8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan. Sedangkan komunikasi massa didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembanga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. 1 Media komunikasi massa dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor fungsionalnya sebagai indikator. Disamping itu ditunjukan pula oleh pengaruh produk teknologi dalam bentuk hardwere dan oleh teknik penyebarannya pernyataan dalam bentuk software, maka secara universal media massa dapat dikelompokan menjadi dua yakni: 2 1. Komunikasi media massa cetak/pers (printed mass media communication) seperti, surat kabar (daily) dan majalah (magazine) 2. Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication) seperti, radio, televisi, film dan lain-lain 1 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Pers,2004 Alexander Rumondor&Henny, Manajemen Media Massa, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, Cet.ke-4, hal.3.18 2 8 9 Media massa cetak maupun elektronik memiliki ciri yang sama yakni menggunakan media massa, proses satu arah, komunikasi melembaga, pesannya bersifat umum, medianya dalam keserempakan dan komunikasinya heterogen. Perbedaan yang khasnya adalah pesan media massa elektronik diterima khalayak dengan sekilas dan menunggu didepan pesawat serta pesannya mudah dicerna pendengar/pemirsa. Sedangkan pesan media massa cetak dapat diulang/dikaji, disimpan untuk dibaca kembali dan di jadikan ajang polemik para pakar dan elite masyarakat. Sehingga lebih tinggi daya persuasinya, dan lebih ditunjukan pada rasio, sedangkan media massa elektronik lebih dirujukan pada perasaan. Komunikasi massa memiliki ciri tersendiri dibandingkan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya karena sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan. Selain itu sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Menurut Onong Uchana Effendy, ciri-ciri komunikasi massa adalah: 3 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah (one way communication). Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan atau tidak berlangsung. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu instansi atau organisator. 3 Effendy, Onong Uchkana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal.22 10 3. Pesan komunikasi massa bersifat umum. Karena pesan yang disampaikan atau disebarkan melalui media massa bersifat umum (public), ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada perorangan atau kepada kelompok orang tertentu. 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, karena kemampuannya dapat menimbulkan keserempakan pada khalayak dalam menerima pesanpesan yang disebarkan. 5. Komunikasi massa bersifat heterogen, dimana keberadaan khalayak terpencarpencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal seperti jenis kelamin, usia, agama, ideology, keinginan cita-cita dan sebagainya. Pesan pada komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar. Sifat dari komunikasi massa adalah penyebaran pesan melalui media massa begitu cepat, serempak, dan luas. Komunikasi massa mampu mengatasi jarak dan waktu serta tahan lama bila didokumentasikan. Menurut Rakhmat, fungsi komunikasi massa adalah 4 1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform) Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama. Khalayak 4 Rachmat, Jalaluddin. Teori Komunikasi Massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal.56 11 menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi. Gagasan atau pikiran orang lain dan apa yang dipikirkan orang lain dan sebagainya 2. Fungsi mendidik (to educate) Fungsi ini sebagai sarana pendidikan massa sebagai khalayak bertambah pengetahuannya, Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk pendapat-pendapat membangun dari para dewan juri analis. 3. Fungsi menghibur (to entertain) Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangkan berita yang berat. 4. Fungsi mempengaruhi (to persuasive) Fungsi ini meyebabkan sebuah program acara memegang peranan dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak. 2.2 Film 2.2.1 Pengertian Film Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua, setelah surat kabar, di dunia pada awal era 1990-an telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar yang hidup dan bergerak seperti nyata, serta tidak terikat pada ruang dan waktu, atau dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. 5 Dengan bantuan teknologi yang 5 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 126 12 semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Tidak heran hingga saat ini banyak film yang bahkan telah dinantikan pemutarannya sejak pertama kali ia dipromosikan. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Tidak masalah cerita itu ada di dunia nyata atau sekedar khalayan, sebagai media baru hasil karya elektro-teknik dan karya optik dalam pita seluloid, film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun. Graeme Turner menyebutkan bahwa makna film merupakan representasi dari realitas masyarakat. Sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaan. 6 Dalam keterkaitannya dengan disiplin ilmu komunikasi, film sendiri merupakan sebuah sistem tanda. Artinya, setiap sceneterdiri atas tanda-tanda yang mengandung pesan. Atau dengan kata lain, seperti yang diungkapkan Fiske, pesan (dalam film) merupakan konstruksi tandatanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna. 7 6 7 Ibid, hal. 127 Sobur, Alex. Op. Cit., Analisis Teks Media, hal. 122 13 2.2.2 Karakteristik Film Menurut Alexander Rumondor, fungsi film sebagai media komunikasi adalah hiburan, pendidikan, penerangan, mempengaruhi, dan sosial. 8 Film, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Dari definisi tersebut, kini mendapatkan empat elemen penting, yang akan, yaitu: 9 1. Cerita 2. Dituturkan 3. Penonton, dan 4. Rangkaian gambar bergerak Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel, drama panggung, dan sebagainya Film menyimpan unsur gambar dalam menyampaikan informasi. Dalam sejarahnya film adalah kesinambungan dari fotografi. Pada mulanya film masih bisu baru kemudian unsur suara melengkapi unsur gambar. Gambar dan suara keduanya sama-sama menceritakan cerita kepada penonton dan keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi. Bertutur menggunakan media film pertama-tama adalah menggunakan media visual. Dengan demikian apabila kita ingin menuturkan cerita melalui film maka kita harus berfikir secara visual. 8 Alexander Rumondor&Henny. Manajemen Media Massa, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, Cet.ke-4, hal.3.27 9 KFPJ Jakarta Kota.(2008, 07 Juni). Karakteristik Film. Diakses pada tanggal 15 April 2010 dari http://pelajarfilmmaker.multiply.com/journal/item/65 14 Artinya, berfikir bagaimana informasi akan disampaikan dalam bentuk gambar. Sedangkan unsur suara (dialog, musik, dan efek) merupakan unsur penunjang. 10 2.2.3. Fungsi Film Film sebagai media komunikasi memiliki lima fungsi komunikasi yaitu: 11 1. Hiburan 2. Pendidikan 3. Penerangan 4. Mempengaruhi 5. Sosialisasi Dibandingkan dengan media massa elektronik lainnya sifat film memiliki nilai seni sehingga lebih mudah menyajikan hiburan dibandingkan dengan film. 2.3 Genre Film 2.3.1 Pengertian Genre Film Genre atau jenis adalah metode identifikasi untuk menentukan jenis atau tipe dari film. 12 10 Karakteristik Film (2009, 23 Juli) . Diakses pada tanggal 15 April 2010http://pelajarfilmmaker.multiply.com/journal/item/65 11 Alexander Rumondor&Henny, Manajemen Media Massa, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, Cet.ke-4, hal.3.27 12 Belajar membuat film (2008,15 Januari), diakses pada 15 April 2010. http://www.filmpendek.com/old/belajarfilm/ 15 2.3.2 Genre Induk Primer 1. Aksi (action), Film-film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan cerita yang cepat. Film aksi umumnya berisi adegan aksi kejar-mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, dan aksiaksi fisik lainnya. 2. Petualangan (adventure), Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke satu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Plot film umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti, harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral (emas dan berlian) dan sebagainya. 3. Komedi (comedy), Film komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya. Film komedi biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film komedi juga biasanya berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan (happy ending). 4. Krimanal (crime), berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja di luar sistim hukum. Seringkali genre ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang di inspirasi dari kisah nyata. 5. Drama, Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting karakter, serta suasana yang memotret kehidupan yang nyata. 16 Konflik bisa dipicu oleh lingkungan, diri sendiri maupun alam. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. 6. Sejarah (historical), Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi motos, legenda. 7. Horor, Film horor memiliki tujuan utama memberika efek rasa takut, kejutan, serta terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supranatural atau sisi gelap manusia. 8. Musikal (musical), film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita. 9. Fiksi Ilmiah (scient fiction), berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan teknilogi dan kekuatan yang berada diluar jangkauan teknologi masa kini serta berhubungan dengan karakter non-manusia atau artifisal. 