 Emosi / Mood
i. Depresi
ii. Kecewa
iii. Mudah marah
iv. Labil
v. Ketakutan
 Afek
i. Terbatas
ii. Tumpul
iii. Datar
 Kesesuaian
Bicara
 Kualitas
i. Disartria
ii. Gagap
iii. Disprosodia
iv. Bicara kacau
 Kuantitas
i. Miskin bicara
ii. Banyak bicara
iii. mutisme
Gangguan persepsi
Halusinasi
Halusinasi adalah Persepsi panca indera yang timbul tanpa adanya rangsang
pada reseptor-reseptor panca indera. Adapun macam-macam halusinasi yakni :
Halusinasi Akustik (Pendengaran) Phonema
Mendengar suara-suara jelas yang membentuk kata-kata atau kalimat
 Apa pernah mendengar suara-suara yang tidak ada/tidak diketahui sumbernya?
 Suaranya tersebut berupa kata-kata (halusinasi auditorik phonema) atau tidak
membentuk kata-kata (halusinasi auditorik akoasma) ?
 Jika halusinasi auditorik phonema
o Kenal tidak itu suara siapa ?
o Bunyi bisikan-bisikannya seperti apa ?
7. Depersonalisasi
8. Derealisasi
9. Pikiran ( proses atau bentuk pikiran, arus pikiran, dan isi pikiran)
10. Sensorium dan kognisi
- Kesadaran
- Orientasi
- Pikiran abstrak
- Pengendalian impuls
11. Tilikan, tilikan ada enam, namun bisa dikategorikan menjadi 2 kelompok besar,
 Baik
 Buruk
PEDOMAN DIAGNOSIS PPDGJ III
F20 SKIZOFRENIA
F20.0 Skizofrenia Paranoid
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Terdapathalusinasi dan/waham menonjol
a. Halusinasi auditorik (fonema/akoasma)
b. Halusinasi pembauan, pengecapan, haptik, taktil, dan visual tidak menonjol
c. Semua jenis waham.Khas: waham pengendalian (dikendalikan, dipengaruhi,
takberdaya), waham kejar/persekutorik (ditipu, diancam, disiksa),dan waham curiga.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak, pembicaraan, gejala kataton tidak menonjol.
F20.1 Skizofrenia hebefrenik
- Memenuhi kriteria umum skizofrenia
- Onset remaja/dws muda 15-25 tahun
- Pramorbid pemalu dan senang menyendiri (solitary)
- Perlu pengamatan 2-3 bulan gejala berikut bertahan:
a. tidak bertanggung jawab, tidak dapat diprediksi, mannerisme, tanpa tujuan dan perasaan.
b. afek dangkal,tidak wajar, senyum sendiri cekikikan (giggling), perasaan puas diri, tinggi
hati (lofty manner), mannerisme, gurau, hipokondariiakal, mengulang ungkapan.
c. disorganisasi prosespikir, pembicaran tidak menentu, inkoherensi
- gangguan proses pikir, kehendak, dan afektif menonjol, waham dan halusinasi tidak
menonjol.
Khas: perilaku tanpa tujuan, tanpa maksud, preokupasi thema agama, filsafat dan thema
abstrak lainnya.
F20.2 Skizofrenia Katatonik
- Memenuhi kriteria umum skizofrenia
- Klinis didominasi 1/> perilaku sbb:
a. Stupor atau mutisme
b. Gaduh gelisah, aktivitas meningkat tanpa tujuan
c. Posisi tubuh ttt tidak wajar aneh
d. Negativisme
e. Rigiditas atau kekakuan dalam pergerakan.
f. Fleksibilas cerea/waxy flexibility.
g. Kepatuhan otomatis, pengulangan kata/kalimat
- Tidak terdapat penyakit otak, gangguan metabolik, alkohol dan obat-obatan serta gangguan
afektif.
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
- Memenuhi diagnosis umum skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik
- Tidak memenuhi kriteria skizofrenia residual dan depresi pasca skizofrenia.
