PENGELOLAAN PUSAT SUMBER BELAJAR

advertisement
34
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
PENGELOLAAN PUSAT SUMBER BELAJAR
(LABORATORIUM AGAMA DAN LINGKUNGAN)
Oleh: Fulan Puspita,M.Pd.I
Email [email protected]
(Dosen IAIN Salatiga)
ABSTRAK
Laboratorium agama merupakan sarana dan tempat untuk mendukung
proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan
pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan bidang
keagamaan. Lingkungan sangat berperan dalam menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan
keaktifan peserta didik dan keefektifan belajar. Itulah sebabnya,
lingkungan belajar dalam hal ini lingkungan belajar agama perlu ditata
kembali. Menata lingkungan belajar di kelas erat kaitannya dengan
keadaan fisik kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, interior dan
sebagainya), pengaturan ruangan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber
belajar. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
klasifikasi macam-macam sumber belajar yaitu bahan, alat dan
perlengkapan, orang dan setting/tempat. Kategori sumber belajar dibagi ke
dalam dua pola, yaitu by design dan by utilization. Sumber belajar by
design adalah sumber belajar yang sengaja dirancang untuk tujuan
pembelajaran khusus, sedangkan by utilization (real world resources)
adalah hal-hal yang tidak secara khusus dirancang untuk tujuan
pembelajaran tetapi dapat membantu proses belajar.
Pusat sumber belajar merupakan lingkungan (setting) dimana sumbersumber belajar dikelola dan dikembangkan untuk membantu
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kualitas belajar manusia. Tujuan
umumnya meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan proses
pembelajaran melalui pengembangan sistem instruksional. Lingkungan
sebagai sumber belajar, kita dapat menganggap bahwa lingkungan sekitar
merupakan laboratorium tanpa batas. Laboratorium agama adalah salah
satu bentuk lingkungan buatan sebagai sumber belajar.
Key Word: Laboratorium, Agama, Lingkungan dan Sumber Belajar.
A. PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan
peserta didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan
dievaluasi
secara
sistematis
agar
dapat
mencapai
tujuan-tujuan
35
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
pembelajaran secara efektif dan efisien.1 Makna pembelajaran ini
menunjukkan bahwa proses mentransfer pengetahuan dibutuhkan desain
yang sistematis agar berhasil secara efektif dan efisien. Dalam medesain
pembelajaran, sumber belajar dan lingkungan menjadi salah satu aspek
penting untuk disiapkan dan dikelola secara matang.
Sumber
belajar
adalah
sumber-sumber
yang
mendukung
pembelajaran termasuk sistem penunjang, materi dan lingkungan
pembelajaran.2 Bicara tentang sumber belajar memang masih belum
banyak menarik perhatian, sebagian besar proses pembelajaran masih
dilakukan dengan menggunakan guru sebagai sumber belajar utama.
Dilain pihak para guru masih enggan untuk memperluas dan
meningkatkan cakrawala pengetahuannya dengan cara mencari dan
mempelajari sumber belajar yang ada.3
Padahal agar peserta didik kreatif, perlu diberi lebih banyak
kebebasan di luar kelas dengan pemberian tugas dan latihan. Dengan
demikian ia mampu mengembangkan sendiri apa yang ia peroleh dari
kelas. Pusat sumber belajar adalah wadah terdekat untuk mengembangkan
bakat dan kreasi peserta didik tersebut. Makin lengkap kebutuhan peserta
didik yang dapat dipenuhi oleh pusat sumber belajar, makin meningkatlah
minat dan kegiatan peserta didik sehingga hasil belajarnya menjadi lebih
efektif dan efisien.4
Laboratorium harus ada di setiap satuan pendidikan yang
merupakan sumber belajar. Bagi satuan pendidikan, laboratorium
merupakan sarana yang penting pada setiap program pendidikan dan
pengajaran. Sebagai sumber belajar, idealnya sebuah laboratorium harus
mampu memenuhi kebutuhan peserta didik, yaitu menyangkut kebutuhan
1
Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung: Refika
Aditama, 2011 cet. 2), hal. 3
2
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hal. 8.
