Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1, No. 1, Juni 2014. Edisi Khusus ISSN 2355-9683 TEKNIK SUPERVISI EDUKATIF KOLABORATIF BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU Edi Muntoso SD Negeri Keboledan 03 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Abstrak Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan langkah-langkah supervisi edukatif kolaboratif secara berkelanjutan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran melalui prestasi belajar, melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar siswa yang dapat meningkatkan kinerja guru. Peningkatan kinerja ini melalui supervisi edukatif kolaboratif secara periodik. Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap guru SD Negeri Keboledan 03 Kecamatan Wanasari Brebes yang berjumlah 10 orang. Pene;itian dilaksanakan mulai bulan September sampai Desember 2013. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian yang alurnya membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan, dan reflleksi pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi tersebut digunakan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan melanjutkan atau menghentikan penelitian. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Data penelitian berupa catatan hasil pengamatan dilapangan, dokumentasi dan hasil penelitian. Instrumen pengumpulan data utama adalah peneliti, sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi, dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru meningkat secara signifikan setellah dilakukan supervisi yang berupa supervisi edukatif kolaboratif secara berkelanjutan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dari siklus I mencapai 66% dan siklus II mencapai 85% atau sangat baik. © 2014 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Kata Kunci: kinerja guru, RPP, supervisi edukatif kolaboratif, berkelanjutan PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Guru pasal 1 ayat 1 (2006:3) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Sistem Pendidikan. Undang-Undang tersebut memuat dua puluh dua bab, tujuh puluh tujuh pasal dan penjelasannya. Undang-undang Sistem Pendidikan (2003:37) menjelaskan bahwa setiap pembaruhan sistem pendidikan nasional untuk memperbarui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional di antaranya adalah (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, (2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar, (3) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral, (4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global, (5) Memperdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI. Jika mencermati visi pendidikan tersebut, semuanya mengarah pada mutu pendidikan yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mutu pendidikan ternyata dipengaruhi oleh banyak komponen. Menurut Syamsuddin (2005:66) ada tiga komponen utama yang saling berkaitan dan memiliki kedudukan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Ketiga komponen tersebut adalah kurikulum, guru, dan pembelajar (siswa). Ketiga komponen itu, guru menduduki posisi sentral sebab peranannya sangat menentukan. Dalam pembelajaran seorang guru harus mampu menerjemahkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum secara optimal. Walaupun sistem pembelajaran sekarang sudah tidak theacher center lagi, namun seorang guru tetap memegang peranan yang penting dalam membimbing siswa. Bahkan berdasarkan seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang memadai baik di bidang akademik maupun pedagogik. Menurut Djazuli (1886:2) seorang guru dituntut memiliki wawasan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkannya dan wawasan yang berhubungan kependidikan untuk menyampaikan isi pengajaran kepada siswa. Kedua wawasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya, pengetahuan, sikap dan keterampilannya secara terus-menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk paradigma baru pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum 2013. Menurut Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departeman Pendidikan Nasional (2004:2) seorang guru harus memenuhi tiga standar kompetensi, di antaranya: (1) Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan, (2) Kompetensi Akademik/ Vokasional sesuai materi pembelajaran, (3) Pengembangan Profesi. Ketiga kompetensi