USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa PRIORITAS PENDIDIKAN PAPUA Volume 3/III/2015 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan Dasar yang Baik di Provinsi Papua Pelan Bukan Berarti Tidak Jalan P endidikan tidak bisa terlepas dari peran penting seorang pendidik. Kita tidak perlu menunggu menjadi sempurna untuk bisa mendidik orang lain. Jika kita menunggu sempurna, kita tidak akan pernah memiliki kesempatan menjadi pendidik. Belajar merupakan proses tanpa henti selama manusia hidup. Seorang pendidik pun tidak pernah berhenti untuk belajar. Linus Logo, seorang guru di SD Inpres Wesaput, memahami hal tersebut. Ia tidak malu untuk belajar lagi dalam pelatihan guru yang diadakan oleh Yayasan Kristen Wamena (YKW). Sebelum mengikuti pelatihan, ia mengaku mengalami kesulitan dalam mengajar. Selain karena ia harus mengajar lebih dari 30 anak didik dalam satu kelas, ia merasa cara mengajarnya membosankan. Ia lebih sering bercerita kepada anak-anak didiknya saat pelajaran karena tidak tahu harus mengajar apa. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak berjalan seperti seharusnya. Sebagian besar anak-anak kelas 2 mengalami kesulitan membaca dan menulis. Linus mengikuti pelatihan dari YKW yang dibagi menjadi tiga tahap. Ia mencoba menerapkan yang telah dipelajari dalam pelatihan. Pada awalnya, ia memang mengalami beberapa kendala, tetapi itu bukan alasan untuk menyerah. Pada saat tim pelatih YKW melakukan pendampingan di sekolah, terlihat jelas usahanya untuk menjadi lebih baik. Ia mencoba menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan efektif serta menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang diberikan YKW. Linus Logo mendampingi anak-anak kelas 2 SD Inpres Wesaput menyelesaikan latihan Bahasa Indonesia dari buku kerja siswa BPKP. Setelah mendapat beberapa kali pendampingan dari pelatih YKW, ia mulai percaya diri untuk mengubah cara mengajarnya menjadi lebih baik dan efektif. Tidak ada lagi cerita yang tidak berhubungan dengan pelajaran lagi di kelasnya. Anak-anak mulai fokus belajar membaca, menulis, dan berhitung menggunakan BPKP. Bahkan, untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di kelasnya, ia juga mulai berusaha membuat alat peraga sendiri dan dengan teratur mengajak anak-anak belajar menggunakannya. (IW) Volume 3/III/2015 2 Daftar Isi: Catatan Redaksi Pelan Bukan Berarti Tidak Jalan 1 Catatan Redaksi 2 Fokus pada Cara Mengajar Calistung 3 Pion dan Batu sebagai Alat Bantu Berhitung 3 Senang Bisa Belajar Setiap Hari 4 Semangat untuk Menjadi Lebih Baik 4 Dampak BPKP di SD YPPGI Hitigima 5 Keadaan tersebut memberi motivasi kepada YKW dan Yasumat untuk melatih guru-guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung) di kelas satu sampai tiga. Semangat YKW dan Yasumat ini terlaksana karena adanya kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya dan disponsori oleh USAID PRIORITAS. Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya telah merencanakan kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pendidik yang terkait dengan penerapan kurikulum, pengajaran di kelas awal, penerapan disiplin positif, dan lain-lain. Kemampuan Komunikasi Tertulis dan Lisan Pelatih 5 Bangga Jadi Guru 6 Cara Kreatif Meningkatkan Kemampuan Anak 7 Membangun Kerja Sama Antarlembaga untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Jayawijaya 8 Dalam buletin ini, diceritakan bagaimana yayasan-yayasan bergandengan tangan dengan pemerintah daerah dalam upaya tersebut. Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya mengistilahkan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang disusun oleh YKW seperti menyiram ke dalam mangkok dari dekat sehingga semua bahan bisa masuk. Terlebih lagi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua sudah merekomendasikan penggunaan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). Rekomendasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua 9 Surat Rekomendasi Penggunaan BPKP oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua 10 Mendidik Anak-Anak Kampung Secara Baik 12 Melatih Guru Sekolah Pedalaman Yahukimo 13 Lensa Prioritas 14 Direktur Misi USAID Indonesia: BPKP Memampukan Guru Mengajar Lebih Efektif 16 D ata pemerintah daerah Kabupaten Jayawijaya menunjukkan