Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 0854-2172 PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eko Riyanto SD Negeri 01 Tlogopakis Kec. Petungkriyono Kab. Pekalongan Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah, untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah dan Sekolah pada siswa kelas III SDN 01 Tlogopakis semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil belajajar siswa belum sesuai dengan harapan. Hanya 45 % siswa yang memenuhi hasil belajar dengan dengan kriteria minimal baik. Adapun hasilnya adalah setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus 1 terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 70%. Siklus 2 hasilnya terjadi peningkatan yang signifikan yaitu ketuntasan belajar siswa telah mencapai 85%. Dengan adanya hasil yang demikian penulis merasa penelitian telah cukup memenuhi target ketuntasan melampaui indikator kinerja 85 %. Simpulan dari penelitian tersebut adalah dengan adanya penggunaan model pembelajaran Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SDN 01 Tlogopakis semester I tahun pelajaran 2014/2015. Diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. © 2016 Dinamika Kata Kunci: Model Pembelajaran Pendekatan Kontekstual; Hasil Belajar IPS PENDAHULUAN Sukses dan keberhasilan dalam belajar mengajar peran guru sangat menunjang dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Untuk memperbaiki strategi belajar, guru perlu menentukan dan membuat perencanaan pengajaran secara seksama. Hal tersebut menuntut adanya perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas. Strategi belajar mengajar, penggunaan metode pengajaran maupun perilaku dan sikap guru dalam mengelola proses belajar mengajar sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam menerapkan pengetahuannya di masyarakat dan lingkungannya. Peneliti juga mengadakan wawancara dengan beberapa siswa, mereka memberi data yang sangat banyak tentang kebiasaan guru dalam mengajar di kelas. Guru biasanya hanya ceramah dan memberi tugas kepada siswa sehingga siswa hanya pasif menerima penjelasan dari guru dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tersebut. Guru kelas III belum menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran IPS sehingga siswa hanya pasif dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru mempunyai kewajiban untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas untuk siswa agar dapat mencapai tujuan tersebut. Jadi guru mempunyai tanggungjawab yang ada di dalam kelas guna membantu kesulitan belajar siswa. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eko Riyanto 59 Belajar harus memungkinkan terjadinya perbahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau koqnitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta ketrampilan (psikomotor). Perbahan haruslah merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungannya. (Winataputra, 2008: 1.9). Pada pembelajaran IPS terutama dalam materi Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah dan sekolah Kelas III masih banyak siswa yang belum paham dalam menguasai materi tersebut. Dari 13 siswa baru 4 siswa atau 45% siswa yang memenuhi ketuntasan belajar sesuai dengan yang dipersyaratkan. Mereka cenderung pasif dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena penjelasan guru yang cenderung verbal. Ini merupakan tantangan bagi guru untuk memperbaikinya. Jangan hanya menyalahkan siswa saja namun guru harus mengintrospeksi dirinya, sudah sesuai atau belum proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Pembelajaran dikatakan berhasil bila tujuan pembelajaran telah dikuasai oleh siswa, materi pembelajaran diterima sepenuhnya, pada saat evaluasi atau tes formatif menunjukkan hasil yang bagus dan memuaskan atau mencapai ketuntasan belajar. Melihat hasil yang diperoleh siswa menunjukkan rendahnya penguasaan siswa pada materi pelajaran IPS pada materi Jual Beli di Lingkungan Rumah dan sekolah Kelas III. Oleh sebab itu penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada maka Peneliti menggunakan metode pembelajaran pendekatan kontekstual Ilmu Pengetahuan Sosial tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah kelas III. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaikan antara materi yang diajarkan dengan situai dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat ( Model-model Pembelajaran ;Nurhadi, 2002:1). Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi pembelajaran dari pada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai team yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya. Kontekstual hanya sebagai strategi. Kontekstual dikem-bangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Ada empat elemem yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran konstektual ( Strategi Pembelajaran ;Zahorik, 1995:14 -22), yaitu: (1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, (2) Pemerolehan pengetahuan baru (3) Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan cara (a) Menyusun konsep sementara, (b) Melakukan sharing kepada orang lain, (4) Merevisi konsep dan mengembangkannya. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan konstektual yaitu: Konstruktivisme, Inkuiri, Bertanya, Masyarakat belajar, Pemodelan, Refleksi, Penilaian yang sebenarnya. Langkah-langkah pembelajaran kontestual adalah sebagai berikut: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya,2) Melaksaanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic,3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa bertanya,4) Ciptakan masyarakat belajar,5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran,6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan,7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Kelebihan Pendekatan Kontekstual yaitu : 1) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar. 2) Siswa belajar melalui kegiatan kelompok, 3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata sehingga lebih bermakna, 4) Tujuan akhir dari proses pembelajaran dan kepuasan diri, 5) 60 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) Didasarkan atas pengalaman, 6) Tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, 7) Pengetahuan yang dimilikinya setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, 8) Siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran masing-masing, 9) Pembelajaran bias terjadi dimana saja, 10) Keberhasilan pembelajaran yang diukur dengan berbagai cara: evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, dan wawancara. Menurut Winataputra (2008: 1.2) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu pelejaran yang membekali siswa untuk mengembangkan penalaran disamping mengembangkan nilai dan moral. Dalam proses pembelajaran guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Pada penelitian ini mengambil materi pada kurikulum KTSP pada KD 1.1 dengan materi Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Kurang aktifnya proses pembelajaran IPS yang selama ini masih menggunakan metode ceramah yang hanya berpusat pada guru, memiliki dampak yang buruk bagi siswa untuk dapat menguasai pemahaman tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Peneliti berasumsi bahwa penerapan model pembelajaran Pendekatan Kontekstual dipandang mampu meningkatkan hasil belajar IPS pada ranah koqnitif. Namun demikian pengujian model pembelajaran pada berbagai subjek dan objek penelitian merupakan kajian yang menarik. Oleh karena itu bertolak dari latar belakang masalah, maka dilaksanakan penelitian berjudul ”Penggunaan metode pembelajaran pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar IPS kelas III Tahun pelajaran 2014/2015”. Keunggulan pendekatan konstruksional adalah melatih siswa berfikir kritis dan kreaktif serta pengetahuan yang diperoleh siswa lebih bermakna sehingga tidak mudah hilang dan bersifat lama. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini adalah upaya guru untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran di kelasnya. Menurut Suhardjono (2011:85) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dalam bentuk siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelas III SDN 01 Tlogopakis Kec.Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan sejumlah 13 peserta didik dengan distribusi peserta didik laki-laki 5 anak, dan peserta didik perempuan 8 anak. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama (primer) dan data pendukung (skunder). Sumber data utama adalah peserta didik yang meliputi nilai hasil ulangan. Sedangkan data pendukung berasal dari teman sejawat yang ikut menjadi observer berupa hasil pengamatan selama proses pembelajaran., data tentang pengamatan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Pendekatan Kontekstual. Sumber data dari guru adalah berupa kemampuan merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Sumber data dari kolabotar adalah hasil pengamatan proses pembelajaran. Teknik pengambilan data melalui tes dan non tes. Validasi data menggunakan validasi kuantitatif dan kualitatif. Validasi data dalam penelitian ini menggunakan validasi isi (content validity). validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua spek penting, yaitu valid isi dan valid teknik sampling.Valid isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah itemitem evaluasi menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Sedangkan validitas teknik sampling pada umumnya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes mempresentasikan total cakupan isi (Sukardi, 2008). PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eko Riyanto 61 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tes antar siklus dan indikator kinerja. Analisis data dilakukan sejak awal sampai akhir penelitian yang ,merupakan kesatuan tak terpisahkan antara tahap pengumpulan data dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif prosentase. Data hasil observasi dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi tiap siklus. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing terdiri dari 3 kali pertemuan dengan tahapan berikut. Perencanaan, Perencanaan merupakan refleksi awal berdasarkan hasil studi pendahuluan. Adapun tahap yang dilakukan dalam perencanaan ini yaitu sebagai berikut (1) Membuat desain pembelajaran IPS dengan materi Merancang Skenario pembelajaran tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. (2) Menyusun instrumen berupa RPP, lembar observasi dan butir soal tes. Pelaksanaan Tindakan, Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah rencanakan, yaitu penggunaan model pembelajaran ini menitikberatkan pada metode Pendekatan Kontekstual agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini, diawali dengan mengondisikan kelas dengan apersepsi dan penjajagan kemampuan awal siswa sekaligus sebagai motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tahapan berikutnya adalah untuk memberikan informasi singkat tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru berupa bagan pemecahan masalah tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Pengamatan/Observasi, Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahapan tindakan, guru penulis sebagai penyampai materi. Dalam tahap ini dilakukan pula pengumpulan data-data. Setiap tindakan yang dilakukan guru dan siswa akan diamati oleh observer yaitu penulis dan teman sejawat dengan menggunakan instrumen pengamatan. Pengamatan juga dilakukan ketika siswa mulai mengutarakan ide-idenya dan kerjasama, rasa ingin memecahkan masalah, keterampilan dalam kehidupan sosial dan memiliki komitmen. Dalam hal ini menggunakan lembar pengamatan yang telah disediakan. Refleksi, Tahap ini berisi diskusi dari penulis, guru maupun observer. Materi diskusi berisi menitikberatkan tentang kelebihan dan kekurangan tindakan, sekaligus menentukan sikap yang harus dilakukan untuk siklus selanjutnya. Pada tahap ini juga diadakan analisis data, untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak. Kegiatan penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus dengan alasan keterbatasan waktu dan kompetensi dasar yang diajarkan dalam penelitian. Penelitian ini diawali kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, diteliti dan tindakan yang telah dilakukan oleh guru dan dilanjutkan dengan membahas hasil observasi serta merencanakan dan menetapkan tindakan. Penelitian ini menggunakan model proses yang berkesinambungan, mulai dari proses penelitian siklus ke-1, ditindaklanjuti proses penelitian siklus ke-2. Prosedur penelitian tindakan kelas ini setiap siklus meliputi kegiatan: 1) perencanaan/persiapan (planning), 2) elaksanaan tindakan (acting), 3)observasi (observing) dan 4) refleksi (reflecting). Pada tahap observasi dan monitoring, kriteria keberhasilan tindakan adalah para siswa memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah serta dapat menceritakan pengalamanya dalam kegiatan observasi. Evaluasi dilakukan dengan memberi tes dan menceritakan pengalaman dalam hal kegiatan Jual beli antara penjual dan pembeli, yang berada pada siklus I atau siklus II. Selain itu digunakan analisis deskripsif kualitatif untuk mengetahui secara lebih mendetail hasil proses pembelajaran. 62 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) Analisis dan refleksi hasil tindakan disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa memahami Kegiatan Jual beli dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini dapat tercapai. Dalam implementasi tindakan ini guru menggunakan metode dan teknik pembelajaran, tanya jawab, cera-mah, observasi, tugas, diskusi presentasi, inkuiri, dll. Gambar 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap akhir uji kompetensi pembelajaran IPS dengan materi tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah belum semua peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Dalam proses pembelajaran dijumpai peserta didik yang belum menunjukkan minat untuk mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini berakibat peserta didik tidak memiliki hasil atau prestasi yang baik (tuntas, mencapai indicator minimal), meskipun sebelumnya guru telah menjelaskan materi pelajaran. Tabel 1. Hasil Uji Kompetensi Pra Siklus IPS Kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah Uraian UK 1 UK 2 Rata-rata Nilai Terendah 30 34 32 Nilai Tertinggi 70 72 71 Nilai Rerata 50 53 51,5 Berdasarkan fakta seperti tersebut di atas, maka peneliti bersama teman sejawat mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPS yang telah dilaksanakan. Hasil diskusi tersebut terungkap masalah-masalah sebagai berikut : Kurangnya perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran saat proses pembelajaran : Kurangnya variasi dalam pembelajaran, Keterbatasan pada alat bantu belajar,Materi padat, guru dipacu waktu, Guru tidak menyampaikan tujuan dari materi, Proses pembelajaran berlangsung secara konvensional. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eko Riyanto 63 Hasil refleksi di atas sebagai dasar peneliti sebagai guru untuk menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah dengan tindakan-tindakan yang tepat. Beberapa tindakan tersebut meliputi peningkatan kualitas proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pembelajaran, dan menyamakan persepsi terhadap suatu konsep. Membangkitkan minat belajar, dan keaktifan peserta didik mengikuti proses pembelajaran, melalui pemberian motivasi dan penggunaan alat peraga pembelajaran. Perbaikan pembelajaran siklus 1 merupakan usaha perbaikan pembelajaran dari hasil yang dicapai pada pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya. Perbaikan pembelajaran pada siklus 1 ini siswa akan melakukan observasi secara berkelompok. Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, guru sebagai peneliti dan pelaksana pembelajaran, terlebih dahulu menyusun perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil pengamatan, dan refleksi. Proses pembelajaran yang terjadi pada siklus 1 menunjukkan adanya suatu perubahan tingkah laku peserta didik saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Peserta didik nampak antusias, aktif dan senang dengan Kegiatan observasi yang dilakukan siswa. Setiap peserta didik berusaha memecahkan masalah sesuai dengan petunjuk guru. Hasil Pengamatan pada siklus I dapat dirasakan karena peserta didik yang pasif semakin kurang, kreatifitas peserta didik dalam belajar mulai nampak, antusias, dan senang. Akan tetapi masih ada 2 Peserta didik yang bergurau. Dalam belajar nampak antusias dan berminat mengikuti proses pembelajaran. Pada kondisi awal Uji kompetensi nilai terendah 30 nilai tertinggi 70 nilai rerata 50 atau 45% siswa yang baru menguasai materi sedangkan pada sikulus I Uji kompetensi pada Siklus 1 nilai terendah 40 nilai tertinggi 80 nilai rerata 60 atau terdapat peningkatan sebesar 20% Selanjutnya pada perbaikan pembelajaran siklus 2 guru sebagai peneliti dan pelaksana pembelajaran mengadakan diskusi dengan observer dan teman sejawat untuk menentukan langkahlangkah perbaikan pembelajaran tahap berikutnya. Semua kekurangan yang terjadi pada siklus 1 akan diadakan perbaikan oleh guru sebagai peneliti dan pelaksana pembelajaran pada siklus 2. Setelah instrumen penelitian teruji, selanjutnya yaitu menganalisis data dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dari siklus 1 hingga siklus 2. Berikut hasil analisis data yang diperoleh : Gambar 2. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Dari Grafik aktifitas siswa di atas tingkat prosentase pemahaman siswa tampak pada awal kegiatan adalah 25%, kemudian pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 45%, dan setelah siklus 2 peningkatan pemahaman siswa mencapai 85 %. 64 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) Hasil tindakan pada proses pembelajaran adalah, dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan minat, keaktifan, dan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran IPS tentang kegiatan jual beli dilingkungan rumah dan sekolah . Berikut ini adalah Grafik perilehan nilai rata-rata siswa per siklus : Gambar 3. Grafik Peningkatan Nilai rata-rata Gambar 3 di atas merupakan hasil dari tindakan yang diperoleh pada dasarnya merupakan hasil penelitian yang diperoleh melalui kebenaran secara empirik. Data hasil belajar peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajarnya, yaitu dari kondisi awal ke kondisi akhir siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar dari rata-rata 50 menjadi 70 . SIMPULAN Berdasarkan pelaksanaan penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Kegiatan Jual beli di lingkungan rumah dan Sekolah pada peserta didik kelas III SD Negeri 01 Tlogopakis kecamatan Petungkriyono kabupaten Pekalongan. Metode pembelajaran pendekatan kontekstual berpengaruh dalam hal-hal antara lain : 1) Meningkatkan aktifitas, kreatifitas, dan antusias peserta didik sehingga hasil belajar dapat meningkat; 2) Meningkatkan keefektifan waktu, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang; 3) Dalam proses pembelajaran, peserta didik merasa senang dan termotivasi. Penggunaan metode pembelajaran pendekatan kontekstual meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Kegiatan Jual beli di lingkungan rumah dan Sekolah, karena merupakan variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak hanya mendengarkan dan melihat peragaan, tapi langsung mencoba sendiri dan langsung terjun kelapangan untuk menemukan jawaban. Dengan penggunaan metode pembelajaran pendekatan kontekstual, peserta didik dapat menemukan cara belajar baru pada Kegiatan Jual beli di lingkungan rumah dan Sekolah. Jadi berdasarkan pengamatan penelitian membuktikan bahwa melalui penggunaan metode pembelajaran pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Kegiatan Jual beli di lingkungan rumah dan Sekolah pada peserta didik kelas III SD Negeri 01 Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima materi yang disajikan. Untuk menjadikan pembelajaran IPS bisa lebih baik disarankan seorang guru bisa PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eko Riyanto 65 melakukan pola pembelajaran yang didesain sedemikian rupa yang mengacu terhadap situasi siswa. Dengan demikian upaya perbaikan pembelajaran akan dapat dilakukan dengan perolehan hasil yang baik dan signifikan. Siswa perlu dilatih untuk bergaul dan bekerjasama yang harmonis dalam kelompoknya denagn kegiatan yang positif. Oleh karena itu bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas tertentu merupakan cara yang efektif untuk melatih sifat sosial pada siswa. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, Chaedar. 2006. Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadi. 2002. Model-model Pembelajaran. Malang: Universitas Malang Piaget. 1989. Mengenal Teori Konstuktivisme. (Online) dalam http://dahar.multiply.com/journal/item/1/mengenal_teori_konstruktivime/http. (diakses pada 27 Januari 2011) Sujana Nana. 2009. Pengertian Hasil Belajar. http://www.lintasberita.com /lifestyle/pendidikan. diakses maret 2014. Sukardi. 2008. Pengertian Validitas dan Reliabilitas. http://www.binham. wordpress.com/2012/01/07/validitasreliabilitas-instrumen-evaluasi/ Triyanto. 2007. Model-model pembelajaran Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Belajar Wardani, Naniek Sulistya. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga: Widya Sari Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Zahorik. 1995. Constructivis Teaching (fasback 390). Phi-Delta Kappa Eeducational Foundation. Bloomington, Indiana 66 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)