ARTIKEL ILMIAH STRATA 1 (S1) PERANCANGAN BUKU SERTA MEDIA PENDUKUNGNYA SEBAGAI MEDIA KAMPANYE PELESTARIAN PRASI DI KARANGASEM Oleh Made Ratih Gunathita Vidhiastiti 200906010 Program Studi Desain Komunikasi Visual Jurusan Desain FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ABSTRAK Judul: PERANCANGAN BUKU SERTA MEDIA PENDUKUNGNYA SEBAGAI MEDIA KAMPANYE PELESTARIAN PRASI DI KARANGASEM Oleh : Md Ratih Gunathita Vidhiastiti 2009.06.010 Seni prasi adalah gambar ilustrasi berupa wayang yang dibuat diatas daun lontar, merupakan karya seni rupa warisan budaya nenek moyang bernilai estetika tinggi dan mempunyai karakteristik tersendiri. Seni prasi sebagai salah satu wujud kebudayaan tradisional Bali yang tergolong langka dan sangat unik ini pernah tumbuh subur pada abad ke-16 pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung dan awalnya diciptakan sebagai alat untuk menvisualkan naskah kekawin, kidung, dan sebagainya dengan ilustrasi gambar wayang yang disakralkan dan dimanfaatkan sebagai media informasi tentang ajaran keagamaan, kini sudah mulai tersisih semenjak merambatnya budaya buku. Walaupun masih ada sedikit seniman yang mengerjakan dan mengusahakan seni prasi tersebut, namun telah berkembang dan beralih fungsi menjadi benda kerajinan bernilai ekonomis yang terbilang sangat terjangkau untuk dijajakan kepada wisatawan, bahkan banyak prasi kuno yang telah dijual kepada orang asing sehingga tidak banyak generasi muda yang mengetahui lagi kesenian tersebut. Oleh karena itu disinilah peran desainer untuk menciptakan desain agar masyarakat terutama remaja di Karangasem sebagai target audience dapat tergerak untuk meneruskan dan menjaga kesenian tersebut agar tidak punah dengan lebih dahulu memperkenalkan kesenian tersebut. Dalam pembuatan sebuah desain haruslah sesuai dengan kasus yang diangkat, maka dalam kasus ini digunakan metode perancangan diantaranya pengumpulan data dan analisis data sehingga didapat sebuah konsep yaitu penyelamatan dan penanggulangan, dimana dari konsep ini akan dijadikan acuan dalam mendesain media utama yaitu Buku, sebagai alat untuk mengenalkan dan mendokumentasikan pengetahuan tentang prasi secara tertulis. Selain itu, didesain juga media pendukung dari media buku tersebut yaitu packaging, paper bag, poster dan katalog. Kata Kunci : Media Buku, Kampanye Pelestarian, Prasi, Penyelamatan dan Penanggulangan. 1 ABSTRACT Title : BOOK DESIGN AS PRASI PRESERVATION CAMPAIGN MEDIA IN KARANGASEM By : Md Ratih Gunathita Vidhiastiti 2009.06.010 Prasi art is puppet illustration made on palm leaves, cultural heritage work of art of ancestors which contains high aesthetic value and has its own characteristics. This prasi art, as one of traditional Balinese culture which is rare and very unique once flourished in the 16th century in the reign of Dalem Waturenggong at Gelgel Klungkung and was originally created as a tool for visualizing the manuscript kekawin, kidung, etc with illustrations puppet which is sacred and used as an information media for religious teachings, now begins to exclude as the books culture arise. Although there are few artists who worked on and manage the prasi art, but it is has grown and converted into economically valuable craft objects that cheap and affordable for tourists, even many ancient prasis have been sold to foreigners, result in not many young people know about the arts anymore. Therefore this is where the role of the designer to create designs, so the people, especially young people in Karangasem as the target audience can be encouraged to continue and maintain the art from extinction by first introducing the art. In making a design it must be in accordance with the related case, then in this case used design method including data collection and data analysis in order to get a concept that rescue and response, which is from these concepts will be used as a reference in designing the book as the main media, as a tool for introducing and documenting knowledge of prasi on paper. In addition, supporting media for the book also designed, consist of packaging, paper bags, posters and catalogs. . Keywords : Book Media, Preservation Campaign, Prasi, Rescue and Response. 2 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal akan ragam tradisi dan budaya yang unik dan khas dijiwai oleh agama Hindu yang tidak bisa dilepaskan dari kesenian yang telah menyatu dengan kegiatan di dalamnya. Seni prasi yang ada dan berkembang di Karangasem merupakan salah satu cabang kesenian bagian dari seni rupa warisan budaya nenek moyang yang bernilai estetika tinggi dan mempunyai karakteristik tersendiri. Seni prasi sangat berkaitan erat dengan sastra kuno, karena prasi sendiri dalam bentuk dasarnya terbuat dari lontar berisi gambar wayang yang merupakan transformasi dari naskah/ kitab sastra, kakawin, kidung, dan sebagainya. Seni Prasi telah ada dan berkembang di abad ke-15, kemudian tumbuh subur pada abad ke-16 pada pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel kelungkung yang saat itu dimanfaatkan sebagai media informasi tentang ajaran keagamaan. Menurut Ida I Dewa Gede Catra, Sebelum Prasi dikenal di daerah Tenganan, prasi pertama kali dibuat oleh