3
Arif Sukadi Sudiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar (Jakarta:
Mediyatma Sarana Perkasa, 1998 ), hal. 1.
4
Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), hal. viii.
36
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
akan informasi pengetahuan dan teknologi. Untuk menunjang fungsi dan
tugas pokok tersebut, maka fasilitas yang ada, serta tim pengajarnya harus
selalu mengupdate style dan perkembangan dunia modern.
Selain itu, laboratorium agama merupakan sarana dan tempat untuk
mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan
pengembangan pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai
dengan
bidang
keagamaan.
Lingkungan
sangat
berperan
dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut
dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan keefektifan belajar. Itulah
sebabnya, lingkungan belajar perlu ditata kembali. Menata lingkungan
belajar di kelas erat kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu,
kebersihan, sirkulasi udara, interior dan sebagainya), pengaturan ruangan,
pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar.
B. PEMBAHASAN
1. Sumber Belajar
Pada hakekatnya setiap objek atau gejala yang mengandung peran
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah
semua objek yang dapat digunakan untuk memperoleh pengalaman
belajar peserta didik tentang permasalahan tertentu.5
Secara sederhana sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala
sesuatu yang dapat memberikan kemudahan pada peserta didik dalam
memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini nampak
adanya beraneka ragam sumber belajar yang masing-masing memiliki
kegunaan tertentu yang mungkin sama atau bahkan berbeda dengan
sumber belajar lainnya.6
Ely mengklasifikasi macam-macam sumber belajar ke dalam empat
kategori yaitu bahan, alat dan perlengkapan, orang dan setting/tempat.
5
Djohar, Meningkatkan Daya Guna dan Hasil Guna Pemanfaatan Sumber Belajar
(Yogyakarta: IKIP, 1984), hal. 4.
6
Djohar, Dimensi Pendidikan Sain Menyongsong Tahun 2004 (Yogyakarta: IKIP, 1989),
hal. 120.
37
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
Secara teknis, pengadaan sumber belajar ini dibagi ke dalam dua pola,
yaitu by design dan by utilization. Sumber belajar jenis by utilization
kadangkala disebut dengan “real world resources”, karena tidak
khusus dirancang untuk kepentingan suatu pembelajaran tetapi
memanfaatkan sumber belajar yang tersedia dalam dunia nyata untuk
membantu proses pembelajaran. Sedangkan, maksud sumber belajar
jenis by design adalah berbagai sumber belajar yang dirancang dan
diproduksi
pengadaannya
untuk
kepentingan
penyelenggaraan
pembelajaran.7 Melalui sumber belajar ini diharapkan dapat
mengurangi kedudukan guru sebagai “transmitter of information”
penyampai informasi, akan tetapi menjadi pengajar yang dapat
memberi kemudahan kepada peserta didik untuk mencari dan
memperoleh informasi yang luas dan banyak sesuai dengan topik yang
sedang dipelajarinya.
Berbagai sumber belajar yang ada dan dikembangkan dalam
pembelajaran secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Manusia, yaitu orang yang menyampaikan pesan secara
langsung, seperti guru, konselor, administrator yang diniati
secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by
design). Adapula orang yang tidak diniati untuk kepentingan
proses pembelajaran tetapi memiliki suatu keahlian yang bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan proses pembelajarn, misalnya
penyuluh kesehatan, pemimpin perusahaan, pengurus koperasi
dan sebagainya. Orang-orang tersebut tidak diniati tetapi
sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan belajar
(by utilization).
b. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran
baik yang diniati secara khusus seperti film pendidikan, peta,
grafik, buku paket dan sebagainya yang biasanya disebut media
7
Ely,“Sejarah
Teknologi
Pendidikan”
http://sumberrbelajar.files.wordpress.com/2013/09/sejarah-teknologi-pendidikan.pdf,
tanggal 18 April 2014.
