ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN METODE PENEMUAN BERBASIS MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SAINS SISWA KELAS IV SDN NO.162/IX PANCA MULYA Diajukan Oleh: KISWORO DWI ARIYANTO NIM A1D111178 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017 1 PENERAPAN METODE PENEMUAN BERBASIS MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SAINS SISWA KELAS IV SDN NO.162/IX PANCA MULYA Kisworo Dwi Ariyanto Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Jambi [email protected] ABSTRAK Based on observations in SDN No. 162 / IX Panca Mulya which makes the students become inactive, that is not the number of instructional model used by the teacher, and the lack of use of learning media, so that teachers more often use traditional teaching approach, which makes students less interested or even cause saturation for students to Learn the material taught by the teacher. In other words the students only accept the knowledge transferred or submitted by the teacher by not involving the students directly. This study aims to determine the use of discovery methods and in maximize the image media to increase student learning interest in learning Science class IV SDN 162 / IX Panca Mulya. This research is a Classroom Action Reasearch study, with its main characteristic is repetitive action and its main method is self-reflection that improves learning. Based on the background of the problem, then in this study the focus point of the research is how the application of discovery methods and the use of visual media in improving the learning activity of Science in fourth grade students of SD No.162 / IX Panca Mulya. The results of the study showed an increase in the activity of learning grade IV SDN. 162 / IX Panca Mulya. In the first cycle of the 1st meeting with the number of students 22 students and the average score of 49.05% (less ctreteria), on the first cycle of the second meeting with 22 students and the average score of 63.41% (sufficient criteria) Then with the teacher doing the improvement can increase activity to become average score 68,18% (enough criterion) at cycle II of meeting 1 with student number 22 student and more increase again at second meeting in cycle II with average 79 , 92% (good criterion) with the number of students 22 students, this indicates that the learning conducted by the teacher has also improved. This is driven by the presentation of appropriate materials, methods and media usage. Researchers can conclude that the use of discovery methods based on visual media can improve students' learning activity on learning Science. With the increase in learning effectiveness, will have an impact on student achievement and knowledge. Keywords : Discovery Method, Visual Media, Activity Learning, SCIENCE 2 memberikan suatu cara berfikir sebagai PENDAHULUAN Pendidikan pondasi yang merupakan paling dasar suatu struktur untuk (Rustaman, 2011: 1.1-1.2). membangun suatu negara. Suatu negara pengetahuan Tujuan yang pembelajaran utuh Sains di yang maju dapat dilihat dari sudut sekolah dasar antara lain: pertama, siswa perkembangan Untuk mampu memahami konsep-konsep Sains meningkatkan pendidikan tersebut, siswa dan katerkaitanya dalam kehidupan sehari- dituntut untuk mampu lebih aktif dalam hari, melaksanakan ketrampilan proses untuk mengembangkan pendidikannya. proses pembelajaran. kedua agar siswa Dengan pendidikan, kebutuhan manusia pengetahuan, tentang perubahan dan perkembangan sekitar; dapat di penuhi, sehingga memiliki potensi menggunakan teknologi sederhana yang pada masing-masing individu. berguna untuk memecahkan suatu masalah Pendidikan yang berkualitas harus mampu meningkatkan sehingga yang potensi bersangkutan gagasan memiliki ketiga, tentang agar siswa alam mampu yang ditemukan dalam kehidupan sehari- siswa hari, dan yang keempat agar siswa mampu mengenal dan memupuk