Pembelajaran Matematika dalam Konteks Pedesaan

advertisement
“ PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM
KONTEKS PEDESAAN “
OLEH. ANDERSON. L. PALINUSSA
• Trend pendidikan dalam pendikikan matematika haruslah lebih
menawakan pendidikan yang lebih berorientasi pada konteks
yang berkaitan dengan kehidupan keseharian siswa dimana
siswa bersentuhan secara langsung dalam hal ini penelitian
yang dilakukan lebih banyak berorientasi pada pendidikan
yang berada di daerah perkotaan dan mengabaikan pendidikan
yang beroriantasi pada konteks pedesaan.
• UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa:
“setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.
Selanjutnya pada ayat (3) dituangkan pernyataan yang
berbunyi: “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang
• Selama ini rendahnya hasil belajar matematika siswa lebih
banyak disebabkan karena pendekatan, metode, atau pun
strategi tertentu yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran masih bersifat tradisional, dan kurang
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
• Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang
otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan
pengetahuan oleh diri mereka sendiri
Belajar & Pembelajaran Matematika
• Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku siswa yang
terjadi terus menerus dan berlangsung dalam kurun waktu yang
relatif lama. Belajar akan lebih bermakna jika siswa di di
perhadapkan dengan konteks kehidupan siswa dimana siswa
dapat bersentuhan secara langsung, mengenal dan memahami
matematika lewat keseharian siswa.
• Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya
memungkinkan siswa dapat belajar. Dalam hubungan dengan
pembelajaran matematika, Nikson (dalam Ratumanan, 2004)
mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu
upaya membantu siswa untuk mengkonstuksi (membangun)
konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga
konsep atau prinsip terbangun kembali
Pendekatan Pembelajaran Matematika
Treffers (dalam Streefland 1994 )
Klasifikasi pendekatan pembelajaran matematika menurut Treffers
(dalam Streefland 1994 ) berdasarkan intensitas matematisasinya yang
diuraikan sebagai berikut :
 Mekanistik, lebih memfokuskan pada drill atau latihan dan menghafal
rumus saja, sedangkan proses matematisasi keduanya tidak tampa
 Empiristik, lebih menekankan pada matematisasi horisontal dan
cenderung mengabaikan matematisasi vertikal
 Strukturalistik, lebih menekankan pada matematisasi vertikal dan
cenderung mengabaikan matematisasi horisontal.
 Realistik, memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi
horizontal dan vertikal dan disampikan secara terpadu kepada siswa.
Matematisasi Konseptual (De Lange, 1987 )
Dunia nyata
Matematisasi
dan refleksi
Matematisasi
dalam aplikasi
Abstraksi dan formalisasi
Pembelajaran dimulai dari pemberian masalah-masalah
kontekstual yang mudah dipahami siswa, kemudian siswa
diberi kesempatan seluas-luasnya menyelesaikan masalah itu
dengan caranya sendiri sesuai dengan skema yang dimiliki
dalam pikirannya
Pembelajaran Matematika dalam Kontaks Pedesaan.
Realitas Pendidikan Indonesia
• Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal ini, maka
peserta didik merupakan salah satu komponen pendidikan
yang perlu mendapat penanganan di samping komponen yang
lain secara terpadu dalam mencapai tujuan pendidikan
• UUD 1945 ayat 1 dan 3
• Potret Buram kehidupa bangsa Indonesia tidak terlepas dari
pemeratan pembangunan khususya dibidang pendidikan.
Distribusi penduduk, 57% tersebar di 70.000 desa, di dalam
6.850 kepulauan besar dan kecil, menjadi problem tersendiri
bagi pelaksanaan pendidikan nasional.
• Lebih dari lima puluh tahun kita bangsa Indonesia dengan bebas
menjalankan pendidikan nasional, melakukan perubahan
kurikulum dan mengalokasikan anggaran 20% bagi pendidikan.