tersebut bertujuan agar guru bermutu, menjadikan pembelajaran bermutu juga, yang akhirnya meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri Keboledan 03, rendahnya kinerja dan wawasan guru diakibatkan (1) rendahnya kesadaran guru untuk belajar, (2) kurangnya kesempatan guru mengikuti pelatihan baik secara regional maupun nasional, (3) Belum dilaksanakannya supervisi edukatif kolaboratif. Kenyataan tersebut di atas bila terus dibiarkan maka akan menurunnya kinerja guru dan kompetensi guru dalam pembelajaran yang akan berdampak langsung pada menurunnya prestasi siswa dalam belajar. Sehingga secara umum berimbas pada menurunnya mutu pendidikan di SD Negeri Keboledan 03. Untuk memperbaiki kinerja dan wawasan guru dalam pembelajaran di SD Negeri Keboledan 03, sekolah melaksanakan penelitian tindakan yang berkaitan dengan permasalahan di atas. Karena keterbatasan peneliti, maka penelitian ini hanya divokuskan pada supervisi edukatif kolaboratif saja sehingga judul penelitian tindakan tersebut adalah ”Peningkatan Kinerja Guru dalamMeyusun Rencana Pembelajaran Melalui Supervisi Edukatif Kolaboratif secara Berkelanjutan di SD Negeri Keboledan 03 Kec.Wanasari Kab.Brebes”. Untuk mencapai kompetensi guru yang meliputi: kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan kependidikan, (2) kompetensi akademik/vokasional sesuai materi pembelajaran, (3) pengembangan profesi., sekolah harus melaksanakan pembinaan terhadap guru baik melalui workshop, diskusi dan supervisi edukatif kolaboratif. Pembinaan terhadap guru harus dilakukan secara berkelanjutan agar kinerja dan wawasan guru dapat diamati sehingga diharapkan kinerja bertambah. Peneliti menggunakan supervisi edukatif kolaboratif berkelanjutan karena dengan sepervisi berkelanjutan akan meningkatkan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran di SD Negeri Keboledan 03 secara signifikan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah: Apakah dengan supervisi edukatif kolaboratif secara berkelanjutan, kinerja guru dalam pembelajaran di kelas dapat ditingkatkan? Supervisi merupakan salah satu tugas kepala sekolah yang bertujuan untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan dari aspek yang disupervisi dan orang yang melakukan supervisi. Aspek yang disupervisi bisa berupa administrasi, dan edukatif, sedangkan 10 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014) Edisi Khusus orang yang melakukan supervisi adalah pengawas, kepala sekolah, instruktur mata pelajaran. Adapun orang yang disupervisi bisa kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru pembimbing, tenaga edukatif yang lain, tenaga administrasi, dan siswa. Supervisi edukatif kolaboratif merupakan supervisi yang diarahkan pada kurikulum pembelajaran, proses belajar mengajar, pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi ini dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, maupun guru senior yang sudah pernah menjadi instruktur mata pelajaran. Menurut Dirjen Dikmenum (1884:15) pelaksanaan supervisi tersebut dapat dilakukan dengan cara (1) wawancara, (2) observasi. Supervisi dilakukan peneliti kepada guru melalui wawancara dengan guru yang berkaitan dengan kelengkapan dokumen kurikulum termasuk, buku paket dan buku penunjang. Selain itu peneliti bertanya terhadap guru tentang rencana pembelajaran, karakteristik siswa, pengaturan penilaian siswa, dan pengaturan pelaksanaan tindak lanjut. Selain wawancara, penelti melaksanakan observasi kepada guru dalam proses belajar mengajar atau dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Dalam melaksanakan observasi, kepala sekolah dapat memilih satu atau beberapa kelas, serta mengamati kegiatan guru dan layanan bimbingan. Menurut Dirjen Dikmenum (1884:16) observasi tersebut bisa berupa: (1) Observasi kegiatan belajar mengajar meliputi: (a) persiapan mengajar, (b) pelaksanaan satuan pelajaran di dalam kelas, dan (c) pelaksanaan penilaian. (2) Observasi kegiatan Bimbingan dan konseling meliputi: (a) program kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, (b) pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, (c) kelengkapan administrasi/ perlengkapan Bimbingan dan Konseling, (d) penilaian dan laporan. Selain di atas, supervisor harus melakukan observasi dan wawancara sekaligus yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Dirjen Dikmenum (1884:17) yang termasuk PBM adalah: (1) persiapan mengajar, yang terdiri atas; (a) membuat program tahunan, (b) membuat program semester, (c) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau rencana pembelajaran. (2) melaksanakan PBM, yang terdiri atas: (a) pendahuluan, (b) pengembangan, (c) penerapan, (d) penutup. (3) penilaian, yang di dalamnya: (a) memiliki kumpulan soal, (b) analisis hasil belajar. METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di SD Negeri Keboledan 03 Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 8 orang guru yang terdiri dari 3 orang guru laki-laki dan 5 orang guru perempuan. Dalam penelitian ini sebagai subyek penelitian adalah guru pengajar di SD Negeri Keboledan 03, hal ini dikarenakan guru dalam penyusunan suatu rancangan pembelajaran kualitasnya masih rendah, sehingga perlu adanya supervisi supaya dalam pembelajarannya guru dapat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara rutin dan benar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 selama 4 bulan yaitu pada bulan September 2013 sampai bulan Desember 2013 tahun 2013. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2013. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Keboledan 03 Tahun Pelajaran 2013/2014. Prosedur penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan (acting), mengamati (observasing), dan refleksi (reflecting). Menurut Hartono dan Edi Legowo (2003: 4) tahap dalam tindakan yang akan dilaksanakan di gambaarkan sebagai berikut: TEKNIK SUPERVISI EDUKATIF KOLABORATIF BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU Edi Muntoso 11 Gambar 1. Penelitian Tindakan Sekolah Model Kurt Lewis Perencanaan : 1)Menyiapkan program supervisi atau pembinaan; 2)Menetapkan guru sebagai observer; 3)Mendesain kelompok; 4)Menyiapkan instrumen supervisi; 5)Menyiapkan angket/lembar observasi Tindakan :Pelaksanaan tindakan dalam siklus ini adalah sebagai berikut: Sesuai dengan perencanaan yang peneliti rancang dengan dasar dari data awal hasil supervisi sebelum ada tindakan, peneliti mengadakan pembinaan berkelanjutan secara kelompok dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1)Diawali dengan penyampaian tujuan supervisi edukatif kolaboratif berkelanjutan, peneliti membagi angket rancangan pelaksanaan pembelajaran yang harus diisi oleh guru-guru SD Negeri Keboledan 03 sebagai responden selama 10 menit; 2)Dasar data kondisi awal dan hasil angket peneliti melakukan pembinaan dengan menjelaskan cara penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang meliputi prinsip-prinsip penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran, langkah-langkah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran selama 50 menit; 3)Guru atau responden diberi tugas menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran selama 30 menit. Observasi yang dilakukan dalam siklus ini meliputi: 1)Peneliti bersama observer mengamati keaktifan guru dalam mengikuti pembinaan dengan instrumen lembar pengamatan; 2)Peneliti bersama observer meneliti angket yang sudah diisi oleh guru atau responden; 3)Peneliti mengamati rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat guru pada siklus I. Refleksi : Dari hasil observasi peneliti memperoleh data, langkah-langkah selanjutnya adalah membandingkan antara data yang diperoleh pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakaan dengan data yang diperoleh setelah adanya tindakan siklus I yaitu tindakan pembinaan secara kelompok. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat apakah hasil pembinaan pada siklus I terjadi peningkatan motivasi dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran atau tidak, jika terjadi suatu peningkatan namun belum memenuhi indicator keberhasilan yang diharapkan maka dilakukan perbaikan lagi pada pelaksanaan siklus II. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pemantauan selama persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut penelitian tindakan ini diperoleh berbagai data baik dari guru yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar, siswa yang belajar, supervisor yang sedang melaksanakan supervisisnya. Gambaran yang merupakan hasil dan temuan penelitian sebagai berikut. Hasil Pelaksanaan Siklus I 12 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014) Edisi Khusus Grafik 1. Persentasi Keberhasilan Siklus I Hasil siklua I dari 8 guru pada kegiatan perencanaan hanya mencapai 66% (cukup), pelaksanaan pembelajaran mencapai 59%. Penilaian pembelajaran mencapai 60%, dan tindak lanjut 42,5%. Hasil dan Temuan Siklus II Siklus II dilaksanakan berdasarkan temuan siklus I. yang persentasi keberhasilannya kecil diperbaiki pada siklus II ini. Berdasarkan refleksi dan pelaksanaan tindak lanjut siklus I, maka gambaran hasil dan temuan yang perlu ditindaklanjuti sebagai berikut. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Perencanaan Pelaksanaan Penilaian Tindak Lanjut Grafik 2. Persentasi Keberhasilan Siklus II Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu untuk tahap perencanaan memperoleh presentase 85%, pelaksanaan pembelajaran 84%, penilaian pembelajaran 85%, dan tindak lanjut mendapatkan presentase 80%, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan kegiatan supervisi edukatif kolaboratif berkelanjutan siklus II, guru SD Negeri Keboledan 03 mengalami peningkatan yang signifikan. TEKNIK SUPERVISI EDUKATIF KOLABORATIF BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU Edi Muntoso 13 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 85 66 85 84 59 80 60 Siklus I Siklus II 42,5 Perencanaan Pelaksanaan Penilaian Tindak Lanjut Grafik 3 Perbandingan Keberhasilan Siklus I dengan Siklus II Hasil penelitian diatas menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I yang mencapai ratarata 56,87% (cukup) dan hasil pencapaian pada siklus II mencapai rata-rata 83,5% (baik), ini menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan yaitu adanya peningkatan setelah dilakukan supervisi edukatif kolaboratif Tabel 1. keberhasilan dari siklus I ke Siklus II No. Indikator Siklus I Siklus II 85 % 1 Perencanaan 66 % 84 % 2 Pelaksanaan 59 % 85 % 3 Penilaian 60 % 80 % 4 Tindak Lanjut 42,5 % 334 % Jumlah 227,5 % 56,8 % 83,5 % Rata-rata Keberhasilan Kenaikan 19 % 25 % 25 % 27,5% 96,5% 24,1 % PENUTUP Berdasarkan temuan, paparan, refleksi, serta bahasan hasil penelitian, pada bagian ini dapat dikemukakan simpulan dan saran sebagai berikut. Berdasarkan temuan hasil penelitian ada empat simpulan yang dikemukakan dalam penelitian tindakan ini, yakni simpulan tentang: (1) Peningkatan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran, (2) Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran, (3) Peningkatan kinerja guru dalam menilai prestasi belajar, (4) Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian tindakan ini, ada beberapa saran yang perlu disampaikan kepada pengambil kebijakan sekolah, di antaranya adalah.1)Supervisi terhadap semua guru perlu dilakukan secara berkelanjutan dan ditetapkan pada awal tahun pelajaran (pada saat pembagian tugas). 2)Supervisi edukatif kolaboratif ternyata membawa peningkatan kinerja guru dan hasil belajar siswa jika dilaksanakan secara kolaboratif. 3)Supervisi edukatif kolaboratif kolaboratif akan bermakna jika supervisornya adalah teman sejawat yang sudah mampu pada mata pelajaran yang bersangkutan. 4)Kepala sekolah perlu memberi kesempatan pada guru-guru yang dianggap sudah mampu mensupervisi guru lain. 14 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014) Edisi Khusus DAFTAR PUSTAKA Depdiknas.2005. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ,Jakarta Edi Muntoso, 2013. Peningkatan Kinerja Guru Dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Edukatif Kolaboratif Berkelanjutan.Brebes. (tidak dipublikasikan) .2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional; Jakarta . 2004. Kurikulum 2004 Pedoman Pemilihan Bahan dan Pemanfaatan bahan Ajar.Jakarta Depdiknas. . 2004. kurikulm 2004.Pedoman Supervisi Pengajaran Sekolah Dasar.Jakarta:Depdiknas .2004. Petunjuk Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah Jakarta:Depdiknas . 2003. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.Jakarta:Depdiknas. Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah.Konsep,Strategi dan Implementasi, Bandung: Rosda Karya. Pidarta, I Made.1880. Perencana Pendidikan Dengan Pendekatan Sistim. Jakarta:Rineke Cipta. Purwanto,Ngalim.1877.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung Remaja Karya. Suharsimi Arikunto,2006, Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta,bumi Aksara. TEKNIK SUPERVISI EDUKATIF KOLABORATIF BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU Edi Muntoso 15