180 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 MEKANISME DAN KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI E-COMMERCE MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Santonius Tambunan Pegawai Negeri Sipil [email protected] Abstract : The title of this study is the mechanism and the validity of the transaction e-commerce in terms of Article 1320 Indonesian Civil Law. The research method used in this study is the kind of normative research that examines the norms, principles and legal doctrines relating to the issues raised. The type of research that researchers use in this study are the type of research on the level of horizontal sync is the norm in terms of the Information and Electronic Transaction Act with the provisions of Article1320Indonesian Civil Law. Offer and acceptance are the stages of pre online buying and selling contracts in e-commerce. In this process the good faith of the parties shall take precedence in the transaction. The momentum of the sales contract ecommerce can not be separated from the pre-contract stage. Although the mechanism is different transactions, but in general the contract e-commerce trading has occurred since the purchaser or consumer to send a message of acceptance of the products on offer to the seller (merchant). This suggests that the momentum of buying and selling contracts e-commerce more closely at the theory of acceptance (ontvangstheorie). Subjective terms in the transaction e-commerce are consent of the individuals who are bound thereby and capacity to conclude an agreement. While the objective terms are a specific subject and an admissible cause. Information and Electronic Transaction Act is a lex specialis provisions of Article1320Indonesian Civil Law. However, in this Act only regulates consent of the individuals who are bound thereby and a specific subject, while capacity to conclude an agreement and an admissible cause has not been accommodated. Therefore, capacity to conclude an agreement and an admissible cause, can refer to the Civil Code as its lex generalis. Keywords: E-commerce, Sale and Purchase Transaction, Mechanism, Validity sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang Pendahuluan Salah satu bentuk transaksi elektronik dalam dunia bisnis adalah secara online atau direct selling yang electronic memanfaatkan fasilitas internet di mana commerce atau biasa disebut dengan e- terdapat website yang dapat menyediakan commerce maupun e-com. E-commerce dapat layanan get and deliver. Perkembangan ini diartikan secara gramatikal sebagai perda- semakin memudahkan orang maupun perusa- gangan elektronik maksud dari perdagangan haan untuk melakukan berbagai macam elektronik ini adalah perdagangan yang transaksi bisnis khusus-nya perdagangan.1 dilakukan secara elektronik dengan menggunakan internet sebagai sebagai medianya. Selain itu e-commerce juga dapat diartikan 1 http://rmarpaung.tripod.com/ElectronicComm erce.doc, diakses pada tanggal 18 April 2012 Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....181 E-commerce merupakan model bisnis c) kerahasiaan (confidentiality/privacy). Ke- modern yang non-face (tidak menghadirkan rahasiaan yang dimaksud meliputi kerahasiaan pelaku bisnis secara fisik) dan non-sign (tidak data/atau informasi dan juga perlindungan me-makai tanda tangan asli).2 Dalam transaksi terhadap data dan informasi dari akses yang e-commerce diciptakan transaksi bisnis yang tidak sah dan berwenang; d) keamanan (secu- lebih praktis tanpa kertas (paperless) dan rity). Masalah keamanan merupakan masalah dalam transaksi e-commerce dapat tidak penting karena keberadaannya menciptakan bertemu secara langsung (face to face) para rasa confidence bagi para user dan pelaku pihak yang melakukan transaksi, sehingga bisnis, untuk tetap menggunakan media dapat dikatakan e-commerce menjadi peng- elektronik guna kepentingan bisnisnya; e) gerak ekonomi baru dalam bidang teknologi. 3 Secara umum, dalam transaksi e- ketersediaan (availibility). Permasalahan lain yang juga harus diperhatikan commerce, terkandung dua permasalahan keberadaan yang ditransmisikan secara elektronik yang harus memerlukan Pertama, penanganan permasalahan yang serius. sifatnya informasi yang adalah dibuat dan tersedia setiap kali dibutuhkan. subtantif, yaitu: a) keaslian data massage dan Kedua, permasalahan yang bersifat tanda tangan elektronik. Masalah keotentikan prosedural, yaitu media internet menuntut data massage menjadi permasalahan yang adanya perlindungan dari segi yuridis. 4 sangat vital karena data massage inilah yang Perjanjian e-commerce yang dilakukan dijadikan dasar utama terciptanya suatu oleh para pihaknya bukan seperti layaknya kontrak; b) Keabsahan (validity). Keabsahan perjanjian pada umumnya, tetapi perjanjian suatu kontrak tergantung pada pemenuhan tersebut dapat dilakukan meskipun tanpa syarat-syarat kontrak. Apabila syarat-syarat adanya pertemuan langsung antara kedua kontrak kontrak belah pihak, namun perjanjian antar para dinyatakan terjadi. Dalam e-commerce, ter- pihak tersebut dilakukan secara elektronik. jadinya kesepakatan sangat erat hubungannya Pengaturan mengenai perjanjian di Indonesia dengan penerimaan atas absah dan otentiknya hanya telah dipenuhi, maka mengatur pada perjanjian pada data massage yang memuat kesepakatan itu; 4 2 Abdul Halim Barkatullah, 2007, “Urgensi Perlindungan Hak-Hak Konsumen dalam Transaksi di E-Commerce”, Artikel dalam Jurnal Hukum No. 2 Vol. 14 April 2007, hlm. 249-250. 3 Ibid, hlm. 250. Elisatris Gultom, Perlindungan Transaksi Elektronik (E-Commerce) Melalui Lembaga Asuransi, http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publi kasi dosen/1A%20Aspek%20Yuridis%20asuransi%20EC.p df, hlm. 3-5. 182 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 umumnya, hal tersebut diatur dalam Pasal perjanjian yang memenuhi ketentuan Pasal 1320 1313 KUH Perdata tersebut. KUH Perdata yang menyebutkan mengenai syarat sahsuatu perjanjian yang Namun, pada prakteknya suatu per- mengikat para pihaknya. Menurut Subekti, janjian biasanya ditafsirkan sebagai perjanjian suatu apabila yang dituangkan dalam bentuk tertulis (paper- syarat based) dan bila perlu dituangkan dalam perjanjian memenuhi dianggap syarat subjektif sah dan objektif.5 Pemenuhan atas syarat tersebut bentuk berakibat pada perjanjian yang telah dibuat mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata menjadi sah. Perjanjian juga mengikat bagi sebagaimana penulis sebutkan di atas, suatu para pihak mengenai hak dan kewajibannya, perjanjian barulah sah jika memenuhi syarat sehingga pemenuhan syarat sahnya suatu subjektif (ada kesepakatan antar para pihak perjanjian mutlak untuk dipenuhi. Hal ini dan para kelak apabila dikemudian hari terjadi