Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Model Problem Based Learning dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Siswa SMP Aprian Subhananto1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuimanakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik, model pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan realistik, atau pembelajaran metode ekspositori?Jenis Penelitian ini adalah penelitian true experimental design dengan sampelpopulasi siswa SMP Negeri 3 Bodeh.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random sampling dan diperoleh sampel sebanyak 72 siswa, dengan rincian 36 siswa pada kelas kontrol, 36 siswa pada kelas eksperimen.Instrumen penelitian ini adalahtes kemampuan pemecahan masalah. Uji coba instrumen tes meliputi Analisis butir tes (reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembeda, uji normalitas, uji homogenitas). Uji prasyarat meliputi uji normalitas, uji homogenitas variansi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai standar KKM, lebih dari 74,5% siswa mendapat nilai tes kemampuan pemecahan masalah minimal 64,5, kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Kata kunci: problem based learning, pendekatan realistik, kemampuan pemecahan masalah 1 Aprian Subhananto, Dosen STKIP Bina Bangsa Getsempena Email: [email protected] ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |88 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... Science Study (TIMSS). Berdasarkan hasil A. Pendahuluan Matematika adalah sebuah cara TIMSS (Balitbang, 2011), pada tahun 1999 berpikir, mengidentifikasi dan mengorganisasi. Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 Seseorang yang belajar matematika harus peserta dapat menginterpretasikannya secara masuk internasional = 487), pada tahun 2003 akal dan Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 mampu mengorganisasikan serta dengan (rerata orang tersebut juga harus dapat menggunakan internasional = 467), pada tahun 2007 matematika Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 masalah sebuah alat yang digunakan untuk membuat internasional = 500). Pada tahun 2011 keputusan untuk Indonesia berada pada peringkat 36 dari 40 seperti peserta dengan nilai 386 dan rerata skor memecahkan suatu serta masalah 397 skor peserta keadilan skor (rerata sehari-hari karena matematika juga merupakan dan dengan 411 skor peserta memecahkan skor 403 menganalisanya secara sistematik. Selain itu untuk dengan skor skor memutuskan yang baik dalam membeli, internasional memeriksa saldo bank, pembuatan anggaran, Internasional Study Center Lynch School of dan lain-lain (Zevenbergen, Dole, dan Wright, Education, 2011). 2004). 500 (rerata Hasil tes (TIMSS&PIRLS kemampuan pemecahan Seseorang yang ingin memecahkan masalah yang dilakukan pada siswa kelas VII masalah hendaknya bisa menjadi problem D sebanyak 35 siswa SMP Negeri 3 Bodeh solver yang baik. Menurut Polya (1973), materi Aritmetika Sosial tahun pelajaran seseorang kemampuan 2013/2014 pada tanggal 8 Maret 2014, didapat pemecahan masalah sehingga menjadi problem hasil tes kemampuan pemecahan masalah solver apabila seseorang dapat memahami ditunjukkan tabel 1. memahami masalah yang dihadapi, dapat Tabel 1 Kemampuan Pemecahan Masalah yang mempunyai merancang rencana pemecahan masalahnya, kemudian melaksanakan pemecahan masalah sesuai apa merefleksikan yang atas direncanakan, penyelesaian dan Penyele Kemam puan masalah Peme- tersebut. Akan tetapi masih banyak orang yang cahan tidak bisa menjadi good problem solver karena Masa- saat sekolah orang tersebut tidak mendapat lah Pemaha man Masa -lah Me- saian rancang Masa- Rencana lah Peme- Sesuai cahanM dengan asalah Ren- suatu pembelajaran yang mengarahkannya untuk memecahkan masalah sesuai dengan pemahaman yang dimiliki sehingga Pengece kan Ulang cana Persentase 28,57 20,00 11,43 5,71 kemampuan masalah yang dimiliki sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |89 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... Tabel 1 menunjukkan bahwa kurang teliti dalam operasi pengurangan. kemampuan pemecahan masalah siswa SMP Permasalahan Negeri 3 Bodeh terdapat masalah. Siswa yang pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah diuji materi kemudian siswa disuruh menghapal rumus aritmetika sosial menunjukkan 28,57% siswa yang telah diberikan dan pemberian soal yang memahami masalah yang dihadapi. Siswa mempunyai memahami harga jual semua jenis barang atau pengerjaannya seperti pengerjaan pada contoh biaya menjadi satu label harga jual atau biaya soal yang diberikan sehingga menghambat padahal jenis barang tersebut berbeda harga siswa untuk berkembang dan berpikir untuk jual atau biayanya. Tahap berikutnya dalam memecahkan masalah karena ketika diberi soal merancang masalah yang diubah sedikit dari contoh yang diberikan sebanyak 20% siswa dapat merancang rencana siswa kebingungan dan tidak cakap dalam pemecahan masalah. Siswa banyak yang menyelesaikannya dan mempunyai