perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar IPS
Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi peserta didik,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan uraian
tersebut,
hasil
belajar
merupakan
hasil
dari
berlangsungnya
proses
pembelajaran yang dinyatakan dalam sebuah nilai, dimana nilai tersebut
menunjukan tercapai atau tidaknya tujuan intruksional, yaitu perubahan tingkah
laku yang diinginkan pada diri siswa.
Horward Kingslay (Sudjana, 2011:22) membagi tiga macam hasil
belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian;
dan (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan
bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Gagne (Sudjana, 2011:22)
membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal; (b)
keterampilan intelektual; (c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) keterampilan
motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, biak
tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Definisi dari masing-masing ranah yang menjadi obyek penilaian hasil
belajar menurut Sudjana (2011:22-23) yaitu: ranah kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi; ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
to user jawaban atau reaksi, penilaian,
terdiri dari lima aspek yaknicommit
penerimaan,
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
organisasi, dan internalisasi; dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yakni (a) gerakan reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)
kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan
keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Diantara
ketiga ranah yang menjadi obyek penilaian hasil belajar, dalam penelitian ini,
peneliti menekankan pada ranah kognitif karena ranah afektif dan ranah
psikomotoris ditekankan pada keterampilan proses.
Fungsi dari penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:3-4), yaitu:
(a) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional; (b) umpan
balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar; dan (c) dasar untuk menyusun
laporan kemajuan belajar peserta didik kepada para orang tuanya.
Tujuan dari penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:4) yaitu: (a)
mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran
yang ditempuhnya; (b) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan
pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah
tingkah laku para peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan; (c)
menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi
pelaksanaannya; dan (d) memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari
pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:28) hasil belajar peserta didik
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal :
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri peserta didik.
Yang tergolong faktor internal adalah:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat
tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang
commit to yang
user terdiri atas faktor potensial, yaitu
meliputi: (a) faktor intelektual
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
intelegensi dan bakat, dan faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan
prestasi; dan (b) faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen
kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi,
kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
b.
Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri peserta didik.
yang tergolong faktor eksternal ialah: (a) faktor sosial yang terdiri atas
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan
kelompok; (b) faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kesenian dan sebagainya; (c) faktor lingkungan fisik seperti
fasilitas rumah, fasilitas sekolah, iklim, dan sebagainya; dan (d) faktor
spiritual dan lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung
dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang.
Suprijono (2013:7) dalam bukunya berpendapat, “hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar
pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak terlihat secara fragmentaris atau
terpisah, melainkan komperhensif. Sudjana (2005:22) berpendapat, “Hasil
belajar adalah kemampuan– kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajarnya“. Masidjo (1995:25) mengemukakan hasil
belajar merupakan hasil akhir yang telah dicapai oleh anak didik dalam
mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian
kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai – nilai yang diperoleh melalui
tes formatif. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan hasil belajar IPS
merupakan hasil usaha yang diperoleh dari siswa selama proses pembelajaran
ditunjukkan dengan adanya nilai tes yang telah diberikan.
Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat
ditunjukan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang dinyatakan
dengan angka. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:22), berpendapat,
“Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
kurikuler maupun tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik “.
Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak
dilakukan guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengusai
materi pembelajaran.Dalam penelitian ini, metode pembelajaran TPS, GI, dan
ceramah digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS dalam ranah
kognitif.Dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes. Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam
melakukan penilaian, test terdiri dari dua macam, yaitu tes uraian dan tes
objektif. (Sudjana, 2005 : 35). Dalam penelitian ini digunakan tes objektif
untuk penilaian metode pembelajaran.Tes objektif digunakan digunakan
karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudah
menilai jawaban yang diberikan. Tes objektif lebih fleksibel dan efektif untuk
mengukur pengetahuan, pengertian, kosakata, pengetrapan prinsip dan
kemampuan untuk menafsirkan data.Soal objektif yang digunakan dalam
penilaian hasil belajar adalah soal pilihan ganda.Bentuk pilihan ganda ini
terdiri atas suatu pernyataan atau pertanyaan dan sejumlah pilihan atau
alternatif jawaban. ( Masidjo, 2005 : 48 ). Pada penelitian ini untuk
mengetahui hasil belajar IPS dapat diukur dengan memberikan tes kepada
siswa. Tes tersebut diberikan dalam 1 tahap, atau disebut posttest. Posttest
diberikan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberikan
perlakuan menggunakan metode pembelajaran. Masing–masing soal tes
tersebut berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.