dalam
diakses
38
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
pengajaran (instruksional media), maupun bahan yang bersifat
umum, seperti film keluarga berencana bisa dimanfaatkan
untuk kepentingan belajar.
c. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber
belajar dapat berinteraki dengan para peserta didik. Ruang dan
tempat yang diniati secara sengaja untuk kepentingan belajar,
misalnya perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, ruang micro
teaching dan sebagainya. Adapula yang tidak diniati untuk
kepentingan belajar, namun bisa dimanfaatkan, misalnya
musium, kebun binatang, kebun raya dan sebagainya.
d. Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi atau
sumber-sumber lain.
e. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan
kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk
memudahkan pembelajaran.8
Kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dalam usaha
pencapaian tujuan instruksional, jika melibatkan komponen sumber belajar
secara terencana. Hal terebut dikarenakan sumber belajar sebagai
komponen sangat penting dan besar manfaatnya, sebagai berikut:9
a. Memberi pengalaman belajar secara langung dan konkret kepada
peserta didik.
b. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi
atau dilihat secara langsung dan konkret.
c. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada dalam
kelas.
d. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru, misalnya bukubuku bacaan, encyclopedia dan majalah.
8
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 48.
9
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal.102103.
39
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
e. Dapat memberi motivasi
yang positif, apabila diatur dan
direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
f. Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih
lanjut, misal buku teks, buku bacaan, film dan lain-lain yang
mengandung daya penalaran sehingga dapat merangsang peserta
didik untuk berpikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.
2. Pusat Sumber Belajar
Tucher mendefinisikan pusat sumber belajar dengan istilah
media center, dengan pengertian suatu departemen yang memberikan
fasilitas pendidikan, latihan dan pengenalan melalui produksi bahan
media (seperti slide, transparasi overhead, flim strip, video tape dan
lain-lain) dan pemberian pelayanan penunjang seperti sirkulasi
peralatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan
catalog dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar.10 Apabila
pusat sumber belajar kita hubungkan dengan kawasan teknologi
instruksional, maka tampak bahwa sebenarnya itu dibentuk dan
dipengaruhi oleh lingkungan yang erat hubungannya dengan kawasan
tersebut. Lingkungan yang mempengaruhi tersebut dapat berupa
klien, pengelolaan, staf, politik, fasilitas, peralatan dan dana.11 Yang
dimaksud dengan pengelolaan adalah bagaimana pengelolaan pusat
sumber belajar tersebut.
Pusat sumber belajar merupakan lingkungan (setting) dimana
sumber-sumber belajar dikelola dan dikembangkan untuk membantu
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kualitas belajar manusia.12
Sedangkan learning resources center (LRC) adalah pusat jaringan
pelayanan informasi sumber belajar yang dikelola dengan prinsip
10
Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan, hal. 13.
Ibid., hal. 13.
12
Abdul
Gafur,
“Pegembangan
Program
PSB”
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PSB-Modul-3-Pengembangan-Program-PSB.pdf,
tanggal 18 April 2014.
11
dalam
diakses
40
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
kemitraan baik yang berupa informasi SDM, sumber daya bahan
belajar dan sumber daya alat bantu pembelajaran.13
a. Tujuan umum pusat sumber belajar
Pusat sumber belajar bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kegiatan proses pembelajaran melalui
pengembangan sitem instruksional.14
b. Tujuan khusus pusat sumber belajar
Secara khusus pusat sumber belajar bertujuan untuk:
1) Menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi.
2) Mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang
paling cocok untuk mencapai tujuan program akademis
dan kewajiban-kewajiban institusonal lainnya.
3) Memberikan layanan dalam perencanaan, produksi,
operasional dan tindakan lanjutan untuk pengembangan
sistem instruksional.
4) Melaksanakan latihan kepada para staf tenaga pengajar
mengenai pengembangan sistem instruksional dan
integrasi teknologi dalam proses pembelajaran.
