7 BAB II TINAJUAN PUSTAKA A. Konsep Terapi Musik Klasik 1. Pengertian Musik Musik didefinisikan sebagai suara dan diam yang terorganisir melalui waktu yang mengalir (dalam ruang), beberapa kesimpulan sementara dan pertanyaan yang muncul adalah musik berasal dari suara, suara berasal dari vibrasi dan vibrasi adalah esensi dari segala sesuatu (Eagle dkk dalam Amsila, 2011).Musik adalah jenis kecerdasan yang dimiliki manusia semenjak kecil. Kecerdasan memiliki tujuh komponen, atau dikenal pula dengan istilah tujuh kecerdasan ganda, yakni selain kecerdasan linguistic- verbal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, kecerdasan lain juga meliputi kecerdasan ritmik-musik (May dalam Safrudin, 2011). Musik merupakan suatu instrumen yang lebih potensial dari pada yang lainnya. Karena irama dan harmoni merasuk kediri seseorang melalui tempat – tempat tersembunyi dalam jiwanya (Lwin dalam Safrudin 2011). Musik mampu meningkatkan kreatifitas dan imajinasi pendengarnya. Artinya bahwa musik memiliki sifat yang membuka gerbang pikiran dan wawasan yang baru. Dalam istilah yang lain musik sebagai pengembang kreativitas manusia dapat berperan serta dalam membangkitkan dan mencerdaskan pikiran (thingking), perasaan (feeling), mempertajam penginderaan (Widyastono, 2009). 7 (sensing), dan firasat (intuiting) 8 2. Musik Klasik Musik klasik adalah jenis musikyang muncul 250 tahun yang lalu dan diciptakan Wolgang Amadeus Mozart salah satu karyanya adalah mozart wombsong musical soap. Dibandingkan dengan musik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada musik klasik mampu merangsang dan memperdayakan kreatifitas serta dapat menenangkan atau memberi semangat dan yang jelas musik klasik berperan dalam mempengaruhi perasaan dan emosi (Nainggolan dalam Lidyansyah, 2013). Musik klasik adalah sebuah musik yang dibuat dan ditampilkan oleh orang yang terlatih secara profesional melalui pendidikan musik. Musik klasik juga merupakan suatu tradisi dalam menulis musik, yaitu ditulis dalam bentuk notasi musik dan dimainkan sesuai dengan notasi yang ditulis. Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa pada zaman klasik atau kuno (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Musik yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian adalah musik dengan tempo yang lebih lambat. Musik dengan tempo lambat tersebut dapat ditemukan dalam semua genre, salah satunya musik klasik (Djohan dalam Primadita, 2010). 3. Pengertian Terapi Musik Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik di mana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi mental, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini dalam Mahanani, 2013). Terapi musik adalah suatu proses penyembuhan yang menggabungkan aspek musik dengan kondisi dan situasi, fisik /teguh, emosi, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial seseorang (Natalina, 2013). 4. Manfaat dan Cara Kerja Terapi Musik Klasik Terapi musik merupakan pengobatan secara holistik yang langsung menuju pada simpton penyakit. Terapi ini akan berhasil jika ada kerjasama antara klien 9 dengan terapis. Proses penyembuhan sepenuhnya tergantung pada kondisi klien, apakah seseorang benar – benar siap menerima proses keseluruhan (Natalina, 2013). Natalina, (2013) terapi musik memiliki beerapa manfaat, diantaranya; a. Musik pada bidang kesehatan. 1) Menurunkan tekanan darah - melalui ritmikmusik yang stabil memberi irama teratur pada sistem kerja jantung manusia. 2) Menstimulus kerja otak – mendengar musik dengan harmony yang baik akan menstimulasi otak untuk melakukan proses analisa terhadap lagu tersebut. 3) Meningkatkan imunitas tubuh – suasana yang ditimbulkan oleh musik akan mempengaruhi sistem kerja hormon manusia, jika kita mendengar musik yang baik/positif maka hormon yang meningkatkan imunitas tubuh juga akan berproduksi. 4) Memberi keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi. b. Musik meningkatkan kecerdasan 1.) Daya ingat – menyanyi dengan menghafalkan lirik lagu, akan melatih daya ingat. 2.) Konsentrasi – saat terlibat dalam bermusik (menyanyi, bermain instrumen) akan menyebabkan otak bekerja secara fokus. 3.) Emosional – musik mampu memberi pengaruh secara emosinal trhadap makhluk hidup. c. Musik meningkatkan kerja otot – mengaktifkan motorik kasar dan halus, musik untuk kegiatan tubuh (manari, olahraga) d. Musik meningkatkan produktifitas, kreatifitas dan imajinasi. e. Musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon ‘kebahagian’ (beta enodorfin Musik membentuk sikap seseorang-meningkatkan mood. Karakter makhluk hidup dapat terbentuk melalui musik, rangkaian nada yang indah akan membangkitkan perasaan bahagia/semangat positif. 