bahwa sebanyak 362 dari 598 guru-guru sekolah dasar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMA atau SPG. Di kabupaten Yahukimo latar belakang pendidikan guru-guru belum lebih baik daripada di Jayawijaya. Data seperti itu menunjukkan bahwa pelatihan pelatihan sangat penting dan akan secara langsung berguna bagi anakanak yang ada di SD. Martijn van Driel Konsultan Pendidikan Yayasan Kristen Wamena Melalui buletin ini, diuraikan juga tentang pelatihan guru-guru SD di Kabupaten Jayawijaya yang dilakukan oleh YKW dan di Kabupaten Yahukimo oleh Yasumat. Kami juga menuliskan beberapa kesaksian guru dan siswa dari sekolah mitra kami. Dengan membagikan informasi tentang hal-hal tersebut, kami berharap tenaga pendidik lainnya dapat terinspirasi untuk mengembangkan keterampilan masing-masing demi kemajuan pendidikan di Papua, khususnya di Pegunungan Tengah. PRIORITAS PENDIDIKAN PAPUA 3 Fokus pada Cara Mengajar Calistung S elama dua minggu, Yayasan Kristen Wamena (YKW) kembali berbagi ilmu dengan guru-guru dan kepala sekolah mitra program PRIORITAS. Pelatihan guru yang dibagi menjadi dua kelompok ini berjalan cukup efektif. Kelompok pertama mengikuti pelatihan pada 9 sampai 13 Februari dan kelompok kedua pada 23 sampai 27 Februari. Praktik mengajar Dinding Matematika. Pada hari pertama pelatihan, peserta diingatkan kembali tentang cara pemakaian Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) dan pentingnya alat peraga. Hari-hari pelatihan selanjutnya diawali dengan observasi proses belajar mengajar menggunakan BPKP di SD Koinonia. Setelah itu, peserta dibekali praktik pembiasaan konsep dasar matematika (dinding Matematika dan proses membaca. “Sejak awal, program ini fokus pada kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) anak. Maka, kami menekankan kembali penerapan dinding Matematika dan proses membaca dalam pelatihan ini,” kata Eirene, fasilitator pelatihan dari YKW. Observasi kegiatan belajar mengajar di kelas 2 SD Koinonia. Selain itu, menurut pengamatan pelatih selama proses pendampingan, guruguru mengalami kesulitan untuk menangani kelas besar dan kelas rangkap. Kelas besar yang dimaksud adalah kelas yang memiliki 40 atau lebih anak didik, sedangkan kelas rangkap berarti guru dituntut untuk menangani dua atau lebih kelas dalam satu waktu yang bersamaan. Melihat itu, peserta juga berbagi pengalaman tentang cara menangani kelas besar dan kelas rangkap. (JP) Pion dan Batu sebagai Alat Bantu Berhitung M atematika bukan mata pelajaran yang sulit jika tahu cara belajar yang tepat dan menyenangkan. Jika di kota besar anak-anak bisa menggunakan alat canggih untuk menghitung, anak-anak di Wamena menggunakan pion dan batu untuk belajar menghitung. Pion berasal dari tanaman yang tumbuh di Pegunungan Tengah. Bentuknya seperti bambu. “Dulu anak-anak pakai jari saja. Sekarang pakai pion. Kalau 1 belajar tambah-tambah, misalnya lima tambah 3, anak-anak sudah pegang 5 pion di tangan kanan, tinggal tambah 3 lagi. Jadi, Anak-anak kelas 2 SD YPPK Sinatma kalau sudah ada lima, ditambah 3 jadi enam, tujuh, delapan,” menggunakan pion sebagai alat bantu belajar terang Alpius sambil memperagakan penggunaan pion di kelas 2 penjumlahan. SD YPPK Sinatma. Pion dan batu bisa didapatkan di mana saja. Biasanya, guru-guru akan meminta anak-anak membawa pion ke sekolah dan dikumpulkan di sekolah sehingga bisa digunakan sewaktu-waktu. Jika tidak ada pion, masih ada batu di halaman sekolah yang bisa diambil dan digunakan sebagai alat peraga belajar matematika. (JP) Volume 3/III/2015 4 Senang Bisa Belajar Setiap Hari B apak guru biasanya pakai cerita-cerita yang saya tidak tahu. Saya tidak pakai Bahasa Indonesia di rumah, jadi pelajaran bahasa Indonesia buat saya bingung. Dulu bapak guru suka pakai cerita tentang kereta api, kapal laut, jalan tol. Saya tidak tahu itu apa. Sekarang bapak guru pakai cerita-cerita yang saya tahu. Bapak guru kemarin ceritakan tentang babi. Saya tahu babi. Bapak guru juga minta saya kerja tugas dari buku baru. Saya kerja di kertas, tapi saya senang karena banyak gambar di buku. Di kelas, saya juga menyanyi dengan teman-teman dan bapak guru. Saya jadi senang belajar di sekolah karena bisa Nursi Haluk, siswi kelas 3 menyanyi dan main. Saya sudah bisa baca kata dan kalimat yang pendek. SD YPPGI