5) Memajukan usaha penelitian yang perlu tentang
penggunaan media pembelajaran.
6) Menyebarkan
informasi
yang
akan
membantu
memajukan penggunaan berbagai macam sumber
belajar dengan lebih efektif dan efisien.
7) Menyediakan pelayanan produksi bahan pembelajaran.
8) Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain
fasilitas sumber belajar.
9) Membantu
mengembangkan
sumber-sumber belajar.
13
14
Ibid.,
Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan…, hal. 10.
standar
penggunaan
41
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
10) Menyediakan pelayanan pemeliharaan atas berbagai
macam alat.
11) Membantu dalam pemilihan dan pengadaan bahanbahan media dan peralatannya.
12) Menyediakan pelayanan evaluasi untuk membantu
menentukan efektivitas berbagai cara pembelajaran.15
Dari uraian tentang tujuan di atas, jelaslah bahwa pusat sumber
belajar mempunyai peranan yang cukup menentukan di dalam
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dengan
demikian misi yang terutama dari pusat sumber belajar adalah
pengembangan sistem instruksional yang merupakan sarana utama
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran
3. Laboratorium Agama sebagai Pusat Sumber Belajar
Menurut KBBI laboratorium adalah tempat atau kamar dan
sebagainya
mengadakan
tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk
percobaan
(penyelidikan).16
Sedangkan
Menurut
Permenpan No. 3 Tahun 2010 laboratorium adalah unit penunjang
akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau
terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis
untuk kegiatan pengujian, kalibrasi atau produksi dalam skala terbatas
dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode
keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.17
Sedangkan laboratorium agama adalah segala macam tempat
yang dapat memungkinkan untuk menjadi media belajar materi-materi
keagamaan untuk peserta didik. Tempat yang dimaksud bukan
terbatas hanya ruang kelas saja, namun dapat di masjid, mushola dan
tempat-tempat lainnya. Dari kedua pengertian di atas dapat dilihat
15
Ibid.,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2000), hal. 621.
17
Permenpan No. 3 Tahun 2010
16
42
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
bahwa laboratorium agama adalah salah satu bentuk lingkungan
buatan. Meskipun bisa juga termasuk dalam lingkungan alam, namun
penggunaan laboratorium agama yang langsung bersentuhan dengan
alam jumlahnya masih jauh lebih sedikit dari pada penggunaan
lingkungan buatan, seperti kelas dan masjid, sebagai salah satu bentuk
laboratorium agama. Dapat disimpulkan bahwa fungsi laboratorium
agama sebagai salah satu bentuk lingkungan buatan dapat
memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep
yang dipelajari dalam bidang studi serta sebagai laboratorium belajar
bagi peserta didik.18
Berdasarkan
definisi
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa laboratorium agama adalah suatu bangunan yang di dalamnya
dilengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan berdasarkan metode
keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian,
praktek pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan produksi
bahan tertentu dalam hal kaitannya dengan persoalan Agama.
4. Konsep Pengelolaan Laboratorium Agama
Ada 3 bidang pembinaan yang harus dilaksanakan, yaitu:19
a. Pembinaan bidang idarah (manajemen)
Dengan luasnya fungsi masjid, pengelolaan masjid harus
dilakukan dengan manajemen modern dan professional, jika
masjid hanya dikelola secara tradisional maka masjid tidak
akan mengalami kemajuan dan akan tertinggal. Untuk itu perlu
adanya manajemen masjid atau Idarah dengan meningkatkan
kualitas dalam pengorganisasian kepengurusan masjid dan
pengadministrasian
18
yang
rapi,
transparan,
mendorong
Alwi Imawan, Pengelolaan Laboratorium Agama Sebagai Media Pembelajara dalam
http://alwiimawanblog.wordpress.com/2013/01/09/pengelolaan-laboratorium-agama-sebagaimedia-pembelajaran/ diunduh tanggal 23 Mei 2014.
