Manajemen Pemasaran KAJIAN PEMBELIAN IMPULSIF LEWAT TOKO ONLINE PADA MASYARAKAT PERKOTAAN Agus Salim* Program Studi Manajemen, Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jl.Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350 Abstract At this time many emerging online stores that make it easier for people to access via Smart phone or personal computer. This trend encourages people to meet the needs and wants to shop through online stores, especially urban communities. The ease of accessing online stores and so many choices of products and variations as well as attractive promotions encourage people to buy products not based on necessity but out of necessity. The situation is utilized by online stores as an opportunity to market their products. The behavior of urban communities that have relatively hedonic properties can be utilized by online stores to stimulate people to buy products that are not planned (impulsive). The object of research in this research is promotion program, hedonic motivation, and impulsive purchasing of customer of online store. While the subjects sampled in this study are urban communities around Jabodetabek who had made purchases in online stores. There is no significant and positive influence between promotion program variables and impulse purchases. There is no significant and positive influence between variable hedonic motivation and impulsive purchase. Keywords: Online Shop, Promotional Programs, Hedonic Motivation, Impulse Purchases Pendahuluan I nternet adalah teknologi informasi yang dikenal dan digunakan oleh masyarakat secara luas, terutama di perkotaan. Ketersediaan perangkat komputer pribadi dan smartphone serta ketersedian akses Intenet memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengakses informasi, dan melakukan transsaksi dalam berbagai keperluan. Berbelanja secara online telah berhasil menjadi salah satu tren di Indonesia. Didukung dengan pesatnya pertumbuhan jumlah pelaku bisnis ecommerce dan toko-toko online, konsumen dapat berbelanja apa saja dimana saja asalkan terhubung dengan koneksi Internet. Pertumbuhan bisnis toko online menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Meningkatnya jumlah pengguna Internet di Indonesia sejak tahun 2012 silam, tak bisa dipungkiri menjadi salah satu faktor pemicu pertumbuhan bisnis toko online di Indonesia, khususnya di perkotaan. * Menurut hasil survey yang dilakukan BPS (Badan Pusat Statistik) beberapa waktu yang lalu, sampai akhir tahun 2013 ini jumlah pengguna Internet di Indonesia telah mencapai 71,19 juta jiwa. Angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 13% dari tahun sebelumnya. Tahun 2012 silam jumlah pengguna internet baru sekitar 63 juta jiwa. Jika melihat pertumbuhan angka pengguna Internet pada tahun 2013, diprediksikan jumlahnya akan terus bertambah hingga mencapai sekitar 30% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 82 juta pengguna layanan Internet. Pertumbuhan penguna Internet dan perkembangan teknologi informasi membuat batasan wilayah, budaya serta sosial menjadi bukan masalah lagi. Aktifitas manusia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Aktifitas belanja merupakan suatu kegiatan yang dipermudah dengan adanya Internet. Reedy (2004) menyebutkan bahwa Internet pada masa ini telah menjadi sarana one-stop shopping, dimana ketika kosumen mendapatkan koneksi Internet mereka Alamat Untuk Korespondensi: Kwik Kian Gie School of Business, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350 Telp/Fax (021) 65307062 Ext. 705. E-mail: [email protected] ISSN: 0854 - 8153 176 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran dapat membuka aplikasi toko online pada smart phone atau komputer pribadi dan dapat memilih barang yang diinginkannya. Seiring makin banyaknya bermunculan toko online dan penggunaan Smart phone dan komputer pribadi yang semakin marak mendorong masyarakat perkotaan cenderung berbelanja barang kebutuhannya dan keinginnanya secara intensif. Melalui Internet alur pemasaran suatu produk dari produsen ke konsumen tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Salah satu bauran pemasaran seperti diketahui adalah promosi. Istilah promosi yang dikemukakan oleh Kotler (1997) adalah arus informasi atau persuasi searah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Menurut Kotler (1997) Promosi adalah salah satu dari empat unsur utama dari bauran pemasaran (marketing mix), dengan sarana promosi yaitu periklanan, promosi penjualan, dan publisitas. Melalui kegiatan promosi, toko online berusaha membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Program promosi dibagi menjadi beberapa aktifitas, yaitu Iklan, diskon, promosi penjualan, direct mail, dan publisitas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Semuel (2006) promosi secara positif dan signifikan mampu mendorong mereka untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan. kan terlebih sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko. Cobb dan Hayer dalam Semuel (2006), mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk ke dalam toko. Masyarakat sering beranggapan bahwa kecanduan terhadap sesuatu adalah hal yang akan selalu berdampak negatif, namun pemasar menganggap bahwa kecanduan masyarakat ini sebagai peluang untuk memasarkan produknya. Pada situasi ini, perilaku para konsumen yang memiliki sifat hedonis dapat digunakan untuk memasarkan produknya dengan memanfaatkan media online. Pada saat sesorang berbelanja secara hedonis, maka ia tidak akan mempertimbangkan suatu manfaat dari produk tersebut yang kemungkinan terjadinya pembelian tanpa rencana. Penelitian yang dilakukan oleh Lysonski and Durvasula (2013) menemukan bahwa orang-orang yang materialistis cenderung berbelanja secara impulsif ketika sedang menjelajahi toko online untuk motif hiburan sehingga spontan berbelanja ketika melihat diskon besar yang membuat konsumen lupa akan nilai guna dari produk. Kajian Pustaka Pengertian Promosi Menurut Podoshen dan Andrzejewski (2012) perilaku pembelian impulsif menjadi salah satu perilaku konsumen yang ingin dimanfaatkan oleh pemasar. Menurut Bermen dan Evans (dalam Utami, 2010), beberapa konsumen bahkan