politik hukum islam di indonesia orde baru masa - IAI Al

advertisement
POLITIK HUKUM ISLAM DI INDONESIA
(TAHUN 1990 SAMPAI DENGAN AKHIR ORDE BARU)
ORDE BARU MASA AKOMODATIF
ABSTRAK
Orde baru bukan penyangkalan terhadap yang lama tetapi lebih sebagai
pembeharuan yang terkait dengan persoalan bangsa yang dinilai sangat kronis.
Penataan yang baru tidak hanya terfokus pada bidang tertentu tetapi mencakup
perubahan dan pembangunan tatanan seluruh kehidupan bangsa dan Negara
bedasarkan kemurnian pancasila dan UUD 1945. Dengan kata lain, orde baru
menjadi titik awal koreksi terhadap berbagai penyelewengan pada masa lampau.
Orde baru juga mengemban tugas menyusun kembali kekuatan bangsa untuk
menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan menuju
masyarakat adil dan makmur. Pemerintahan orde baru mnenyadari sepenuhnya
bahwa akibat konflik yang berkepanjangan, penderitaan rakyat telah mencapai
titik yang tertinggi. Oleh karena itu pemerintah orde baru menyadari bahwa
stabilitas politik adalah hal yang penting untuk ditegakkan demi kelancaran
pelaksanaan pembangunan nasional. Pemerintah orde baru menggunakan politik
sebagai sarana untuk menciptakan berbagai instrument politik dengan tujuan
menguasai dan mengontrol kelompok yang dikuasai, yaitu rakyat. Hal itu
dilakukan tentu tidak lepas dari koridor untuk menciptakan kondisi politik yang
mantap sebagai kunci sukses orde baru dalam melaksanakan pembangunan.
Kehadiran Orde Baru melahirkan dua pola hubungan antara Islam dan Negara,
pertama Antagonistik dan kedua akomodatif yang keduanya merupakan suatu
sikap yang saling bersinergi untuk penguatan antara Islam dan Negara. Masa Orde
Baru juga mengakomodir segala kepentingan ummat Islam oleh pemerintah, baik
ormas dan tokoh-tokoh ummat Islam. Pada masa Orde Baru, pemerintah
menginginkan Indonesia dapat mencontoh bangsa-bangsa lain yang dapat maju
dengan keterbatasan Sumber Daya Alam yang dimiliki. Ada Enam hal penting
dalam hal akomodasi Orde Baru terhadap kepentingan ummat Islam yaitu
Disahkannya undang-unadang no 2/1998 tentang pendidikan nasional yang
mewajibkan penyelenggara sekolah memberikan pelajaran agama sesuai dengan
agama yang dianut anak didik. Keluarnya undang-undang nomor 7/1989 tentan
peradilan agama (PA) yang memberi landasan hukum bagi penguatan posisi PA
yang sejajar dengan tiga peradilan lainnya. Lahirnya Kompilasi Hukum Islam
(KHI) yang mengatur tentang perkawinan, warisan dan wakaf bagi ummat islam.
Diubahnya kebijakan tentang jilbab yang semula dilarang dipakai oleh siswi
sekolah milik depertemen pendidikan dan kebudayaan akhirnya dibolehkan 1991.
Dikeluarkannya surat keputusan bersama (SKB) Menteri dalam Negeri, menteri
Agama tentang pembentukan BAZAS. Dihapuskannya Sumbangan dana sosial
berhadiah (SDSB) tahun 1993
1
BAB SATU
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya orde baru bukan penyangkalan terhadap yang lama tetapi
lebih sebagai pembeharuan yang terkait dengan persoalan bangsa yang dinilai
sangat kronis. Penataan yang baru tidak hanya terfokus pada bidang tertentu tetapi
mencakup perubahan dan pembangunan tatanan seluruh kehidupan bangsa dan
Negara bedasarkan kemurnian pancasila dan UUD 1945. Dengan kata lain, orde
baru menjadi titik awal koreksi terhadap berbagai penyelewengan pada masa
lampau. Orde baru juga mengemban tugas menyusun kembali kekuatan bangsa
untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
menuju masyarakat adil dan makmur.
Pemerintahan orde baru mnenyadari sepenuhnya bahwa akibat konflik
yang berkepanjangan, penderitaan rakyat telah mencapai titik yang tertinggi. Oleh
karena itu pemerintah orde baru menyadari bahwa stabilitas politik adalah hal
yang penting untuk ditegakkan demi kelancaran pelaksanaan pembangunan
nasional.
Pemerintah orde baru menggunakan politik sebagai sarana untuk
menciptakan berbagai instrument politik dengan tujuan menguasai dan
mengontrol kelompok yang dikuasai, yaitu rakyat. Hal itu dilakukan tentu tidak
lepas dari koridor untuk menciptakan kondisi politik yang mantap sebagai kunci
sukses orde baru dalam melaksanakan pembangunan.
Dalam jurnal ini penulis akan membahas tentang Politik Hukum Islam
Indonesia yang menitik beratkan pada topik pembahasan Akomodatif Era Orde
Baru Hingga berakhirnya masa orde baru menuju masa Reformasi.
2
BAB DUA
PEMBAHASAN
A.
ORDE BARU DARI ANTAGONISTIK KE AKOMODATIF.
Naiknya Presiden Soeharto melahirkan babak baru hubungan Islam dan
Negara di Indonesia. Pola hubungan antara keduanya secara umum dapat
digolongkan ke dalam dua pola, yaitu:1
1.
Antagonistik
Hubungan antagonistik merupakan sifat hubungan yang mencirikan adanya
ketegangan antara Islam dan negara Orde Baru;
Sedangkan
kecenderungan saling membutuhkan antara kelompok Islam
dan negara Orde Baru, bahkan terdapat kesamaan untuk mengurangi konflik
antara keduanya. Namun demikian, sebelum mencapai pola akomodatif, telah
terjadi hubungan agama dan negara orde baru yang bersifat resiprokal-kritis,yakni
awal dimulainya penurunan ketegangan antara agama dan negara di Indonesia.
Hubungan antagonis antara negara orde baru dengan kelompok Islam
dapat dilihat dari kecurigaan yang berlebih dan pengekangan kekuatan Islam yang
berlebihan yang dilakukan Prediden Soeharto. Sikap serupa merupakan kelanjutan
dari sikap kalangan nasionalis sekuler terhadap kelompok Islam, khususnya di era
1950-an.