tujuan agar menuliskan kembali pernyataan soal yang siswa mencapai nilai KKM yang diinginkan. disajikan pada lembar jawab yang diberikan, Permasalahan di atas mengisyaratkan agar bukan menjabarkan data yang dibutuhkan dilakukan untuk merancang rencana pemecahan masalah, pembelajaran. Bentuk perbaikan pembelajaran belum menggunakan rumus yang tepat, belum dilihat dari permasalahan di atas mengarah bisa mengatasi masalah yang masih sederhana, dimana siswa itu dapat tertantang dalam dan mempertimbangkan kasus khusus. Pada pembelajaran matematika dan tertarik untuk tahap penyelesaian masalah, sebanyak 11,43% menyelesaikan masalah. Salah satu yang siswa dapat melakukan penyelesaian sesuai dilakukan yaitu bisa dengan mengembangkan dengan rencana. Beberapa siswa ada yang perangkat tidak dapat mempertahankan apa yang menjadi learning dengan pendekatan realistik pada rencana penyelesaian yang diharapkan dan materi peluang. pemahaman masalah rencana pada pemecahan tersebut tipe suatu terjadi yang sama perbaikan pembelajaran saat dalam dalam problem based beberapa siswa tidak mengganti rencana atau Adapun materi peluang dipilih sebagai strategi yang sudah dibuat meski strategi yang materi yang akan dilakukan penelitian dengan dilakukan tidak menghasilkan penyelesaian pertimbangan yang bernilai positif pada materi aritmetika pelajaran 2012/2013 yang dikeluarkan oleh sosial. Tahap terakhir sebanyak 5,71% siswa BSNP, SMP Negeri 3 Bodeh mendapat nilai melakukan kegiatan pengecekan ulang proses 34,97, penyelesaian yang telah dilakukan. provinsi 47,37, dan nasional 53,09 pada uji Kebanyakan siswa tidak melakukan kemampuan menyelesaikan masalah yang pengecekan ulang proses penyelesaian yang dilakukan karena pada jawaban nilai kabupaten ujian nasional mendapat nilai tahun 37,01, berkaitan dengan peluang suatu kejadian. siswa ditemukan proses perkalian yang masih salah menjumlahkannya, kurang angka nol, dan ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |90 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... B. Kajian Pustaka belajar adalah suatu proses kegiatan untuk 1. Pembelajaran Matematika mengembangkan pengetahuan, pemahaman, 1.1 Pengertian Belajar kemampuan memecahkan masalah, fleksibel, Ada beberapa pengertian belajar dari keterampilan atau baru yang interaksi guna bisa beberapa ahli, diantaranya: didapat a. Nasution (1995), belajar merupakan suatu digunakan dalam pemecahan permasalahan kegiatan yang membawa pada perubahan yang dihadapi sehari-hari. yang tidak hanya 1.2 Teori Belajar pengetahuan bentuk melainkan kecakapan, pengertian, b. c. dalam Banyak teori belajar yang sudah ada kebiasaan, sikap, namun beberapa teori belajar yang digunakan minat, sebagai dasar pemikiran penelitian ini. penyesuaian diri, pendeknya mengenai Beberapa teori belajar tersebut sebagai berikut segala aspek atau pribadi seseorang yang a. Teori Gagne, belajar matematika ada dua sedang belajar. obyek yang dapat diperoleh siswa yaitu Slameto (2003), belajar adalah suatu obyek langsung (fakta, keterampilan, proses perubahan tingkah laku sebagai konsep, dan aturan) dan obyek tidak hasil dari interaksi dengan lingkungannya langsung (kemampuan menyelidiki dan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. memecahkan masalah, belajar mandiri, Winkel (1989), belajar adalah suatu bersikap positif terhadap matematika, dan proses siklus yang berlangsung dalam tahu interaksi dengan dengan mengelompokkanya dalam 8 tipe menghasilkan belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus aktif subyek yang bagaimana semestinya respon, pemahaman, keterampilan yang bersifat verbal, menetap/ konstan. konsep, Mulyati (2005), belajar adalah suatu pemecahan masalah yang kedelapannya kegiatan terurut menurut taraf kesukarannya. disengaja yang bertujuan atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sardiman (1992), belajar rangkaian membedakan,pembentukan pembentukan aturan, dan Teori Piaget, struktur kognitif sebagai skemata (Schemata), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan dengan respon terhadap stimulus disebabkan misalnya karena bekerjanya skemata ini. Skemata mendengarkan, ini berkembang secara kronologis sebagai keterampilan serangkaian kegiatan mengidentifikasi, dan lain sebagainya. Dari uraian beberapa pendapat tentang pengertian belajar, maka dapat dirumuskan ISSN 2086 – 1397 gerak, adalah perubahan mengamati, b. rangkaian belajar) perubahan-perubahan dalam pengetahuan, mencapai suatuhasil belajar, kepandaian e. hasil juga penghargaan, lingkungannya d. mengenai jumlah dari kemahiran hasil interaksi antara individu dan lingkungan hingga membentuk penalaran tertentu dalam pikiran anak. Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |91 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget pembelajaran dengan kooperatif agar siswa mengemukakan ada perkembangan kognitif individu yang kronologis empat tahap dapat merasa nyaman, senang, fleksibel dalam dan setiap memahami berkembang secara percaya diri dan tekun karena termotivasi oleh (menurut usia kalender), temannya untuk belajar. yaitu:(1) Tahap Sensori Motor (lahir-2 Pada pembelajaran saat ini didorong tahun), (2) Tahap Pra Operasi (2 tahun-7 agar tahun), (3) Tahap Operasi Konkret (7 meningkat secara pengetahuan, dituntut pula tahun-11 tahun), (3) Tahap Operasi agar siswa secara sikap dan keterampilan dapat Formal (11 tahun-seterusnya). Siswa usia meningkat secara positif. Hal ini tertuang pada SMP sudah berada dalam tahap operasi kurikulum formal. Pada tahap ini siswa sudah karakteristik pembelajaran matematika. mampu menalar menggunakan simbol- c. konsep sesuai bahasa siswa, siswa selain 2013 dituntut yang Berdasarkan agar dapat sejalan Peraturan dengan Menteri simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun Teori Bruner, belajar matematika akan 2013 tentang kerangka dasar dan struktur lebih berhasil apabila proses pengajaran kurikulum diarahkan kepada konsep-konsep dan pertama/madrasah tsanawiyah kurikulum 2013 struktur-struktur dikembangkan yang terbuat dalam sekolah pokok bahasan yang diajarkan. Hal ini sebagai berikut. menunjukkan a. bahwa materi yang berdasarkan menengah faktor-faktor Tantangan Internal mempunyai suatu pola atau struktur Tantangan internal antara lain terkait tertentu akan lebih mudah dipahami dan dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan diingat siswa. tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 1.3 Pembelajaran Matematika di SMP (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang Siswa usia SMP sudah berada dalam meliputi standar isi, standar proses, standar tahap operasi formal namun tidak ada salahnya kompetensi lulusan, standar pendidik dan kalau masih menggunakan sesuatu yang nyata tenaga kependidikan, standar sarana dan (seperti:alat prasarana, peraga) untuk memperjelas standar pengelolaan, standar konsep yang diajarkan. Hal ini dikarenakan pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. penelitian yang dilakukan Piaget itu di barat Tantangan internal lainnya terkait dengan (Swiss) adanya perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari perbedaan pencapaian setiap tahap bagi siswa pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat terutama siswa di Indonesia. ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif sehingga memungkinkan Pada saat siswa usia SMP, siswa lebih banyak dan senang berinteraksi dengan lingkungan guna mencari jati dirinya. Hal ini (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). mendorong para guru untuk dapat melakukan ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |92 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... Jumlah penduduk usia produktif ini TIMSS dan PISA. Hal akan mencapai puncaknya pada tahun 2020- disebabkanbanyaknya 2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah dalam kurikulum Indonesia. bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia Berdasarkan materi uji ini faktor-faktor yang tersebut, usia produktif yang melimpah ini maka kurikulum 2013 dikembangkan atas teori dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya “pendidikan berdasarkan standar” (standard- manusia yang memiliki kompetensi dan based education), dan teori kurikulum berbasis keterampilan melalui pendidikan agar tidak kompetensi (competency-based curriculum). menjadi beban. Pendidikan berdasarkan standar menetapkan b. adanya standar nasional sebagai kualitas Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait minimal warganegara yang dirinci menjadi dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang standar isi, standar proses, standar kompetensi terkait dengan masalah lingkungan hidup, lulusan, kemajuan informasi, kependidikan, standar sarana dan prasarana, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan perkembangan standar teknologi dan pendidikan di tingkat standar penilaian internasional. Arus globalisasi akan menggeser berbasis pola hidup masyarakat memberikan dari agraris dan pendidik dan pendidikan. kompetensi pengalaman tenaga Kurikulum dirancang untuk belajar seluas- perniagaan tradisional menjadi masyarakat luasnya bagi siswa dalam mengembangkan industri dan perdagangan modern seperti dapat kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, terlihat di World Trade Organization (WTO), berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum Association 2013 of Southeast Asian Nations menganut:(1) pembelajaan yang (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic dilakukan guru (taught curriculum) dalam Cooperation bentuk proses yang dikembangkan berupa (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan juga terkait dengan pergeseran kekuatan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar ekonomi dan imbas langsung siswa (learned-curriculum) sesuai investasi, dan dengan latar belakang, karakteristik, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan kemampuan awal siswa. Pengalaman belajar Indonesia di dalam studi International Trends langsung individual siswa menjadi hasil in International Mathematics and Science belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar Study (TIMSS) dan Program for International seluruh siswa menjadi hasil kurikulum. Hal ini Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 sejalan dengan karakteristik pembelajaran juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak matematika yang menuntut berpikir logis, Indonesia analitis, sistematik, mandiri, fleksibel, inovatif, teknosains beberapa dunia, serta tidak kali ISSN 2086 – 1397 pengaruh mutu, menggembirakan laporan yang dalam dikeluarkan percaya diri, kreatif, tekun dan lain-lain. Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |93 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... 2. Model PBL memulai proses pembelajaran dengan Model PBL pertamakali dikembangkan menghadirkan konten pembelajaran bagi para tahun 1980 Howard Barrows pada awal tahun siswa untuk menghafal dan memahami, PBL 70-an dalam pembelajaran IlmuPendidikan meniru proses belajar manusia alami. Artinya, Medis di Southern Illionis University School pembelajaran dimulai ketika muncul masalah. Barrows. Kemudian model ini meluas hingga Dalam mencari solusi untuk masalah, orang pada bidang pembelajaran matematika pada belajar keterampilan serta pengetahuan yang sekolah-sekolah. Model PBL ini telah dikenal berputar di sekitar masalah dan lingkungan sejak zaman John Dewey. (pengetahuan kontekstual) di mana masalah Adapun definisi PBL yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, sebagai berikut. a. Menurut Dewey (2001),PBL dalam adalah Berdasarkan definisi di atas dapat Sudjana interaksi antara sebuah model pembelajaran hubungan antara dua arah belajar dan permasalahan sebagai dasar belajar siswa lingkungan. sesuai dengan sifat alami manusia yang akan Lingkungan memberi dengan yang dikembangkan menggunakan terangsang belajar apabila mendapat masalah. dan masalah, sedangkan sistem saraf otak Menurut berfungsi menafsirkan bantuan itu secara pengembangan efektif sehingga yang dihadapi dapat masalah telah memberikan model pengajaran diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari yang memiliki karakteristik sebagai berikut. pemecahannya dengan baik. a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. MenurutMajor, (2001), PBL pendekatan Claire, dan Arends (2001), pengajaran berbagai berdasarkan Palmer b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. merupakan sebuah c. Penyelidikan autentik. pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga c. disimpulkan bahwa model PBL merupakan stimulus dengan respons, merupakan masukan kepada siswa berupa bantuan b. terjadi. d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. merangsang siswa untuk belajar. Dalam e. Kolaborasi. kelas yang menerapkan PBL, siswa Adapun Kelebihan PBL bekerja dalam tim untuk memecahkan pemanfaatannya adalah sebagai berikut. masalah dunia nyata. a. Mengembangkan Menurut Hung (2009), PBLmerupakan merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran dikembangkan untuk yang telah memperbaiki masalah. PBL mengambil pendekatan yang sama sekali berbeda dalam memfasilitasi belajar siswa. Alih-alih ISSN 2086 – 1397 pemikiran kritis dalam dan ketrampilan kreatif. b. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. c. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. d. Membantu siswa mentransfer pengetahuan dengan situasi baru. Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |94 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... e. Dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri. f. Mendorong kreativitas menjelaskan model itu secara terperinci. Kegiatan tersebut meliputi: dalam a. Tujuan utama pembelajaran bukan untuk pengungkapan penyelidikan masalah yang mempelajari telah dilakukan. menginvestigasi g. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran yang bermakna. pengetahuan dan ketrampilansecara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. i. PBL dapat berpikir berbagai tetapi permasalahan terkait kepercayaan dengan diri kemandirian, siswa dalam pertanyaan yang menyelesaikan masalah. b. Permasalahan atau diinvestigasi tidak memiliki jawaban yang meningkatkan kritis, baru penting menjadi pada kehidupan sehari-hari siswa h. Dalam situasi PBL siswa mengintegrasikan informasi kemampuan menumbuhkan inisiatif mutlak “benar” namun lebih ke banyak solusi. siswa dalam bekerja, motivasi internal c. Selama fase investigasi, siswa didorong untuk belajar, dan dapat mengembangkan untuk bertanya dan mencari informasi hubungan bersama teman-temannya secara mandiri interpersonal dalam bekerja kelompok. kemudian guru membimbing ketika siswa Adapun kelemahannya sebagai berikut. a. Kurangnya waktu pembelajaran. mendapat kebuntuan. d. Selama b. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa fase pembelajaran, analisis siswa dan penjelasan didorong untuk yang mungkin penting bagi mereka untuk mengekspresikan ide-idenya secara terbuka belajar, terutama di daerah yang mereka dan bebas. Siswa yang lain menghargai ide tidak memiliki pengalamansebelumnya. tersebut dan dapat ikut mengeluarkan c. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat menutup sebagai bahan sebanyak pengajaran berbasis idenya terkait permasalahan yang dibahas. Ada lima tahapan dalam model PBLdan perilaku yang konvensional. PBL biasa sangat menantang (Sugiyanto, 2010). untuk dilaksanakan, karena membutuhkan a. Memberikan dibutuhkan Orientasi oleh guru Permasalahan banyak perencanaan dan kerja keras bagi kepada Siswa:pada awal pelajaran guru guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru mengkomunikasikan dengan jelas tujuan untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi pembelajaran, membangun sikap positif fasilitator, terhadap mendorong siswa pembelajaran, dan untukmengajukan pertanyaan yang tepat mendeskripsikan apa yang akan dilakukan daripada menyerahkan mereka solusi. siswa. Siswa yang belum pernahterlibat dalam pembelajaran model PBL, guru harus b. Mengorganisasi Siswa untuk Meneliti Permasalahan:guru harus bisa membagi siswa dalam tim atau kelompok kecil secara ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |95 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... heterogen guna menyelesaikan permasalahan. matematika. Proses terjadi pada siswa ketika ia c. Perencanaan Kooperatif:guru membagi dihadapkan pada problematika kehidupan/situasi topik yang tepat dan kemudian membantu matematisasi vertikal merupakan proses yang siswa untuk memutuskan sub-sub topik terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri; mana dengan misalnya: penemuan strategi menyelesaiakan pembagian waktu yang sesuai sehingga soal, mengkaitkan hubungan antar konsep- siswa menjadi terencana dalam melakukan konsep pemecahan masalah yang dihadapi. rumus/temuan rumus. yang akan diselidiki Pengumpulan matematik Sedangkan atau menerapkan dan Menurut Treffers dalam Suherman et al Eksperimentasi:guru mendorong siswa agar (2003) mengemukakan bahwa secara umum bisa menginvestigasi permasalahan yang pendekatan ada kemudian mnegumpulkan data dan yaitu:mechanic, structuralistic, empiristic, dan bereksperimen realistic.Menurut filosofi, mechanistic bahwa guna Data nyata. yang masalah yang lebih umum menjadi sub-sub d. Investigasi, mengkonstruksi pengetahuan siswa. dan matematika ada empat manusia ibarat komputer. Sehingga dapat e. Mengembangkan Hipotesis, Menjelaskan, diprogram dengan cara drill. Pada pendekatan Memberi Solusi:saat siswa structuralistic, siswa diharapkan patuh untuk mengembangkan hipotesis, guru mengulang-ulang deduksi pokok kemudian memberikan pertanyaan dan kemungkinan mengujinya akan jawaban yang dibuat oleh kelompok pendekatan empiristic, siswa disediakan untuk untuk dapat meyakinkan kelompok tersebut berbagai material sesuai dengan kehidupannya dalam membuat hipotesis yang lebih namun matang mensistemasikan kemudian menjelaskan kelompok mengapa siswa tersebut memberi solusi tersebut. 3. dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol dengan siswa cara tidak drill. dengan dan Pada segera merasionalkan pengalaman. Pada pendekatan realistic, siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran kenyataan, yaitu yang dari dalam siswa akan Matematika memperluas dunia kehidupannya Menurut Freudental dalam Sugiman Perbedaan pada keempat pendekatan (2009), matematika merupakan aktivitas insani pembelajaran dalam pendidikan matematika (human activities) dan harus dikaitkan dengan ditekankan pada sejauh mana pembelajaran realitas. tersebut Dengan demikian ketika siswa menggunakan melakukan kegiatan belajar matematika maka matematisasi dalam dirinya terjadi Perbedaan pendekatan pembelajaran terhadap proses matematisasi. horisontal komponen vertikal. Terdapat dua macam matematisasi, yaitu:(1) penekanan matematisasi horisontal dan (2) matematisasi matematisasi horisontal dan vertikal terlihat vertikal. Matematisasi horisontal berproses pada Tabel 2. ISSN 2086 – 1397 menggunakan dan komponen Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |96 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... Tabel 2 Perbedaan pendekatan realistik terhadap penekanan sebagai berikut. pembelajaran menggunakan komponen matematisasi a. mempunyai Pendekatan kelebihan-kelebihan realistik memberikan horisontal dan vertikal menurut De Lange pengertian yang jelas antara keterkaitan 1987 matematika dengan kehidupan seharihari. Horizontal Vertical Math Math Empiristic + - yang dikonstruksi dan dikembangkan oleh Realistic + + siswa. Structuralistic - + Mechanistic - - b. c. Pendekatan realistik memberikan kajian Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas cara menyelesaikan Keterangan: suatu soal atau masalah dengan caranya + :lebih banyak menekankan pada sendiri. matematisasi vertikal atau horisontal d. matematisasi realistik memberikan pengertian yang jelas bagaimana siswa - :kurang atau sedikit menekankan