rasa cinta menghadapi dan memecahkan problema terhadap alam sekitar sehingga menyadari kehidupan yang dihadapinya. Dalam hal kebesaran dan keagungan Tuhan Yang ini guru harus memiliki pengetahuan yang Maha Esa. sangat luas untuk mengetahui model Tujuan tersebut dapat belajar, kondisi siswa dan bagaimana cara melalui melakukan pembelajaran yang efektif dan sampai penarikan kesimpulan sehingga bermakna di dalam kelas. Pendidik yang dapat membentuk siswa menjadi pribadi menguasai kompetensi kritis dan ilmiah. berpengaruh besar dasar terhadap akan keaktifan Sains dalam kurikulum berbasis kopetensi Sains merupakan suatu proses yang pengetahuan. mengamati Secara khusus fungsi dan tujuan siswa dalam proses belajar didalam kelas. menghasilkan kegiatan-kegiatan dicapai (Depdiknas, 2006:2) adalah: “menanamkan keyakinan kepada Tuhan Proses tersebut bergantung pada proses observasi Yang yang cermat terhadap fenomena pada ketrampilan, teori-teori temuan untuk memaknai hasil mempersiapkan observasi tersebut. Sains juga merupakan Negara yang paham sains dan teknologi, kebutuhan yang dicari manusia karena dan menguasai konsep Sains untuk bekal 3 Maha Esa, sikap mengembangkan dan siswa nilai menjadi ilmiah, warga hidup di masyarakat dan melanjutkan dengan tidak melibatkan siswa secara pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”. langsung. Berdasarkan hasil observasi di Hal ini berdampak pada kurang SDN No. 162/IX Panca Mulya, dan juga aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, pernyataan guru kelas IV ibu Ety Yasura, terutama pada pembelajaran Sains. Hal ini S.Pd yang juga sebagai kolaborator dalam juga akan berpengaruh pada prestasi siswa. penelitian ini, didalam pembelajaran sains Untuk itu diperlukan metode inovatif beberapa masalah yang dihadapi selama yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa proses Tidak dalam belajar sains serta dapat merangsang banyaknya model pembelajaran yang di kreatifitas siswa dalam berpikir sehingga terapkan oleh guru, guru lebih tidak terjadi kebosanan atau kejenuhan pembelajaran, menggunakan seperti: pendekatan sering pengajaran selama proses pembelajaran. tradisional, yang membuat siswa kurang tertarik atau mengoptimalkan proses menimbulkan pembelajaran yang lebih aktif diharapkan kejenuhan bagi siswa untuk mempelajari guru dapat menggunakan model atau materi yang di ajarkan oleh guru. Hal ini metode terlihat dari sikap siswa yang enggan menimbulkan menerima pelajaran dengan menyibukkan proses belajar, salah satunya menggunakan diri dengan aktivitas sendiri seperti dengan model pembelajaran Bruner yaitu metode mencoret-coret kertas, ribut di kelas, belajar penemuan. Ada dua jenis metode mengganggu teman lainnya yang sedang penemuan, yaitu metode penemuan murni belajar. Kurang aktifnya siswa dalam dan metode penemuan terbimbing. Metode proses pembelajaran juga sebagai salah penemuan yang akan di terapkan oleh satu masalah yang di hadapi guru, peneliti pada siswa SD adalah metode dikarenakan kurang maksimalnya penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan penggunaan bahkan Untuk media pembelajaran dan pembelajaran keaktifan yang dapat siswa dalam siswa SD masih memerlukan bantuan dan bahkan terkadang tidak ada media yang di bimbingan guru gunakan oleh guru. Dalam hal ini siswa penemuan murni. sebelum menjadi hanya diberikan penjabaran materi sains Metode ini tidak menuntut siswa lalu diadakan latihan untuk menguji untuk secara penuh mendengarkan materi tingkat pemahaman siswa. Dengan kata yang diajarkan guru, tetapi siswa dituntut lain siswa hanya menerima ilmu yang seolah-olah menjadi seorang penemu yang ditransfer atau disampaikan oleh guru kreatif dan inovatif 4 untuk menemukan sesuatu, sehingga siswa bisa mengeksplor Media pembelajaran digunakan kemampuan yang dimiliki tanpa dibatasi untuk memudahkan dalam penyampaian dengan tetap berada dibawah