Ida Nyoman Buda dari Grya Wanasari Talibang Sidemen pada tahun 1960. Kemudian menurut penuturan seniman prasi I Wayan Mudita Adnyana, pada tahun 1970-an seni prasi mulai di kenal di Tenganan Pegringsingan dan di buat pertama kali olehnya atas saran seorang tamu asing berkebangsaan Swis, Teo Mayer. Belakangan ini popularitas seni prasi semakin tenggelam. Seni prasi saat ini boleh dibilang hanya terkonsentrasi di Desa Sidemen dan Desa Tenganan Pegringsingan Karangasem saja. Seniman yang menekuni kesenian ini secara intensif pun relatif terbatas, dapat dihitung dengan jari dan belum ada dari kalangan remaja. Bahkan sekarang ini, jawaban penuh ketidaktahuan yang terlontar dari bibir mayoritas generasi muda Bali ketika ditanya tentang seni prasi. Harus diakui, popularitas seni adiluhung warisan leluhur ini di kalangan generasi muda memang berada di titik terendah. Saat ini masyarakat juga rela menjual karya prasi warisan leluhur kepada orang asing dan demi memenuhi kebutuhan hidupnya, oleh seniman, prasi telah berubah fungsi sebagai konsumsi pariwisata, dijual dengan harga yang dapat dikatakan murah, 3 padahal jika mereka menyadari lebih dalam nilai historis, karakteristik, ritual dan magis yang tinggi dari prasi, karya prasi yang mereka buat dapat menjadi karya seni yang tak ternilai harganya atau dijual dengan harga tinggi sesuai dengan nilai prasi tersebut. Berkait dengan seni prasi sebagai budaya masyarakat, dapat di pandang sebagai benda budaya tradisional yang khas dan saat ini hanya ada di Karangasem namun sangat kurang diminati dan diketahui keberadaannya oleh masyarakat lokal khususnya remaja, padahal prasi merupakan seni rupa yang unik, berkarakteristik tinggi dan patut di lestarikan karena apa yang tertuang dalam seni ilustrasi tersebut mengandung kearifan-kearifan lokal yang sangat positif untuk pembentukan karakter generasi muda, baik dalam hal penanaman sikap, etika, mental maupun spiritual, maka agar tetap lestari, dibutuhkan media komunikasi visual seperti halnya buku yang mampu memberikan informasi tentang kesenian prasi tersebut karena buku sendiri memiliki fungsi untuk menampung berbagai informasi. Sehingga kesenian prasi dapat terangkum sebagai bentuk informasi yang bisa digunakan sebagai ilmu pengetahuan tentang kebudayaan hingga di masa yang akan datang. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana merancang buku yang mengulas tentang prasi dan menampilkan cerita prasi tantri “Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat” yang sesuai dengan kriteria desain dan dapat menjadi media kampanye pelestarian prasi di Karangasem? 1.2.2 Media apakah yang efektif dan komunikatif sebagai pendukung media buku dalam upaya kampanye pelestarian prasi di Karangasem? 4 1.3 Batasan Masalah Dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka oleh penulis batasan masalah yang akan dibahas meliputi elemen-elemen desain komunikasi visual seperti ilustrasi, tipografi, warna,dll pada proses mendesain buku hingga mewujudkan desain buku tersebut agar terlihat lebih menarik dan komunikatif sesuai dengan kriteria desain. Batasan masalah juga melingkupi bagaimana merancang media pendukung buku yang efektif dan komunikatif untuk remaja usia 13-17 tahun yang merupakan generasi penerus yang dapat menentukan keberhasilan pelestarian kesenian ini agar tujuan kampanye pelestarian prasi di Karangasem dapat tercapai dengan baik. 1.4 Tujuan dan Manfaat Desain 1.4.1 Tujuan - Untuk dapat mengkampanyekan pelestarian prasi agar ke depannya tidak mengalami kepunahan dan tetap dapat terus terjaga hingga generasi berikutnya - Agar masyarakat Bali, khususnya remaja Karangasem tertarik untuk mengenal prasi dan mulai sadar untuk melakukan pelestarian terhadap warisan leluhur tersebut. - Dapat merancangan buku yang mengulas tentang prasi dan menampilkan cerita prasi Tantri “Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat” yang sesuai dengan kriteria desain dan dapat menjadi media kampanye pelestarian prasi di Karangasem. - Dapat mengetahui jenis media yang efektif dan komunikatif sebagai pendukung media buku dalam upaya kampanye pelestarian prasi di Karangasem. 5 1.4.2 Manfaat - Dapat melatih mahasiswa (penulis) dalam melihat suatu permasalahan serta mencari solusi dari permasalahan tersebut yang tidak lain adalah bagaimana merancang / membuat buku dan media pendukung yang efektif dan tepat guna untuk memberikan informasi yang jelas kepada remaja di Karangasem mengenai kesenian prasi dan mampu merancang media promosi yang efektif dan komunikatif dalam usaha kampanye. - Akan menjadi referensi bagi akademis khususnya program studi desain komunikasi visual mengenai perancangan buku sebagai sarana kampanye dengan berdasarkan ilmu desain komunikasi visual serta sebagai bahan masukan untuk penulis selanjutnya. - Memberikan informasi kepada target audiens tentang kesenian prasi dan masyarakat sadar prasi merupakan salah satu seni rupa yang patut untuk dijaga dan dilestarikan keberadaannya. 1.5 Metode Pengumpulan Data Proses dalam perancangan buku serta media pendukungnya sebagai media kampanye pelestarian prasi di Karangasem menggunakan metode pengumpulan data yang dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu metode pengumpulan data primer terdiri dari observasi dan wawancara. Metode pengumpulan data sekunder yaitu dengan kepustakaan dan dokumentasi. 