BAB II TINAJUAN PUSTAKA

advertisement
7
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
A. Konsep Terapi Musik Klasik
1. Pengertian Musik
Musik didefinisikan sebagai suara dan diam yang terorganisir melalui waktu
yang mengalir (dalam ruang), beberapa kesimpulan sementara dan pertanyaan
yang muncul adalah musik berasal dari suara, suara berasal dari vibrasi dan
vibrasi adalah esensi dari segala sesuatu (Eagle dkk dalam Amsila, 2011).Musik
adalah jenis kecerdasan yang dimiliki manusia semenjak kecil. Kecerdasan
memiliki tujuh komponen, atau dikenal pula dengan istilah tujuh kecerdasan
ganda, yakni selain kecerdasan linguistic- verbal, kinestetik, interpersonal,
intrapersonal, kecerdasan lain juga meliputi kecerdasan ritmik-musik (May
dalam Safrudin, 2011).
Musik merupakan suatu instrumen yang lebih potensial dari pada yang lainnya.
Karena irama dan harmoni merasuk kediri seseorang melalui tempat – tempat
tersembunyi dalam jiwanya (Lwin dalam Safrudin 2011). Musik mampu
meningkatkan kreatifitas dan imajinasi pendengarnya. Artinya bahwa musik
memiliki sifat yang membuka gerbang pikiran dan wawasan yang baru. Dalam
istilah yang lain musik sebagai pengembang kreativitas manusia dapat berperan
serta dalam membangkitkan dan mencerdaskan pikiran (thingking), perasaan
(feeling),
mempertajam
penginderaan
(Widyastono, 2009).
7
(sensing),
dan
firasat
(intuiting)
8
2. Musik Klasik
Musik klasik adalah jenis musikyang muncul 250 tahun yang lalu dan diciptakan
Wolgang Amadeus Mozart salah satu karyanya adalah mozart wombsong
musical soap. Dibandingkan dengan musik lainnya, melodi dan frekuensi yang
tinggi pada musik klasik mampu merangsang dan memperdayakan kreatifitas
serta dapat menenangkan atau memberi semangat dan yang jelas musik klasik
berperan dalam mempengaruhi perasaan dan emosi (Nainggolan dalam
Lidyansyah, 2013).
Musik klasik adalah sebuah musik yang dibuat dan ditampilkan oleh orang yang
terlatih secara profesional melalui pendidikan musik. Musik klasik juga
merupakan suatu tradisi dalam menulis musik, yaitu ditulis dalam bentuk notasi
musik dan dimainkan sesuai dengan notasi yang ditulis. Musik klasik adalah
musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa pada zaman klasik atau kuno
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Musik yang dapat memberikan
ketenangan dan kedamaian adalah musik dengan tempo yang lebih lambat.
Musik dengan tempo lambat tersebut dapat ditemukan dalam semua genre, salah
satunya musik klasik (Djohan dalam Primadita, 2010).
3. Pengertian Terapi Musik
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik di mana
tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi mental, emosi,
kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini dalam
Mahanani, 2013). Terapi musik adalah suatu proses penyembuhan yang
menggabungkan aspek musik dengan kondisi dan situasi, fisik /teguh, emosi,
mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial seseorang (Natalina, 2013).
4. Manfaat dan Cara Kerja Terapi Musik Klasik
Terapi musik merupakan pengobatan secara holistik yang langsung menuju pada
simpton penyakit. Terapi ini akan berhasil jika ada kerjasama antara klien
9
dengan terapis. Proses penyembuhan sepenuhnya tergantung pada kondisi klien,
apakah seseorang benar – benar siap menerima proses keseluruhan (Natalina,
2013). Natalina, (2013) terapi musik memiliki beerapa manfaat, diantaranya;
a. Musik pada bidang kesehatan.
1) Menurunkan tekanan darah - melalui ritmikmusik yang stabil memberi
irama teratur pada sistem kerja jantung manusia.