19
Arie
Nurdiansyah,
Pengelolaan
Laboratorium
Agama
dalam
http://arienurdiansyah.wordpress.com/2012/01/03/4/ diunduh tanggal 22 Mei 2014.
43
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
partisipasi sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang
di dalam kepengurusan.
b. Pembinaan bidang imarah (memakmurkan masjid)
Memakmurkan masjid menjadi kewajiban setiap muslim
yang mengharapkan untuk memperoleh bimbingan dan
petunjuk Allah SWT.
c. Pembinaan bidang riayah (pemeliharaan masjid)
Dengan adanya pembinaan bidang riayah, masjid akan
tampak bersih, indah dan mulia sehingga dapat memberikan
daya tarik rasa nyaman dan menyenangkan bagi siapa saja
yang memandang, memasuki dan beribadah didalamnya.
Dalam managemen kepengurusan, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:20
1) Memilih dan menyusun pengurus,
2) Penjabaran program kerja,
3) Rapat dan notulen,
4) Kepanitiaan,
5) Rencana kerja dan anggaran pengelolaan (RKAP)
tahunan,
6) Laporan pertanggungjawaban pengurus,
7) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,
8) Pedoman-pedoman organisasi dan implementasinya,
9) Yayasan masjid.
5. Fungsi dan Peranan Laboratorium Agama
Fungsi laboratorium yaitu sebagai sumber belajar, sebagai
metode pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana
pendidikan atau sebagai wadah dalam proses pembelajaran. Secara
umum fungsi semua laboratorium adalah antara lain sebagai:21
a. Tempat dilakukannya percobaan
20
Ibid.,
Basyiruddin Usman, Media Pendidikan Agama, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
hal. 117-118.
21
44
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
Alat-alat laboratorium dan bahan-bahan praktikum tidak
mungkin semuanya diletakkan dalam kelas, oleh karena itu
percobaan dilakukan di dalam laboratorium.
b. Tempat penunjang kegiatan kelas
Dengan adanya kegiatan pembelajaran di laboratorium,
peserta didik dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam
percobaan secara langsung dan tidak hanya belajar menurut
teori-teori yang ada.
c. Tempat display/pameran
Laboratorium juga dapat digunakan sebagai tempat
pameran atau display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian
yang telah dilakukan, agar memberi gambaran lebih dan dapat
memotivasi untuk penelitian atau percobaan yang lebih baik.
d. Tempat koleksi sejumlah species langka
Dengan adanya koleksi sejumlah species memudahkan
peserta didik mengamati secara langsung spesies yang
mungkin sulit untuk menemukannya.
e. Museum kecil
Hasil-hasil penelitian dan sejumlah species langka di
kumpulkan dan diklasifikasikan, sehingga laboratorium dapat
digunakan sebagai museum kecil.
f. Perpustakaan masjid
Membaca merupakan bagian paling penting dari proses
menuntut ilmu. Dengan membaca kita jadi tahu apa yang
selama ini tidak kita ketahui. Dengan membaca inilah ilmu kita
dapatkan, amal bisa kita tegakkan, dan dakwah bisa kita
suarakan,
Perpustakaan
masjid
sebagai
perpustakaan
komunitas bisa menjadi sebuah alternatif yang sangat bagus
jika dikelola dengan baik.
Adapun tujuan dengan adanya laboratorium agama bagi
peserta didik yaitu:
45
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
a. Digunakan untuk tempat ibadah
b. Untuk memberikan lebih pemahaman dalam keagamaan
c. Untuk kegiatan para peserta didik seperti pengajian
d. Untuk kegiatan rohis
e. Memberi keterampilan dan pelatihan mengajar
f. Membuat media pembelajaran agama
g. Mengevaluasi
proses
pembelajaran
PAI
dan
mengembangkannya
h. Pengajian halaqoh, dan lain lain.
6. Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau suasana
(keadaan) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
seseorang.22 Selain buku dan laboratorium, lingkungan juga dapat
digunakan sebagai sumber belajar. Kita dapat menganggap bahwa
lingkungan sekitar merupakan laboratorium tanpa batas, sehingga di
dalam laboratorium ini kita dapat melakukan eksperimen-eksperimen
yang menurut ukuran dan bentuknya tidak mungkin dilakukan dalam
gedung.
Karena
lingkungan
belajar
dapat
diartikan
sebagai
laboratorium atau tempat bagi peserta didik untuk bereksplorasi,
bereksperimen dan mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep
dan informasi baru sebagai wujud dari hasil belajar.23 Sumber belajar
dapat terdiri dari beberapa macam:
a. Sumber belajar alami atau masyarakat.
b. Sumber belajar laboratorium.
c. Sumber belajar yang tersedia, misal kebun binatang.
d. Sumber belajar cetak, misalnya buku, koran, majalah.
e. Pengalaman peserta didik dan lain-lain.
22
Rita Mariyana, dkk,
hal.16.
23
Ibid., hal.17.
Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta: Kencana, 2010),
46
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
Lingkungan yang berada di sekitar kita baik di sekolah maupun di
luar sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan
meliputi:24
a. Masyarakat di sekeliling sekolah.
b. Lingkungan fisik di sekitar sekolah.
c. Bahan-bahan yang tersisa atau tidak terpakai dan bahan bekas
yang bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan alat
bantu dalam belajar.
d. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Masyarakat merupakan salah satu aspek lingkungan yang besar
manfaatnya untuk dijadikan sumber belajar.25 Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar mempunyai banyak keuntungan antara lain
murah dan mudah dijangkau, objek persoalan beragam, peserta didik
lebih mengenal lingkungan sekitar dan memperoleh pengetahuan yang
nyata dan otentik serta lebih banyak berlatih observasi dan
ekperimen.26 Kecenderungan menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar juga memberi motivasi yang tinggi kepada peserta
didik untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dengan demikian timbul
rasa bahwa yang dipelajari tersebut bermakna dan mereka tidak sulit
menggali masalah-masalah yang ada di dalamnya.
Pendekatan pembelajaran sebenarnya sangat memungkinkan kita
menggunakan objek persoalan yang ada di lingkungan peserta didik.
Semakin sering peserta didik bergaul dengan persoalan lingkungan
maka akan semakin menyatukan dirinya dengan lingkungan sekitar
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman nyata dengan
lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.27
24
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Intermasa, 2002),
hal.108.
25
Ibid., hal.110.
Suthardi, Pemanfaatan Alam Sekitar sebagai Sumber Belajar Anak dalam Ilmu Hayat
(Jakarta: Depdikbud, 1981), hal.146.
27
Djohar, Pengembangan IKIP Yogyakarta Berwawasan Kebudayaan dalam Cakrawala
Pendidikan Tahun X/Mei (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1991), hal. 17.
26
47
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
Penggunaan metode observasi memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menggunakan semua indera berperan dalam proses
pembelajaran. Indera ini digunakan untuk menangkap gejala-gejala
dan selanjutnya hasil observasi itu dapat diekspresikan dalam berbagai
bentuk dan cara, antara lain laporan lisan, laporan tertulis, visualiasi
dalam bentuk gambar, tabel atau grafik. Jadi, selain buku pelajaran
dan laboratorium, penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
sangat memungkinkan.
Lingkungan dapat dijadikan laboratorium yang murah, mudah
dijangkau dan tidak cepat habis. Selain interaksi guru dengan peserta
didik, perlu diperhatikan pula masalah efisiensi yang berkaitan dengan
penggunaan waktu yang dimiliki oleh peserta didik, fasilitas dan
peralatan yang ada. Jika telah jelas mengenai nilai dan potensinya
sebagai sumber belajar, maka selanjutnya perlu dikaji mengenai
efektifitasnya dalam kegiatan instruksional.28
Gunakanlah lingkungan dan situasi kehidupan riil terdekat sebagai
sumber dan media pembelajaran bagi peserta didik. Belajarkanlah
peserta didik dengan memanfaatkan sumber dan media pembelajaran
dan situasi kehidupan riil terdekat dengan kehidupan mereka.29
Lingkungan seperti lingkungan kegiatan usaha agraria baik pertanian,
peternakan dan perkebunan, kegiatan industri, perdagangan dan jasa.