1.6 Metode Analisis Data Adapun metode analisa data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dengan mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematis, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, yang bertujuan untuk 6 membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 1.7 Indikator serta Model Penilaian Desain Indikator yang nantinya akan dipakai sebagai acuan didalam menilai desain ialah ilustrasi, teks dan warna.Dibuat alternatif desain dari media yang dipilih. Desain yang terbaik dipilih dari tiga alternatif desain yang diukur berdasarkan kriteria desain. Kriteria yang dimaksud yakni dari segi fungsional, komunikatif, informatif, ergonomis, artistik, unity, simplicity, kreatif, surprise dan etis. Menentukan desain terpilih dengan melakukan pengukuran atau penilaian alternatif-alternatif desain menggunakan skala koordinat (skala yang menunjukkan tingkatan atau rangking). Rangking didapatkan setelah dilakukan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip desain. Setelah masing-masing desain dinilai berdasarkan prinsip-prinsip desain akan terlihat satu desain yang menduduki ranking teratas dan desain inilah yang nantinya sebagai desain terpilih (Nazir, 2003: 338). 2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA 2.1 Data Teoritis/Aktual Adapun data-data mengenai teori-teori perancangan komunikasi visual yang akan diterapkan berhubungan dengan pengerjaan tugas akhir ini adalah datadata ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan dan berasal dari sumber yang berkompeten. 2.1.1 Pengertian Objek Kasus Kasus yang penulis angkat dalam tulisan ini adalah “Perancangan Buku Serta Media Pendukungnya Sebagai Media Kampanye Pelestarian Prasi di Karangasem”. Dimana dari judul tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat sarana penyampaian pesan atau informasi dan 7 sarana penunjangnya kepada publik berupa tulisan dan gambar diatas lembaran kertas dijilid muka belakangnya yang berfungsi mensosialisasikan dan mempertahankan kesenian lontar bergambar di salah satu Kabupaten di Provinsi Bali. Dilihat dari fungsinya, kampanye adalah alat komunikasi yang akan menciptakan perubahan atau perbaikan dalam masyarakat karena kampanye merupakan keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif (Rachmadi,1993). Hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kampanye ini adalah memperbaiki pemahaman dan menanamkan sikap peduli terhadap prasi kepada masyarakat khususnya remaja Karangsem usia 13 hingga 17 tahun karena kesenian prasi ada di daerah Karangasem dan merupakan karya seni yang sarat akan nilai-nilai positif untuk pembentukan karakter generasi muda seperti penanaman sikap, etika, mental dan spiritual. Usia tersebut juga tergolong sangat muda serta mempunyai masa depan yang masih panjang., sebuah usia yang potensial untuk ditanami sikap peduli kesenian prasi yang kini dirasa semakin menghilang. Sedangkan pelestarian merupakan menjaga sesuatu yang bersifat hampir punah atau kurang diperhatikan untuk dijaga keberadaannya agar adanya sesuatu yang tetap. Pelestarian lebih bersifat kebersamaan karena tidak dapat dilakukan hanya oleh seseorang saja sehingga dibutuhkan peran masyarakat khususnya remaja di Karengasem dari semua kalangan untuk mendukung kegiatan pelestarian tersebut. Prasi ialah lontar yang didominasi oleh gambar yaitu suatu kesenian menggambar di atas daun lontar dengan gambar ilustrasi wayang di dalamnya merupakan transformasi dari naskah-naskah penting seperti epos Ramayana, Mahabharata, Sutasoma dan Tantri serta sejumlah cerita rakyat lainnya (Wiwana, 2010). Dimana dengan cara menerjemahkan naskah-naskah itu lewat bahasa gambar, masyarakat menjadi lebih mudah memahami intisari dari naskah-naskah tersebut yang pada intinya sangat 8 bermanfaat karena memberikan tuntunan hidup bagi masyarakat dalam berperilaku. Namun kenyataannya belakangan ini popularitas seni prasi semakin tenggelam. Sebaran komunitas seniman yang menekuni kesenian dan menjaga keutuhan prasi ini secara intensif pun relatif terbatas bahkan tidak ada dari kalangan remaja sehingga berlahan-lahan tradisi prasi menjadi asing dan tidak lagi dikenal. Maka dari itu, kampanye pelestarian prasi sangatlah perlu dilakukan kepada remaja khususnya remaja di Karangasem karena mereka merupakan generasi yang dapat meneruskan dan menjaga seni prasi yang sekarang hanya ada di daerah Karangasem tersebut hingga ke generasi berikutnya. Untuk memperlancar kampanye pelestarian prasi ini, buku merupakan pilihan media yang cocok untuk merangkum berbagai bentuk informasi tentang prasi karena buku merupakan media informasi sebagai penjelasan atas sesuatu bagi yang membacanya juga memiliki beberapa keunggulan dibanding media penyimpan data yang lain, di antaranya adalah; dapat di baca kapan saja, dapat dibawa kemana saja tanpa harus ada baterai untuk membacanya, memiliki identitas penulis asli, buku dapat berusia panjang/ dapat bertahan lebih lama dalam keadaan yang terawat,dsb. Buku sebagai media kampanye pelestarian prasi ini, selain mengulas tentang pengertian, sejarah dan cara pembuatan prasi juga menampilkan prasi Tantri dengan cerita “Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat”. Cerita nantinya dikemas layaknya cerita novel yang merupakan bacaan populer anak-anak remaja dan memiliki banyak pesan moral didalamnya, sehingga diharapkan remaja–remaja di Karangasem akan lebih tertarik untuk mengetahui dan mempelajari kesenian prasi sehingga nantinya prasi tetap ada dan dikenal hingga kegenerasi-generasi berikutnya. 