2) Menstimulus kerja otak – mendengar musik dengan harmony yang baik
akan menstimulasi otak untuk melakukan proses analisa terhadap lagu
tersebut.
3) Meningkatkan imunitas tubuh – suasana yang ditimbulkan oleh musik
akan mempengaruhi sistem kerja hormon manusia, jika kita mendengar
musik yang baik/positif maka hormon yang meningkatkan imunitas
tubuh juga akan berproduksi.
4) Memberi keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi.
b. Musik meningkatkan kecerdasan
1.) Daya ingat – menyanyi dengan menghafalkan lirik lagu, akan melatih
daya ingat.
2.) Konsentrasi – saat terlibat dalam bermusik (menyanyi, bermain
instrumen) akan menyebabkan otak bekerja secara fokus.
3.) Emosional – musik mampu memberi pengaruh secara emosinal trhadap
makhluk hidup.
c. Musik meningkatkan kerja otot – mengaktifkan motorik kasar dan halus,
musik untuk kegiatan tubuh (manari, olahraga)
d. Musik meningkatkan produktifitas, kreatifitas dan imajinasi.
e. Musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon ‘kebahagian’ (beta
enodorfin Musik membentuk sikap seseorang-meningkatkan mood. Karakter
makhluk hidup dapat terbentuk melalui musik, rangkaian nada yang indah
akan membangkitkan perasaan bahagia/semangat positif.
10
f. Musik mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi –
bermusik akan menciptakan sosialisasi karena dalam bermusik dibutuhkan
komunikasi.
g. Meningkatkan
visualisasi
melalui
warna
musik
–
musik
mampu
membangkitkan imajinasi melalalui rangkaian) akan berproduksi sehingga
dapa menurunkan stres.
h. nada-nada harmonisnya.
Terapi musik menyembuhkan secara fisik dan psikis manusia. Para peneliti dari
neuro, melalui MRI scan membuktikan bahwa otak melepas zat dopamin
(hormon yang terkait dengan sistem otak, memberikan perasaan kenikmatan dan
penguatan untuk memotivasi seseorang secara aktif melakukan kegiatan
tertentu) saat melakukan terapi musik dalam kapasitas yang tidak berlebihan
(Natalina, 2013).
Musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu alasannya
karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap melalui
organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada
otak yang selanjutnya mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal
pendengarnya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia
sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Dengan metabolisme yang
lebih baik, tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik,
dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh
terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma, 2002). Sebagian besar
perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem neuroendokrin
yang dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem korteks
adrenal (Prabowo & Regina, 2007).
Salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan
untuk mengendalikan diri. Musik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini juga
11
mengaktifkan sel-sel di dalam diri seseorang, sehingga dengan aktifnya sel-sel
tersebut sistem kekebalan tubuh seseorang lebih berpeluang untuk aktif dan
meningkat fungsinya. Selain itu, musik dapat meningkatkan serotonin dan
pertumbuhan hormon yang sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH
(Satiadarma, 2002).
Penurunan hormon ACTH menyebabkan seseorang menjadi rileks dan tenang.
Secara fisik intervensi musik juga dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf
otonom tubuh dengan klasik munculnya beberapa respon yang bersifat spontan
dan tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari. Musik juga dapat
mempengaruhi pernafasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah,
mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan kordinasi tubuh, dan
memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh, serta mengatur
hormon-hormon yang berkaitan dengan stres. Sedangkan secara psikologis,
musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, efektif,
efisien, dapat meningkatkan asmara dan seksualitas, menimbulkan rasa amandan
sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih, menegaskan kemanusiaan bersama,
dan membantu serta melepaskan rasa sakit. (Satiadarma, 2002).
Pemberian intervensi terapi musik klasik membuat seseorang menjadi rileks,
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih,
melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat stres, sehingga dapat
menyebabkan penurunan kecemasan. Hal tersebut terjadi karena adanya
penurunan Ardenal Corticotropin Hormon (ACTH) yang merupakan hormon
stres (Musbikin dalam Mahanani, 2013).