Pugima Waktu belajar hitung-hitung, bapak guru ajak hitung pakai pion. Bapak guru juga minta saya dan teman-teman keluar kelas untuk hitung pagar dan kayu. Sekarang saya sudah bisa tambah-tambah dan kurang-kurang. Bapak guru juga sekarang rajin masuk kelas untuk ajar saya. Saya senang karena bisa belajar setiap hari. (Nug) Semangat untuk Menjadi Lebih Baik M enjadi pelatih guru di Kabupaten Jayawijaya, Papua, merupakan pengalaman yang menarik. Ada 58 guru dan kepala sekolah dari 20 sekolah mitra YKW PRIORITAS yang kami latih. Beberapa di antaranya sudah mulai menerapkan hal-hal yang kami berikan, tetapi ada pula yang belum. Seorang guru kelas 1 SD YPPK St. Gabriel Elagaima, Matias Elopere, telah mengikuti pelatihan guru yang diadakan oleh Yayasan Kristen Wamena (YKW) sebanyak tiga tahap. Meskipun mengalami kesulitan Matias Elopere menggunakan pion dalam memahami materi yang disampaikan oleh tim pelatih, bapak guru sebaga alat peraga dalam mengajar ini memiliki semangat untuk mencoba menerapkan pola pengajaran Matematika kelas 2 SD YPPK Elagaima. Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). Kesulitan yang dihadapinya bukan halangan untuk mengajar dengan lebih baik. Matias mau menggunakan BPKP dan alat peraga dalam mengajar, bahkan membuat alat peraganya sendiri. Selain itu, dia rajin menulis daftar hadir siswa dan mencatat apa yang diajarkannya setiap hari dalam jurnal harian guru. Jika kami memberikan masukan saat pendampingan, Matias menerimanya dan mencoba menerapkannya. Bapak Matias Elopere merupakan salah satu di antara beberapa guru yang memiliki semangat untuk berubah. Mereka berubah bukan demi pelatih. Mereka mau keluar dari cara lama dan mencoba cara baru untuk kemajuan pendidikan anak-anak Papua, khususnya di Kabupaten Jayawijaya ini. Hal itulah yang menambah semangat tim pelatih YKW untuk terus mendampingi. Tantangan akan terus ada, tapi semangat juga akan terus menyala. Kiranya Tuhan menolong kita dalam melayani guru-guru dan anak-anak. (EM) PRIORITAS PENDIDIKAN PAPUA 5 Dampak BPKP di SD YPPGI Hitigima K ami dari SD YPPGI Hitigima mengucapkan terima kasih banyak kepada Yayasan Kristen Wamena (YKW). YKW telah membantu kami dalam bentuk peralatan sekolah, dalam hal ini buku-buku paket BPKP, serta peralatan atau alat peraga Matematika dan Bahasa Indonesia, buku pedoman guru serta dengan buku tes siswa. Yoel Wetipo Guru SD YPPGI Hitigima Kami lihat sebelumnya kami pakai buku paket umum agak sulit untuk mengerti. Kami harus buat RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran –red) dan segala macam. Tetapi, BPKP ini sudah ada RPP-nya sehingga tidak terlalu sulit. Untuk itu, kami dari SD YPPGI Hitigima, sekali lagi, mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Kami dari SD YPPGI Hitigima mendorong dengan doa agar YKW bisa meningkatkan untuk memperbanyak buku lagi. Ini salah satu pelayanan dari YKW untuk bisa membantu di Pegunungan Tengah Papua, secara khusus Kabupaten Jayawijaya dan Yahukimo. Tuhan terus menyertai dalam pelayanan ini. YKW juga bisa membuka mata putra-putri Papua untuk masa depan mereka. Tuhanlah yang akan membalas jasa bapak dan ibu dari YKW. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Syalom! (Yoel Wetipo, S.Pd.K) Kemampuan Komunikasi Tertulis dan Lisan Pelatih P ada 2-6 Maret, Yayasan Kristen Wamena (YKW) kembali mengadakan pelatihan pelatih (training of trainers) tahap keempat. Dalam pelatihan ini, pelatih diajak untuk mengasah kemampuan menulis. Harapannya, mereka dapat menuliskan hasil-hasil pendampingan dengan lebih mengalir. Pelatih diajak menulis secara bebas terlebih dahulu, kemudian menyusun ide-ide dalam tulisan itu menjadi sebuah kerangka yang lebih terstruktur. Setelah itu, pelatih mengembangkan kerangka tersebut menjadi sebuah karangan yang baik. Mereka juga diajak berdiskusi tentang komunikasi yang baik dan efektif. Iain Wilson, seorang konsultan pendidikan, diundang sebagai fasilitator untuk materi komunikasi ini. Pelatih diberi kesempatan berbagi hambatan-hambatan komunikasi yang dihadapi selama mendampingi guru. Pelatih bersama fasilitator mencari solusi untuk memperkecil hambatan-hambatan tersebut. Pelatih juga belajar lagi tentang materi pengambilan data kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) anak-anak didik di