9 2.1.2 Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri dari gambar, huruf, warna, komposisi, dan layout. Jadi media desain dapat dipakai sebagai alat didalam mencapai maksud dan tujuan serta dapat berupa alat atau sarana informasi yang tidak terlepas dari aspekaspek desain komunikasi visual seperti media, ilustrasi, warna, teks dan huruf. 2.1.3 Prinsip Desain Komunikasi Visual Prinsip desain merupakan suatu prinsip atau acuan yang harus diketahui untuk menghasilkan desain grafis yang baik untuk tampilan desain. Adapun prinsip-prinsipnya seperti prinsip kesatuan, Irama, keseimbangan, hirarki visual, proporsi dan keselarasan. 2.1.4 Aspek Teknis Perwujudan Aspek teknis perwujudan merupakan suatu aspek yang perlu diperhitungkan agar visual desain yang dibuat dapat menjadi satu kesatuan konsep dengan eksekusi perwujudan. Teknis perwujudan yang dimaksud yaitu bahan dan teknik cetak. 2.1.5 - Teori Sosial yang Mendukung Kasu Teori Semiotik (Semiotics) Kata Semiotik berasal dari bahasa yunani “semeion” yang berarti tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Sedangkan menurut Charles Sanders Pierce penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar 10 lewat tanda. Dalam pikirannya logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Dan selain itu tanda (representamen) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek (denotatum) (Tinarbuko. 2008:12). Desainer menggunakan teori ini karena dengan teori semiotika desainer dapat mengetahui efek media yang dibuat terhadap masyarakat khususnya remaja, apakah sudah mampu untuk menggerakan hati remaja atau tidak (dalam hal mengkampanyekan pelestarian prasi). Pierce membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum (obyek) yaitu icon, index dan symbol. Jadi teori semiotika yang dipakai oleh penulis (desainer) untuk menentukan efisiensitas pada media yang akan dibuat setidaknya akan mengandung tiga jenis tanda tersebut, berikut penjelasan mengenai jenis tanda yang akan ada pada media yang akan dirancang dan dibuat: (Tinarbuko. 2008:14) 1) Icon (tanda-tanda visual): adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri – ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Jadi icon yang ada pada media komunikasi visual yang akan dibuat menggunakan ilustrasi berupa ilustrasi gambar tangan, foto dan teknik gabungan berupa vector prasi dalam media komunikasi nantinya. Kegunaanya dalam desain agar target audience mengetahui bahwa media yang dibuat nanti mengkhususkan tentang prasi. 2) Index (indikasi): merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Indeks yang ada pada media yang akan dibuat tidak lain berupa keterangan–keterangan (teks) 11 mengenai seni prasi, sehingga selain dapat mempertegaskan ilustrasi yang ada pada media, keterangan (teks) ini dapat memberikan informasi tentang prasi kepada khalayak sasaran. 3) Symbol (lambang): tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Symbol yang ada pada media yang akan dirancang dan dibuat tidak lain adalah ilustrasi karakter yang dapat mencerminkan Bali, terlihat ramah dan dapat memberikan kesan kepada khalayak sasaran bahwa media tersebut secara tidak langsung mengajak mengenal dan memberikan arahan untuk mempelajari kesenian prasi yang merupakan kesenian daerah Bali yang patut untuk dilestarikan. - Teori Psikologi Remaja Masa remaja disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan psikologis dalam menemukan dirinya dan mencari nilai-nilai kebaikan, kebijaksanaan, keindahan, senang terhadap tokoh idola, tertarik lawan jenis, dan lain-lain (Sarwono, 2012: 2). Menurut Hurlock, masa remaja awal mencakup usia 13-17 tahun dimana secara psikologis memiliki perkembangan (Sarwono, 2012: 30): 1) Masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri. 2) Mengembangkan pikiran-pikiran baru. 3) Cepat tertarik pada lawan jenis. 4) Mudah terangsang secara erotis. Masa remaja akhir yaitu mencakup usia 16-19 tahun dimana pada masa ini transisi perkembangan yang lebih mendekati dewasa 12 dan masa konsolidasi menuju periode remaja. Pada masa ini memiliki perkembangan sebagai berikut (Sarwono, 2012: 30): a) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi- fungsi intelek. b) Egonya untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang lain dalam pergaulan baru. c) Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi. d) Ergosentri (terlalu memusatkan perhatian kepada diri sendiri) berubah menjadi keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. Fase-fase yang dialami di setiap umur adalah berbeda-beda. Fase-fase tersebut yaitu (Sarwono, 2012: 53) : 1) 0-5 tahun Masa kanak-kanak, didominasi oleh perasaan senang dan tidak senang, menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih sama dengan binatang. 