bimbingan materi kepada peserta didik. Peserta didik guru untuk mencapai tujuan pembelajaran akan terbantu dalam memahami materi yang yang komplek. Pemanfaatan media juga diharapkan. Denganmetode ini, diharapkan siswa dapat berperan secara berperan besar dalam aktif dan terlibat langsung sehingga siswa pengalaman belajar pesertadidik. Belajar dapat menemukan sesuatu yang belum merupakan diketahuinya melalui bimbingan dari guru. dengan orang lain, media, atau dengan Menurut Jerome Bruner (Cooney, davis, 1975:138): lingkungannya (Arsyad, 2005:1). Indikasi interaksi memberikan antara seseorang adanya perubahan afektif, kognitif, dan “Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek, dan lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi, sebelum pesertadidik sadar akan pengertian, guru tidak akan menjelaskan dengan kata-kata. Atau dengan kata lain metode penemuan adalah suatu metode dimanadalam proses belajar mengajar guru memperkenankan kepada pesertadidiknya untuk menemukan sendiri informasi, yang secara tradisional diberitahukan atau diceramahkan saja”. psikomotor rmerupakan ciri pesertadidik telah belajar dari apa yang diterimanya. Media pembelajaran akan berperan besar dalam mengkomunikasikan pesan yang disampaikan guru. Media pembelajaran yang digunakan umumnya untuk tingkat sekolah dasar adalah media visual karena pesertadidik akan lebih mudah memahami yang disampaikan dengan melihat gambar, poster, foto, dan Untuk membantu siswa dalam alat peraga. Metode pembelajaran dan memahami materi yang disampaikan oleh media pembelajaran akan menentukan guru, kualitas maka dibutuhkan media suatu proses pembelajaran. pembelajaran untuk mempermudah proses Penggunaan media pembelajaran akan pemahaman siswa. Media pembelajaran bergantung pada metode pembelajaran merupakan suatu perantara yang dapat yang dipergunakanoleh guru. digunakan sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami siswa dan Proses tujuan menggunakan pembelajaran media yang dengan dapat pembelajaran pun bisa dicapai. Pemilihan menciptakan suasana belajar siswa aktif media pembelajaran sangat berpengaruh dan terhadap kemampuan berfikir dan lebih memberikan suksesnya kegiatan belajar mengajar. kreatif serta mengembangkan ruang kepada siswa untuk mengalami, 5 mencoba, merasakan serta menemukan maksimal, sendiri apa yang dipelajari tentang Sains. belajar siswa pada pembelajaran Sains Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diharapkan prestasi dapat meningkat secara maksimal. maka diperlukan upaya pembelajaran yang berdasarkan pada teori belajar konstruktivisme. Menurut konstruktivisme keberhasilan METODE PENELITIAN pandangan Penelitian ini merupakan penelitian belajar tindakan kelas (Classroom Action bergantung bukan hanya pada lingkungan Reasearch), dengan cirri utama adalah atau kondisi belajar, tetapi juga pada adanya pengetahuan metode utamanya adalah refleksi diri yang awal siswa. Belajar tindakan melibatkan pembetukan “makna” oleh bertujuan siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat pembelajaran. dan dengar (Rustaman, Implementasi dari konstruktivisme di 2011: yang berulang untuk dan memperbaiki 2.6). Penelitian ini akan dilaksanakan pandangan selama satu bulan di SDN No. 162/IX sekolah ialah Panca Mulya mulai dari tanggal 26 April pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan 2016 sampai 25 Mei 2016. Subjek secara utuh dari pikiran guru kesiswa, penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN namun secara aktif dibangun oleh siswa No. 162/IX Panca Mulya dengan jumlah sendiri melalui pengalaman nyata. Lebih 22 siswa orang siswa, yang terdiri 7 orang lanjut dikemukakan bahwa pembelajaran siswa laki-laki dan 15 orang siswa dan perempuan. prespektif konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu: (1) berkaitan dengan pengetahuan siswa; (2) awal prakonsepsi (prior nyata melibatkan