BAB I LATAR BELAKANG Suatu perusahaan didirikan untuk menghasilkan laba yang optimal, dengan adanya laba yang diperoleh tersebut, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka pendek maupun panjang (Porter, 1980). Untuk dapat menjalankan misi tersebut, Perusahaan harus dapat membuat perencanaan usaha sesuai dengan potensi, sumber daya yang tersedia dan menjawab tantangan internal serta eksternal. Telekomunikasi adalah kegiatan ekonomi yang berkembang pesat, modern, padat teknologi dan menghadapi persaingan tajam, sehingga memerlukan strategi bisnis dan rencana pemasaran yang tepat dan efisien. Telekomunikasi Seluler (disingkat: Telkomsel), anak perusahaan BUMN PT. Telkom, adalah sebuah anak perusahaan jasa telekomunikasi seluler terkemuka di Indonesia. Dalam bisnis seluler, baik suara (voice) dan pesan pendek (SMS), Telkomsel menguasai 53 persen dari pangsa pasar nasional. Saat ini, PT. Telkomsel memiliki 25.011 orang karyawan per tanggal 31 Desember 2013, yang terdiri dari 17.881 karyawan Telkomsel dan 7.130 karyawan di entitas anak perusahaan. Jumlah ini menurun 2,6 persen dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2012, sejalan dengan berlanjutnya program multi exit sebagai bagian dari upaya revitalisasi dan penigkatan efisiensi di grup Telkom sejak tahun 2002. 1 Telkomsel mengandalkan pada 3 merk telekomunikasi pra bayar dan 1 merk telekomunikasi pasca bayar untuk mencapai target pendapatan perusahaan yaitu simPATI, Loop, Kartu As dan kartuHalo. Pada tahun 2013, Telkomsel memiliki pendapatan sebesar 60 triliun rupiah dengan jumlah pengguna sebanyak 125 juta pelanggan. Telkomsel yang merupakan tulang punggung PT. Telkom Indonesia pada sektor pendapatan perusahaan. Pada kondisi normal, pertumbuhan pendapatan Telkomsel mencapai angka 8-9 persen setiap tahunnya. Dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya, pendapatan Telkomsel oleh para analis pasar (Macquairie, Morgan Stanley, Goldman Sachs dan Credit Suisse) pada tahun 2014, 65,8 triliun rupiah diperkirakan lebih tinggi dari pada Indosat (26,4 triliun rupiah) dan XL Axiata (24,4 triliun rupiah). Pertumbuhan pendapatan Telkomsel adalah 9, Indosat 7 dan XL 12 persen (lihat Gambar 1.1) Gambar 1.1. Pendapatan 3 Besar Perusahaan Telekomunikasi (2013- 2014). Sumber: RKAP PT. Telkom 2014 (Telkom, 2013) 2 Selama ini, Telkomsel memiliki tiga sektor pendapatan yaitu suara (voice), pesan pendek (short message) dan data. Namun demikian, terjadi penurunan pendapatan Telkomsel pada sektor suara (voice) dan SMS (short message service) sehingga menurunkan laju pertumbuhan pendapatan (lihat Grafik 1.2). Pada strategi bisnis PT. Telkom Indonesia tahun 2014, pertumbuhan pendapatan tahunan Telkomsel dituntut untuk mencapai 10 persen. Grafik 1.1. Telkomsel: Pertumbuhan 3-Besar (persen) 13 10 8 2012 2013 2014 Sumber: RKAP PT. Telkom 2014 (Telkom, 2013) Pertumbuhan pendapatan dari suara dan SMS kedepan diperkirakan akan menurun (lihat grafik 1.2 dibawah ini), sehingga untuk meningkatkan tambahan pertumbuhan 2 persen diperlukan upaya ekstra, mulai dari perencanaan strategis, keuangan, produk hingga target pemasaran. 3 Gambar 1.2. Pertumbuhan Pendapatan Suara (Voice) dan SMS, 2012-2106 12 11 10.6 SMS Voice 10 8.1 9 8.2 8 7.5 7 7 6 4.9 5 4 4.2 2013 2014 4 3.7 3.3 3 2 2012 2015 2016 Sumber: RKAP PT. Telkom 2014 (Telkom, 2013) Untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan induk, Telkomsel dituntut untuk mencari sumber pendapatan baru yang berasal dari produk baru dan inisiatif baru (new wave). Oleh karena itu, Telkomsel berniat membuat sejumlah inovasi dalam jumlah yang besar pada masing-masing merk. Inovasi dan inisiatif baru merupakan suatu keharusan bagi perusahaan karena adanya ancaman dan terobosan yang dilakukan oleh kompetitor. 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Telkomsel menghadapi lingkungan eksternal yang berkembang sangat cepat dan mendukung, yakni meliputi kecenderungan industri, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah, kondisi perekonomian/persaingan, dan demografi. 