2) 5-12 tahun Masa bandel, ingin main-main, kemampuan akal masih sangat kurang. 3) 12-15 tahun Mulai bangkitnya akal, nalar, dan kesadaran diri namun belum sempurna, rasa ingin tahu, dan coba-coba. 4) 15-19 tahun Masa kesempurnaan remaja dan merupakan puncak perkembangan emosi. 5) 19-24 tahun Masa dewasa muda, lebih cendrung memperhatikan diri sendiri Desainer menggunakan teori psikologi remaja karena dengan teori tersebut desainer dapat mengetahui batasan usia remaja yang merupakan target audiens dari perancangan buku ini yaitu remaja usia 13-17 tahun karena usia tersebut masih muda dan merupakan 13 generasi penerus yang sedang dalam tahap menemukan diri, pencarian kebaikan dan kebijakan, dimana buku tentang prasi yang akan didesain nantinya menampilkan cerita prasi tantri ”Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat” yang memiliki banyak pesan moral didalamnya untuk menjadi cerminan sikap dan prilaku diri remaja. Dengan teori ini juga dapat mengetahui apa saja yang mampu menarik minat dan perhatian mereka untuk menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam penerapan unsur desain pada media buku tentang prasi dan media pendukung lainnya yang akan dirancang, sehingga media tersebut menjadi media yang tepat sasaran dan mampu untuk menambah wawasan dan ketertarikan remaja khususnya di daerah karangasem terhadap kesenian prasi. 2.2 Data Lapangan / Faktual 2.2.1 Nama Produk/Objek Pada pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis mengangkat judul “Prancangan Buku Serta Media Pendukungnya Sebagai Media Kampanye Pelestarian Prasi di Karangasem”. 2.2.2 Lokasi Lokasi perancangan berada di Bali dengan mengambil objek lontar prasi yaitu prasi Tantri dengan cerita ”Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat” yang di simpan di Gedong Kirtya, Singaraja. Cerita tersebut dianggap cocok karena selain dapat memperkenalkan cerita daerah lain yaitu cerita dari Buleleng sehingga target audiens yaitu remaja Karangasem tidak hanya mengetahui cerita daerahnya saja melainkan juga mengetahui cerita dari daerah lain, cerita tersebut juga sangat ringan untuk dipahami remaja karena dikemas dengan tokoh-tokoh binatang, namun sarat akan ajaran moral yang sangat baik untuk perkembangan berprilaku remaja saat ini, diantaranya mengajarkan untuk tidak begitu saja mempercayai perkataan orang lain tanpa mencari tahu kebenarannya, 14 pentingnya membalas budi baik seseorang, tidak menfitnah orang lain tanpa ada bukti yang benar, dsb. Lokasi bagi sasaran yang dituju yaitu remaja yang berada di Bali khususnya Karangasem karena saat ini prasi hanya ada di daerah tersebut, sehingga diharapkan remaja tersebut akan lebih respect terhadap prasi kedepannya . 2.2.3 Sarana Komunikasi yang ada Sarana komunikasi visual yang didapatkan saat melakukan survey ke Sidemen dan Tenganan Pegringsingan Karangasem antara lain hanya souvenir yang dikemas dan dikembangkan dalam bentuk hiasan-hiasan dinding berwujud prasi. 2.2.4 Potensi Kasus Prasi merupakan warisan budaya nenek moyang Bali yang miliki nilai estetika tinggi, mempunyai karakteristik sendiri dan berkembang di Karangasem. Walaupun masih menyadari nilai historis, ritual dan fungsi prasi, namun masyarakan masih kurang peduli untuk merawat prasi warisan nenek moyang tersebut, bahkan demi memenuhi kebutuhan 15 hidupnya, masyarakat rela menjual karya prasi warisan leluhur kepada orang asing sehingga remaja saat ini jarang ada yang mengetahui prasi, padahal selain memiliki ciri-ciri atau karakteristik baik dilihat dari sisi seniman, pembuatan, maupun dari sisi hasil karya seni dibuat pada daun lontar sehingga prasi dipandang sebagai seni rupa yang bernilai estetika tinggi, prasi juga dapat menjadi panduan hidup dalam bersikap dan berprilaku karena prasi sendiri berupa seni rupa transpormasi dari cerita/ karya sastra yang banyak mengandung makna, pesan moral dan ajaran agama, seperti salah satu prasi yaitu prasi Tantri yang bercerita tentang ”Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat”, prasi tersebut sangat baik untuk remaja karena mengajarkan norma-norma bersikap dan berprilaku seperti tidak menfitnah orang lain, pentingnya membalas budi baik seseorang dan tidak begitu saja mempercayai perkataan orang lain tanpa mencari tahu kebenarannya, oleh karena itu prasi patut untuk di lestarikan. Namun, faktor minimnya media-media yang mengulas tentang prasi sehingga kurangnya wawasan generasi muda terhadap prasi dan pentingnya prasi dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan pelestrian prasi tersebut. Maka, dalam hal ini media berupa buku sangat berperan penting dalam upaya menambah informasi, wawasan dan ketertarikan masyarakat Bali khususnya ramaja Karangasem sebagai generasi penerus kesenian prasi agar prasi semakin dikenal dan tentunya di lestarikan dengan baik hingga ke generasi berikutnya. 2.3 Analisis & Sintesa 2.3.1 Analisis Analisis merupakan uraian sebab akibat yang menjadi alasan dalam merancang media buku dan media pendukungnya. Analisa yang 16 digunakan untuk kampanye pelestarian prasi melalui media buku dan media pendukungnya adalah analisa aktual / teori dan analisa faktual. 