11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Luas Daerah Bangun Datar di Kelas IV SD 1. Pengertian Matematika Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika dipandang dari pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Matematika adalah sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terargumentasi secara sistimatik serta merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan ( Sujana ). Matematika adalah terjemahan dari Mathematic. Namun arti atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Definisi matematika makin lama makin sukar untuk dibuat, karena cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya. James dan James ( 1976 ) : Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep yang saling berhubungan satu sama lainya dengan jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bilangan, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang itu semakin bercampur. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan permasalahan yang terbagi menjadi empat wawasan yang luas, yaitu aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Aritmatika mencakup teori bilangan dan statistik. 11 12 Johnson dan Rising ( 1972:20 ) : Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, repesentasinya dengan timbul dan padat lebih berupa bahasa timbul mengenai ide dari pada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara dedukatif berdasarkan unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenaranya : matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah seni, keindahannya terdapat pada kesatuan dan keharmonisannya. Reys dkk (1984 : 10) : “Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan , suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat, sedangkan menurut Kline (1973): “Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Perlu di ketahui bahwa baik isi maupun metode mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Metode mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara indukatif, yang kemudian generalisasinya yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi, sifat, teori, atau dalil belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas ,2003:2) menuliskan tentang pengertian dari matematika yaitu: 12 13 Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dari segi bahasa Suriasumantri (1995:190) mengatakan bahwa, Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.. uraian ini menunjukkan bahwa matematika berkenaan dengan struktur dan hubungan berdasarkan konsep abstrak , sehingga dibutuhkan simbol untuk dapat mengoperasikan aturan dari sruktur dan hubungan tersebut dan operasi yang telah diterapkan sebelumnya. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar agar materi pelajaran dapat dipahami/dimengerti oleh siswa maka proses penalaran induktif, yaitu melalui pemanfaatan berbagai benda konkret yang kemudian dilanjutkan dengan penerapan pendekatan deduktif. Jadi, setelah siswa mendapat gambaran umum mengenai konsep yang dipelajari melalui kegiatan memanipulasi berbagai benda konkret atau model, hendaknya dilanjutkan dengan kegiatan yang mengaplikasikan konsep-konsep itu baik dalam hal pemecahan masalah (latihan) ataupun dalam pembuktian secara deduktif. Mata pelajaran matematika dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 30) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : • • • • Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat , melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 13 14 • Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2. Konsep Luas Daerah Bangun Datar Pengertian luas adalah sesuatu yang menyatakan besarnya daerah lengkungan (kurva) tertutup sederhana digabung dengan bagian di dalamnya, atau secara sederhana dapat dinyatakan “Luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun datar tersebut“. Matematika merupakan aktivitas anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam pembelajaran matematika terdapat keterkaitan materi yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari anak didik. Dalam kegiatan sehari-hari banyak dijumpai kegiatan tentang pengukuran, seperti menghitung temantemannya di kelas, tinggi badan temannya, berat badan temannya, bahkan sampai menghitung jumlah ubin/tegel di dalam kelasnya, yang merupakan konsep luas bangun datar persegi panjang. 4.1. Luas Daerah Persegi Panjang Persegi Panjang adalah bangun datar yang memiliki ukuran panjang dan lebar , panjang (p) dan lebar (l). Lebar (l) Luas = p x l Panjang (p) 14 15 4.2. Luas Daerah Persegi Persegi adalah bangun datar yang memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama yang biasa disebut sisi. Sisi (s) Luas = Sisi X Sisi , atau Luas = S x S = S2 Sisi (s) 4.3. Luas daerah Segitiga Segitiga adalah poligon yang memiliki tiga sisi. Alas segitiga merupakan sisi dari segitiga tersebut, sedangkan Tinggi harus tegak lurus dengan alas yang sekawan dan melalui titik sudut yang berhadapan. Luas = ½ x alas x tinggi t = ax t a 4.4. Luas daerah Jajar genjang Jajar genjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Jajar genjang dapat dibentuk dari gabungan suatu segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah purtaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya. 15 16 Luas B. = 2 X Luas Segitiga = 2x½xaxt = axt Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mendapatkan pengalaman belajar. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang: kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah , yaitu : a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi hasil belajar. Tujuan utama dilakukannya evaluasi hasil belajar adalah untuk mengatahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol. 16 17 Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 10) membagi hasil belajar dalam lima kategori : a. Informasi verbal b. Keterampilan intelektual c. Strategi kognitif d. Keterampilan motorik, dan e. Sikap C. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Dalam proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan membuka pembelajaran, guru harus bisa mengkondisikan suasana nyaman, siap untuk berinteraksi antara pendidik dengan peserta didik. Hal ini menyesuaikan kegiatan apa yang harus dilakukan seorang guru (materi, metode dsb) dalam memberi pembelajaran Guru dalam mengkondisikan pembelajaran (conditioning), harus menguasai hal-hal sebagai berikut : a. Menumbuhkan Perhatian Dan Motivasi Perhatian dan motivasi memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pada intinya perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran dan perasaan kepada suatu objek yang akan dipelajari. Sedang motivasi merupakan suatu energi atau kekuatan penggerak (motor) pada diri setiap individu yang memprakarsai aktivitas, mengatur aktivitas dan memelihara kesungguhan beraktivitas. b. Menciptakan Sikap Yang Mendidik 17 18 Pembelajaran adalah merupakan bagian dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan adalah merupakan proses pendewasaan manusia. Oleh karena itu, melalui kegiatan pembelajaran selain upaya untuk menambah perilaku siswa baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan c. Menciptakan Kesiapan untuk Belajar Efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan siswa belajar. Kesiapan (readness) pada dasarnya adalah gambaran kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa tersebut dapat belajar. d. Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Demokratis (Democratic Teaching) Suasana kelas yang tegang, menakutkan serba salah dan situasi-situasi yang mencengkram, tidak kondusif untuk pembelajaran, bahkan tidak mendidik bagi siswa. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran suasana kelas harus diciptakan yang dapat memungkinkan siswa merasa senang, aman, bebas, merasa dihargai, dan kondisi pembelajaran yang positif lainnya. Itulah salah sat inti dari pembelajaran demokratis. Dapat disimpulkan, pembelajaran demokratis adala proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokratis yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan kesamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik. Guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus mampu menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, selain itu harus mempunyai komitmen secara propesional untuk meningkatkan nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 18 19 Kualitas proses dalam hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat dipengaruhi atau memiliki hubungan timbal balik dengan kualitas guru dalam mengajarnya. Untuk itu setiap guru harus selalu berusaha agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Demikian halnya juga dengan teaching system, dimana komponen perencanaan mengajar bahan ajar, tujuan materi dan metode serta penilaian dan langkah mengerjakan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan tranformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga kategori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait erat dengan aplikasi dan konsep system informasi manajemen. Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan kelancaran proses pembelajaran. Agnew, dkk. dalam Susilana mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan untuk dasar (2006) mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar bagi seseorang peserta didik, semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice) penampilan hasil (performance). 1) Persiapan (Preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena terlalu bersemangan untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. 19 20 Persiapan pembelajran itu seperti mempersiapkan untuk ditanami benih, jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhanyang sehat. Demikian juga dalam pembelajaran, jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka, hasilnya diasumsikan akan lebih optimal, misalnya peserta belajar harus menghadapi segala macam rintangan yang potensial dapat mengganggu. Seperti tidak meraskan adanya manfaat, takut gagal, benci pada topik pembelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan lainnya dapat menyebabkan stress. Beban otak dan kemerosotan dalam kemampuan belajar. Berdasarkan hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan dalam situasi yang oktimal dalam belajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi manfaat. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini juga bertujuan membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan linkgungan fisik, emosional sosial yang postitif. Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang ingintahu dan mengajak belajar penuh dari awal. Banyak orang berpikiran negative tentang belajar. Kenangat tak sadar mereka mengkaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung, dan sebagainya. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negative ini dengan yang positif, maka pembelajaran 20 21 akan terhalang. Hal ini dikarenakan gambaran negative semacam itu cenderung mewarnai pengalaman yang asumsi. Asumsi negatif cenderung menciptakan pengalaman negatif dan asumsi positif cenderung menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan. Menimbulkan kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistik, jujur, dan tidak bertele-tele. Dalam kejadian apapun jika sudah menetapkan hati untuk mencpai hasil positif, kemungkinan besar hasil pofitif yang akan dicapai. Ketika asumsi negative sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa gembira dan lega dapat mempercepat pembelajaran mereka. Sugesti, baik positif maupun negative, akan tercipta oleh lingkungan belajar itu sendiri. pengaturan ruang kelas sering menimbulkan sugesti negative. Jika lingkungan fisik mengilhamiperasaan negative dan mengingatkan orang pada pengalaman yang tidak manusiawi, maka lingkungan itu akan memberi pengaruh negatif pada pembelajaran, sehingga diperlukan alternatif lingkungan yang memberi kesan gembira, positif dan membangkitkan semangat. Sebuah lingkungan yang menimbulkan asosiasi positif dan perasaan dalam setiap orang, seperti dengan menata tempat duduk secara dinamis, menghiasi ruang belajar atau apa yang ada dalam lingkungan belajar yang dapat menambah warna keindahan, minat serta rangsangan belajar peserta didik, termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan dalam inovasi-inovasi pembelajaran modern saat ini. Pembelajaran memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pelajaran dan apa yang akan dapat mereka lakukan tentang tujuan suatu pealjaran dan apa yang akan dapat mereka lakukan sebagai hasilnya. Hal ini 21 22 dapat dijelaskan denga kata, gambar, contoh demo atau apa saja yang dapat membuat tujuan itu tampak nyata dan kongkrit bagi peserta belajar. Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan “apa”, sedangkan manfaat dikaitkan dengan “mengapa”. Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dapat menghargai bahwa pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Orang belajar untuk mendapatkan hasil bagi diri sendiri. jika mereka tidak melihat hasilnya, mengapa harus belajar. Oleh karena itu, penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa terkait dengan topik pengajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus, persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar. Jika dapat diusahakan, anak didik diberi sarana persiapan sebelum belajar yang berisi aneka pilihan peralatan untuk membantu mereka untuk siap belajar. Sarana itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat, serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang. Untuk membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, diperlukan lingkungan kerja sama sejak awal. Kerjasama membantu anak didik mengurangi stress dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk belajar. Kerjasama, antar anak didik menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan, gagasan, dan informasi, mengalir bebas. 22 23 Hubungan atau interaksi selama pembelajaran dapat dikatakan sebagai inti kecerdasan, semakin sering orang saling menghubungkan pengetahuan dan wawasan mereka, semakin cerdaslah ia, interaksi sangat penting dalam membangun komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai dengan program tugas kelompok yang dikaitkan dengan pengenalan, tujuan manfaat bagi peserta belajar atau penilaian pengetahuan. Selain itu, aktivitas belajar membutuhkan peran serta semua pihak. Bagaimanapun, belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif menciptakan pengetahuan dan keterampilan. Upaya belajar danbukan belajar benar-benar bergantung pada peserta merupakan tanggung jawab perancangan atau fasilitatornya. Salah satu tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya kembali dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang sendiri. Merangsang ingin tahu peserta belajar sangat membantu upaya mendorong peserta agar terbuka dan siap belajar. Pembelajaran akan mandeg jika tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu. Jika rasa ingin tahu berkembang, maka ini akan membuat individu kembali hidup dan membuat mereka siap melebihi dari mereka sebelumnya dan inilah inti pembelajaran yang baik. Selanjutnya mereka dapat mencari jalan baru, membuat temuan baru, mempelajari keterampilan baru dan kembali menjadi manusia yang tumbuh dan berkembang normal. 