4 Telekomunikasi adalah bidang usaha yang memiliki penetrasi sangat tinggi di Indonesia, karena pertumbuhan ekonomi membutuhkan sarana dan prasarana telekomunikasi yang cepat, handal dan modern (Rohman dan Bohlin, 2014). Saat ini industri telekomunikasi di Indonesia mengalami persaingan yang ketat. Namun demikian, Industri ini hingga saat ini masih menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Di tengah-tengah iklim kompetisi yang sedang berkembang membuat operator telekomunikasi harus berupaya sekuat tenaga menghadapi persaingan. Fungsi regulator sangat penting dalam memberikan iklim persaingan yang sehat dan adil. Perkembangan industri jasa telekomunikasi membutuhkan stabilitas makro ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Stabilitas makro ekonomi Indonesia, yakni nilai tukar stabil dan inflasi rendah memberikan lingkungan eksternal yang mendukung bagi pertumbuhan industri ini. Suku bunga rendah dan kesehatan sektor keuangan juga dapat mendukung ekspansi usaha di bidang jasa telekomunikasi. Disamping itu, pertumbuhan pendapatan per kapita, kekuatan daya beli masyarakat dan kondisi pertumbuhan penduduk usia produktif yang cukup kuat di Indonesia saat ini memberikan kekuatan akan tumbuhnya industri telekomunikasi yang cepat. Tersedianya SDM yang berkualitas dan kompetitif di Indonesia memudahkan untuk industri ini dapat bersaing dengan produk serupa dari negaranegara berkembang lainnya. Secara umum, disimpulkan bahwa lingkungan eksternal di Indonesia sangat mendukung tumbuhnya industri Telekomunikasi di Indonesia. 5 1.2. Lingkungan Internal Perusahaan Disamping lingkungan eksternal yang sangat mendukung, Telkomsel juga menghadapi lingkungan internal yang dinamis dan sehat. Lingkungan internal yang sangat mendukung Telkomsel adalah kayanya penciptaan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Salah satu upaya Telkomsel untuk memenuhi ekspektasi laju pertumbuhan pendapatan adalah dengan menciptakan inovasi produk pada sektor pasca bayar dengan merk kartuHalo. Pada industri pasca bayar, kartuHalo menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar dengan 2,2 juta pelanggan. Tetapi berdasarkan survai yang dilakukan oleh Goldman Sachs, masyarakat di Indonesia memiliki persepsi bahwa kartuHalo merupakan sebuah merk yang eksklusif dan relatif mahal. Menurut Kotler dan Keller (2011:57), citra merk adalah sekumpulan persepsi dan kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen, seperti yang tercerminkan dalam asosiasi yang diingat dalam benak konsumen. Oleh karena itu Telkomsel dituntut untuk merubah citra dari merk kartuHalo tersebut untuk mencapai pendapatan yang optimal bagi perusahaan. Upaya yang dilakukan oleh kartuHalo untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menciptakan produk yang dapat menghilangkan kekhawatiran pelanggan terhadap adanya fenomena tagihan yang melebihi ekspektasi. Pada Februari 2014, kartuHalo mengeluarkan sebuah produk yang bernama kartuHalo-Fit Hybrid. Produk ini dirancang untuk menghilangkan rasa khawatir bagi pelanggan atas tagihan yang melampaui ekspektasi. Produk ini memiliki fasilitas berupa adanya penentuan batas tagihan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan pelanggan. Selain itu, harga yang 6 ditetapkan untuk mengaktifkan paket ini juga relatif murah yaitu 50 ribu rupiah dengan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati oleh pelanggan. Pelanggan juga dapat melakukan proses isi ulang apabila pemakaian telepon genggam sudah mencapai batas yang telah ditentukan di awal periode aktivasi paket. Faktor pemasaran dalah lingkungan internal yang sangat penting karena industri telekomunikasi sangat akrab dengan selerta konsumen. Perusahaan jasa telekomunikasi diwajibkan untuk memberikan penawaran yang beragam baik untuk mempertahankan loyalitas pelanggan ataupun menarik pelanggan baru. Penawaran yang dapat disediakan oleh operator telekomunikasi dapat berupa fasilitas yang diberikan, persaingan harga, maupun penghargaan yang diberikan kepada pelanggan yang loyal. Berdasarkan sudut pandang konsumen, telah muncul kebutuhan dan keinginan yang beragam sehingga perusahaan dituntut untuk dapat mencapai ekspektasi pelanggan agar dapat memaksimalkan pendapatan perusahaan. Pelanggan yang puas dengan pelayanan operator telekomunikasi akan menjadi pelanggan yang loyal, sedangkan pelanggan yang tidak puas dengan pelayanan operator telekomunikasi akan memilih untuk pindah kepada operator lainnya (Heskett et al., 1994). Menurut ACSI (American Customer Satisfaction Index) pada tahun 1984, menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan dapat ditentukan melalui 3 faktor yaitu kualitas, nilai produkdan ekspektasi pelanggan (Fornell dan Anderson, 2000). Lingkungan organisasi di Telkomsel juga sangat mendukungan dimana Telkomsel terus mengoptimalkan pengembangan layanan di Indonesia dengan memanfaatkan potensi sinergi perusahaan induk yaitu PT Telkom (65 persen) dan 7 SingTel Mobile (35 persen). Telkomsel terus mengembangkan layanan telekomunikasi selular untuk