• UU sistem pendidikan pun telah datang silih berganti, semua
bertujuan mencari solusi untuk mewujudkan kalitas pendidikan
nasional. Namun kenyatan yang terjadi selama ini sesuatu yang
dicari dan didambakan masih belum kunjung terwujud
• Penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun yang seharusnya di
peroleh semua warga negara dan di amanatkan oleh UU masih
jauh dari apa yang di harapkan karena janji pendidikan gratis
oleh pemeritah pusat, kepala daerah propinsi dan kota/
kabupaten juga tidak pernah terlaksana dengan baik.
Realitas Matematika di Pedesaan
• Pembelajaran matematika selama ini lebih berorientasi pada
siswa di perkotaan dan mengabaikan konteks pedesaan yang
di pandang sangat penting karena pemeratan pendidikan
yang harus diselenggarakan.
• Kannapel dan DeYoung (1999) menyimpulkan dari penelitian
mereka bahawa proses pendidikan telah diabaikan oleh
gerakan nasional mencakup pendidikan matematika.
• Sekolah di pedesaan cenderung lebih kecil daripada sekolahsekolah perkotaan dan fasilitas yang tidak memadai, meskipun
selama 20 tahun upaya untuk melakukan perubahan telah
dilakukan.
•
Kualitas guru matematika merupakan masalah di daerah
pedesaan.
• Suatu survei di amerika terhadap 896 pengawas distrik
sekolah pedesaan menunjukkan bahwa distrik sekolah kecil
bekerja lebih sedikit guru yang bertemu "sangat berkualitas"
kriteria, dan memiliki kesulitan yang lebih besar dalam
menarik dan mempertahankan guru dari para pengawas di
kabupaten lebih besar (Schwartzbeck, Redfield, Morris, &
Hammer, 2003) .
• Survei menunjukkan bahwa tiga tantangan utama untuk
menarik guru berkualifikasi di daerah pedesaan termasuk gaji
rendah, isolasi sosial, dan isolasi geografis
• Berdasarkan kenyataan diatas maka terjadi kesenjangan
pendidikan anatara masyarakat yang hidup di perkotaan dan
di perkotaan berdasarkan penelitian yang di lakukan
membuktikan bahawa proses pendidikan disetiap negara
pada umumnya dan indonesia pada khususnya memberikan
gambaran yang jelas sebab pendidikan di perkotan jauh lebih
baik sebeb mempunyai tenaga guru yang memadai dan di
bayar layak, fasilias yang baik dan letak yang srategis, jika di
bandingkan dengan pedesaan
• banyak tenaga guru yang enggan mengabdi di daerah
pedesaan, letak geografis yang tidak strategis menyebabkan
terisolasi dari pusat transportasi dan informasi dan banyak
faktor lain yang menyebabkan kesenjangan pendidikan.
Peran Pendidikan Matematika di pedesaan
• Trend terakhir dalam pendidikan matematika menawarkan
beberapa harapan untuk mengubah peran matematika dalam
konteks pedesaan. Secara khusus, studi ethnomathematics
dapat membantu pendidik matematika sekolah terhubung ke
pedesaan.
• Dalam bagian ini, saya menjelaskan ethnomathematics adalah
salah satu cara yang bisa dilakukan dalam meningkatkan
motivasi belajar matematika siswa adalah dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa, lingkungan kelas, lingkungan sekolah, dan
budaya dimana sekolah tersebut berada untuk itu, strategi
pembelajaran matematika di kelas pun seharusnya
dimodifikasi agar siswa sebagai generasi penerus memiliki
kemampuan matematika yang lebih tinggi, baik dalam
pemahaman maupun kemampuan komunikasi matematikanya
• Ethnomathematics
berkembang
pada awal 1980-an,
matematikawan dan pendidik matematika mulai menjelajahi
matematika 'hubungan budaya dan dampak budaya pada
pengajaran dan pembelajaran matematika.
• Di negara Brasil matematikawan Ubitarian D'Ambrosio (1984)
istilah ethnomathematics. "Ethnomathematics," katanya,
"adalah cara kelompok budaya yang berbeda mathematise
(menghitung, mengukur, berhubungan, mengklasifikasi, dan
menyimpulkan)
• (Barton, 1996). Para penulis ini menguraikan interaksi antara
budaya dan matematika, dan pekerjaan mereka distimulasi
riset empiris tambahan.