10. Perang (war), Genre perang mengangkat tema kengerian serta terror yang ditimblkan oleh aksi perang. Tidak seperti epik sejarah, perang umumnya menampilkan adegan pertempuran denga kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategi yang relatif modern. 17 11. Western, genre orisinil milik Amerika. Genra ini memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik. Setting seringkali menampilkan kota kecil, bar, padang gersang, sungai, rel kereta api, pohon kaktus, pertenakan serta perkampungan siku Indian. Western memiliki karakter yang khas seperti koboi, Indian, kavaleri, sheriff dan lain-lain. 2.3.3. Genre Induk Sekunder Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan popular yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer. 1. Bencana Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedy atau musibah baik sekala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak manusia. Film bencana di bagi menjadi dua jenis, bencana alam dan bencana buatan manusia. Bencana alam adalah aksi bencana yang melibatkan kekuatan alam yang merusak dalam sekala besar seperti angin topan, tornado, gunung berapi, banjir, gempa bumi, metor, efek pemanasan global seta serangan hewan atau binatang seperti virus, lebah, ular, burung, kelelawar, ikan hiu dan sebagainya. Sedangkan bencana buatan mausia umumnya berhubungan dengan tindakan kriminal atau faktor ketidak sengajaan manusia seperti aksi terorisme, kecelakaan pesawat terbang, kebocoran reaktor nuklir dan sebagainya. 18 2. Biografi Biografi (sering dikisahkan biopic:biography picture) secara umum merupaka perkembangan dari genre drama dan epik sejarah. Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh dimasa lalu maupun kini. Umumnya menggambarkan kisah berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh atau keterlibatan sang tokoh dalam sebuah peristiwa besar. 3. Detektif Genre detektif merupakan pengembangan dari genre kriminal dan gangster. Inti ceritanya umumnya berpusat pada sebuah kasus kriminal pelik yang belum pernah terselesaikan.sang tokoh biasanya seorang detektif atau polisi. Alur ceritanya sulit diduga serta penuh dengan misterius. 4. Film noir Film noir [:noa] yang bermakna gelap merupakan turunan dari genre kriminal dan gangster. Film noir merupaka genre dengan pendekatan sinematik yang paling unik ketimbang genre-genre yang lainnya. Tema selalu berhubungan dengan tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, serta pemerasan. Alur ceritanya penuh mistri, sulit ditebak, seta kadang membingungkan. Film noir juga sering menggunakan penuturan kilas-balik serta narrator. 19 5. Melodrama Melodrama merupakan pengambangan dari genre drama yang sering diistilahkan opra sabun atau film “cengeng” (menguras air mata). Melodrama menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi penontonnya secara mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi musik). 6. Olahraga Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlit, pelatih, agen maupun ajang kompetisinya sendiri. Film olahraga biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah peristiwa olahraga besar. 7. Perjalanan Genre perjalanan atau sering diistilahkan road films merupakan genre khas milik Amerika yang sangat popular di era klasik. Film perjalanan sering bersinggungan dengan genre aksi, drama, serta petualangan. Biasanya megisahkan perjalanan darat (umumnya menggunakan mobil). 8. Roman Roman seperti halnya melodrama merupakan pengembangan dari genre drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaannya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya. 20 9. Superhero Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan perpaduan anatara genre fiksi ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik den sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat. Karakter superhero memiliki kekuatan serta kemampuan fisik maupun mental jauh di atas manusia rata-rata. 10. Supernatural Film-film supernatural berhubungan dengan makhluk-makhluk gaib seperti hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca pikiran, masa depan, masa lalu, telekinetis, dan lainnya. 11. Spionase Spionase atau agen rahasia adalah satu genre popular kombinasi antara genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang mata-mata atau agen rahasia 12. Thriller Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan, penasaran, ketidak pastian, serta ketakutan pada penontonnya. Alur ceritanya sering kali berbentuk aksi nonstop, penuh misteri, kejutan, serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks filmnya. 