2. Penyampaian (presentation) Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar secara positif dan 23 24 menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi guru. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar danbukanuntuk dijadikan focus utama. Tahap penyampaian dalam belajar bukanhanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan peserta belajar dalammenciptakan pengetahuan disetiap langkahnya. Sedangkan tujuant ahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata. Pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Selain itu dapat dilakukan dengan presentase interaktif, melalui aneke macam cara yang disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan memberi pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual serta melalui pelatihan memecahkan masalah, dimana saat ini telah banyak berkembang. Persentase. fasilitator akan berhasil jika dapat menimbulkan minat, menggugah rasa ingin tahu, dan memicu pembelajaran. Dalam beberapa kasus peserta belajar menemukan informasi atau keterampilan baru sebelum mengikuti resmi dan seroang fasilitator. 24 25 3. Latihan (practice) Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh- terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran. Dan bukan apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh guru/pendidik. Peranan guru/pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana yang mendukung kelancaran pembelajaran. Dengan kata lain tugas guru/pendidik adalah menyusun konteks tempat anak didik dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Peranan guru adalah mengajak peserta didik untuk mempelajari yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya kedalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman belajar sebelumnya, yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan seluruh asfek sistem tubuh atau pikiran. Tujuan tahap latihan adalah membantu anak didik mengintergrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara, seperti aktifitas pemrosesan. Permainan dalam belajar, aktifitas pemecahan masalah dan refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau 25 26 kelompok, pengajaran dan tinjauan kolaboratif termasuk aktifitas praktis dalam membangun keterampilan lainnya. 4. Penampilan Hasil (Performance) Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pengalaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal hal ini sangat penting disadari bahwa ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajran tetap melekat dan berhasil ditetapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa anak melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri. Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak diberi cukup waktu. Untuk menyerap pengetahuan keterampilan baru ke dalam struktur diri mereka saat itu kedalam organisasi internal mereka menyangkut makna. Sementara itu, konsekuensi dari pemikiran diatas, maka pembelajaran juga akan terganggu jika orang tidak mempunyai kesempatan untuk segera menerapkan apa yang mereka telah pelajari. Jika tidak segera menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka pelajari tersebut, kedalam dunia nyata, maka sebagian besar pengetahuan tersebut akan menguap. Dalam satu studi dilaporkan bahwa tanpa penerapan segera dan upaya untuk memperkuat, hanya sekitar 5 % 26 dari pelajaran di kelas yang tetap 27 diingat. Akan tetapi dengan penerapan segera dan bimbingan serta dukungan yang maka 90% pelajaran akan tetap melekat. D. 1. Pendekatan Matematika Realistik Pengertian Matematika Realistik Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan pembelajaran dalam matematika berdasarkan pada Realistic Mathematics Education (RME), yang pertama kali dikembangkan di negeri Belanda pada tahun 70-an oleh Freudenthal pada RME pembelajaran matematika bisa bermakna bila dikaitkan dengan kenyataan ( realita ) dalam kehidupan di masyarakat yang dialami siswa. Selain daripada itu pandangan RME dalam pembelajaran matematika harus dipandang sebagai suatu proses aktivitas, tidak hanya sebagai suatu produk yang dijadikan bahan ajar. Sementara ini guru memandang matematika hanya sebagai hasil buah pikir manusia pendahulu, kemudian diajarkan kembali kepada manusia lain generasi berikutnya untuk dipelajari dan dimanfaatkan. Guru melaksanakan pengajaran matematika hanya sebagai produk dan bukan matematika sebagai proses. Freudenthal mengemukakan bahwa pembelajaran matematika seyogyanya dilakukan dengan sistem guided reinvention, kegiatan yang mendorong siswa untuk belajar menemukan konsep atau aturan, yaitu dengan memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencoba proses matematisasi (process