sedimen laut

advertisement
SEDIMEN LAUT
BATUAN SEDIMEN
Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan
bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan
metamorf hanya tersingkap sekitar 25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena
itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar
aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat pula dijumpai pada
batua sediment dan mempunyai arti penting dalam menentukan umur batuan dan
lingkungan pengendapan.
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagenesis dari
material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi
proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi
dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi
dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi
transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi
sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi
sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat
tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen
tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari
makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus
bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia
antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan
reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara
butiran mineral.
1. PROSES PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN
Proses pembentukan batuan sediment disebut
juga
sedimentasi.
Sedimentasi diartikan dalam banyak arti dan dari banyak ilmuwan. Salah satunya
adalah Pettijohn. Ia mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan
sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan
pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai
laut dalam.
Gambar: Siklus Batuan yang Mencakup Sedimentasi (klik gambar untuk lebih
jelasnya)
Proses sedimentasi ini berlangsung dalam 4 tahap yaitu:
1.1 Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses
pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari
mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai
batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh
dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya.
Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga
dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).
1.1.1 PELAPUKAN FISIK
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral
yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai
blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik:
• Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan stress
menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan topografi
• Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini
tergantung:
1.keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2.keberadaan air/cairan dalam pori
3.temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
• Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan.
• Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan karena
pengaruh matahari
• Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan
cepat.
1.1.2 PELAPUKAN KIMIA
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan
dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi
dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi
larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur
setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan
ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan
cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau
sangat dingin.
Jenis pelapukan kimia:
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung
ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan kation
logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar
kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995).
Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
2. Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk
mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral kehilangan air
sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi pada
pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum dari
proses ini adalah penambahan air pada mineral hematit sehingga membentuk
gutit.
3. Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk
pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah
teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
4. Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih
banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi
menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga
lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam
pelarutan.
5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air
hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.
6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti
pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.
1.2 Erosi dan Transportasi
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
-
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang
ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui
tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
-
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai
dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
-
Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
-
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada
di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan
yang ada.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi,
vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sediment (transportasi) adalah air, angin, dan juga gaya
grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir.
Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi
(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar
di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.
Sedimen-sedimen
yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat
tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut
relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung
ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen
tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya
sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan
membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen
yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh
penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur
yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan empat cara:
•
Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin
yang ada.
•
Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak
dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan
dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia
butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa
menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu
dengan lainnya.
•
Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi pada
sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan
mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada
mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
•
Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida
yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya
karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke
dasar.
1.3 Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan
yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru
kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan
ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.
1.4 Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment
yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh
proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan
terlitifikasi disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih
rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang
mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.
Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir
batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia.
Proses diagenesis terdiri dari 4 tahapan yaitu:
a. Kompaksi
Pada saat perlapisan di batuan sedimen terbentuk, tekanan yang ada di perlapisan
yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di atasnya. Akibat
pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan batuan akan tertekan
sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini sering disebut kompaksi.
b. Sementasi
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai
bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikelpartikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang
lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi.
Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada,
perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang
berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping
dapat dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran
sedimen yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut
terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan
akhirnya tersementasikan bersama-sama.
c. Kristalisasi
Ketika air menguap, kumpulan bahan sediment ini akan menjadi kristal yang solid
dan akan mengeras menjadi batu.
d. Reaksi Kimia
Reaksi kimia berlangsung secara oksidasi maupun reduksi sehingga ada
perubahan biloks. Contohnya perubahan biloks pada oksidasi ion bikarbonat.
2. STRUKTUR SEDIMEN DAN BEBERAPA BATUAN SEDIMEN
Dari pembahasan mengenai batuan sediment, kita akan mendapat banyak
istilah, terutama tentang struktur sedimen diantaranya:
2.1 Ripple Mark
Ripple mark merupakan salah satu struktur sedimen yang terbentuk akibat
aktivitas erosional. Pengertian ripple itu sendiri adalah suatu bentukan struktur
yang menunjukkan adanya undulasi berjarak teratur pada permukaan pasir atau
pada permukaan perlapisan batupasir. Perkembangan dari struktur ini adalah cross
lamination, yang merupakan pola struktur laminasi internal yang berkembang saat
migrasi dari struktur ripple.