Sikap curiga dan kehawatiran terhadap kekuatan Islam membawa
implikasi terhadap keinginan negara untuk berusaha menghalangi dan melakukan
domestikasi (pendangkalan dan penyempitan) gerak politik Islam, baik semasa
Orde Lama maupun Orde baru.
Sebagai hasil dari kebijakan semacam ini, bukan saja para pemimpin dan
aktivis politik Islam gagal untuk menjadikan Islam sebagai ideologi dan atau
agama negara (pada 1945 dan dekade 1950-an), tetapi mereka juga sering disebut
sebagai kelompok yang secara politik "minoritas" atau "outsider. Lebih dari itu,
1
http://serbasejarah.wordpress.com/2009/12/17/romantika-politik-islam-masa-orde-baru.
di Unduh pada 2 September 2014.
3
bahkan politik Islam, sering dicurigai oleh negara sebagai anti ideologi negara
Pancasila.
Akar antagonisme hubungan politik antara Islam dan negara tak dapat
dilepaskan dari konteks kecenderungan pemahaman keagamaan ummat Islam
yang berbeda. Kecendrungan menggunakan Islam sebagai simbol politik
dikalangan aktivis muslim di awal kekuasaan Orde Baru telah melahirkan
kecurigaan dari pihak penguasa yang berakibat pada peminggiran Islam dari arena
politik nasional. Kebijakan politik kontrol dan represif terhadap kekuatan politik
Islam mewarnai arah dan kecendrungan politik Orde baru. Kecenderungan
pendekatan politik keamanan (security approaches) yang dilakukan Orde baru
dapat ditengarai pada sejumlah peristiwa kekerasan negara atas kelompok Islam di
era 1980-an yang dianggap sebagai penentangAsas Tunggal Pancasila ciptaan
Orde baru. Kekerasan politik dan peminggiran Islam dari pentas politik nasional
yang dilakukan rejim Orde baru atas kekuatan Islam melahirkan kesimpulan
dikalangan ahli akan sifat antagonistik hubungan Islam dan negara Orde baru.
Sejak awal berdirinnya Orde baru hingga awal 1980-an Islam dianggap sebagai
ancaman serius bagi keberlangsungan kekuasaan Orde baru.
Pertengahan 1980-an merupakan awal perubahan hubungan Islam dan
rezim Orde baru. Hal ini ditandai dengan lahirnya kebijakan-kebijakan politik
Presiden Soeharto yang dinilai positif bagi umat Islam. kebijakan-kebijakan Orde
baru memiliki dampak luas bagi perkembangan politik Islam selanjutnya baik
struktural maupun kultural.
2.
Akomodatif
Akomodatif yaitu menunjukkan kecenderungan saling membutuhkan
antara kelompok Islam dan negara Orde baru, bahkan terdapat kesamaan untuk
mengurangi konflik antara keduanya. Namun demikian, sebelum mencapai pola
akomodatif, telah terjadi hubungan agama dan negara orde baru yang bersifat
resiprokal-kritis, yakni awal dimulainya penurunan ketegangan antara agama dan
negara di Indonesia. 2
2
Ibid….Romatika Politik Hukum Islam..hal 7.
4
Kecenderungan akomodasi negara terhadap Islam ditengarai dengan
adanya kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dan keagamaan serta
kondisi dan kecenderungan akomodasionis umat Islam sendiri. Pemerintah mulai
menyadari akan potensi umat Islam sebagai kekuatan politik yang potensial.
Sikap akomodatif negara terhadap Islam lebih disebabkan oleh
pemahaman negara terhadap perubahan sikap politik umat Islam terhadap
kebijakan negara, terutama dalam konteks pemberlakuan dan penerimaan asas
tunggal Pancasila. Perubahan sikap ummat Islam pada paruh kedua 1980-an, dari
menentang menjadi menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bersinergi dengan sejumlah kebijakan Orde.
Kekerasan politik dan peminggiran Islam daripentas politik nasional yang
dilakukan rezim Orde baru atas kekuatan Islam melahirkan kesimpulan
dikalangan ahli akan sifat antagonistik hubungan Islam dan negara Orde baru.
Sejak awal berdirinnya Orde baru bingga awal 1980-an Islam dianggap sebagai
ancaman
sering
bagi
keberlangsungan
kekuasaan
Orde
baru
yang
menguntungakan ummat Islam pada masa selanjutnya.
Pengesahan RUU Pendidikan Nasional, pengesahan RUU Peradilan
Agama, Pembolehan pemakaian jilbab bagi siswi muslim di sekolah umum,
kemunculan organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan
lahirnya Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang langsung dipimpin oleh
Presiden Soeharto merupakan indikator adanya hubungan akomodatif yang
dilakukan elit penguasa Orde baru terhadap Islam.
Perilaku santun dalam berdemokrasi dapat diwujudkan melalui sikap
menghindarkan diri dari tindakan main hakim sendiri, lebih-lebih dengan
mengatasnamakan agama, kelompok, maupun partai politik tertentu.
Dari Akomodatif yaitu menunjukkan kecenderungan saling membutuhkan
antara kelompok Islam dan negara Orde baru, bahkan terdapat kesamaan untuk
mengurangi konflik antara keduanya.
5
B. ORDE BARU DAN SIKAP AKOMODATIF TERHADAP ISLAM
Orde baru yang dipimpin oleh Presisden Suharto secara perlahan ternyata
mulai mendekati ummat Islam tidak hanya tokoh-tokoh Islam tetapi juga
merambah keberbagai okp dan ormas Islam, maka pemerintah orde baru
menunjukan sikap okomodatif terhadap ummat Islam, ada empat akomodatif orde
baru terhadap ummat Islam :
1. Akomodasi struktural
2. Legeslatif
3. Infrasstruktural
4. Dan kultural3.
Ada Enam hal penting dalam hal akomodasi orde baru terhadap
kepentingan ummat Islam yaitu
1. Disahkannya undang-unadang no 2/1998 tentang pendidikan nasional
yang mewajibkan penyelenggara sekolah memberikan pelajaran agama
sesuai dengan agama yang dianut anak didik.
2. Keluarnya undang-undang nomor 7/1989 tentan peradilan agama (PA)
yang memberi landasan hukum bagi penguatan posisi PA yang sejajar
dengan tiga peradilan lainnya.