suatu perjanjian) permasalahan atau sengketa maka penyele- perjanjian harus jelas dan perjanjian dilakukan saiannya dapat didasarkan pada perjanjian karena alasan yang halal). Dalam transaksi yang telah disepakati. konvensional di mana para pihak saling Pengakuan Notaris. Selanjutnya, bila pihak cakap untuk membuat dan syarat objekif (objek e-commerce bertemu, tidak sulit untuk melihat apakah sebagai suatu bentuk perjanjian dalam KUH perjanjian yang dibuat memenuhi syarat- Perdata Indonesia masih merupakan perma- syarat tersebut. Permasalahan timbul dalam salahan yang pelik. Pasal 1313 KUH Perdata hal transaksi dilakukan tanpa adanya per- mengenai definisi perjanjian memang tidak temuan antar para pihak. Di samping itu, menentukan bahwa suatu perjanjian harus transaksi e-commerce sangat bergantung pada dibuat secara tertulis. Pasal 1313 KUH kepercayaan di antara para pihak. Ini terjadi Perdata hanya menyebutkan bahwa perjanjian karena dalam transaksi komersial elektronik adalah suatu perbuatan dengan mana satu para pihak tidak melakukan interaksi secara orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap fisik. Karena itu masalah mengenai keabsahan satu orang lain atau lebih. Jika mengacu pada transaksi e-commerce tersebut menjadi hal definisi ini maka suatu kontrak elektronik yang sangat penting. dapat dianggap perjanjian Akta sebagai suatu bentuk Perjanjian dalam e-commerce dengan perjanjian biasa tidaklah berbeda jauh, yang 5 Subekti, 2010, Hukum Perjanjian, Cetakan Kedua Puluh Tiga, Jakarta: PT. Intermasa, hlm. 17. membedakan hanya pada bentuk dan Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....183 berlakunya. Media dalam perjanjian biasa commerce sesungguhnya merupakan suatu yang digunakan adalah tinta dan kertas serta model kontrak yang sama dengan kontrak jual dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak. beli konvensional yang dilakukan dalam Setelah dibuat dan disepakati maka perjanjian masyarakat. Jual beli secara konvensional tersebut mengikat setelah ditandatangani, yang dilakukan oleh masyarakat hingga saat sedangkan perjanjian ini dilakukan baik itu berdasarkan sistem menggunakan media elektronik yang ada KUH Perdata maupun menurut sistem hukum hanya form atau blanko klausula perjanjian adat. Menurut hukum adat Indonesia, yang yang dibuat salah satu pihak yang ditulis dan dinamakan jual beli, bukanlah persetujuan ditampilkan dalam media elektronik (halaman belaka yang berada di antara kedua belah web), kemudian pihak yang lain cukup pihak, tetapi adalah suatu penyerahan barang menekan tombol yang disediakan untuk setuju oleh si penjual kepada si pembeli dengan mengikatkan diriterhadap perjanjian tersebut. maksud memindahkan hak milik atas barang Berdasarkan uraian di atas, ada 2 (dua) itu dengan syarat pembayaran harga tertentu, permasalahan pokok yang akan dibahas, yaitu: berupa uang oleh pembeli kepada penjual. 1) Bagaimana mekanisme transaksi jual beli Dengan demikian, dalam hukum adat, setiap e-commerce menurut hukum positif di Indo- hubungan jual beli tidak mengikat kepada asas nesia? 2) Bagaimana keabsahan transaksi jual atau sistem obligator atau sistem/asas yang beli e-commerce ditinjau dari aspek syarat lainnya. dalam e-commerce subjektif dan syarat objektif Pasal 1320 KUH Perdata? Wirjono Prodjodikoro mengemukakan bahwa dalam hukum adat ada juga persetujuan antara kedua belah pihak yang berupa PEMBAHASAN mufakat tentang maksud untuk memindahkan Mekanisme Transaksi Jual Beli Melalui ECommerceMenurut Hukum Positif di Indonesia hak milik dari tangan penjual ke tangan pembeli dan pembayaran harga pembeli oleh pembeli kepada penjual, tetapi persetujuan itu Perkembangan transaksi jual beli ecommerce di indonesia dan keterkaitannya dengan kontrak jual beli secara konvensional Pada prinsipnya, transaksi perdagangan dengan menggunakan teknologi e- hanya bersifat pendahuluan untuk suatu perbuatan hukum tertentu yaitu berupa 184 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 penyerahan tadi. Selama penyerahan barang yang terjadi dalam lalu lintas kehidupan belum terjadi, maka belum ada jual beli.6 masyarakat sehari-hari adalah jual beli antara Tentang perjanjian jual beli, dianggap tangan ke tangan, yakni jual beli yang sudah berlangsung antara pihak penjual dan dilakukan antara penjual dan pembeli tanpa pembeli, apabila mereka telah menyetujui dan campur tangan pihak resmi dan tidak perlu di bersepakat tentang keadaan benda dan harga muka umum. Bentuk jual belinya pun, barang tersebut, sekalipun barangnya belum terutama diserahkan dan harganya belum dibayarkan bergerak cukup dilakukan dengan lisan, (Pasal 1458 KUH Perdata). Jual beli tiada lain kecuali dari persesuaian kehendak (wis overeens- terutama mengenai objek benda-benda tidak teeming) antara penjual dan pembeli mengenai bergerak pada umumnya, selalu memerlukan barang dan harga. Barang dan hargalah yang bentuk akta jual beli. Tujuan akta ini hanya menjadi essensial perjanjian jual beli. sekedar mempelajari jual beli itu dengan jika objeknya mengenai barang-barang benda-benda tertentu, Tanpa ada barang yang hendak dijual, keperluan penyerahan yang kadang-kadang tidak mungkin terjadi jual beli. Sebaliknya memerlukan penyerahan yuridis di samping jika barang objek jual beli tidak dibayar penyerahan nyata. dengan sesuatu harga, jual beli dianggap tidak Memperhatikan uraian di atas menge- ada. Cara dan terbentuknya perjanjian jual nai persamaan antara transaksi perdagangan e- beli, bisa terjadi secara openbaar/terbuka, commerce dengan jual beli secara konven- seperti yang terjadi pada penjualan atas dasar sional, maka dapat dilihat bahwa letak eksekutorial atau yang disebut excutoriale perbedaan utamanya adalah hanya pada media verkoop. Penjualan eksekutorial mesti dilaku- yang digunakan. Pada transaksi e-commerce, kan melalui lelang di muka umum oleh media yang digunakan adalah media elek- pejabat lelang, akan tetapi cara dan bentuk tronik atau internet. Sehingga kesepakatan penjualan eksekutorial yangbersifat umum ini, ataupun kontrak yang tercipta adalah melalui jarang sekali terjadi. Penjualan demikian online. Kemudian, hampir sama pula dengan harus memerlukan keputusan pengadilan. kontrak jual beli konvensional, kontrak jual Dari pembahasan di atas dapat beli e-commerce tersebut juga terdiri dari dipahami bahwa jual beli secara konvensional penawaran dan penerimaan. Sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya 6 Wirjono Prodjodikoro, 1958, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung: Vorkink-van Hoeve,hlm. 26. Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....185 penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak yang lainnya. 