sekolah mitra YKW PRIORITAS. Melalui pengambilan data ini, kita diharapkan bisa melihat perkembangan kemampuan calistung anak-anak didik di sekolah yang menjadi mitra program pelatihan guru yang diselenggarakan oleh YKW dan USAID PRIORITAS. Suasana diskusi tentang hambatan dan solusi berkomu(JP) nikasi dalam proses pendampingan guru. Volume 3/III/2015 6 Bangga Jadi Guru Alpius Lani adalah salah satu guru dari SD YPPK Sinatma yang mengikuti pelatihan guru yang diadakan Yayasan Kristen Wamena (YKW) dalam 3 tahap. Seusai pendampingan, fasilitator dari YKW dan Alpius duduk bersama untuk berbincang-bincang. Berikut hasil percakapan fasilitator YKW dan Alpius. Mengapa Bapak mau menjadi guru? “Cita-cita saya dulu jadi seorang tentara, tapi tidak diterima di sekolah tentara. Saya coba daftar di sekolah pendidikan guru dan diterima. Saya pikir memang Tuhan mau saya jadi guru.” Sejak kapan Bapak mengajar? “Pertama mengajar, saya ditempatkan di SD Inpres Bokondini tahun 1997. Lalu 2003 saya pindah ke Wamena dan mengajar di SD YPPK Sinatma.” Menurut Bapak, apakah kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) itu penting? “Menurut saya, calistung itu sangat penting, terutama membaca. Anak harus tahu abjad dulu, lalu bisa susun kata, lalu susun kalimat.” Suasana kelas 2 SD YPPK Sinatma saat Alpius Lani mengajar Bahasa Indonesia. Apa tantangan Bapak dalam mengajarkan calistung kepada anak-anak? “Kemampuan bahasa Indonesia jadi tantangan paling berat. Orang tua anak-anak di sini banyak yang tidak berpendidikan. Mereka tidak bisa bahasa Indonesia. Anak-anak juga tidak tahu bahasa Indonesia. Dari rumah, mereka langsung masuk SD kelas 1, tidak ada PAUD atau TK dulu. Itu yang buat susah.” Saya juga lihat Bapak sudah pakai BPKP saat mengajar. Apa ada perbedaan saat mengajar sebelum dan setelah pakai BPKP? “Sebelum pakai BPKP saya masih raba-raba yang saya ajarkan. Saya pakai buku paket yang dari pusat. Tapi isinya banyak yang tidak ada di Wamena sini. Kalau mengajar tentang kereta api atau gunung berapi, saya bingung, anak-anak juga bingung karena tidak ada di sini. Di BPKP contoh-contohnya ada di sini semua jadi saya tidak bingung mengajar dan anak-anak cepat mengerti.” Menurut Bapak, apakah BPKP membantu Bapak dalam mengajar? “Saya sangat berterima kasih karena di dalam BPKP semuanya sudah lengkap. Ada RPP yang lengkap dengan pembukaan, penjelasan, pelatihan, dan penutup. Semua lengkap. Sangat membantu saya dalam mengajar. Anak-anak juga senang dan cepat belajar karena ada gambar-gambar dan cara pakai alat peraganya. Kalau anak-anak senang, mereka cepat bisa, saya bangga.” (Nug/JP) PRIORITAS PENDIDIKAN PAPUA 7 Cara Kreatif Meningkatkan Kemampuan Anak S etelah mengikuti pelajaran selama satu semester, kepala sekolah dan guru-guru menemukan kesulitan untuk menangani kelas dengan kemampuan anak yang sangat berbeda. Beberapa anak sudah bisa membaca, tetapi ada juga yang hanya hafal satu atau dua huruf. Untuk menangani hal tersebut, sebuah tindakan kreatif dilakukan oleh SD YPPK Pikhe. Anak-anak didik kelas 1 di SD YPPK Pikhe dibagi menjadi dua kelas berdasar kemampuan mereka. Di satu kelas untuk anak-anak didik yang sudah bisa membaca, guru bisa meneruskan pelajaran sebelumnya. Satu kelas lagi untuk anak-anak didik yang masih mengalami kesulitan membaca. Kelas kedua ini diajar oleh seorang guru honorer, Rosita Ayamiseba. Gaya diferensiasi ini bisa diterapkan di sekolah-sekolah yang lain juga untuk mengatasi perbedaan kemampuan antara anak didik. Anak didik di kelas Rosita semakin percaya diri waktu mereka mendapat pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemajuan mereka. Di ruang kelas sebelah, anak-anak juga lebih semangat. Rosita dengan teratur menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) dan mengikuti langkahlangkah di buku panduan BPKP dengan tepat. Dia menyatakan bahwa anak-anak didik yang selalu masuk sudah paham dan bisa lakukan apa yang diajarkan. Namun, anak-anak didik lain bermasalah karena tidak teratur masuk sekolah. “Saya kadang rasa pusing dengan anak-anak yang tidak datang setiap hari. Pada saat saya sudah mengajar bahan baru, mereka tidak ada, dan waktu mereka datang lagi, mereka tidak bisa ikuti pelajaran dengan baik,” kata Rosita. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil tes bahwa ternyata anakanak yang masih kesulitan membaca adalah anak-anak yang sering absen. Sebagai upaya mengatasi masalah ini, sekolah menyebarkan surat undangan kepada orang tua atau wali anak-anak didik di kelas Rosita. Sekitar 20 orang tua menghadiri pertemuan tersebut. Rosita memberikan pemahaman tentang proses membaca dan pentingnya dukungan orang tua untuk pendidikan anak. Ia juga menjelaskan bahwa semua orang tua diharapkan bisa membantu anak-anak belajar di rumah. Beberapa orang tua kebingungan untuk membantu anak-anak karena mereka sendiri tidak bisa membaca. Untuk itu, Rosita menjelaskan bahwa ada hal-hal lain yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak, yaitu berdoa untuk anak, mengantarkan sampai di sekolah supaya anak ‘tidak kabur’ di tengah jalan, dan memastikan anak tidur tepat waktu. Orang tua juga sangat mengerti bahwa anak juga perlu makan sesuatu sebelum berangkat ke sekolah, jangan sampai bunyi perut lebih keras daripada bunyi huruf. Salah satu hasil dari pertemuan ini adalah meningkatnya kehadiran anak didik di kelas Rosita. (MD) Rosita saat mengajar anak-anak kelas 1 SD YPPK Pikhe. Suasana pertemuan orang tua di SD YPPK Pikhe Volume 3/III/2015 8 Membangun Kerja Sama Antarlembaga untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Jayawijaya P endidikan adalah hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Meningkatnya kualitas SDM bisa memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu hal penting dalam meningkatkan kualitas SDM adalah memajukan pelayanan pendidikan yang baik bagi peserta didik, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) adalah salah satu hal yang perlu memperoleh perhatian khusus dari seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan agar masyarakat bebas buta aksara serta menuju masyarakat Kabupaten Jayawijaya yang berkualitas, sehat, berbudaya, dan mandiri. Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Para pemangku kepentingan di bidang pendidikan harus bergandengan tangan dan bekerja sama dalam mendukung segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga nonpemerintah. Yayasan Kristen Wamena sebagai salah satu yayasan lokal nonprofit yang fokus pada upaya peningkatan kualitas pendidikan di Papua menyadari bahwa kerja sama antarlembaga sangatlah penting. Saat ini YKW bekerja sama dengan USAID PRIORITAS untuk menjalankan program pelatihan guru SD kelas awal. Fokus program ini adalah peningkatan baca, tulis, hitung (calistung) dan pendistribusian Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) di Kabupaten Jayawijaya. Salah satu bentuk nyata kerja sama antarlembaga yang telah dilakukan adalah penyusunan rencana strategis (renstra) Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya. Penyusunan renstra ini dilakukan bersama-sama oleh pemerintah Kabupaten Jayawijaya melalui Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya dan lembagalembaga nonpemerintah seperti yayasan-yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Dalam hal ini, UNICEF bersama Yayasan Kumala telah membantu memfasilitasi proses penyusunan rencana strategis tersebut dan bekerja sama dengan yayasan-yayasan yang ada di Kabupaten Jayawijaya seperti YKW, WVI, YPK, YPPK, YPPGI, Departemen Agama, dan pihak lainnya dalam kegiatan lokakarya penyusunan renstra pendidikan dan konsultasi publik yang juga didukung oleh bappeda dan lembaga-lembaga lainnya. Kerja sama antara pemerintah dan lembaga-lembaga nonpemerintah benar-benar diperlukan untuk memajukan pendidikan di Kabupaten Jayawijaya. Mari kita bangun kerja sama dan komunikasi antarlembaga yang berkelanjutan. Dengan begitu, kita dapat bersinergi dalam mengimplementasikan program-program di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mari kita bersama-sama berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi tercapainya “Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo” yang berarti hari esok yang lebih baik dari hari ini. (RD) Keterlibatan aktif YKW dalam konsultasi publik dokumen rencana strategis Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya. 9 PRIORITAS PENDIDIKAN PAPUA Rekomendasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua E lias Wonda, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Papua, memberi dorongan kepada penyusunan dan penggunaan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). “Penyusunan BPKP ini memenuhi syarat Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 2 Tahun 2013, Pasal 30 ayat 3, bahwa kurikulum dan bahan ajar pendidikan bagi anak Papua dipadukan dan disesuaikan dengan keanekaragaman fisik, hayati, bahasa, dan sosial budaya Papua,” kata Elias Wonda. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua juga mengatakan, “Kami mendukung keberadaan Buku Paket Kontekstual Papua ini yang penyusunannya mengaca pada Kompetensi Dasar Guru SD YPPK Mulima mendampingi anakanak kelas 1 mengerjakan latihan di buku Kurikulum Nasional (Standar Pendidikan Nasional), menggunakan kerja siswa BPKP. bahasa Melayu Papua, yang secara adaptif telah disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan pengembangan pendidikan di Provinsi Papua baik materi pembelajaran, maupun bahasanya.” Buku Paket Kontekstual Papua dilengkapi juga dengan Buku Panduan Guru yang sekaligus dapat digunakan sebagai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP. Sehingga BPKP ini menjadi sangat praktis dan mudah digunakan serta sangat membantu guru dalam menyusun perencanaan pelajaran yang terperinci, interaktif dan kontekstual. Seperti dikutip dalam suratnya, Elias Wonda mengatakan bahwa keberadaan BPKP ini akan menjadi pilihan utama bagi para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan orang tua serta masyarakat luas, khususnya bagi mereka yang bertugas dan berada di sekolah-sekolah di wilayah pedesaan dan desa terpencil, di mana mereka sangat sulit untuk memperoleh buku-buku pelajaran di kelas awal, sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa dan kebutuhan anak serta masyarakat setempat. Dalam surat rekomendasinya, Elias Wonda juga mendorong upaya untuk menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar: “Kebijakan Pendidikan Multi-Bahasa Berbasis Bahasa Ibu, dijamin oleh Pemerintah Provinsi Papua, melalui Peraturan Daerah Khusus Nomor 3 - 2013, tentang Pelayanan Pendidikan Bagi Komunitas Adat Terpencil, Pasal 22 Ayat 1, bahwa ‘bahasa pengantar Pendidikan Dasar untuk Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Papua adalah Bahasa Indonesia’, dan pada Pasal 22 Ayat 2, ‘namun sejauh bahasa Indonesia belum dapat “Kami mendukung keberadaan Buku Paket digunakan sebagai pengantar dalam penyelenggaraan pendidikan maka sekolah-sekolah formal dan Kontekstual Papua ini yang nonformal dapat menggunakan bahasa daerah/ibu’. penyusunannya mengaca pada Kompetensi Kami berharap upaya ini akan menjadi dukungan dan Dasar Kurikulum Nasional (Standar kontribusi positif usaha dan pemikiran kita bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui Pendidikan Nasional)” (Elias Wonda, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pelajaran membaca, menulis dan berhitung (CALISTUNG) bagi para peserta didik yang duduk di Provinsi Papua) kelas awal (kelas 1, 2 dan 3) tersebut.” (MD) Volume 3/III/2015 10 Surat rekomendasi penggunaan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) dari Elias Wonda, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua (halaman 1) 11 PRIORITAS PENDIDIKAN PAPUA Surat rekomendasi penggunaan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) dari Elias Wonda, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua (halaman 2) Volume 3/III/2015 12 Mendidik Anak-Anak Kampung Secara Baik S etamat SD tahun 1992, Ananias Alya mengabdikan dirinya untuk mengajarkan cara membaca menulis dan menghitung kepada siapa saja yang ada di Kampung Balam Dua Distrik Bomela Yahukimo. Pengabdian ini dilakukan mengikuti kehendak hatinya, agar masyarakat dan keluarganya tidak ada yang buta huruf. Ananias Alya, seorang guru di kampung Balam Dua Distrik Bomela, Yahukimo. Ananias melihat banyak anak usia sekolah di kampungnya yang juga tak terurus dan anak sekolah pun tidak pergi ke sekolah. Keadaan ini diakibatkan oleh tidak adanya guru di sekolah sehingga tidak ada anak yang pergi ke sekolah. Dia pun memutuskan untuk ikut ‘menghidupkan’ kembali sekolah tempatnya dulu ia sekolah. “Pada awalnya saya hanya ingin anak-anak selalu datang ke sekolah, tidak ikutikutan orangtuanya ke kebun. Tiap pagi sekolah saya buka dan murid saya kelompokkan, yaitu kelompok kelas awal dalam satu kelas