2.3.2 Sintesa Sintesis berasal dari bahasa Inggris yaitu synthesis, yang berarti paduan atau perpaduan. Sintesis dalam perancangan ini adalah suatu perpaduan dari permasalahan yang ada pada latar belakang masalah perancangan yang telah dirangkum ke dalam analisis, ini semua akan dijadikan dasar pertimbangan pengambilan keputusan untuk menentukan perancangan selanjutnya (Sanyoto, 2006:44). Dalam hal ini meliputi beberapa diantaranya: a. Media Media yang akan dibuat haruslah tepat, jelas sasaranya, efektif dan juga komunikatif dimana mampu memberikan informasi tentang prasi. Media yang akan dibuat penulis adalah buku sebagai media utama, dan juga packaging, paper bag, poster, dan katalog sebagai media pendukung. b. Ilustrasi Ilustrasi yang akan digunakan adalah teknik ilustrasi gambar tangan agar media yang dibuat terlihat lebih menarik. c. Warna Warna yang akan digunakan adalah warna yang dapat mencerminkan kebudayaan tradisi Bali dan warna yang terlihat natural di sesuaikan dengan warna lontar, yaitu warna merah, hitam, putih yang merupakan warna tridatu, warna coklat yang merupakan warna lontar serta menggunakan warna kuning. d. Huruf Huruf yang digunakan adalah jenis huruf Sans serif (huruf tak berkait) dan dekoratif (decorative) dengan penataan yang lebih rapi agar mudah dibaca target audiens. 17 e. Teks Disusun berupa kata-kata atau kalimat yang memberikan informasi dan keterangan yang bersifat ajakan untuk lebih mengenal dan melestarikan prasi. Teks yang digunakan menggunakan gaya bahasa novel yang merupakan bacaan populer remaja pada umumnya agar mudah dipahami dan mudah dimengerti oleh target audiens. f. Ukuran dan Bahan Ukuran yang akan digunakan memakai satuan sentimeter dan pada desain menggunakan skala perbandingan. Bahan yang akan dipergunakan disesuaikan dengan media yang akan dibuat. g. Teknik Produksi Teknik produksi yang digunakan disesuaikan dengan jenis media, yaitu: 1) Teknik Cetak Offset : Buku, Packaging, Paper bag, dan Poster 2) Teknik Cetak Digital : Katalog. 3. KONSEP DESAIN 2.2 Konsep Dasar Desain Konsep merupakan basic (framework) menterjemahkan ide kedalam bentuk karya. Tanpa konsep, sebuah karya tidak akan mempunyai arti. Konsep dasar merupakan dasar atau landasan dalam membuat desain, yang mudah dikomunikasikan atau disebarluaskan sehingga dapat dinikmati oleh orang banyak dengan memperhatikan ciri khas obyek yang divisualisasikan sehingga terwujud karya yang bersifat mandiri. Konsep juga diartikan sebagai dasar pemikiran desainer dalam usaha memecahkan tuntutan maupun problem desain (sumber: www.rudydewanto.com-diunduh pada 07/03/2013) Sesuai dengan judul kasus yaitu “Perancangan Buku Sebagai Media Kampanye Pelestarian Prasi di Karangasem”, maka konsep yang penulis pilih adalah “penyelamatan dan penanggulangan”, Apabila dilihat dari arti kata, kata penyelamatan berarti pengamanan, orang yg menyelamatkan 18 (http://kamus.sabda.org-diunduh pada 07/03/2013) dan kata penanggulangan berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi, jalan keluar, pemecahan, pengendalian, penyelesaian, resolusi, solusi (http://kamus.sabda.org-diunduh pada 07/03/2013). Maka arti dari “penyelamatan dan penanggulangan” adalah upaya pengamanan dan proses pemecahan masalah sebagai sebuah solusi. Dimana kata tersebut merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisahkan dalam arti, biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila upaya penyelamatan telah dilakukan maka perlu adanya proses penanggulangan untuk mendapatkan penyelesaian dari suatu masalah. Jika dikaitkan dengan kasus ini, penyelamatan mengarah pada upaya penanganan pengamanan prasi-prasi kuno warisan nenek moyang yang masih ada di perpustakaan-perpustakaan maupun di museum dengan cara membersihkan prasi tersebut dari debu dan memberikan packaging/ kotak kayu pada setiap prasi agar tidak tercecer dan hilang, sedangkan penanggulangan mengarah pada upaya proses pemecahan masalah dari prasi-prasi yang telah diselamatkan agar tetap awet dan terjaga yaitu dengan cara memberikan silica gel maupun obat anti rayap pada kotak-kotak penyimpanan prasi agar prasi terbebas dari rayap dan kelembaban yang dapat mengakibatkan rusaknya prasi, sedangkan hubungannya dengan media adalah penyelamatan dan penanggulangan yang dikaitkan dengan kasus sebagaimana telah dijelaskan diatas, media yang dibuat adalah sebuah buku non fiksi, disajikan dengan beberapa ilustrasi menarik dan selain memberikan informasi-informasi pengetahuan tentang prasi juga menyajikan salah satu cerita Tantri “Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat”. Cerita ini dikemas dalam bentuk buku sesuai dengan gaya bahasa novel yang merupakan buku populer di kalangan remaja. Sehingga melalui media buku nantinya akan sesuai dengan konsep ini yang menekankan ajakan kepada remaja untuk mempelajari dan mengenal prasi guna menyelamatkan dan menanggulangi kesenian prasi yang mulai memudar akibat kurangnya pengetahuan tentang prasi dikalangan masyarakat khususnya remaja saat ini 19 2.3 Skema Pola Pikir Salah satu hal penting agar kegiatan sosialisasi baik yang bertujuan sosial atau berorientasi bisnis, dapat berfungsi secara maksimal dan tepat pada sasaran yang ingin dicapai maka diperlukan adanya pola pikir. langkah-langkah pola pemikiran dalam kasus ini yakni pertama-tama adanya permasalahan yang memerlukan sebuah solusi. Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini adalah remaja atau masyarakat yang hidup di Bali, hidup sebagaimana mestinya dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya untuk memenuhi kebutuhan akan informasi, yaitu kebutuhan informasi tentang wawasan dan pengetahuan prasi yang dapat di pandang sebagai benda kekayaan budaya tradisional yang khas dimiliki oleh Bali, khususnya daerah Karangasem dan dapat dijadikan pedoman hidup karena sarat akan ajaran moral yang baik bagi remaja saat ini yang cendrung melupakan akar budaya sendiri. Berkaitan dengan kebutuhan akan informasi tersebut ada tiga unsur yang berperan yaitu komunikator, komunikan dan desainer. Desainer yang dalam hal ini yaitu mahasiswa mempunyai peranan menyampaikan pesan dari komunikator yaitu dinas kebudayaan provinsi Bali untuk melestarikan kesenian prasi sehingga tidak punah, kepada komunikan yakni remaja di Karangasem usia 1317 tahun melalui buku tentang prasi. Buku tentang prasi ini dibatasi oleh peraturan dan norma yang berlaku agar tidak melanggar, tidak terkena sangsi maupun kesalahan dari masyarakat tentang pesan yang disampaikan. 2.4 Skema Proses Desain Kasus yang diangkat yaitu “Perancangan Buku Serta Media Pendukungnya Sebagai Media Kampanye Pelestarian Prasi di Karangasem”. Bagaimana merancang buku non fiksi yang mengulas pengetahuan tentang prasi yakni pengertian, sejarah, cara pembuatan dan juga menampilkan prasi Tantri dengan cerita “Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat” yang dapat menjadi media kampanye pelestarian prasi di Karangasem, sehingga tujuan yang ingin dicapai adalah dengan merancangan buku khususnya pengetahuan 20 tentang prasi dan mengenalkan prasi tantri dengan cerita “Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat” dapat menjadi media kampanye pelestarian prasi di Karangasem. Sasarannya adalah remaja umur 13-17 tahun yang berada di Karangasem. Agar tujuan dan sasaran dapat dicapai maka diperlukan adanya pengumpulan data aktual dan data faktual. Kemudian data yang sudah terkumpul dianalisis sehingga mendapatkan kesimpulan sementara atau sintesa. Dari sintesa tersebut maka ditentukanlah media yang akan dibuat yaitu buku, packaging, paperbag, poster dan katalog. Kemudian dibuatlah alternatif pra-desain dari media-media terpilih tersebut dan dianalisis berdasarkan kriteria desain sehingga akan tercipta desain terpilih. Kemudian desain yang terpilih akan diwujudkan menggunakan teknik cetak, alat dan bahan yang disesuaikan dengan media. Kemudian didistribusikan kepada masyarakat sehingga permasalahan di atas dapat diatasi. 2.5 Strategi Media Strategi adalah siasat/langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Strategi media dibentuk oleh target sasaran (audience) dengan panduan media, yang terdiri dari pilihan media dan jadwal media, yang disusun dengan memperhitungkan media habit, yaitu kebiasaan target (audience) masing-masing pangsa pasar dalam penggunaan media. Target audience inilah yang menentukan saluran media mana yang paling efektif dan efisien. Efektif artinya cocok untuk mengiklankan produk yang dirancang, dan efisien artinya yang terjangkau (Sanyoto, 2005 : 66). Strategi media mempertimbangkan aspek-aspek seperti geografi sasaran yang diinginkan yaitu remja usia 13-17 tahun khususnya yang berada di wilayah Karangasem Bali. Aspek demografis meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tingkat penghasilan. Berdasarkan faktor demografi media yang dirancang dan diperuntukkan mencakup sasaran yang diinginkan adalah ramaja usia 13-17 tahun baik itu pria maupun wanita berbagai macam golongan yang masih dapat meneruskan dan menjaga keberadaan kesenian 21 prasi tersebut. psikografis meliputi kepribadian, gaya hidup, kesukaan, dan tingkat sosial. Dilihat dari psikografis, sasaran yang diinginkan yaitu diperuntukkan untuk remaja usia 13-17 tahun semua kalangan dengan berbagai macam tingkatan baik dari gaya hidup sampai tingkat sosial. Melalui behaviouristis perlu adanya penyesuaian media terhadap khalayak sasaran dengan pertimbangan kebutuhan, kesukaan mereka akan sesuatu. Jadi dalam media ini dirancang mempunyai suatu daya tarik terhadap remaja usia 13-17 tahun secara khusus sehingga mampu memberi wawasan, mempengaruhi, mengajak, dan membujuk remaja ataupun dapat menginformasikan kepada target audience tentang prasi yakni pengertian, sejarah, cara pembuatan, dan prasi Tantri dengan cerita “Ida Sri Adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat” 2.6 Program tayang media Program tayangan media merupakan media komunikasi visual yang akan digunakan kemudian hendaknya dilaksanakan pada saat yang tepat sehingga tepat pada sasaran yang ingin dituju. Program tayangan media yang dilaksanakan dalam upaya kampanye pelestarian prasi meliputi kapan, dimana dan frekuensi. Pada dasarnya semua media akan dikeluarkan pada bulan Agustus pada saat musim sekolah dimulai setelah libur kenaikan kelas, tempatnya disesuaikan dengan media seperti media buku dapat di bagikan Di perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah, perpustakaan dinas kebudayaan, museum dan stand kesenian lontar di lokasi suatu pameran dan juga dapat dibagikan secara gratis kepada target audience. Untuk packaging dan paper bag di bagikan bersama buku, sedangkan untuk media poster di tempel pada papan pengumuman serta mading SMP dan SMA/SMK di kawasan Karangasem. Untuk Frekunsi media kampanye pelestarian ini dapat berkelanjutan maupun pada bulan atau waktu-waktu tertentu ketika pameran kesenian dan kebudayaan berlangsung. 