Selain itu, melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk menemukan
harmoni internal (inner harmony). Jadi, musik adalah alat yang bermanfaat bagi
seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya. Hal ini dirasakan perlu,
karena dengan adanya harmoni di dalam diri seseorang, ia akan lebih mudah
12
mengatasi stres, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan atau gejolak
emosi negatif yang dialaminya. Selain itu musik melalui suaranya dapat
mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang
normal, sehat, dan dengan demikian memulihkan kembali keadaan yang normal
(Merrit, 2003).
Hipotalamus juga dinamakan pusat stres otak karena fungsi gandanya dalam
keadaan darurat. Fungsi pertamanya adalah mengaktifkan cabang simpatis dan
sistem saraf otonom. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleusnukleus di batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang
simpatis darisistem saraf otonom beraksi langsung pada otot polos dan organ
internal untuk menghasilkan beberapa perubahan tubuh seperti peningkatan
denyut
jantung dan
peningkatan
tekanan
darah.Sistem
simpatis
juga
menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin)
dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah, sehingga berdampak meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah, dan norepinefrin secara tidak langsung
melalui aksinya pada kelenjar hipofisis melepaskan gula dari hati. Hormon
adrenokortikotropik (ACTH) menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks
adrenal) yang menyebabkan pelepasan hormon (salah satu yang utama adalah
kortisol) yang meregulasi kadar glukosa dan mineral tertentu di dalam (Atkinson
dalam Primadita, 2010).
5. Tata Cara Pemberian Terapi Musik
Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam pemberian terapi
musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam pemberian terapi musik adalah
selama 20-35 menit, tetapi untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi
musik diberikan dengan durasi 30 sampai 45 menit. Ketika mendengarkan terapi
musik klien berbaring dengan posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus
sedikit lebih lambat, 50 - 70 ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang
(Schou dalam Mahanani, 2013).
13
Menurut Lidyansyah (2013) pemberian terapi musik dengan durasi 30 menit per
hari selama 3 hari kepada karyawan PT. Graha Kanindo Syariah yang
mengalami stres kerja, terapi musik diperdengarkan di ruangan rapat karyawan,
hasilnya adalah terapi musik efektif menurunkan tingkat stres kerja.
B. Konsep Tingkat Stres pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi
1. Pengertian Stres dalam Menyusun Skripsi
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan
psikologis. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai
kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa
muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Jadi
bisa dikatakan bahwa stres terjadi karena adanya tekanan psikologis, seperti
tuntutan pekerjaan, keadaan ekonomi lemah, dan mengerjakan skripsi
(Wirawan, 2012).
Menurut Selye dalam Hidayat (2009) stres adalah respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat dikatakan stres apabila seseorang mengalami beban atau tugas
yang berat ttapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu,
maka tubuh akan berespon tidak mampu terhadap tugas, sehingga orang orang
tersebut dapat mengalami stres.
Sebaliknya Sarafino dalam Melisa (2008) menyatakan bahwa stres adalah
kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi
yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan
individu
untuk
memenuhinya.
Seseorang
yang
tidak
bisa
memenuhi
tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri.
Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan
berkembang menjadi stres.
14
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrsikan suatu
karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang
membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang tertentu dengan
mengguakan kaidah-kaidah yang berlaku. Skripsi bertujuan agar mahasiswa
mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang
ilmunya (Damayanti, 2013).
2. Tahapan Stres Mahasiswa
Menurut Hawari dalam Hidayat (2009), bahwa tahapan stres sebagai berikut:
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitugkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capak pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah
makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung
berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan
tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur (kadang – kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia,
mudah terjaga dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan
menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola
tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta
timbul katakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
dan mental, ketidak mampuan melakukan pekerjaan yang sederhana dan
ringan, gangguan pecernaan yang berat, meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung dan panik.
15
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda – tanda,
seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan
banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan dan collaps.
