perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar IPS Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar merupakan hasil dari berlangsungnya proses pembelajaran yang dinyatakan dalam sebuah nilai, dimana nilai tersebut menunjukan tercapai atau tidaknya tujuan intruksional, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Horward Kingslay (Sudjana, 2011:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; dan (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Gagne (Sudjana, 2011:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal; (b) keterampilan intelektual; (c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, biak tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Definisi dari masing-masing ranah yang menjadi obyek penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:22-23) yaitu: ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi; ranah afektif berkenaan dengan sikap yang to user jawaban atau reaksi, penilaian, terdiri dari lima aspek yaknicommit penerimaan, 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 organisasi, dan internalisasi; dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Diantara ketiga ranah yang menjadi obyek penilaian hasil belajar, dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada ranah kognitif karena ranah afektif dan ranah psikomotoris ditekankan pada keterampilan proses. Fungsi dari penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:3-4), yaitu: (a) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional; (b) umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar; dan (c) dasar untuk menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada para orang tuanya. Tujuan dari penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:4) yaitu: (a) mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya; (b) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan; (c) menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya; dan (d) memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:28) hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal : a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri peserta didik. Yang tergolong faktor internal adalah: 1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang commit to yang user terdiri atas faktor potensial, yaitu meliputi: (a) faktor intelektual perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 intelegensi dan bakat, dan faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi; dan (b) faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya. b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri peserta didik. yang tergolong faktor eksternal ialah: (a) faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan kelompok; (b) faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya; (c) faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas sekolah, iklim, dan sebagainya; dan (d) faktor spiritual dan lingkungan keagamaan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. Suprijono (2013:7) dalam bukunya berpendapat, “hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komperhensif. Sudjana (2005:22) berpendapat, “Hasil belajar adalah kemampuan– kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya“. Masidjo (1995:25) mengemukakan hasil belajar merupakan hasil akhir yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai – nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan hasil belajar IPS merupakan hasil usaha yang diperoleh dari siswa selama proses pembelajaran ditunjukkan dengan adanya nilai tes yang telah diberikan. Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat ditunjukan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang dinyatakan dengan angka. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:22), berpendapat, “Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 kurikuler maupun tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik “. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dilakukan guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengusai materi pembelajaran.Dalam penelitian ini, metode pembelajaran TPS, GI, dan ceramah digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS dalam ranah kognitif.Dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam melakukan penilaian, test terdiri dari dua macam, yaitu tes uraian dan tes objektif. (Sudjana, 2005 : 35). Dalam penelitian ini digunakan tes objektif untuk penilaian metode pembelajaran.Tes objektif digunakan digunakan karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudah menilai jawaban yang diberikan. Tes objektif lebih fleksibel dan efektif untuk mengukur pengetahuan, pengertian, kosakata, pengetrapan prinsip dan kemampuan untuk menafsirkan data.Soal objektif yang digunakan dalam penilaian hasil belajar adalah soal pilihan ganda.Bentuk pilihan ganda ini terdiri atas suatu pernyataan atau pertanyaan dan sejumlah pilihan atau alternatif jawaban. ( Masidjo, 2005 : 48 ). Pada penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar IPS dapat diukur dengan memberikan tes kepada siswa. Tes tersebut diberikan dalam 1 tahap, atau disebut posttest. Posttest diberikan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan menggunakan metode pembelajaran. Masing–masing soal tes tersebut berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Pelajaran IPS adalah salah satu pelajaran yang diterapkan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku saat ini. Berdasarkan apa yang tercantum dalam kurikulum IPS dipelajari di sekolah dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebutan IPS di Indonesia adalah sebuah kesepakatan untuk menunjuk istilah lain dari social to menunjuk user studies. Sebutan social studiescommit ini untuk sifat keterpaduan dari ilmu- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 ilmu sosial (integrated social sciences) (Zamroni, 2010: 7). Jadi sifat keterpaduan itu mestinya menjadi ciri pokok mata kajian yang disebut IPS. Dalam UU Sisdiknas, dijelaskan bahwa IPS merupakan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang antara lain mencakup ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Oleh karena itu S. Hamid Hasan (2010: 16) menegaskan bahwa IPS adalah studi integrative tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu dengan segala aktivitasnya. 2. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijonjo, 2013;45). Menurut Trimo (2006:3), ”Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Wahab (2009:52) berpendapat, ”Model mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan cara atau tindakan sistematis yang diterapkan oleh guru pada proses pembelajarannya yang bertujuan untuk membantu siswa mendapatkan tujuan belajar tertentu yang hendak dicapai. Dalam mengajarkan suatu materi pelajaran hendaknya guru harus to user memilih model pembelajaran commit yang paling sesuai dengan tujuan yang hendak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 dicapai.Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Suprijono (2013 : 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang kebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Untuk mendefinisikan pengertian pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2009:37) berpendapat, “Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar“. Slavin (2009:4) juga berpendapat, “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam membelajari materi pelajaran”. Isjoni (2010:16) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan guru pada saat kegiatan pembelajaran. Solihatin (2008:4) berpendapat, “Cooperative learning merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student oriented). Pembelajaran ini lebih mengutamakan kerjasama antar peserta didik untuk menyelesaikan sebuah masalah yang terkait materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1) “Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Suprijono (2013 : 58) Keberhasilan dalam model cooperative learning bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan hasil belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam kelompok – kelompok belajar yang terstruktur dengan baik. Slavin (2009:10) mengemukakan bahwa “Tiga konsep penting bagi cooperative learning antara lain : penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama”. Dengan demikian, peserta didik akan merasa terdorong dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena peserta didik dapat bekerja sama dengan peserta didik lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi. Peserta didik akan bekerjasama secara maksimal. Kerjasama disini adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu dalam menguasai bahan materi. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi harus membantu teman sekelompoknya yang memiliki kemampuan rendah karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Dengan demikian setiap anggota kelompok harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya. Apabila kelompok mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah, peranan guru dalam membimbing sangat diperlukan. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, menerima keragaman, dan commit totoleransi, user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan dengan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerjasaama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward. Suprijono (2013:61) Menurut Slavin (2009:11) beberapa metode pembelajaran kooperatif diantaranya : Student Team Achievement Division ( STAD ), Team Games Tournament ( TGT ), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ), dan Team Accelerated Instruction ( TAI ). Masing – masing metode tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. Menurut Suprijono (2009:89), terdapat metode – metode pembelajaran kooperatif yaitu : (1) Jigsaw, (2) Thing-pair-share, (3) Numbered Heads Together, (4) Group Investigasi, (5) Two Stay two stray, (6) Make a match,(7) Listening team, (8) Inside-Outside circle, (9) Bamboo Dancing,(10) PointCounter-Paint,(11) The Power of two, (12) Listening Team. Pada penelitian ini, kelompok eksperimen menggunakan dua pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI). Sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah. a. Metode Think Pair Share (TPS) Menurut Slavin (2008: 257) metode pembelajaran Think Pair Share merupakan metode yang sederhana tetapi sangat bermanfaat yang dikembangkan oleh Lyman dari Universitas Maryland. Metode ini menempatkan pendidikan sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi. Pembelajaran Think Pair Share termasuk dalam strategi pembelajaran kooperatif. Nurhadi (2005: 119-120) menjelaskan bahwa Think Pair Share user dirancang untuk mempengaruhi menekankan pada strukturcommit khususto yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 pola-pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki agar siswa kerja sama, saling melengkapi dan saling bergantung dalam kelompok kecil secara kooperatif. Lie (2008: 56) berpendapat bahwa ” teknik bertukar pasangan ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan pada mata pelajaran dan untuk sama tingkat usia anak didik”. Berdasar pendapat beberapa pakar diatas dapat disimpulkan bahwa metode Think Pair Share merupakan metode yang mudah, murah dan sederhana dengan mengelompokkan siswa secara berpasangan yang dapat meningkatkan interaksi siswa, kemandirian, tanggung jawab serta keaktifan siswa dalam belajar. Siswa dilatih untuk aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan berdiskusi dengan teman pasangannya. Metode pembelajaran Think Pair Share memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada topik atau bacaan tersebut dengan serius. Tahaptahap dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Lyman (dalam Nurhadi 2005:120) adalah thinking (berfikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi). 1) Berfikir (thinking) merupakan tahapan dimana guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian siswa siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari pertannyaan atau isu secara mandiri. Biasanya guru memberikan waktu satu menit untuk siswa berfikir mandiri. 2) Berpasangan (pairing) merupakan tahapan dimana guru meminta siswa untuk berpasangan sengan siswa yang lain untuk mendiskusikan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 apa yang telah dipikirkan pada langkah pertama. Interaksi pada tahapini diterapkan dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan khusus telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu pertanyaan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan. 3) Barbagi (sharing) merupakan tahapan dimana guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk terbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah didiskusikan. Langkah ini disesuaikan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu kepasangan yang lain sehingga guru dapat mengontrol jalannya proses belajar mengajar. Adapun langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share menurut Lyman (2005:221) adalah sebagai berikut: 1) Guru menympaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau pemasalahan yang disampaikan guru 3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing 4) Siswa diminta berpasangan lagi dengan teman belakangnya (4 orang) untuk mendiskusikan lagi hasil jawabannya 5) Guru memimpin pleno diskusi kecil tersebut, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 6) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicara pada pokok pembicaraan Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa alur pembelajaran dengan Think Pair Share adalah dengan mengajak siswa memikirkan solusi dari permasalahan yang ada dan mencoba untuk berbagi solusi tersebut dengan teman yang lain secara berpasangan, sehingga ada pertukaran pendapat dalam proses pembelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 b. Metode Group Investigation (GI) Merujuk pada kamus bahasa Inggris, group investigation berasal dari dua kata yaitu group dan investigation. Dalam bahasa Indonesia disadur menjadi grup yang berarti menunjukkan sesuatu yang lebih dari satu dan investigation adalah investigasi. Lebih jauh dua kata tersebut diperjelas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2002) yaitu grup menunjukan kata sifat yang berarti rombongan, kelompok dan golongan (Balai Pustaka, 2003 : 372). Investigasi (Balai Pustaka, 2002 : 441), menunjukan penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperolah jawaban atas pertanyaan tentang peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat dan sebagainya atau juga dimaknai sebagai penyelidikan. Group Investigation atau Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Shlomo dan Sharan dari Universitas Tel Aviv. Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan-kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif (Sharan dan Sharan, 1992 dalam Slavin, 2008). Menurut Sharan (1989 dalam Zingaro, 2008) di dalam Group Investigation siswa membentuk kelompok-kelompok untuk merencanakan dan melaksanakan penyelidikan, dan mensintesis temuan ke dalam presentasi kelompok di kelas. Peran umum guru adalah untuk membuat siswa sadar sumber daya yang dapat membantu saat melakukan penyelidikan. Group Investigation mencakup empat komponen penting ("empat I"): investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik. Investigasi mengacu pada fakta bahwa kelompok-kelompok fokus pada proses bertanya tentang topik yang dipilih. Interaksi merupakan ciri dari commit to useryang diperlukan bagi siswa untuk semua metode pembelajaran kooperatif, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 mengeksplorasi ide-ide dan saling membantu belajar. Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan menguraikan temuan dari setiap anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Akhirnya, motivasi intrinsik menyala pada siswa dengan memberikan mereka otonomi dalam proses investigasi. Keempat komponen penting Group Investigation tersebut digabungkan dalam enam tahap. Sharan (1984 dalam Arends, 2008) mendeskripisikan enam langkah dalam Group Investigation: 1) Pemilihan topik . Siswa memilih sub-sub topik tertentu dalam bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi heterogen baik secara akademis dan etnis; 2) Cooperative Learning. Siwa dan guru merencanakan prosedur, tugas, dan tujuan belajar tertentu yang sesuai dengan sub-sub topik yang yang dipilih dalam langkah 1; 3) Implementasi. Siswa melaksanakan rencana yang diformulasikan dalam langkah 2. Pembelajaran mestinya melibatkan beragam kegiatan dan keterampilan dan seharusnya mengarahkan siswa ke berabagai macam sumber di dalam maupun di luar sekolah. Guru mengikuti dari dekat perkembangan masingmasing kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan; 4) Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh selama langkah 3 dan merencanakan bagaimana informasi itu dapat dirangkum dengan menarik untuk dipertontonkan atau dipresentasikan kepada teman-teman sekelas; 5) Presentasi produk akhir. Beberapa atau semua kelompok di kelas memberikan presentasi menarik tentang topik-topik yang dipelajari untuk membuat satu sama lain saling terlibat dalam pekerjaan temannya dan mencapai perspektif yang lebih luas tentang sebuah topik. Presentasi kelompok dikordinasikan oleh guru; 6) Evaluasi. Dalam kasus-kasus yang kelompoknya menindaklanjuti aspek-aspek yang berbeda darito topik commit user yang sama, siswa dan guru perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok ke hasil pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat memasukkan asesmen individual atau kelompok, atau kedua-duanya. Slavin (2008 :218), dalam group investigation, siswa bekerja melalui enam tahap. Tahap-tahapan terdiri dari 1) Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok; 2) Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari; 3) Melaksanakan Investigasi; 4) Menyiapkan Laporan Akhir; 5) Mempresentasikan Laporan akhir; 6) Evaluasi. Sharan (2009: 149) menyebutkan model Group Investigation terdiri dari enam tahap sebagai berikut: 1) Kelas menentukan subtema dan menyusunnya dalam kelompok penelitian; 2) Kelompok merencanakan penelitian mereka; 3) Kelompok melakukan penelitian; 4) kelompok merencanakan presentasi; 5) Kelompok melakukan presentasi; 6) Guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disederhanakan bahwa dalam Group Investigation terdiri dari eanam langkah/tahapan, para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajarai oleh seluruh kelas, membagi topic-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lali mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas (Slavin, 2008 : 24 -25). Karakter unik dari Group Investigation terletak pada integrasi empat elemen dasar yaitu penyelidian, interaksi, interpretasi, dan motivasi intrinsik (lihat gambar 1). Semua elemen dasar tersebut terjadi secara simultan, tetapi unsur keempat, motivasi intrinsik memiliki status agak berbeda dengan tiga elemen lainnya, bisa dilihat sebagai akibat dari tiga lainnya. Setiap elemen dasar tersebut diperluas untuk mengamati kontribusi mereka terhadap model pembelajaran kooperatif, meskipun commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 pada prakteknya empat elemen dasar tersebut tidak muncul secara terpisah-pisah atau dalam bentuk potong-potongan (Sharan, 2009 : 144). Empat komponen-komponen penting pendekatan group investigation adalah penyelidikan, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik. 1) Investigasi mengacu pada organisasi dan prosedur untuk mengarahkan pelaksanaan kelas pembelajaran sebagai sebuah proses kolaboratif bangunan pengetahuan. Ini adalah komponen yang paling umum di Grup Investigasi. Investigasi memungkinkan tiga komponen lainnya untuk mengambil tempat. 2) Interaksi menggambarkan dimensi sosial dari proses pembelajaran. Interaksi antara siswa memberikan kontribusi untuk kemampuan mereka untuk menafsirkan dan membuat informasi yang berarti. Interaksi antara rekan-rekan sangat penting dalam mempromosikan verbalisasi dan diskusi. 3) Interpretasi terjadi baik di tingkat sosial dan tingkat kognitif individu. pemahaman Individu 'dari topik yang diteliti ditingkatkan oleh interpretasi informasi mereka. Siswa mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui interpretasi informasi. 4) Motivasi intrinsik merujuk pada keterlibatan emosional siswa. Tujuannya adalah untuk memiliki siswa menjadi pribadi yang tertarik dalam penyelidikan. (Sharan 1992, 18-19) motivasi intrinsik dapat dilihat sebagai akibat dari tiga lainnya c. Metode Ceramah Dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran guru dalam memberikan materi. Dalam lingkungan pendidikan modern, metode pembelajaran ceramah menjadi perdebatan karena banyak orang yang ingin menolak sama sekali metode tersebut dengan alasan terlalu kuno. Namun sebagian juga masih mempertahankan metode pembelajaran ceramah dalamm kegiatan pembelajaran dengan berdalih bahwa metode commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 tersebut sejak dahulu sudah digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sagala ( 2010 : 201 ) berpendapat “ Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik “. Dalam kegiatan ceramah dominasi penuturan secara lisan oleh guru sangat berperan penting. Sejalan dengan Sagala, Anitah (2009:85) juga berpendapat “ Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah berbicara “. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara lisan. Materi pembelajaran akan mudah disampaikan apabila guru menyampaikan materi tersebut dengan rinci dan jelas. Dalam kegiatan ceramah, peserta didik berperan sebagai pendengar dan teliti dalam mencatat pokok – pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Bagi dunia pendidikan metode pembelajaran ceramah sudah tidak asing bagi kalangan guru. Hal ini disebabkan metode pembelajaran ceramah lebih mudahdigunakan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah berjalan dengan lancar perlu adanya langkah – langkah yang harus dikuasai oleh guru. Menurut Suradji (2008:12) jalannya pengajaran metode ceramah sebagai berikut : (1)Tahap persiapan.Dalam tahap ini perlu membangkitkan perhatian serta minat peserta didik (2) Tahap penyajian bahan.Dalam tahap ini yang perlu dilakukan ialah menghubungkan bahan baru dengan bahan yang telah diketahui pembaca. (3) Tahap evaluasi. Dalam tahap ini guru menanyakan bahan yang telah disajikan. Pertanyaan hendaknya ada yang menuntut jawaban pikiran ( menyimpulkan sesuatu ). Apabila ternyata ada bahan yang tidak mengerti oleh peserta didik maka guru perlu mengulangi, menerangkan secara singkat tentang bahan tersebut.(4)Tahap penutup. Dalam tahap ini guru menyimpulkan isi dari user bahan pelajaran yangcommit baru to disajikan, kemudian memberi waktu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 mencatat ( apa – apa yang disimpulkan ) atau guru menugaskan peserta didik mengerjakan tugas tertentu. Anitah (2009:88) mengemukakan sebagai metode pembelajaran, pemberian pelajaran melalui ceramah mempunyai kelebihan dalam hal guru menguasai arah pembicaraan seluruh kelas serta organisasi kelas sederhana. Pusat perhatian materi yang disampaikan berasal dari guru, sehingga guru mampu mengorganisasi suasana kelas. Menurut Suradji (2008:14) kebaikan metode ceramah antara lain : “(1) Ketertiban kelas mudah menjaganya, (2) Organisasi kelas sederhana (3) Menghemat baik waktu maupun model lainnya,(4) Melatih peserta didik untuk menggunakan pendengarannya dengan baik serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan tepat, tepat dan dalam waktu singkat”. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keunggulan metode ceramah antara lain : 1) Guru menguasai kondisi kelas dengan metode ceramah, informasi pembelajaran diperoleh dari guru ketika menyampaikan materi. Apabila kondisi kelas tidak kondusif maka guru akan menegur dengan teguran lisan. 2) Melatih peserta didik untuk menggunakan pendengarannya dengan baik dalam menerima informasi pelajaran yang diperoleh guru, peserta didik harus memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik harus mendengarkan penjelasan guru, mencatat pokok – pokok materi pelajaran, menyimpulkan isi ceramah apabila menginginkan hasil belajarnya baik. Meskipun metode ceramah memiliki kelebihan ternyata metode ini juga memiliki kelemahan. Menurut Anitah (2009:88), kelemahan metode ceramah antara lain : guru tidak dapat mengetahui sampai dimana peserta didik telah mengerti pembicaraannya, kata – kata yang diucapkan guru ditafsirkan lain oleh peserta didik. B. Penelitian Yang Relevan Giyastutik (2009). Judul Penelitian : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A commit to user2007/2008. Tujuan penelitian ini SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 adalah mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2007 / 2008 dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar, sedangkan objek penelitian adalah penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share, hasil belajar siswa pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, penyebaran angket, kajian dokumen, dan tes evaluasi kognitif.Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar diukur dari evaluasi siklus I dan siklus II dengan rata-rata capaian kognitif pada siklus I sebesar 72,13% dan pada siklus II sebesar 80,46%. Capaian rata-rata afektif pada siklus I sebesar 71,52% dan pada siklus II sebesar 80,61%. Capaian rata-rata psikomotor siswa yang bersikap positif pada siklus I sebesar 73,33% dan pada siklus II sebesar 87,5%. Sebagai data pendukung, capaian kepuasan siswa terhadap penggunaan metode Think Pair Share pada siklus I 68,77% dan pada siklus II menjadi 78,01% serta performance guru pada siklus I sebesar 72,06% menjadi 80,26% pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2007/2008. Vera Irawan Windiatmojo (2012). Judul Penelitian : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA Negeri 5 Surakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2) Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3) Pengaruh interaksi model pembelajaran commit to userhasil belajar kognitif biologi siswa Group Investigation dan gaya belajar terhadap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatitf.Desain penelitian adalah Postest-Only Control Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012.Populasi akses adalah siswa kelas XI IPA. Teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling. Sampel penelitian menggunakan dua kelas.Kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen.Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket, metode tes, dan metode observasi.Teknik analisis data menggunakan uji statistik anava dua jalan dengan interaksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Model pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2) Gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3) Interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Arief Ridho W ( 2014). Judul Penelitian : Pengaruh Penggunaan Modul Berbasis Research pada Pembelajaran Think Pair Share dan Group Investigation terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Metakognisi Peserta Didik SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian merupakan quasi eksperimen dengan desain penelitian Pretest-postest Nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah populasi 232 peserta didik. Pengambilan sampel dengan cluster random sampling yang diuji dengan uji F, sehingga diperoleh 4 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol dengan kemampuan yang sama dengan jumlah sampel 167 peserta didik. Kelas ekperimen merupakan kelas dengan perlakuan (treatment) pembelajaran yang berbeda, yaitu TPS + modul berbasis research, GI + modul berbasis research, TPS, GI, dan satu kelas sebagai kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, dan lembar observasi. Uji hipotesis menggunakan uji Anacova. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan commit to akibat user dari penggunaan pembelajaran terhadap pemahaman konsep peserta didik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 Think Pair Share dan Group Investigation yang menggunakan modul berbasis research. Hasil untuk kemampuan metakognisi menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan dari penggunaan perlakuan (treatment) yang digunakan, yaitu TPS + modul berbasis research, GI + modul berbasis research, TPS, GI terhadap kemampuan metakognisi peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan modul berbasis research pada pembelajaran Think Pair Share berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep peserta didik, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan metakognisi peserta didik. commit to user 27 Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan Judul Giyastutik (2009) Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008. (Skripsi – UNS) Tujuan 1. 2. Mengetahui pengaruh penggunaan modul berbasis research pada pembelajaran Think Pair Share dan Group Investigation terhadap pemahaman konsep peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Mengetahui pengaruh penggunaan modul berbasis research pada pembelajaran Think Pair Share dan Group Investigation terhadap kemampuan metakognisi peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran Vera Irawan Windiatmojo (2012) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA Negeri 5 Surakarta (Skripsi – UNS) 1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2007 / 2008 dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif ThinkPair-Share. Arief Ridho W ( 2014) Pengaruh Penggunaan Modul Berbasis Research pada Pembelajaran Think Pair Share dan Group Investigation terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Metakognisi Peserta Didik SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Rifki Prasetyo (2015) Efektivitas Metode Pembelajaran TPS dan GI Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015 (Skripsi – UNS) (Skripsi – UNS) 1. 1. 2. 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012 Untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012 Untuk mengetahui pengaruh interaksi model pembelajaran Group Investigation dan gaya belajar terhadap hasil belajar 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share( TPS), Group Investigation ( GI ), dan ceramah pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share( TPS) dan Group Investigation ( GI ) pada peserta didik kelas VII SMP 28 2013/2014 kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012. 3. 4. Metode Eksperimental semu Hasil Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap pemahaman konsep peserta didik akibat dari penggunaan pembelajaran Think Pair Share dan Group Investigation yang menggunakan modul berbasis research. Hasil untuk kemampuan metakognisi menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan dari Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar diukur dari evaluasi siklus I dan siklus II dengan rata-rata capaian kognitif pada siklus I sebesar 72,13% dan pada siklus II sebesar 80,46%. Capaian rata-rata Eksperimental semu Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : a. Model pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; b. Gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi c. Interaksi antara model Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share( TPS) dan metode pembelajaran ceramah pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara menggunakan metode pembelajaran Group Investigation ( GI), dan metode pembalajaran ceramah pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. Eksperimental semu 29 penggunaan perlakuan (treatment) yang digunakan, yaitu TPS + modul berbasis research, GI + modul berbasis research, TPS, GI terhadap kemampuan metakognisi peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan modul berbasis research pada pembelajaran Think Pair Share berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep peserta didik, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan metakognisi peserta didik. afektif pada siklus I sebesar 71,52% dan pada siklus II sebesar 80,61%. Capaian rata-rata psikomotor siswa yang bersikap positif pada siklus I sebesar 73,33% dan pada siklus II sebesar 87,5%. Sebagai data pendukung, capaian kepuasan siswa terhadap penggunaan metode Think Pair Share pada siklus I 68,77% dan pada siklus II menjadi 78,01% serta performance guru pada siklus I sebesar 72,06% menjadi 