21 Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film. Genre juga membantu kita memilah film-film tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Dalam industri film sendiri sering menggunakannya sebagai strategi marketing. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi penonton terhadap film yang akan ditonton. 13 Sebuah film sering terdiri lebih dari satu genre karena banyak film yang menggabungkan elemen-elemen yang biasa terdapat dalam beberapa genre, atau film tersebut merupakan gabungan dari beberapa genre sehingga tidak memiliki genre sendiri. Oleh kerna itu, satu genre dapat saja tumpang tindih dengan genre yang lain, apalagi bila cerita dalam sebuah film memadukan bermacam format yang berbeda. 2.4 Semiotik Kris Budiman menyatakan bahwa “Baik istilah semiotik maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda (the science of sign)”. 14 Sementara John Fiske menyebutkan “studi semiotik merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana tandatanda berperan dalam teks (komunikasi) dan berinteraksi dengan manusia dengan tujuan untuk menciptakan makna”. 15 Van Zoest mengartikan semiotik sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya : cara berfungsinya, 13 Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Cet. ke-1, Hal.10 Kris Budiman, Semiotika Visual,Yogyakarta: Penerbit Buku Baik & Yayasan Seni Cemeti,2003,hal 4. 15 John Fiske, Introduction to Communication Studies,New York: Methuen & Co.Ltd,1982,hal 2. 14 22 hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaanya oleh mereka yang mempergunakannya”. 16 Menurut Fiske dalam bukunya Cultural and Communication yang di sadur oleh Burhan Bungin mengemukakan bahwa semiotik mempunyai tiga bidang studi utama, yaitu: 17 1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. 2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. 3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. Tanda sebagai unsur yang sangat esensial didefinisikan Saussure sebagai sesuatu yang terdiri dari petanda dan penanda dimana hubungan keduanya bersifat semaunya atau disesuaikan dengan kesepakatan sosial. 16 17 Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2004,hal.95 Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2008, Cet.ke-3, Hal.167 23 Proses produksi dan pemanfaatan tanda oleh seseorang dalam interaksi dengan manusia lain dijelaskan Umberto Eco sebagai tahapa-tahapan berikut: 18 1. Tahap recognition, yaitu tahapan dimana seseorang mengidentifikaasikan atau mengganti objek suatu kejadian sebagai suatu ekspresi dari pernyataan atau keberadaan suatu lambang. 2. Tahap Ostention, pada tahap ini seseorang menggunakan objek untuk mewakili suatu pernyataan. 3. Tahap replica, berupa penggunaan tanda-tanda lainnya yang melambagkan sesuatu. 4. Tahap invention, yaitu menemukan cara baru untuk mengorganisasikan stimuli-stimuli menjadi sebuah lambang. Dalam proses yang dijelaskan Eco tersebut seseorang yang telah diterpa sebuah sistem tanda akan berupaya mengintepretasikan tanda hingga menemukan maknanya. Ketika seseorang berupaya mencari makna dari penggunaan penanda dan petanda dalam sebuah sistem tanda (teks), diperlukan perangkat tertentu untuk membantunya berupa kode-kode. Kris Budiman menyatakan “Seseorang dapat memberi makna pada sesuatu dikarenakan ada sistem pikiran, suatu kode untuk melakukannya”. 19 Proses pembedahan makna dari berbagai tanda berhubungan pula dengan cara orang memakai tanda yang dimunculkan dalam teks. Konsep dalam semiotika yang berhubungan dengan cara orang memaknai tanda adalah konsep denotasi dan 18 19 Umberto Eco, theory of Semiotic,Bloomington: Indiana University Press,1979,hal. 4 Budiman,Op.cit,55 24 konotasi yang berkaitan dengan bagaimana cara orang memaknai tanda dalam sebuah teks. Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotik. Seperti dikemukakan Van Zoest yang dikutip oleh Sobur mengatakan film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. 20 Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Karena itu bersamaan dengan tandatanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Memang, ciri gambargambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. Semiotik film berbeda dengan semiotika fotografi. Film bersifat dinamis, gambar film muncul silih berganti, sedangkan fotografi bersifat statis. Gambar film yang muncul silih berganti menunjukkan pergerakan yang ikonis bagi realitas yang dipresentasikan. Kedinamisan gambar pada film menarik daya tarik langsung yang sangat besar, yang sulit untuk ditafsirkan. Semiotik digunakan untuk menganalisa media dan untuk mengetahui bahwa film itu merupakan fenomena komunikasi yang sarat akan tanda. Semiotik pada penelitian ini akan dianalisis dengan teori Ferdinand saussure, dimana oleh peneliti dirasa cocok dengan menggunakan interpretasi yang tepat dengan menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat. 20 Ibid 25 Dalam film My Name Is Khan banyak terdapat tanda-tanda yang mencitrakan bagaimana Islam sebenarnya misalnya seperti yang digambarkan oleh tokoh Khan itu sendiri bahwa ia adalah orang yang penuh cinta kasih dan menolong sesama walaupun berbeda agama dan jauh dari kesan teroris. Di Film tersebut juga terdapat tanda-tanda yang mencitrakan Islam dalam dimensi atribut, penampilan, ritual, dam moral. 