Pembentukan struktur ripple ini berasal dari adanya suatu arus, misalnya
arus angin yang membawa material-material pasir sebagai material transport
kemudian dengan mekanisme pergerakan arus yang khas mengendapkan material
transport tadi pada front side-suatu-ripple. Intinya Ripple mark berbentuk
gelombang karena disebabkan oleh arus.
Ripple mark dapat dipergunakan dalam penentuan arah arus dan
penentuan top and bottom.
Gambar: Kenampakan Ripple Mark di alam (klik gambar untuk lebih jelasnya)
2.2 Cross Bedding
Dalam geologi, cross-bedding cenderung mengacu pada struktur sedimen
di unit horizontal batu. Struktur miring ini adalah merupakan deposito dari
bedforms seperti riak dan bukit pasir, dan mereka menunjukkan bahwa
lingkungan depositional berisi fluida yang mengalir (biasanya, air atau angin).
Singkatnya
Cross
Bedding
(Current
Bedding)
dapat
diartikan
dengan
perlapisan/batuan saling potong memotong satu dengan yang lainnya.
Cross Bedding dapat dibagi 2 bentuk yaitu planar dan wavy cross bedding.
Planar cross bedding memiliki bentuk relative seperti garis, sedangkan wavy cross
bedding berbentuk seperti kurva. Dapat dilihat pada gambar:
Gambar: Beberapa kenampakan struktur Cross Bedding di alam (klik gambar
untuk lebih jelasnya)
2.3 Graded Bedding
Graded Bedding merupakan struktur sedimen yang terbentuk bila butiran
butiran dalam tubuh batuan sedimen berubah secara gradual, samakin menghalus
atau semakin mengkasar. Pettijohn (1957) menggambarkan dua tipe pokok
gradasi. Tipe pertama yaitu tidak terdapat butiran halus pada bagian bawah
gradasi . Sedangkan tipe kedua yaitu butiran-halus-terdapat-pada-seluruh-gradasi-.
(Pettijohn,1957 )
Struktur ini berguna dalam penentuan top and bottom suatu batuan dimana
pada umumnya pada gradasi normal, butiran yang berukuran lebih besar akan
terendapkan terlebih dulu, sehingga bagian bottom memiliki ukuran butiran yang
cenderung lebih besar.
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana
butiran makin ke atas makin halus. Secara genesa, graded bedding oleh arus turbid
juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga disebabkan oleh pengaruh arus
turbulensi.
Penggolongan Bedding Menurut Ketebalan (Mc Kee and Weir, 1985)
Ukuran Bedding (cm)
Nama Bedding
>100
very thick bedded
30-100
thick bedded
10-30
medium bedded
3,0-10
thin bedded
1,0-3,0
very thin bedded
0,3-1,0
thick laminated
<0,3
thin laminated
2.4 Load Cast
Load Cast merupakan lekukan yang timbul pada permukaan lapisan akibat
beban yang ada diatasnya atau dapat diartikan sebuah ketidakteraturan di dasar
sebuah lapisan atasnya, biasanya batu pasir, sedang yang menjadi lapisan dasar
biasanya shale atau tanah liat.
2.5 Convolute Bedding
Merupakan liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi. Struktur
ini merupakan struktur yang paling tidak terstruktur dikarenakan energi
gelombang yang bolak-balik dan tidak menentu sehingga menghasilkan alur
sedimentasi yang susah di prediksi.
Dari no.1-5 diatas merupakan contoh-contoh struktur sediment, sedangkan
no. 6-10 dibawah ini merupakan contoh batuan sedimen dan fungsinya.