80,26% pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2007/2008. pembelajaran dengan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut : Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat oleh guru cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam membawa siswanya belajar. Pada pembelajaran IPS terpadu diperlukan pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat, karena kebanyakan siswa kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dipelajarinya. Jika tidak diperhatikan secara serius maka akan dapat menimbulkan dampak pada hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran di kelas dapat terwujud apabila proses pembelajaran dilakukan dengan optimal. Pencapaian hasil belajar yang baik seharusnya diimbangi dengan kegiatan pembelajaran yang baik pula. Salah satu unsur terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengaktifkan kegiatan peserta didik di kelas. Materi pada Kompetensi Dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran IPS bagi siswa kelas VII. Pada materi ini memuat konsep-konsep yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMP. Selain dituntut untuk menghafal, siswa juga dituntut untuk memahami materi yang umumnya bersifat luas. Oleh karena itu,diperlukan suatu metode yang dapat mempermudah cara belajar siswa. Terkait permasalahan tersebut, perlu adanya variasi dalam penggunaan metode pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.Aktif disini artinya, siswa saling berinteraksi dengan guru maupun dengan sesama siswa sehingga menciptaan suasana yang lebih kondusif dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI). Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan perpaduan antara belajar mandiri dan belajar berkelompok. TPS memiliki to user prosedur yang ditetapkan secaracommit eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Misalkan, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Metode ini merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, jadi hal ini akan menimbulkan suasana lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Adanya suasana belajar yang kondusif diharapkan akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, sehingga dapat diduga bahwa metode Think Pair Share (TPS) lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah. Metode Group Investigation (GI) melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Selain itu metode Group Investigation (GI) mengajarkan siswa untuk bersikap demokratis. Sikap demokratis ditunjukkan oleh keputusankeputusan yang dikembangkan siswa dalam kelompok tersebut. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok. Metode ini sangat cocok untuk diterapkan pada siswa SMP, sehingga menjadikan mereka lebih percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri dan berdampak positif pada hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat diduga bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang melalui proses pembelajaran dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 menggunakan metode Think Pair Share (TPS) maupun metode pembelajaran ceramah. Dalam penelitian ini, metode Think Pair Share digunakan pada kelas eksperimen 1, metode Group Investigation digunakan pada kelas ekspreimen 2, dan metode ceramah konvensional digunakan sebagai kelas kontrol. Setelah setiap kelas diberikan perlakuan ( treatment ) diperoleh hasil belajar peserta didik akan dihitung dengan uji anava satu jalan untuk membuktikan hipotesis dalam perbandingan hasil belajar masing– masing metode yang diberikan. Berdasarkan paparan diatas, maka dapat digambarkan sebuah alur berpikir dari penelitian ini sebagai berikut : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 SEKOLAH SISWA SISWA SISWA Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2 Kelompok Kontrol Think Pair Share Group Investigation Ceramah Konvensional Hasil Belajar IPS Hasil Belajar IPS Hasil Belajar IPS Perbandingan Hasil Belajar IPS 1. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS), Group Investigation (GI), dan Ceramah terhadap hasil belajar IPS. 2. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode pembelajaran ceramah terhadap hasil Belajar IPS. 3. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dengan metode pembelajaran ceramah terhadap hasil belajar IPS. 4. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar IPS. Gambar 2.1.Kerangka Berpikir Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah teruraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan tingkat keefektivan hasil belajar IPS antara menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS), Group Investigation (GI), dengan ceramah pada kompetensi dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” siswa kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015 2. Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) lebih efektif daripada commit to userhasil belajar IPS pada kompetensi metode pembelajaran ceramah terhadap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Metode pembelajaran Group Investigation (GI) lebih efektif daripada metode pembelajaran ceramah terhadap hasil belajar IPS pada kompetensi dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. 4. Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) lebih efektif daripada metode pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar IPS pada kompetensi dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. commit to user