Pelajaran IPS adalah salah satu pelajaran yang diterapkan di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku saat
ini. Berdasarkan apa yang tercantum dalam kurikulum IPS dipelajari di
sekolah dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebutan IPS di
Indonesia adalah sebuah kesepakatan untuk menunjuk istilah lain dari social
to menunjuk
user
studies. Sebutan social studiescommit
ini untuk
sifat keterpaduan dari ilmu-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
ilmu sosial (integrated social sciences) (Zamroni, 2010: 7). Jadi sifat
keterpaduan itu mestinya menjadi ciri pokok mata kajian yang disebut IPS.
Dalam UU Sisdiknas, dijelaskan bahwa IPS merupakan bahan kajian yang
wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang antara
lain mencakup ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya
yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Oleh
karena itu S. Hamid Hasan (2010: 16) menegaskan bahwa IPS adalah studi
integrative tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan
waktu dengan segala aktivitasnya.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijonjo, 2013;45). Menurut Trimo
(2006:3), ”Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Wahab (2009:52) berpendapat, ”Model
mengajar
adalah
merupakan
sebuah
perencanaan
pengajaran
yang
menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang
diharapkan”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan cara atau tindakan sistematis yang diterapkan oleh
guru pada proses pembelajarannya yang bertujuan untuk membantu siswa
mendapatkan tujuan belajar tertentu yang hendak dicapai.
Dalam mengajarkan suatu materi pelajaran hendaknya guru harus
to user
memilih model pembelajaran commit
yang paling
sesuai dengan tujuan yang hendak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
dicapai.Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Suprijono (2013 : 54)
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang kebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang
untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Untuk
mendefinisikan pengertian pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2009:37)
berpendapat,
“Model
pembelajaran
kooperatif
adalah
pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar“. Slavin (2009:4) juga berpendapat, “Pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok – kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam
membelajari materi pelajaran”. Isjoni (2010:16) mengemukakan bahwa
cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan guru
pada saat kegiatan pembelajaran. Solihatin (2008:4) berpendapat, “Cooperative
learning merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
oriented). Pembelajaran ini lebih mengutamakan kerjasama antar peserta didik
untuk menyelesaikan sebuah masalah yang terkait materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur
model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat
menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1)
“Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2)
pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai. Suprijono (2013 : 58)
Keberhasilan dalam model cooperative learning bukan semata-mata
ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan hasil
belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam
kelompok – kelompok belajar yang terstruktur dengan baik. Slavin (2009:10)
mengemukakan bahwa “Tiga konsep penting bagi cooperative learning antara
lain : penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses
yang sama”.
Dengan demikian, peserta didik akan merasa terdorong dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran,
karena peserta didik dapat bekerja sama dengan peserta didik lain dalam
menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi
pelajaran yang dihadapi. Peserta didik akan bekerjasama secara maksimal.
Kerjasama disini adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu
dalam menguasai bahan materi. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi harus membantu teman sekelompoknya yang memiliki kemampuan
rendah karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Dengan
demikian setiap anggota kelompok harus memiliki rasa tanggung jawab
terhadap kelompoknya. Apabila kelompok mengalami kesulitan dalam
pemecahan masalah, peranan guru dalam membimbing sangat diperlukan.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik,
menerima keragaman, dan
commit totoleransi,
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model
pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta
didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur
tugas berhubungan dengan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan
reward mengacu pada derajat kerjasaama atau kompetisi yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan maupun reward. Suprijono (2013:61)
Menurut Slavin (2009:11) beberapa metode pembelajaran kooperatif
diantaranya : Student Team Achievement Division ( STAD ), Team Games
Tournament ( TGT ), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and
Composition ( CIRC ), dan Team Accelerated Instruction ( TAI ). Masing –
masing metode tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab
individual, dan kesempatan sukses yang sama tetapi dengan cara yang
berbeda.
Menurut Suprijono (2009:89), terdapat metode – metode pembelajaran
kooperatif yaitu : (1) Jigsaw, (2) Thing-pair-share, (3) Numbered Heads
Together, (4) Group Investigasi, (5) Two Stay two stray, (6) Make a match,(7)
Listening team, (8) Inside-Outside circle, (9) Bamboo Dancing,(10) PointCounter-Paint,(11) The Power of two, (12) Listening Team.
Pada penelitian ini, kelompok eksperimen menggunakan dua
pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dan Group Investigation (GI). Sedangkan kelompok kontrol menggunakan
metode pembelajaran ceramah.
a. Metode Think Pair Share (TPS)
Menurut Slavin (2008: 257) metode pembelajaran Think Pair
Share merupakan metode yang sederhana tetapi sangat bermanfaat yang
dikembangkan oleh Lyman dari Universitas Maryland. Metode ini
menempatkan pendidikan sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi
informasi. Pembelajaran Think Pair Share termasuk dalam strategi
pembelajaran kooperatif.
Nurhadi (2005: 119-120) menjelaskan bahwa Think Pair Share
user dirancang untuk mempengaruhi
menekankan pada strukturcommit
khususto yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
pola-pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki agar siswa kerja sama,
saling melengkapi dan saling bergantung dalam kelompok kecil secara
kooperatif.