3. Lahirnya kompilasi hukum Islam (KHI) yang mengatur tentang
perkawinan, warisan dan wakaf bagi ummat islam.
4. Diubahnya kebijakan tentang jilbab yang semula dilarang dipakai oleh
siswi sekolah milik depertemen pendidikan dan kebudayaan akhirnya
dibolehkan 1991.
5. Dikeluarkannya surat keputusan bersama (SKB) Menteri dalam Negeri,
menteri Agama tentang pembentukan BAZAS.
6. Dihapuskannya Sumbangan dana sosial berhadiah (SDSB) tahun 1993.4
3
M. Iqbal dan Amin Husen, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik Hingga Indonesia
Kontemporer. Cet.II. (Jakarta : Kencana Prenada media Group.2013)..hal 298.
4
M Iqbal dan Amin Husen, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik Hingga Indonesia
Kontemporer. Cet.II. (Jakarta : Kencana Prenada media Group.2013),hal 301.
6
Praktisi sejak tahun 1990-an tersebut Islam dapat lebih berperan tidak
hanya sebagai penonton dalam setiap proses berbangsa dan bernegara , tetapi juga
ikut menentukan arah perjalanan bangsa. Hal ini tentu sedikit banyaknya
merupakan hasil gagasan caknur yang berusaha mencairkan hubungan Islam dan
politik yang ketika itu diwarnai ketidak harmonisan.5
Pada masa orde baru ada beberapa program jitu yang dianggap sukses dan
sudah berkibar di negara republik Indonesia, adapun program yang lahir dimasa
orde baru adalah :
Lahirnya partai-partai islam dan partai non Islam, seperti partai PARMUSI
(20 Februari 1968), Partai serikat Islam Indonesia, Perti (persatuan tarbiyah
Islamiyah), selain partai Islam juga muncul partai PNI, PRAKINDO, partai
katolik dan lain-lain.6
Pada pola akomodatif, sebagai antitesa dan pola hubungan sebelumnya
Islam hampir menguasai seluruh sendi-sendi pemerintahan dan negara. Tercatat
realitas sosial politik umat Islam demikian penting memainkan peranannya di
pentas nasional. Kehadiran ICMI, 8 Desember 1990, diyakini sebagai tonggak
baru menguatnya islamisasi politik di Indonesia, dan semakin tampak ketika
diakomodirnya kepentingan syari’at Islam melalui UU No.7/1989 tentang
Peradilan Agama, sekaligus menempatkan Peradilan Agama sebagai lembaga
peradilan negara yang diatur dalam UU No.14/1970 tentang Pokok Pokok
Kekuasaan Kehakiman, disusul dengan UU No.10/1998 tentang Perbankan
(pengganti
UU No.7/1992),
UU
No.38/ 1999,
tentang
Zakat,
Inpres
No.1/1991.tentang Penyebarluasan KHI. Artikulasi dan partisipasi politik
kalangan umat Islam demikian tampak mulai dari pendekatan konflik, pendekatan
resiprokal kritis sampai pendekatan akomodatif. Maka dapat diasumsikan untuk
menjadikan Islam sebagai kekuatan politik hanya dapat ditempuh dengan dua cara
yakni secara represif (konflik) dan akomodatif (struktural-fungsional). Paling
5
M Iqbal dan Amin Husen, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik Hingga Indonesia
Kontemporer. Cet.II. (Jakarta : Kencana Prenada media Group.2013). Hal. 300-301.
6
Ibid…. Pemikiran Politik Islam..hal, 295.
7
tidak ini merupakan sebuah gambaran terhadap model paradigma hubungan antara
Islam dan negara di Indonesia. Gagasan Transformasi Hukum Islam di Indonesia 7
Gagasan transformasi hukum Islam dapat dilihat dan segi ilmu negara.
Dijelaskan bahwa bagi negara yang menganut teori kedaulatan rakyat, maka
rakyatlah yang menjadi kebijakan politik tertinggi. Demikian pula negara yang
berdasar atas kedaulatan Tuhan, maka kedaulatan negara/kekuasaan (rechtstaat)
dan negara yang berdasar atas hukum (machtstaat), sangat tergantung kepada
gaya politik hukum kekuasaan negara itu sendiri.
Dalam konteks kenegaraan di Indonesia kehendak rakyat secara umum
diimplementasikan menjadi sebuah lembaga tinggi negara yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), serta
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Jadi, munculnya pemahaman tertulis bahwa
eksekutif membuat sebuah rancangan undang-undang sebelum ditetapkan bagi
pemberlakuannya, terlebih dahulu harus disetujui DPR.
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945, sebelumnya telah terjadi silang pendapat perihal ideologi yang
hendak dianut oleh Negara Indonesia. Gagasan Prof. Dr. Soepomo tentang
falsafah negara integralistik dalam sidang BPUPKI tanggal 13 Mei 1945 telah
membuka wacana pluralisme masyarakat Indonesia untuk memilih salah satu di
antara tiga faham yang ia ajukan, yaitu; (1) Faham Individualisme: 2) Faham
Kolektifisme; dan (3) Faham Integralistik.
Dalam sejarah Indonesia, para politisi menghendaki faham integralistik
sebagai ideologi negara dan Pancasila dan UUD 1945 kemudian disepakati
sebagai landasan idiil dan landasan struktural Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Implikasiya secara hukum setiap bentuk perundang-undangan
diharuskan lebih inklusif dan harus mengakomodasikan kepentingan umum
masyarakat Indonesia. Inilah yang pada gilirannya akan melahirkan konflik
ideologis antara Islam dan negara
7
Dadan Muttaqien, SH., M.Hum., Legislasi Hukum Islam di Indonesia dalam Prespektif
Politik Hukum, PPS FIAI UII, 2009. hal 7.
8
Undang-undang dinyatakan sebagai peraturan perundang-undangan yang
tertinggi, di dalamnya telah dapat dicantumkan adanya sanksi dan sekaligus dapat
langsung berlaku dan mengikat masyarakat secara umum. Istilah undang-undang
dalam
anti
formil
dan
materil
merupakan
terjemahan
dan wet
in
formelezin dan wet in materielezin yang dikenal Belanda. Di Belanda undangundang dalam anti formil (wet in formelezin) merupakan keputusan yang dibuat
oleh Regering dan Staten Generaal bersama-sama (gejamenlijk) terlepas apakah
isinya peraturan (regeling) atau penetapan (beschikking). Ini dilihat dari segi
pembentukannya atau siapa yang membentuknya.
Hubungannya dengan undang-undang pokok tidak dikenal dalam sistem
hukum Indonesia. Berdasarkan kepada UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia. Pasal 5 ayat (1) telah menggariskan bahwa semua undang-undang di
Indonesia adalah undang-undang pokok yang kedudukannya setara, dan berada di
bawah hierarki norma hukum dan konstitusi UUD 1945. Atas dasar itu, maka
dapat dipahami bahwa Undang-undang Dasar (UUD) jelas berbeda dengan
undang-undang. Hal ini dapat dilihat dalam sistem hukum Indonesia yang diatur
dalam ketetapan MPR No.XX/MPRS/ 1966 sebagai berikut: UUD 1945, Tap
MPR, UU, Perpu, PP, Kepres, Kepmen, Perda Tk. I, Perda Tk. II, dan seterusnya.
Di samping itu, berbagai jenis peraturan perundang-undanan di negara
Indonesia dalam suatu tata susunan hierarki mengakibatkan pula adanya
perbedaan fungsi maupun materi muatan berbagai jenis peraturan perundangundangan tersebut. Secara umum fungsi dan undang-undang adalah: Pertama,
menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut tentang ketentuan dalam UUD 1945
secara tegas; Kedua, pengaturan lebih lanjut secara umum mengenai penjelasan
dalam batang tubuh UUD 1945; Ketiga, pengaturan lebih lanjut mengenai Tap
MPR; dan Keempat, pengaturan di bidang materi konstitusi.27 Sedangkan materi
muatan undang-undang telah diperkenalkan oleh A. Hamid Attamimi dengan
istilah het eigenaarding orderwerp der wet yang juga digunakan oleh Thorbecke
dalam Aantekening op de Grondwet yang terjemaahannya sebagai berikut:
UUD 1945 ditentukan mengenai siapa yang berhak membentuk undangundang. Dalam pasal 5 ayat (1), yang menentukan adalah presiden memegang
9
kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR, dan materi
muatan undang-undang sama sekali tidak disebutkan. Kendati demikian, para ahli
hukum menyebutkan bahwa materi muatan undang-undang tidak dapat ditentukan
ruang lingkup materinya mengingat semua undang-undang adalah perwujudan
aspirasi rakyat (kedaulatan rakyat). Atas dasar itu, sesungguhnya semua materi
muatan dapat menjadi undang-undang, kecuali jika undang-undang tidak berkenan
mangatur atau menetapkannva.
Bila diteliti lebih seksama kekhasan undang-undang dan peraturan lainnya
adalah undang-undang dibentuk dan ditetapkan oleh presiden dengan persetujuan
DPR. Jadi. muatan materi hukum undang-undang akan menjadi pedoman bagi
peraturan-peraturan lain di bawahnya. Adapun pedoman untuk mengetahui materi
muatan undang-undang dapat ditentukan melalui tiga pedoman, yaitu: Pertama,
dari ketentuan dalam Batang Tuhuh UUD 1945 terdapat sekitar 18 masalah (18
pasal) tentang hak-hak asasi manusia, pembagian kekuasaan negara, dan
penetapan organisasi dan alat kelengkapan negara; Kedua, Berdasar wawasan
negara berdasar atas hukum/rechtstaat) yang dimulai dan kekuasaan absolut
negara (polizeistacit), terus pembentukan negara berdasar atas hukum yang
sempit/liberal
(rechtstaat sempit/liberal),
berdasar
atas
hukum
formal
(rechtstaat formal), dan negara berdasar atas hukum material/sosial yang modern
(rechtstaat material sosial); dan Ketiga, berdasar pada wawasan pemerintahan
sistem konsitusional, di mana penyelenggaraan kekuasaan negara dan hukum serta
yang lainnya harus mengacu pada norma dasar (ground norm) dan Undangundang Dasar. Dengan kata lain, yang dimaksud adalah Pancasila dan UUD
1945. Dari rumusan-rumusan tersebut, dapat diambil gambaran konseptual bahwa
kodifikasi hukum Islam menjadi sebuah undang-undang (takhrij al-ahkam fi alnash al-taqnin) diharuskan mengikuti prosedur konstitusional dan sejalan dengan
norma hukum serta cita hukum di Indonesia. Kodifikasi dan unifikasi hukum
Islam serta penyusunan rancangan perundang-undangan yang baru diarahkan
untuk terjaminnya kepastian hukum (law enforcement) di masyarakat.
Demikian sekilas pandang tentang era akomodatif pada masa orde baru
yang dikenal dengan rezim yang tunduk atas Undang-Undang 1945 dengan
10
kekuatan
militernya
sehingga
mampu
membelai para
cendikian
Islam
terperangkap dalam kekuasaan dan terlena dengan berbagai kekuasaan dan
keangkuhan.
C.
ORDE BARU DAN PROGRAM UTAMA
Rezim baru yang tampil di atas keruntuhan demokrasi terpimpin
menamakan dirinya sebagai Orde Baru (ORBA)8. Pada umumnya diterima
kesepakatan bahwa, bahwa awal kelahiran orde baru adalah pada saat diterimanya
supersemar dari Soekarno oleh Soeharto yang kemudian sipenerima dalam waktu
yang sangat cepat membukarkan PKI. Orde Baru itu sendiri secara resmi
didefenisikan sebagai “ Tatanan kehidupan negara dan bangsa yang diletakkan
kembali pada pelaksanaan kemurnian Pancasila, dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Ada baiknya dikemukakan disini program Orde Baru sebagaimana
dirumuskan dalam seminar II Angkatan Darat9 hal ini pemakalah mengambil
pendapat Mahfudh MD dalam bukunya yang berjudul “Politik Hukum di
Indonesia”.
Adapun program tersebut adalah :
1. Musuh utama orde baru adalah PKI.
2. Orde baru adalah suatu sikap mental
3. Tujuan orde baru adalah menciptakan kehidupan politik, ekonomi, dan
cultural yang dijiwai oleh moral pancasila, khususnya sila Ketuhanan
Yang Maha Esa
4. Orde baru menghendaki pemikiran lebih realistis dan paragmatis.
5. Mengutamakan kepentingan nasional
6. Orde baru menginginkan suatu tata susunan yang lebih stabil,
berdasarkan lembaga-lembaga.(institusional)
8
Herbert Feith dan kawan-kawan, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. (Jakarta :
LP3ES, 1988), hal. Xvii-xviii.
9
Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cet. 6. (Jakarta : Raja wali Press. 2014). Hal.
198-199.
11
7. Orde baru menghendaki pengutamaan konsulidasi ekonomi dan social
dalam negeri
8. Orde baru menghendaki pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari cita
cita demokrasi politik dan demokrasi ekonomi
9. Orde baru menghendaki suatu tata politik dan ekonomi yang
berlandaskan pancasila, dan UUD 1945.
10.
Orde baru adalah suatu tata politik dan ekonomi yang belum
mempunyai kenyataan, yang ada baru suatu iklim yang cukup
menguntungkan bagi pertumbuhan orde baru
11.
Orde baru adalah suatu proses peralihan dari orde lama ke suatu
susunan baru
12.
Orde baru masih menunggu pelaksanaan dari segala ketetapan
MPRS IV/1966
13.
Orde baru harus didukung oleh totoh pimpinan yang berjiwa orde
baru yang menduduki tempat-tempat strategis
14.
Orde baru yang harus didukung oleh suatu imbangan kekuatan
yang dimenangkan oleh barisan orde baru.
Dari butir-butir yang dilahirkan oleh seminar II Angkatan Darat itu ada
beberapa kata atau istilah kunci yang nantinya akan menentukan konfigurasi
politik rezim orde baru, yaitu konsolidasi ekonomi, pimpinan dan pemerintahan
yang kuat dan susunan yang stabil.
Menurut pemakalah 14 butir yang ditargetkan oleh orde baru sebagai
program utama demi mensejahterakan rakyat dan untuk memakmurkan Negara,
hanya beberapa butir saja yang dapat dijalan dan dirasakan oleh rakyat semasa
orde baru yang mana program tersebut lebih banyak berpihak kepada program
kesejahteraan para elite politik dan para militer saja orde baru.
12
D.
SEBAB-SEBAB KEJATUHAN ORDE BARU.
Sulit membayangkan betapa sebuah rezim yang telah berkuasa selama
lebih dari tiga dasawarsa dan didukung oleh kekuatan militer serta segala
infrasstruktur ternyata tumbang ditangan gerakan rakyat yang dimotori oleh
mahasiswa (people’s power).10
1. Kesenjangan sosial, rakyat kecil mengalami perlakuan diskriminatif dari
penguasa
2. Sistem politik dan hukum yang sangat sentralistis dan tidak mencerminkan
rasa keadilan
3. Gaya Pemimpin berkekuatan totaliter dan otoriter
Berikut akan pemakalah paparkan faktor-faktor yang menyebabkan
runtuhnya orde baru menurut pandangan Rizki Razak dalam tulisannya FaktorFaktor Runtuhnya Orde Baru.
4. Krisis Ekonomi11
Krisis ekonomi yang melanda Asia, yang dimulai di Thailand menghantam
Indonesia. Akibat krisis ini organisasi perbankan kita menjadi berantakan yang
sampai sekarang belum dapat di konsolidasi kembali. Nilai rupiah terhadap
dollar Amerika tetap di dalam tingkat yang amat rendah, sehingga harga-harga
keperluan umum, terutama sembako, dalam hitungan rupiah tetap tinggi.
Krisis yang melanda Indonesia juga disebabkan karena praktek KKN.
Istilah KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme) adalah istilah yang paling populer
yang disuarakan oleh kaum reformis untuk segera diberantas. Kolusi diantara
penguasa pada masa ORBA dengan para pengusaha hanya menguntungkan
kedua belah pihak. Sedangkan rakyat hanya menerima akibat buruk dari praktek
tersebut. Demikian juga, korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara telah
menguras sumber ekonomi negara sehingga uang yang seharusnya digunakan
untuk kemakmuran rakyat tidak sampai kepada sasarannya. Adapun nepotisme
adalah praktek penguasa yang lebih mementingkan anggota keluarga atau
golongan untuk memperoleh jabatan serta kesempatan-kesempatan dalam dunia
usaha. Penderitaan rakyat akibat krisis ekonomi dibaca dengan baik oleh
kelompok intelektual terutama mahasiswa.
10
11
Ibid…. Pemikiran Politik Islam, hal 303.
Rizki Rasyak. Faktor Penyebab Runtuhnya Orde Baru Blogspot.Di Unduh Pada
Tanggal 05/05/2012.
13
Dampak yang ditimbulkan dari krisis ekonomi adalah pada ketersediaan
cadangan devisa. Setelah mengalami beberapa kegagalan untuk melakukan
stabilisasi nilai tukar, maka cadangan devisa negara merosot dari sekitar 20
milyar dollar AS pada pertengahan 1997 menjadi sekitar 14 milyar pada
pertengahan 1998. Hal ini juga merupakan dampak dari memburuknya neraca
modal Indonesia terhadap penurunan arus modal masuk secara drastis maupun
melonjaknya arus modal keluar.
5. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998
Untuk dapat mencermati pergerakan mahasiswa dapat dibedakan menjadi
empat periode. Periodisasi ini dibuat dengan mendasarkan pada momen-momen
penting dalam gerakan mahasiswa tahun 1998 yaitu : tanggal Sidang Umum
MPR 1-11 Maret 1998, Insiden berdarah Universitas Trisakti 12 Mei dan
mundurnya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998. Periode pertama adalah
periode sebelum 1 Maret 1998. Pada awal periode itu, isu yang ditampilkan
belumlah menyangkut substansi reformasi melainkan sebatas pada kondisi aktual
saat itu seperti: kelaparan di Irian Jaya, kebakaran hutan di Kalimantan dan
Sumatera, menuntut pemerintah untuk menurunkan harga-harga barang, dan
menindak penimbun sembilan bahan pokok (sembako). Contonya adalah aksi 150
mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan mimbar bebas di
kampus Baranangsiang pada hari Rabu, 3 Desember 1997 dengan poster-poster
yang dipajang bertuliskan: Berantas Korupsi dan Kolusi, Tindak Tegas Mega
Koruptor di BI, Tindak Tegas Pembakaran Hutan, Tindak Tegas Aborsi Sampai
ke Akar-akarnya. Pada hari Senin 12 Januari 1998 sebanyak 24 orang
mahasiswa IPB Bogor mendatangi balaikota Bogor dengan mempermasalahkan
merebakknya gambar-gambar porno yang terpasang disejumlah bioskop dan
maraknya praktik prostitusi di beberapa tempat di wilayah Bogor. Aksi-aksi demo
tersebut bersifat lokal sporadis dan belum memiliki dampak berantai kepada
mahasiswa-mahasiswa lainnya, baik yang dari satu perguruan tinggi ataupun ke
perguruan tinggi lainnya. Di samping jumlah partisipan yang cenderung terdiri
atas sebagian kecil mahasiswa dari satu perguruan tinggi, aksi-aksi ini belum
memiliki sebuah kerangka dan agenda aksi yang terjadwal.
Periode kedua adalah 12 Maret 1998-12 Mei 1998. setelah sempat reda
selama hampir satu minggu, mahasiswa kembali melakukan demonstrasi. Isi-isu
yang dimunculkan pada periode ini berkenaan dengan kredibelnya kabinet
Pembangunan VII karena dinilai sarat dengan nepotisme dan koncoisme. Periode
ini juga ditandai dengan kejenuhan mahasiswa dalam melakukan aksi di dalam
kampus. Keinginan mahasiswa untuk berdemonstrasi di luar kampus sudah tentu
memicu bentrokan dengan aparat keamanan. Salah satu demonstrasi mahasiswa
terbesar pada periode ini terjadi di kampus Universitas Sumatera Utara (USU)
Medan yang menyebabkan diliburkannya kampus dari kegiatan akademik sejak
29 April hingga 7 Mei 1998. Aksi ini sempat disebut sebagai aksi yang paling
beringas yang melibatkan aksi saling melempar batu antara mahasiswa dan
aparat, penembakan gas air mata, pembakaran 2 motor aparat keamanan dan
lain sebagainya. Dalam periode ini isu-isu lain yang muncul adalah mengenai
dialog yang diprakarsai oleh ABRI dan peristiwa penculikan para aktivis.
14
Sebagaian besar mahasiswa dari perguruan tinggi yang telah mapan seperti
UGM, UI, IKIP Bandung, IAIN, dan Unpad tidak hadir dalam dialog tersebut.
Periode ketiga, periode ini ditandai dengan terjadinya peristiwa insiden
Trisakti tanggal 12 Mei 1998, dimana ribuan mahasiswa Trisakti melakukan
demonstrasi menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden Indonesia
saat itu yang telah terpilih berulang kali sejak awal Orde Baru. Mereka juga
menuntut pemulihan keadaan ekonomi Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun
1997. Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung
DPR/MPR di Slipi mereka dihadang oleh aparat kepolisian yang mengharuskan
mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap
mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung sepanjang sore hari dan
mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang
lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka.
Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk
dan melakukan pengerusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke
seluruh kota Jakarta. Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak
mati mahasiswa.
Periode keempat, Soeharto akhirnya menyerah pada tuntutan rakyat yang
menghendaki dia tidak menjadi Presiden lagi, namun tampaknya tak semudah itu
reformasi dimenangkan oleh rakyat Indonesia karena ia meninggalkan kursi
kepresidenan dengan menyerahkan secara sepihak tampuk kedaulatan rakyat
begitu saja kepada Habibie. Ini mengundang perdebatan hukum dan penolakan
dari masyarakat. Bahkan dengan tegas sebagian besar mahasiswa menyatakan
bahwa Habibie bukan Presiden Indonesia. Mereka tetap bertahan di gedung
DPR/MPR sampai akhirnya diserbu oleh tentara dan semua mahasiswa digusur
dan diungsikan ke kampus-kampus terdekat. Paling banyak yang menampung
mahasiswa pada saat evakuasi tersebut adalah kampus Atmajaya Jakarta yang
terletak di Semanggi.
Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan
Sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agendaagenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena
mereka tidak mengakui pemerintahan ini dan mereka mendesak pula untuk
menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orangorang Orde Baru.
6. Krisis Politik yang Terjadi di Indonesia
Kekerasan politik yang berdimensi rasial sesungguhnya bukanlah hal
yang baru di dalam sejarah politik di Tanah Air kita, baik sebelum maupun
sesudah proklamasi kemerdekaan. Kejadian-kejadian yang dilaporkan secara
luas akhir-akhir ini berkaitan dengan aksi kerusuhan sebelum, selama, dan
sesudah jatuhnya rezim Orde Baru sebenarnya telah dikhawatirkan oleh banyak
pihak akan muncul. Meskipun demikian, tak pernah dibayangkan bahwa
kekerasan politik yang berwarna rasial itu akan berlangsung sedemikian
mengerikan, khususnya terjadi pembunuhan serta perkosaan terhadap warga
etnis Tionghoa. Tak pelak lagi, kekerasan politik rasial merupakan salah satu
15
persoalan yang senantiasa menyatu pada kehidupan politik selama ia tidak
diselesaikan secara terbuka, proporsional, dan rasional. ORBA yang dibentuk
menyusul tumbangnya rezim Orde Lama dibawah Soekarno, secara formal
menyatakan ingin melakukan koreksi total terhadap penyimpanganpenyimpangan konstitusional, termasuk dalam masalah hubungan antara
kelompok mayoritas dan minoritas. Dalam perkembangannya selama 32 tahun,
ORBA ternyata masih melakukan kesalahan-kesalahan yang sama dan bahkan
dalam kaitan dengan masalah rasial terjadi yang lebih besar.
7. Faktor Sosial
1. Meningkatnya Angka Kemiskinan.
Kenaikan angka penduduk miskin yang melonjak dengan pesat disebabkan
oleh beberapa hal :
Menurunnya pendapatan riil penduduk diperkirakan untuk periode 19971998 terjadi penurunan pendapatan riil rata-rata sebesar 10-14% dalam nilai
konstan.
Naiknya jumlah pengangguran, terutana di kota-kota besar menyebabkan
munculnya kelompok-kelompok miskin dengan perkiraan sekitar 15 juta orang
pada tahun 1998.
Kenaikan inflasi, terutama untuk kelompok pangan yang jauh lebih tinggi
dari tingkat inflasinya sendiri. Diperkirakan untuk harga beras telah meningkat
hampir 200%. Hal ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat desa maupun
kota dan mendorong mereka dalam kelompok hidup miskin.
2. Kelompok Rawan Pangan.
Melihat lebih dalam lagi ke dalam distribusi kemiskinan yang digolongkan
sebagai keluaraga pra sejahtra dan sejahtra meningkat menjadi hampir 17,5 juta.
Kelompok masyarakat rawan pangan yang naik secara drastis ini disebabkan
oleh kombinasi antara krisis ekonomi yang menurunkan daya beli dan faktor
alam yang tidak menguntungkan. Hasil estimasi secara konservatif yang
dilakukan oleh World Food Program yang dilakukan di 35 wilayah DATI II di 15
provinsi menunjukan bahwa 7,5 juta orang dari sekitar 19,5 juta populasi di
wilayah tersebut akan mengalami masalah rawan pangan.Kemiskinan absolut
sangat erat kaitanya dengan maslah rawan pangan dan kekurangan gizi. Masalah
rawan pangan sebagain besar menimpa wanita dan anak-anak.
3. Meledaknya Angka Pengangguran
Tingkat pengangguran diperkirakan mencapai 15 juta orang atau sekitar
16,5% dari angkatan kerja pada pertengahan 1998. Angka ini jelas lebih rendah
dari angka sebelumnya. Hal ini diperburuk lagi mengingat masalah sebenarnya
terletak pada semi pengangguran yang jauh lebih besar dari angka
16
pengangguran dan merupakan indikasi kearah kelompok penduduk miskin. Hal
ini terutama terjadi di perkotaan, dimana sebagaian besar pengangguran
biasanya tetap melakukan pekerjaan tetapi dengan beban kerja yang sangat
ringan dan upah yang minim. Pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 37% dari
pekerja sebenarnya berada dalam kondisi semi pengangguran dan angka ini
diperkirakan lebih besar lagi pada situasi krisis seperti ini.
4. Menurunnya Murid Sekolah
Konsekuensi dari menurunnya pendapatan riil adalah menurunnya tingkat
pendaftaran sekolah. Hal ini terutama desebabkan oleh tekanan kepada anak
untuk membantu mencari nafkah terutama bagi keluarga miskin. Pada tahun
1998/1999 diperkirakan menjadi kenaikan murid putus sekolah dari sekitar 2,6%
menjadi 5,7% untuk murid SD atau kenaikan sebesar 119,2%. Sedangkan untuk
murid SMP naik 5,1% menjadi 13,3% atau kenaikan sebesar 125%. Secara
absolut diperkirakan sekitar 17,5 juta murid usia sekolah akan putus sekolah
untuk mencari penghasilan serta 400 ribu murid sekolah tidak dapat melanjutkan
ke jenjang pendidikan berikutnya. Bahkan jika dilakukan penghapusan uang
sekolah, kenaikan murid usia sekolah diperkirakan akan tidak meningkat drastis
karena semakin tingginya biaya-biaya kesempatan (opportunity cost) di lapangan
kerja.
5. Mutu Kesehatan
Di bidang kesehatan, melemahnya nilai tukar rupiah telah menyebabkan
kenaikan drastis harga obat-obatan, vaksin, kontrasepsi. Survei kecil yang
dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat menunjukkan kenaikan harga obat rata-rata
hampir tiga kali lipat. Sedemikian parahnya masalah kelangkaan obat sehingga
beberapa pusat kesehatan tutup. Lebih parah lagi, menurunnya tingkat
pendapatan riil menyebabkan daya beli kelompok penduduk miskin untuk
mendapatkan fasilitas kesehatan berkurang. Kondisi yang sama terjadi pada
golongan wanita, terutama wanita hamil yang akan mempertinggi resiko
kematian bayi akibat buruknya sarana kesehatan. Berita-berita di surat kabar
menyatakan bahwa bertambah banyak jumlah pasien yang memilih keluar dari
rumah sakit karena kurang dan mahalnya obat-obatan.
6. Bidang Ekonomi
Dalam perdebatan-perdebatan mengenai ekonomi, sering diperdebatkan
apakah ekonomi menjadi prasyarat keamanan ataukah sebaliknya keamanan
menjadi prasyarat hidupnya ekonomi. Apabila ekonomi rusak dan keluargakeluarga dalam masyarakat tidak mungkin memenuhi kebutuhanya, pelanggaranpelanggaran hukum amat sukar dicegah. Tetapi, kalau keadaan umum tidak aman
kegiatan-kegiatan ekonomi pasti terganggu, bahkan mungkin buat sementara
terhenti. Keamanan umum di Indonesia dalam satu tahun sesudah Soeharto
mengundurkan diri sebagai Presiden mengalami banyak gangguan, sedangkan
ekonomi umum belum mampu bangkit kembali dari pukulan berat oleh krisis
moneter. Nilai rupiah terhadap dollar AS dalam beberapa bulan sesudah
17
pergantian tahun 1998 sampai 1999 relatif stabil tetapi pada tingkat yang tinggi
antara Rp. 7.000 dan Rp. 8.000 sehingga belum dapat membantu ibi-ibu rumah
tangga dari kelas rendah yang penghasilan kerjanya dalam rupiah belum cukup
untuk mengejar harga sembako yang tetap tinggi. Karena keadaan ekonomi yang
demikian, jumlah anak jalanan dan preman tidak berkurang, tetapi malah
bertambah. Para petani pangan juga banyak yang mengeluh karena tingginya
harga pupuk dan karena saingan harga beras dari luar negeri yang dapat masuk
ke Indonesia dengan bebas pajak atau dengan pajak yang rendah.
7. Dalam Bidang Sosial
Sejak Soeharto menyatakan dirinya berhenti dari jabatan Presiden pada
tanggal 21 Mei 1998 sampai satu tahun kemudian keadaan sosial di indonesia
selalu diganggu oleh berbagai peristiwa yang meresahkan masyarakat banyak.
Jumlah kemiskinan yang setahun lalu mencuat samapi 100 juta belum
menunjukkan gejala menurun. Jumlah penganggur sebagai korban PHK tidak
kurang dari tujuh juta, dengan kebanyakan di antara mereka bermukim di kotakota besar.