interaksi interaction); kepekaan dan terhadap dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklus kegiatan social terdiri (3) lingkungan dari perencanaan, (social empat tahapan pelaksanaan yaitu: tindakan, observasi dan refleksi. terbentuknya menerapkan Penelitian knowledge) Observasi atau pengamatan adalah (sense suatu teknik yang dilakukan dengan cara making). (Rustaman, 2011: 2.7). Dengan adalah Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini (experience); (4) ini atau mengandung pengalaman Penelitian mengamati metode pencatatannya secara teliti secara serta sistematis. penemuan terbimbing serta penggunaan Pengamatan dilaksanakan selama proses media pembelajaran pembelajaran visualsecara 6 di kelas dengan Tabel 3.2 Lembar observasi kegiatan siswa menggunakan lembar observasi meliputi: 1) Situasi kegiatan pembelajaran (proses). No Nama Siswa Indikator yang diamati 1 2) keaktifan belajar siswa. 2 3 4 5 Jumlah skor Persentase perindividu 6 1 Lembar observasi siswa dan guru 2 3 4 5 Jumlah Persentase % terlihat pada table dibawah ini: Table 3.1 Lembar kegiatan observasi guru Sumber; (Sani, 2013: 222) Nilai No Indikator Deskriptor Tahapan pembelajaran penemuan terbimbing Guru memaparkan topik yang akan di kaji, tujuan belajar, motivasi, an memberikan penjelasan ringkar Guru mengajukan permasalahan atau merancang percobaan yang terkait engan topik yang di kaji Guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan/ivesti gasi Guru membimbing peserta didik dalam mengontruksi konsep berdasarkan hasil investigasi 1 1 2 3 4 Keterangan : 1. Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas 2. Siswa terlibat dalam pemecahan masalah 3. Siswa aktif bertanya apabila tidak mengetahui persoalan yang dihadapi 4. Siswa berusaha mencari informasi untuk memecahkan masalah 5. Siswa melaksanakan diskusi kelompok 6. Keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas 5 yang sulit Hasil bentuk observasi data kekurangan masukan dan ini merupakan untuk kelebihan melihat didalam kegiatan pembelajaran, apabila terdapat kekurangan perlu ditindaklanjuti sedangkan hasil belajar yang baik perlu dipertahankan. Untuk menentukan langkah-langkah perbandingan pada proses pembelajaran siklus berikutnya menjadi lebih baik sehingga tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Sumber; (Sani, 2013: 222) Keterangan: 5 = Sangat Baik 4 = Cukup Baik 3 = Baik 2 = Sedang 1 = Kurang Baik Data kegiatan guru yang diperoleh dari lembar observasi akan diolah dan dianalisis dari seluruh indikator dalam satu pertemuan, berikut: 7 dirumuskan sebagai Kategori Keaktifan belajar siswa = Jumlah skor yang perolehan Hasil keaktifan belajar siswa kemudian x 100 jumlah skor maksimum dikategorikan seperti tampak pada tabel berikut : Selanjutnya setelah Table 3.4 kriteria penilaian diketahui No. 1 2 3 4 5 presentase jumlah skor aktivitas guru perindikator makan dapat dianalisis ratarata jumlah presentase aktivitas guru terhadap indikator dalam satu siklus, dirumuskan sebagai berikut: Rata-rata presentase aktivitas guru seluruh siswa Tahap Jumlah skor seluruh presentase selanjutnya yaitu pengelolaan data tentang kegiatan siswa = Jumlah indikator yang ditentukan dalam proses pembelajaran yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa. Data Kemudian data diinterprestasikan dengan diolah dan dianalisa dengan berpedoman kriteria: pada rumus yang dimodifikasi Trianto Table 3.3 kriteria penilian No. 1 2 3 4 5 Presentase Kategori Kegiatan Guru 81% - 100% Baik Sekali (BS) 61% - 80% Baik (B) 41% - 60% Cukup (C) 21% - 40% Kurang (K) 0% - 20% Sangat Kurang (SK) ( Sumber: Arikunto 2006:17 ) Presentase Kategori Kegiatan Guru 81% - 100% Baik Sekali (BS) 61% - 80% Baik (B) 41% - 60% Cukup (C) 21% - 40% Kurang (K) 0% - 20% Sangat Kurang (SK) ( Sumber: Arikunto 2006:17 ) (2007: 52) yaitu: Jumlah skor yang diperoleh Persentase skor kegiatan siswa