Lie (2008: 56) berpendapat bahwa ” teknik bertukar pasangan ini
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik
ini bisa digunakan pada mata pelajaran dan untuk sama tingkat usia anak
didik”.
Berdasar pendapat beberapa pakar diatas dapat disimpulkan bahwa
metode Think Pair Share merupakan metode yang mudah, murah dan
sederhana dengan mengelompokkan siswa secara berpasangan yang dapat
meningkatkan interaksi siswa, kemandirian, tanggung jawab serta
keaktifan siswa dalam belajar. Siswa dilatih untuk aktif dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dan berdiskusi dengan teman
pasangannya.
Metode pembelajaran Think Pair Share memiliki langkah-langkah
yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak
untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Sebagai
contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai
membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk memikirkan
permasalahan yang ada topik atau bacaan tersebut dengan serius. Tahaptahap dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Lyman (dalam
Nurhadi 2005:120) adalah thinking (berfikir), pairing (berpasangan), dan
sharing (berbagi).
1) Berfikir (thinking) merupakan tahapan dimana guru memberikan
pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian
siswa siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari pertannyaan atau
isu secara mandiri. Biasanya guru memberikan waktu satu menit untuk
siswa berfikir mandiri.
2) Berpasangan (pairing) merupakan tahapan dimana guru meminta
siswa untuk berpasangan
sengan
siswa yang lain untuk mendiskusikan
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
apa yang telah dipikirkan pada langkah pertama. Interaksi pada
tahapini diterapkan dapat menghasilkan jawaban bersama jika
pertanyaan khusus telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika
suatu
pertanyaan
khusus
telah
diidentifikasi.
Biasanya
guru
memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3) Barbagi (sharing) merupakan tahapan dimana guru meminta
pasangan-pasangan siswa tersebut untuk terbagi atau bekerja sama
dengan
kelas
secara
keseluruhan
mengenai
apa
yang
telah
didiskusikan. Langkah ini disesuaikan waktu yang tersedia. Pada
langkah ini akan menjadi efektif apabila guru berkeliling kelas dari
pasangan yang satu kepasangan yang lain sehingga guru dapat
mengontrol jalannya proses belajar mengajar.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share menurut
Lyman (2005:221) adalah sebagai berikut:
1) Guru menympaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau pemasalahan yang
disampaikan guru
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing
4) Siswa diminta berpasangan lagi dengan teman belakangnya (4 orang)
untuk mendiskusikan lagi hasil jawabannya
5) Guru memimpin pleno diskusi kecil tersebut, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
6) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicara pada
pokok pembicaraan
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa alur pembelajaran
dengan Think Pair Share adalah dengan mengajak siswa memikirkan
solusi dari permasalahan yang ada dan mencoba untuk berbagi solusi
tersebut dengan teman yang lain secara berpasangan, sehingga ada
pertukaran pendapat dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
b. Metode Group Investigation (GI)
Merujuk pada kamus bahasa Inggris, group investigation berasal
dari dua kata yaitu group dan investigation. Dalam bahasa Indonesia
disadur menjadi grup yang berarti menunjukkan sesuatu yang lebih dari
satu dan investigation adalah investigasi. Lebih jauh dua kata tersebut
diperjelas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2002)
yaitu grup menunjukan kata sifat yang berarti rombongan, kelompok dan
golongan (Balai Pustaka, 2003 : 372). Investigasi (Balai Pustaka, 2002 :
441), menunjukan penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta
melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan
memperolah jawaban atas pertanyaan tentang peristiwa, sifat atau khasiat
suatu zat dan sebagainya atau juga dimaknai sebagai penyelidikan.
Group Investigation atau Investigasi Kelompok merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk
diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam
perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Shlomo dan
Sharan dari Universitas Tel Aviv. Group Investigation merupakan
perencanaan pengaturan-kelas yang umum dimana para siswa bekerja
dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif (Sharan dan
Sharan, 1992 dalam Slavin, 2008).
Menurut Sharan (1989 dalam Zingaro, 2008) di dalam Group
Investigation siswa membentuk kelompok-kelompok untuk merencanakan
dan melaksanakan penyelidikan, dan mensintesis temuan ke dalam
presentasi kelompok di kelas. Peran umum guru adalah untuk membuat
siswa sadar sumber daya yang dapat membantu saat melakukan
penyelidikan. Group Investigation mencakup empat komponen penting
("empat I"): investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik.
Investigasi mengacu pada fakta bahwa kelompok-kelompok fokus pada
proses bertanya tentang topik yang dipilih. Interaksi merupakan ciri dari
commit
to useryang diperlukan bagi siswa untuk
semua metode pembelajaran
kooperatif,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
mengeksplorasi ide-ide dan saling membantu belajar. Interpretasi terjadi
ketika kelompok mensintesis dan menguraikan temuan dari setiap anggota
dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Akhirnya,
motivasi intrinsik menyala pada siswa dengan memberikan mereka
otonomi dalam proses investigasi.
Keempat
komponen
penting
Group
Investigation
tersebut
digabungkan dalam enam tahap. Sharan (1984 dalam Arends, 2008)
mendeskripisikan enam langkah dalam Group Investigation: 1) Pemilihan
topik . Siswa memilih sub-sub topik tertentu dalam bidang permasalahan
umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian
diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas
yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi heterogen baik secara
akademis dan etnis; 2) Cooperative Learning. Siwa dan guru
merencanakan prosedur, tugas, dan tujuan belajar tertentu yang sesuai
dengan sub-sub topik yang yang dipilih dalam langkah 1; 3) Implementasi.
Siswa melaksanakan rencana yang diformulasikan dalam langkah 2.
Pembelajaran mestinya melibatkan beragam kegiatan dan keterampilan
dan seharusnya mengarahkan siswa ke berabagai macam sumber di dalam
maupun di luar sekolah. Guru mengikuti dari dekat perkembangan masingmasing kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan; 4) Analisis
dan sintesis. Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh selama langkah 3 dan merencanakan bagaimana informasi itu
dapat
dirangkum
dengan
menarik
untuk
dipertontonkan
atau
dipresentasikan kepada teman-teman sekelas; 5) Presentasi produk akhir.
Beberapa atau semua kelompok di kelas memberikan presentasi menarik
tentang topik-topik yang dipelajari untuk membuat satu sama lain saling
terlibat dalam pekerjaan temannya dan mencapai perspektif yang lebih
luas tentang sebuah topik. Presentasi kelompok dikordinasikan oleh guru;
6) Evaluasi. Dalam kasus-kasus yang kelompoknya menindaklanjuti
aspek-aspek yang berbeda
darito topik
commit
user yang sama, siswa dan guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok ke hasil pekerjaan
kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat memasukkan asesmen individual
atau kelompok, atau kedua-duanya.
Slavin (2008 :218), dalam group investigation, siswa bekerja
melalui enam tahap. Tahap-tahapan terdiri dari 1) Mengidentifikasi Topik
dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok; 2) Merencanakan Tugas yang
akan Dipelajari; 3) Melaksanakan Investigasi; 4) Menyiapkan Laporan
Akhir; 5) Mempresentasikan Laporan akhir; 6) Evaluasi. Sharan (2009:
149) menyebutkan model Group Investigation terdiri dari enam tahap
sebagai berikut: 1) Kelas menentukan subtema dan menyusunnya dalam
kelompok penelitian; 2) Kelompok merencanakan penelitian mereka; 3)
Kelompok melakukan penelitian; 4) kelompok merencanakan presentasi;
5) Kelompok melakukan presentasi; 6) Guru dan siswa mengevaluasi
proyek mereka.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disederhanakan bahwa
dalam Group Investigation terdiri dari eanam langkah/tahapan, para siswa
dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai
enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari
unit yang telah dipelajarai oleh seluruh kelas, membagi topic-topik ini
menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan
untuk
mempersiapkan
laporan
kelompok.
Tiap
kelompok
lali
mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan
seluruh kelas (Slavin, 2008 : 24 -25).
Karakter unik dari Group Investigation terletak pada integrasi
empat elemen dasar yaitu penyelidian, interaksi, interpretasi, dan motivasi
intrinsik (lihat gambar 1). Semua elemen dasar tersebut terjadi secara
simultan, tetapi unsur keempat, motivasi intrinsik memiliki status agak
berbeda dengan tiga elemen lainnya, bisa dilihat sebagai akibat dari tiga
lainnya. Setiap elemen dasar tersebut diperluas untuk mengamati
kontribusi mereka terhadap
model
pembelajaran kooperatif, meskipun
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
pada prakteknya empat elemen dasar tersebut tidak muncul secara
terpisah-pisah atau dalam bentuk potong-potongan (Sharan, 2009 : 144).
Empat
komponen-komponen
penting
pendekatan
group
investigation adalah penyelidikan, interaksi, interpretasi dan motivasi
intrinsik.
1) Investigasi mengacu pada organisasi dan prosedur untuk mengarahkan
pelaksanaan kelas pembelajaran sebagai sebuah proses kolaboratif
bangunan pengetahuan. Ini adalah komponen yang paling umum di
Grup Investigasi. Investigasi memungkinkan tiga komponen lainnya
untuk mengambil tempat.
2) Interaksi menggambarkan dimensi sosial dari proses pembelajaran.
Interaksi antara siswa memberikan kontribusi untuk kemampuan
mereka untuk menafsirkan dan membuat informasi yang berarti.