of mathematication), tidak hanya diberitahukan. Proses matematisasi selanjutnya menurut Treffers (2000) ada dua tipe, yaitu horizontal dan vertikal. Pada tahap horizontal siswa akan sampai pada tahap mathematical tools, seperti 27 28 fakta, konsep, prinsip, algoritma, dan aturan yang dapat berguna untuk menyelesaikan persoalan matematik. Pada tahap vertikal adalah proses reorganisasi matematik, misalnya menemukan keterkaitan antara beberapa konsep dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Tahap matematisasi horizontal adalah proses dari dunia empirik menuju dunia rasio, sedangkan matematisasi vertikal adalah proses transformasi pada dunia rasio dalam pengembangan matematika secara abstrak. Mulai tahun 1998 pendekatan RME ini mulai dikenal di Indonesia dengan ditandai adanya pengiriman personal ke negeri Belanda, berupa studi banding maupun studi lanjut. Untuk mengidentifikasi suatu pembelajaran menggunakan Realitstic Mathematics Education (RME) dapat dikenali dari prinsip-prinsip berikut ini: 1. Aktivitas Sesuai dengan konsep Realistic Mathematics Education (RME) bahwa matematika sebagai suatu aktivitas, maka pembelajaran matematika haruslah melalui doing, yaitu dengan memandang siswa sebagai subjek yang harus berpastisipasi aktif dalam mengembangkan mathematical tools sehingga lebih dihayati secara bermakna. Tidak sekali-kali memberitahukan konsep jadi sehingga siswa tinggal menerima dan menggunakannya. 2. Realitas Tahap aplikasi akan menambah kebermaknaan belajar, demikian pula dalam pembelajaran matematika hasil belajar semestinya diaplikasikan pada kehidupan nyata dalam menghadapi permasalahan. Dalam Realistic Mathematics Education (RME) prinsip realitis tidak hanya dikembangkan 28 29 pada akhir pembelajaran melinkan dipandang sebagai titik tolak belajar siswa sebagai sumber. 3. Tahap pemahaman Proses belajar matematika melalui berbagai tahapan, mulai dari pengembangan kemampuan menemukan penyelesaian secara informal dalam suatu konteks, menemukan konsep atau prinsip, menemukan aturan, sampai pada menemukan keterkaitan. Model-model aktivitas siswa dalam pembelajaran akan merefleksikan pengalaman pada tahap sebelumnya berlanjut pada tahap berikutnya, dari tahap informasi menuju pada tahap formal. 4. Inter twinment Prinsip ini tidak memandang materi matematika terpisah-pisah, akan tetapi selalu simultan bersamaan antar konsep yang relevan secara terpadu. Dalam suatu kegiatan pembelajaran siswa dapat memahami fakta, konsep, prinsip, maupun aturan secara terpadu, begitu pula dalam penerapannya selalu berkaitan. 5. Interaksi Prinsip interaksi berarti bahwa pembelajaran dipandang sebagai aktivitas sosial, di mana setiap siswa diberi kesempatan untuk berbagai pengalaman dan pengetahuan sesama mereka. Hal ini akan bermanfaat untuk meningkatkan strategi yang telah ditemukan dirinya, sehingga memungkinkan adanya refleksi dan akan memacu motivasi untuk menambah pengalaman lebih lanjut dan lebih berkualitas. 29 30 6. Bimbingan Dalam menemukan kembali konsep matematika yang dilakukan oleh siswa, guru berperan sebagai pembimbing sehingga proses penemuan tersebut bisa berjalan efisien dalam proses dan efektif dan hasil yang dicapai. Proses pembelajaran dilakukan dengan tahapan apersepsi, pengarahan,pengelompokan, diskusi kelompok (guru membimbing dengan teknik probing), dan diskusi kelas (guru moderator). Pada akhir kegiatan guru membimbing siswa secara klasikal untuk menyimpulkan hasi diskusi dan mengumpulkan kertas kerja siswa hasil diskusi. b. Karakteristik Matematika Realistik Matematika realistik didasari pada pandangan Frendental bahwa : 1) Matematika harus dikaitkan dengan hal yang nyata bagi murid. 2) Sebagai aktivitas manusia. Pertama dimulai dari kejadian yang real bagi murid maka prinsip Frendental’s didactical phenomenology bahwa belajar harus belajar dari suatu masalah yang kontekstual yang pada akhirnya memunculkan konsep matematika yang dipelajarinya harus dipergunakan prinsip builded reinvention melalui progresive mathematizations, yang mana murid digiring secara dedaktik dan efisien dari suatu level berpikir ke level berikutnya melalui matematisasi. Prinsif Self deroved models menurut De Lange (1987) dioperasikan ke dalam Tics Education sebagai berikut : • Menggunakan masalah kontekstual • Menggunakan model 30 31 • Menggunakan konstribusi murid • Interaktivitas • Pengembangan konsep PMR, dan berbagai gagasan matematika bermula dari dunia nyata dan pada akhirnya perlu mereflesikan hasil-hasil yang diperoleh dalam matematika tersebut ke dalam bentuk alam yang nyata. Artinya yang dilakukan dalam proses matematika adalah mengambil sesuatu dari bentuk dunia nyata. Oleh De Lange proses ini digabungkan sebagai berikut : Real Word ( dunia nyata) Matematization In aplication ( Matematisasi dlm aplikasi) Matematization and Replection (Matematisasi dan refleksi) Abstraction and Formalization (abstrak dan formalisasi) Belajar matematika dimulai dari kejadian yang nyata bagi murid yang