7 transaksi perdagangan secara elektronik dan diharapkan dengan adanya regulasi ini, sistem Dalam perkembangannya kontrak jual e-commerce dapat berjalan dengan baik, beli e-commerce menghadapi permasalahan terstruktur, dan terjamin dalam pelaksanaan- teknis teknologi dan masalah hukum. Per- nya. Memang dalam Undang-undang Infor- masalahan teknlogi yang meliputi keraha- masi dan Transaksi Elektronik hal yang siaan, keutuhan pesan (integrity), identitas seringkali disorot adalah masih belum tegas para pihak dan hukum yang mengatur diatur mengenai bentuk perlindungan kepada transaksi konsumen dalam transaksi e-commerce. tersebut. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dikembangkanlah teknik kriptografi (crypto- graphy).8 Penawaran dan penerimaan secara online sebagai bentuk pra kontrak dalam transaksi jual beli e-commerce Regulasi yang telah ada saat ini, yaitu Undang-undang Informasi dan Transaksi Dalam setiap kontrak jual beli maupun membahas mengenai bentuk kontrak lainnya akan melalui tiga transaksi elektronik secara umum saja. Haal rangkaian tahapan hingga pelaksanaan dari ini terlihat pada Pasal 17 – 22 Undang-undang kontrak, yakni : a) tahap pra contractual, yaitu Informasi dan Transaksi Elektronik yang adanya penawaran dan penerimaan; b) tahap membahas contractual, Elektronik hanya tentang Transaksi Elektronik. yaitu adanya persesuaian Sedangkan dalam ketentuan Pasal 28 ayat 1 pernyataan kehendak antara para pihak; dan c) membahas tentang perbuatan yang dilarang tahap post contractual, yaitu pelaksanaan yang berhubungan dengan transaksi elek- perjanjian.9 Hal yang paling penting sebelum tronik. menuju kepada kesepakatan dalam setiap Regulasi ini nantinya bisa menjadi kontrak adalah tahapan pra kontrak, yaitu pegangan dari khalayak dalam melakukan adanya penawaran dan penerimaan di antara para pihak. 7 Atip Latifulhayat, 2002, “Perlindungan Data Pribadi dalam Perdagangan Secara Elektronik (ECommerce), Artikel dalam Jurnal Hukum Bisnis, Volume 18 Maret, hlm. 28. 8 Dalam teknik kriptografi dikenal ada 2 (dua) kategori encryption types yang secara umum digunakan untuk pengiriman data, bertransaksi dalam perdagangan, sistem pembayaran di internet. Metode pertama menggunakan symmetric-key dan metode kedua menggunakan Asimetris/public key. Sama halnya dengan pra kontrak pada umumnya, pra kontrak dalam transaksi jual beli yang menggunakan e-commerce biasanya 9 H. Salim HS, 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 164. 186 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 akan didahului oleh penawaran jual, pe- tentang barang itu yang diisi oleh pembeli nerimaan beli. Sebelum itu, dapatsaja terjadi sebelumnya, spesifikasi tentang barang ter- penawaran secara online, misalnya melalui sebut dan menu produk lain yang ber- website, situs internet atau melalui posting di hubungan, dan penawaran tersebut terbuka mailing list dan news group atau melalui bagi semua orang sehingga semua orang yang undangan para customer melalui model tertarik dapat melakukan window shopping di business to business. toko-toko online ini. Tawaran ini adalah per- Penawaran dalam hukum positif Indo- nyataan mengenai syarat-syarat yang dikehen- nesia merupakan suatu “invitation to enter daki oleh penawar supaya mengikat, jika suatu into a binding agreement”. Tawaran merupa- tawaran diterima sebagaimana adanya berarti kan suatu tawaran jika pihak lain menganggap persetujuan itu tercapai. Dalam transaksi atau memandangnya sebagai suatu tawaran, bisnis yang menggunakan e-commerce ini, suatu perbuatan seseorang beralasan bahwa suatu tawaran boleh dilakukan terhadap perbuatan itu sendiri sebagai ajakan untuk seseorang tertentu dan hanya terbuka baginya masuk kedalam suatu ikatan kontrak, maka untuk menerimanya. Selain itu tawaran juga hal ini dapat dianggap sebagai suatu tawaran. boleh diberikan dan hanya terbuka kepada Dalam transaksi jual beli yang menggunakan kelompok dan dalam hal ini hanya orang- e-commerce, khususnya jenis business to orang yang tergabung dalam kelompok itu customer yang melakukan penawaran adalah saja yang diperbolehkan untuk menerima merchant atau produsen/penjual. tawaran tersebut. Para merchant atau penjual tersebut Dalam proses penawaran, penjual juga memanfaatkan website untuk menjajakan mesti beritikad baik di dalam memberikan produk dan jasa pelayanan. Para penjual ini informasi mengenai barang yang diperdagang- menyediakan yang kan melalui e-commerce tesebut. Hal itu juga berisikan katalog produk dan pelayanan yang ditegaskan dalam Pasal 17 ayat (2) Undang- diberikan dan para pembeli seperti berjalan- undang Informasi dan Transaksi Elektronik jalan di depan toko-toko dan melihat-lihat yang menentukan bahwa para pihak yang barang-barang di dalam etalase. melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana semacam storefront Dalam website tersebut biasanya di- dimaksud pada ayat (1) wajib beritikad baik tampilkan barang-barang yang ditawarkan, dalam melakukan interaksi dan/atau pertukar- harganya, nilai rating atau poll otomatis Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....187 an Informasi Elektronik dan/atau Dokumen dan Transaksi melalui Web atau Situs.10 Elektronik selama transaksi berlangsung. Transaksi Dalam kedudukannya juga sebagai melalui chatting atau video conference adalah seseorang dalam melaku- pelaku usaha, maka penjual transaksi jual beli kan penawaran sesuatu barang dengan e-commerce ini tidak hanya tunduk pada menggunakan model dialog interaktif melalui sistematika Undang-undang Informasi dan internet, seperti melalui telepon, chatting Transaksi Elektronik, akan tetapi juga tunduk dilakukan melalui tulisan, sedangkan video pada sistematika Undang-undang Nomor 8 conference dilakukan melalui media elek- Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tronik, di mana seseorang dapat melihat (selanjutnya disebut Undang-undang Perlin- langsung gambar dan mendengar suara pihak dungan Konsumen) dalam rangka hubungan lain yang melakukan penawaran dengan hukumnya dengan konsumen selaku pembeli. menggunakan alat ini.11 Sebagai pelaku usaha oleh Undang-undang Transaksi dengan menggunakan e-mail Perlidungan Konsumen menegaskan bahwa dapat dilakukan dengan cara mudah di mana setiap pelaku usaha memiliki kewajiban untuk dalam hal ini kedua belah pihak harus memberikan informasi yang benar dan tidak memenuhi syarat, yaitu memiliki e-mail menyesatkan atas produk barang dan/jasa address. Selanjutnya sebelum melakukan yang ditawarkan kepada konsumen. Hal transaksi, konsumen sudah mengetahui e-mail tersebut secara tegas diatur dalam Pasal 7 yang akan dituju dan jenis barang serta jumlah huruf b Undang-undang Perlindungan Konsu- yang men yang menentukan bahwa pelaku usaha menulis nama produk dan jumlah produk, wajib memberikan informasi yang benar, jelas alamat pengiriman, dan metode pembayaran dan jujur mengenai kondisi dan jaminan yang digunakan. Konsumen selanjutnya akan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan menerima konfirmasi dari merchant mengenai pcnggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. order barang yang telah dipesan tersebut. akan dibeli, kemudian konsumen Transaksi pra kontrak secara online Model transaksi melalui web atau situs yaitu dalam e-commerce ini menurut Research dengan cara di manamerchant menyediakan Paper on Contract Law memiliki banyak daftar atau katalog barang yang dijual disertai variasi, yakni: transaksi melalui chatting dan video conference, transaksi melalui e-mail, 10 Haris Faulidi Asnawi, 2004, Transaksi Bisnis E-Commerce: Perspektif Islam, Yogyakarta: Magistra Insania Press, hlm. 5. 