3. Aspek-aspek Stres dalam Menyusun Skripsi
Aspek-aspek stres menurut Sarafino dalam Gunawati (2005) ada dua antara lain:
a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang
dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan
pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang
berlebihan.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis dari stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara
lain:
1.) Gejala kognisi
Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang
mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian
dan konsentrasi.
2.) Gejala emosi
Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang
mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan
yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.
3.) Gejala tingkah laku.
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang
cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan
interpersonal.
16
4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stres dalam Menyusun Skripsi
Menurut Hidayat (2009) faktor yang menyebabkan stres sebagai berikut:
1. Stres dari dalam diri sendiri
Stres dari dalam diri sendiri pada umunya dikarenkan konflik yang terjadi
antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai adalah
berbagai permasalahan yang terjadi tidak sesuai dengan dirinya dan tidak
mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres.
2. Stres dari keluarga
Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya
perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang
berbeda diantara keluarga permasalahan ini akan menimbulkan stres.
3. Stres dari masyarakat dan lingkungan
Stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarat pada umunya, seperti
lingkungan perkuliahan, secara umum stres ini terjadi pada mahasiswa,
dikarenakan kurangnya hubungan mahasiswa dengan dosen, tingkat pelajaran
semakin sulit, dan menyelesaikan tugas akhir (skripsi)
Gunawati
(2005)
menyatakan
Berdasarkan
uraian
faktor-faktor
yang
mempengaruhi stres di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi stres dalam
menyusun skripsi antara lain:
a. Faktor internal mahasiswa
1) Jenis kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cenderung
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum
wanita mengalami stres 30 % lebih tinggi dari pada pria.
2) Status sosial ekonomi
Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung
memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan
adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan dalam
hidup.
17
3) Karakteristik kepribadian mahasiswa
Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber
stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian ketabahan
memiliki daya tahan terhadap suber stres yang lebih tinggi dari pada
mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian ketabahan.
4) Strategi koping mahasiswa
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur
pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres
yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan
sekitar. Strategi koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi dalam menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat
stresnya.
5) Suku dan kebudayaan
6) Inteligensi
Mahasiswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang lebih tinggi akan
lebih tahan terhadap sumber stres dari pada mahasiswa yang memiliki
inteligensi rendah, karena tingkat inteligensi berkaitan dengan penyesuaian
diri. Mahasiswa yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung lebih
adaptif dalam menyesuaikan diri.
b. Faktor eksternal mahasiswa
1) Tuntutan pekerjaan/ tugas akademik (skripsi).
Tugas akademik (skripsi) yang dianggap berat dan tidak sesuai dengan
kemampuan individu dapat menyebabkan terjadinya stres.
2) Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya.
Hubungan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan lingkungan
sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam
hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya.
18
5. Tingkat Stres
Menurut Crowford & Henry dalam Purwanti (2012) bahaw tingkatan stres pada
dibagi lima, antara lain sebagai berikut:
a. Stres Normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari
kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut
tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah
aktivitas. Stres normal alamiah dan penting, karena setiap orang pasti pernah
mengalami stres, bahkan, sejak dalam kandungan.
b. Stres ringan
Stres ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat
berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan
atau dimarahi dosen. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara bibir sering
kering, kesulitan bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa
goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperatur tidak panas
dan tidak setelah aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega
jika situasi berakhir.
c. Stres sedang
Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari.
Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan teman
atau pacar. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain mudah marah,
bereaksi beerlebihan terhadap situasi tertentu, sulit untuk beristirahat, merasa
lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan gangguan
terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak
dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi ketika sedang mengerjakan
sesuatu hal, tugas kuliah.
19
d. Stres berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu
sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan dosen ataau teman secara
terus – menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik
jangka panjang. Makin sering dan lama situasi stres, makin tinggi resiko stres
yang ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa
tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk
melakukan kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat diharapka dimasa
depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal,
merasa tidak berharga sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak
bermanfaat, semakin menignkat stres yang dialami mahasiswa secara
bertahap maka akan menurunkan energi dan respon adaptif .
e. Stres sangat berat
Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi beberapa bulan dan
dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami stres
sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cendrung pasrah.