dan kelompok kelas tinggi di satu kelas. Saya hanya mengajak belajar bersama mereka,” urainya mengisahkan perjalanannya mengajar di SD. Pada saat itu, sekolah sudah tidak beroperasi. Tiga orang guru PNS yang harusnya mengajar di sekolah, meninggalkan sekolah dan tidak kembali lagi. Mereka memilih tinggal di Ibukota Kabupaten (Wamena) dan hanya datang ke sekolah saat hendak akan ujian. Praktis, kemampuan anak tidak menjadi perhatian, yang penting anak naik kelas dan orangtua pun senang. Tinggalah Ananias Alya yang mengajar seorang diri tanpa pernah ada yang membayar jerih upayanya. “Saya tidak tahu apa yang saya lakukan itu dinilai pantas akan mendapatkan upah, yang saya lakukan ya karena ingin anak-anak itu bisa membaca dan menulis,” jawabnya ketika ditanya apakah pernah mendapatkan upah dari mengajarnya. Kepala SD Negeri Yalmabi, Distrik Bomela Yahukimo, Paus Maling, yang pernah menjadi salah seorang murid Ananias Alya, menyampaikan kekagumannya pada sosok semangat Ananias Alya. “Kalau saja di Papua ini banyak orang seperti dia, masalah pendidikan tak akan sekronis saat ini. Dia sosok orang yang sekolahnya tidak tinggi namun mengerti pentingnya pendidikan. Jiwa melayani dan mengabdi bagi sesama mengalahkan rasa malunya. Dia bisa menjadi contoh bagi orang lain untuk melayani orang lain dengan bekal pendidikan yang seadanya,” tambah Paus Maling yang sudah berhasil menamatkan Sarjana PGSD dari UKSW Salatiga, Jawa Tengah. Pendapat ini rupanya benar ketika memperhatikan Ananias selama mengikuti pelatihan penggunaan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). “Saya ikut pelatihan ini karena ingin mengerti bagaimana mengajar yang benar,” katanya. “Sejak dihubungi kepala sekolah bahwa Yasumat adakan pelatihan, besoknya saya pamit kepada teman guru dan jalan kaki 2 hari 1 malam untuk sampai di sini,” lanjutnya tanpa nada keraguan. Tentu saja ubi jalar menjadi bekal makannya dan goa menjadi tempat istirahatnya. (Sds) Volume 3/III/2015 13 Melatih Guru Sekolah Pedalaman Yahukimo Y ayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) melalui program USAID PRIORITAS kembali melakukan pelatihan bagi guru -guru dari sekolah mitra yang berada di Klaster Ninia di sekitar Dekai Ibukota Kabupaten Yahukimo. Sekolah-sekolah yang didampingi Yasumat kebanyakan berada di klaster pedalaman Yahukimo dan merupakan sekolah yang hanya bisa dijangkau melalui penerbangan dari Wamena. “Kami dari Yasumat melatih para guru kelas awal untuk mengelola pembelajaran yang menyenangkan menggunakan Buku Paket Kontestual Papua (BPKP.). Buku ini dikembangkan dengan melihat peserta didik yang ada di Papua,” kata Ester Yahuli, Koordinator program pendidikan Yasumat barubaru ini. Tim penyusun BPKP menyesuaikan dengan konteks Papua agar mudah dipahami anak dan tetap mengacu pada standar pendidikan nasional. Kontekstual yang dimaksud adalah bahasa pengantar, situasi, dan alat peraga sebagai sumber belajar pendidikan yang berada di sekitar sekolah di Papua. Martijn van Driel, konsultan pendidikan sekaligus koordinator tim penyusun BPKP dari Yayasan Kristen Wamena (YKW) secara terpisah menjelaskan, “Kurikulum ini disusun dengan bahasa dan materi pembelajaran yang sangat sederhana sehingga anak-anak dan guru dapat melaksanakan pembelajaran secara menyenangkan. Sumber belajar sebagian besar berasal dari Papua dan merupakan kebiasaan anak-anak Papua setiap hari.” Dia juga memberikan contoh-contoh yang termuat dalam buku kurikulum dan merupakan kebiasaan yang dilakukan anak-anak Papua. Perlu Bersabar Seperti pelatihan-pelatihan sebelumnya, Yasumat selalu berhadapan dengan persoalan tingkat penyerapan peserta terhadap materi. “ Tidak mudah melatih guru yang memiliki latar belakang (1) Peserta pelatihan praktik mengajar menggunakan Buku paket Kontekstual Papua (BPKP). (2) Suasana pelatihan guru di Dekai, Yahukimo. berbeda-beda. Itu tantangan kami, kami harus pelan-pelan dan bersabar. Mungkin untuk materi pengantar bagi guru yang berkemampuan standar, hanya perlu waktu 2 jam sudah dikuasai, namun untuk peserta kami memerlukan waktu hingga 3 hari untuk membahas materi pengantar pelatihan terutama pembiasaan diri guru dan siswa,” tutur Ester Yahuli. Pelatihan ini fokus pada peningkatan kemampuan guru dalam mengajar baca, tulis, hitung (calistung) “Materi