F20.4 Depresi pasca skizofrenia
- Terdapat sbb:
a. gejala skizofrenia 12 bulan terakhir ini
b. gejala tersebut tidak mendominasi gambaran klinis
c. gejala depresi menonjol dan mengganggu minimal 2 minggu
- Bila gejala skizofrenia tidak ada à episode depresi (F32), bila gejala jelas à skizofrenia
(F20.0-F20.3)
F20.5 Skizofrenia Residual
a. Gejala negatif menonjol: perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, sikap
pasif tanpa inisiatif, miskin bicara, kontak non verbal buruk: ekspresi muka, mata, suara,
posisi tubuh, kinerja sosial dan perawatan diri.
b. Riwayat psikotik masa lampau yang sesuai skizofrenia
c. Sedikitnya telah melampaui 1 tahun, waham dan halusinasi tidak menonjol dan timbul
gejala negatip.
d. Tidak terdapat: demensia, penyakit/gangguan otak organik lain dan deprersi kronis
F20.6 Skizofrenia Simpleks
- Gejala negatif dari skizofrenia residual tanpa didahului gejala positif halusinasi dan
waham
- Terdapat perubahan perilaku pribadi yang bermakna: hilang minat, tanpa aktivitas, tanpa
tujuan hidup, penarikan diri secara sosial.
- Tidak ada gejala psikotik yang jelas dari sub tipe skizofrenia.
F20.8 Skizofrenia Lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
F.23 GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA
PEDOMAN DIGNOSTIK
• Onset akut (2 minggu atau kurang)
• Sindariom yang khas (polimorfik atau skizofrenia-like)
• stress akut (x0 : tanpa stress akut, x1: dengan stress akut)
• Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
• Tidak ada gangguan mood dan afektif
• Tidak ada penyebab organik
F23. Gangguan Psikotik Akut sementara
• Prioritas ciri utama:
- onset akut 2 minggu/kurang, tidak termasuk prodariomal
- terhadap sindarioma khas polimorfik atau skizofrenia like
- karakter 5 tanpa stre akut (xo)/dengan stres akut (xl), tidak termasuk
kesulitan/problem kepanjangan
- tidak diketahui brp lama gangguan akan berlangsung
•
•
Tidak memenuhi gejala gangguan mood epis manik/depresif
Tidak terhadap penyebab organik: trauma kapitis, delirium, demensia, intoksikasi
alkohol atau obat-obatan.
F23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skzizofrenia
- Onset akut 2 minggu atau kurang
- Beberapa waham/halusinasi berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari / hari
yang sama
- Terdapat keadaan emosional yang sama beragamnya
- Tidak memenuhi kriteria skizofrenia (F20), episode manik (30) atau episode depresi (F32).
F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan gejala skizofrenia.
- Memenuhi ke 3 kriteria pertama F23.0
- Disertai gejala-gejala sesuai skizofrenia
- Bila gejala menetap > 1 bulan à diagnosis skizofrenia
F23.2 Gangguan Psikotik Lir skizofrenia Akut
- Memenuhi kriteria: onset akut 2 minggu/ kurang
- Terdapat gejala memenuhi skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut
- Bila gejala menetap > 1 bulan à diagnosis skizofrenia
F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan predominan waham .
- Harus memenuhi:
a. Onset akut 2 minggu/ kurang,
b. Terdapat waham dan halusinasi dalam sebagian besar waktu,
c. Tidak memenuhi skizofrenia atau gangguan psikotik polimorfik akut.
F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan sementara lainnya.
F23.9 Gangguan Psikotik Aklut dan sementara YTT.
F24 GANGGUAN WAHAM INDUKSI
•
Jika terdapat:
a. 2 orang / lebih mengalami waham atau sistem
waham yang sama dan saling mendukung hal tersebut
b. mereka mempunyai hub dekat yang tak lazim
c. ada kaitan waktu dan konteks lainnya waham diinduksi pada kelompok pasip dan
menghilang bila dipisahkan
• Bukan karena 2 orang yang tinggal bersama mempunyai gangguan psikotik.
F25. GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
•
•
•
Gejala gangguan skizofrenia dan afektif sama menonjol
Tidak memenuhi diagnosis gangguan skizofrenia dan afektif
Bila terdapat gejala depresi setelah episode psikotik diagnosis à depresi pasca
skizofrenia (F20.4), dapat terjadi episode skizoafektif berulang jenis manik (F25.0)
atau depresi (F25.1) atau campuran keduanya (F25.2)
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
- Tunggal atau berulang dengan gejala > tipe manik
- Afek meningkat menonjol/tidak dengan iritabilitas atau kegelisahan
- Dalam episode yang sama terhadap gejala skizofrenia khas sedikitnya satu/lebih (F20).