Lingkungan juga bisa berupa alam, sosial, sekolah, lingkungan rumah
dan sebagainya.30 Dapat dicontohkan, guru PAI mengajak peserta
didik pergi ke pasar untuk mempelajari praktek-praktek jual beli yang
terjadi di masyarakat dalam pembelajaran mu’amalah. Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar sedapat mungkin dilakukan secara
efektif. Dalam hal ini kemampuan guru sangat diperlukan.
28
Djohar, Pendidikan dan Implementasi Bagi Pengembangan Konsep Belajar Mengajar
(Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1985), hal. 85.
29
Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hal. 113.
30
Ibid., hal. 117.
48
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
Dalam pembelajaran PAI, guru harus mampu menyusun organisasi
instruksional termasuk di dalamnya kemampuan seleksi sumber
belajar, seleksi kondisi untuk penerapan program instruksional
disamping penguasaan pinsip-prinsip PAI. Maka yang terpenting
adalah bagaimana guru mampu untuk menyeleksi sumber belajar dan
selanjutnya menuangkannya dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
Guru harus dapat bertindak sebagai organisator kerja, dalam PAI,
yakni meliputi seperti aspek materi dan aspek teknologi.
C. PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
klasifikasi macam-macam sumber belajar yaitu bahan, alat dan
perlengkapan, orang dan setting/tempat. Kategori sumber belajar dibagi ke
dalam dua pola, yaitu by design dan by utilization. Sumber belajar by
design adalah sumber belajar yang sengaja dirancang untuk tujuan
pembelajaran khusus, sedangkan by utilization (real world resources)
adalah hal-hal yang tidak secara khusus dirancang untuk tujuan
pembelajaran tetapi dapat membantu proses belajar.
Pusat sumber belajar merupakan lingkungan (setting) dimana sumbersumber
belajar
dikelola
dan
dikembangkan
untuk
membantu
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kualitas belajar manusia. Tujuan
umumnya meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan proses
pembelajaran melalui pengembangan sistem instruksional. Lingkungan
sebagai sumber belajar, kita dapat menganggap bahwa lingkungan sekitar
merupakan laboratorium tanpa batas. Laboratorium agama adalah salah
satu bentuk lingkungan buatan sebagai sumber belajar.
49
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Gafur,
“Pengembanaan
Program
PSB”
dalam
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PSB-Modul-3-PengembanganProgram-PSB.pdf, diakses tanggal 18 April 2014.
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Arif Sukadi Sudiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta:
Mediyatma Sarana Perkasa, 1998.
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Intermasa, 2002.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2006.
Djohar, Dimensi Pendidikan Sain Menyongsong Tahun 2004, Yogyakarta: IKIP,
1989.
_____________, Meningkatkan Daya Guna dan Hasil Guna Pemanfaatan
Sumber Belajar, Yogyakarta: IKIP, 1984.
_____________, Pendidikan dan Implementasi Bagi Pengembangan Konsep
Belajar Mengajar, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1985.
_____________, Pengembangan IKIP Yogyakarta Berwawasan Kebudayaan
dalam Cakrawala Pendidikan Tahun X/Mei, Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta, 1991.
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
50
Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017
Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, Bandung:
Refika Aditama, 2011.
Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992.
Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Kencana, 2010.
Sa’dun
Akbar,
Instrumen
Perangkat
Pembelajaran,
Bandung:
Remaja
Rosdakarya, 2013.
Suthardi, Pemanfaatan Alam Sekitar sebagai Sumber Belajar Anak dalam Ilmu
Hayat, Jakarta: Depdikbud, 1981.
Download