10 f. Musik mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi – bermusik akan menciptakan sosialisasi karena dalam bermusik dibutuhkan komunikasi. g. Meningkatkan visualisasi melalui warna musik – musik mampu membangkitkan imajinasi melalalui rangkaian) akan berproduksi sehingga dapa menurunkan stres. h. nada-nada harmonisnya. Terapi musik menyembuhkan secara fisik dan psikis manusia. Para peneliti dari neuro, melalui MRI scan membuktikan bahwa otak melepas zat dopamin (hormon yang terkait dengan sistem otak, memberikan perasaan kenikmatan dan penguatan untuk memotivasi seseorang secara aktif melakukan kegiatan tertentu) saat melakukan terapi musik dalam kapasitas yang tidak berlebihan (Natalina, 2013). Musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu alasannya karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarnya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma, 2002). Sebagian besar perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem neuroendokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal (Prabowo & Regina, 2007). Salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri. Musik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini juga 11 mengaktifkan sel-sel di dalam diri seseorang, sehingga dengan aktifnya sel-sel tersebut sistem kekebalan tubuh seseorang lebih berpeluang untuk aktif dan meningkat fungsinya. Selain itu, musik dapat meningkatkan serotonin dan pertumbuhan hormon yang sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH (Satiadarma, 2002). Penurunan hormon ACTH menyebabkan seseorang menjadi rileks dan tenang. Secara fisik intervensi musik juga dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan klasik munculnya beberapa respon yang bersifat spontan dan tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari. Musik juga dapat mempengaruhi pernafasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan kordinasi tubuh, dan memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres. Sedangkan secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, efektif, efisien, dapat meningkatkan asmara dan seksualitas, menimbulkan rasa amandan sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih, menegaskan kemanusiaan bersama, dan membantu serta melepaskan rasa sakit. (Satiadarma, 2002). Pemberian intervensi terapi musik klasik membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat stres, sehingga dapat menyebabkan penurunan kecemasan. Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan Ardenal Corticotropin Hormon (ACTH) yang merupakan hormon stres (Musbikin dalam Mahanani, 2013). Selain itu, melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk menemukan harmoni internal (inner harmony). Jadi, musik adalah alat yang bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya. Hal ini dirasakan perlu, karena dengan adanya harmoni di dalam diri seseorang, ia akan lebih mudah 12 mengatasi stres, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan atau gejolak emosi negatif yang dialaminya. Selain itu musik melalui suaranya dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang normal, sehat, dan dengan demikian memulihkan kembali keadaan yang normal (Merrit, 2003). Hipotalamus juga dinamakan pusat stres otak karena fungsi gandanya dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya adalah mengaktifkan cabang simpatis dan sistem saraf otonom. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleusnukleus di batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang simpatis darisistem saraf otonom beraksi langsung pada otot polos dan organ internal untuk menghasilkan beberapa perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah.Sistem simpatis juga menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah, sehingga berdampak meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan norepinefrin secara tidak langsung melalui aksinya pada kelenjar hipofisis melepaskan gula dari hati. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks adrenal) yang menyebabkan pelepasan hormon (salah satu yang utama adalah kortisol) yang meregulasi kadar glukosa dan mineral tertentu di dalam (Atkinson dalam Primadita, 2010). 5. Tata Cara Pemberian Terapi Musik Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam pemberian terapi musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan durasi 30 sampai 45 menit. Ketika mendengarkan terapi musik klien berbaring dengan posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lebih lambat, 50 - 70 ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang (Schou dalam Mahanani, 2013). 