berbelanja produk secara ekstra tanpa adanya perencanaan, dimana dari total keputusan pembelanjaan yang terjadi di dalam toko mencapai rata-rata sebesar 74 persen. Selain terkait dengan waktu untuk menjelajahi dunia Internet, perilaku pembelian impulsif juga erat hubungannya dengan psikologis konsumen (Park et al., 2006). Engel dan Blacwell (1982) dalam Semuel (2006), mendefinisikan unplanned buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncana- ISSN: 0854 - 8153 Promosi adalah salah satu variabel di dalam bauran pemasaran yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk atau jasanya. Berikut ini dijelaskan mengenai bauran promosi : Periklanan Pada dasarnya periklanan adalah sarana penyampaian pesan pesan dari produsen dengan tujuan untuk mempengaruhi konsumen, agar membeli barang atau jasa yang ditawarkan tersebut. Selain itu periklanan juga dapat menambah ni lai terhadap suatu barang dengan 177 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran memberikan informasi yang diperlukan oleh konsumen. Pentingnya periklanan dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapai dengan periklanan tersebut. pengetahuan yang cukup, maka akan terjadi titik temu dan terciptalah penjualan. Tujuan dari periklanan tersebut adalah : a. Mendukung program penjualan perorangan (personal selling) dan kegiatan promosi lainnya. b. Mencapai konsumen yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjual dalam jangka waktu tertentu. c. Memasuki daerah pemasaran baru. d. Memperkenalkan produk baru. e. Memperbaiki reputasi perusahaan dengan memberikan pelayanan umum melalui periklanan. Promosi penjualan adalah setiap aktivitas promosi yang didesain sedemikian rupa, sehingga ia dapat menunjang aktivitas-aktivitas promosi lain secara langsung. Bila periklanan memberikan suatu alasan untuk melakukan pem belian, promosi penjualan menawarkan suatu dorongan untuk membeli. Adapun beberapa metode dalam melakukan promosi penjualan antara lain : Pemberian contoh barang, Kupon/nota, Pemberian hadiah, Kupon berhadiah, Undian atau kontes, Rabat, Peragaan (display). Promosi Penjualan (Sales Promotion) Publisitas (Publicity) Media-media yang biasa digunakan untuk pemasangan periklanan adalah : Surat kabar, Majalah, Radio, Televisi, Direct mail, dan Papan reklame Penjualan Perseorangan (Personal Selling) Salah satu alat komunikasi pemasaran yang cukup fleksibel dan merupakan bagian dari bauran promosi adalah personal selling. Cara promosi ini dilakukan dengan bantuan tenaga penjual atau wiraniaga. Penjualan perseorangan merupakan cara untuk meyakinkan Pembeli, sehing-ga terjadi suatu transaksi jual beli. Perso-nal selling adalah alat komunikasi pemasaran secara individual dan langsung, dengan tujuan akhir menciptakan penjualan. Penjualan per-seorangan lebih fleksibel, karena para wiraniaga dapat secara langsung mengetahui keinginan, motif, dan perilaku konsumen dan dapat secara langsung melihat reaksi konsumen. Wiraniaga dikatakan efektif dan produktif bila ia dapat mewakili perusahaan sepenuhnya. Dengan sistem tanggung jawab, wiraniaga dapat menentukan berhasil tidaknya penjualannya di daerah ter-sebut. Peranan wiraniaga sangat penting, karena dengan ISSN: 0854 - 8153 Publisitas merupakan suatu bentuk promosi non personal dengan menggunaakan berita-berita komersial di dalam media masa tentang ide, barang atau jasa tanpa dibebani sejumlah bayaran. Pada dasarnya publisitas dapat memberikan kepercayaan kepada publik berdasarkan pemuatan berita dalam media komunikasi, karena pada umumnya masyarakat akan lebih mempercayai suatu berita daripada sesuatu yang menyangkut iklan. Pada akhirnya dalam rangka merebut market share yang sebesar-besarnya, maka elemen promosi seperti, periklanan, penjualan perseorangan, promosi penjualan dan publisitas harus dikoordinasikan agar tercipta kesan yang sama pada masyarakat terhadap produk perusahaan yang dipasarkan. Pengertian Motivasi Hedonis Menurut Hirscman dan Halbroak (dalam Utami, 2008) menyatakan bahwa hedonis merupakan kecenderungan konsumen terhadap budaya konsumtif yang menggunakan produk untuk memperoleh kesenangan-kesenangan duniawi atau pola hidup glamour yang berorientasi pada materi. Menurut Utami (2010) motivasi hedonis adalah motivasi konsumen untuk 178 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran berbelanja karena berbelanja merupakan suatu kesenangan tersendiri sehingga tidak memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli. Menurut Gültekin dan Özer (2012), variabel motivasi hedonis dapat diukur dengan indikator sebagai berikut: berbelanja adalah suatu pengalaman yang spesial, berbelanja merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi stress, konsumen lebih suka berbelanja untuk orang lain daripada untuk dirinya sendiri, konsumen lebih suka mencari tempat pembelanjaan yang menawarkan diskon dan harga yang murah, kenikamtan dalam berbelanja akan tercipta ketika mereka menghabiskan waktu bersama-sama dengan keluarga atau teman, konsumen berbelanja untuk mengikuti trend model-model baru. Motivasi Keinginan dan kebutuhan yang berbedabeda pada setiap manusia dapat memotivasi dirinya untuk melakukan sesuatu. Schiffman dan Kanuk (2008) berpendapat bahwa motivasi merupakan kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak, khusunya tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Demikian juga halnya, manusia juga memiliki motivasi hedonis merupakan sutu bentuk motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan kesenangan. Melihat betapa beragamnya motivasi manusia untuk mmenuhi kebutuhannya, khususnya kebutuhan hedonis, maka perlu bagi kita untuk memahami motivasi hedonis apa saja yang menstimuli konsumen untuk memnuhi kebutuhannya tersebut. Motivasi Hedonis Banyak ahli yang mendefinisikan Motivasi. Berikut ini dijabarkan beberapa definisi motivasi menurut beberapa ahli: Definisi motivasi menurut Schiffman dan Kanuk (2008) adalah sebagai ISSN: 0854 - 8153 berikut : Motivasi merupakan kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak. Definisi motivasi menurut Robbins (2002) adalah sebagai berikut : Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Berdasarkan beberapa definisi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi erupakan suatu keadaan yang mendorong seorang individu untuk melakukan suatu tindakan demi pemenuhan suatu kebutuhan. Setiap orang tentunya memiliki keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, orang termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa orang akan bertindak atau melakukan pembelian sesuatu barang atau produk karena adanya suatu motivasi. Model Proses Motivasi Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak (Schiffman dan Kanuk, 2008). Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tidak sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan tersebut melalui perilaku yang mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan. Tujuan tertentu yang mereka pilih dan pola tindakan yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut merupakan hasil pemikiran dan proses belanjar inidividu (Schiffman dan Kanuk, 2008). Schiffman dan Kanuk (2008) menggambarkan model proses motivasi konsumen khususnya dalam berbelanja sebagai berikut: 179 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Gambar 1 Model Proses Motivasi Sumber: Schiffman dan Kanuk (2008) Gambar 2.1 di atas menggambarkan bahwa motivasi sebagai keadaan tertekan karena dorongan kebutuhan yang “membuat” individu melakukan perilaku yang menurut anggapannya akan memuaskan kebutuhan dan dengan demikian akan mengurangi ketegangan. Tujuan khusus yang ingin dicapai konsumen dan rangkaian tindakan yang mereka ambil untuk pencapaian suatu tujuan, dipilih atas dasar proses berpikir (kesadaran) dan proses belajar sebelumnya. orang berbelanja atau membeli suatu produk dengan tujuan untuk mencoba produk baru. Konsumen tidak membeli produk yang biasanya ia beli dengan tujuan untuk mempeoleh pengalaman baru dari produk/merek yang lainnya. b. Social shopping Social shopping yaitu suatu bentuk kegiatan belanja untuk mencari kesenangan yang dilakukan bersama dengan teman atau keluarga dengan tujuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam kegiatan belanja, seorang individu menginginkan adanya interaksi antara dirinya dengan orang lain. Interaksi tersebut dapat berupa pertukaran informasi maupun pengalaman atas konsumsi suatu produk. c. Gratification shopping Gratification shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja dimana keterlibatan seseorang dalam berbelanja dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan stres sebagai alternatif untukmenghilangkan mood negatif dan kegiatan berbelanja digunakan untuk memperbaiki mental. Motivasi Belanja Hedonis Menurut Arnold dan Reynolds (2003,77), Salah satu faktor motivasi konsumen dalam berbelanja adalah motivasi hedonis. Motivasi hedonis menurut Arnold dan Reynolds (2003:77) mencerminkan instrumen yang menyajikan secara langsung manfaat dari suatu pengalaman dalam melakukan pembelanjaan, seperti : kesenangan, hal-hal baru. Faktor atau elemen dalam motivasi hedonis menurut Arnold dan Reynolds (2003:80) terdiri dari: a. Adventure shopping Adventure shopping yaitu suatu bentuk eksperimen dalam konteks petualangan belanja sebagai bentuk pengeksperian seseorang dalam berbelanja. Sebagai contoh, ISSN: 0854 - 8153 180 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran d. Idea shopping Idea shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja yang digunakan untuk mengetahui trend terbaru sebagai contoh pada produk produk fashion dan untuk mengetahui produk baru dan inovasi suatu produk. e. Role shopping Role shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja untuk memperoleh produk yang terbaik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Role shopping juga didefinisikan sebagai suatu kebisaan yang dilakukan konsumen dimana kegitan belanja adalah tugas keseharian mereka. e. Value shopping Value shopping, merupakan suatu kegiatan berbelanja yang disebabkan untuk memperoleh nilai (value) seperti yang diakibatkan karena adanya discount, promosi penjualan dan lain sebagainya. Pada dasarnya konsumenmengharapkan memperoleh nilai yang terbaik dari kegiatan belanja mereka. Dengan kebiasaan belanja mereka, konsumen mengharapkan dapat memperoleh produk dengan kualitas terbaik maupun harga termurah. Pengertian Impulse Buying Menurut Utami (2010) Pembelian impulsif adalah pembelian yang terjadi ketika konsumen melihat produk atau merek tertentu, kemudian konsumen menjadi tertarik untuk mendapatkannya, biasanya karena adanya rangsangan yang menarik dari toko tersebut. Menurut Kharis, (2011) dan Japarianto dan Sugiharto, (2011) variabel ini diukur dengan indikator : spontanitas pembelian, tidak mempertimbangkan konsekuensi, cenderung berbelanja tanpa berpikir panjang dulu sebelumnya, cenderung terobsesi untuk membelanjakan uang saya sebagian atau seluruhnya untuk produk pada toko online, cenderung membeli produk pada toko online meskipun tidak begitu membutuhkannya. Pemahaman tentang konsep pembelian impulsif (impulsive buying) dan pembelian tidak ISSN: 0854 - 8153 direncanakan (unplanned buying) oleh beberapa peneliti tidak dibedakan. Philipps dan Bradshow (1993) dalam semuel (2006), tidak membedakan antara unplanned buying dengan impulsive buying, tetapi memberikan perhatian penting kepada periset, pelanggan harus memfokuskan pada interaksi antara point-of-sale dengan pembeli yang sering diabaikan. Engel dan Blacwell (1982) dalam Semuel (2006), mendefinisikan unplanned buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan terlebih sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko. Cobb dan Hayer dalam Semuel (2006), mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk ke dalam toko. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (1993), “Impulse buying or unplanned purchasing is another consumer purchasing pattern. As the term implies, the purchase that consumers do not specifically planned”. Ini berarti bahwa impulse buying merupakan salah satu jenis perilaku konsumen, dimana hal tersebut terlihat dari pembelian konsumen yang tidak secara rinci terencana. Kegiatan tersebut dapat dibedakan melalui hirarki impulse yang memperlihatkan bahwa perilaku didasarkan pada respon afektif yang dipengaruhi oleh perasaan yang kuat (Mown dan Minor, 2002), sehingga impulse bauying menurut Hoch et al., terjadi ketika terdapat perasaan positif yang sangat kuat yang kemudian diikuti oleh sikap pembelian (Negara dan Dharmmesta, 2003). Kollat dan Willet, dalam Semuel (2006), memperkenalkan Tipologi perencanaan masuk toko, meliputi perencanaan sebelum masuk toko, meliputi perncanaan terhadap produk dan merek produk, kategori produk, kelas produk, kebutuhan umum yang ditetapkan, kebutuhan umum yang belum ditetapkan. Beberapa peneliti pemasaran beranggapan bahwa impulse sinonim dengan unplanned ketika para psikolog dan ekonom memfokuskan pada aspek irasional atau pembelian impulsif murni (Bayley dan Nancarrow dalam Semuel, 2006). Thomson et al, dalam semuel, 2006, mengemukakan bahwa ketika terjadi 181 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran pembelian impulsif akan memberikan pengalaman emosional lebih dari pada rasional, sehingga tidak dilihat sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka pembelian impulsif lebih dipandang sebagai keputusan rasional dibanding irasional. Adapun tipe-tipe dari pembelian tidak terncana menurut David Loudon, Albert J Della Bitta dan Hawkins Stren dalam Fadjar, 2007 : a. Pure Impulse (pembelian Impulse murni) Sebuah pembelian menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini dapat dinyatakan sebagai novelty / escape buying. b. Suggestion Impulse (Pembelian impuls yang timbul karena sugesti) Pada pembelian tipe ini, konsumen tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terlebih dahulu tentang produk baru, konsumen melihat produk tersebut untuk pertama kali dan memvisualkan sebuah kebutuhan untuk benda tersebut. c. Reminder Impulse (pembelian impulse karena pengalaman masa lampau) Pembeli melihat produk tersebut dan diingatkan bahwa persediaan di rumah perlu ditambah atau telah habis. d. Planned Impulse (Pembelian impulsif yang terjadi apabila kondisi penjualan tertentu diberikan). Dalam Journal of affective and cognitive processes involved in impulse buying oleh Amanada Leigh Coley, 1999, menyebutkan bahwa model pembuatan keputusan konsumen yang ditulis oleh Engle dan Blackwell telah meninggalkan satu tahapan penting yaitu tahap impulsif seperti digambarkan pada bagian korak kanan gambar di bawah ini : Gambar 2 Proses Keputusan Pembelian Desire (need recognition) Search for alternatives Impulse Decison Evaluation of alternatives Purchase Post purchase evaluation Sumber : Journal of affective and cognitive processes involved in impulse buying, Amanada Leigh Coley, 1999 Pada tahap ini, dimana proses emosi terlibat langsung setelah tahap need recognition. Jika impulsif lebih kuat, maka tahap Search for alternatives dan Evaluation of alternatives ISSN: 0854 - 8153 menjadi kurang relevan atau dilewatkan langsung ke Purchase. Dimana pada model Engle dan Blackwell tidak disertakan faktor yang mempengaruhi impulse. 182 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Pengertian E-commerce dan Online Shoping E-commerce (Electronic Commerce) Bisnis dengan menggunakan internet relatif baru, meskipun pada akhirnya terus tumbuh di tempat yang cepat. Topik paling umum dan populer dalam bisnis internet adalah e-business, ecommerce, dan e-marketing. Menurut Bearden, Ingram, dan LaForge (2001) bisnis elektronik (ebusiness) didefinisikan sebagai penggunaan internet untuk melakukan kegiatan bisnis. Ini adalah istilah luas, karena mencakup semua kegiatan usaha yang dilakukan di internet. ecommerce didefinisikan sebagai penggunaan internet untuk membeli dan menjual produkproduk yang diangkut, baik fisik maupun digital dari lokasi ke lokasi. Dengan demikian, ecommerce merupakan bagian dari e-business yang bersangkutan khusus dengan aktivitas membeli dan menjual di internet. Pemasaran elektronik (emarketing) didefinisikan sebagai penggunaan internet untuk melakukan kegiatan pemasaran. Semua kegiatan e-marketing dianggap e-business, tetapi hanya kegiatan e-marketing yang berfokus pada transaksi jual beli yang merupakan bagian dari e-commerce. E-commerce adalah istilah yang paling populer saat ini, tapi banyak berpikir ebusiness secara bertahap akan menggantinya sejak e-business meliputi aktivitas internet semua bisnis. banyak orang yang mengatakan website online store sebagai website jual beli sebab memang itulah inti utama dari oline store itu sendiri. Definisi e-commerce menurut Laudon dan Laudon (1998), e-commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan computer sebagai perantara transaksi bisnis. Definisi dari e-commerce menurut Kalakota dan Whinston (1997) dapat ditinjau dalam 4 perspektif berikut: a. Perspektif komunikasi, e-Commerce adalah pengiriman barang, layanan, informasi, atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan elektronik lainnya. b. Perspektif proses bisnis, e-Commerce adalah aplikasi dari teknologi yang menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja. c. Perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas biaya layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan pengiriman. d. Perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online lainnya. Kerangka pemikiran dan Hipotesis penelitian Toko Online (Online Store) Kerangka pemikiran Online store atau yang sering juga di sebut e-commerce adalah sebuah website yang beroperasi dan memiliki fungsi yang sama seperti toko yaitu jual beli jadi tidak salah juga jika Berdasarkan tinjauan, maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini : ISSN: 0854 - 8153 183 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Gambar 3 Kerangka Pemikiran Program Promosi H1 Pembelian Impulsif Motivasi Hedonis H2 Sumber : Diambil berdasarkan teori dan teori korelasi Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Yohanes (2013) dimana promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif. Muruganatham dan Ravi (2013) mendapat kesimpulan penelitian dari berbagai faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif yang salah satu diantaranya adalah promosi. Penelitian yang dilakukan oleh Lumintag (2013), pengaruh positif antara motivasi hedonis terhadap perilaku pembelian impulsif secara online sebelumnya telah didapatkan oleh Lumintang (2013), Hasil penelitiannya menghasilkan bahwa semakin tinggi gaya berbelanja seseorang. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi konsumen berbelanja dengan motivasi hedonis maka tingkat pembelian secara impulsif pada media online juga akan semakin tinggi. Hal tersebut karena, ketika seseorang berbelanja secara hedonis, maka ia tidak akan mempertimbangkan suatu manfaat dari produk tersebut sehingga kemungkinan terjadinya pembelian secara impulsif juga akan semakin tinggi. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Gültekin dan Özer (2012) yang menyatakan Hedonic Motives memiliki pengaruh signifikan terhadap Impulse Buying Hipotesis Penelitian H1: Program promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif pada konsumen Toko online. ISSN: 0854 - 8153 H2: Motivasi hedonis berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif konsumen pada Toko online. Metode Penelitian Objek penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah program promosi, motivasi hedonis, dan pembelian impulsif pelanggan toko online. Sedangkan subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat perkotaan sekitar Jabodetabek yang pernah melakukan pembelian di toko online. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner di Wilayah Jakarta dan sekitarnya. Teknik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Tekhnik komunikasi Tekhnik komunikasi digunakan untuk pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner yang dirancang lewat aplikasi Google form. Kuesioner disebarkan kepada responden secara online dengan menggunakan Google docs. 184 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran b. Tekhnik observasi Tekhnik observasi atau pengamatan digunakan untuk pengumpulan data sekunder melalui studi kepustakaan mengenai teori/ konsep. Sumber eksternal seperti gambaran umum perusahaan, buku, jurnal, majalah dan hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini. setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tekhnik nonprobability sampling yang digunakan dengan pendekatan judgement sampling. Sampel yang diambil adalah pembeli yang pernah membeli barang di toko online. Jumlah sampel dalam penelitian sampel sebanyak 200 responden. Teknik Sampling Hasil dan Pembahasan Teknik pengambilan sampel menggunakan tekhnik nonprobability sampling, menurut Sugiyono (2006) nonprobability sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi Analisis dskriptif a. Skor rata-rata berdasarkan skala program promosi. penilaian responden likert untuk variable Tabel 1: Skor Rata-Rata Variable Program Promosi No. Item Jumlah Responden SS S N TS STS Total Mean 1 Iklan 1 0 142 49 9 0 733 3.67 2 Iklan 2 3 139 47 8 3 731 3.66 3 Direct mail 1 0 150 47 3 0 747 3.74 4 Direct mail 2 0 110 71 19 0 691 3.46 5 Promosi penjualan1 0 158 39 3 0 755 3.78 6 Promosi penjualan2 6 158 30 6 0 764 3.82 7 Promosi penjualan3 5 177 18 0 0 787 3.94 8 Promosi penjualan4 8 168 18 6 0 778 3.89 Sumber : data diolah Total Mean Berdasarkan tabel di atas skor rata-rata variable program promosi di atas skor setiap atribut pertanyaan berada pada angka di atas 3,4, yang berarti responden setuju terhadap pertanyaan- 29.93 3.74 pertanyaan diajukan. Untuk skor rata-rata variable program promosi sebesar 3,74 yang menyatakan responden setuju terhadap variable program promosi. b. Skor rata-rata penilaian responden berdasarkan skala likert untuk variable motivasi hedonis ISSN: 0854 - 8153 185 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Tabel 2. Skor Rata-Rata Variable Motivasi Hedonis No. Item Jumlah Responden SS S N TS Total STS Mean 1 Adventure shopping 1 0 82 91 27 0 655 3.28 2 Adventure shopping 2 3 74 108 15 0 665 3.33 3 Social shopping 1 3 84 105 6 2 680 3.40 4 Social shopping 2 3 95 96 6 0 695 3.48 5 Gratification shopping 1 3 94 90 16 0 693 3.47 6 Gratification shopping 2 0 133 59 8 0 725 3.63 7 Idea shopping 1 0 86 97 14 3 666 3.33 8 Idea shopping 2 0 115 79 6 0 709 3.55 9 role shopping 1 0 155 39 6 0 749 3.75 10 role shopping 2 0 47 96 54 3 587 2.94 11 value shopping 1 3 160 31 3 3 757 3.79 12 value shopping 2 13 157 24 6 0 777 3.89 Sumber : data diolah Berdasarkan tabel di atas skor rata-rata variable motivasi hedonis di atas, skor setiap atribut pertanyaan berada pada rentang skala netral dan setuju. Skor untuk atribut pertanyaan adventure shopping 1 sebesar 3,28, skor untuk atribut pertanyaan dventure shopping 2 sebesar 3,3, skor untuk atribut pertanyaan social shopping 1 sebesar 3,4, dan skor untuk atribut pertanyaan Total 41.79 Mean 3.48 idea shopping 1 sebesar 3,3 yang berarti responden menilai netral terhadap pertanyaanpertanyaan diajukan. Sedangkan skor atribut untuk pertanyaan lainnya nilainya lebih besar dari 3,4 yang berarti responden setuju terhadap pertanyaan yang diajukan. Skor rata-rata variable motivasi hedonis sebesar 3,48 yang menyatakan responden setuju terhadap variable motivasi hedonis. c. Skor rata-rata penilaian responden berdasarkan skala likert untuk variable pembelian impulsif. ISSN: 0854 - 8153 186 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Tabel : 3 Skor Rata-Rata Variable Pembelian Impulsif No. Item Jumlah Responden SS S pembelian 3 83 impulsif 1 pembelian 2 3 68 impulsif 2 pembelian 3 3 165 impulsif 3 Sumber : data diolah 1 N TS STS Total Mean 99 12 3 671 3.36 111 15 3 653 3.27 26 6 0 765 3.83 Total Mean Berdasarkan tabel di atas skor rata-rata variable pembelian impulsif di atas skor setiap atribut pertanyaan berada pada rentang skala netral dan setuju. Skor untuk atribut pertanyaan pembelian impulsif 1 sebesar 3,36, skor untuk atribut pertanyaan pembelian impulsif 2 sebesar 3,27, yang berarti responden menilai netral terhadap pertanyaanpertanyaan diajukan. Sedangkan skor atribut untuk pertanyaan lpembelian impulsif 3 nilainya 3,48 yang berarti responden setuju terhadap pertanyaan yang diajukan. Skor ratarata variable prilaku hedonis sebesar 3,48 yang 10.45 3.48 menyatakan responden variable prilaku hedonis. setuju terhadap Analisis Pengaruh Melalui pengolahan data kuesioner dengan menggunakan program LISREL maka diperoleh hasil uji hipotesis yang menguji apakah terdapat pengaruh dari variabel yang satu terhadap variabel lainnya. Besar pengaruh antara