Interaksi antara rekan-rekan sangat penting dalam mempromosikan
verbalisasi dan diskusi.
3) Interpretasi terjadi baik di tingkat sosial dan tingkat kognitif individu.
pemahaman Individu 'dari topik yang diteliti ditingkatkan oleh
interpretasi informasi mereka. Siswa mengubah informasi menjadi
pengetahuan melalui interpretasi informasi.
4) Motivasi intrinsik merujuk pada keterlibatan emosional siswa.
Tujuannya adalah untuk memiliki siswa menjadi pribadi yang tertarik
dalam penyelidikan. (Sharan 1992, 18-19) motivasi intrinsik dapat
dilihat sebagai akibat dari tiga lainnya
c. Metode Ceramah
Dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran guru dalam
memberikan materi. Dalam lingkungan pendidikan modern, metode
pembelajaran ceramah menjadi perdebatan karena banyak orang yang
ingin menolak sama sekali metode tersebut dengan alasan terlalu kuno.
Namun sebagian juga masih mempertahankan metode pembelajaran
ceramah dalamm kegiatan pembelajaran dengan berdalih bahwa metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
tersebut sejak dahulu sudah digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran.
Sagala ( 2010 : 201 ) berpendapat “ Ceramah adalah sebuah bentuk
interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta
didik “. Dalam kegiatan ceramah dominasi penuturan secara lisan oleh
guru sangat berperan penting. Sejalan dengan Sagala, Anitah (2009:85)
juga berpendapat “ Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara
lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini
adalah berbicara “.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik secara lisan. Materi pembelajaran akan mudah disampaikan apabila
guru menyampaikan materi tersebut dengan rinci dan jelas. Dalam
kegiatan ceramah, peserta didik berperan sebagai pendengar dan teliti
dalam mencatat pokok – pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Bagi
dunia pendidikan metode pembelajaran ceramah sudah tidak asing bagi
kalangan guru. Hal ini disebabkan metode pembelajaran ceramah lebih
mudahdigunakan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Agar
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah berjalan
dengan lancar perlu adanya langkah – langkah yang harus dikuasai oleh
guru.
Menurut Suradji (2008:12) jalannya pengajaran metode ceramah
sebagai berikut :
(1)Tahap persiapan.Dalam tahap ini perlu membangkitkan perhatian
serta minat peserta didik (2) Tahap penyajian bahan.Dalam tahap ini
yang perlu dilakukan ialah menghubungkan bahan baru dengan bahan
yang telah diketahui pembaca. (3) Tahap evaluasi. Dalam tahap ini guru
menanyakan bahan yang telah disajikan. Pertanyaan hendaknya ada
yang menuntut jawaban pikiran ( menyimpulkan sesuatu ). Apabila
ternyata ada bahan yang tidak mengerti oleh peserta didik maka guru
perlu mengulangi, menerangkan secara singkat tentang bahan
tersebut.(4)Tahap penutup. Dalam tahap ini guru menyimpulkan isi dari
user
bahan pelajaran yangcommit
baru to
disajikan,
kemudian memberi waktu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
mencatat ( apa – apa yang disimpulkan ) atau guru menugaskan peserta
didik mengerjakan tugas tertentu.
Anitah (2009:88) mengemukakan sebagai metode pembelajaran,
pemberian pelajaran melalui ceramah mempunyai kelebihan dalam hal
guru menguasai arah pembicaraan seluruh kelas serta organisasi kelas
sederhana. Pusat perhatian materi yang disampaikan berasal dari guru,
sehingga guru mampu mengorganisasi suasana kelas.
Menurut Suradji (2008:14) kebaikan metode ceramah antara lain : “(1)
Ketertiban kelas mudah menjaganya, (2) Organisasi kelas sederhana (3)
Menghemat baik waktu maupun model lainnya,(4) Melatih peserta
didik untuk menggunakan pendengarannya dengan baik serta
menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan tepat, tepat dan
dalam waktu singkat”.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
keunggulan metode ceramah antara lain : 1) Guru menguasai kondisi kelas
dengan metode ceramah, informasi pembelajaran diperoleh dari guru
ketika menyampaikan materi. Apabila kondisi kelas tidak kondusif maka
guru akan menegur dengan teguran lisan. 2) Melatih peserta didik untuk
menggunakan pendengarannya dengan baik dalam menerima informasi
pelajaran yang diperoleh guru, peserta didik harus memperhatikan
penjelasan guru. Peserta didik harus mendengarkan penjelasan guru,
mencatat pokok – pokok materi pelajaran, menyimpulkan isi ceramah
apabila menginginkan hasil belajarnya baik.