pada Pendekatan menemukan konsep matematika sendiri vertikal dengan bantuan pihak lain. atauhorisontal (2003), Dari kelebihan tersebut, pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan realistik juga mempunyai kerumitan sebagai pendekatan realistik, terdapat lima prinsip berikut. utama sebagai berikut. a. Menurut a. b. c. d. e. Suherman Didominasi masalah-masalah Dalam pembelajaran dengan pendekatan realistik, dalam perlu adanya perubahan konteks, melayani dua hal yaitu sebagai paradigma. Perubahan tersebut meliputi sumber dan sebagai terapan konsep siswa tidak dipandang sebagai pihak yang matematika. mempelajarai segala sesuatu yang sudah Perhatian diberikan pada pengembangan jadi tetapi justru dipandang sebagai pihak model-model, situasi dan skema, dan yang aktif mengkonstruksi konsep-konsep simbol-simbol. dan materi-materi matematika. Guru tidak Sumbangan dari siswa sehingga siswa lagi dapat membuat pembelajaran menjadi dipandang kondusif dan produktif. fasilitator siswa. Interaktif sebagai karakteristik dari proses b. sebagai Pencarian pengajar sebagai soal tetapi pendamping kontekstual lebih atau yang pembelajaran matematika. memenuhi syarat sebagai soal pendekatan Membuat keterkaitan antar topik atau realistik tidak selalu mudah untuk setiap antar pokok bahasan. topik matematika terlebih soal tersebut Menurut Suwarsono (2001), pada pembelajaran matematika dengan pendekatan ISSN 2086 – 1397 menuntut agar dapat diselesaikan dengan bermacam cara. Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |97 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... c. Upaya mendorong menemukan d. siswa berbagia untuk masalah kurang terstruktur yang telah juga dirancang dalam lembar kerja siswa cara merupakan suatu tantangan tersendiri. (LKS) kemudian membimbing siswa Proses kemampuan mendefinisikan dan mengorganisasi-kan berpikir siswa melalui soal kontekstual, tugas-tugas belajar yang berhubungan proses dengan pengembangan matematisasi vertikal juga bukan horisontal dan sesuatu yang sederhana. e. Perencanaan kooperatif:guru membagi masalah yang lebih umum menjadi sub- kurikulum secara sub topik yang tepat dan kemudian pembelajaran membantu siswa untuk memutuskan sub- berlangsung sesuai prinsip pendekatan sub topik mana yang akan diselidiki realistik. dengan pembagian waktu yang sesuai Model PBL dengan Pendekatan Realistik sehingga siswa menjadi terencana dalam (PBLPR) melakukan pemecahan masalah yang perlu dikurangi agar memperhatikan sintaks model problem based learning dan komponen, ciri, karakteristik, prinsip pendekatan realistik, maka langkah pembelajaran sebagai berikut. a. Memberikan orientasi dihadapi. d. Investigasi, pengumpulan eksperimentasi:guru data mendorong dan siswa agar bisa menginvestigasi permasalahan yang ada kemudian mengumpulkan data tentang dan bereksperimen guna mengkonstruksi permasalahan terkait kehidupan sehari- pengetahuan siswa bersama dengan siswa hari kepada siswa:pada awal pelajaran, lainnya yang satu kelompok. guru mengkomunikasikan dengan jelas b. yang Kepadatan materi pembelajaran dalam Langkah pembelajaran model PBLPR dan sehari-hari diberikan. c. substansial, 4. masalah tujuan pembelajaran terkait dengan yang dilakukan hipotesis, menjelaskan, dan memberi solusi:saat siswa dalam mengembangkan hipotesis, guru memberikan kehidupan sehari-hari, membangun sikap pertanyaan dan kemungkinan dugaan dan positif terhadap pembelajaran yang akan alternatif jawaban yang dibuat oleh kelompok. dilakukan, dan mendeskripsikan apa yang Dugaan dan alternatif tersebut diharapkan akan dilakukan siswa. dapat mengarah menuju keterkaitan topik yang Mengorganisasi siswa untuk meneliti sedang dibahas dengan topik pembelajaran permasalahan realistik:guru harus bisa yang sebelumnya sehingga apa yang didapat membagi siswa dalam tim atau kelompok siswa sebelumnya dapat terintegrasi dengan kecil baik. secara permasalahan Mengembangkan heterogen guna permasalahan dalam tersebut yang nantinya digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Setelah dibagi, membuat rumusan konsep dan penjelasan yang menghadapkan siswa dengan masalah- sesuai dengan pemahaman siswa. menyelesaikan ISSN 2086 – 1397 Sumbangan pemikiran dari siswa Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |98 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... 5. Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) Polya bahwa sederhana (Solve a simpler problem), (11) pemecah masalah yang baik mempunyai 4 menggunakan Model (Use a model), (12) prinsip dasar. bekerja mundur (Work backwards), (13) a. (1973) Memahami menyatakan (Draw a picture), (10) mengatasi masalah Masalah:siswa sering gunakan rumus (Use a formula), (14) terhalang dalam memecahkan masalah karena siswa tidak memahami sebagian bahkan seluruh sehingga masalah siswa yang seharusnya jadilah cerdik (Be ingenious). c. ada Merancang dapat sesuai rancangan pemecahan masalah selanjutnya rencana masalah rencana:jika memahami masalah yang ada. b. Menyelesaikan rencana sudah dilakukan dibuat, penyelesaian pemecahan masalah yang sesuai. Pada tahap ini siswa masalah:setelah siswa dapat memahami perlu mempertahankan apa yang menjadi masalah yang diberikan, siswa menyusun rencana rencana untuk menyelesaikan masalah Apabila dalam penyelesaian ini tidak dengen dapat menemukan penyelesaian yang terlebih hubungan dahulu antara data menemukan dengan penyelesaian masalahnya. yang diharapkan, maka siswa dapat mengganti diketahui. Kemampuan pada prinsip yang rencana atau strategi yang sudah dibuat kedua ini tergantung dari pengalaman dengan strategi yang lain karena seperti siswa dalam menyelesaikan masalah. inilah matematika bekerja, bahkan orang Polya menyebutkan bahwa ada banyak yang ahli matematika pun melakukan ini. cara yang masuk akal untuk memecahkan d. Melakukan pengecekan ulang terhadap masalah. Keterampilan dalam memilih semua strategi yang tepat yang terbaik adalah terakhir adalah belajar banyak berbagai kesalahan strategi hingga didapat jawaban yang benar dengan masalah. memecahkan Daftar sebagian tahap termasuk:(1) tebak dan periksa (guess and terhadap check), diberikan. (2) memperhatikan semua yang dilakukan:tahap dengan untuk penyesaian mengecek dikoreksi masalah Dengan yang melakukan kemungkinan secara sistematik (make an pengecekan ulang ini diharapkan akan orderly memungkinkan Anda untuk memprediksi list), (3) menghilangkan kemungkinan (Eliminate possibilities), (4) strategi menggunakan simetri (Use symmetry), (5) memecahkan masalah di masa depan. mempertimbangkan kasus khusus apa Pada yang penelitian digunakan ini untuk indikator (Consider special cases), (6) gunakan pemecahan masalahnya adalah menerapkan penalaran dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan langsung (Use direct reasoning), (7) memecahkan persamaan strategi (Solve an equation), (8) menemukan Pola menyelesaikan masalah yang muncul di dalam (Look for a pattern), (9) menggambar matematika atau di dalam konteks lain yang ISSN 2086 – 1397 untuk menyelesaikan masalah, Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |99 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... melibatkan matematika, membangun Gambar 3.2 menunjukkan desain penelitian pengetahuan matematik yang baru lewat tersebut. pemecahan masalah, dan memonitor dan R O1 merefleksi pada proses pemecahan masalah R O3 matematik (NCTM, 2000). Gambar 3.2. Desain Uji Coba Penelitian C. Prosedur Penelitian O2 X O4 (Sugiyono, 2011) Desain yang dilakukan pada uji coba dengan R (Random), O1 adalah keadaan awal adalah true experimental design. Ciri utama siswa pada kelas yang menggunakan perangkat dari true experimental design adalah sampel metode ekspositori, O3 adalah keadaan awal yang digunakan untuk untuk eksperimen siswa pada kelas yang menggunakan perangkat maupun sebagai kelompok kontrol diambil metode secara (pembelajaran random (Sugiyono, dari 2011). populasi Adapun tertentu desain true ekspositori, X adalah perlakuan menggunakan perangkat PBLPR), O2 adalah keadaan akhir siswa setelah experimental design yang digunakan dalam diberikan penelitian ini adalah pre-test-post test control PBLPR, dan O4 adalah keadaan akhir siswa group design. Dalam desain ini diambil dua yang kelompok secara random, yaitu kelas yang perangkat menggunakan perlakuan adalah:(O2 -O1)- (O4-O3). perangkat PBLPR dalam pembelajaran melakukan ekspositori. D. Hasil Penelitian perangkat 1. ekspositori pada saat perangkat pembelajaran pembelajaran dan kelas yang menggunakan metode dengan Adapun dengan Pengaruh Uji Normalitas pembelajaran. Setelah itu dilakukan pre-test Berdasarkan Tabel Test of Normality kolmogrov-Smirnova untuk mengetahui keadaan dan kemampuan kolom awal siswa. Hasil pre-test yang baik apabila bahwa nilai sig = 0,200. Jika nilai sig nilai kelas yang menggunakan perangkat dibandingkan dengan α = 0,05 maka sig> α = PBLPR dikembangkan dalam pembelajaran 0,200>0,05. Berdasarkan kaidah penolakan dan dan penerimaan hipotesis diputuskan bahwa kelas yang menggunakan perangkat menunjukkan metode ekspositori pada saat pembelajaran H1 tidak Pada menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan post-test masalah siswa kelas yang menggunakan berbeda pertemuan secara terakhir signifikan. dilakukan ditolak dan H0 baikpada kelas yang dalam pembelajarannya perangkat menggunakan perangkat PBLPR maupun kelas menggunakan yang melakukan pembelajaran untuk melihat berdistribusi normal. keadaan dan kemampuan akhir antara siswa 2. PBLPR diterima. dan perangkat Hal kelas ini yang ekspositori Uji Homogenitas yang menggunakan perangkat PBLPR dengan Berdasarkan uji denganLevene’s Test siswa yang menggunakan perangkat metode for Equality of Variances menunjukkan bahwa ekspositori varians kedua variabel sama yaitu sebesar pada saat pembelajarannya. 