variabel-variabel tersebut terlihat pada gambar persamaan model struktural di bawah ini. Gambar 4 Gambar Structural Model (t-Value) Sumber : Data diolah dengan Program Lisrel Dari gambar di atas terlihat nilai t hitung dari jalur-jalur yang menghubungkan variabel ISSN: 0854 - 8153 dalam penelitian ini. Jalur yang memiliki nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (1.96) 187 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran merupakan jalur yang signifikan pengaruhnya. Sedangkan jalur yang memilih nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel merupakan jalur yang tidak berpengaruh signifikan. Maka dengan mem- bandingkan nilai t hitung dari setiap jalur dengan nilai t tabel, dapat diperoleh hasil uji hipotesis yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Hasil uji hepotesis. Hipotesis H1 H2 t-value t-tabel Keputusan Pengujian Hipotesis Variabel program promosi pembelian impulsif. 1.21 1.96 Tolak HO Variabel motivasi hedonis pembelian impulsif. 1,53 1,96 Tolak HO Interpretasi Tidak ada pengaruh yang signifikan dan positif atara program promosi dan pembelian impulsif. Tidak ada pengaruh yang signifikan dan positif antara variabel motivasi hedonis dan pembelian impulsif.. Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikat dan positif antara variable program promosi dengan pembelian impulsif. Hal tersebut dikarenakan nilai t-value 1,21 leih kecil dari t-tabel 1,96. Dan juga tidak terdapat pengaruh yang signifikat dan positif anatara variable motivasi hedonis dengan pembelian impulsif. Hal tersebut dikarenakan nilai t-value1,21 lebih kecil dari nilai t-tabel 1,96. Gambar 5. Structural Model Standardized Solution : Sumber : Data diolah dengan Program Lisrel ISSN: 0854 - 8153 188 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Gambar di atas menggambarkan besarnya pengaruh antar variable dan pengaruh variable terhadap masing-masing dimensi yang dijelaskan pada tabel di bawah ini. Tabel 5: Tabel Besar Pengaruh Dari Ke Program Pembelian promosi impulsif Motivasi Pembelian hedonis impulsif Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa besarnya pengaruh antara variabel program promosi dan pembelian impulsif sebesar 9 % dan sebesar 81 % dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan besarnya pengaruh antara variabel motivasi hedonis dan pembelian impulsif sebesar 65 % dan sebesar 35 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Pembahasan Berdasarkan analisis diskriptif dan analisis hubungan terdapat hasil yang kurang atau tidak signifikan yang akan dibahas dibawah ini. a. Berdasarkan tabel skor rata-rata variable motivasi hedonis di atas, skor setiap atribut pertanyaan berada pada rentang skala netral dan setuju. Skor untuk atribut pertanyaan adventure shopping 1 sebesar 3,28, skor untuk atribut pertanyaan adventure shopping 2 sebesar 3,3, skor untuk atribut pertanyaan social shopping 1 sebesar 3,4, dan skor untuk atribut pertanyaan idea shopping 1 sebesar 3,3 yang berarti responden menilai netral terhadap pertanyaanpertanyaan diajukan. Skor netral berada pada rentang 2,6 sampai dengan 3,4 menyatakan motivasi atau prilaku negatif terhadap pertanyaan yang diajukan. b. Untuk pertanyaan adventure shopping 1 “Membeli produk di toko online untuk mencoba” responden merasa tidak setuju dengan pertanyaan tersebut. Responden ISSN: 0854 - 8153 189 Pengaruh Langsung Besar Pengaruh 0.09 9% 0.65 65% membeli produk tidak untuk mencoba, hal didorong oleh kesadaran bahwa membeli suatu produk karena adanya kebutuhan dibandingkan oleh sekedar memperoleh keinginan. 1. Untuk pertanyaan adventure shopping 2 “Membeli produk di toko online untuk mencari pengalaman baru”, responden merasa tidak setuju dengan pertanyaan tersebut. Responden membeli produk tidak untuk mencoba, hal didorong oleh kesadaran bahwa membeli suatu produk karena adanya kebutuhan dibandingakan oleh sekedar memperoleh pengalaman. 2. Untuk pertanyaan social shopping 1 “Membeli produk di toko online untuk berinteraksi dengan teman, keluarga, dan lainnya untuk saling berbagi informasi” responden merasa tidak setuju terhadap pertanyaan tersebut. Responden membeli produk tidak untuk mencari kesenangan, hal didorong oleh kesadaran bahwa membeli suatu produk karena adanya kebutuhan dibandingakan oleh sekedar berbagi pengalaman. 3. Untuk pertanyaan idea shopping 1 “Membeli produk di toko online untuk mengikuti tren” responden merasa tidak setuju terhadap pertanyaan tersebut. Responden membeli produk tidak untuk mencari tren, hal didorong oleh kesadaran bahwa membeli suatu produk karena adanya kebutuhan dibandingakan oleh Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran sekedar mendapatkan informasi inovasi produk. b. Berdasarkan skor rata-rata variable motivasi hedonis sebesar 3,48 yang menyatakan responden setuju terhadap variable motivasi hedonis. Sedangkan untuk indikator impulsif 1 dan 2 masing-masing skornya 3,36 da, 3,27. yang berarti responden menilai netral terhadap pertanyaan-pertanyaan diajukan. Skor netral berada pada rentang 2,6 sampai dengan 3,4 menyatakan motivasi atau prilaku negatif terhadap pertanyaan yang diajukan. 1. Untuk pertanyaan impulsif 1 “Pertama kali melihat barang di toko online dan menganggapnya sebagai kebutuhan”, responden merasa tidak setuju dengan pertanyaan tersebut. Responden membeli produk bukan sebagai kebutuhan, hal didorong oleh kesadaran bahwa membeli suatu produk karena sekedar pelarian (impulsif murni). 