berupa masalah kontekstual. Selain sebagai sumber belajar, masalah kontekstual akan memberikan gambaran nyata mengenai konsep matematika yang akan dipelajari dan digunakan dalam pembelajaran. Dengan pengalaman yang dimilikinya, memungkinkan murid untuk terlibat secara aktif dalam situasi belajar yang bermakna. Kondisi belajar seperti ini memberikan kesempatan kepada murid secara leluasa untuk menyelidiki situasi, menemukan dan mengidentifikasi 31 32 matematika yang relevan, membuat skema, berimajinasi untuk menemukan keteraturan yang membentuk konsep matematika dan selanjutnya murid akan menerapkan konsep pada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Istilah model pada pendekatan Realistik mengacu pada model matematika dan situasi yang dikembangkan oleh murid sendiri. Model yang dibangun dari pengalaman siswa memecahkan masalah merupakan jembatan matematisasi murid dari matematika informal ke arah matematika formal. Artinya murid membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Interaksi antara guru dengan murid merupakan hal yang sangat mendasar dalam pendidikan matematika realistik. Secara eksplisit bentuk-bentuk negoisasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal murid. Dalam matematika realistik pengintegrasian unitunit matematika adalah esensial. Jika pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan pembelajaran yang lain, maka akan berpengaruh dalam pemecahan masalah. 2. Implementasi Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dalam pembelajaran matematika tentang konsep luas daerah bangun datar. Implementasi pendekatan matematika realistik di indonesia harus dimulai dengan mengadaptasikan PMR sesuai dengan karakteristik dan budaya bangsa indonesia. Pengimplementasian PMR di kelas didukung oleh sebuah perangkat yang dalam hal ini adalah buku pelajaran yang sesuai dengan kondisi bangsa. Implementasi pembelajaran matematika realistik di kelas meliputi tiga fase, yaitu : a. Fase Pengenalan 32 33 Guru mengenalkan masalah realistik dalam matematika kepada seluruh murid serta membantu untuk memberikan pemahaman masalah. Pada fase ini sebaiknya ditinjau ulang semua konsep-konsep sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah pada murid dalam proses pembelajaran. b. Fase eksplorasi Murid dianjurkan bekerja secara individual, berpasangan atau dalam kelompok kecil. Pada saat siswa sedang bekerja, mereka mencoba membuat model, situasi masalah, berbagai pengalaman, ide, mendiskusikan pola yang dibentuk saat itu, serta berupaya membuat dugaan. Guru berupaya meyakinkan murid dengan cara memberikan pengertian sambil berjalan mengelilingi murid, melakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan murid dan memberi motivasi serta memberikan bantuan seperlunya kepada murid yang memerlukan. Bagi murid yang berkemampuan tinggi, dapat diberikan pekerjaan yang lebih menantang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari saat itu. c. Fase Meringkas Guru dapat mengawali pekerjaan lanjutan setelah murid menunjukan kemajuan dalam pemecahan masalah, sebelum menulis khususkan pemecahan masalah dengan berbagai strategi yang mereka lakukan. Dalam hal ini guru membantu murid meningkatkan kinerja matematika secara efisien dan efektif. Peranan guru dalam fase ini yaitu mengajukan dengan, pertanyaan kepada murid, bernegoisasi, alternatif pemecahan masalah, memberikan alasan, memperbaiki strategi dan dugaan mereka, serta membuat keterkaitan. Sebagai hasil dari hasil diskusi, murid diharapkan menemukan konsep-konsep awal dan pengetahuan 33 34 matematika formal dengan tujuan materi. Guru juga dapat membuat keputusan pengajaran yang meyakinkan semua murid dapat mengaplikasikan konsep matematika formal. 3. Kekuatan Matematika Realistik Mengungkap berbagai kekurangan, sama artinya mengemukakan berbagai kelemahan yang muncul di depan mata kita, sebagai suatu kenyataan apa adanya. Pemaparan berbagai kelemahan itu lebih diartikan sebagai titik tolak untuk mengambil tindakan positif sebagai upaya memberikan arti, seperti berupa tindakan kongkrit yang harus ditempuh selama pelaksanaan pembelajaran di kelas. Keunggulan pada pendekatan matematika realistik (PMR), adalah sebagai berikut : a. Karena murid membangun sendiri pengalamannya b. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realita kehidupan, sehingga tidak cepat bosan untuk belajar matematika c. Murid merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban murid ada nilainya. d. Mampu bekerjasama dalam kelompok e. Melatih keberanian murid karena harus menjelaskan jawabannya f. Melatih murid terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat, dengan demikian matematika realistik dapat memberikan konstribusi yang lebih banyak, ini dikaitkan dari banyaknya keunggulan yang dapat dimunculkan dan dapat diterapkan dalam suatu proses pembelajarn. Bila hal-hal di atas 34 35 terlaksana, aneka tujuan yang handal dicapai dalam pembelajaran di kelas dapat berhasil secara efektif dan efisien. 35