11 Ibid. 188 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 dengan deskripsi produk yang dijual dalam transaksi bisnis biasa sebelum penawaran web atau situs yang telah dibuat oleh penjual. diakseptir oleh pihak lain, penawaran tersebut Pada model transaksi ini dikenal istilah order dapat ditarik kembali, akan tetapi jika form dan shopping cart.12 penawaran tersebut telah diakseptir, maka Berdasarkan uraian di atas, dapat penawaran tersebut tidak dapat ditarik dipahami bahwa penawaran juga merupakan kembali, sedangkan dalam transaksi jual beli proses yang penting di dalam transaksi jual yang menggunakan e-commerce, penawaran beli e-commerce dan menjadi suatu tahapan dapat saja ditarik walaupun sudah ada akseptir pra kontrak seperti jual beli pada umumnya. oleh pihak lain. Melalui penawaran dapat mempertemukan Hal ini akan menimbulkan masalah, perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di yaitu berkaitan dengan apakah dalam hal antara sesudah para pihak. Dengan penawaran, ada penerimaan tersebut tetapi konsumen selaku pembeli dapat mengetahui sebelum jawaban tersebut sampai kepada setiap produk yang ditawarkan oleh penjual pihak yang menawarkan, orang yang secara online. Tentunya dalam menyampaikan menawarkan mengirimkan berita yang informasi mengenai menyatakan menarik kembali penawarannya diperdagangkan produk barang dan tersebut, penjual selaku pelaku usaha harus beritikad baik di dalam dapat dikatakan telah terjadinya kontrak/ perjanjian atau tidak. menjalankan kegiatan usahanya tersebut yaitu Terkait dengan hal tersebut, dalam memberikan informasi penawaran yang benar, teori-teori hukum perdata, terdapat beberapa jelas, dan jujur. teori mengenai momentum terjadinya kontrak antara lain:13 Momentum terjadinya kontrak jual beli melalui e-commerce Sebagaimana transaksi bisnis biasa, dalam transaksi jual beli yang menggunakan e-commerce ini, antara penawaran dan penerimaan, selalu ada selang jangka waktu tertentu yang bisa singkat saja dan bisa juga memakan waktu yang cukup lama. Dalam 12 Ibid. Pertama, teori Pernyataan (Uitingstheorie). Menurut teori ini, kesepakatan terjadi pada saat pihak yang menerima penawaran itu menyatakan bahwa ia menerima pernyataan itu. Kedua, teori Pengiriman (Verzendtheorie). Menurut teori ini ditetapkan bahwa saat pengiriman jawaban akseptasi adalah saat lahirnya perjanjian, maka orang mempunyai pegangan yang relatif 13 H. Salim HS, Op. cit, hlm. 166-167. Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....189 sedikit pasti mengenai saat terjadinya kontrak. ketika dalam tahap pra kontrak (tahap Untuk transaksi bisnis biasa relatif lebih penawaran dan pene-rimaan) di mana pihak mudah, karena misalnya tanggal cap pos dapat yang ditawarkan (offeree) yaitu pembeli atau dijadikan sebagai salah satu patokan utama. konsumen telah mengirimkan pesan kepada Sejak saat surat itu dikirimkan, akseptor tidak pihak yang menawarkan (offeror) yaitu lagi mempunyai kekuasaan atas surat tersebut penjual dan sejak saat itu pulalah kontrak telah terjadi. menerima tawaran dari pihak penjual atau Ketiga, merchant. 14 teori Pengetahuan (Vernemings theorie). Menurut teori ini pada saat terjadinya kontrak kemudian pembeli Memperhatikan pendapat dari Tan Kamelo mengenai momentum terjadinya kon- jawaban akseptasinya diketahui oleh orang trak jual beli e-commerce tersebut, maka yang menawarkan. Dan keempat, teori Pe- menurut hemat penulis, dengan pembeli telah nerimaan (Ontvangstheorie)di mana teori ini mengimkan pesan untuk menerima tawaran muncul sebagai jawaban atas kekurangan teori dari penjual atau merchant, secara tidak pengetahuan, maka muncullah teori lain, yaitu langsung teori penerimaan. Dalam teori ini, saat kesepakatan. Oleh karenanya, apabila di- diterimanya jawaban, terlepas dari apakah integrasikan pula ke dalam keempat teori surat itu telah dibuka atau dibiarkan tidak momentum terjadinya kontrak sebagaimana dibuka, lahir/terjadinya uraian sebelumnya, maka momentum terjadi- perjanjian/kontrak. Intinya adalah saat surat nya transaksi jual beli e-commerce ini lebih tersebut sampai pada alamat si penerima, dekat maka saat itulah kontrak terjadi. theorie). saat sampai merchantbahwa pada menentukan digeser atau telah pada terpenuhi teori adanya penerimaan unsur (ontvangs Memperhatikan teori momentum ter- Walaupun momentum terjadinya kon- jadinya kontrak di atas, maka yang perlu trak atau transaksi jual beli e-commercetelah terlebih dahulu diperhatikan adalah bahwa terjadi ketika pihak pembeli atau konsumen momentum terjadinya transaksi jual beli e- (pada tahapan itu disebut juga sebagai commerce bergantung pada dari sisi mana offeree)telah penjual atau merchant dan konsumen pembeli penjual atau merchant (pada tahapan itu mengirimkan pesan kepada mengganggap kontrak tersebut telah terjadi. Menurut Tan Kamelo, momentum terjadinya kontrak jual beli e-commerce itu tercipta 14 Lihat Tan Kamelo, 2005. “Aspek Perlindungan Hukum Dalam Transaksi Melalui Media Internet”, Artikel dalam Jurnal Equality Vol. 10 No.1 Februari 2005, hlm. 4. 