2. Untuk pertanyaan impulsif 2 “Barang yang dilihat di toko online mengingatkan sebagai barang kebutuhan yang perlu dibeli (untuk menggantikan barang yang sudah ada)”, responden merasa tidak setuju dengan pertanyaan tersebut. Responden membeli produk bukan sebagai kebutuhan, hal didorong oleh kesadaran bahwa membeli suatu produk bukan karena sugesti. c. Berdasarkan analisis regresi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikat dan positif antara variable program promosi dengan pembelian impulsif. Dan juga tidak terdapat pengaruh yang signifikat dan positif anatara variable motivasi hedonis dengan pembelian impulsif. Dalam Journal of affective and cognitive processes involved in impulse buying oleh Amanada Leigh Coley, 1999, menyebutkan bahwa model pembuatan keputusan konsumen yang ditulis oleh Engle dan Blackwell telah meninggalkan satu tahapan penting yaitu tahap impulsif. Pada tahap ini, dimana proses emosi terlibat langsung setelah tahap problem recognition. ISSN: 0854 - 8153 Jika impulsif lebih kuat, maka tahap pencarian dan evaluasi alternatif menjadi kurang relevan. Menurut Amanada Leigh Coley proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh faktor impulsif sedangkan oleh Engle dan Blackwell proses keputusan pembelian dipengaruhi faktor kebutuhan yang bersifat kognisi. Pada penelitian ini responden banyak dipengaruhi oleh faktor kognitif/rasional dalam melakukan peroses pembelian. Hal tersebut ditandai oleh responden yang tidak setuju atas keputusan pembelian impulsif murni (impulsif 1) dan sugesti (impulsif 2). Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Semuel (2005), Kurniawan dan Yohanes (2013), dan impulsif. Muruganatham dan Ravi (2013) promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif. Dan Lumintang (2013) dan Gültekin dan Özer (2012) yang menyatakan Hedonic Motives memiliki pengaruh signifikan terhadap Impulse Buying. d. Besar pengaruh antara variabel program promosi dan pembelian impulsif sebesar 9 % dan sebesar 81 % dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan besar pengaruh antara variabel motivasi hedonis dan pembelian impulsif sebesar 65 % dan sebesar 35 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. e. Besarnya pengaruh antara variabel program promosi dan pembelian impulsif sebesar 9 % dan sebesar 81 % dipengaruhi oleh faktor lain. Pengaruh sebesar 9% relatif kecil, program promosi tidak akan mendorong pembelian sebagai suatu prediksi oleh karena faktor lain sangat dominan sebesar 81%. Sedangkan besarnya pengaruh antara variabel motivasi hedonis dan pembelian impulsif sebesar 65 % dan sebesar 35 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Pengaruh sebesar 65% mencerminkan instrumen yang menyajikan secara langsung manfaat dari suatu pengalaman dalam melakukan pembelanjaan sebagai suatu kesenangan. Sedangkan faktor lainnya sebesar 35% tidak dipengaruhi oleh faktor kesenangan. 190 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran belanja yang bisa memberikan kesenangan berbelaja bagi konsumennya sesuai dengan prinsif promosi yang menarik. Simpulan dan saran Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Responden menyatakan setuju bahwa program promosi yang ditawarkan toko online menarik. Responden setuju bahwa mereka termotivasi untuk berprilaku hedonis dalam melakukan pembelian di toko online. Dan responden menyatakan setuju bahwa dalam melakukan pembelian di toko online, mereka berprilaku impulsif atau membeli produk tidak benarbenar direncanakan. b. Masih terdapat kekurangan pada penelitian ini, terutama pada jumlah responden yang masih kurang representatif jumlahnya dan juga teknik sampling yang lebih bisa mewakili populasi. Disarankan jumlah sampel bisa lebih dari 200 responden dan teknik sampling yang lebih representatif, yaitu stratified random sampling sehingga lebih dapat mewakili populasi. b. Penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikat dan positif antara variable program promosi dengan pembelian impulsif. Responden membeli produk atas dasar kebutuhan bukan atas dasar keinginan. Arnold, M. J., dan Reynolds, K. E, 2003, Hedonic Shopping Motivation, Journal of Retailing, Vol. 79, No. 2: pp 77-95. c. Penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikat dan positif antara variable motivasi hedonis dengan pembelian impulsif. Responden membeli produk tidak didasarkan pada prilaku hedonis atau untuk memenuhi keinginannya. d. Besarnya pengaruh antara variabel program promosi dan pembelian impulsif relatif kecil. Responden Sedangkan besarnya pengaruh antara variabel motivasi hedonis dan pembelian relatif besar. Berman,Barry dan Joel R. Evans, 2001,Retail Management : A Strategic Approach”, Eight Edition,Upper Saddle River,NJ 07458, Prentice Hall Engel, J.F, Blackwell R.D and Minard P.W. 2000. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Engel, J.E, Blackwell, R.D & Miniard, P.W. 1995. Perilaku Konsumen, Edisi keenam Jilid dua. Alih Bahasa: Budiyanto. Jakarta: Binarupa Aksara. Coley, Amanada Leigh, 1999, Processes involved in impulse buying, Journal of affective and cognitive. Saran Berdasarkan simpulan di atas dapat diberikan saran sebagai berikut : a. Pembelian yang dilakukan oleh responden masih dipengaruhi oleh faktor kognitif, artinya mereka membeli barang sesuai dengan kebutuhannya, bukan keinginannya. Pembelian mereka kurang didorong oleh faktor impulsif maupun sugesti. Disarankan agar pengelola toko online bisa memberikan suatu sensasi ISSN: 0854 - 8153 Daftar Pustaka Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindle,r 2008, Business Research Methods, International Edition 2008, New York: McGraw Hill. Dholakia, U.M. 2000. Temptation and Resistance: An Integrated Model of Consumtion Impuls Formation and Enactment 191 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Psychology and Marketing. John Wiley and Sons, Inc. Vol 17 (11), 955‐986. Rantai Kausalitas. Jurnal Antisipasi. Vol. 10, No. 1, hal. 172-184. Fitriani, Rahma, 2010, Studi Tentang Impulse Buying Pada Hypermarket di Kota Semarang, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang Japarianto, E. dan S. Sugiharto. 2011. Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 6(1), h:32-41. Ghozali, Imam dan Fuad 2008, Structural Equation Modelling: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.80, Edisi 2, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro. Gültekin, Beyza, dan Özer L., 2012, The Influence of Hedonic Motives and Browsing On Impulse Buying, Journal of Economics and Behavioral Studies, Vol. 4, No. 3, Maret: pp. 180-189, (ISSN: 2220-6140). Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., & Anderson, R.E. (2010). Multivariate Data Analysis . Seventh Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Hengky Latan 2012, Structural Equation Modeling: Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program Lisrel 8.80, Bandung: Penerbit Alfabeta. Hudders, L. and M. Pandelaere. 