pelatihan ini sangat membantu, guru tinggal memahami cara mengajar, semua rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dipersiapkan di buku ini,” kata Paus Maling, kepala SD Negeri Yalmabi mengomentari manfaat mengikuti pelatihan. “Sejak saya mengajar di sekolah, belum pernah ikut kegiatan seperti ini. Saya akan menerapkannya di sekolah saya,” tukas Ananias Alya guru SD Negeri Yalmabi yang terlihat bersemangat mengikuti pelatihan ini. (Sds) Volume 3/III/2015 14 Lensa Pendidikan 1 2 3 4 1 5 Pendistribusian Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) di (1 dan 2) SD YPPGI Hitigima, (3) SD YPPK Holima, (4) SD YPPK Pikhe, dan (5) SD Inpres Minimo. 2 Kegiatan dalam pelatihan pelatih tahap 4: (1) diskusi bersama Yayasan Kumala; (2) Simulasi pengambilan data akhir di SD Koinonia. 1 2 3 4 5 6 Proses pendampingan guru di (1) SD Inpres Megapura, (2 dan 3) SD YPPK Sinatma, (4) SD YPPK Mulima, (5) Sekolah Sinar Baliem, (6) SD Inpres Wesaput. Dalam pendampingan ini, guru berkesempatan untuk mendiskusikan kembali hal-hal yang belum terlalu mengerti untuk pemakaian BPKP dan memasang alat peraga dengan tim pelatih dari YKW. PRIORITAS PENDIDIKAN PAPUA 15 Lensa Pendidikan 1 2 4 5 Proses belajar mengajar pada program PPL oleh mahasiswa STKIP Kristen Wamena di SD YPPK Yiwika. 3 Kunjungan Mission Director USAID: (1) Sambutan dari Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya. (2) Suasana belajar mengajar kelas 1 SD YPPK Sinatma . (3) Suasana belajar mengajar kelas 2 SD YPPK Sinatma. (4) Pemberian bola sebagai tanda mata dari USAID. (5) Tim USAID melihat proses pelatihan guru dan kepala sekolah tahap 3 di ruang pelatihan YKW. 1 2 3 4 Proses belajar mengajar di (1) Sekolah Sinar Baliem, (2) SD Inpres Minimo, (3) SD YPPK Yiwika, (4) SD YPPK Pikhe. Volume 3/III/2015 16 Direktur Misi USAID Indonesia: BPKP Memampukan Guru Mengajar Lebih Efektif Direktur Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Andrew Sisson, berkesempatan melihat secara langsung proses belajar mengajar di kelas 1 dan 2 SD YPPK Sinatma, Walesi. Menurutnya, SD YPPK Sinatma telah mengalami kemajuan. “Saya melihat pemanfaatan Buku Paket Kontekstual Papua sehingga guru bisa mengajar dengan lebih efektif dan anak-anak didik dapat belajar lebih baik,” ujarnya. Pada kunjungan tersebut, Andrew Sisson juga menyampaikan bahwa program USAID PRIORITAS akan fokus pada peningkatan kualitas mengajar guru dan kepala sekolah. Selama dua tahun (2014-2016), program USAID PRIORITAS akan memfasilitasi para guru sekolah dasar untuk mampu mengajar sesuai konteks dan meningkatkan kemampuan calistung anak didik di kelas awal. Di Kabupaten Jayawijaya ini, program USAID PRIORITAS bekerja sama dengan Yayasan Kristen Wamena (YKW) untuk melatih dan mendampingi guru dan kepala sekolah dasar. “Tujuannya mau memperbaiki calistung kelas awal, yaitu kelas 1-3,” seperti yang diungkapkan Murjono Murib, kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya. Buku Paket Kontekstual Papua telah digunakan kurang lebih di 20 sekolah dasar di Kabupaten Jayawijaya. Guru yang telah dilatih untuk menggunakan BPKP terus didampingi agar dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru dan calistung anak didik dengan lebih optimal. Seperti dikatakan Murjono Murib, BPKP yang dibuat YKW ini sudah ditandatangani dan disetujui penggunaannya di Papua oleh kepala dinas provinsi. (JP) Andrew Sisson (Mission Director USAID Indonesia) dan Mimi Santika (perwakilan dari USAID Indonesia) memperhatikan anak-anak kelas 1 SD YPPK Sinatma mengerjakan latihan dari buku kerja siswa BPKP. Andrew Sisson (Mission Director USAID Indonesia) dan Murjono Murib (Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya) menyerahkan bola kepada anak-anak didik di SD YPPK Sinatma sebagai tanda mata dari USAID. Buletin PRIORITAS diterbitkan oleh YKW, Yasumat, dan USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS bekerja sama dengan YKW dan Yasumat selama dua tahun (2014 s.d. 2016) mengimplementasikan program peningkatan mutu pendidikan dasar di Provinsi Papua. Informasi hubungi: Yayasan Kristen Wamena, Jalan Jenderal Sudirman, Potikelek, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Kode Pos 99511. HP. 0821 9881 1655 email: [email protected]. Website: www.prioritaspendidikan.org