Sseseorang dalam tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami
derpresi berat.
6. Metode Untuk Mengatasi Stres
Menurut Hidayat (2009) metode untuk mengatasi stres sebagai berikut:
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
dan mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak
berlebihan, dengan megatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi,
hindari makanan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan
tubuh.
20
b. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan
akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan
kegairahan dalam hidup dan memperbaiki se – sel yang rusak.
c. Olahraga atau Latihan Teratur
Olahraga atau latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya
tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat dilakukan dengan
cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama –
lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat
untuk memulihkan kebugaran.
d. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan stres.
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh
akan semakin baik, segala penyakit akan dapat dihindari karena minuman
keras banyak mengandung alkohol.
e. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan terhadap stres.
Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan
tubuh terhadap stres.
f. Pengaturan Waktu
Pengaturn waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menangulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat
dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efesien serta
21
melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk
menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat.
g. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalm mengatasi stres yang
dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi
sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi kognitif
afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obatobatan yang biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
h. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang
dialami sehingga diharapkan tidak daapat mengganggu sistem tubuh yang
lain.
i. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan
psikoterapi reedukatif dimana psikoterapi suportif ini memberikan motivasi
atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan itu ada
psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara
berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan
lain-lain.
j. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan pskologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan
kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual
sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
22
Wirawan, (2012) adapun cara untuk menghadapi stres yaitu dengan mengatur
diet makanan, humor, refreshing, meditasi, hipnoterapi, meditasi zikir, dan terapi
musik. Dimana salah satu dari metode dalam menghadapi stres adalah terapi
musik yang mampu mengurangi atau meredakan stres.
7. Pengukuran Tingkat Stres Atau Instrumen Pengukuran Tingkat Stres
Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap ringan beratnya stes yang dialami
oleh seseorang (Crowfoard dalam Purwanti, 2012). Tingkat stres diukur dengan
menggunakan Perceived Stress Scale (PSS). PSS diaplikasikan dengan format
rating scales (skala penilaian). Tingkat stres pada istrumen ini berupa normal,
ringan, sedang, berat, berat sekali. PSS dibentuk tidak hanya untuk mengukur
secara konvensional mengenai status emosional, secara signifikan yang
digambarkan sebagai PSS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu
untuk tujuan penelitian (Cohen, S dkkThe SocialPsychology of Health, 1988).
Instrumen PSS terdiri dari 10 pertanyaan yang mengidentifikasi skalastres. Dari
10 pertanyaan tersebut memiliki 5 opsi pilihan yaitu: tidak pernah: 0, Hampir
pernah (1-2 kali): 1, Kadang – kadang (3-4 kali): 2, hampir sering (5-6 kali): 3,
sangat sering (lebih dari 6 kali): 4. Jika stres normal 0-14, stres ringan 15-18,
stres sedang 19-25, stres berat 26-33 dan stres berat sekali 34-40.
23
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka konsep
ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).
Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Pretest
Tingkat stres
mahasiswa PSIK
yang sedang
menyusun skripsi
Diberikan
terapi musik
klasik dengan
durasi 30
menit/ hari
selam 5 hari
Post-test
Tingkat stres
mahasiswa PSIK
yang sedang
menyusun skripsi
Penurunan tingkat
stres mahasiswa
PSIK yang sedang
menyusun skripsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan :
: diteliti
7.
8.
9.
Pengaturan diet
Istirahat dan tidur
Olahraga
Pengaturan berat
badan
Pengaturan waktu
Terapi
psikofarmaka
Terapi somatik
Psikoterapi
Terapi
psikoreligius
: tidakditeliti
D. Hipotesis Penelitian
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi musik klasik terhadap
tingkat stres pada mahasiswa PSIK yang sedang menyusun skripsi di USM
Indonesia Medan 2014.
Download