perindikator = x 100 Jumlah siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Keaktifan skor perolehan belajar siswa = x 100 skor maksimum Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu melalui kegiatan PTK Setelah presentase skor kegiatan siswa menggunakan pendekatan pembelajaran perindikator kooperatif diketahui, maka tahap dengan motode penemuan selanjutnya yaitu menganalisis rata-rata berbasis media visual. Setelah dilakukan presentase kegiatan siswa dari seluruh penelitian dalam meningkatkan keaktifan indikator dengan rumus sebagai berikut: belajar siswa pada metode pembelajaran Rata-rata presentase skor aktivasi tahap seluruh siswa penemuan Jumlah skor seluruh presentase dan menggunakan = Jumlah siswa di media bantu visual dengan dalam pembelajaran sains materi energi di kelas 8 IV SD Negeri No. 162/IX Panca Mulya. dalam hubungannya dengan keaktifan Hasil skor rata-rata keaktifan sklus I belajar menunjukan bahwa pesan-pesan mencapai 68,18% (cukup), pada kegiatan visual guru mendapatkan skor pada siklus I 80% terhadap (baik), Ketrampilan kemudian peneliti melakuan memberikan pengaruh tinggi belajar siswa. prestasi memahami dapat pada siklus I sebelum melanjutkan ke menerima dan menyampaikan pesan-pesan siklus berikutnya. Dengan adanya refleksi visual, mencakup membaca visual secara peneliti melakukan perbaikan pada siklus tepat, membaca makna yang terkandung II siswa didalamnya, menghubungkan unsur-unsur meningkat dengan skor rata-rata 79,92% isi pesan visual dengan pesan verbal atau (baik), sebaliknya, serta mampu menghayati nilai- pada keaktifan kegiatan belajar guru dalam menerapkan indikator metode penemuan sebagai visual refleksi mencari kekurangan yang terjadi sehingga diartikan media kemampuan nilai keindahan visualisasi. mendapat skor 100% (sangat baik). Secara Hasil penelitian tersebut sesuai penemuan keseluruhan berbasis media metode visual dengan teori yang dikemukakan foleh menciptakan suasana pembelajaran yang Faizi efektik, dan aktif, siswa terlibat lebih aktif (2013: 94-95) bahwa dengan menggunakan metode penemuan akan dan membuat siswa lebih aktif dalam belajar kelompoknya terlibat bersama berusama yang berperan untuk menemukan suatu memecahkan konsep dengan bimbingan guru yang Dari hasil penelitian ini mulai dari siklus I teratur. Dimana pemikiran siswa untuk smpai siklus II, bahwa dengan menerapka menemukan melalui metode penemuan berbasis media visual konsep bimbingan guru secara teratur yang pada pembelajaran Sains materi energy pada aktifitasnya siswa akan memperileh dan kegunaanya di kelas IV SD Negeri konsep tersebut secara jelas dan lebih No.162/IX Panca Mulya dapat mengatasi bermakna. yang masalah dan kendala dalam pembelajaran, diperoleh akan membekas lebih lama peneliti harus tetap mengawasi siswa dan dalam ingatan jika dibandingkan dengan membentuk memperoleh hetrogen serta pendekatan dan penggunaan konsep Selain konsep haruslah itu, konsep secara langsung lebih mandiri, massalah kelompok siswa bersama bersama-sama. belajar secara melalui metode ceramah. Selain itu teori model-model dan lain yang dikemukakan oleh Sudjana pembelajaran dalam (2001) tentang penggunaan media visual mengajar, sehingga hal tersebut dapat 9 media-media proses belajar meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada siklus I pertemuan ke-1 dan rata-rata siswa. Berdasarkan dari hali pengamatan skor 63,41% (kriteria cukup) pada siklus I siklus dapat pertemuan ke-2, kemudian dengan guru dihentikan karena keaktifan belajar siswa melakukan perbaikan dapat meningkat telah mencapai target yang di tetapkan. keaktifan menjadi rata-rata skor 68,18% Berdasarkan yang (kriteria cukup) pada siklus II pertemuan meningkat pada siklus I sampai siklus II. ke-1 dan lebih meningkat lagi pada Dengan pertemuan ke-2 pada siklus II dengan rata- II ini, maka tindakan keaktifan demikian belajar hipotesis dalam penelitian