2.6 Batubara (Coal)
Termasuk kedalam jenis batuan sedimen batubara. Batu bara merupakan
batuan sedimen nonklastik yang tersusun atas senyawa karbon, batu bara dibentuk
dari tumbuhan purba yang mengalami dekomposis dan terkubur dalam lapisan
sedimen selama jutaan tahun lamanya dalam periode carboniferous (260 – 350
juta tahun lalu) semakin banyak lapisan yang terbentuk, maka lapisan ini akan
tertimbun oleh lapisan diatasnya dan mengalami peningkatan suhu dan berat dan
bahan organic yang ada, setelah jutaan tahun, kondisi fisik ini menyebabkan batu
bara terbentuk dari karbon, hydrogen, oksigen, sulfur, nitrogen, dan mineral
anorganik lain dari tumbuhan. Batu bara yang terbentuk pada suatu lapisan
disebut “seams”. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya peat, lignit,
bituminous coal, anthracite.
Beberapa jenis batu bara :
-
Peat : Padat dan sebagian terdiri dari hasil penguraian material organik.
Mengandung 50 %
-
Lignite : Berwarna coklat atau abu-abu, rapuh dan kebanyakan tidak
murni,
masih
memperlihatkan
potongan-potongan
tumbuhan/kayu.
Mengandung 80% karbon
-
Bituminous : Hitam dengan beberapa kumpulan. Beberapa kumpulan
bersinar sedangkan yang lain tidak. Kumpulan-kumpulan ini menunjukkan
beberapa macam material tumbuhan dalam proses yang berbeda-beda yang
dapat dilihat dengan mikroskop. Mengandung 90% karbon.
Anthracite : Fase tertinggi dalam batu bara. Mengandung 95% karbon
Gambar: (a) Lignite, (b) Bituminous, (c) Anthracite
Fungsi utama batubara ialah untuk bahan baker dan untuk kokas.
2.7 Batu Gamping (Limestone)
Batu gamping merupakan batuan sedimen karbonat yang terdapat di alam.
Umumnya terdiri dari kalsit, beberapa mempunyai imparities atau variasi bagus
bahkan keduanya dalam penampakkannya. Beberapa baugamping yang berbentuk
butiran halus mungkin terbentuk secara presipitasi kimia dengan batuan banyak
atu sedikit organisme kecil, beberapa sedimen pada dasar laut kemungkinan
tersingkap di lapisan awal pada formasi batugamping ukuran halus. Tampak luar
bahan tambang batu gamping berwarna putih, putih kekuningan, abu-abu hingga
hitam. Berdasarkan determinasi bahan tambang batu gamping merupakan salah
satu bahan galian industri yang potensinya sangat besar. Cadangan batu gamping
di seluruh Indonesia diperkirakan lebih dari 28 milyar ton yang tersebar hampir
diseluruh wilayah Indonesia, salah satu lokasi depositnya yang cukup besar adalah
di Tasikmalaya bagian Selatan.
Fungsi batu gamping ialah sebagi berikut:
NO
BIDANG
PEMANFAATAN
1.
Pertanian
- Mengurangi derajat keasaman (pH) tanah.
- Meningkatkan ketersediaan kandungan N, P, Ca, Mg, Na
dan KTK tanah.
- Mengurangi kandungan Alumunium.
- Memperbaiki struktur fisik tanah.
2.
Kontruksi
- Podasi bangunan rumah, jalan dan jambatan.
- Sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester.
- Pembutan semen trass atau semen merah.
3.
Industri
- Industri keramik, berfungsi menurunkan suhu
leleh.
- Industri kaca digunakan sebagai bahan tambahan.
- Pembuatan bata silika dengan kandungan CaO 90%.
- Pembuatan karbid dengan kandungan kapur tohor (60%
), kokas (40 %) antrasit, petrolium coke (carbon black).
- Untuk pelaburan dan pemurnian baja sebagai imbuh pada
tanur tinggi.
- Bahan pemutih dalam industri kertas, pulp dan karet
- Pembuatan soda abu
- Proses pengendapan biji logam non-ferrous.
- Proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira.
4.
Lingkungan
- Digunakan dalam pengolahan air bersih
- Penetralisir air yang mengandung CO2
2.8 Batu Rijang (Flintstone)
Rjang atau batu api (Bahasa Inggris: flint atau flintstone) adalah batuan
endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Disebut “batu
api” karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api
yang dapat membakar bahan kering.
Rjang biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua. Rijang
terutama ditemukan dalam bentuk nodul pada batuan endapan seperti kapur atau
gamping. Sejak Zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk membuat senjata
dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau, kapak, dll.
Poses pembentukan rijang belum jelas atau disepakati, tapi secara umum
dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada
pembentukan batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang
menyebutkan bahwa bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen,
misalnya lubang yang digali oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi
silikat. Teori ini dapat menjelaskan bentuk kompleks yang ditemukan pada rijang.
2.9 Batu Pasir (Sandstone)
Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran
pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya
terakumulasi pada suatu tempat. Batu pasir termasuk dalam batuan sediment
klastik. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi
batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir
umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan
Graywacke.
2.9.1 QUARTZ SANDSTONE
Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari
kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan
ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian
besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
2.9.2 ARKOSE
Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar.
Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami
sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiranbutiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif pendek.
2.9.3 GRAYWACKE
Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih
komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan
sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
Manfaat batu pasir diantaranya ialah sebagi berikut:
-
Industri gelas kaca: Batu pasir kuarts mengandung senyawa silika yang
merupakan oksida pembentuk gelas.
-
Industri Semen: Sebagai pengontrol kandungan silika dalam semen yang
akan dihasilkan.
-
Industri Keramik: Bahan baku pembuatan tegel mosaik/ email.
-
Industri gerinda: Sebagai pengamplas.
-
Industri pengecatan logam: Bahan baku pasir cetak dan sebagai bahan
penghilang karat dalam industri logam.
2.10 Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan
ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya
tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih
besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung
atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu
serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila
dipanasi menjadi plastis.
Shale digunakan dalam semen dan batu bata, beton, dan pembangunan
jalan, dan produk keramik. Beberapa shale memiliki minyak di dalamnya dan
dapat digunakan untuk bahan bakar. Sekarang ini, terlalu banyak biaya untuk
mendapatkan minyak keluar dari serpih,
sehingga tidak digunakan lagi cara
seperti itu. Beberapa shale yang tertimbun jutaan tahun lamanya juga
mengandung fossil. Oleh karena itu shale berfungsi dalam pencarian fossil.
DAFTAR PUSTAKA
Pettijohn, F.J. (1975): Sedimentary rocks. 3rd Ed. Harper & Row, New York.
Williams, Linda (2004): Earth Science. McGraw Hill Companies, inc, New York.
Anonim (1999): Petroleum Geology. Baker Hughes INTEQ, Houston (USA).
Tucker, M.E. (1981): Sedimentary Petrology. Blackwell Scientific Publications.
Skinner, Brian. 1979. Rocks and Rock Minerals. Canada: John Wiley and Sons.
University of Tulane – http://www.tulane.edu
http://udhnr.blogspot.com/2009/02/batuan-sedimen.html
Australian Museum - http://www.amonline.net.au/geoscience/
http://rageagainst.multiply.com/journal/item/33/Tentang_Sedimen
http://geology.com/rocks/
http://geologikita.blogspot.com/2008/12/ripple-mark.html
http://wahyuancol.wordpress.com/2008/06/21/siklus-batuan/
http://adonliebzcool.wordpress.com/2009/05/
http://www.sonicplatform.com/?keyword=batuan-sedimen
http://antzon.wordpress.com/page/94/
http://efun117.wordpress.com/
http://www.regentsprep.org/Regents/earthsci/units/weathering/deposition.cfm
http://bara-komp.blogspot.com/2008/06/batuan-sediment.html
http://firdaus.unhalu.ac.id/
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/14/petrologi-batuan-sedimen/
Download