0,062 dan 0,242. Jika sig dibandingkan dengan ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |100 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... α = 0,05 maka sig > α. Berdasarkan kaidah diperoleh thitung> ttabel, maka H0 ditolak, hal ini penolakan hipotesis berarti bahwa rata-rata hasil TKPM siswa pada diputuskan bahwa tolak H1 dan terima H0. Hal kelas yang menggunakan perangkat PBLPR ini berarti bahwa varians kedua variabel sama telah melampaui KKM. baik saat pre-test maupun post-test. 6. 3. dan penerimaan Uji Beda Rata-rata Uji Kesamaan Rata-rata Berdasarkan hasil perhitungan didapat Berdasarkan Tabel Uji Kesamaan rata- nilai sebesar 6,004. Nilai thitung = 6,004 jika rata menunjukkan nilai sig pada kolom t-test dibandingkan dengan nilai t tabel pada α = for Equality of Means adalah sebesar 0,299. 0,05 dan dk = Jika sig dibandingkan dengan α=0,05 maka 70, yaitu t0,05;70 = 1,667 diperoleh thitung = sig>α sehingga kesimpulannya adalah H0 6,004>t0,05;70 = 1,667. Karena thitung = 6,004> diterima yang artinya rata-rata kemampuan t0,05;70 pemecahan masalah siswa pada kelas yang penerimaan dan penolakan hipotesis maka H0 akan menggunakan perangkat PBLPR sama ditolak. dengan pemecahan pemecahan masalah matematika siswa kelas masalah siswa pada kelas yang menggunakan yang menggunakan perangkat PBLPR lebih perangkat ekspositori. baik dari kemampuan pemecahan masalah 4. kelas rata-rata kemampuan Uji Ketuntasan Klasikal Berdasarkan hasil perhitungan tes kemampuan pemecahan masalah siswa kelas yang menggunakan diperoleh zhitung = perangkat 1,981. 1,667, Hal yang ini berdasarkan artinya kriteria kemampuan menggunakan perangkat ekspositori. 7. Uji Beda Proporsi PBLPR Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Nilai 1,981jika dibandingkan dengan = = 36 +36 – 2 = = 3,791. Karena nilai = 3,791> = = 1,645 1,645, berdasarkan kriteria penerimaan dan diperoleh zhitung> ztabel. Berdasarkan kriteria penolakan hipotesis maka H0 ditolak yang penerimaan dan penolakan hipotesis yakni artinya zhitung> ztabel maka tolak H0 dan terima H1 yang kelasyang menggunakan perangkat PBLPR artinya lebih dari 74,5% siswa kelas yang lebih besar dari kelas yang menggunakan menggunakan perangkat ekspositori. mendapat perangkat nilai PBLPR kemampuan yang pemecahan masalah minimal 64,5. 5. E. proporsiketuntasan klasikal siswa Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh Uji Rata-rata kesimpulan bahwa pembelajaran Problem Dalam penelitian thitung Based Learning dengan pendekatan realistik dihitung dengan cara manual dan didapatthitung memenuhi kriteria : mampu menuntaskan =7,245 dan nilai ttabel dengan dk = (36-1) = 35 siswa dari KKM yang diharapkan dan pada taraf kesalahan 5% maka nilai t0,05;35 = mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan. 1,689. Kemudian Berdasarkan ISSN 2086 – 1397 ini, nilai hasil perhitungan apabila dibandingkan dengan Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |101 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... metode dilakukan pembelajaran guru di yang biasa sekolah yang (metode rata-rata yang dan ketuntasan klasikal yang lebih baik. ekspositori), model PBLPR mencapai nilai ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |102 Aprian Subhananto, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika ... Daftar Pustaka BSNP. 2013. Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta: BSNP Hung, W. 2009. “The 9-Step Problem Design Process for Problem-Based Learning: Application of the 3C3R Model”. Journal Elsevier. Educational Research Review 4. Hal 118–141. http://innov.blog.usj.edu.lb/fi-les/2010/01/Educational-Research-Review-9-step-PBL.pdf (diunduh 23 Januari 2014). Lange, D.J. 1987. Mathematics Insight and Meaning. Utrecht: OW & OC. Major, C.H., & B. Palmer. 2001. “Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher Education: Lessons from the Literature”. Volume 5. No. 1. Journal Spring.http://www.rapidintellect.com/AE-Qweb/mop4spr01.htm (diakses 23 Januari 2014). Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Offset. Nasution. 1995. Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia. NCTM. 2000. Standards for Secondary Mathematics Teachers. http://www.ncate.org/LinkClick.aspx?fileticket=ePLYvZRCuLg%3D&tabid=676 (diunduh 23 Januari 2014). Polya, G. 1973. How to Solve It. USA: Princeton University Press. Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. 2001. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algessindo. Sugiman. 2009. “Pandangan Matematika Sebagai Aktivitas Insani Beserta Dampak Pembelajarannya”. Makalah. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember. Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta. Suherman, E, et al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. TIMSS&PIRLS Internasional Study Center Lynch School of Education. 2011. Mathematic Achievement. http://timssandpirls.bc.edu/data-release-2011/pdf/Overview-TIMSS-andPIRLS-2011-Achievement.pdf (diunduh 13 Januari 2015) Zevenbergen, R., S. Dole., & R.J. Wrigth. 2004. Teaching Mathematic in Primary School. Australia : Allen&Unwin. ISSN 2086 – 1397 Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |103