34 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 PENGELOLAAN PUSAT SUMBER BELAJAR (LABORATORIUM AGAMA DAN LINGKUNGAN) Oleh: Fulan Puspita,M.Pd.I Email [email protected] (Dosen IAIN Salatiga) ABSTRAK Laboratorium agama merupakan sarana dan tempat untuk mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan bidang keagamaan. Lingkungan sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan keefektifan belajar. Itulah sebabnya, lingkungan belajar dalam hal ini lingkungan belajar agama perlu ditata kembali. Menata lingkungan belajar di kelas erat kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, interior dan sebagainya), pengaturan ruangan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi macam-macam sumber belajar yaitu bahan, alat dan perlengkapan, orang dan setting/tempat. Kategori sumber belajar dibagi ke dalam dua pola, yaitu by design dan by utilization. Sumber belajar by design adalah sumber belajar yang sengaja dirancang untuk tujuan pembelajaran khusus, sedangkan by utilization (real world resources) adalah hal-hal yang tidak secara khusus dirancang untuk tujuan pembelajaran tetapi dapat membantu proses belajar. Pusat sumber belajar merupakan lingkungan (setting) dimana sumbersumber belajar dikelola dan dikembangkan untuk membantu meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kualitas belajar manusia. Tujuan umumnya meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan proses pembelajaran melalui pengembangan sistem instruksional. Lingkungan sebagai sumber belajar, kita dapat menganggap bahwa lingkungan sekitar merupakan laboratorium tanpa batas. Laboratorium agama adalah salah satu bentuk lingkungan buatan sebagai sumber belajar. Key Word: Laboratorium, Agama, Lingkungan dan Sumber Belajar. A. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan peserta didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar dapat mencapai tujuan-tujuan 35 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 pembelajaran secara efektif dan efisien.1 Makna pembelajaran ini menunjukkan bahwa proses mentransfer pengetahuan dibutuhkan desain yang sistematis agar berhasil secara efektif dan efisien. Dalam medesain pembelajaran, sumber belajar dan lingkungan menjadi salah satu aspek penting untuk disiapkan dan dikelola secara matang. Sumber belajar adalah sumber-sumber yang mendukung pembelajaran termasuk sistem penunjang, materi dan lingkungan pembelajaran.2 Bicara tentang sumber belajar memang masih belum banyak menarik perhatian, sebagian besar proses pembelajaran masih dilakukan dengan menggunakan guru sebagai sumber belajar utama. Dilain pihak para guru masih enggan untuk memperluas dan meningkatkan cakrawala pengetahuannya dengan cara mencari dan mempelajari sumber belajar yang ada.3 Padahal agar peserta didik kreatif, perlu diberi lebih banyak kebebasan di luar kelas dengan pemberian tugas dan latihan. Dengan demikian ia mampu mengembangkan sendiri apa yang ia peroleh dari kelas. Pusat sumber belajar adalah wadah terdekat untuk mengembangkan bakat dan kreasi peserta didik tersebut. Makin lengkap kebutuhan peserta didik yang dapat dipenuhi oleh pusat sumber belajar, makin meningkatlah minat dan kegiatan peserta didik sehingga hasil belajarnya menjadi lebih efektif dan efisien.4 Laboratorium harus ada di setiap satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar. Bagi satuan pendidikan, laboratorium merupakan sarana yang penting pada setiap program pendidikan dan pengajaran. Sebagai sumber belajar, idealnya sebuah laboratorium harus mampu memenuhi kebutuhan peserta didik, yaitu menyangkut kebutuhan 1 Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung: Refika Aditama, 2011 cet. 2), hal. 3 2 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hal. 8. 3 Arif Sukadi Sudiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar (Jakarta: Mediyatma Sarana Perkasa, 1998 ), hal. 1. 4 Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. viii. 36 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 akan informasi pengetahuan dan teknologi. Untuk menunjang fungsi dan tugas pokok tersebut, maka fasilitas yang ada, serta tim pengajarnya harus selalu mengupdate style dan perkembangan dunia modern. Selain itu, laboratorium agama merupakan sarana dan tempat untuk mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan bidang keagamaan. Lingkungan sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan keefektifan belajar. Itulah sebabnya, lingkungan belajar perlu ditata kembali. Menata lingkungan belajar di kelas erat kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, interior dan sebagainya), pengaturan ruangan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar. B. PEMBAHASAN 1. Sumber Belajar Pada hakekatnya setiap objek atau gejala yang mengandung peran dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah semua objek yang dapat digunakan untuk memperoleh pengalaman belajar peserta didik tentang permasalahan tertentu.5 Secara sederhana sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan pada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini nampak adanya beraneka ragam sumber belajar yang masing-masing memiliki kegunaan tertentu yang mungkin sama atau bahkan berbeda dengan sumber belajar lainnya.6 Ely mengklasifikasi macam-macam sumber belajar ke dalam empat kategori yaitu bahan, alat dan perlengkapan, orang dan setting/tempat. 5 Djohar, Meningkatkan Daya Guna dan Hasil Guna Pemanfaatan Sumber Belajar (Yogyakarta: IKIP, 1984), hal. 4. 6 Djohar, Dimensi Pendidikan Sain Menyongsong Tahun 2004 (Yogyakarta: IKIP, 1989), hal. 120. 37 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 Secara teknis, pengadaan sumber belajar ini dibagi ke dalam dua pola, yaitu by design dan by utilization. Sumber belajar jenis by utilization kadangkala disebut dengan “real world resources”, karena tidak khusus dirancang untuk kepentingan suatu pembelajaran tetapi memanfaatkan sumber belajar yang tersedia dalam dunia nyata untuk membantu proses pembelajaran. Sedangkan, maksud sumber belajar jenis by design adalah berbagai sumber belajar yang dirancang dan diproduksi pengadaannya untuk kepentingan penyelenggaraan pembelajaran.7 Melalui sumber belajar ini diharapkan dapat mengurangi kedudukan guru sebagai “transmitter of information” penyampai informasi, akan tetapi menjadi pengajar yang dapat memberi kemudahan kepada peserta didik untuk mencari dan memperoleh informasi yang luas dan banyak sesuai dengan topik yang sedang dipelajarinya. Berbagai sumber belajar yang ada dan dikembangkan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Manusia, yaitu orang yang menyampaikan pesan secara langsung, seperti guru, konselor, administrator yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by design). Adapula orang yang tidak diniati untuk kepentingan proses pembelajaran tetapi memiliki suatu keahlian yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan proses pembelajarn, misalnya penyuluh kesehatan, pemimpin perusahaan, pengurus koperasi dan sebagainya. Orang-orang tersebut tidak diniati tetapi sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan belajar (by utilization). b. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran baik yang diniati secara khusus seperti film pendidikan, peta, grafik, buku paket dan sebagainya yang biasanya disebut media 7 Ely,“Sejarah Teknologi Pendidikan” http://sumberrbelajar.files.wordpress.com/2013/09/sejarah-teknologi-pendidikan.pdf, tanggal 18 April 2014. dalam diakses 38 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 pengajaran (instruksional media), maupun bahan yang bersifat umum, seperti film keluarga berencana bisa dimanfaatkan untuk kepentingan belajar. c. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber belajar dapat berinteraki dengan para peserta didik. Ruang dan tempat yang diniati secara sengaja untuk kepentingan belajar, misalnya perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, ruang micro teaching dan sebagainya. Adapula yang tidak diniati untuk kepentingan belajar, namun bisa dimanfaatkan, misalnya musium, kebun binatang, kebun raya dan sebagainya. d. Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi atau sumber-sumber lain. e. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan pembelajaran.8 Kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan instruksional, jika melibatkan komponen sumber belajar secara terencana. Hal terebut dikarenakan sumber belajar sebagai komponen sangat penting dan besar manfaatnya, sebagai berikut:9 a. Memberi pengalaman belajar secara langung dan konkret kepada peserta didik. b. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret. c. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada dalam kelas. d. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru, misalnya bukubuku bacaan, encyclopedia dan majalah. 8 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 48. 9 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal.102103. 39 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 e. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat. f. Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut, misal buku teks, buku bacaan, film dan lain-lain yang mengandung daya penalaran sehingga dapat merangsang peserta didik untuk berpikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut. 2. Pusat Sumber Belajar Tucher mendefinisikan pusat sumber belajar dengan istilah media center, dengan pengertian suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan, latihan dan pengenalan melalui produksi bahan media (seperti slide, transparasi overhead, flim strip, video tape dan lain-lain) dan pemberian pelayanan penunjang seperti sirkulasi peralatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan catalog dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar.10 Apabila pusat sumber belajar kita hubungkan dengan kawasan teknologi instruksional, maka tampak bahwa sebenarnya itu dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan yang erat hubungannya dengan kawasan tersebut. Lingkungan yang mempengaruhi tersebut dapat berupa klien, pengelolaan, staf, politik, fasilitas, peralatan dan dana.11 Yang dimaksud dengan pengelolaan adalah bagaimana pengelolaan pusat sumber belajar tersebut. Pusat sumber belajar merupakan lingkungan (setting) dimana sumber-sumber belajar dikelola dan dikembangkan untuk membantu meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kualitas belajar manusia.12 Sedangkan learning resources center (LRC) adalah pusat jaringan pelayanan informasi sumber belajar yang dikelola dengan prinsip 10 Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan, hal. 13. Ibid., hal. 13. 12 Abdul Gafur, “Pegembangan Program PSB” http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PSB-Modul-3-Pengembangan-Program-PSB.pdf, tanggal 18 April 2014. 11 dalam diakses 40 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 kemitraan baik yang berupa informasi SDM, sumber daya bahan belajar dan sumber daya alat bantu pembelajaran.13 a. Tujuan umum pusat sumber belajar Pusat sumber belajar bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan proses pembelajaran melalui pengembangan sitem instruksional.14 b. Tujuan khusus pusat sumber belajar Secara khusus pusat sumber belajar bertujuan untuk: 1) Menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi. 2) Mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling cocok untuk mencapai tujuan program akademis dan kewajiban-kewajiban institusonal lainnya. 3) Memberikan layanan dalam perencanaan, produksi, operasional dan tindakan lanjutan untuk pengembangan sistem instruksional. 4) Melaksanakan latihan kepada para staf tenaga pengajar mengenai pengembangan sistem instruksional dan integrasi teknologi dalam proses pembelajaran. 5) Memajukan usaha penelitian yang perlu tentang penggunaan media pembelajaran. 6) Menyebarkan informasi yang akan membantu memajukan penggunaan berbagai macam sumber belajar dengan lebih efektif dan efisien. 7) Menyediakan pelayanan produksi bahan pembelajaran. 8) Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain fasilitas sumber belajar. 9) Membantu mengembangkan sumber-sumber belajar. 13 14 Ibid., Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan…, hal. 10. standar penggunaan 41 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 10) Menyediakan pelayanan pemeliharaan atas berbagai macam alat. 11) Membantu dalam pemilihan dan pengadaan bahanbahan media dan peralatannya. 12) Menyediakan pelayanan evaluasi untuk membantu menentukan efektivitas berbagai cara pembelajaran.15 Dari uraian tentang tujuan di atas, jelaslah bahwa pusat sumber belajar mempunyai peranan yang cukup menentukan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dengan demikian misi yang terutama dari pusat sumber belajar adalah pengembangan sistem instruksional yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran 3. Laboratorium Agama sebagai Pusat Sumber Belajar Menurut KBBI laboratorium adalah tempat atau kamar dan sebagainya mengadakan tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk percobaan (penyelidikan).16 Sedangkan Menurut Permenpan No. 3 Tahun 2010 laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi atau produksi dalam skala terbatas dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.17 Sedangkan laboratorium agama adalah segala macam tempat yang dapat memungkinkan untuk menjadi media belajar materi-materi keagamaan untuk peserta didik. Tempat yang dimaksud bukan terbatas hanya ruang kelas saja, namun dapat di masjid, mushola dan tempat-tempat lainnya. Dari kedua pengertian di atas dapat dilihat 15 Ibid., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hal. 621. 17 Permenpan No. 3 Tahun 2010 16 42 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 bahwa laboratorium agama adalah salah satu bentuk lingkungan buatan. Meskipun bisa juga termasuk dalam lingkungan alam, namun penggunaan laboratorium agama yang langsung bersentuhan dengan alam jumlahnya masih jauh lebih sedikit dari pada penggunaan lingkungan buatan, seperti kelas dan masjid, sebagai salah satu bentuk laboratorium agama. Dapat disimpulkan bahwa fungsi laboratorium agama sebagai salah satu bentuk lingkungan buatan dapat memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi serta sebagai laboratorium belajar bagi peserta didik.18 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium agama adalah suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan produksi bahan tertentu dalam hal kaitannya dengan persoalan Agama. 4. Konsep Pengelolaan Laboratorium Agama Ada 3 bidang pembinaan yang harus dilaksanakan, yaitu:19 a. Pembinaan bidang idarah (manajemen) Dengan luasnya fungsi masjid, pengelolaan masjid harus dilakukan dengan manajemen modern dan professional, jika masjid hanya dikelola secara tradisional maka masjid tidak akan mengalami kemajuan dan akan tertinggal. Untuk itu perlu adanya manajemen masjid atau Idarah dengan meningkatkan kualitas dalam pengorganisasian kepengurusan masjid dan pengadministrasian 18 yang rapi, transparan, mendorong Alwi Imawan, Pengelolaan Laboratorium Agama Sebagai Media Pembelajara dalam http://alwiimawanblog.wordpress.com/2013/01/09/pengelolaan-laboratorium-agama-sebagaimedia-pembelajaran/ diunduh tanggal 23 Mei 2014. 19 Arie Nurdiansyah, Pengelolaan Laboratorium Agama dalam http://arienurdiansyah.wordpress.com/2012/01/03/4/ diunduh tanggal 22 Mei 2014. 43 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 partisipasi sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang di dalam kepengurusan. b. Pembinaan bidang imarah (memakmurkan masjid) Memakmurkan masjid menjadi kewajiban setiap muslim yang mengharapkan untuk memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah SWT. c. Pembinaan bidang riayah (pemeliharaan masjid) Dengan adanya pembinaan bidang riayah, masjid akan tampak bersih, indah dan mulia sehingga dapat memberikan daya tarik rasa nyaman dan menyenangkan bagi siapa saja yang memandang, memasuki dan beribadah didalamnya. Dalam managemen kepengurusan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:20 1) Memilih dan menyusun pengurus, 2) Penjabaran program kerja, 3) Rapat dan notulen, 4) Kepanitiaan, 5) Rencana kerja dan anggaran pengelolaan (RKAP) tahunan, 6) Laporan pertanggungjawaban pengurus, 7) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, 8) Pedoman-pedoman organisasi dan implementasinya, 9) Yayasan masjid. 5. Fungsi dan Peranan Laboratorium Agama Fungsi laboratorium yaitu sebagai sumber belajar, sebagai metode pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam proses pembelajaran. Secara umum fungsi semua laboratorium adalah antara lain sebagai:21 a. Tempat dilakukannya percobaan 20 Ibid., Basyiruddin Usman, Media Pendidikan Agama, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 117-118. 21 44 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 Alat-alat laboratorium dan bahan-bahan praktikum tidak mungkin semuanya diletakkan dalam kelas, oleh karena itu percobaan dilakukan di dalam laboratorium. b. Tempat penunjang kegiatan kelas Dengan adanya kegiatan pembelajaran di laboratorium, peserta didik dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam percobaan secara langsung dan tidak hanya belajar menurut teori-teori yang ada. c. Tempat display/pameran Laboratorium juga dapat digunakan sebagai tempat pameran atau display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian yang telah dilakukan, agar memberi gambaran lebih dan dapat memotivasi untuk penelitian atau percobaan yang lebih baik. d. Tempat koleksi sejumlah species langka Dengan adanya koleksi sejumlah species memudahkan peserta didik mengamati secara langsung spesies yang mungkin sulit untuk menemukannya. e. Museum kecil Hasil-hasil penelitian dan sejumlah species langka di kumpulkan dan diklasifikasikan, sehingga laboratorium dapat digunakan sebagai museum kecil. f. Perpustakaan masjid Membaca merupakan bagian paling penting dari proses menuntut ilmu. Dengan membaca kita jadi tahu apa yang selama ini tidak kita ketahui. Dengan membaca inilah ilmu kita dapatkan, amal bisa kita tegakkan, dan dakwah bisa kita suarakan, Perpustakaan masjid sebagai perpustakaan komunitas bisa menjadi sebuah alternatif yang sangat bagus jika dikelola dengan baik. Adapun tujuan dengan adanya laboratorium agama bagi peserta didik yaitu: 45 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 a. Digunakan untuk tempat ibadah b. Untuk memberikan lebih pemahaman dalam keagamaan c. Untuk kegiatan para peserta didik seperti pengajian d. Untuk kegiatan rohis e. Memberi keterampilan dan pelatihan mengajar f. Membuat media pembelajaran agama g. Mengevaluasi proses pembelajaran PAI dan mengembangkannya h. Pengajian halaqoh, dan lain lain. 6. Lingkungan sebagai Sumber Belajar Lingkungan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau suasana (keadaan) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.22 Selain buku dan laboratorium, lingkungan juga dapat digunakan sebagai sumber belajar. Kita dapat menganggap bahwa lingkungan sekitar merupakan laboratorium tanpa batas, sehingga di dalam laboratorium ini kita dapat melakukan eksperimen-eksperimen yang menurut ukuran dan bentuknya tidak mungkin dilakukan dalam gedung. Karena lingkungan belajar dapat diartikan sebagai laboratorium atau tempat bagi peserta didik untuk bereksplorasi, bereksperimen dan mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep dan informasi baru sebagai wujud dari hasil belajar.23 Sumber belajar dapat terdiri dari beberapa macam: a. Sumber belajar alami atau masyarakat. b. Sumber belajar laboratorium. c. Sumber belajar yang tersedia, misal kebun binatang. d. Sumber belajar cetak, misalnya buku, koran, majalah. e. Pengalaman peserta didik dan lain-lain. 22 Rita Mariyana, dkk, hal.16. 23 Ibid., hal.17. Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta: Kencana, 2010), 46 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 Lingkungan yang berada di sekitar kita baik di sekolah maupun di luar sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi:24 a. Masyarakat di sekeliling sekolah. b. Lingkungan fisik di sekitar sekolah. c. Bahan-bahan yang tersisa atau tidak terpakai dan bahan bekas yang bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan alat bantu dalam belajar. d. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Masyarakat merupakan salah satu aspek lingkungan yang besar manfaatnya untuk dijadikan sumber belajar.25 Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar mempunyai banyak keuntungan antara lain murah dan mudah dijangkau, objek persoalan beragam, peserta didik lebih mengenal lingkungan sekitar dan memperoleh pengetahuan yang nyata dan otentik serta lebih banyak berlatih observasi dan ekperimen.26 Kecenderungan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar juga memberi motivasi yang tinggi kepada peserta didik untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dengan demikian timbul rasa bahwa yang dipelajari tersebut bermakna dan mereka tidak sulit menggali masalah-masalah yang ada di dalamnya. Pendekatan pembelajaran sebenarnya sangat memungkinkan kita menggunakan objek persoalan yang ada di lingkungan peserta didik. Semakin sering peserta didik bergaul dengan persoalan lingkungan maka akan semakin menyatukan dirinya dengan lingkungan sekitar sehingga peserta didik memperoleh pengalaman nyata dengan lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.27 24 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Intermasa, 2002), hal.108. 25 Ibid., hal.110. Suthardi, Pemanfaatan Alam Sekitar sebagai Sumber Belajar Anak dalam Ilmu Hayat (Jakarta: Depdikbud, 1981), hal.146. 27 Djohar, Pengembangan IKIP Yogyakarta Berwawasan Kebudayaan dalam Cakrawala Pendidikan Tahun X/Mei (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1991), hal. 17. 