190 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 disebut juga sebagai offeror), akan tetapi satunya berdampak pada sektor hukum. proses kontrak jual beli e-commerce secara Walaupun pengaturan mengenai masalah e- keseluruhan tidak bisa dilepaskan dalam commerce di Indonesia berpijak pada Undang- kerangka mekanisme kontrak jual beli pada undang Informasi dan Transaksi Elektronik, umumnya. Mekanisme transaksi jual beli e- namun commerce bersandar pada aturan dalam Buku III KUH memang selalu dimulai dari untuk keabsahannya Perdata kemudian adanya penerimaan dari konsumen masalah syarat sahnya perjanjian yang terjadi pembeli. Namun, proses yang selanjutnya dalam e-commerce. pelaksanaan kontrak, Namun demikian, dalam penelitian ini juga akan diungkap bahwa di dalam Undang- konsumen tertarik dan yakin akan barang undang Informasi dan Transaksi Elektronik pilihannya, maka konsumen akan melakukan ada beberapa ketentuan yang juga mengatur proses pembayaran, dan ketika pembayaran mengenai diterima, adalah commerce. Ketentuan yang mengatur ke- pengiriman barang oleh penjual merchant absahan kontrak e-commerce tersebut merupa- kepada pembeli atau konsumen. Semua kan ketentuan yang bersifat khususdari pada tahapan itu harus dilakukan dengan itikad baik Pasal 1320 KUH Perdata sebagai ketentuan kedua belah pihak agar hak dan kewajiban umumnya. Dengan kata lain, di sini dapat masing-masing dapat terpenuhi. diartikan bahwa secara umum untuk meng- yang mana mengenai ketika tahapan di pengaturan tetap penawaran dari penjual atau merchant dan perlu diperhatikan adalah dalam rangka khususnya juga terakhir keabsahan suatu kontrak e- ukur keabsahan suatu kontrak jual beli eKeabsahan Transaksi Jual BeliECommerce Ditinjau dari Syarat Subjektif danObjektif Pasal 1320 KUH Perdata commerce harus berpijak pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata dan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Keabsahan transaksi jual beli ecommerce ditinjau dari syarat subjektif Pasal 1320 KUH Perdata Dalam Pasal 1320 KUH Perdata telah diatur syarat sahnya perjanjian di mana secara umum terdapat 2 (dua) syarat utama sebagai Transaksi e-commerce elemen atau unsur pembentukan kontrak yaitu perkembangan syarat subjektif (kesepakatan dan kecakapan teknologi yang memberikan implikasi pada para pihak) serta syarat objektif (hal tertentu berbagai sektor. Implikasi tersebut salah dan sebab yang halal). merupakan jual dampak beli dari Apabila syarat Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....191 subjektif ini tidak terpenuhi, maka sebagai problem pelik mengenai pertanyaaan kapan konsekuensi hukumnya adalah kontrak jual kontrak tersebut lahir. Penentuan saat lahirnya beli e-commerce tersebut terancam dapat kontrak menjadi kendala, terutama apabila dibatalkan (viernietigbaar). Melalui syarat penawaran dan penerimaan dilakukan melalui sahnya kontrak dalam Pasal 1320 KUH korespondensi atau surat menyurat. Mengenai Perdata yang diterapkan dan diintegrasikan ke problematika dalam transaksi jual beli e-commerce akan sebelumnya penulis telah menguraikan bahwa dapat diukur sejauh mana validitas dari terdapat 4 (empat) teori yang mencoba mem- transaksi jual beli e-commerce. Dalam sub bab berikan solusi penyelesaiannya yaitu: teori ini penulis akan menguraikan mengenai syarat pernyataan, teori pengiriman, teori penge- sahnya kontrak dalam hal syarat subjektif tahuan, dan teori penerimaan. yaitu syarat sepakat dan kecakapan para pihak. demikian ini, dalam bab Dalam KUH Perdata terdapat 3 (tiga) hal yang dapat dijadikan alasan pembatalan Pertama, syarat sepakat para pihak. kontrak berdasarkan adanya cacat kehendak, Pasal 1320 ke 1 KUH Perdata mensyaratkan yaitu: a) kesesatan atau dwaling (Pasal 1322 adanya kesepakatan sebagai salah satu syarat KUH Perdata); b) paksaan atau dwaling (Pasal keabsahan kontrak. Kesepakatan mengandung 1323-1327); c) penipuan atau bedrog (Pasal pengertian 1328 KUH Perdata).15 bahwa para pihak saling menyatakan kehendak masing-masing untuk Selain berdasarkan ketentuan Pasal menutup suatu perjanjian atau pernyataan 1320 ke 1 KUH Perdata, syarat sepakat pada pihak yang satu sesuai dengan pernyataan kontrak jual beli e-commerce juga ditemukan pihak lain. Pernyataan kehendak tidak selalu dalam ketentuan Undang-undang Informasi harus dinyatakan secara tegas namun dapat dan Transaksi Elektronik. Berdasarkan hasil dengan tingkah laku atau hal-hal lain yang penelitian penulis, adapun ketentuan dalam mengungkapkan pernyataan kehen-dak para Undang-undang Informasi pihak. Elektronik yang mengatur mengenai syarat dan Transaksi Syarat kesepakatan yang merupakan kesepakatan dalam kontrak jual beli e- cerminan dari asas konsensualisme, di mana commerce, di antaranya : Pertama, Pasal 6 di dengan adanya kata sepakat telah lahir mana berdasarkan ketentuan ini unsur kontrak, ternyata dalam lalu lintas hukum 15 yang demikian kompleks juga menimbulkan Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Jakarta: Kencana, hlm. 170-171. 192 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 kesepakatan yang dimaksudkan dalam kontrak penjual atau merchant telah terjadi karena jual beli e-commerce adalah apabila dalam telah terjadi pula kesepakatan antara kedua proses penawaran, penjual atau merchant pihak. telah menampilkan produk barang dan/atau Ketiga, Pasal 10 di mana berdasarkan jasanya secara online untuk dapat menarik ketentuan ini, unsur kesepakatan dalam pembeli atau konsumen dengan memenuhi kontrak jual beli e-commerce akan terpenuhi unsur-unsur sebagaimana disebutkan dalam apabila integritas dari pada pelaku usaha yaitu pasal yang penjual atau merchant telah terjamin. Untuk ditawarkan tersebut harus: dapat diakses, mengukur integritas dari setiap penjual atau ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat merchat menurut ketentuan ini dibentuklah dipertanggungjawabkan sehingga menerang- suatu kan suatu keadaan. Menurut Penjelasan Pasal 10 ayat (1) Sertifi- ini yaitu terhadap produk Kedua, Pasal 8 di mana berdasarkan Lembaga Sertifikasi Keandalan. kasi Keandalan dimaksudkan sebagai bukti ketentuan ini, maka unsur kesepakatan yang bahwa dimaksudkan dalam kontrak jual beli e- perdagangan secara elektronik layak berusaha commerce adalah berkenaan dengan waktu setelah melalui penilaian dan audit dari badan pengiriman pesan persetujuan pihak pembeli yang berwenang. atau konsumen kepada pihak penjual atau Sertifikasi Keandalan ditunjukkan dengan merchantadalah adanya logo sertifikasi berupa trust mark pada apabila pembeli telah pelaku usaha yang Bukti melakukan telah dilakukan memenuhi prosedur pengiriman yang telah laman (home page) pelaku usaha tersebut. ditetapkan oleh pihak penjual atau merchant. Akan tetapi, ketentuan ini sesungguhnya juga Prosedur pengiriman dimaksud adalah pihak tidak terlalu tegas dalam mengharuskan setiap pembeli harus mengisi form berupa biodata penjual atau merchant untuk melakukan pembeli secara lengkap, jujur, dan jelas sertifikasi. Hal itu karena apabila dicermati kemudian mengirimkan pesan tersebut kepada dalam Pasal 10 ayat (1) terdapat kata “dapat”. penjual melalui alamat yang telah ditunjuk Kata dapat merupakan kata yang bermakna oleh penjual atau merchant. Hal ini bila fakultatif, tidak imperatif. Artinya, setiap dikaitkan dengan uraikan penulis dalam sub penjual atau merchant tidak wajib untuk bab 3 dalam bab sebelumnya, bahwa proses disertifikasi dan tetap bebas untuk menjalan- sedemikian ini menandakan bahwa kontrak kan kegiatan usahanya walaupun tanpa harus jual beli e-commerce antara pembeli dengan disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Ke- Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....193 andalan. Untuk disertifikasi memerlukan metode elektronik. Mengenai hal ini akan itikad baik dan keinginan sendiri dari setiap penulis uraikan secara khusus dalam pem- penjual atau merchant. Dengan tidak diwajib- bahasan tersendiri nantinya. kannya sertifikasi ini bagi penjual atau Ketentuan-ketentuan tersebut di atas merchant, maka menurut hemat penulis merupakan elemen yang harus dipenuhi di menunjukkan ketidaktegasan pembentuk un- dalam suatu kontrak jual beli e-commerce dang-undang terutama dalam rangka perlin- agar memenuhi unsur kesepakatan.Terkait dungan bagi pembeli atau konsumen. Penjual dengan uraian di atas pula, maka dapat dilihat atau merchant yang tidak melakukan ser- bahwa untuk mengukur keabsahan suatu tifikasi menimbulkan kontrak jual beli melalui e-commerce tidak informasi yang sesat bagi pembeli atau kon- hanya mengacu pada ketentuan dalam KUH sumen. Di sisi lain apabila pembeli atau Perdata saja, akan tetapi mengenai syarat konsumen tersebut percaya dengan produk sepakat ini juga telah diatur di dalam Undang- yang ditawarkan oleh penjual dan melakukan undang Informasi dan Transaksi Elektronik. proses pembayaran, akan tetapi di kemudian Hanya hari barang yang dipesan tersebut tidak pernah Undang-undang Informasi dikirim oleh penjual atau merchant, maka Elektronik sebagaimana terhadap sebelumnya belum dapat kontrak berpotensi dengan pelaku usaha saja, beberapa ketentuan dan penulis cukup dalam Transaksi uraikan mampu demikian dapat dimintakan pembatalan karena mengakomodir secara tegas untuk memenuhi adanya unsur penipuan atau bedrog sebagai- unsur mana dirumuskan Pasal 1321 jo Pasal 1328 perlindungan kepada pembeli selaku kon- KUH Perdata. sumen. kesepakatan yang memberikan Pasal 11 dan 12 di mana berdasarkan Memperhatikan uraian di atas, maka ketentuan tersebut, maka untuk keabsahan pemenuhan syarat kesepakatan para pihak suatu kontrak jual beli e-commerce terutama dalam membuat kontrak jual beli dalam e- untuk memenuhi unsur kesepakatan, maka commerce dapat dipenuhi apabila memenuhi kontrak tersebut haruslah ditandatangani. ketentuan Namun, tanda tangan di sini tentunya berbeda Undang-undang Informasi dengan tanda tangan pada kontrak jual beli Elektronik, sehingga apabila kontrak tersebut konvensional. Tanda tangan dalam kontrak telah memenuni kedua aturan tersebut, maka jual dari sudut pandang kesepakatan dianggap sah beli e-commerce dilakukan dengan di dalam KUH Perdata dan dan Transaksi 194 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 dan dan mengikat para pihaknya. Di dalam transaksi jual beli e-commerce tidak jarang unsur kesepakatan kontrak jual beli e- untuk menyatakan bahwa kontrak itu sama- commerce maka ada 2 (dua) hal yang menurut sama telah disepakati oleh para pihak, maka penulis menarik untuk diperhatikan, yaitu harus memerlukan tanda tangan. Akan tetapi, mengenai itikad baik para pihak dan juga tanda tangan di sini tidak bisa disamakan mengenai kesepakatan yang ditandai dengan dengan tanda tangan sebagaimana kontrak jual tanda tangan elektronik. beli konvensional. Hal itu karena di dalam Kedua, itikad baik para pihak menuju kontrak jual beli konvensional kesepakatan kesepakatan. Dalam ketentuan Pasal 5 huruf b para pihak dapat dituangkan ke dalam kertas dan Undang-undang dan para pihak dapat saling berhadapan. Perlindungan Konsumen ditentukan bahwa Namun, dalam transaksi jual beli e-commerce baik itu konsumen maupun pelaku usaha hal ini tidak akan terjadi. Para pihak hanya harus beritikad baik di dalam melaksanakan menuangkan kesepakatan di dalam kontrak transaksi atau kegiatan usahanya. Ketentuan yang dibuat melalui e-mail. Pasal 7 huruf a ini senada dengan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-undang Informasi karenanya, instrumen tanda Transaksi tangan yang digunakan adalah tanda tangan Elektronik di mana ditentukan bahwa para elektronik. Berdasarkan ketentuan Pasal 18 jo. pihak yang melakukan Transaksi Elektronik Pasal 7 jo. Pasal 11 Undang-undang Informasi wajib beritikad baik dalam melakukan in- dan Transaksi Elektronik, maka kekuatan teraksi dan/atau pertukaran Informasi Elek- pembuktian dokumen elektronik tersebut yang tronik dan/atau Dokumen Elektronik selama ditandatangani dengan digital signature sama transaksi berlangsung. dengan kekuatan pembuktian akta otentik Memperhatikan dan Oleh kedua peraturan yang dibuat oleh pejabat umum yang perundangan tersebut di atas, maka kaitannya berwenang. Tanda tangan elektronik ini untuk dengan pemenuhan unsur sepakat dalam menjamin kepastiannya harus dilaksanakan transaksi jual beli e-commerce adalah adanya dengan teknik kriptografi. itikad baik dari para pihak. Itikad baik ini Berdasarkan uraian di atas, untuk tidak hanya dari penjual semata akan tetapi mencapai unsur sepakat dalam transaksi jual juga dari konsumen pembeli. beli e-commerce para pihak dapat melakukan Ketiga, kesepakatan dengan meng- penandatanganan kontrak elektronik melalui gunakan tanda tangan elektronik. Dalam tanda tangan yang dilakukan secara elektronik Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....195 di mana tanda tangan elektronik ini memiliki hukum di masyarakatterkait dengan objek atau kekuatan pembuktian yang sama dengan akta perbuatan hukum apa yang dimaksudkan otentik dalam dewasa. Pada satu sisi sebagian masyarakat Transaksi masih menggunakan standar usia 21 (dua sebagaimana Undang-undang dirumuskan Infomasi dan Elektronik. puluh Keempat, syarat kecakapan para pihak. Pasal 1320 ke 2 KUH Perdata menyaratkan satu) tahun sebagai titik tolak kedewasaan seseorang dengan landasan Pasal 1330 jo Pasal 330 KUH Perdata. adanya syarat kecakapan para pihak untuk Terkait dengan penelitian ini di mana melakukan suatu perbuatan hukum di mana perbuatan hukum yang dimaksudkan adalah dalam hal ini adalah kemungkinan untuk transaksi melakukan perbuatan hukum secara mandiri mengenai syarat kecakapan ini tidak diatur di yang mengikat diri sendiri tanpa dapat dalam Undang-undang Informasi dan Tran- diganggu gugat. Kecakapan untuk melakukan saksi Elektronik seperti halnya pada syarat perbuatan hukum pada umumnya diukur dari sepakat. Oleh karenanya, untuk mengukur standar berupa: persoon (pribadi) diukur dari syarat kecakapan para pihak dalam kontrak usia dan jual beli e-commerce sepenuhnya berdasarkan rechtspersoon (badan hukum) diukur dari pada ketentuan atau sistematika di dalam aspek kewenangan (bevoegheid). KUH Perdata. kedewasaan Kecakapan (meerderjarig) untuk jual beli e-commerce, maka melakukan Memang karena objek yang diatur perbuatan hukum bagi person pada umumnya adalah berupa kontrak jual beli, maka usia diukur dari standar usia dewasa atau cukup