2012. The Silver Lining of Materialism: The Impact of Luxury Consumption on Subjective WellBeing, Journal of Happiness Studies, 13 (3), 411–37. I Gde Made Dharma Tatwa Dyatmika dan Ida Bagus Sudiksa, Pengaruh Promosi Dan Pelayanan Ritel Terhadap Pembelian Impulsif Di Ramayana Mall Denpasar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Premananto, Gancar C. 2007. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Impuls Dengan Pendekatan Psikologi Lingkungan Dan ISSN: 0854 - 8153 Lins, Samuel et al. 2013.To Think, to Feel, to Have: The Effects of Need for Cognition, Hedonism and Materialism on Impulse Buying Tendencies in Adolescents. Journal of European Psychology Students Loudon, D.L. & Bitta, A.J. 1993. Consumer Behavior Concept and Aplication. Fourt Edition. ingapore : McGraw‐Hill Book co. Lysonski, S & Durvasula, S. 2013 Consumer decision making styles in retailing: evolution of mindsets and psychological impacts, Journal of Consumer Marketing, Vol. 30 Iss: 1, pp.75 – 87. Lumintang, F. F. 2013. Pengaruh Hedonic Motives Terhadap Impulse Buying Melalui Browsing Dan Shopping Lifestyle Pada Online Shop. O’Brien, James, 2012, Management Information System, McGraw-Hill, Pertumbuhan e-commerce B2C 2011-2016, http://www.marketing.co.id/wpcontent/uploads/2013/09/ecommerceindonesia.gif Park, Eun Joo., Eun Young Kim., Judith Cardona Forney, 2005, A Structural Model of Fashion-Oriented Impulse Buying Behavior, Journal of Fashion Marketing 192 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran and Management,Vol.10,No 4, pp.433446 Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller 2008, Manajemen Pemasaran, Edisi kedua belas, Jilid 1, Terjemahan oleh Benyamin Molan, Jakarta: Penerbit: PT Indeks ______________________________, 2008, Manajemen Pemasaran, Edisi kedua belas, Jilid 2, Terjemahan oleh Benyamin Molan, Jakarta: Penerbit: PT Indeks Laudon, Kenneth C dan Jane P.Laudon, 2012, Management Information System, 12th edition, Pearson Marie. C. Tahalele dan Victor. R. Pattipeilohy, 2014, Pengaruh Konsumsi Hedonis dan Emosi Positi Terhadap Perilaku Pembelian Impulse Pada Swalayan Alfa di Kota Ambon, benchmark, ISSN 23025298, Volume 2 No 3 Juli 2014 Podoshen, J. S. and S. A. Andrzejewski. 2012. An Examination of the Relationships Between Materialism, Conspicuous Consumption, Impulse Buying, and Brand, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 6, 2015: 1661-1675. Rachmawati, Veronika, 2009, Hubungan Antara Hedonic Shopping Value, Positive Emotion, Dan Perilaku Impulse Buying Pada Konsumen Ritel, Jurnal Majalah Ekonomi, Agustus 2009, h. 192-208 Reedy, Joel, Shauna Schullo, 2004, Electronic Marketing, 2nd edition, South-westrn Cngage Learning. Rook, D.W. 1987, The Buying Impulse, The Journal of Consumer Research Vol.2. ISSN: 0854 - 8153 Rook, D. W., & Fisher, R. J., 1995, Normative Influences on Impulse Buying Behavior. Journal of Consumer Research, 305-313. Semuel, Hatane, 2007, Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan Gender Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran, 2(1), h: 31-42. _____________, 2006, Dampak Respon Emosi Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Konsumen Online dengan Sumberdaya yang Dikeluarkan dan Orientasi Belanja sebagai Variabel Mediasi, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol.8, No. 2, September. 101-115 Schiffman, L. and L. L. Kanuk, 2008. Perilaku Konsumen. Edisi ke tujuh. Jakarta: PT Indeks. Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia. Thompson, G. L.,2001, Eliminating Aggregation Bias in Experimental Research. Utami, C. W., 2010, Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan, 2009, Structural Equation Modeling: Belajar Lebih Mudah Teknik Analisis Data Kuesioner dengan Lisrel-PLS, Jakarta: Penerbit Salemba Infotek 193 Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran LAMPIRAN Analisis validitas dan reliabilitas Scale: PROMOSI Case Processing Summary N Valid a Cases Excluded Total % 31 100 0 0 31 100 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0.908 8 Item-Total Statistics Cronbach's Alpha if Item Deleted Ket Iklan1 0.883 Valid 2 Iklan2 0.884 Valid 0.887 3 Direct1 0.887 Valid 0.697 0.904 4 Direct2 0.904 Valid 5.48 0.896 0.88 5 PromoP1 0.88 Valid 26.71 5.546 0.855 0.883 6 PromoP2 0.883 Valid PromoP3 26.58 6.585 0.331 0.922 0.922 PromoP4 26.58 6.385 0.447 0.915 7 8 PromoP3 PromoP4 0.915 Valid Valid Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted No. Iklan1 26.68 5.626 0.879 0.883 1 Iklan2 26.71 5.28 0.828 0.884 Direct1 26.74 5.531 0.807 Direct2 26.9 5.024 PromoP1 26.71 PromoP2 ISSN: 0854 - 8153 194 Indikator Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Scale: HEDONIS Case Processing Summary N Valid a Cases Excluded Total % 31 100 0 0 31 100 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0.853 12 Item-Total Statistics Cronbach's Alpha if Item Deleted Ket Adventure1 0.843 Valid 2 Adventure2 0.838 Valid 0.839 3 Social1 0.839 Valid 0.687 0.832 4 Social2 0.832 Valid 13.123 0.673 0.83 5 Gratification1 0.83 Valid 39.32 14.292 0.499 0.844 6 Gratification2 0.844 Valid Idea1 39.55 13.589 0.631 0.834 7 Idea1 0.834 Valid Idea2 39.39 14.512 0.49 0.845 8 Idea2 0.845 Valid Role1 39.23 15.581 0.26 0.857 9 Role1 0.857 Valid Role2 39.68 13.559 0.479 0.848 10 Role2 0.848 Valid Value1 39.19 15.028 0.482 0.846 11 Value1 0.846 Valid Value2 39.06 14.929 0.468 0.846 12 Value2 0.846 Valid Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Adventure1 39.61 13.512 0.527 0.843 1 Adventure2 39.55 14.056 0.591 0.838 Social1 39.68 13.359 0.573 Social2 39.55 13.723 Gratification1 39.55 Gratification2 ISSN: 0854 - 8153 195 No Indikator Volume 23 No. 2 September 2016 Manajemen Pemasaran Scale: IMPULSIF Case Processing Summary N Valid a Cases Excluded Total % 31 100 0 0 31 100 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0.655 3 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Sugesti 7.45 0.456 0.578 0.387 Pengalaman 7.45 0.523 0.448 0.593 Kondisi 7.16 0.74 0.415 0.64 ISSN: 0854 - 8153 196 No Indikator 1 Sugesti 2 Pengalaman 3 Kondisi Cronbach's Alpha if Item Deleted 0.387 0.593 0.64 Ket Valid Valid Valid Volume 23 No. 2 September 2016