F25.1Gangguan Skizoafektif tipe depresif
- Tipe depresif tunggal atau berulang
- Afek depresif menonjol, sedikitnya disertai 2 gejala khas atau kelainan perilaku (F32)
- Dlam episode yang sama terhadap gejala skizofrenia khas sedikitnya 1 atau lebih (F20)
F25.2 Gangguan Skizoafektif tipe campuran
- Gejala skizofrenia (F20) bersama gejala afektif bipolar campuran (F31.6)
F25.8 Gangguan Skizoafektif tipe lainnya
F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
F28. GANGGUAN PSIKOTIK NON ORGANIK LAINNYA
tidak memenuhi skizofrenia (F20) atau gangguan afektif ciri psikotik (F30-39) gangguan
waham menetap (F22)
F29. GANGGUAN PSIKOTIK NON-ORGANIK YTT
F32. EPISODE DEPRESIF
Gejala utama:
- Afek depresif,
- Kehilangan minat
dan kegembiraan,
- Energi , mudah
lelah dan aktivitas
.
F32.0 Episode Depresi Ringan:
- minimal 2 gejala utama, 2 gejala lainnya
- Berlangsung sekurangnya
2 minggu
Gejala
lainnya:
- Sedikit kesulitan dalam aktivitas sosial dan pekerjaan
tanpa gejala somatik
- -- F32.00
Perhatian
F32.01 dengan gejala somatik dan
F32.1 Episode Depresi sedang:
konsentrasi
- minimal
2 gejala utama, 3 gejala lainnya
- Episode berlangsung 2 minggu
berkurang
- Kesulitan
nyata kegiatan sosial, pekerjaan dan rumah tangga
- F32.10 tanpa gejala somatik,
dengan gejala somatik
- - F32.11
Harga
dan
F32.2 Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik:
- 3 gejala utama, 4 gejala lainnya
kepercayaan diri
- Berlangsung sekurangnya 2 minggu. Bila gejala saangat berat onset bisa > cepat/< 2
minggu
kurang
- Perasaan
bersalah-tidak
berguna
- Psimistik,
masadepan
- Tidak mampu aktivitas sosial, pekerjaan dan rumah tangga
suram
F32.3 Episode
Depresif Berat dengan Gejala Psikotik:
- memenuhi kriteria F32.2
halusinasi, retarsai psikomotor-stupor
- -- waham,
GagasanWaham, halusinasi serasi/ tidak serasi dengan afek (mood congruent)
F32.8 Episode Depresif Lainnya
tindakan bunuh
F32.9 Episode Depresif YTT.
diri
F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
masing-masing
sekitar 6 bulan,
- •• Episode
Nafsu
makan
frekuensi< gangguan Bipolar
• Tidak
ada riwayat peningkatan afekdan
berkurang
• Pemulihan antara episode biasanya sempurna, bisa menetap pada usia lanjut
Sering karena stres atau trauma mental lain
- • GDB
Tidur
terganggu
F33.0
Episode Ringan:
• Memenuhi F33 & F32.0 (episode depresi ringan)
• Sekurangnya 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
• F33.00 tanpa gejala somatik
• F33.01 dengan gejala somatik
F33.1GDB Episode sedang:
• Memenuhi F33 & F32.1 (episode depresi sedang)
• Sekurangnya berlangsung 2 minggu, dengan beberapa bulan tanpa gangguan afektif
• F33.10 tanpa gejala somatik
• F33.11 dengan gejala somatik
F33.2 GDB Episode Berat tanpa Gejala Psikotik:
• memenuhi F33 dan F32.2 (depresi berat tanpa gejala psikotik)
• Sekurangnya 2 minggu, dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
F33.3 GDB Episode Berat dengan Gejala Psikotik:
• memenuhi F33 dan F32.3 (depresi berat dengan ejala Psikotik)
• Sekurangnya berlangsung 2 minggu, dengan sela beberapa bulan tanpa gangguan
afektif
F33.4 GDB dalam Remisi:
- memenuhi F33 dimasa lampau, tidak memenuhi F30-39 (episode depresi)
- Sekurangnya berlangsung 2 minggu, dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif
F33.8 Gangguan Depresi Berulang Lainnya
F33.9 Gangguan Depresi Berulang YTT.
F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar indifidu itu
sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan. Kondisi lain (dari
diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan
ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistik dimasukkan
dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondariik).
F40.0 Agarofobia.
a. gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer
dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu
pikiran obsesif.
b. anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan
setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian
keluar rumah, dan bepergian sendiri dan)
c. menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita
menjadi “house bound”).