Meskipun metode ceramah memiliki kelebihan ternyata metode ini
juga memiliki kelemahan. Menurut Anitah (2009:88), kelemahan metode
ceramah antara lain : guru tidak dapat mengetahui sampai dimana peserta
didik telah mengerti pembicaraannya, kata – kata yang diucapkan guru
ditafsirkan lain oleh peserta didik.
B. Penelitian Yang Relevan
Giyastutik (2009). Judul Penelitian : Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A
commit
to user2007/2008. Tujuan penelitian ini
SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun
Pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
adalah mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VII A SMP
Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2007 / 2008 dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (classroom action research) dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3
Karanganyar, sedangkan objek penelitian adalah penerapan metode pembelajaran
Think-Pair-Share, hasil belajar siswa pada materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, penyebaran angket,
kajian dokumen, dan tes evaluasi kognitif.Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar diukur
dari evaluasi siklus I dan siklus II dengan rata-rata capaian kognitif pada siklus I
sebesar 72,13% dan pada siklus II sebesar 80,46%. Capaian rata-rata afektif pada
siklus I sebesar 71,52% dan pada siklus II sebesar 80,61%. Capaian rata-rata
psikomotor siswa yang bersikap positif pada siklus I sebesar 73,33% dan pada
siklus II sebesar 87,5%. Sebagai data pendukung, capaian kepuasan siswa
terhadap penggunaan metode Think Pair Share pada siklus I 68,77% dan pada
siklus II menjadi 78,01% serta performance guru pada siklus I sebesar 72,06%
menjadi 80,26% pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar
tahun pelajaran 2007/2008.
Vera Irawan Windiatmojo (2012). Judul Penelitian : Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA Negeri 5 Surakarta.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh model pembelajaran Group
Investigation terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2) Pengaruh gaya belajar
terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3) Pengaruh interaksi model pembelajaran
commit
to userhasil belajar kognitif biologi siswa
Group Investigation dan gaya belajar
terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini
termasuk penelitian eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatitf.Desain
penelitian adalah Postest-Only Control Design. Populasi penelitian adalah seluruh
siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012.Populasi
akses adalah siswa kelas XI IPA. Teknik pengambilan sampel dengan cluster
random sampling. Sampel penelitian menggunakan dua kelas.Kelas XI IPA 1
sebagai kelas kontrol dan XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen.Teknik
pengumpulan data menggunakan metode angket, metode tes, dan metode
observasi.Teknik analisis data menggunakan uji statistik anava dua jalan dengan
interaksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Model
pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif
biologi; 2) Gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi;
3) Interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012.
Arief Ridho W ( 2014). Judul Penelitian : Pengaruh Penggunaan Modul
Berbasis Research pada Pembelajaran Think Pair Share dan Group Investigation
terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Metakognisi Peserta Didik SMA
Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian merupakan quasi
eksperimen dengan desain penelitian Pretest-postest Nonequivalent control group
design. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah
populasi 232 peserta didik. Pengambilan sampel dengan cluster random sampling
yang diuji dengan uji F, sehingga diperoleh 4 kelas eksperimen dan 1 kelas
kontrol dengan kemampuan yang sama dengan jumlah sampel 167 peserta didik.
Kelas ekperimen merupakan kelas dengan perlakuan (treatment) pembelajaran
yang berbeda, yaitu TPS + modul berbasis research, GI + modul berbasis research,
TPS, GI, dan satu kelas sebagai kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan
tes pilihan ganda, tes uraian, dan lembar observasi. Uji hipotesis menggunakan uji
Anacova. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
commit
to akibat
user dari penggunaan pembelajaran
terhadap pemahaman konsep peserta
didik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Think Pair Share dan Group Investigation yang menggunakan modul berbasis
research. Hasil untuk kemampuan metakognisi menunjukkan tidak terdapat
perbedaan signifikan dari penggunaan perlakuan (treatment) yang digunakan,
yaitu TPS + modul berbasis research, GI + modul berbasis research, TPS, GI
terhadap kemampuan metakognisi peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Boyolali
Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
penggunaan modul berbasis research pada pembelajaran Think Pair Share
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep peserta didik, namun tidak
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan metakognisi peserta didik.
commit to user
27
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
Judul
Giyastutik
(2009)
Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3
Karanganyar Tahun Pelajaran
2007/2008.
(Skripsi – UNS)
Tujuan
1.
2.
Mengetahui pengaruh
penggunaan modul berbasis
research pada pembelajaran
Think Pair Share dan Group
Investigation terhadap
pemahaman konsep peserta
didik kelas X SMA Negeri 1
Boyolali Tahun Ajaran
2013/2014.