mengukuhkan posisi sebagai penyedia layanan gaya hidup selular yang sebenarnya yang disebut dengan slogan a truly mobile lifestyle. Pelayanan eksklusif dengan harga kompetitif tersebut memerlukan sumber daya manusia atau karyawan yang cukup dan professional serta berjiwa melayani. Disamping SDM, marketing juga mempunyai peran sentral. Marketing yang fokus pada pelanggan menciptakan suatu efektivitas kerja SDM sebelum mereka berhubungan dengan para konsumen. Setiap anggota atau karyawan organisasi mengupayakan kontribusi yang optimal kepada konsumen dalam melaksanakan komitmennya pada perusahaan melalui marketing yang melibatkan pelanggan (Kotler dan Keller, 2011). Dalam pemasaran, Telkomsel menerapkan strategi pemasaran yang komprehensif untuk memperkuat citra merk serta meningkatkan penjualan Perusahaan, termasuk melalui aktivitas komunikasi pemasaran serta pengembangan jaringan distribusi produk dan layanan. Khusus untuk kartuHalo, Telkomsel fokus pada segmen korporasi dan profesional dengan tingkat pemakaian yang tinggi. Pemasaran untuk segmen ini ditangani oleh tim korporasi khusus yang bertanggung jawab untuk membina hubungan berkelanjutan dengan pelanggan, dengan senantiasa berusaha memberikan solusi yang tepat sesuai kebutuhan pelanggan korporasi berkualitas atau high quality costumer (Telkom, 2014). Dalam rangka memenuhi kebutuhan produk layanan telkomsel yang kualitasnya bagus namun harganya terjangkau, maka diciptakanlah produk hybrid kartuHalo kualitas pasca bayar namun 8 dengan harga pra-bayar. Strategi pengelolaan SDM Telkomsel menekankan pada harmonisasi jumlah dan kompetensi SDM searah dengan portofolio bisnis yang semakin fokus pada konten, data dan produk gaya hidup (Telkom, 2014). Lingkungan internal juga sangat mendukung tumbuhnya industri jasa Telekomunikasi, khususnya bagi bisnis Telkomsel di Indonesia 1.3. Rumusan Masalah Seperti yang telah disebutkan pada Latar Belakang, Telkomsel dituntut untuk memenuhi target dari perusahaan induk untuk memenuhi target pertumbuhan pendapatan sebesar 10 persen. Saat ini laju pertumbuhan pendapatan tahunan Telkomsel hanya mencapai 8 persen. Untuk menutup gap hal tersebut maka dibutuhkan inisiatif baru dari perusahaan untuk menciptakan beberapa produk dan fasilitas yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Telkomsel meluncurkan kartuHalo-Fit Hybrid yang lebih ekonomis tetapi kualitas pelayanannya bagus. Penelitian ini mengkaji analisis strategik dari produk layanan tersebut serta rencana pemasaran produk. Analisis strategik yang akan dianalisis meliputi internal Telkomsel, visi-misi, strategic initiative dan industri seluler di Indonesia. Secara ringkas rumusan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (lihat Grafik 1.2) 9 Grafik 1.2. Rumusan Masalah Dalam Penelitian Analisis Strategic dan Pemasaran Pertumbuhan Pendapatan KartuHalo-Fit Hybrid Telkomsel (Harga pre-paid menurun Kualitas post-paid) Perencanaan Aksi Marketing Communication yang tepat Permasalahan utama adalah menurunnya pertumbuhan pendapatan Telkomsel dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya di bisnis suara dan sms, maka diluncurkan kartuHalo Fit Hybrid. Produk ini direncanakan lebih efisien dan ekonomis tanpa mengorbankan kualitas pelayanan, bahkan lebih baik. Untuk itu perlu kajian kelayakan secara strategik dan perencanaan komunikasi pemasaran (marketing communication) yang tepat agar dapat menumbuhkan loyalitas pelanggan dan mendorong tingkat pertumbuhan pendapatan yang signifikan kedepan. 1.4.Tujuan Studi Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kredibilitas dan keandalan perencanaan bisnis dan rencana aksi Telkomsel dengan inovasi dan inisiatif yang 10 dilakukan oleh perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Penelitian ini juga ditujukan untuk meneliti kehandalan perencanaan bisnis produk kartuHalo-Fit Hybrid sebagai produk unggulan Telkomsel dengan menggunakan teori dan analisis perencanaan bisnis terbaik. Dengan adanya penelitian ini, juga akan dikaji kelayakan strategi bisnis Telkomsel dengan inovasi seperti kartuHalo-Fit hybrid tersebut untuk menutup gap pendapatan sebesar 2 persen sehingga target perusahaan induk yakni PT. Telkom dapat dicapai. Penelitian ini akan menggunakan teori perencanaan strategi lima dorongan (five forces) dari Michael Porter, analisis SWOT dan model strategik bisnis Kanvas untuk mengindentifikasi, menilai dan mengkaji kehandalan perencanaan Telkomsel layanan produk kartuHalo-Fit Hybrid. Disamping itu akan dikaji mengenai efektivitas rencana pemasaran. 11