dewasa para pihak sehingga dapat dikatakan umur (bekwaamheid-meerderjarig).16 Namun cakap adalah tunduk pada sistematika KUH demikian masih terdapat polemik mengenai Perdata yaitu berumur 21 tahun. Akan tetapi, kecakapan melakukan perbuatan hukum yang dalam tampaknya mewarnai praktik lalu lintas mensyaratkan syarat tertentu bagi pihak yang kontrak jual beli e-commerce akan mengadakan kesepakatan, di mana hal 16 Perlu dicermati bahwa istilah cukup umur tidak sama dengan dewasa. Cukup umur dalam bahasa Belanda meerderjarig sedangkan dewasa volwassen. Dalam bahasa Inggris meerderjarig identik dengan legal age sedangkan volwassen dalam bahasan Inggrisnya adult. Baik itu dewasa, volwassen, dan adult sesungguhnyabukanlah pengertian hukum. Lihat Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Cetakan Kelima, Jakarta: Kencana Prenada Media, hlm. 68-69. tersebut bergantung pada situs penyedia layanan e-commerce (webstore atau toko maya). Berdasarkan hasil penelitian penulis, ada beberapa penjual atauwebstore yang dalam transaksinya yang tidak perlu men- 196 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 cantumkan umur konsumen pembeli karena Dari kenyataan di atas, dapat diartikan dapat dimengerti bahwa nominal transaksi bahwa seseorang yang berusia di bawah 18 juga tidak begitu besar dan objek yang tahun, hanya boleh menggunakan eBay.com ditawarkan juga masih dapat dipertanggung- dengan keterlibatan orang tua atau wali. Hal jawabkan. Hal itu dapat dilihat pada transaksi ini jual beli buku, misalnya dapat dilihat pada bertransaksi dengan layanan Amazon maka www.palasarionline.com di mana webstore seseorang haruslah berusia 18 tahun ke atas, tidak membatasi calon konsumen pembeli dari jika berusia di bawah 18 tahun haruslah umur berapapun. Namun, sebagian besar dari diwakilkan kepada orang tua atau walinya.Hal pengamatan penulis juga ditemukan suatu tersebutmemang tentu saja berbeda dengan syarat bagi konsumen pembeliuntuk melaku- apa yang diharapkan atau diatur dalam KUH kan transaksi haruslah telah berumur minimal Perdata yang mensyaratkan seorang pembeli 18 tahun. atau konsumen seyogyanya telah genap menunjukan bahwa untuk dapat Syarat ini dapat ditemukan pada saat berusia 21 tahun. Akan tetapi, walaupun konsumen pembelimengisi form pendaftaran syarat kecakapan ini sulit untuk dipenuhi yang berisi mengenai data diri dari konsumen tertutama dari sisi pembeli atau konsumen, pembeli, di mana terdapat suatu kolom yang pada berisi mengenai tanggal lahir, serta adanya commerce tetap dapat terjadi atau berlaku suatu box yang harus di check (√) yang meskipun sebagai konsekuensinya terhadap menyatakan bahwa konsumen pembelitelah pemenuhan berusia 18 tahun. Sehingga, kecakapan kon- dibuktikan. Pembuktiannya hanya sebatas sumen pembelidapat terlihat pada saat ia yaitu melakukan pengisian form. Sebagai contoh kepercayaan antar parapihak mengenai apa dapat ditemukan dalam salah satu bagian Your yang dinyatakan dalam proses transaksi. User Aggrement eBay kenyataannyakontrak dengan jual beli e- syarat iniakan sulit untuk kembali melihat adanya dalam http://www.ebay.com di mana disebutkan: “use the Sites if you are not able to form Keabsahan transaksi jual beli ecommerce ditinjau dari syarat objektif Pasal 1320 KUH Perdata legally binding contracts, are under the age of 18, or are temporarily suspended from our Sites”. or indefinitely Untuk mengukur keabsahan suatu kontrak atau dalam hal ini kontrak jual beli ecommerce tidak cukup hanya berdasarkan Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....197 pada aspek subjektif saja, yaitu pada elemen hal tertentu ini dapat dirujuk dari substansi kesepakatan dan kecakapan para pihak. Perlu Pasal 1332, 1333, dan 1334 KUH Perdata. dipenuhi syarat objektif keabsahan perjanjian Memperhatikan rumusan ketentuan pada umumnya. Syarat objektif ini lebih tersebut, untuk dapat menyatakan sahnya memberikan konsekuensi yuridis di mana suatu kontrak jual beli e-commerce, maka apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka pihak penjual atau merchant harus memenuhi kontrak demi ketentuan dimaksud. Adapun maksud dari hukum(nietig). Dalam sub bab ini penulis frase “menyediakan informasi yang lengkap akan menguraikan syarat objektif yang harus dan benar” oleh Penjelasan Pasal 9 tersebut dipenuhi dalam kontrak jual beli e-commerce meliputi: Pertama, informasi yang memuat yaitu syarat suatu hal tertentu dan suatu sebab identitas serta status subjek hukum dan yang halal sebagaimanadirumuskan dalam kompetensinya, baik sebagai produsen, pe- Pasal 1320 KUH Perdata.Sama halnya dengan masok, penyelenggara maupun perantara; uraian dalam sub bab sebelumnya, untuk kedua, informasi lain yang menjelaskan hal pemenuhan unsur objektif kontrak jual beli e- tertentu yang menjadi syarat sahnya perjanjian commerce dalam penelitian ini akan diungkap serta menjelaskan barang dan/atau jasa yang bahwa di dalam Undang-undang Informasi ditawarkan, dan Transaksi Elektronik juga ada ketentuan deskripsi barang/jasa. yang dibuat akan batal yang mengatur mengenai syarat objektif dari pada kontrak jual beli e-commerce. seperti nama, alamat, dan Berdasar uraian di atas, maka di dalam kontrak jual beli e-commerce juga ada suatu Pertama, syarat suatu hal tertentu. hal tertentu yang menjadi objek dalam Adapun yang menjadi syarat suatu hal tertentu perjanjian atau kontrak e-commerce tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1320 ke 3 sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal KUH Perdata adalah prestasi yang menjadi 1320 ke 3 KUH Perdata jo Pasal 9 Undang- pokok kontrak yang bersangkutan. Hal ini undang Informasi dan Transaksi Elektronik. untuk memastikan luasnya Kedua, syarat suatu sebab yang halal. pernyataan-pernyataan yang menjadi kewajib- Syarat sebab yang halal dalam mengukur an para pihak. Pernyataan-pernyataan yang validitas suatu kontrak diatur dalam Pasal tidak luas 1320 ke 4 KUH Perdata. Berdasarkan kewajiban para pihak adalah tidak mengikat penelitian penulis, terkait dengan syarat sebab (batal demi hukum). Lebih lanjut mengenai yang halal dalam kontrak jual beli e- dapat sifat ditentukan dan sifat dan 198 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 commerce, maka syarat ini tidak ditemukan di Penafsiran sebab yang halal kiranya tetap dalam Undang-undang Informasi dan Tran- mendasarkan pada rumusan Pasal 1335 jo. saksi Elektronik. Oleh karena itu, apabila Pasal 1337 KUH Perdata. mengintegrasikan syarat sahnya perjanjian Memperhatikan keseluruhan uraian dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka di mengenai pemenuhan syarat subjektif dan dalam dan objektif dari transaksi jual beli e-commerce, Transaksi Elektronik hanya mengatur syarat maka untuk menjamin kepastian