Menurut analisa pemakalah banyaknya jumlah penduduk miskin dan
korban PHK, banyak keluarga terpaksa mengurangi makan sehari-hari atau
memilih maknan yang berkualitas gizi rendah, juga buat anak-anak di bawah
umur sepuluh tahun yang sedang sangat membutuhkan masukan gizi yang cukup
sebagai landasan kesehatan badan mereka. Dikhawatirkan, kalau kekurangan gizi
berlangsung lebih lama generasi anak-anak dikemudian hari akan menjadi
generasi anak-anak yang lemah. Kekurangan gizi yang berkepanjangan tidak
hanya memiliki pengaruh negatif terhadap perkembangan tubuh anak, akan tetapi
juga intelegensi atau daya pikir mereka. Selain itu, gejala sosial yang menarik
perhatian adalah di bidang keamanan dan ketertiban umum. Tahun 1999,
kepolisian RI secara organisatoris dan operasional dipisahkan dari angkatanangkatan bersenjata. Istialah ABRI tidak lagi berlaku dan diganti dengan TNI
yang meliputi angkatan darat, laut dan udara. Di samping itu, kepolisian RI berdiri
sendiri meskipun secara administratif tetap di bawah pimpinan Menteri
Pertahanan dan Keamanan.
18
E.
DINAMIKA POLITIK HUKUM REZIM ORDE BARU
Dalam bidang hukum kondisi indonesia sangat parah, supremasi hukum
tidak tegak, hukum mengabdi hanya untuk kepentongan kekuasaan, pengadilanpengadilan yang digelar hanya memperlihatkan kepada kita sebuah opera tentang
ketidak adilan, penggusuran terjadi diberbagai daerah, rakyat harus merelakan
hak-hak mereka untuk kepentingan
kekuasaan,
munculnya mafia-mafia
peradilan12.
Politik hukum Islam di Indonesia terus berkembang baik dari sisi
perkembangan ekonomi, pendidikan dan juga sampai kepada pentas percaturan
politik hukum Islam. Salah satu pergulatan politik yang berubah secara drastic
adalah tentang kekuasaan.
Orde Baru (Indonesia: Orde Baru) adalah istilah yang diciptakan oleh
kedua Presiden Indonesia Soeharto untuk mengkarakterisasi rezimnya saat ia
berkuasa pada tahun 1966 . Soeharto menggunakan istilah ini untuk kontras
kekuasaannya dengan pendahulunya , Sukarno ( dijuluki " Orde Lama ", atau
Orde Lama ) . Istilah " Orde Baru " di masa yang lebih baru telah menjadi identik
dengan tahun Suharto ( 1965-1998 ).
Suasana politik sesudah berhentinya Presiden Soeharto penuh dengan
kejadian-kejadian yang menimbulkan frustasi dikalangan Pemerintah, ABRI,
partai-partai politik dan masyarakat umum. Di antara kejadian-kejadian itu dapat
disebut beberapa yang membawakan disintegrasi politik berkepanjangan,
misalnya
naiknya
Habibie
menjadi
Presiden
menggantikan
Soeharto,
pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan, timbulnya partai-partai politik
baru, tawaran kepada rakyat Timor-Timur untuk mendapatkan otonomi luas atau
kemerdekaan, gerakan di Irian Jaya dan Aceh untuk mendirikan negara merdeka
baru lepas dari Republik Indonesia; Rencana Pemilu 1999 dan pencalonan
Preseden. Disamping itu, hampir setiap hari orang Jakarta dan kota besar lainnya
dapat membaca di surat kabar, majalah atau tabloid tentang politik pemerintahan
12
Ibid…. Pemikiran Politik Islam, hal 309-310
19
Soeharto yang merugikan negara dan rakyat karena bertentangan dengan sistem
demokrasi.
KESIMPULAN
Kehadiran Orde Baru melahirkan dua pola hubungan antara Islam dan
Negara, pertama Antagonistik dan kedua akomodatif yang keduanya merupakan
suatu sikap yang saling bersinergi untuk penguatan antara Islam dan Negara.
Masa Orde Baru juga mengakomodir segala kepentingan ummat Islam oleh
pemerintah, baik ormas dan tokoh-tokoh ummat Islam.
Pada masa Orde Baru, pemerintah menginginkan Indonesia dapat
mencontoh bangsa-bangsa lain yang dapat maju dengan keterbatasan Sumber
Daya Alam yang dimiliki. Ada Enam hal penting dalam hal akomodasi Orde Baru
terhadap kepentingan ummat Islam yaitu
1. Disahkannya undang-unadang no 2/1998 tentang pendidikan nasional
yang mewajibkan penyelenggara sekolah memberikan pelajaran agama
sesuai dengan agama yang dianut anak didik.
2. Keluarnya undang-undang nomor 7/1989 tentan peradilan agama (PA)
yang memberi landasan hukum bagi penguatan posisi PA yang sejajar
dengan tiga peradilan lainnya.
3. Lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mengatur tentang
perkawinan, warisan dan wakaf bagi ummat islam.
4. Diubahnya kebijakan tentang jilbab yang semula dilarang dipakai oleh
siswi sekolah milik depertemen pendidikan dan kebudayaan akhirnya
dibolehkan 1991.
5. Dikeluarkannya surat keputusan bersama (SKB) Menteri dalam Negeri,
menteri Agama tentang pembentukan BAZAS.
6. Dihapuskannya Sumbangan dana sosial berhadiah (SDSB) tahun 1993
Demikianlah yang dapat pemakalah sampaikan atas segala kekurangan
pemakalah mohon maaf, semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan pertolongan
dari Allah SWT. Amin Wassalam.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dadan Muttaqien, SH., M.Hum., Legislasi Hukum Islam di Indonesia
dalam Prespektif Politik Hukum, Semarang : PPS FIAI UII, 2009.
http://serbasejarah.wordpress.com/2009/12/17/romantika-politik-islam-masaorde-baru. di Unduh pada 2 September 2014.
Herbert Feith dan kawan-kawan, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965.
(Jakarta : LP3ES, 1988.
M Iqbal dan Amin Husen, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik
Hingga Indonesia Kontemporer. Cet.II. (Jakarta : Kencana Prenada media
Group.2013.
Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cet. 6. (Jakarta : Raja wali
Press. 2014).
Rizki Rasyak. Faktor Penyebab Runtuhnya Orde Baru Blogspot.Di
Unduh Pada Tanggal 05/05/2012.
21
Download