26 47 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 Penggunaan metode observasi memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan semua indera berperan dalam proses pembelajaran. Indera ini digunakan untuk menangkap gejala-gejala dan selanjutnya hasil observasi itu dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk dan cara, antara lain laporan lisan, laporan tertulis, visualiasi dalam bentuk gambar, tabel atau grafik. Jadi, selain buku pelajaran dan laboratorium, penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sangat memungkinkan. Lingkungan dapat dijadikan laboratorium yang murah, mudah dijangkau dan tidak cepat habis. Selain interaksi guru dengan peserta didik, perlu diperhatikan pula masalah efisiensi yang berkaitan dengan penggunaan waktu yang dimiliki oleh peserta didik, fasilitas dan peralatan yang ada. Jika telah jelas mengenai nilai dan potensinya sebagai sumber belajar, maka selanjutnya perlu dikaji mengenai efektifitasnya dalam kegiatan instruksional.28 Gunakanlah lingkungan dan situasi kehidupan riil terdekat sebagai sumber dan media pembelajaran bagi peserta didik. Belajarkanlah peserta didik dengan memanfaatkan sumber dan media pembelajaran dan situasi kehidupan riil terdekat dengan kehidupan mereka.29 Lingkungan seperti lingkungan kegiatan usaha agraria baik pertanian, peternakan dan perkebunan, kegiatan industri, perdagangan dan jasa. Lingkungan juga bisa berupa alam, sosial, sekolah, lingkungan rumah dan sebagainya.30 Dapat dicontohkan, guru PAI mengajak peserta didik pergi ke pasar untuk mempelajari praktek-praktek jual beli yang terjadi di masyarakat dalam pembelajaran mu’amalah. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sedapat mungkin dilakukan secara efektif. Dalam hal ini kemampuan guru sangat diperlukan. 28 Djohar, Pendidikan dan Implementasi Bagi Pengembangan Konsep Belajar Mengajar (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1985), hal. 85. 29 Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 113. 30 Ibid., hal. 117. 48 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 Dalam pembelajaran PAI, guru harus mampu menyusun organisasi instruksional termasuk di dalamnya kemampuan seleksi sumber belajar, seleksi kondisi untuk penerapan program instruksional disamping penguasaan pinsip-prinsip PAI. Maka yang terpenting adalah bagaimana guru mampu untuk menyeleksi sumber belajar dan selanjutnya menuangkannya dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Guru harus dapat bertindak sebagai organisator kerja, dalam PAI, yakni meliputi seperti aspek materi dan aspek teknologi. C. PENUTUP Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi macam-macam sumber belajar yaitu bahan, alat dan perlengkapan, orang dan setting/tempat. Kategori sumber belajar dibagi ke dalam dua pola, yaitu by design dan by utilization. Sumber belajar by design adalah sumber belajar yang sengaja dirancang untuk tujuan pembelajaran khusus, sedangkan by utilization (real world resources) adalah hal-hal yang tidak secara khusus dirancang untuk tujuan pembelajaran tetapi dapat membantu proses belajar. Pusat sumber belajar merupakan lingkungan (setting) dimana sumbersumber belajar dikelola dan dikembangkan untuk membantu meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kualitas belajar manusia. Tujuan umumnya meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan proses pembelajaran melalui pengembangan sistem instruksional. Lingkungan sebagai sumber belajar, kita dapat menganggap bahwa lingkungan sekitar merupakan laboratorium tanpa batas. Laboratorium agama adalah salah satu bentuk lingkungan buatan sebagai sumber belajar. 49 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur, “Pengembanaan Program PSB” dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PSB-Modul-3-PengembanganProgram-PSB.pdf, diakses tanggal 18 April 2014. Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Arif Sukadi Sudiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta: Mediyatma Sarana Perkasa, 1998. Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Intermasa, 2002. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2006. Djohar, Dimensi Pendidikan Sain Menyongsong Tahun 2004, Yogyakarta: IKIP, 1989. _____________, Meningkatkan Daya Guna dan Hasil Guna Pemanfaatan Sumber Belajar, Yogyakarta: IKIP, 1984. _____________, Pendidikan dan Implementasi Bagi Pengembangan Konsep Belajar Mengajar, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1985. _____________, Pengembangan IKIP Yogyakarta Berwawasan Kebudayaan dalam Cakrawala Pendidikan Tahun X/Mei, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1991. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. 50 Dinamika : Vol. II, No. 2, Juli - Desember 2017 Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, Bandung: Refika Aditama, 2011. Mudhoffir, Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Kencana, 2010. Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Suthardi, Pemanfaatan Alam Sekitar sebagai Sumber Belajar Anak dalam Ilmu Hayat, Jakarta: Depdikbud, 1981.