hukum di sepakat dan suatu hal tertentu saja. Dengan dalam kontrak jual beli e-commerce ini, demikian, terkait dengan syarat sebab yang seluruh syarat harus dipenuhi (kesepakatan, halal dalam sub bab ini sepenuhnya akan kecakapan, hal tertentu, dan sebab atau kausa mengacu pada ketentuan atau sistematika yang halal). Syarat sahnya kontrak ini bersifat dalam KUH Perdata. komulatif, artinya seluruh persyaratan tersebut Undang-undang Pengertian Informasi halal harus dipenuhi, tidak dipenuhinya salah satu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal atau lebih syarat dimaksud akan menyebabkan 1320 ke 4 KUH perdata harus dihubungkan kontrak dengan konteks Pasal 1335 dan 1337 KUH keberadaannya, dibatalkan (viernietigbaar) Perdata. Berdasarkan kedua ketentuan ter- karena tidak memenuhi syarat subjektif sebut, maupun batal demi hukum (nietig) karena suatu sebab kontrak kekuatan hukum yang tidak mempunyai yang mengikat (batal) tersebut akan diganggu tidak memenuhi syarat objektif. apabila kontrak tersebut: tidak mempunyai Berdasarkan hasil analisa penulis pula sebab, sebabnya palsu, sebabnya bertentangan di mana terdapat 2 (dua) peraturan perundang- dengan undang-undang, sebabnya bertentang- undangan yang mengatur mengenai keabsahan an dengan kesusilaan, dan sebabnya berten- transaksi jual beli e-commerce ini, maka untuk tangan dengan ketertiban umum.17 menghindari terjadi konflik antara aturan Terkait dengan pemenuhan syarat perundang-undanganyang mengatur tentang sebab yang halal pada kontrak jual beli e- keabsahantransaksi commerce, maka menjadi suatu bukti bahwa tersebut, kontrak tersebut tidaklah berbeda dengan berlakunya kontrak atau perjanjian pada umumnya. undangan sebagai berikut:18 a) lex specialis 18 17 J. Satrio, 1992, Hukum Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 321-353. perlu suatu jual ditinjau beli e-commerce asas-asas peraturan dari perundang- Lihat SudiknoMertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, hlm. 92-94. Santonius T. : Mekanisme Dan Keabsahan Tansaksi.....199 derogat lex generalis, yakni bahwa ketentuan dalam rangka mengukur keabsahan transaksi hukum yang lebih khusus mengalahkan jual beli e-commerce tersebut secara lengkap, ketentuan hukum yang bersifat umum; b) lex tetap dapat mengacu kepada ketentuan yang superior derogat lex inferiori, yaitu bahwa bersifat umum atau lex generalis yaitu KUH ketentuan hukum yang lebih tinggi akan Perdata untuk memenuhi syarat yang belum melumpuhkan ketentuan hukum yang lebih diakomodir oleh Undang-undang Informasi rendah; dan c) lex posteriori derogat legi dan Transaksi Elektronik yaitu pada syarat priori, yakni bahwa ketentuan hukum yang “kecakapan para pihak” dan syarat “suatu baru sebab yang halal”. Ke depannya diperlukan mengalahkan ketentuan hukum sebelumnya. Undang-undang yang mempu mengakomodir Terkait konteks keabsahan transaksi jual beli e-commerce dalam penelitian ini, keempat syarat sahnya transaksi jual beli ecommerce ini secara konkrit. akan didapat bahwa berlakunya asas lex specialis derogat lex generalis di mana sebagai lex genaralis-nya KUH Pada prinsipnya, transaksi jual beli e- Perdata, kemudian sebagai lex specialis-nya commerce sesungguhnya merupakan suatu adalah dan model kontrak yang sama dengan kontrak jual Undang-undang beli konvensional yang dilakukan dalam Undang-undang Transaksi Elektronik. adalah PENUTUP Informasi Informasi dan Transaksi Elektronik harus masyarakat mengatur secara lengkap dan komprehensif utamanya adalah hanya pada media yang untuk mengakomodir keabsahan transaksi jual digunakan. Pada beli e-commerce sebagai pengejawantahan commerce, media yang digunakan adalah Pasal 1320 KUH Perdata yang merupakan media ketentuan umum. Hal ini diperlukan agar Undang-undang Informasi dapat memberikan kepastian hukum bagi Elektronik memberikan kepastian hukum bagi transaksi jual beli e-commerce. pelaksanaan transaksi jual beli e-commerce. Karena di dalam Indonesia. elektronik Letak transaksi atau jual internet. dan perbedaan beli e- Adanya Transaksi Undang-undang Penawaran dan penerimaan online Informasi dan Transaksi Elektronik saat ini adalah tahapan pra kontrak dalam transaksi hanya mengakomodir 2 (dua) syarat dari 4 jual beli e-commerce. Dalam proses ini itikad (empat) syarat yaitu syarat “kesepakatan para baik pihak” dan syarat “suatu hal tertentu”, maka konsumen pembeli) harus diutamakan. Itikad para pihak (penjual/merchant dan 200 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 baik para pihak dirumuskan dalam Undangundang Informasi dan Transaksi Elekronik Studi Sistem Keamanan dan Sistem Hukum di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Undang-undang Perlindungan Konsumen Momentum terjadinya kontrak jual beli e-commerce tidak bisa dilepaskan dari adanya tahapan pra kontrak. Hal ini menunjukkan bahwa momentum terjadinya kontrak jual beli e-commerce lebih dekat pada teori penerimaan (ontvangstheorie). Diharapkan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elekronik segera direvisi.Perlu dirumuskan syarat kecakapan dan suatu sebab yang halal pada kontrak jual beli e-commerce. Terkait dengan syarat kecakapan, di mana Barkatullah, Abdul Halim dan Syahrida. 2010, Sengketa Transaksi E-Commerce Internasional: Pengertian, Sebab Kemunculan, dan Metode Penyelesaian yang Efektif, Cetakan I, Bandung: Nusa Media bekerjasama dengan FH Unlam Press Banjarmasin Burton, Steven J. & Eric G. Andersen, 1995, Contractual Goodfaith (Formulation, Performance, Breach, Enforcement), Kanada: Little Brown and Company Chissick, Michael dan Alistair Kelman, 2002. Electronic Commerce: Law and Practice, London: Sweet & Maxwell Limited batas umur kedewasaan adalah 18 tahun. Oleh karenanya, ketika hendak menyusun aturan khususnya yang berkaitan dengan dunia maya hendaknya memperhatikan hal tersebut agar Dimyati, Khudzaifah dan Kelik Wardiono, ed. Problem Globalisasi: Perspektif Sosiologi Hukum Ekonomi dan Agama. Surakarta: Muhammadiyah University Press dapat memberikan kepastian hukum mengenai kecakapan seseorang. DAFTAR PUSTAKA Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Asnawi, Haris Faulidi. 2004, Transaksi Bisnis E-Commerce: Perspektif Islam, Yogyakarta: Magistra Insania Press HS, H. Salim. 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Badrulzaman, Mariam Darus. 1996, KUH Perdata Buku III: Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung: Alumni Harahap, M. Yahya. 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni Bainbridge, David. 1996, Introduction to Computer Law, 3 nd Edition, London: Pitman Publishing Barkatullah, Abdul Halim dan Teguh Prasetyo. 2005, Bisnis E-Commerce Hernoko, Agus Yudha. 2010. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial. Jakarta: Kencana