13 Menurut Lidyansyah (2013) pemberian terapi musik dengan durasi 30 menit per hari selama 3 hari kepada karyawan PT. Graha Kanindo Syariah yang mengalami stres kerja, terapi musik diperdengarkan di ruangan rapat karyawan, hasilnya adalah terapi musik efektif menurunkan tingkat stres kerja. B. Konsep Tingkat Stres pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi 1. Pengertian Stres dalam Menyusun Skripsi Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Jadi bisa dikatakan bahwa stres terjadi karena adanya tekanan psikologis, seperti tuntutan pekerjaan, keadaan ekonomi lemah, dan mengerjakan skripsi (Wirawan, 2012). Menurut Selye dalam Hidayat (2009) stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stres apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat ttapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon tidak mampu terhadap tugas, sehingga orang orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya Sarafino dalam Melisa (2008) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan berkembang menjadi stres. 14 Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrsikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang tertentu dengan mengguakan kaidah-kaidah yang berlaku. Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya (Damayanti, 2013). 2. Tahapan Stres Mahasiswa Menurut Hawari dalam Hidayat (2009), bahwa tahapan stres sebagai berikut: a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitugkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capak pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang – kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul katakutan dan kecemasan. e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidak mampuan melakukan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pecernaan yang berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. 15 f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda – tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan dan collaps. 3. Aspek-aspek Stres dalam Menyusun Skripsi Aspek-aspek stres menurut Sarafino dalam Gunawati (2005) ada dua antara lain: a. Aspek Biologis Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan. b. Aspek Psikologis Aspek psikologis dari stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain: 1.) Gejala kognisi Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi. 2.) Gejala emosi Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi. 3.) Gejala tingkah laku. Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal. 16 4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stres dalam Menyusun Skripsi Menurut Hidayat (2009) faktor yang menyebabkan stres sebagai berikut: 1. Stres dari dalam diri sendiri Stres dari dalam diri sendiri pada umunya dikarenkan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai adalah berbagai permasalahan yang terjadi tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres. 2. Stres dari keluarga Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga permasalahan ini akan menimbulkan stres. 3. Stres dari masyarakat dan lingkungan Stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarat pada umunya, seperti lingkungan perkuliahan, secara umum stres ini terjadi pada mahasiswa, dikarenakan kurangnya hubungan mahasiswa dengan dosen, tingkat pelajaran semakin sulit, dan menyelesaikan tugas akhir (skripsi) Gunawati (2005) menyatakan Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi stres di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi stres dalam menyusun skripsi antara lain: a. Faktor internal mahasiswa 1) Jenis kelamin Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30 % lebih tinggi dari pada pria. 2) Status sosial ekonomi Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan dalam hidup. 17 3) Karakteristik kepribadian mahasiswa Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian ketabahan memiliki daya tahan terhadap suber stres yang lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian ketabahan. 4) Strategi koping mahasiswa Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya. 5) Suku dan kebudayaan 6) Inteligensi Mahasiswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang lebih tinggi akan lebih tahan terhadap sumber stres dari pada mahasiswa yang memiliki inteligensi rendah, karena tingkat inteligensi berkaitan dengan penyesuaian diri. Mahasiswa yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung lebih adaptif dalam menyesuaikan diri. b. Faktor eksternal mahasiswa 1) Tuntutan pekerjaan/ tugas akademik (skripsi). Tugas akademik (skripsi) yang dianggap berat dan tidak sesuai dengan kemampuan individu dapat menyebabkan terjadinya stres. 2) Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya. Hubungan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya. 18 5. Tingkat Stres Menurut Crowford & Henry dalam Purwanti (2012) bahaw tingkatan stres pada dibagi lima, antara lain sebagai berikut: a. Stres Normal Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas. Stres normal alamiah dan penting, karena setiap orang pasti pernah mengalami stres, bahkan, sejak dalam kandungan. b. Stres ringan Stres ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi dosen. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara bibir sering kering, kesulitan bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperatur tidak panas dan tidak setelah aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika situasi berakhir. c. Stres sedang Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan teman atau pacar. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain mudah marah, bereaksi beerlebihan terhadap situasi tertentu, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal, tugas kuliah. 19 d. Stres berat Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan dosen ataau teman secara terus – menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi stres, makin tinggi resiko stres yang ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk melakukan kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat diharapka dimasa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat, semakin menignkat stres yang dialami mahasiswa secara bertahap maka akan menurunkan energi dan respon adaptif . e. Stres sangat berat Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cendrung pasrah. Sseseorang dalam tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami derpresi berat. 6. Metode Untuk Mengatasi Stres Menurut Hidayat (2009) metode untuk mengatasi stres sebagai berikut: a. Pengaturan Diet dan Nutrisi Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan megatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makanan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh. 20 b. Istirahat dan Tidur Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki se – sel yang rusak. c. Olahraga atau Latihan Teratur Olahraga atau latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama – lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran. d. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit akan dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol. e. Pengaturan Berat Badan Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres. f. Pengaturan Waktu Pengaturn waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menangulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efesien serta 21 melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. g. Terapi Psikofarmaka Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalm mengatasi stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obatobatan yang biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi. h. Terapi Somatik Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak daapat mengganggu sistem tubuh yang lain. i. Psikoterapi Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif dimana psikoterapi suportif ini memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan itu ada psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain. j. Terapi Psikoreligius Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan pskologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi. 22 Wirawan, (2012) adapun cara untuk menghadapi stres yaitu dengan mengatur diet makanan, humor, refreshing, meditasi, hipnoterapi, meditasi zikir, dan terapi musik. Dimana salah satu dari metode dalam menghadapi stres adalah terapi musik yang mampu mengurangi atau meredakan stres. 7. Pengukuran Tingkat Stres Atau Instrumen Pengukuran Tingkat Stres Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap ringan beratnya stes yang dialami oleh seseorang (Crowfoard dalam Purwanti, 2012). Tingkat stres diukur dengan menggunakan Perceived Stress Scale (PSS). PSS diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian). Tingkat stres pada istrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, berat sekali. PSS dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, secara signifikan yang digambarkan sebagai PSS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian (Cohen, S dkkThe SocialPsychology of Health, 1988). Instrumen PSS terdiri dari 10 pertanyaan yang mengidentifikasi skalastres. Dari 10 pertanyaan tersebut memiliki 5 opsi pilihan yaitu: tidak pernah: 0, Hampir pernah (1-2 kali): 1, Kadang – kadang (3-4 kali): 2, hampir sering (5-6 kali): 3, sangat sering (lebih dari 6 kali): 4. Jika stres normal 0-14, stres ringan 15-18, stres sedang 19-25, stres berat 26-33 dan stres berat sekali 34-40. 23 C. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka konsep ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pretest Tingkat stres mahasiswa PSIK yang sedang menyusun skripsi Diberikan terapi musik klasik dengan durasi 30 menit/ hari selam 5 hari Post-test Tingkat stres mahasiswa PSIK yang sedang menyusun skripsi Penurunan tingkat stres mahasiswa PSIK yang sedang menyusun skripsi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keterangan : : diteliti 7. 8. 9. Pengaturan diet Istirahat dan tidur Olahraga Pengaturan berat badan Pengaturan waktu Terapi psikofarmaka Terapi somatik Psikoterapi Terapi psikoreligius : tidakditeliti D. Hipotesis Penelitian Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada mahasiswa PSIK yang sedang menyusun skripsi di USM Indonesia Medan 2014.