22 2.7 Strategi kreatif Strategi kreatif adalah upaya pendekatan media promosi untuk memaksimalkan daya tarik visual melaui bentuk isi dan perwujudan media. Adapun strategi kreatif yang dilakukan pada media utama dan pendukung di kasus ini antara lain dari segi isi pesan, bentuk pesan, gaya visual, strategi visual, material dan teknik cetak. 4. VISUALISASI DESAIN 4.1 Buku Nama Media : Buku “Kenali dan Lestarikan Prasi” Ukuran : 23 cm x 15 cm Bahan : Kertas Art paper 210 gsm (cover) Kertas Art paper 150 gsm (isi) Teknik cetak : Cetak offset 23 4.2 Packaging Nama Media : Packaging Ukuran : 25 cm x 17 cm Bahan : Kertas Art paper 150 gsm Karton 2 mm Teknik cetak 4.3 : Cetak offset Paper Bag 24 4.4 Nama Media : Paper Bag Ukuran : 21cm x 30cm Bahan : Kertas Art paper 210 gsm Teknik cetak : Cetak offset Poster Nama Media : Poster Ukuran : 42cm x 59,4cm Bahan : Kertas Art paper 210 gsm Teknik cetak : Cetak offset 25 4.5 Katalog Nama Media : Katalog Ukuran : 21 cm x 14,8 cm Bahan : Kertas Art paper 210 gsm (cover) Kertas Art paper 150 gsm (isi) Teknik cetak : Cetak digital 26 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berikut ini adalah simpulan yang dapat diambil dari proses perancangan yang telah dilakukan : 1. Dalam proses perancangan media buku pengetahuan untuk mengenalkan prasi dalam upaya kampanye pelestarian prasi ini, yang khususnya ditujukan untuk menarik minat generasi muda usia 13-17 tahun yakni remaja di Karangasem sebagai generasi yang akan meneruskan kesenian tersebut, maka media untuk dapat memberikan informasi yang efektif dan komunikatif sehingga dapat menambah wawasan dan memupuk kepedulian remaja tersebut terhadap prasi dan prasi akan tetap ada, semakin dikenal dan tentunya dilestarikan dengan baik hingga ke generasi berikutnya, sebaiknya berpedoman pada teori-teori desain, prinsip desain, penggunaan ilustrasi, teks dan warna. Seperti dapat menampilkan ilustrasi-ilustrasi gambar tangan yang lebih ekspresif, penggunaan warna yang dapat mencerminkan kesenian tersebut dan dapat menyuguhkan salah satu cerita prasi yaitu cerita Tantri Ida Sri adnya Dharmaswami dan Tukang Emas yang Jahat agar target audiens tidak merasa jenuh saat membacanya. 2. Media pendukung Buku “Kenali dan Lestarikan Prasi” yang efektif dan komunikatif untuk menambah pengetahuan, ketertarikan dan antusias remaja untuk mengenal, mengembangkan dan menjaga kesenian prasi agar tetap ada dan di kenal masyarakat luas, adalah packaging buku, paper bag, poster dan katalog. Setiap media memiliki fungsi masing-masing dan dirancang dalam satu konsep, sehingga diantara desain satu dengan yang lainnya memiliki satu kesatuan, saling melengkapi dan mendukung untuk terciptanya hasil yang diinginkan dalam upaya kampanye untuk melestarikan prasi yaitu secara tidak langsung dapat membuat target audiens dapat tergerak untuk ikut melestraikan prasi. 27 5.2 Saran Saran-saran penulis sebagai pertimbangan setelah mengetahui dan melakukan berbagai kegiatan dalam merancang buku dan media pendukungnya sebagai upaya kampanye pelestarian prasi di Karangasem, antara lain: Dalam upaya meningkatkan ketertarikan dan kecintaan generasi muda terhadap kesenian prasi, keberadaan media komunikasi visual sangatlah diperlukan, mengingat kondisi di zaman era globalisai saat ini perkembangan ilmu teknologi sangat pesat dan kesenian dan kebudayaan mulai di lupakan. Adanya media yang lebih kreatif, inovatif dan menarik sesuai dengan target sasaran, tentunya akan membantu meningkatkan ketertarikan dan kecintaan remaja akan kesenian prasi sehingga tidak adanya lagi prasi kuno yang di jual kepada orang asing dan prasi baru yang di jual dengan harga relatif murah. Diharapkan kedepannya semakin banyak bermunculan media media komunikasi visual yang lebih inovatif dan tentunya diharapkan adanya bantuan pemerintah yang lebih aktif lagi sehingga generasi muda bisa lebih mengenal, mencintai dan melestarikan keberadaan kesenian dan budaya seperti prasi. 28 DAFTAR PUSTAKA Nazir, M. 2003. Metodologi penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Rachmadi.1993. Public Relations Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Sanyoto, S. 2006. Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan. Yogyakarta: Dimensi Press Sarwono, S.2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Raja GraindoPersada Tinarbuko, S. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi http://www.rudydewanto.com/2011/02/desain-konsep.html [diunduh pada 07/03/2013] http://kamus.sabda.org/kamus/penanggulangan[diunduh pada 07/03/2013] http://kamus.sabda.org/kamus/penyelamatan[diunduh pada 07/03/2013] 29