Karakter kelima: F40.00= tanpa gangguan panik
F40.01= Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia Sosial
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b. Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the
family circle); dan
c. Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan agarofobia, hendaknya
diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)
F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific
situation)
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
· Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan
fobia sosial.
F40.8 Gangguan anxietas Fobik lainnya
F40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT
F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
 Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada
situasi lingkungan tertentu saja.
 Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsur dari anxietas
fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.
F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik)
 Gangguan panic baru ditegakka n sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan ansietas fobik (F40.-)
 Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa kali serangan anxietas berat
(severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:
a. Pada keadaan-keadaan dimanA sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
c. Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di
antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi
“anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan
sesuatu yamng mengkhawatirkan akan terjadi).
F41.1 Gangguan cemas menyeluruh.
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi dsb.);
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)


Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnostik utama yakni gangguan anxietas menyeluruh,
selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-),
gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesifkomfulsif (F42.-)
F41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi
 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnostiktersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
 Bila ditemukan anietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguaqn anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
 Bila ditemukan sindariom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
diagnostiktersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak
fdapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat dikemukakan datu
diagnostikmaka gangguan depresif harus diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
F41.3 Gangguan Anxietas Campuran lainnya
 Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun
hanya dalam jangka waktu pendek) ciri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan
F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
 Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam
kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan
dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.
F41.8 Gangguan Anxietas lainnya YTD
F41.9 gangguan anxietas YTT
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Gangguan Klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Aksis II
: Gangguan kepribadian (onset > 18 th)
Retardasi Mental ( onset< 18 th)
Aksis III
: Kondisi medik umum
Aksis IV
: Masalah psikososial dan lingkungan/stresor
Aksis V
: Penilaian Fungsi secara global
Skor GAF
 100-91 = gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
tertanggulangi.
 90-81 = gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
yang biasa
 80-71 = gejala sementara & dapat diatasi,disabilitas ringan dalam sosial,pekerjaan,
sekolahan dll.
 70-61 = beberapa gejala ringan & menetap,disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik
 60-51 = gejala sedang( moderate),disabilitas sedang
 50-41 = gejala berat (serious), disabilitas berat
 40-31 = beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi,disabilitas berat dalam beberapa fungsi
 30-21 = disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
hamper semua bidang.
 20-11 = bahaya mencenderai diri/orang lain,disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri
 10-01 = idem, persisten dan lebih serius
 0
=informasi tidak adekuat
NILAI
GAF
GEJALA
GANGGUAN
FUNGSI
MASALAH
100-91
-
-
-
90-81
+ (minimal)
-
-
80-71
++ (dapat diatasi)
+
-
70-61
+++ (ringan menetap)
+
-
60-51
++++ (sedang)
++ (sedang)
+
50-41
+++++ (berat)
Komunikasi baik
+++ (berat)
++ (berat)
40-31
+++++ (berat)
+++ (berat)
++ (berat)
Gangguan Komunikasi ringan
30-21
+++++ (berat)
Gangguan Komunikasi berat
+++ (berat)
++ (berat)
20-11
+++++ (berat)
Gangguan Komunikasi berat
+++ (berat)
Mencederai
diri/or lain
10-1
+++++ (berat)
Gangguan Komunikasi berat
+++ (berat)
persisten
Contoh 1:
 Aksis I
 Aksis II
 Aksis III
 Aksis IV
 Aksis V
: F20.0 SKIZOFRENIA PARANOID
: F60.1 Gangguan Kepribadian skizoid
: Tidak ada
: Masalah pendidikan
: GAF = 50 (mutakhir)
Contoh 2:
 Aksis I
 Aksis II
 Aksis III
 Aksis IV
 Aksis V
: F20.0 SKIZOFRENIA PARANOID
: Z03.2 Tidak ada diagnosis
: E00-G90 (diabetes) ?
: Tidak ada
: GAF = 10 (mutakhir)
Prognosis
Untuk adVitam adalah bonam,ad fungsionam adalah dubia,dan ad sanationam
adalahdubia.
Referensi
1. Kaplan and Sadock.Synopsis of psychiatry. 7thEd. William andWilkins.
2. Departemen Kesehatan RI.Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di
Indonesia III.Ed 1.1993.
3. World Health Organization. Diagnostic and management guidelines for mental
disorders in primary care: ICD-10 chapter V, primary care version. Seattle: Hogrefe &
HuberPublishers.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.2012.
Download