ini penerapan metode penemuan rata skor 79,92% (kriteria baik). berbasis media visual dapat meningkatkan Keberhasilan penerapan metode keaktifan belajar siswa pada pembelajaran penemuan berbasis media visual sebagai Sains pada siswa kelas IV SD Negeri salah satu upaya untuk meningkatkan No.162/IX Panca Mulya terjawab, dimana keaktifan belajar Sains pada materi energi dengan menggunakan metode penemuan dan kegunaanya di kelas IV SDN 162/IX berbasis media visual dapat meningkatkan Panca Mulya dapat digunakan menjadi keaktifan belajar siswa. dasar bagi peneliti untuk memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi guru : Guru dapat menerapkan metode penemuan SIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan penelitian berbasis media visual sebagai metode mengenai Meningkatkan Keaktifan Belajar pembelajaran dan media Siswa menyampaikan materi mata dengan Menggunakan Metode dalam pelajaran Penemuan berbasis Media Visual dalam Sains yang membutuhkan pemahaman Pembelajaran Sains di Kelas IV di SDN yang baik untuk siswa kelas IV SDN 162/IX Panca Mulya dapat disimpulkan 162/IX Panca Mulya. (2) Bagi Kepala bahwa: sekolah : Melakukan pembinaan kepada Dengan menggunakan metode guru untuk menggunakan motode yang penemuan berbasis media visual dapat variatif meningkatkan keaktifan belajar siswa terbimbingdan dalam pembelajaran Sains di kelas IV penyampaian SDN 162/IX Panca Mulya. Keaktifan menarik dalam suatu pembelajaran seperti siswa metode media visual, sehingga akan menciptakan penemuan berbasis media visual mencapai pembelajaran aktif dan menyenangakan melalui penerapan rata-rata skor 49,05% (kriteria kurang) 10 misalnya model media materi penemuan sebagai dan agar sarana lebih Faizi. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksata Pada Murid. Yogyakarta: DIVA Pers. Hamalik. 2005.Kurikuludan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Markaban. 2006. Model pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penetaran guru Matematika. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Pratiwi. N. Dyas. 2013. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA dengan Pendekatan Inkuiri Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Karanganyar Ngemplak Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta Rustaman . 2011. Materidan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sapriati, dkk. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjana. 2001. Media Pembelajaran (Pembuatannya dan Penggunaannya). Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sudjana dan Rivai (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjana. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Susilana. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wardana dan Wihardit. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. guna mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. PUSTAKA RUJUKAN Arifin. Risna. 2014. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing berbantu Alat Peraga Matematika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 20 Kota Bengkulu. Universitas Bengkulu Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Yogjakarta: Diva Press Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Garafindo Persada. BNSP. 2006. Model KTSP dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya. Cahyo. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cooney, Davis. 1975. Dynamics Of teaching Secondary School Mathematics. U.S.A: Houghton Mifflin Company. Daryanto. 1993. Media Visual, (Online), Vol. 2,No. 1, http://drusminto.blogspot.co.id/201 1/06/pengertian-media-visual.html, (diakses 12 Februari 2016). Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Diani, Dewi. 2013. Jenis-Jenis Media Kekurangan dan Kelebihannya, (Online), Vol. 1, No. 2, http://dianidewi.blogspot.co.id/201 3/06/jenis-jenis-kekurangandan.html?m=1, (diakses 12 Februari 2016). 11