Mengetahui pengaruh
penggunaan modul berbasis
research pada pembelajaran
Think Pair Share dan Group
Investigation terhadap
kemampuan metakognisi peserta
didik kelas X SMA Negeri 1
Boyolali Tahun Ajaran
Vera Irawan Windiatmojo (2012)
Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation
(GI) Terhadap Hasil Belajar Biologi
Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa
SMA Negeri 5 Surakarta
(Skripsi – UNS)
1. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui peningkatan hasil
belajar biologi siswa kelas VII A
SMP Negeri 3 Karanganyar tahun
pelajaran 2007 / 2008 dengan
menggunakan metode
pembelajaran kooperatif ThinkPair-Share.
Arief Ridho W
( 2014)
Pengaruh Penggunaan Modul
Berbasis Research pada
Pembelajaran Think Pair Share dan
Group Investigation terhadap
Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Metakognisi Peserta
Didik SMA Negeri 1 Boyolali Tahun
Ajaran 2013/2014.
Rifki Prasetyo
(2015)
Efektivitas Metode Pembelajaran
TPS dan GI Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPS Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 6 Kebumen Tahun
Pelajaran 2014/2015
(Skripsi – UNS)
(Skripsi – UNS)
1.
1.
2.
3.
Untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran Group
Investigation terhadap hasil
belajar kognitif biologi siswa
SMA Negeri 5 Surakarta kelas
XI IPA tahun pelajaran
2011/2012
Untuk mengetahui pengaruh
gaya belajar terhadap hasil
belajar kognitif biologi siswa
SMA Negeri 5 Surakarta kelas
XI IPA tahun pelajaran
2011/2012
Untuk mengetahui pengaruh
interaksi model pembelajaran
Group Investigation dan gaya
belajar terhadap hasil belajar
2.
Untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar antara
menggunakan metode
pembelajaran Think Pair
Share( TPS), Group
Investigation ( GI ), dan
ceramah pada peserta didik
kelas VII SMP Negeri 6
Kebumen Tahun Pelajaran
2014/2015.
Untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar antara
menggunakan metode
pembelajaran Think Pair
Share( TPS) dan Group
Investigation ( GI ) pada
peserta didik kelas VII SMP
28
2013/2014
kognitif biologi siswa SMA
Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA
tahun pelajaran 2011/2012.
3.
4.
Metode
Eksperimental semu
Hasil
Hasil analisis menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan signifikan
terhadap pemahaman konsep peserta
didik akibat dari penggunaan
pembelajaran Think Pair Share dan
Group Investigation yang
menggunakan modul berbasis
research. Hasil untuk kemampuan
metakognisi menunjukkan tidak
terdapat perbedaan signifikan dari
Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif
metode Think Pair Share dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar diukur dari
evaluasi siklus I dan siklus II dengan
rata-rata capaian kognitif pada siklus
I sebesar 72,13% dan pada siklus II
sebesar 80,46%. Capaian rata-rata
Eksperimental semu
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
a. Model pembelajaran Group
Investigation berpengaruh
terhadap hasil belajar kognitif
biologi;
b. Gaya belajar tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar kognitif
biologi
c. Interaksi antara model
Negeri 6 Kebumen Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar antara
menggunakan metode
pembelajaran Think Pair
Share( TPS) dan metode
pembelajaran ceramah pada
peserta didik kelas VII SMP
Negeri 6 Kebumen Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar antara
menggunakan metode
pembelajaran Group
Investigation ( GI), dan
metode pembalajaran
ceramah pada peserta didik
kelas VII SMP Negeri 6
Kebumen Tahun Pelajaran
2014/2015.
Eksperimental semu
29
penggunaan perlakuan (treatment)
yang digunakan, yaitu TPS + modul
berbasis research, GI + modul
berbasis research, TPS, GI terhadap
kemampuan metakognisi peserta
didik kelas X SMA Negeri 1
Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa penggunaan
modul berbasis research pada
pembelajaran Think Pair Share
berpengaruh signifikan terhadap
pemahaman konsep peserta didik,
namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan metakognisi
peserta didik.
afektif pada siklus I sebesar 71,52%
dan pada siklus II sebesar 80,61%.
Capaian rata-rata psikomotor siswa
yang bersikap positif pada siklus I
sebesar 73,33% dan pada siklus II
sebesar 87,5%. Sebagai data
pendukung, capaian kepuasan siswa
terhadap penggunaan metode Think
Pair Share pada siklus I 68,77% dan
pada siklus II menjadi 78,01% serta
performance guru pada siklus I
sebesar 72,06% menjadi 80,26% pada
siklus II. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif metode
Think Pair Share dapat meningkatkan
hasil belajar biologi siswa kelas VII
A SMP Negeri 3 Karanganyar tahun
pelajaran 2007/2008.
pembelajaran dengan gaya
belajar tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar kognitif
biologi siswa SMA Negeri 5
Surakarta tahun pelajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka dapat dirumuskan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat oleh guru
cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam membawa siswanya
belajar. Pada pembelajaran IPS terpadu diperlukan pemilihan dan penggunaan
model pembelajaran yang tepat, karena kebanyakan siswa kesulitan dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang dipelajarinya. Jika tidak diperhatikan secara
serius maka akan dapat menimbulkan dampak pada hasil belajar siswa.