2.4.1 Pencitraan Citra adalah suatu atribut kognitif. Ia bisa berupa ingatan tentang kejadian masa lalu, fakta, atau pendapat. Namun citra hanya didasarkan pada kepercayaan, tradisi, sistem nilai, dan budaya. Ia merupakan produk konstruksi sosial pengetahuan yang dibentuk oleh pandangan dunia, karakter nasional, pola kelembagaan, dan filsafat pribadi kita. Itulah sebabnya kita memberikan jalan bagi citra untuk membentuk kehidupan dan gaya hidup kita juga membentuk banyak dari lingkungan hidup kita. 21 Kenneth Boulding 22 memandang hal berikut sebagai kategori-kategori dan aspek-aspek yang penting: 1. Citra spasial, yaitu gambaran tentang lokasi individu di dalam ruangan yang mengitarinya. 2. Citra temporal, yaitu gambaran tentang arus waktu dan tempat individu di dalamnya. 21 Subandy Idi ibrahim, Media dan Citra Muslim:dari spiritualitas untuk berperang menuju spiritualitas untuk berdialog.Jalasutra2005,hal 80. 22 ibid 26 3. Citra relasional, yaitu gambaran tentang alam semesta di sekitar individu sebagai suatu sistem keteraturan. 4. Citra personal, yaitu gambaran tentang individu ditengah-tengah alam sekitarnya sebagai suatu sistem keteraturan. 5. Citra nilai, yang terdiri atas baik buruknya berbagai bagian dari citra keseluruhan. 6. Citra afeksional atau citra emosional, yang dengannya berbagai hal dalam bagian lain dari citra terwarnai oleh perasaan atau terpengaruh olehnya. 7. Pembagian citra menjadi sadar, tidak sadar, dan sub sadar. 8. Dimensi kepastian dan ketidak pastian, kejelasan atau kekaburan. 9. Dimensi realitas atau nonrealitas, yaitu citra tentang hubungan citra itu sendiri dan realitas luar tertentu. 10. Tingkat publik/privat berdasarkan apa citra itu diimiliki hanya oleh individuindividu itu. Untuk mencemarkan Islam, Barat menciptakan sejumlah teknik. Yang pertama memproyeksikan secara terang-terangan citra Islam dengan menggunakan label-label. Islam dipandang sebagai sisi gelap Eropa. Maka, ketika Eropa beradap, Islam biadab. Ketika Eropa mencintai perdamaian, kaum muslim garang dan haus darah. Sementara di Barat terdapat tradisi demokrasi dan cinta 27 damai, kaum muslim despotis dan kejam. Sementara Eropa bermoral baik dan bijak, kaum muslim amoral dan bejat. 23 Dalam film My Name Is Khan justru menceritakan bagaimana Islam sesungguhnya lewat peran Khan. Dalam film tersebut terdapat tanda-tanda yang mencitrakan Islam sebenarnya dan tidak seperti apa yang selama ini dicitrakan oleh Barat yaitu identik dengan kejahatan, kekerasan, dan teroris. Menurut Kincaid dan Schramm yang dikutip oleh Sobur mengemukakan bahwa makna kadang-kadang berupa satu jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan. 24 Dengan begitu, jelas bahwa kata “kaya” hanya berarti bila ada kata “miskin” dan kata “besar” hanya berarti ada kata “kecil”. Sebagai contoh, sebuah objek dikatakan relatif besar bila dibandingkan dengan objek lain. Seekor anak kucing disebut “besar” hanya bila dibandingkan dengan jangkrik atau kodok namun disebut “kecil” bila pembandingnya seekor harimau tua. Makna tidak terjadi begitu saja, membuat bermakna merupakan suatu aktivitas yang memakan waktu. Yang Paul Willis sebut aktivitas simbolik yang dibutuhkan. Seperti yang diungkapkan oleh Lull, symbol-simbol memiliki arti yang lain bagi orang lain, bahkan dapat mempunyai arti yang berbeda-beda bagi orang yang sama. Pada waktu yang berbeda-beda atau keadaan yang berbeda sebuah teks dapat diinterpretasikan oleh orang yang sama secara berbeda. Upaya memahami makna sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik 23 Subandy Idi ibrahim, Media dan Citra Muslim:dari spiritualitas untuk berperang menuju spiritualitas untuk berdialog.Jalasutra2005,hal 83. 24 Ibid, Hal.244 28 perhatian disiplin kominikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan linguistik. Itu sebabnya, bebepara pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi komunikasi. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss misalnya, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua atau lebih. Sedangkan Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengatakan komunikasi adalah proses memahami dan berbagai makna.