• Vithal dan Skovsmose (1997), setelah analisis mendalam
tentang karya ini, menawarkan definisi yang mencoba
menangkap dimensi bervariasi ethnomathematics.
• Menurut Dossey (1992), bahkan matematikawan tidak dapat
sepakat mengenai sifat matematika. Salah satu masalah utama
adalah apakah matematika eksternal atau internal orang tersebut.
Sebagai contoh, sebagian orang percaya bahwa matematika adalah
penemuan manusia sedangkan lain percaya bahwa matematika
tertanam di alam dan harus ditemukan
• Alan Bishop (1983, 1988a, 1988b), salah satu penulis paling awal
tentang budaya dan matematika, percaya bahwa matematika
adalah sebuah produk budaya yang telah berkembang sebagai hasil
dari berbagai kegiatan di dalam suatu budaya. Artinya, setiap
kebudayaan telah menemukan matematika sendiri
• Bishop's (1990) mengemukanan tentang pengaruh matematika
pada masyarakat . Budaya dan pendidikan matematika memiliki
hubungan yang kuat. Lembaga dan
nilai-nilai budaya
mempengaruhi sifat pengajaran, belajar, dan kurikulum. Sebaliknya,
apa yang diajarkan dan dipelajari di sekolah-sekolah dapat
mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat
Smith (2002) telah memberikan yang paling mudah dan
praktis tempat menguraikan sintesis berbasis pedagogi.
Dia mengidentifikasi lima tematik pola:
(a) Kajian budaya yang melibatkan para siswa dalam belajar
tentang sejarah dan budaya lokal.
(b) Studi sifat siswa yang berfokus pada sumber daya alam
lokal,
(c) Dunia nyata pemecahan masalah yang melibatkan
komunitas siswa dalam menyelesaikan dan masalah-masalah
lokal
(d) Magang dan kewirausahaan kesempatan yang melibatkan
para siswa dalam membangun basis ekonomi komunitas
mereka, dan
(e) Induksi ke dalam proses masyarakat di mana siswa terlibat
dalam pengambilan keputusan masyarakat.
Pembelajaran yang relevan dalam konteks matematika di
pedesaan.
• Pembelajaran Matematika Realistik
adalah salah satu
pendekatan yang di anggap tepat dalam mengembangkan
matematika dalam konteks pedesaan. PMR pertama kali di
kembangkan Nederlands Belanda mulai tahun 1970.
• Pendekatan ini dilandasi oleh pemikiran Freudental, seorang
matematikawan dan seorang pendidik matematika (dalam
Gravemeijer, 1994) yang mengatakan bahwa matematika
harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan
anak dan relevan dengan situasi anak sehari-hari khususnya
yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan siswa misalnya
di pedesaan.
• PMR adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah-masalah kontekstual (contextual problem) sebagai
langkah awal dalam proses pembelajaran matematika
• Siswa diminta untuk mengorganisasikan dan mengidentifikasi
aspek-aspek matematika yang terdapat pada masalah tersebut.
Kepada para siswa juga diberikan kebebasan penuh untuk
mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyelesaikan
masalah kontekstual tersebut menurut cara mereka sendiri, baik
secara individu maupun kelompok, berdasarkan pengalaman
atau pengetahuan awal yang telah mereka miliki
• Pembelajaran matematika realistik berpedoman pada 3 prinsip
yaitu guided reinvention and progressive mathematizing,
didactical phenomenology, self developed models dan 5
karakteristik yaitu menggunakan masalah kontekstual,
menggunakan model, menggunakan konstribusi siswa;
interaktivitas, terintegrasi dengan topik lainnya
Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Realistik
Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR
sebagaimana uraian di atas, maka dapat dirancang langkahlangkah kegiatan inti dalam pembelajaran matematika
realistik sebagai berikut :
a. Memahami masalah kontekstual
b. Menyelesaikan masalah kontekstual
c. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban dalam
kelompok kecil
d. Menarik kesimpulan
Download