Kegiatan
pembelajaran
di
kelas
dapat
terwujud
apabila
proses
pembelajaran dilakukan dengan optimal. Pencapaian hasil belajar yang baik
seharusnya diimbangi dengan kegiatan pembelajaran yang baik pula. Salah satu
unsur terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru untuk mengaktifkan kegiatan peserta didik di kelas.
Materi pada Kompetensi Dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi
manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” merupakan salah
satu materi pokok dalam pelajaran IPS bagi siswa kelas VII. Pada materi ini
memuat konsep-konsep yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMP.
Selain dituntut untuk menghafal, siswa juga dituntut untuk memahami materi
yang umumnya bersifat luas. Oleh karena itu,diperlukan suatu metode yang dapat
mempermudah cara belajar siswa. Terkait permasalahan tersebut, perlu adanya
variasi dalam penggunaan metode pembelajaran yang lebih memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.Aktif disini
artinya, siswa saling berinteraksi dengan guru maupun dengan sesama siswa
sehingga menciptaan suasana yang lebih kondusif dan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang dipakai adalah
metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI).
Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan
perpaduan antara belajar mandiri dan belajar berkelompok. TPS memiliki
to user
prosedur yang ditetapkan secaracommit
eksplisit
untuk memberi siswa waktu lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Misalkan,
seorang guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah
membaca suatu tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam
tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Metode ini merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa, jadi hal ini akan menimbulkan suasana lingkungan belajar yang kondusif
bagi peserta didiknya. Adanya suasana belajar yang kondusif diharapkan akan
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, sehingga dapat diduga bahwa
metode Think Pair Share (TPS) lebih efektif dibandingkan dengan metode
ceramah.
Metode Group Investigation (GI) melibatkan siswa sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills). Selain itu metode Group Investigation (GI) mengajarkan siswa
untuk bersikap demokratis. Sikap demokratis ditunjukkan oleh keputusankeputusan yang dikembangkan siswa dalam kelompok tersebut. Guru dan murid
memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan
yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk
bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam
pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana
pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala
sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai
informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan
masalah kelompok. Metode ini sangat cocok untuk diterapkan pada siswa SMP,
sehingga menjadikan mereka lebih percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri
dan berdampak positif pada hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat diduga bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) lebih efektif
dibandingkan dengan siswa yang melalui proses pembelajaran dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
menggunakan metode Think Pair Share (TPS) maupun metode pembelajaran
ceramah.
Dalam penelitian ini, metode Think Pair Share digunakan pada kelas
eksperimen 1, metode Group Investigation digunakan pada kelas ekspreimen 2,
dan metode ceramah konvensional digunakan sebagai kelas kontrol. Setelah setiap
kelas diberikan perlakuan ( treatment ) diperoleh hasil belajar peserta didik akan
dihitung dengan uji anava satu jalan untuk membuktikan hipotesis dalam
perbandingan hasil belajar masing– masing metode yang diberikan.
Berdasarkan paparan diatas, maka dapat digambarkan sebuah alur berpikir
dari penelitian ini sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
SEKOLAH
SISWA
SISWA
SISWA
Kelompok Eksperimen 1
Kelompok Eksperimen 2
Kelompok Kontrol
Think Pair Share
Group Investigation
Ceramah Konvensional
Hasil Belajar IPS
Hasil Belajar IPS
Hasil Belajar IPS
Perbandingan Hasil Belajar IPS
1. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS),
Group Investigation (GI), dan Ceramah terhadap hasil belajar IPS.
2. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dengan metode pembelajaran ceramah terhadap hasil Belajar IPS.
3. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI)
dengan metode pembelajaran ceramah terhadap hasil belajar IPS.
4. Mengetahui keefektivan penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dengan metode pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar IPS.
Gambar 2.1.Kerangka Berpikir Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah teruraikan,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan tingkat keefektivan hasil belajar IPS antara menggunakan
metode pembelajaran Think Pair Share (TPS), Group Investigation (GI),
dengan ceramah pada kompetensi dasar “Memahami pengertian dinamika
interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi”
siswa kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015
2. Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) lebih efektif daripada
commit
to userhasil belajar IPS pada kompetensi
metode pembelajaran ceramah
terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan
lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta didik kelas VII
SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Metode pembelajaran Group Investigation (GI) lebih efektif daripada
metode pembelajaran ceramah terhadap hasil belajar IPS pada kompetensi
dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan
lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta didik kelas VII
SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015.
4. Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) lebih efektif daripada
metode pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar IPS
pada kompetensi dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi
manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta
didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015.
commit to user
Download